KONFLIK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (RI) DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FOUNDATION (IMF) PADA MASA PEMERINTHAN PRESIDEN ABDURAHMAN WAHID

(1)

PEMERINTHAN PRESIDEN ABDURAHMAN WAHID Oleh

ISKA ROSARIA INDAH

Peranan IMF dalam penyelesaian permasalahan ekonomi Indonesia sudah dimulai sejak masa Presiden Soekarno. Hubungan yang terjadi antara pemerintah

Indonesia dengan IMF mengalami pasang surut yang disebabkan faktor-aktor internal dan faktor eksternal yang terjadi diantara keduannya.

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) hubungan antara pemerintah Indonesia dengan IMF awalnya berlangsung cukup baik dimana IMF berjanji akan memberikan bantuan keuangannya pada pemerintah Indonesia. Namun, dalam perjalanannya ketidakmampuan pemerintahan Abdurahman Wahid mengatasi berbagai maslah dalam negeri dan munculnya konflik-konlik dalam pemerintahan baik itu anatara legeslatif dan eksekutif serta tim ekonomi pemerintah berdampak pada hilangnya kepercayaan publik serta turut memberikan andil kepada ketidakpercayaan lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF menunda mencairkan bantuannya kepada pemerintah Indonesia.

Dalam penelitian ini akan melihat faktor-faktor yang ada, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya konflik antara pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurahman Wahid dengan IMF. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, dengan teknik pengumpulan data adalah studi pustaka. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif


(2)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah membawa perekonomian Indonesia dibawah kendali Lembaga Moneter Internasional (IMF), dan pada minggu kedua bulan Juli 1997, kurs rupiah mengalami kejatuhan mendekati Rp.3.000; per dollar dari sebelumnya Rp. 2.432;

Menghadapi kondisi nilai tukar rupiah yang semakin terpuruk dengan jumlah cadangan devisa yang semakin tergerus, pada tanggal 8 Oktober 1997 pemerintahan Soeharto akhirnya meminta bantuan teknis dan dukungan dana jangka panjang kepada IMF. Kunjungan tim IMF ke Indonesia pada tanggal 31 Oktober 1997 kemudian menghasilkan kebijakan IMF pertama di Indonesia dalam menangani krisis finansial yang terjadi pada Negara Indonesia. Surat kesediaan yang bertajuk Memorandum on Economic and Finance Policies (MEFP) disepakati oleh Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Soedradjad Djiwandono.

Sebagai timbal balik atas kesepakatan pemerintah Indonesia untuk menerapkan kebijakan yang terkandung dalam memorandum tersebut, IMF


(3)

mengumumkan janji paket bantuan finansialnya kepada pemerintah Indonesia sebesar 43 Milliyar U$ (Ishak Rafick, 2007 : 407). Melalui mekanisme inilah kemudian IMF memegang kendali atas kebijakan yang tidak hanya berkaitan dengan persoalan ekonomi, tetapi juga mencakup persoalan politik dan hukum di Indonesia. Jika pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan yang tidak sejalan dengan garis kebijakan yang mereka sepakati, maka IMF tidak segan-segan mengancam untuk tidak mencairkan pinjaman sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

Tekanan-tekan yang diberikan IMF kepada pemerintahan Soeharto telah menyebabkan semakin parahnya kondisi krisis yang dihadapi Indonesia. Kebijakan anggaran ketat yang dijalankan oleh Soeharto atas saran IMF telah mengakibatkan banyak perusahaan di Indonesia yang mengalami kebangkrutan, termasuk perusahaan yang dimiliki keluarga Soeharto dan kroninya. Kebijakan penghapusan subsidi yang juga merupakan komponen yang ditekankan IMF telah berimbas pada kekacauan sosial dan kerusuhan. Pada Mei 1998, karena kesepakatan antara IMF dan Soeharto, pemerintah mencabut subsidi bahan pokok, dan menaikan harga minyak dan listrik. Kebijakan ini menyulut penolakan keras dari rakyat dan tak lama kemudian Soeharto mengundurkan diri dari kekuasaannya.

“Memanasnya intensitas ketegangan ekonomi politik domestik ini kemudian mengundang reaksi internasional berupa perubahan politik luar negeri Amerika Serikat terhadap Indonesia, yang semakin mendorong kejatuhan Soeharto dari tampuk kekuasaan. Pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengambil keputusan untuk mengakhiri periode kekuasaannya di Indonesia yang telah berlangsung selama 32 tahun. (Zainuddin Djafar, 2006 : 145)


(4)

Akan tetapi, kejatuhan Soeharto tidak berarti berakhirnya tekanan IMF terhadap pemerintah Indonesia. Naiknya B.J. Habibie sebagai presiden menggantikan Soeharto, justru menjadi fase di mana kebijakan ekonomi pemerintah lebih diprioritaskan kepada restrukturisasi perekonomian Indonesia dengan menitikberatkan pada implementasi kondisionalitas IMF.

“Bahkan pada masa pemerintahan Habibie, Indonesia juga melakukan perubahan dalam hal pola pinjaman dengan IMF, dari pinjaman siaga (stand-by arrangement) dengan masa pengembalian 3-5 tahun menjadi fasilitas pinjaman yang diperluas (Extended Fund Facility) dengan masa pengembalian 4-10 tahun dari total pinjaman sebesar SDR 4,7 milyar (US$ 6,2 milyar) untuk sisa 26 bulan.(Salomo Simanungkalit, 2002 : 16) Berubahnya pola pinjaman Indonesia dengan IMF ini bermakna bahwa Indonesia harus mengadopsi program penyesuaian struktural dalam jangka waktu yang lebih panjang dan dengan kondisionalitas yang lebih ketat.

Terdapat dua tekanan IMF yang menonjol pada masa pemerintahan B.J. Habibie. Pertama, terkait dengan kasus Bank Bali, pada 13 Agustus 1999 IMF mendesak pemerintah Indonesia untuk secepatnya membongkar tuntas skandal Bank Bali. Bahkan pada 15 September 1999, dengan tegas IMF menyatakan bahwa skandal Bank Bali harus segera dituntaskan oleh pemerintah Indonesia, jika tidak IMF mengancam akan menghentikan pencairan pinjaman kepada Indonesia.

“berhubungan dengan persoalan skandal Bank Bali ini, hubungan pemerintah Indonesia dengan IMF sempat mengalami kemacetan. Pada 16 September 1999, IMF menangguhkan pengiriman misinya ke Indonesia meskipun masih akan terus memantau keadaan. (SalomoSimanungkalit, 2002 : 18)

Kemudian IMF mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap pemerintah, terutama dalam hal pengungkapan kasus Bank Bali. Dalam hal ini Badan


(5)

Pemeriksa Keuangan, yang terus menahan-nahan dan menolak untuk mempublikasikan laporan lengkap hasil investigasi auditor internasional terhadap skandal Bank Bali. Kedua, berkaitan dengan kasus kekerasan di Timor Timur, pada 5 September 1999 secara terang-terangan IMF mengancam akan menghentikan pinjaman milyaran dollar AS untuk Indonesia jika pemerintah gagal menghentikan kekerasan di Timor Timur. IMF juga mengatakan akan segera mengirimkan tim investigasi ke Timor Timur untuk melihat kebutuhan ekonomi Timor Timur setelah wilayah itu memutuskan merdeka dari Indonesia.

Terpilihnya Abdurrahman Wahid sebagai Presiden pada Oktober 1999 menandai kembali pulihnya hubungan Indonesia dengan IMF pasca kemandekan pada masa pemerintahan B.J. Habibie terkait dengan skandal Bank Bali. Namun demikian, membaiknya hubungan Indonesia dan IMF bukan berarti bahwa pemerintahan Abdurrahman Wahid dapat luput dari tekanan IMF dalam berbagai kebijakan ekonomi. Bahkan kebijakan Presiden Wahid untuk mempublikasikan hasil audit skandal Bank Bali tersebut juga tidak terlepas dari tekanan IMF. Pada bulan Februari tahun 2000 Presiden Abdurrahman Wahid mengumumkan rencana kenaikkan harga BBM dengan alasan merupakan bagian kesepakatan dengan IMF. Ia juga menyatakan bahwa Indonesia tidak akan membatalkan rencana kenaikan harga BBM tersebut karena hal ini dapat menghalangi upaya Indonesia untuk mendapatkan pinjaman dari Dana Moneter Internasional.


(6)

Reaksi protes dan unjuk rasa dari berbagai elemen masyarakatpun terjadi menentang upaya pemerintah untuk menaikkan harga BBM ini. Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa pencabutan subsidi BBM harus dilakukan pemerintah karena kalau tidak pemerintah akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana pinjaman dari IMF. (The Jakarta Post, 22 Febuari 2000). Dari pernyataan Abdurrahman Wahid terkait dengan rencana kenaikkan harga BBM tersebut, terlihat jelas bahwa pemerintah Indonesia saat itu berada di bawah tekanan IMF untuk menghapuskan subsidi BBM jika pemerintah menginginkan pinjaman dari IMF dapat terus mengucur.

Hal ini tentu saja memicu demonstrasi dan protes di berbagai daerah, menentang rencana kenaikkan harga BBM di tengah-tengah kondisi perekonomian rakyat yang belum stabil. Selain itu, DPR juga belum menyepakati usulan kenaikkan harga BBM oleh pemerintah yang berdasarkan rencana akan direalisasikan pada 1 April 2000. Bahkan dalam rapat antara Komisi VIII DPR RI dengan TIM Pokja Tarif Pemerintah pada 30 Maret 2000, mayoritas anggota dewan meminta pemerintah untuk menunda kenaikan harga BBM (Republika, 31 Maret 2000). Akhirnya, setelah muncul berbagai protes dan penentangan dari DPR, pemerintah menunda kenaikan harga bahan bakar minyak pada 1 April 2000. Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa pemerintah memutuskan untuk menunda kenaikan harga BBM sampai mekanisme pemberian subsidi bisa dilakukan. (Republika, 1 April 2000). Akan tetapi, keputusan pemerintah untuk menunda kenaikan harga BBM ini tidak dapat dimaknai bahwa


(7)

pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid tidak memenuhi sepenuhnya keinginan IMF.

Namun demikian, pemerintah menunda implementasi kebijakan tersebut karena maraknya protes dan unjuk rasa dari masyarakat serta penentangan dari DPR.

Keputusan Abdurrahman Wahid untuk menaikkan harga bahan bakar minyak kemudian semakin memperburuk citra dirinya di mata rakyat, sebagai presiden yang tidak memperhatikan persoalan ekonomi yang tengah dihadapi rakyat. Setelah sebelumnya pada pertengahan tahun 2000, meskipun tidak terbukti, Abdurrahman Wahid tersangkut skandal korupsi bernilai trilyunan rupiah. Kemudian pada bulan Februari dan April tahun 2001, DPR menyampaikan kecaman kepada Presiden Abdurrahman Wahid atas dugaan korupsi dan inkompetensi. Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa tuduhan tersebut tidak beralasan dan mengabaikan tuntutan agar ia mengundurkan diri. Krisis politik kemudian semakin memanas pada akhir Juli 2001, terutama ketika Abdurrahman Wahid mengeluarkan dekrit untuk membekukan DPR. Akan tetapi para petinggi polisi dan TNI menolak untuk mentaati dekrit presiden tersebut. Akhirnya pada tanggal 23 Juli 2001, Majelis Permusyawaratan Rakyat melakukan sidang darurat untuk menurunkan Abdurrahman Wahid dari kursi kepresidenan dan digantikan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.


(8)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasai adalah sebagai berikut :

1. Adanya konflik antar elite pemerintahan di Indonesia menjadi penyebab timbulnya konflik hubungan antara IMF dengan pemerintahan Abdurahman Wahid seperti panasnya hubngan antara lembaga legeslatif dan eksekutif

2. Konflik hubungan yang terjadi antara IMF dengan Pemerintah Indonesia terlihat ketika IMF menunda pencairan bantuan keuangan kepada pemerintah Indonesia

3. Situasi-situasi dalam negeri seperti penolakan terhadap IMF dalam mengatasi krisis ekonomi di Indonesia serta intervensi asing pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid menambah beban pemerintahan Abdurahman Wahid serta menciptakan hubungan yang kurang harmonis antara pemerintah Indonesia dengan IMF

4. Kondisi ekonomi Indonesia tidak hanya dipengaruhi faktor internal dalam negeri saja, tetapi faktor eksternal seperti takanan dan kepentingan asing ikut mempengaruhi juga

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pembatasan pada faktor-faktor internal dan eksternal konflik hubungan International Moneter Foundation (IMF) dengan pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid tahun 1999 – 2001. Hal ini dilakukan agar penelitian ini tersusun sebagaimana tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti.


(9)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah pada uraian diatas, maka peneliti merumuskan masalah pada penelitian ini adalah :

Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang menyebabkan adanya konlik hubungan antara IMF dengan pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurahman Wahid ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya konflik hubungan antara IMF dengan pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurahman Wahid

1.6 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai sumbangan tulisan mengenai sejarah ketatanegaraan Indonesia 2. Memberikan informasi dan gambaran yang jelas mengenai hubungan

IMF dengan pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurahman Wahid

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Tema yang diambil dalam penelitian ini adalah hubungan IMF dengan pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurahman Wahid. Penelitian ini berkaitan dengan mata kuliah Sejarah Nasional Kontemporer. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan yaitu ilmu politik dan ilmu ekonomi, sesuai dengan tema yang diambil, dengan harapan peneliti dapat menjelaskan hubungan antara kebijakan politik dan ekonomi pemerintah


(10)

pada saat itu. Adapun skup temporalnya meliputi sepanjang kurun waktu 1999 – 2001, sedangkan skup spacialnya meliputi masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid.

Sumber data yang mendukung tema dalam penelitian diharapkan diperoleh di Perpustakaan Unila, Perpustakaan Daerah Lampung, toko-toko buku, internet, dan penelitian ini dilakukan pada tahun 2011. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif karena data-data yang diperoleh kebanyakan berupa tulisan-tulisan, dokumen-dokumen, dan arsip-arsip yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu sejarah.


(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

2.1 Tinjaun Pustaka 2.1.1 Konsep Konflik

Pada umunya konflik merupakan suatu gejala sosial yang sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Bila kita menengok sejarah negeri ini, seringkali diwarnai berbagai konflik, baik konflik yang terjadi antara bangsa Indonesia dengan para penjajah, maupun konflik yang terjadi diantara sesama bangsa ini. Dalam Kamus Sosiologi dan Kependudukan, konflik merupakan pertentangan atau perselisihan dimana cara mencapai tujuannya yaitu dengan melemahkan pihak lawan, tanpa menghiraukan norma dan nilai yang berlaku (G.Kartasapoetra, 2007 : 71)

Sedangkan menurut James W.Vander Zanden, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status, atau wilayah tempat pihak yang saling berhadapan bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka (Taufiq Rohman Dhoiri, 2006 : 36).

Setiap individu dan kelompok sering kali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan politik, ekonomi, social, dan budaya. Adanya


(12)

perbedaan-perbedaan ini dapat menimbulkan konflik. Menurut Teori Hubungan Masyarakat yang mengungkapkan bahwa konflik terjadi karena polarisasi yang terjadi terus menerus, ketidakercayaan dan permusuhan antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat (yang pluralis dan heterogen umumnya, namun tidak menutup kemungkinan masyarakat homogen juga membuka ‘chance’ konflik). (Reny Candradewi, 2006 : 1)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik adalah pertentangan yang terjadi dikarenakan adanya kepentingan-kepentingan yang berbeda dan penyelesaian yang berbeda antara kedua belah pihak.

Dalam penelitian ini, konflik yang terjadi antara IMF dengan pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurrahman Wahid terlihat ketika kesepakatan-kesepakatan yang telah disepakati antara keduabelah pihak menemui kendala dalam pengimplementasiannya, hal itu terlihat dari masalah penundaan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). IMF menghendaki agar pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak, tetapi Presiden Abdurahman Wahid menghadapi demonstrasi rakyat dan hadangan dari DPR untuk menaikan harga BBM.

2.1.2. Konsep Hubungan (Diplomasi) dan International Moneter Foundation (IMF)

Hubungan antara pemerintah Indonesia dengan International Moneter Foundation (IMF) sudah dimulai ketika Indonesia diperintah oleh Presiden


(13)

Soekarno, tetapi hubungan ini terputus ketika Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Dalam kamus Bahasa Indonesia, hubungan dapat diartikan sebagai :

” 1.kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud; pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu: kegiatan di bidang perdagangan (dengan maksud mencari untung); perdagangan; perusahaan” (Kamus Bahasa Indonesia, 2005)

Sedangkan IMF adalah singkatan dari International Monetary Found adalah sebuah lembaga keuangan yang dibentuk sebagai mitra ekonomi internasional, yang berperan untuk dapat dapat meningkatkan kerja sama moneter internasional antara negara anggotanya yang kini berjumlah 181 negara. lembaga ini sendiri sekarang berpusat di Wasington DC, Amerika (komahiuny.wordpress.com).

Pendapat lain mengatakan bahwa IMF adalah :

“IMF adalah lembaga sentral dari sistem moneter internasional—yaitu sistem pembayaran dan nilai tukar internasional di antara mata-mata uang nasional yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan bisnis di antara negara-negara di dunia. IMF bertujuan untuk mencegah krisis dalam sistem tersebut dengan mendorong negara-negara supaya melaksanakan kebijakan ekonomi yang baik”. (Alicia Etchebarne, 2001 : 2)

Hubungan yang sempat terputus pada masa Presiden Soekarno akhirnya dapat dibuka lagi dengan masuknya kembali Indonesia menjadi anggota PBB pada pemerintah Indonesia di jabat oleh Presiden Soeharto dengan Orde Barunya, karena IMF sendiri merupakan lembaga keuangan dibawah naungan PBB.


(14)

Keberlangsungan hubungan IMF dengan pemerintah Indonesia terus berlangsung sampai sekarang walaupun Indonesia sudah mengalami beberapa kali pergantian presiden. Namun, hubungan yang terjadi juga mengalami beberapa kali pasang surut, dimana tidak semua presiden Indonesia mau atau menerima begitu saja bantuan dari IMF, misalnya pada masa Presiden B.J. Habibie hubungan ini mengalami stagnasi. Hal ini dapat dimaklumi, karena apa yang diberikan IMF kepada pemerintah Indonesia harus disesuiakan dengan keinginan IMF itu sendiri, secara tidak langsung IMF dapat mendikte kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia

Hubungan kembali mesra antara IMF dan pemerintah Indonesia terjalin kembali ketika Abdurahman Wahid menjadi Presiden Indonesia. Namun, tetap saja hubungan yang terjadi selalu menyusahkan pemerintah Indonesia, dimana dalam Letter of Intent yang ditandtangani sangat memberatkan pemerintah Indonesia yang kala iru sedang mengalami masa transisi pemerintahan dari Orde Baru ke masa Reformasi. Toh IMF tetap memperlakukan Gus Dur seperti para pendahulunya, Soeharto dan Habibie, dengan Letter of Intent yang detail dan memberatkan (Ishak Rafick, 2007 : 409)

Janji IMF untuk untuk mengucurkan bantuannya kepada pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurahman Wahid sebesar 43 Milyar US$ tidak pernah ditepati sampai lengsernya Abdurahman Wahid dari kursi kepresidenan Indonesia karena terkena masalah Brunaigate.


(15)

2.1.3. Konsep Pemerintah Republik Indonesia

Definisi pemerintah secara Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebuah system yang menjalankan wewenang dan kekuasaan yang mengatur kehidupan sosial ekonomi, dan politik suatu Negara (W.J.S. Poerwadarminta, 1982 : 130). Sedangkan pendapat lain mengatakan pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang diwilayah tertentu (Wikipedia Enslikopedia).

Berdasarkan pengertian di atas, maka pemerintah dapat diartikan sekelompok orang yang secara bersama-sama memikul tanggungjawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan suatu negara. Merujuk pada beberapa definisi pemerintah, maka harus mendefinisikan pula arti kata pemerintahan.

“Pemerintahan adalah urusan yang dilakukan pemerintah dalam suatu negara dalam rangka menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan menjalankan kepentingan umum yang bersifat kenegaraan” (W.J.S. Poerwadarminta, 1982 : 130).

Indonesia adalah suatu bangsa dan negara yang secara politis, resmi merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945. Menurut Inu Kencana Syafiie dalam Sistem Politik Indonesia, sebelum merdeka Indonesia yang kerap disebut Nusantara adalah kumpulan bangsa-bangsa mandiri dan berdaulat, yang tidak jarang antar kerajaan yang satu dengan yang lainnya saling menyerang demi perluasan pengaruh.


(16)

Kata republik berasal dari kata res artinya kepentingan dan publica artinya umum, jadi mengurus kepentingan umum. Dalam pemerintahan republik, organisasi negara ditujukan untuk kepentingan bersama, rakyatlah yang menentukan pemerintahan, termasuk menentukan kepala negara yang dinamakan presiden. Berdasarkan UUD 1945, bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, sesuai dengan pasal 1 ayat 1 UUD 1945 “negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”.

Kekuasaan presiden tidak bersifat mutlak, tetapi dibatasi oleh suatu undang-undang dasar, dan dalam menjalankan pemerintahan presiden dibantu oleh para menteri yang dapat diangkat dan diberhentikan sendiri oleh presiden. Kedudukan Presiden RI dalam UUD 1945 mempunyai tiga tugas pokok yaitu sebagai kepala pemerintahan, sebagai kepala Negara dan sebagai Panglima ABRI (A. Hafizar Hanafi, 1995 : 115). Dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 dijelaskan bahwa kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan oleh MPR, berarti MPR sama dengan rakyat.

Pengaturan partisipasi rakyat dalam kehidupan demokrasi di Indonesia secara positif ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ini berarti bahwa, keinginan-keinginan rakyat tersebut disalurkan melalui lembaga-lembaga perwakilan yang ada, yang dibentuk melalui pemilihan umum yang demokratis. Di Indonesia, lembaga-lembaga itu antara lain lembaga eksekutif adalah presiden, lembaga legeslatif adalah MPR dan DPR dan lembaga Yudikatif seperti Mahkamah Agung (Miriam Budihardjo, 1978 : 157)


(17)

2.2 Kerangka Pikir

Sidang Umum MPR bulan Oktober 1999 telah berhasil menetapkan dan melantik KH. Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Kemudian pada waktu itu Presiden Abdurrahman Wahid dengan dibantu oleh Prof. Dr. H. M. Amien Rais, MA. (Ketua MPR), Ir. Akbar Tandjung (Ketua DPR), dan Jenderal Wiranto (Menteri Negara Koordinator Bidang Politik dan Keamanan), menyusun Kabinet Persatuan Nasional yang diharapkan dapat segera memulihkan stabilitas politik dan perekonomian Indonesia.

Namun dalam perjalanannya, Kabinet Persatuan Nasional satu per-satu Menterinya lengser/dilengserkan oleh Presiden. Diantaranya Dr. Hamzah Haz yang baru beberapa bulan menjabat sebagai Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan, terpaksa melengserkan diri. Kemudian disusul oleh Jenderal Wiranto, Ir. Laksamana Sukardi (Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN) dan Drs. Yusuf Kalla (Menteri Perindustrian dan Perdagangan).

Untuk memantapkan pemerintahannnya, Presiden Abdurrahman Wahid menyusun Kabinet baru Pasca Sidang Tahunan MPR 2000. Sejak terbentuknya susunan Kabinet tersebut sudah dua orang Menteri berhenti/diberhentikan, yaitu Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid, MA (Meneg Pendayagunaan Aparatur Negara) dan Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH, M.Sc (Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia).


(18)

Namun penggantian Menteri-menteri Kabinet Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid untuk mengatasi instabilitas politik, instabilitas keamanan dan krisis ekonomi belum berhasil.

“IMF tetap memperlakukan Gus Dur seperti para pendahulunya, Soeharto dan Habibie, dengan Letter of Intent yang detail dan memberatkan” (Ishak Rafick, 2007 : 409)

Kondisi dalam negeri, terbukti dengan belum terselesaikannya kerusuhan ethnis/agama yang terjadi di Ambon/Maluku Utara. Juga belum terselesaikannya masalah gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kerusuhan ethnis yang tercatat lainnya selama pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid juga terjadi di Poso (Sulawesi Tengah) dan yang sekarang baru terjadi di Sampit (Kalimantan Tengah). Kerusuhan ethnis ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa meninggal dunia dan harta benda yang tidak terhingga.

Akibat tidak adanya stabilitas politik dan keamanan di Indonesia maka usaha untuk mengatasi krisis perekonomian sampai sekarang belum berhasil. Disadari sepenuhnya bahwa untuk menciptakan stabilitas politik/keamanan dan stabilitas ekonomi tidak mudah terlaksana apabila pemerintah tidak cepat dan sungguh-sungguh mengambil tindakan-tindakan yang mendukung pulihnya kepercayaan rakyat Indonesia maupun dunia Internasional kepada Pemerintah, khususnya dalam usaha Pemerintah untuk mengambil tindakan pembersihan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).


(19)

Pada situasi keadaan negara yang multi krisis seperti inilah, maka DPR-RI mengeluarkan memorandum I dan memorandum II. Dikeluarkannya Memorandum II juga tidak lepas dari perilaku Presiden yang sering memberikan pernyataan-pernyataan yang kontroversil dan inkonsistensi. Presiden Abdurrahman Wahid juga dinilai kurang mempunyai sense of crisis seperti sering bepergian ke luar negeri sedangkan situasi di dalam negeri tidak kondusif seperi adanya konflik ethnis di Sampit baru-baru ini. Presiden Gus Dur juga dinilai mempunyai kebiasaan menyederhanakan persoalan yang penting dan ribut dengan hal-hal sepele. Akibat perilaku Gus Dur yang terkesan otoriter berpengaruh terhadap ketidakstabilan politik/keamanan di dalam negeri yang selanjutnya menambah keterpurukan perekonomian Indonesia.

Memorandum I dan memorandum II disepakati DPR dengan semangat yang sama, yaitu hilangnya kepercayaan yang sangat signifikan terhadap Gus Dur. Presiden Wahid dalam tempo tiga bulan terakhir tidak berhasil meraup simpati dan dukungan dari fraksi lain kecuali dari F-KB, basis politiknya. Fraksi TNI/Polri yang kemarin abstain, tidak bisa dinilai mendukung atau menentang. Seluruh proses dan dinamika politik selama pemerintahan Presiden Wahid hanya bergerak dalam spectrum yang amat sempit. Yaitu mempertahankan atau kehilangan kekuasaan.

“Parlemen muncul sebagai lembaga yang galak, sedangkan eksekutif terpojok pada posisi defensif. Karena itu, Pemerintahan Gus Dur kehilangan motivasi untuk mengatasi krisis, yang justru menjadi kebutuhan utama rakyat. Gus Dur lalu dengan sadar sesadar-sadarnya mengerahkan seluruh energi untuk menjaga kekuasaan, paling tidak sampai tahun 2004”. (Tajuk Media Indonesia, 1 Mei 2001).


(20)

Contoh konflik lain yang diciptakan oleh Presiden Abdurahman Wahid antara lain sebagai berikut :

“1. Menurut Presiden Wahid apabila presiden dijatuhkan melalui memorandum I dan memorandum II selanjutnya Sidang Istimewa MPR RI, maka keadaan akan menjadi darurat. Oleh karena itu sebaiknya perlu dikeluarkan Dekrit, yang menurut ketua MPR Amin Rais hal tersebut menyalahi konstitusi karena Presiden dipilih oleh MPR.

2. Menurut Presiden Wahid, Megawati tidak menciptakan suasana Dwi Tunggal apabila membiarkan partainya menggelar Sidang Istimewa MPR”. (Inu Kencana Syafiie, 2005 : 53-54)

Ketidakmampuan pemerintahan Abdurahman Wahid mengatasi berbagai maslah dalam negeri dan munculnya konflik-konlik dalam pemerintahan baik itu anatara legeslatif dan eksekutif serta tim ekonomi pemerintah berdampak pada hilangnya kepercayaan publik serta turut memberikan andil kepada ketidakpercayaan lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF menunda mencairkan bantuannya kepada pemerintah Indonesia.

2.3. Paradigma

Garis Aktivitas - - - Garis Pengaruh

Faktor Internal

1. Statement Pembubaran DPR 2. Pergantian Komposisi Kabinet 3. Konflik-konflik di Daerah

Faktor Eksternal

1. Interpensinegara Asing

Kerjasama Pemerintah RI dengan IMF Presiden Abdurrahman Wahid


(21)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode yang Digunakan

Dalam suatu penelitian terdapat beberapa metode yang digunakan seperti metode deskriptif, metode historis dan metode eksplorasi. Dalam penelitian ini digunakan metode historis. Berkenaan dengan metode historis, Nugroho Notosusanto memberikan penjelasan singkat, bahwa metode historis adalah

“sekumpulan prinsip atau aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada hasil-hasilnya dalam bentuk tertulis” (Nugroho Notosusanto, hal 10)

Sedangkan menurut Louis Gottschalk, metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dari masa lalu (Gottschalk, 1986 : 32). Dalam penelitian historis, validitas dan realibilitas hasil yang dicapai sangat ditentukan oleh sifat data yang ditentukan pula oleh sumber datanya (Hadari Nawawi, 1993 : 79).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud metode historis adalah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis dalam mengarahkan sejarawan pada proses penelitian sejarah. Adapun langkah-langkah dalam metode sejarah adalah sebagai berikut :


(22)

a. Heuristik, yaitu proses mencari, menemukan dan menghimpun jejak-jejak masa lampau.

b. Kritik, yakni menyelidiki apakah jejak-jejak itu asli atau tidak

c. Interpretasi, yakni menentukan makna yang paling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh

d. Histiografi, yakni menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk kisah (Nugroho Notosusanto, hal 36, lihat juga Louis Gottschalk, 1986 : 18)

Sebagaimana menjadi kaidah umum dalam sebuah alur metodologi penelitian yang baik, maka tehapan-tahapan tersebut diimplementasikan pada langkah-langkah konkrit penelitian.

3.1.1 Heuristik

Pada tahap ini yaitu heuristik, cara yang ditempuh untuk menemukan sumber-sumber tentang konflik IMF dengan pemerintah Indonesia masa Presiden Abdurahman Wahid adalah mengadakan kunjungan ke beberapa lokasi, antara lain Perpustakan Universitas Lampung, Perpustakaan Daerah Lampung, toko-toko buku dan beberapa situs website di internet.

Dalam melakukan tahapan ini, tentunya peneliti memerlukan waktu yang tidak sebentar dan kesulitan-kesulitan lain yang belum diketahui bentuknya. Untuk itu kegiatan banyak dilakukan di perpustakaan. Untuk buku-buku ataupun arsip yang tidak bisa dibawa yang mempunyai hubungan dengan tema penelitian ini, sumber-sumber itu tetap dicatat ataupun difotocopy dan dijadikan rujukan.

3.1.2 Kritik

Setelah sumber-sumber itu ditemukan, maka sumber-sumber itu diuji dengan kritik sejarah, yaitu metode untuk menilai sumber-sumber yang kita


(23)

butuhkan guna mengadakan penelitian sejarah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sumber-sumber itu asli atau tidak dan sesuai dengan yang diinginkan, tujuannya adalah untuk menyeleksi data menjadi fakta. Sumber-sumber yang telah didapat dianggap asli, karena dalam sumber-sumber itu merupakan tulisan langsung orang yang menyaksikan dan mengalami peristiwa tersebut

3.1.3 Interpretasi

Tahap selanjutnya yaitu interpretasi atau penafsiran. Setelah diperoleh data-data yang cukup tentang konflik antara IMF dengan pemerintah Indonesia masa Presiden Abdurahman Wahid, maka data-data tersebut akan diberi penafsiran dan dirangkai menjadi suatu keseluruhan yang masuk akal. Dalam hal ini dibutuhkan seleksi, dimana tidak semua data dapat dimasukan dalam penulisan ini namun dipilih yang sesuai dengan obyek penelitian 3.1.4 Histiografi

Setelah memulai dengan menentukan apa yang hendak diteliti, mencari sumber-sumbernya, menilai sumber-sumber itu dan memberikan penafsiran, maka hasil dari langkah-langkah itu akan diintegrasikan dalam penulisan ini yang nantinya akan menjadi suatu hasil penelitian.

3.2 Teknik Pengolahan Data

Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, maka selanjutnya diadakan pengolahan data. Menurut Sumadi Suryabrata pengolahan data merupakan suatu langkah yang sangat penting dalam suatu penelitian, data yang


(24)

terkumpul baru diolah untuk disajikan (Sumadi Suryabrata, 1983 : 93). Dalam hal ini, penulis mengumpulkan data yang bersifat kualitatif, yaitu data yang berbentuk kalimat. Sehingga pengolahan data yang dilakukan adalah non statistik, yaitu pengolahan data yang tidak menggunakan statistik, melaikan dengan analisa kualitatif.

3.3 Teknik Analisis Data

Sehubungan dengan data-data kualitatif yang dikumpulkan, maka analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Dalam hal ini digunakan cara berpikir induktif yaitu cara berpikir dari hal-hal yang bersifat umum menjadi khusus. Pada penulisan ini, data disajikan secara deskriftif. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca mendapatkan gambaran dan informasi yang jelas mengenai konflik hubungan antara IMF dengan pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurahman Wahid.


(25)

BAB V KESIMPULAN

Usaha-usaha pemerintah untuk mengatasi krisis perekonomian di Indonesia akan menghadapi tantangan-tantangan yang berat. Jika boleh dikatakan akan sangat sulit dicapai dalam waktu yang singkat. Usaha-usaha penanggulangannya terkendala dengan situasi-situasi politik yang terjadi didalam negeri seperti, pertama adanya konflik antara lembaga eksekutif (Presiden) dengan lembaga legislatif (DPR-RI), yang akhirnya menimbulkan krisis konstitusi dan ketegangan politik di masyarakat luas. Kedua, Instabilitas keamanan antara lain akibat adanya konflik bernuansa sara di Ambon/ Maluku, Poso dan Sampit., adanya gerakan separatisme GAM dan OPM serta meningkatnya perbuatan kriminalitas yang makin sadis. Hal ini sangat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Ketiga, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme adalah penyebab utama timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan, keempat, tidak kompaknya tim ekonomi yang dibentuk oleh Presiden Abdurahman Wahid.

Tanda-tanda kegagalan dan keterpurukan perekonomian Indonesia pemerintahan Abdurrahman Wahid terlihat dengan adanya:

1. Defisit APBN 2001 menurut versi Pemerintah sebesar 3,7 % atau Rp. 53,8 triliyun dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal APBN 2001 sampai dengan bulan April 2001 baru berjalan 4 bulan.

2. Total hutang luar negeri telah melebihi 100 % total Produk Domestik Bruto (PDB)


(26)

3. Jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar akhir bulan April 2001 hampir mencapai US $ 1 = Rp. 12.000,-.

4. Daya beli rakyat menurun, pengangguran mendekati 40 juta orang, lebih 82 juta orang hidup dibawah garis kemiskinan, indeks harga saham gabungan (IHSG) jatuh dari 677 (Januari 2000) menjadi 416 (Desember 2000), pemulihan ekonomi tidak fokus dan visi pemerintah tidak jelas, program pemulihan ekonomi hanya slogan dan tidak menyentuh rakyat bawah, Presiden sumber ketegangan.

5. Memburuknya hubungan dengan lembaga keuangan internasional (IMF) dan negara-negara donatur lainnya yang disebabkan tidak kompaknya tim ekonomi yang dibentuk Presiden serta situasi politik yang terjadi di dalam negeri

Pada situasi keadaan negara yang multi krisis seperti inilah, pada tanggal 30 April 2001 DPR-RI mengeluarkan memorandum II kepada Presiden RI sebagai berikut :

Pertama : Menyatakan Presiden dalam waktu tiga bulan tidak memperhatikan memorandum I DPR yang telah disampaikan 1 Februari 2001.

Kedua : Menyampaikan memorandum II kepada Presiden sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat 3 Tap MPR No. 3/1978 sebagai kelanjutan memorandum I DPR tertanggal 1 Februari 2001 yang menganggap Presiden sungguh melanggar haluan negara yaitu:

a. Melanggar UUD 1945 Pasal 9 soal sumpah jabatan

b. Melanggar Tap. MPR. No. XI/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.

Ketiga : Memberikan waktu satu bulan kepada Presiden untuk mengindahkan Memorandum II sebagaimana dimaksud dalam butir No. 2 .

Jatuhnya Memorandum II tidaklah semata-mata karena masalah Buloggate dan Bruneigate. Masalah Buloggate dan Bruneigate hanyalah sebagai pemicu saja. Dikeluarkannya Memorandum II juga tidak lepas dari perilaku Presiden yang


(27)

sering memberikan pernyataan-pernyataan yang kontroversil dan inkonsistensi. Presiden Abdurrahman Wahid juga dinilai kurang mempunyai sense of crisis seperti sering bepergian ke luar negeri sedangkan situasi di dalam negeri tidak kondusif seperi adanya konflik ethnis di Sampit baru-baru ini.

Memorandum I dan memorandum II disepakati DPR dengan semangat yang sama, yaitu hilangnya kepercayaan yang sangat signifikan terhadap Gus Dur. Presiden Wahid dalam tempo tiga bulan terakhir tidak berhasil meraup simpati dan dukungan dari fraksi lain kecuali dari F-KB, basis politiknya. Fraksi TNI/Polri yang kemarin abstain, tidak bisa dinilai mendukung atau menentang. Seluruh proses dan dinamika politik selama pemerintahan Presiden Wahid hanya bergerak dalam spectrum yang amat sempit. Yaitu mempertahankan atau kehilangan kekuasaan. Parlemen muncul sebagai lembaga yang galak, sedangkan eksekutif terpojok pada posisi defensif. Karena itu, Pemerintahan Gus Dur kehilangan motivasi untuk mengatasi krisis, yang justru menjadi kebutuhan utama rakyat. Gus Dur lalu dengan sadar sesadar-sadarnya mengerahkan seluruh energi untuk menjaga kekuasaan, paling tidak sampai tahun 2004.


(28)

ABDURAHMAN WAHID

Oleh:

Iska Rosaria Indah Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(29)

( Skripsi)

Oleh:

Iska Rosaria Indah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(30)

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

RIWAYAT HIDUP... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI... x

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 6

1.3 Pembatasan Masalah... 7

1.4 Rumusan Masalah... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Kegunaaan Penelitian ... 8

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka... 10

2.1.1. Konsep Konflik ... 10

2.1.2 Konsep Hubungan (Diplomasi) dan International Moneter Foundation (IMF)... 11

2.1.3 Konsep Pemerintah Republik Indonesia... 14

2.2 Kerangka Pikir ... 16

2.3 Paradigma ... 19

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang digunakan... 20

3.1.1 Heuristik... 21

3.1.2 Kritik ... 21

3.1.3 Interpretasi ... 22

3.1.4 Histiografi ... 22

3.2 Teknik Pengolahan Data... 22


(31)

1.2 Pengambil Keputusan di IMF... 29

1.3 Pelayanan IMF Terhadap Negara Anggotanya ... 31

1.4 Nasihat tentang Kebijakan dan Pengawasan Global ... 32

1.5 Memberikan Pinjaman Untuk Membantu Negara Dalam Kesulitan... 34

1.6 Program yang Didukung IMF ... 35

1.7 Instrumen pinjaman IMF dan evolusinya... 36

1.8 Sifat-sifat kunci pinjaman IMF ... 39

1.9 Fasilitas Pinjaman IMF Tertentu ... 40

2 Pemerintahan Abdurahman Wahid... 44

3 Faktor-faktor Eksternal Ekonomi Politik Indonesia yang Melatarbelakangi Tekanan IMF Terhadap Pemerintah Indonesia Selama Periode 1997-2004 ... 27

3.1 Reformasi Ekonomi Politik Indonesia Menuju Proses Liberalisasi yang Lebih Jauh (Periode 1997-2004) ... 43

3.2 Memastikan Pembayaran Kembali Utang Luar Negeri Indonesia terhadap Negara-Negara G-7 dan Kreditor Internasional (Periode 1997-2004)... 53

3.3 Kepentingan Komunitas Finansial Internasional di Indonesia (Periode 1997-2004) ... 71

4 Faktor-Faktor Internal Ekonomi Politik Indonesia yang Melatarbelakangi Tekanan IMF terhadap Pemerintah Indonesia Periode 1997-2004 ... 80

4.1 Praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang Telah Merajalela (Period 1997-2004)... 81

4.2 Peranan Komunitas Epistemis Liberal Indonesia (Periode 1997-2004)... 86

5 Hubungan Tim Ekonomi Presiden Abdurahman Wahid dengan IMF ... 92

5.1 Periode Menko Ekuin Kwik Kian Gie (Oktober 1998–oktober 1999)... 93

5.2 Periode Menko Ekuin Rizal Ramli (26 Oktober 1999–12 Juni 2001) ... 94

5.3 Periode Menko Ekuin Burhanudin Abdullah (12 Juni–23 Juli 2001) ... 96

B. Pembahasan 1. Ekonomi Politik Indonesia Yang Melatarbelakangi Tekanan IMF Terhadap Pemerintah Indonesia Selama Periode 1997-2004 ... 97

V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 101 DAFTAR PUSTAKA


(32)

Budiarjo, Miriam,1978,Dasar-Dasar Ilmu Politik, PTGramedia Pustaka Utama, Jakarta

Baswir, Revrisond,Mafia Berkeley dan Krisis Ekonomi Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2006

Dhoiri, Taufik Rohman, 2006,Sosiologi : Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat, Ghalia Indonesia, Jakarta

Djafar, Zainuddin, 2006,Rethinking The Indonesian Crisis, Pustaka Jaya, Jakarta, Etchebarne, Alicia, 2001,Buku Pedoman Tentang IMF, Seksi Grafik IMF,

Washintong.D.C

Fadli Zon, 2004,The IMF Game: The Role of the IMF in Bringing Down the Soeharto Regime in May 1998, Institute for Policy Studies,

Gottschalk, Louis, 1986,Mengerti Sejarah, Pengantar Metode Sejarah, Yayasan Penerbit UI, Jakarta.

Hadi, Syamsul, 2004.Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF¸ Granit, Jakarta,

Hanafi, Hafizar, 1999,Tata Negara, Yudisthira, Jakarta.

Harinowo, Cyrillus, 2002,Utang Pemerintah: Perkembangan, Prospek dan Pengelolaannya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,

Kartasapoetra, G,2007,Kamus Sosiologi dan Kependudukan, PT.Bumi Aksara, Jakarta.

Mallarangeng, Rizal,2002,Mendobrak Sentralisme Ekonomi: Indonesia 1986-1992, KPG, Jakarta,

Mas’oed, Mohtar, 1990,Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, LP3ES, Jakarta,


(33)

Pengalaman), PT. Iti Idayu Press, Jakarta

Peet, Richard,2003, Unholy Trinity: the IMF, World Bank and WTO, Zed Book, London,

Poerwadarminta, W.J.S, 1982,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Rafick, Ishak, 2007,Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia, PT. Cahaya Lisan Suci, Jakarta.

Robinson, Richard,1998, Pengembangan Industri dan Ekonomi-Politik Pengembangan Modal Indonesia, Yayasan Obor Indonesia,

Rosser, Andrew,2002,The Politics of Economic Liberalization in Indonesia: State, Market and Power, Curzon Press, Surrey

Simanungkalit, Salomo, 2002,Indonesia Dalam Krisis 1997-2002, Penerbit Buku Kompas, Jakarta

Singh, Kavaljit, 2005,Menjinakkan Arus Keuangan Global, infid, Jakarta, Stiglitz, Joseph,2002,Globalization and Its Discontent, Penguin Books, London, Suryabrata, Sumadi, 1983,Metodologi Penelitian, CV. Rajawali, Jakarta.

Syafiie, Inu Kencana, 2005, Sistem Politik Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung.

Zafar, Zainuddin, 2006,Rethinking The Indonesia Crisis, Pustaka Jaya, Jakarta.

Koran-Koran:

Kompas, 22 Februari 2000. kompas 28 Juni 2000

Media Indonesia, 28 Juli 2005 Republika, 31 Maret 2000 Republika, 1 April 2000


(34)

Situs Internet :

(http://www.republika.co.id). http://www.imf.org

http://www.transparansi.or.id

http://www.perpustakaan.bappenas.go.id Jurnal-Jurnal :

Boediono, “TheInternational Monetary Fund Support Program in Indonesia: Comparing Implementation under Three Presidents”, dalamBulletin of Indonesian Economic Studies, Volume 38 No 3, Desember 2002, Indonesian Project The Australian University, 2002

Candradewi, Reny, 2006, Artikel : Pendekatan Teori Konflik Sebagai Metode Dasar Pemikiran Penyelesaian Konflik Suatu Negara,

David K. Linnan, “Insolvency Reform and the Indonesian Financial Crisis”, dalamBulletin of Indonesian Economic Studies, Volume 35 No 2, Agustus 1999, Indonesian Project The Australian University, 1999


(35)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs.Maskun, M.H ………

Sekretaris : Suparman Arif,S.Pd,M.Pd ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(36)

 Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai liang lahat

 Ilmu yang tidak di amalkan bagaikan pohon yang tidak berdaun Al-Hadist : “Sebaik-baiknya kalian yang belajar Al-quran dan mengajarkannya (HR Bukhori Muslim).


(37)

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT yang tak terhingga kukersembahkan Skripsi ini untuk:

Kedua orang tua papah ku Herman S.E , Mamah ku salsilawati yang telah mendoakan dalam penyelesaian skripsi ini.terima kasih untuk kasih

sayang,bimbingan kalian.Iis sayang mama dan papa.

Ayuk ku Emillia sari narulita S.Pd , Maria livia, S.H , Melsa permata sari A.mdKeb ,adik ku Agustina, Ellen irmansacitro, Intan pituliyu honguk, kakak ipar ku Andi antoni alam S.p , Briptu david, dan keponakan ku ,dhea

allesandra, Raffi, Exsa.terima kasih atas dukungan kalian selama ini. Almamater Tercinta.


(38)

Jakarta

Candradewi, Reny, 2006, Artikel : Pendekatan Teori Konflik Sebagai Metode Dasar Pemikiran Penyelesaian Konflik Suatu Negara,

Dhoiri, Taufik Rohman, 2006, Sosiologi : Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat, Ghalia Indonesia, Jakarta

Etchebarne, Alicia, 2001, Buku Pedoman Tentang IMF, Seksi Grafik IMF, Washintong.D.C

Gottschalk, Louis, 1986, Mengerti Sejarah, Pengantar Metode Sejarah, Yayasan Penerbit UI, Jakarta.

Hanafi, Hafizar, 1999,Tata Negara, Yudisthira, Jakarta.

Kartasapoetra, G,2007, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, PT.Bumi Aksara, Jakarta.

Nawawi, Hadari,1993, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Notosusanto, Nugroho, 1984, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman), PT. Iti Idayu Press, Jakarta

Poerwadarminta, W.J.S, 1982, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Rafick, Ishak, 2007, Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia, PT. Cahaya Lisan Suci, Jakarta.

Simanungkalit, Salomo, 2002,Indonesia Dalam Krisis 1997-2002, Penerbit Buku Kompas, Jakarta

Suryabrata, Sumadi, 1983,Metodologi Penelitian, CV. Rajawali, Jakarta.

Syafiie, Inu Kencana, 2005, Sistem Politik Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung.


(39)

Republika, 31 Maret 2000 Republika, 1 April 2000

Tajuk Media Indonesia, 1 Mei 2001 The Jakarta Post, 22 Febuari 2000


(40)

Penulis dilahirkan di Lampung tengah, pada tanggal 4 april 1989 merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Herman,S.E dan Ibu Salsilawati

Pada tahun 1995 penulis masuk SD Negeri 3 Bandar Jaya dan selesai pada tahun 2001, penulis melanjutkan ke sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 10Terbanggi Besar dan selesai pada tahun 2004, kemudian penulis kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di MAN Terbanggi Besar dan selesai pada tahun 2007.

Pada tahun 2007. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Study Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Non Reguler. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 1 NATAR.


(41)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KONFLIK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (RI) DENGAN INTERNASIONAL FOUNDATION (IMF) PADA MASA PEMERINTAH PRESIDEN ABDURAHMAN WAHID Pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga banyak mendapatkan petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku pembantu dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si Selaku pembantu dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H. Selaku Pembantu dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(42)

Lampung.

6. Bapak Drs Maskun, M.H Selaku ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing I yang telah memberikan saran dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis demi terselesainya skripsi ini. 7. Suparman arif, S.Pd,M.Pd selaku pembimbing II terima kasih atas segala

masukan-masukan dan saran serta nasehat yang diberikan kepada penulis. 8. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H. selaku penguji terimakasih atas segala

bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Bapak dn ibu dosen Pendidikan Sejarah semoga ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama ini dapat bermanfaat dan akan menjadi modal dimasa depan.

10. Untuk kakak Tedhika rasisco,SH Terimakasih atas support dan kasihsayang selama ini.adek sayang kakak.

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2007, erni,nur aini,wahyu,yanti,riska,dwi,tono,fajar,fahmi,sugesti,endah.serta teman-teman lain yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu, terimakasih telah menjadi teman yang baik bagi penulis.

12. Rina mardiana,Sp.d ,ceria fitrah,merrita rosa. rimakasih atas kebersamaanya selama ini.walaupun kuliah kita berakhir akan ttpi persahabatan kita untuk selamanya.


(43)

saudara seperjuangan semoga keberhasilan akan dalam mencapai cita-cita akan menyertai kalian.

14. Teman-teman PPL SMPN 1 NATAR, Sugesti,cwy,dwi,ajo arif,riyaldi,mb friska,dll.semoga kita menjadi orang yang sukses.

15. Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu atas terselesainya skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(44)

Jalan Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung 35145

Telepon (0721) 704 624 faximile(0721) 704 624

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah: 1. Nama : Iska rosaria indah

2. NPM : 0743033025

3. Program Studi : Pendidikan Sejarah 4. Jurusan : Pendidikan IPS

5. Alamat : Jln. Dr.Harun 2 No.126 Kota Baru, T.Karang Timur

Dengan ini membuat pernyataan, bahwa skripsi saya yang berjudul “KONFLIK

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (RI) DENGAN

INTERNATIONAL MONETERY FOUNDATION (IMF) PADA MASA PEMERINTAH PRESIDEN ABDURAHMAN WAHID” bukan has il penjiplakan atau dibuat oleh orang lain. Apabila dikemudian hari ditemukan kecurangan dalam pembuatan skri psi tersebut di atas, maka saya bersedia untuk menerima sanksi (maka gelar akademik yang telah saya peroleh, sayabersedia untuk dicabut).

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, 2012 Pembuat Pernyataan

Iska Rosaria Indah NPM 0743033025


(1)

Zafar, Zainuddin, 2006,Rethinking The Indonesia Crisis, Pustaka Jaya, Jakarta.

Koran-Koran:

Republika, 31 Maret 2000 Republika, 1 April 2000

Tajuk Media Indonesia, 1 Mei 2001 The Jakarta Post, 22 Febuari 2000


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung tengah, pada tanggal 4 april 1989 merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Herman,S.E dan Ibu Salsilawati

Pada tahun 1995 penulis masuk SD Negeri 3 Bandar Jaya dan selesai pada tahun 2001, penulis melanjutkan ke sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 10Terbanggi Besar dan selesai pada tahun 2004, kemudian penulis kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di MAN Terbanggi Besar dan selesai pada tahun 2007.

Pada tahun 2007. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Study Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Non Reguler. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 1 NATAR.


(3)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KONFLIK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (RI) DENGAN INTERNASIONAL FOUNDATION (IMF) PADA MASA PEMERINTAH PRESIDEN ABDURAHMAN WAHID Pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga banyak mendapatkan petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku pembantu dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si Selaku pembantu dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H. Selaku Pembantu dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(4)

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs Maskun, M.H Selaku ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing I yang telah memberikan saran dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis demi terselesainya skripsi ini. 7. Suparman arif, S.Pd,M.Pd selaku pembimbing II terima kasih atas segala

masukan-masukan dan saran serta nasehat yang diberikan kepada penulis. 8. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H. selaku penguji terimakasih atas segala

bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Bapak dn ibu dosen Pendidikan Sejarah semoga ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama ini dapat bermanfaat dan akan menjadi modal dimasa depan.

10. Untuk kakak Tedhika rasisco,SH Terimakasih atas support dan kasihsayang selama ini.adek sayang kakak.

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2007, erni,nur aini,wahyu,yanti,riska,dwi,tono,fajar,fahmi,sugesti,endah.serta teman-teman lain yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu, terimakasih telah menjadi teman yang baik bagi penulis.

12. Rina mardiana,Sp.d ,ceria fitrah,merrita rosa. rimakasih atas kebersamaanya selama ini.walaupun kuliah kita berakhir akan ttpi persahabatan kita untuk selamanya.


(5)

.

13. Buat seluruh rekan-rekan mahasiswa pendidikan Sejarah, kalian adalah saudara seperjuangan semoga keberhasilan akan dalam mencapai cita-cita akan menyertai kalian.

14. Teman-teman PPL SMPN 1 NATAR, Sugesti,cwy,dwi,ajo arif,riyaldi,mb friska,dll.semoga kita menjadi orang yang sukses.

15. Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu atas terselesainya skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(6)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jalan Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung 35145 Telepon (0721) 704 624 faximile(0721) 704 624

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah: 1. Nama : Iska rosaria indah

2. NPM : 0743033025

3. Program Studi : Pendidikan Sejarah 4. Jurusan : Pendidikan IPS

5. Alamat : Jln. Dr.Harun 2 No.126 Kota Baru, T.Karang Timur

Dengan ini membuat pernyataan, bahwa skripsi saya yang berjudul “KONFLIK

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (RI) DENGAN

INTERNATIONAL MONETERY FOUNDATION (IMF) PADA MASA PEMERINTAH PRESIDEN ABDURAHMAN WAHID” bukan has il penjiplakan atau dibuat oleh orang lain. Apabila dikemudian hari ditemukan kecurangan dalam pembuatan skri psi tersebut di atas, maka saya bersedia untuk menerima sanksi (maka gelar akademik yang telah saya peroleh, sayabersedia untuk dicabut).

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, 2012 Pembuat Pernyataan

Iska Rosaria Indah NPM 0743033025