Kerjasama Antara Indonesia Dengan International Monetary Fund (Imf) Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

16

BAB II
KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
A. Pengertian Krisis Ekonomi Global
Krisis ekonomi global merupakan peristiwa dimana seluruh sektor
ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan
memperngaruhi sektor lainnya diseluruh dunia. Akibat dari krisis ekonomi
yang terjadi di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, memberi
dampak besar pada negara-negara Asia yang sedang berkembang, salah
satunya adalah Indonesia pada ekspor perkebunan komoditi kelapa sawit,
karet, dan kakao. Ini memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kinerja
ekspor komoditi tersebut, dimana terjadinya penurunan hraga berbagai
komoditas anjlok akibat adanya perlambatan ekonomi dunia, sehingga
peluang untuk memasarkan sangat sulit 18.
Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana adalah
suatu keadaan dimana sebuah Negara yang pemerintahnya tidak dipercaya
lagi oleh rakyatnya, khususnya masalah finansial. Rakyatnya tidak mau lagi
menyimpan uang di bank-bank yang ada, sehingga bank-bank mengalami
kesulitan uang tunai. Jika itu terjadi maka bank sentral akan mencairkan
asetnya untuk menalangi semua bank-bank itu. Setelah itu maka harga-harga

naik seiring dengan banyaknya uang tunai di masyarakat akibat bank
kelebihan uang tunai. 19

18

http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/24562/4 / Chapter%20I. pdf diakses
tanggal 14 september 2015 jam 15.02 WIB
19
http://myasirarafat.wordpress.com/2012/05/31/apa-itu-krisis-ekonomi/ di akses tanggal
14 september 2015 jam 15.13 WIB

17

Jika keadaan itu terjadi maka negara memasuki masa krisis. Negara tidak
mampu membayar hutangnya sehingga hutangnya sudah jauh diatas PDBnya. Maksudnya, ketika Indonesia mempunyai hutang terhadap negara lain
dan bunga dari hutang tersebut semakin bertambah setiap tahunnya, tetapi
pendapatan Indonesia tidak mengalami pertambahan akibar krisis ekonomi
global, sehingga membuat Indonesia mengalami kesulitan untuk membayar
hutang-hutangnya.
Faktor-faktor Penyebebab Krisis

Secara teori kemungkinan bisa ada lebih dari satu faktor yang secara
bersamaan menyebabkan krisis tersebut terjadi. Misalnya, tingkat atau laju
inflasi yang tinggi; apakah ini disebabkan oleh harga-harga dari produkproduk impor yang melonjak tinggi akibat depresiasi nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, atau karena jumlah uang yang beredar di Masyarakat (M1)
lebih besar daripada penawaran agregat (kemampuan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan pasar di dalam Negeri). Menurut Fischer, Adapun
faktor-faktor penyebab krisis antara lain 20
1. Faktor-faktor Internal
a. Laju Pertumbuhan
Laju pertumbuhan PDB adalah salah satu indikator utama ekonomi
makro yang sering digunakan dalam menganalisis kinerja ekonomi
sebuah Negara.

20

21

Op.Cit, Tulus Tambunan, hal : 48
Ibid, hal : 52


21

18

PDB (Produk domestik Bruto) merupakan alat pengukur dari
pertumbuhan ekonomi. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara
tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku
dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi,
sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun. 22
b. Struktur Ekonomi
Kelemahan fundamental ekonomi makro dalam hal stuktur ekonomi
juga bisa merupakan salah satu penyebab, mungkin bukan yang
membuat terjadinya krisis tetapi yang mengakibarkan krisis tersebut
terus berlangsung dan semakain parah. Pada dasarnya struktur ekonomi
yang lemah mencerminkan tidak seimbangnya perkembangan dan
pertumbuhan antarsektor di satu pihak, dan tidak adanya “sektor kuci”
(walaupun sektor tersebut dominan di dalam sturktur ekonomi dengan

suatu kinerja yang baik di pihak lain. Sektor-sektor ekonomi tidak
menunjukkan kinerja yang sama, misalnya dalam hal tingkat
produktivitas, efisiensi atau profitabilitas, atau kontibusi terhadap
pembentukan dan pertumbuhan PDB tidak seimbang antarsektor. 23

22

http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/11 diakses pada tanggal 17/01/2016 pukul

21.51 WIB
23

Op.cit,Tulus Tambunan,hal : 55

19

c. Perdagangan Luar Negeri (Ekspor Neto)
Berdasarkan suatu laporan dari WTO (1996), struktur perdagangan
dunia menunjukkan bahwa pada tahun 1995 Indonesia tidak termasuk
dalam 25 besar Negara-negara pengespor produk-produk manufaktur.

Masih lemahnya Indonesia dalam mengembangkan ekspor bernilai
tambah tinggi, sementara masih sangat tergantung pada impor produkproduk bernilai tambah tinggi dapat dianggap sebagai penyebab utama
kurangnya cadangan devisa (khususnya dolar AS) yang dimilik
Indonesia, untuk mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,
sehingga rupiah melemah terus dan akhirnya tidak hanya menyebabkan
tetapi juga memperparah krisis ekonomi. 24
d. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur
Dalam fundamentall ekonomi Indonesia pada tingkat meso, ada dua
sektor penting yang turut juga bertanggungjawab atas terjadinya atau
terus berlangsungnya krisis ekonomi di Indonesia hingga saat ini, yakni
sektor industri manufaktur dan sektor perbankan. Perkembangan sektor
industri manufaktur di Indonesia yang tidak sehat selama periode Orde
Baru, dalam arti tingkat produktivitas, efisiensi dan daya saing yang
rendah, serta ketergantungan yang tinggi terhadap impor dan modal
asing, juga merupakan salah satu penyebab lemahnya fundamental
ekonomi Indonesia. 25

24
25


Ibid, hal : 58
Ibid, hal : 70

20

2. Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor internal, menurut Fischer (1998), krisis ekonomi di
Asia juga diakibatkan oleh perkembangan perekonomian negara-negara
maju dan pasar keuangan global yang menyebabkan ketidakseimbangan
global. Maksudnya, seperti di Jepang dan Eropa Barat, pertumbuhan
ekonomi mengalami kesulitan dan kebijaksanaan moneter tidak berubah
serta tingkat suku bunga sangat rendah. Semua ini membuat kedua wilayah
itu menjadi kurang menarik bagi investasi. Dengan perkataan lain, dana
berlimpah ruah tetapi proyek-proyek yang menarik untuk investasi
berkurang. Faktor eksternal lainnya adalah disebabkan oleh daya saing
Indonesia di Asia yang lemah. Tingkat nilai tukar mata uang-mata uang
dari Negara-Negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terhadap dolar AS
yang terlalu kuat (Over valued). 26
Selain faktor-faktor ekonomi, krisis di Asia itu juga disebabkan oleh
faktor-faktor nonekonomi, seperti sosial, budaya, kultur dan politik. Dan

faktor psikologis juga sangat berperan, paling tidak membuat krisis rupiah
itu menjadi suatu krisis ekonomi besar. Dampak psikologis muncul dari
krisis di Indonesia adalah merebaknya fenomena kepanikan di mana-mana
yang melanda masyarakat keuangan internasional, sehingga para pemilik
modal internasional memindahkan modal mereka dari Indonesia secara
tiba-tiba dalam jumlah yang sangat besar. Kepanikan ini, kemudian diikuti
oleh warga Negara di Indonesia dengan melakukan hal yang sama, hal
serupa juga terjadi di Thailan dan Korea selatan. 27
26
27

Ibid, hal : 82
Ibid, hal : 84

21

3. Teori-teori Alternatif
Selain faktor-faktor internal dan esksternal (ekonomi dan non ekonomi),
ada tiga teori alternatif yang dapat juga dipakai sebagai basic
frameworkuntuk menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya krisis

ekonomi di Asia. Yaitu ; 28
a. Teori konspirasi
Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa krisis tersebut sengaja
ditimbulkan oleh negara-negara industri maju tertentu, khususnya AS
karena tidak menyukai sikap arogansi ASEAN selama ini. 29
b. Teori Contagion
Krisis di Asia memperlihatkan adanya contagion effect, yaitu
menularnya amat cepat dari satu negara ke negara lain. Bermula di
Thailand pada pertangan 1997, kemudian menyebar ke Malaysia,
Singapura, Filipina, Indonesia dan Korea Selatan. Tetapi di antara
negara-negara tersebut, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan tertular
berat karena ketiganya dalam banyak hal mempunyai permasalahan
yang sama. Prosesnya terjadi terutama karena sikap investor-investor
asing yang setelah krisis terjadi di Thailan menjadi ketakutan bahwa
krisis yang sama juga akan menimpa Negara-Negara tetangga seperti
Indonesia, Malaysia dan Filipina. 30
c. Teori Business Cycle
Teori business cycle atau konjugtur, atau gelombang pasang surut suatu
ekonomi. Inti dari teori ini adalah bahwa ekonomi yang prosesnya
28


Ibid, hal : 85
Ibid hal : 85
30
Ibid, hal : 86
29

22

sepenuhnya di gerakkan oleh mekanisme pasar (kekuatan permintaan
dan penawaran) pasti akan mengalami pasang surut pada suatu periode
akan menegalami kelesuan dan pada periode berikutnya akan
mengalami kegairahan kembali dan selanjutnya lesu kembali dan
seterusnya . Implikasi dari teori ini adalah bahwa kalau memang krisis
ekonomi di Asia merupakan suatu gejala konjungtur, maka krisis itu
dengan sendirinya akan hilang, tentu dengan syarat bahwa prosesnya
sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan pasar 31

B. Penanggulangan Krisis Ekonomi Global
ada beberapa langkah penting untuk penanggulangan krisis ekonomi.

Yaitu :
a. Kebijaksanaan Moneter
Pemerintahan

negara

yang

terkena

krisis

ini

menerapkan

kebijaksanaan moneter yang ketat untuk mendorong nilai tukar ke
tingkat yang lebih wajar dan untuk menurunkan inflasi. Maksudnya,
tingkat suku bunga SBI ditingkatkan, pada saat itu tingkat suku bunga
SBI untuk 1 bukan naik 22 persen menjadi 45 persen (dengan tingkat

bunga efektif tahunan sebesar 55 persen). Tingkat suku bunga SBI
ysng tinggi ini hingga oktober 1998 tetap dipertahankan dan membuat
suku bunga dipasar uang juga tetap tinggi dan membuat ataun

31

Ibid, hal : 86-87

23

mendorong nilai tukar ke tingkat yang lebih wajar dan menurunkan
inflasi. 32
b. Kebijaksanaan Perbankan
Langkah-langkah penting dalam restrukturisasi sektor perbankan yang
telah dilakukan pemerintah hingga saat ini adalah termasuk
pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yang
salah satu contohnya di Indonesia pada tanggal 14 Februari 1998 mulai
menangani 54 bank yang memperoleh pinjaman darurat dari BI yang
melebihi 200 persen modalnya, atau yang pada bulan desember 1997
memiliki modal kurang dari 5 persen dari nilai aktivannya. Pada
tanggal 31 maret tahun 1998, pemerintah lewat BPPN mengabil alih 6
bank swasta, yakni BDNI, Bank Modern, BUN, Bank Danamon, Bank
PDFCI dan Bank Tiara, dan disusul BCA. Agustus 1998, dibentuk
Asset Management Unit (AMU), yakni suatu lembaga khusus yang
berada di bawah BPPN dengan tugas utama menampung semua kredit
bermasalah. Oktober tahun 1998, dibentuk Bank Mandiri, bank baru
milik pemerintah yang akan menggabungkan Bank Exim, BBD, BDN
dan Bapindo. Selain itu, tanggal 24 Agustus tahun 1998 lalu
pemerintah telah mengajukan konsep Rancangan Undang-Undang
(RUU) perubahan UU perbankan No.7 Tahun 1992 dalam sidang
paripurna DPR. RUU itu antara lain memberi hak kepada investor
asing untuk menguasi saham di perbankan nasional sampai dengan 100

32

Ibid, hal : 129

24

persen. Dalam RUU itu, masyarakat juga dimungkinkan untu
mengetahui sisi aktivitas dari neraca perbankan. 33
c. Program Kesempatan Kerja
Pemerintah Negara yg terkena krisis ini memperluas program Social
Safety Net, atau program padat kerya di sektor pekerjaan umum dan
penyediaan kesempatan kerja sementara khusus bagi penduduk
termiskin yang mengganggur (mereka yang di PKH-kan akibat krisis),
dengan bantuan pembiayaan dari Bank Pembangunan Asia (ADB),
Bank Dunia, dan bantuan bilateral. Alokasi anggaran dalam APBN
untuk program ini juga telah ditingkatka. Disamping itu, untuk
mempertahankan kesempatan kerja, ketersediaan berbagai skema
kredit dengan subsidi dari pemerintah untuk membantu usaha kecil dan
menengah (UKM) telah diperbanyak. 34
d. Reformasi dan Privatisasi BUMN
Pemerintah Negara yang terkena Krisis ini mengupayakan untuk
mempercepat

reformasi

BUMN

guna

memperkuat

tingkat

keuntungannya dan meningkatkan sumbangannya kepada penerimaan
Negara. Upaya tersebut diharapkan dapat penurunan penerimaan
Negara

sebagai

akibat

dari

berkurangnya

penerimaan

pajak,

peningkatan subsidi yang lebi besar daripada yang dianggarkan
semula, dan biaya untuk restrukturisasi perbankan. Maksudnya, pada
saat itu telah diangkat seorang Menteri Negara Pendayagunaan BUMN
dengan tugas mendayagunakan perusahaan-perusahaan di sektor
33

Ibid, hal : 220
Ibid hal : 221

34

25

publik yang berjumlah 164, termasuk lembaga-lembaga keuangan.
Dalam tahun 1998-1999, pemerintah merencakan penjualan sahamsaham enam BUMN yang telah tercatat di pasar modal, dan yang
bergerak dalam pasar kompetitif seperti PT Telkom, PT Indosat, PT
Semen Gresik, dan PT Krakatau Steel. 35
e. Restrukturisasi Utang Luar Negeri (ULN) Swasta
Pemerintahan Negara yg terkena krisis ini contohnya Indonesia sejak
Februari 1998 telah dilakukan beberapa kali pertemuan antara Steering
Committee para kreditor bank asing dan Contact Group dari para
debitor, serta tim penanggulangan ULN Swasta. Dengan bantuan
penasihat dari luar Negeri dan dengan berkonsultasi dengan Contact
Group, Steering Committe, staf IMF, ADB, bank dunia, dan
pemerintahan Negara sahabat yang berminat, tim penanggulan ULN
swasta telah menyiapkan kerangka kerja untuk restrukturisasi ULN
swasta. Salah satunya pertemuan yang terkenal adalah pertemuan
Frankfrut bulan juli 1998. Pertemuan itu menghasilkan program
INDRA ( Indonesian Debt Restructuring Agency ) yang dibentuk pada
tanggal 1 Agustus 1998. Dalam Program ini, perusahaan yang
bermasalah yang sudah mempunyai kesepakatan dengan kreditornya
dapat menukar rupiahnya dengan Dolar AS dengan kurs rata-rata
selama 20 hari terakir. Perusahaan bisa untung kalau kurs tersebut
lebih rendah daripada kurs yang berlaku di pasar pada saat itu, tetapi
sebaliknya rugi apabila kebalikannya. Pada pertengahan tahun 1998

35

Ibid, hal : 221

26

mulai dirasakan bahwa masalah ULN swasta, khususnya perbankan
semakin berat, sementara hingga saat itu belum ada perusahaan
bermasalah yang menggunakan fasilitas INDRA. Jumlah perusahaan
yang bermasalah terlalu banyak, sehingga penanganannya secara
konvensional semata tidak cukup lagi. Mengajukan kasus kredit
bermasalah ke pengadilan kepailitan juga tidak menyelesaikan atau
meringankan persoalan. Selain prosesnya memakan waktu, juga
dikhawatirkan hampir semua pelaku bisnis bermasalah dinyatakan
bangkrut. Melihat kenyataan itulah pemerintah membentuk Prakarsa
Jakarta yang dikoordinasi oleh Ketua Tim Penanggulangan ULN
Swasta. Pinjaman bermasalah diatas dalam lembaga khusus dengan
segala fasilitas kemudahan dari pemerintah, yang intinya memang
berupa penyelesaian utang di luar jalur pengadilan.
Mekanisme kerja Prakarsa Jakarta adalah negosiasi yang menghasilkan
keputusan antara 5 kelompok, yakni: 36
a) Pemerintah (sebagai fasilitator)
b) Kreditor (bank dalam negeri, bank luar negeri, pemegang obligasi)
c) Debitor (pemili kredit bermasalah)
d) Komite Penasihat Restrukturisasi Perusahaan (bank dalam negeri,
bank luar negeri, pemegang obligasi, BPPN, INDRA), dan
e) Satuan Tugas Restrukturisasi Perusahaan

36

Ibid, hal : 221-222

27

C. Peran Negara-negara Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Global
Krisis Ekonomi yang terjadi di Asia mempunyai dampak negatif di
beberapa Negara seperti Amerika latin, Brazil, Argentina, Meksiko, Cile.
Benua Afrika ternyata paling sedikit terkena dampak negatif dari krisis
Asia. Krisis yang di alamai Jepang sejak pertengahan tahun 1998 yang
terparah sejak tiga dekade terakhir, walaupun tidak seburuk yang dialami
Indonesia saat itu. 37
Jepang dianjurkan oleh IMF maupun pemerintah-pemerintah dari
kelompok G7 untuk berusaha sebaik mungkin agar roda perputaran
ekonominya tidak berhenti, antara lain ; 38
1. Menurunkan tingkat suku bunga untuk meningkatkan investasi dan
menggairahkan permintaan domestik. Maksudnya disaat Jepang
mengalami krisis, Jepang mau tidak mau harus menurunkan tingkat
suku bunga, yang dimana tingkat suku bunga ini sangat berpengaruh
untuk para investor datang untuk menginvestasikan kekayaannya, ini
dilakukan karena Jepang merupakan salah satu Negara penting dalam
hal investasi.
2. Membuka pasarnya agar ekspor dari Asia ke Jepang dapat
ditingkatkan. Maksudnya agar Jepang terus membuka pasar ekspornya
ke Asia, agar perekonomian Jepang meningkat dari sebelumnya dan
kepercayaan atas barang ekpor tersebut diperoleh dari negara-negara
Asia. Ini dilakukan karena jepang merupakan salah satu Negara
penting dalam hal perdagangan.
37
38

Ibid, hal :41
Tulus Tambunan,Op.Cit, hal :42

28

Keberhasilan negara-negara di Asia yang terkena kisis untuk dapat
pulih kembali sangat tergantung pada kemampuan Negara-negara tersebut
dalam meningkatkan ekspor neto mereka (dan Negara-negara tujuan
lainnya) untuk mendapatkan cadangan valas sebanyak mungkin. 39
Setelah krisis terjadi dan semakin memburuk, khususnya di
Indonesia, tentu semua prediksi buyar. Bahkan, menurut IMF, tahun 1998
merupakan puncak krisis Asia. Setelah itu Negara yang paling menderita
pada awalnya karena terbantai krisis seperti Korea Selatan dan Thailand
akan pulih kembali dalam waktu yang tidak lama, terkecuali Indonesia.
Ekonomi Korea Selatan diperkirakan akan pulih dalam waktu yang lebih
cepat dibandingkan ekonomi Thailand. 40
Setelah menyadari bahwa merosotnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS tidak dapat dibendung lagi dengan kekuatan sendiri, lebih lagi
karena cadangan dolar AS di BI sudah mulai menipis, pada bulan Oktober
1997 Indonesia akhirnya terpaksa berpaling kepada IMF ( International
Monetery Fund ) untuk mendapat bantuan dana. Hal yang sama juga
dilakukan oleh beberapa Negara lainnya di Asia yang juga dilanda krisis
seperti Thailand dan Korea Selatan. 41
Peran-peran negara yang membantu memulihkan krisis ekonomi
yang terjadi tergabung dalam sebuah organisasi yang bernama IMF, yang
saat ini anggota IMF berjumlah lebih dari seratus Negara. IMF menerima
atau kontribusi dalam bentuk emas, dollar atau kekayaan lainnya, yang
39

Ibid, hal :42
Ibid, hal :41
41
Ibid, hal :209
40

29

disesuaikan dengan jumlah penduduk, tingkat kemajuan ekonomi, serta
posisi Negara tersebut dalam perdagangan dunia. Kontribusi anggota ini
menentukan hak suara anggota dalam pengambilan keputusan di IMF. 42
Oleh karena itu, kalau saat ini Indonesia meminta bantuan kepada
IMF untuk mengatasi krisis nilai tukar yang meluas pada krisis ekonomi
secara keseluruhan, adalah merupakan sesuatu yang wajar dan menjadi
hak Indonesia untuk memintanya. Namun ini sekaligus mencerminkan
bahwa Indonesia saat ini benar-benar mengalami kesulitan dalam
perekonomiannya 43
Ekonomi global adalah gambaran perekonomian secara global
dimana di dalamnya melibatkan perekonomian dari seluruh dunia, karena
setiap negara yang satu dengan yang lainnya selalu berkaitan maka dari itu
apabila terjadi suatu gejolak ekonomi terutama pada negara maju maka hal
itu bisa berpengaruh pada negara yang lainnya secara global. Apalagi
biasanya setiap negara memiliki hutangnya masing-masing sehingga itu
juga berpengaruh pada bergejolaknya pasar dunia. Seperti yang terjadi
belakangan ini, dimana nilai tukar dollar menjadi sangat tinggi sehingga
pada beberapa negara terjadi krisis ekonomi, apalagi seperti negara yang
budaya korupsinya tinggi seperti Indonesia. Ditambah lagi dengan
masyarakat yang kurang sadar akan pajak membuat negara berjuang untuk
bertahan demi kelangsungan hidup rakyatnya.

42

Edy Suandi Hamid, Op.Cit. hal : 109
Ibid, hal :110

43

30

Krisis ekonomi global adalah seuah permasalahan yang terjadi
pada bidang ekonomi di seluruh dunia yang saling memberikan dampak
sehingga terjadilah krisis ekonomi global. Hal ini dapat terjadi karena
hutang suatu negara yang tinggi atau kegiatan perekonomian di dalam
suatu negeri yang berantakan sehingga berpengaruh pada ekonomi global.
Dengan terjadinya krisis ekonomi global maka seluruh bidang kehidupan
masyarakat akan terkena dampaknya, dalam perusahaan jika perusahaan
tersebut tidak bisa bertahan dalam krisis tersebut maka mereka akan
memberlakukan PHK pada beberapa karyawannya dan akhirnya bertabah
penggangguran. Krisis ekonomi global sangat berpengaruh dalam bursa
saham, apabila ada perusahaan besar dunia yang runtuk akibar tidak bisa
bertahan pada krisis ekonomi global maka hal itu akan berdampak pada
bursa saham di seluruh dunia. Pemerintah di suatu negara harus selalu
sigap dan tanggap dalam mengatasi permasalahan ekonomi sebisa
mungkin untuk dapat menyelamatkan kesejahteraan masyarakatnya. Jadi
negara-negara harus saling membantu dalam mengatasi krisis ekonomi
global agar kejadian yang tidak diinginkan tidak terjadi dalam hal krisis
ekonomi global ini. 44
Untuk dapat mempertahankan perekonomian dalam negeri maka
negara

harus

selalu

pandai

melihat

peluang

dan

kemudian

memanfaatkannya untuk kelancaran perekonomiannya, seperti negaranegara yang terkena dampak krisis ekonomi membuka pasarnya untuk
mengatasi krisis ekonomi global. Misalnya, jika ada peluang ekspor
44

http://www.seputarukm.com/krisis-ekonomi-global/ diakses tanggal 18/01/2016
pukul 17.24 WIB

31

barang dari negeri sendiri berpotensi lari di pasaran dunia maka harus bisa
memanfaatkannya agar dapat membantu perekonomian negara untuk
bangkit kembali. Jika pun ada investasi yang nampaknya prospeknya
bagus maka jangan takut untuk mencoba berinvestasi. Negara yang sedang
terkena

dampak

krisis

ekonomi

global

setidaknya

harus

bisa

mempertahankan perkembangan perekonomian, sehingga negara bisa
terselamatkan dan membangun kembali perekonomiannya.