Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Riau Tahun 2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2.1.1 Pengertian JKN
Sebelum membahas pengertian asuransi kesehatan sosial, beberapa pengertian
yang patut diketahui terkait dengan asuransi tersebut adalah:
1. Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib
dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial
ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No.40
tahun 2004).
2. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara penyelenggaraan program
Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan.
3. Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem
Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan
Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua

8

Universitas Sumatera Utara

penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.
2.1.2 Manfaat JKN
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat
medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan
ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan
dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi
pemberian pelayanan:
a.

Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.


b.

Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis
Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.

c.

Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan
tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.
Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

d.

Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi
risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada

manfaat yang tidak dijamin meliputi:
a. Tidak sesuai prosedur;
b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS;
c. Pelayanan bertujuan kosmetik;
d. General checkup, pengobatan alternatif;
e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi;
f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan
g. Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa
diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.
2.1.3 Prinsip JKN
Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) berikut:
1. Prinsip Kegotongroyongan
Gotongroyong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup
bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam
SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang
kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi,
dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan
SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian,
melalui prinsip gotongroyong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

2. Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan
utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang
dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya,
akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.
3. Prinsip Keterbukaan, Kehati-hatian, Akuntabilitas, Efisiensi, dan Efektivitas
Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana
yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
4. Prinsip Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan
yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga
dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifatwajib bagi seluruh rakyat,

penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah
serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di
sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara
mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat
mencakup seluruh rakyat.

Universitas Sumatera Utara

6. Prinsip Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan

penyelenggara

untuk

dikelola

sebaik-baiknya


dalam

rangka

mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar
kepentingan peserta
2.1.4 Pelayanan JKN
1. Jenis Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat
non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan
dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
2. Prosedur Pelayanan
Peserta yang

memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama

harus


memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Bila
Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus
dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam
keadaan kegawatdaruratan medis.
3. Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat
guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib

Universitas Sumatera Utara

memberikan kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman
tenaga kesehatan atau penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang
tunai hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.
4. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang
menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui
proses kredensialing dan rekredensialing.
2.1.5 Kepesertaan

Beberapa pengertian:
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran.
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan
dalam bentuk lain.
Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang
mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam
bentuk lainnya.
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI
JKN dengan rincian sebagai berikut:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu.

Universitas Sumatera Utara

b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu yang terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a. Pegawai Negeri Sipil;

b. Anggota TNI;
c. Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f. Pegawai Swasta; dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima
Upah.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
c. Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
a. Investor;
b. Pemberi Kerja;
c. Penerima Pensiun;
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan; dan

Universitas Sumatera Utara


f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang
mampu membayar Iuran.
4) Penerima pensiun terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan
e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak
pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
a. Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan
b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari Peserta,
dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25
tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain.
5) WNI di Luar Negeri

Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.

Universitas Sumatera Utara

6) Syarat pendaftaran
Syarat pendaftaran akan diatur kemudian dalam peraturan BPJS
7) Lokasi pendaftaran
Pendaftaran Peserta dilakukan di kantor BPJS terdekat/setempat.
8) Prosedur pendaftaran Peserta
a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS
Kesehatan.
b. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan
diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
9) Hak dan kewajiban Peserta
Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak mendapatkan :
a. Identitas peserta dan
b. Manfaat pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan.
Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban untuk :
a. Membayar iuran dan
b. Melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan
menunjukkan identitas Peserta pada saat pindah domisili dan atau pindah
kerja.

Universitas Sumatera Utara

10) Masa Berlaku Kepesertaan
a. Kepesertaan

Jaminan

Kesehatan

Nasional

berlaku

selama

yang

bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta.
b. Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau
meninggal dunia.
c. Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh
Peraturan BPJS.
11) Pentahapan Kepesertaan
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap,
yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit
meliputi: PBI Jaminan Kesehatan; Anggota TNI/PNS di lingkungan
Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya; Anggota Polri/PNS di
lingkungan Polri dan anggota keluarganya; peserta asuransi kesehatan PT
Askes (Persero) beserta anggota keluarganya, serta peserta jaminan
pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota keluarganya. Selanjutnya
tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta
BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.
2.1.6 INA CBGs
INA CBGs merupakan kelanjutan dari aplikasi Indonesia Diagnosis Related
Groups (INA DRGs). Aplikasi INA CBGs menggantikan fungsi dari aplikasi INA
DRG yang saat itu digunakan pada Tahun 2008. Dalam persiapan penggunaan INA
CBG dilakukan pembuatan software entry data dan migrasi data, serta membuat surat

Universitas Sumatera Utara

edaran mengenai implementasi INA-CBGs. Sistem yang baru ini dijalankan dengan
meng-gunakan grouper dari United Nation University Internasional Institute for
Global Health (UNU - IIGH). Universal Grouper artinya sudah mencakup seluruh
jenis perawatan pasien. Sistem ini bersifat dinamis yang artinya total jumlah CBGs
bisa disesuaikan berdasarkan kebutuhan sebuah negara. Selain itu, sistem ini bisa
digunakan jika terdapat perubahan dalam pengkodean diagnosa dan prosedur dengan
sistem klasifikasi penyakit baru.
Pengelompokan ini dilakukan dengan menggunakan kode-kode tertentu yang
terdiri dari 14.500 kode diagnosa (ICD – 10) dan 7.500 kode prosedur/tindakan (ICD
– 9 CM). Mengombinasikan ribuan kode diagnosa dan prosedur tersebut, tidak
mungkin dilakukan secara manual. Untuk itu diperlukan sebuah perangkat lunak yang
disebut grouper. Grouper ini menggabungkan sekitar 23.000 kode ke dalam banyak
kelompok atau group yang terdiri dari 23 MDC (Major Diagnostic Category), terdiri
pula dari 1077 kode INA DRG yang terbagi menjadi 789 kode untuk rawat inap dan
288 kode untuk rawat jalan.
Tahun

2011

National

Casemix

Center

Kemenkes

melihat

adanya

ketidakcocokan tarif INA CBGs bagi rumah sakit, kemudian dilakukan evaluasi
secara berkala dan menghasilkan tarif sesuai dengan Kepmenkes Nomor 440 tahun
2012 tentang Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Indonesia Case Based
Groups (INA-CBGs).
Bahwa tarif INA CBG dibagi menjadi empat regional terdiri dari regional 1
daerah Jawa dan Bali, regional 2 Sumatera, Regional 3 daerah Kalimantan, Sulawesi

Universitas Sumatera Utara

dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dan regional 4 daerah Nusa Tenggara Timur (NTT),
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Sekaligus menjelaskan tarif INA
CBG dalam setiap regional menurut tipe dan kelas rumah sakit, terdiri dari tarif
Rumah Sakit Umum dan Khusus Kelas A, Kelas B Pendidikan, Kelas B Non
Pendidikan, Kelas C dan Kelas D, Tarif RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta,
Tarif RSAB Harapan Kita Jakarta, Tarif RSJP Harapan Kita Jakarta dan Tarif RS
Kanker Dharmais Jakarta, Tarif RS Khusus Stroke Nasional Bukittinggi, Tarif RSKO
Jakarta dan Tarif RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta.
Kemudian adanya penambahan pada 7 kelompok CBGs baru yang dibayarkan
terpisah, yaitu kasus kronik, kasus sub kronik, prosedur mahal, obat mahal,
pemeriksaan mahal dan prosthesis/implant yang mahal. Tentunya setiap periode
tertentu dilakukan perubahan dari segi metodologinya dan akan melibatkan banyak
pihak. Nantinya juga tarif akan digunakan untuk kelas III, II, dan I.
Standar nasional inilah yang digunakan untuk pengelolaan tarif Jamkesmas,
maka penerapan INA CBGs ini mengharuskan rumah sakit untuk melakukan kendali
mutu, kendali biaya dan akses. Sehingga rumah sakit bisa lebih efisien terhadap biaya
perawatan yang diberikan kepada pasien, tanpa mengurangi mutu pelayanan. Dengan
demikian, tarif dapat diprediksi dan keuntungan yang diperoleh rumah sakit pun
dapat lebih pasti.
1. Manfaat INA CBGs
Sistem Casemix INA CBGs merupakan suatu pengklasifikasian dari episode
perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif

Universitas Sumatera Utara

homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien-pasien dengan
karakteristik klinik yang sejenis. Case Base Groups (CBGs), yaitu cara pembayaran
perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama.
Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang
dihabiskan oleh suatu kelompok diagnosis.
Dalam pembayaran menggunakan sistem INA CBGs, baik Rumah Sakit
maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan
yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar pasien dan
kode DRG (Disease Related Group). Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis
tersebut telah disepakati bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh
pemerintah sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan
dijalani oleh pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuaikan dengan jenis
diagnosis maupun kasus penyakitnya.
Bukan hanya dari segi pembayaran, tentu masih banyak lagi manfaat dengan
penggunaan sistem INA CBGs. Bagi pasien, adanya kepastian dalam pelayanan
dengan prioritas pengobatan berdasarkan derajat keparahan, dengan adanya batasan
pada lama rawat (length of stay) pasien mendapatkan perhatian lebih dalam tindakan
medis dari para petugas rumah sakit karena berapapun lama rawat yang dilakukan
biayanya sudah ditentukan, dan mengurangi pemeriksaan serta penggunaan alat
medis yang berlebihan oleh tenaga medis sehingga mengurangi resiko yang dihadapi
pasien.

Universitas Sumatera Utara

Manfaat bagi Rumah Sakit mendapat pembiayaan berdasarkan kepada beban
kerja sebenarnya, dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit,
dokter atau klinisi dapat memberikan pengobatan yang tepat untuk kualitas pelayanan
lebih baik berdasarkan derajat keparahan, meningkatkan komunikasi antar spesialisasi
atau multidisiplin ilmu agar perawatan dapat secara komprehensif serta dapat
memonitor QA dengan cara yang lebih objektif, perencanaan budget anggaran
pembiayaan dan belanja yang lebih akurat, dapat mengevaluasi kualitas pelayanan
yang diberikan oleh masing-masing klinisi, keadilan (equity) yang lebih baik dalam
pengalokasian budget anggaran, dan mendukung sistem perawatan pasien dengan
menerapkan Clinical Pathway.
Kemudian manfaat bagi penyandang dana Pemerintah (provider) dapat
meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran pembiayaan kesehatan,
dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap masyarakat luas akan
akan terjangkau, secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik sehingga
meningkatkan kepuasan pasien dan provider/Pemerintah, dan penghitungan tarif
pelayanan lebih objektif serta berdasarkan kepada biaya yang sebenarnya.
2. Evaluasi Tarif INA CBGs
Kementerian Kesehatan melalui National Casemix Center (NCC) akan terus
mengevaluasi tarif INA CBG, terutama dalam rangka pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) 2014 Tarif yang berlaku tahun ini merupakan tarif yang
dimulai pada tanggal 01 Januari 2013 yaitu tarif pelayanan kesehatan di ruang
perawatan kelas III rumah sakit yang berlaku untuk rumah sakit umum dan rumah

Universitas Sumatera Utara

sakit khusus milik Pemerintah dan Swasta yang bekerjasama dengan program
Jamkesmas. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes Nomor 440 Tahun 2012. Bahwa
berdasarkan indeks harga konsumen yang dikeluarkan dari BPS, ada penetapan
regionalisasi tarif.
Untuk RS Umum dan Khusus kelas A, B Pendidikan, B Non-Pendidikan, C
dan D dijabarkan pada empat regional, yaitu regional I daerah Jawa dan Bali, regional
II daerah Sumatera, regional III untuk daerah Kalimantan, Sulawesi dan Nusa
Tenggara Barat (NTB), dan regional IV daerah Nusa Tenggara Timur (NTT),
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Dengan pertimbangan tertentu, setiap
wilayah dapat menambahkan sesuai dengan kemampuan wilayahnya.
Tarif yang akan diberlakukan JKN sudah diprogramkan sejak dua tahun yang
lalu dan bulan Juli 2013 harus sudah diproduksi tarif baru untuk tahun 2014.
Perubahan tarif untuk JKN dilakukan mengingat ada konsekuensi biaya dari aktivitas
yang dilakukan. Jadi harus sudah disiapkan tarif untuk JKN, salah satunya tujuh
kelompok khusus dengan pembayaran terpisah. Kemudian tahun 2014 akan ada
perubahan tarif baru yang akan dibuat oleh NCC dan ditetapkan oleh Kemenkes.
Perubahan juga menyangkut pada data costing, jika yang sebelumnya data costing
berasal dari 100 rumah sakit. Kemudian untuk persiapan JKN 2014, data costing
rumah sakit Pemerintah dan Swasta diperluas menjadi 161 rumah sakit dari berbagai
kelas dan wilayah. Dengan perbaikan ini, diharapkan tarif INA CBG akan lebih baik
dari sisi metodologi maupun data yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan rumah
sakit.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Kebijakan
2.2.1 Pengertian Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan/kepemimpinan dan cara bertindak
(Balai Pustaka, 2007). Menurut Carl Friedrich kebijakan adalah suatu tindakan yang
mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan
sasaran yang diinginkan. Anderson merumuskan kebijakan sebagai langkah tindakan
yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan
dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi (Winarno, Budi, 2012).
2.2.2 Tahap-Tahap Pembuatan Kebijakan
Adapun tahap-tahap pembuatan Kebijakan Kebijakan menurut William N.
Dunn, 2003 adalah:
1. Penyusunan agenda.
Pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.
Banyaknya masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda.
2. Formulasi Kebijakan.
a. Pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah Alternative
kebijakan melihat perlunya membuat perintah ekskutif, keputusan peradilan
dan tindakan legislatif.

Universitas Sumatera Utara

b. Adopsi kebijakan
Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif,
konsensus diantara direktur lembaga, atau keputusan peradilan.
c. Implementasi Kebijakan
Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit Administrasi yang
memobilisasi sumberdaya finansial dan manusia.
d. Penilaian Kebijakan
Unit-unit pemeriksaan dan akuntasi dalam pemerintahan menentukan apakah
badan-badaan ekskutif, legilatif dan peradilan memenuhi persaratan undangundang dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan.
2.2.3 Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang paling penting dalam proses
kebijakan. Kebijakan dalam suatu program harus diimplementasikan agar dapat
diketahui dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan merupakan
tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Pada akhirnya
dampak dari implementasi mempunyai makna telah ada perubahan yang bisa diukur
dalam masalah yang luas yang dikaitkan dengan program, undang-undang publik.
Fungsi dari Implementasi kebijakan itu sendiri adalah untuk membentuk suatu
hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan
publik yang diwujudkan sebagai outcame (Wahab, 2004). Keberhasilan implementasi
kebijakan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor dan masing-masing variabel
tersebut saling berhubungan satu sama lain. dan masing-masing variabel tersebut

Universitas Sumatera Utara

saling berhubungan satu sama lain. untuk memperkaya pemahaman kita tentang
berbagai variabel yang terlibat didalam implementasi, maka dari itu ada beberapa
teori implementasi menurut Subarsono (2009) yaitu:
1. Teori George C. Edwards III (1980)
Dalam pandangan Edwards III dalam Subarsono (2009), implementasi
kebijakan dapat dipengaruhi oleh :
A. Komunikasi
Menurut

Ermawati (2009),

komunikasi

adalah

proses

penyampaian

pesan/berita dari seseorang ke orang lain sehingga antara kedua belah pihak terjadi
adanya saling pengertian. Komunikasi merupakan keterampilan manajemen yang
sering digunakan dan sering disebut sebagai satu kemampuan yang sangat
bertanggung jawab bagi keberhasilan seseorang, ia sangat penting sehingga orangorang sepenuhnya tahu bagaimana mereka berkomunikasi.
Pada hakekatnya setiap proses komunikasi terdapat unsur – unsur sebagai
berikut Widjaja, (2000) :
1) Sumber pesan
Adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam
rangka memperkuat pesan itu sendiri.
2) Komunikator
Adalah orang atau kelompok yang menyampaikan pesan kepada orang lain,
yang meliputi penampilan, penguasaan masalah, penguasaan bahasa.

Universitas Sumatera Utara

3) Komunikan
Adalah orang yang menerima pesan.
4) Pesan
Adalah keseluruhan dari apa yang disampaiakan oleh komunikator, dimana
pesan ini mempunyai pesan yang sebenarnya menjadi pengarah dalam usaha
mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Adapun unsur – unsur
yang terdapat dalam pesan meliputi : cara penyampaian pesan, bentuk pesan
(informatif, persuasif, koersif), merumuskan pesan yang mengena (umum, jelas
dan gamblang, bahasa jelas, positif, seimbang, sesuai dengan keinginan
komunikan).
5) Media
Adalah saran yang digunakan komunikator dalam penyampaian pesan agar
dapat sampai pada komunikan, meliputi media umum, media massa.
6) Efek
Adalah hasil akhir dari suatu komuniksi, yakni sikap dan tingkah laku orang,
sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita harapkan, apabila sikap dan tingkah
laku orang lain itu sesuai maka komunikasi berhasil, demikian sebaliknya.
Tujuan komunikasi keorganisasian antara lain untuk memberikan informasi
baik kepada pihak luar maupun pihak dalam, memanfaatkan umpan balik dalam
rangka proses pengendalian manajemen, mendapatkan pengaruh, alat untuk
memecahkan persoalan untuk pengambilan keputusan, mempermudah perubahanperubahan yang akan dilakukan, mempermudah pembentukan kelompok-kelompok

Universitas Sumatera Utara

kerja serta dapat dijadikan untuk menjaga pintu keluar-masuk dengan pihak-pihak
luar organisasi Umar, (2002).
Arah komunikasi di dalam suatu organisasi, Umar, (2002) antara lain :
a. Komunikasi ke bawah, yaitu dari atasan ke bawahan, yang dapat berupa
pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi maupun evaluasi. Medianya
bermacam-macam, seperti memo, telepon, surat dan sebagainya.
b. Komunikasi ke atas, yaitu komunikasi dari bawahan ke atasan. Fungsi
utamanya adalah untuk mencari dan mendapatkan informasi tentang aktivitasaktivitas dan keputusan-keputusan yang meliputi laporan pelaksanaan kerja,
saran serta rekomendasi, usulan anggaran, pendapat-pendapat, keluhankeluhan, serta permintaan bantuan. Medianya biasanya adalah laporan baik
secara lesan maupun tertulis atau nota dinas.
c. Komunikasi ke samping, yaitu komunikasi antar anggota organisasi yang
setingkat. Fungsi utamanya adalah untuk melakukan kerja sama dan proaktif
pada tingkat mereka sendiri, di dalam bagian atau antar bagian lain yang
bertujuan untuk memecahkan berbagai masalah maupun menceritakan
pengalaman mereka dalam melaksanakan pekerjaannya
d. Komunikasi ke luar, yaitu komunikasi antara organisasi dengan pihak
luar, misalnya dengan pelanggan dan masyarakat pada umumnya. Organisasi
berkomunikasi dengan pihak luar dapat melalui bagian Public Relations atau
media iklan lain

Universitas Sumatera Utara

Menurut Cummings dalam Umar, (2002), mengkomunikasikan sesuatu
memiliki cara sendiri-sendiri. Untuk mengkomunikasikan ke bawah hal-hal pokok
yang perlu dikuasai oleh atasan adalah:
a. Memberikan perhatian penuh pada bawahan.
b. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
c. Mendengarkan dengan umpan balik.
d. Memberikan waktu yang cukup.
e. Menghindari kesan memberikan persetujuan maupun penolakan.
Untuk

komunikasi

ke

atas,

bawahan

dapat

melakukan

cara-cara

berkomunikasi berikut ini:
a. Melaporkan dengan segera setiap perubahan yang dihadapi;
b. Menyusun informasi sebelum dilaporkan;
c. Memberikan keterangan selengkapnya jika atasan memiliki waktu;
d. Mengajukan fakta bukan perkiraan;
e. Melaporkan juga perihal sikap, produktivitas, moral kerja, atau persoalan
khusus yang dihadapi bawahan;
f. Menghindari penyebaran informasi yang salah;
g. Meminta nasihat atasan mengenai cara-cara menangani masalah yang sulit
h. diatasi sendiri oleh bawahan.
Secara umum Edwards membahas tiga hal yang penting dalam proses
komunikasi kebijakan,Winarno, B (2002) yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a.

Transmisi adalah mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa
yang harus dilakukan. Keputusan dan perintah harus diteruskan kepada
personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah itu diikuti.komunikasi
harus akurat dan harus dimengerti. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran
kebijakan harus disampaikan kepada kelompok sasaran (target) sehingga akan
mengurangi dampak dari implementasi tersebut.

b.

Kejelasan
Jika kebijakan diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka
petunjuk-petunjuk pelaksanaa tidak hanya harus diterima oleh para
pelaksana,tetapi

juga

komunikasi

harus

jelas.

Ketidakjelasan

pesan

komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan implementasi kebijakan
akan mendorong terjadinya interprestasi yang salah bahkan mungkin
bertentangan dengan makna pesan awal.
c.

Konsistensi
Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah-perintah
pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah-perintah yang
sampaikan kepada para pelaksana kebijakan mempunyai unsur kejelasan,
tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah tersebut tidak akan
memudahkan para pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik.

B. Sumber Daya
Jika para pelaksana kekurangan sumber-sumber yang diperlukan Perintah –
perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten, tetapi

Universitas Sumatera Utara

untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan, maka implementasi ini pun cenderung
tidak efektif.
Menurut Winarno, (2002), sumber-sumber yang akan mendukung kebijakan
yang efektif terdiri :
1) Staf
Sumber daya manusia pelaksana kebijakan, dimana sumber daya manusia
tersebut memiliki jumlah yang cukup dan memenuhi kualifikasi untruk
melaksanakan kebijakan. Sumber daya manusia memiliki jumlah yang cukup
dan memenuhi kualifikasi adalah para pelaksana yang berjumlah cukup dan
memiliki kemampuan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan
kebijakan yang ditetapkan. Jumlah pelaksana yang banyak tidak otomatis
mendorong implementasi yang berhasil, jika tidak memiliki keterampilan
yang memadai. Disisi lain kurangnya personil yang memiliki keterampilan
juga akan menghambat pelaksanaa kebijakan tersebut.
2) Kewenangan
Kewenangan dalam sumber daya adalah kewenangan yang memiliki oleh
sumber daya manusia utnuk melaksnakan suatu kebijakan yang ditetapkan.
Kewenangan yang dimilki oleh sumber daya manusia adalah kewenangan
setiap pelaksana untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan apa yang
diamanatkan dalam suatu kebijakan.

Universitas Sumatera Utara

3) Informasi
Informasi merupakan sumber penting dalam implemenatasi kebijakan.
Informasi dalam sumber daya adalah informasi yang dimilki oleh sumber
daya manusia untuk melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Informasi
untuk melaksanakan kebijakan disini adalah segala keterangan dalam bentuk
tulisan ataupesan,pedomam,petunjuk dan tata cara pelaksanaan yang bertujuan
untk melaksanakan kebijakan.
4) Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana adalah semua yang tersedia demi terselenggaranya
pelaksnaan suatu kebijakan dan dipergunakaan Untuk mendukung secara
langsung dan terkait dengan tugas-tugas yang ditetapkan.
C. Disposisi
Disposisi sebagaimana dijelaskan oleh Subarsono (2005) adalah watak dan
karateristik yang dimiliki oleh implementor, seperti kejujuran, komitmen, sifat
demokratis. Ketika implementor memilki sifat atau persepktif yang berbeda dengan
pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan tidak efektif.
Disposisi implementator ini mencakup tiga hal penting, yang meliputi :
1) Respons implementator terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi
kemauannya untuk melaksanakan kebijakan; Kognisi, yakni pemahaman para
implementator terhadap kebijakan yang dilaksanakan;
2) Intensitas disposisi implementator, yakni freferensi nilai yang dimiliki oleh
implementator

Universitas Sumatera Utara

3) Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek
struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang
(standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap
implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan
cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur
birokrasi yang rumit dan kompleks, Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas
organisasi tidak fleksibel.
2.

Teori Merilee S. Grindle (1980)
Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle ( Wibawa, 1994 )

yang menjelaskan bahwa implementasi dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi
kebijakan dan lingkungan (konteks) implementasi, kedua hal tersebut harus didukung
oleh program aksi dan proyek individu yang didesain dan dibiayai berdasarkan tujuan
kebijakan, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan akan memberikan hasil berupa
dampak pada masyarakat, individu dan kelompok serta perubahan dan penerimaan
oleh masyarakat terhadap kebijakan yang terlaksana. variabel isi kebijakan menurut
Grindle mencakup beberapa indikator yaitu :
1) Kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan.
2) Jenis manfaat yang diterima oleh target group.
3) Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan.
4) Letak pengambilan keputusan.

Universitas Sumatera Utara

5) Pelaksana program telah disebutkan dengan rinci, dan
6) Dukung oleh sumber daya yang dilibatkan.
Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup 3 indikator yaitu:
1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor
yang terlibat dalam implementasi kebijakan.
2. Karakteristik lembaga dan rejim yang sedang berkuasa.
3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
Di sini kebijakan yang menyangkut banyak kepentingan yang berbeda akan
lebih sulit diimplementasikan dibanding yang menyangkut sedikit kepentingan. Oleh
karenanya tinggi-rendahnya intensitas sw berbagai pihak (politisi, pengusaha,
masyarakat, kelompok sasaran dan sebagainya) dalam implementasi kebijakan akan
berpengaruh terhadap efektivitas implementasi kebijakan.
3. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn
Menurut Meter dan Horn, ada enam variable yang memengaruhi kinerja
implementasi, yakni:
1) Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas
dan terukur sehingga dapat direalisir.
2) Sumber daya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik
sumber daya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-manusia
(non-human resourse).
3) Hubungan antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi sebuah
program perlu dukungan dan koordinasi dengan intansi lain.

Universitas Sumatera Utara

4) Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana
adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan
yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi
implementasi suatu program.
5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya
ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan.
6) Disposisi implementor. Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang
penting,

yakni: respon implementor terhadap kebijakan,

yang akan

memengaruhi kemaunnya untuk melaksanakan kebijakan. dan intensitas
disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
4.

Teori David L. Weimer dan Aidan R. Vining
Dalam pandangan Weimer dan Vining ada tiga kelompok variabel besar yang

dapat memengaruhi keberhasilan implementasi suatu program, yakni:
1) Logika dari suatu kebijakan. Ini dimaksudkan agar suatu kebijakan yang
ditetapkan masuk akal dan mendapat dukungan teoritis.
2) Lingkungan tempat kebijakan tersebut dioperasikan akan memengaruhi
keberhasilan impelmentasi suatu kebijakan. Yang dimaksud lingkungan ini
mencakup lingkungan sosial, politik, ekonomi,hankam, dan fisik atau
geografis.
3) Kemampuan implementor. Keberhasilan suatu kebijakan dapat dipengaruhi
oleh tingkat kompetensi dan keterampilan dari implementor kebijakan.

Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Analisis Kebijakan Publik
Analsis Kebijakan adalah aktivitas menciptakan pengetahuan tentang dan
dalam proses pembuatan kebijakan. Disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan
multi-metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan mentransformasikan
informasi yang policy relevant buat memecahkan masalah kebijakan (Dunn, 2003).
Menurut William N.Dunn, ada bentuk Analisis Kebijakan yaitu:
1. Analisis kebijakan prospektif yaitu, bentuk analisis yang mengarahkan
sebelum aksi kebijakan mulai diimplementasikan. Bentuk ini melibatkan
teknik-teknik peramalan untuk memprediksikan kemungkinan yang timbul
akibat kebijakan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Kebijakan Retrospektif yaitu, bentuk analisis yang menjelaskan
sebagai penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan
dilakukan. Bentuk ini bersifat evaluatif, karena melibatkan evaluasi terhadap
dampak kebijakan yang sedang atau yang telah dilaksnakan.
3. Analisis kebijakan terintegrasi yaitu, bentuk analisis yang mengkombinasikan
gaya oprasi para praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan
transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan. Bentuk ini
melibatkan teknik peramalan maupun evaluasi
terhadap kebijakan yang telah dilaksanakan.
2.2.5 Kebijakan Kesehatan
Sektor kesehatan merupakan bagian penting dari perekonomian di berbagai
negara. Sejumlah pendapat menyatakan bahwa sektor kesehatan sama dgn spons yang

Universitas Sumatera Utara

dapat menyerap banyak sumber daya nasional untuk membiayai banyak tenaga
kesehatan. Ada juga pendapat menyatakan bahwa sektor kesehatan merupakan
pembangkit perekonomian melalui inovasi dan investasi dibidang technologi
biomedis atau produksi dan penjualan obat-obatan atau dengan menjamin adanya
populasi yang sehat yang produktif secara ekonomi. Sebagian masyarakat selalu
mengunjungi fasilitas kesehatan sebagai pasien dengan memanfaatkan rumah sakit,
klinik ataupun apotik, begitu juga dengan profesi kesehatan. Karena pengambilan
keputusan kesehatan berkaitan dengan kematian dan keselamatan, kesehatan
diletakkan pada posisi yg lebih istimewa dibanding dgn masalah sosial lainnya.
Kesehatan juga dipengaruhi oleh masalah sosialnya lainnya misalnya kemiskinan.
Memahami hubungan antara kebijakan kesehatan dan kesehatan itu sendiri
menjadi sedemikian pentingnya sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan, misalnya meningkatnya obesitas, wabah HIV ADIS. Tujuan dari
Kebijakan Kesehatan memberi arahan dalam pemilihan teknologi kesehatan yang
akan dikembangkan dan digunakan, mengelola dan membiayai layanan kesehatan,
atau jenis obat yang dibeli bebas.
Kebijakan kesehatan merupakan sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka
yang bertanggungjawab dalam bidang kesehatan, untuk dapat memberikan arahan dalam pemecahan masalah kesehatan supaya tujuan tercapai.
2.2.6 Faktor–Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Kesehatan
Menurut Leichter dalam Kent Buse (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan kesehatan adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Faktor Situasional
Keadaan ini merupakan kondisi yang tidak permanen atau khusus yang dapat
berdampak pada kebijakan. Faktor ini bersifat satu kejadian atau terlalu lama
menjadi perhatian publik.
2. Faktor Struktural
Faktor ini meliputi :
a. Sistem politik yaitu mencakup keterbukaan sistem dan kesempatan bagi
warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembahasaan dan keputusan
kebijakan.
b. Bidang ekonomi dan dasar untuk tenaga kerja (contohnya banyak tenaga
yg terlatih pada satu daerah, tapi pekerjaan sedikit, maka negara dapat
memindahkan tenaga profesional ke daerah yang kurang tenaga)
c. Kondisi demografi atau kemajuan teknologi (contohnya Perubahan
teknologi menambah jumlah wanita hamil melahirkan secara cesar.
d. Kekayaan suatu negara akan berpengaruh kuat terhadap jenis layanan
kesehatan.
3. Faktor Budaya
Kedudukan sabagai minoritas atau perbedaan bahasa dapat menyebabkan
kelompok tertentu memiliki informasi yang tidak sama tentang hak-hak
mereka, ataupun menerima layanan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
Misalnya dibeberapa negara para wanita tidak dapat mudah mengunjungi

Universitas Sumatera Utara

fasilitas kesehatan (karena harus ditemani suami atau keluarga, contohnya
TBC,HIV).
4. Faktor Internasional
Dapat menyebabkan meningkatnya ketergantungan antar negara dan
mempengaruhi kemandirian dan kerjasama internasional dalam kesehatan.
Meskipun banyaknya masalah kesehatan berhubungan dengan pemerintah
nasional, sebagian dari masalah memerlukan kerjasama organisasi tingkat
nasional, regional maupun multilateral, contohnya pembrantasan polio.
2.2.7 Kerangka Konsep dalam Kebijakan Kesehatan
Segitiga kebijakan kesehatan merupakan suatu pendekatan yang sangat
sederhana untuk suatu tatanan hubungan yang kompleks, dimana segitiga ini
menunjukkan kesan bahwa keempat faktor dapat dipertimbangkan secara terpisah.
Pada kenyataannya, para pelaku dapat dipengaruhi dalam konteks dimana mereka
tinggal dan bekerja. Konteks dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti ketidak-stabilan
atau ideologi, proses penyusunan kebijakan.

Universitas Sumatera Utara

Skema segitiga analisis kebijakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Konteks

Aktor
Individu
Grup
Organisasi
Isi / Kontent

Proses
Gambar 2.1 Segitiga Analisis Kebijakan

Sumber : Kent Buse, 2009
2.2.8 Kebijakan Kesehatan sebagai Tanggung Jawab Pemerintah
Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Menurut UU Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 5 disebutkan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan.
Menurut UU Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 14 disebutkan bahwa
pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Rumah Sakit
2.3.1 Pengertian Rumah Sakit
Undang – undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa
rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan
kesehatan rawat inap , rawat jalan dan gawat darurat. Sebagai upaya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan secara paripurna , maka rumah sakit harus memiliki komponen
pelayanan.
Menurut Undang Undang No 44 tahun 2009 , komponen pelayanan di rumah
sakit mencakup 20 pelayanan sebagai berikut : (1) administrasi dan manajemen , (2)
pelayanan medis (3) pelayanan gawat darurat (4) kamar operasi , (5) pelayanan
intensif (6) pelayanan perinatal risiko tinggi, (7) pelayanan keperawatan , (8)
pelayanan anastesi (9) pelayanan radiologi , (10) pelayanan farmasi (11) pelayanan
laboratorium , (12) pelayanan rehabilitasi medis , (13) pelayanan gizi , (14) rekam
medis , (15) pengendalian infeksi di rumah sakit (16) pelayanan sterilisasi sentral
.(17) keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana alam . (18)
pemeliharaan saran , (19) pelayanan lain , dan (20) perpustakaan
Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 pengertian Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
a. Rumah Sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat ,
pendidikan serta penelitian kedokterann diselenggarakan.

Universitas Sumatera Utara

b. Rumah Sakit adalah suatu alat organisasi yang terdir dari tenaga medis
professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan

pelayanan

kedokteran,

asuhan

keperawatan

yang

berkesinambungan., diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien.
c. Rumah Sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima
pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk
mahasiswa kedokterran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya
diselenggarakan.
d. Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga
kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian.
2.3.2 Fungsi Rumah Sakit
Fungsi rumah sakit tidak secara keseluruhan daqpat dilakukan oleh seluruh
rumah sakit pemerintah atau swasta, tetapi tergantung pda klasifikasi rumah sakit.
Berdasarkan klasifikasi rumah sakit dapat diketahui bahwa rumah sakit dengan
kategori/ kelas A. mempunyai fungsi, jumlah dan kategori ketenagaan, fasilitas, dan
kemampuan pelayanan yang lebih besar daripada rumash sakit dengan kelas lainnya
yang lebih rendah, seperti kelas B, C dan kelas D (Undang- Undang No. 44 tahun
2009)

Universitas Sumatera Utara

2.4 Landasan Teori
Menurut George C.Edwards III (Subarsono,2009 ) terdapat faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu komunikasi, sumber daya,
disposisi dan struktur birokrasi.
Interaksi faktor–faktor yang saling mempengaruhi dapat digambarkan seperti
dibawah ini:
Komunikasi

Sumberdaya
Implementasi

Disposisi

StrukturBirokrasi
Gambar 2.2 Model Implementasi Menurut George C. III

Universitas Sumatera Utara

2.5. Kerangka Berfikir
Berdasarkan atas landasan teori diatas maka faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap Implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit
Umum Daerah Kecamatan Mandau adalah Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi dan
Struktur Birokrasi.

INPUT
1. Sarana dan
Prasarana
2. SDM
3. SOP

1.
2.
3.
4.

PROSES

OUTPUT

IMPLEMENTASI

Implementasi
kebijakan JKN
di Rumah Sakit

Komunikasi
Sumber Daya
Disposisi
Struktur Birokrasi

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2014

5 36 185

Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Riau Tahun 2014

0 0 16

Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Riau Tahun 2014

0 0 2

Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Riau Tahun 2014

0 0 7

Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Riau Tahun 2014

0 0 4

Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Riau Tahun 2014

0 1 14

Analisis Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Sulaiman Dalam Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014

0 0 19

Analisis Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Sulaiman Dalam Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014

0 0 2

Analisis Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Sulaiman Dalam Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014

0 0 10

Analisis Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Sulaiman Dalam Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014

0 1 50