Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Efektifitas
2.1.1. Pengertian Efektifitas
Efektifitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai dengan rencana baik
dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya melalui aktifitas tertentu baik
secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara
kuantitatif maupun kualitatif (Margono, 2000).
Menurut Sutikno (2005) efektifitas adalah merupakan suatu pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat
mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBBI) efektifitas adalah sesuatu
yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan
merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Dalam hal ini efektifitas
dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah
dicanangkan.
2.1.2. Ciri-ciri Efektifitas
Menurut Harry Firman (1987) keefektifan program pembelajaran ditandai
dengan ciri-ciri sebagai berikut :


a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan instruksional yang telah
ditetapkan.
b. Memberikan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara aktif sehingga
menunjang pencapaian tujuan instruksional
c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.
Keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat
prestasi belajar saja melainkan harus ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.
Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon,
kerjasama, partisipasi aktif, waktu serta tehnik pemecahan masalah yang ditempuh
siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar. Aspek Sarana
penunjang meliputi tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang
diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium,
media dan buku-buku teks.
2.1.3. Kriteria Efektifitas
Kriteria efektifitas mengacu kepada :
a.

Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang
kurangnya 75 % dari jumlah siswa memperoleh nilai 60 dalam peningkatan hasil

belajar.

b.

Model pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik hasil belajar siswa
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan
pemahaman setelah pembelajaran.

c.

Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan
motivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik
(Nurgana 1985).

2.2. Penyuluhan Kesehatan
2.2.1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Menurut Effendy (2001), pengertian pendidikan kesehatan identik dengan
penyuluhan kesehatan, karena keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku yang
diharapkan, yaitu perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan mengenal
masalah kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam meningkatkan

kesehatannya. Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter,
1986 dikutip oleh Notoatmodjo 2010). Pendidikan kesehatan adalah upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau
masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011).
Menurut Anwaz dalam Effendy (2001), penyuluhan kesehatan adalah kegiatan
pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan
keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau
dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan dalam Effendy (2001), penyuluhan kesehatan
adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip–

prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, di mana individu, keluarga, kelompok
atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan
melakukan apa saja yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara
kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.
2.2.2. Metode Penyuluhan Kesehatan
Metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang
dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan

terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan
yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metode curah
pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya, yang akan
dijelaskan sebagai berikut. Dari metode yang dapat dipergunakan dalam penyuluhan
kesehatan masyarakat, dapat dikelompokkan dalam dua macam metode, yaitu:
a) Metode didaktik
Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan
kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan
untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan–
pertanyaan apapun. Proses penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way
method). Adapun yang termasuk dalam metode didaktik
(1) Secara langsung melalui ceramah
Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide,
pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga
memperoleh informasi tentang kesehatan.

(2) Secara tidak langsung
(a) Poster
(b) Media cetak (majalah, buletin, surat kabar)
(c) Media elektronik (radio, televisi)

b) Metode sokratik
(1) Secara langsung
(a) Diskusi
Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah
dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan di antara 15–20 peserta
(sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
(b) Curah pendapat
Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah yang
terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat–
pendapat tadi dilakukan kemudian.
(c) Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan
prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan
dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap
kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

(d) Bermain peran (role playing)
Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan
manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau

lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
(e) Simposium
Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5
orang dengan topik yang berlainan tetapi saling berhubungan.
(f) Seminar
Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk
membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
menguasai bidangnya.
(g) Studi kasus
Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang sedetailnya, yang
memungkinkan kelompok menganalisis masalah itu. Permasalahan
tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang mengandung diagnosis,
pengobatan dan perawatan. Dapat disampaikan secara lisan maupun
tertulis, drama, film, dapat juga berupa rekaman.
(2) Secara tidak langsung
(a) Penyuluhan kesehatan melalui telepon
(b) Satelit komunikasi

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan
masyarakat menurut Effendy (2001), apakah itu dari penyuluh, sasaran

atau dalam proses penyuluhan itu sendiri.
1) Faktor Penyuluh
a) Kurang persiapan
b) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan
c) Penampilan kurang meyakinkan sasaran
d) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran
karena terlalu banyak menggunakan istilah–istilah asing
e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar
f)

Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga
membosankan.

2) Faktor Sasaran
a) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima
pesan yang disampaikan
b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu
memperhatikan pesan–pesan yang disampaikan, karena lebih
memikirkan kebutuhan–kebutuhan lain yang lebih mendesak
c) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga

sulit

untuk

mengubah

misalnya,

makan

ikan

dapat

menimbulkan cacingan, makan telur dapat menimbulkan
cacingan.

d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin
terjadi perubahan perilaku. Misalnya masyarakat yang tinggal
di daerah tandus yang sulit air akan sangat sukar untuk

memberikan penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi dan
perseorangan.
3) Faktor proses dalam penyuluhan
a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan
sasaran
b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian
sehingga mengganggu proses penyuluhan kesehatan yang
dilakukan
c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak
sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan
penyuluhan
d) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang ditunjang
oleh alat peraga yang dapat mempermudah pemahaman sasaran
e) Metode

yang

dipergunakan

kurang


tepat

sehingga

membosankan sasaran untuk mendengarkan penyuluhan yang
disampaikan
f)

Bahasa yang dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran,
karena tidak menggunakan bahasa keseharian sasaran.

2.2.3. Metode Diskusi
Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan
tentang topik tertentu dan salah seorang diantaranya memimpin diskusi tersebut.
Penggunaan metode diskusi kelompok memenuhi ketentuan yaitu :
1. Peserta diberi kesempatan saling mengemukakan pendapat
2. Problema dibuat menarik
3. Peserta dibantu mengeluarkan pendapat
4. Problema perlu dikenal dan diolah

5. Orang yang tidak suka berbicara diberi kesempatan
Keuntungan diskusi kelompok yaitu:
1. Memungkinkan saling mengemukakan pendapat
2. Merupakan pendekatan yang demokratis
3. Mendorong rasa persatuan
4. Memperluas pandangan
5. Menghayati kepemimpinan bersama
6. Membantu mengembangkan kepemimpinan
7. Memperoleh pandangan dari orang yang tidak suka bicara
Kekurangan diskusi kelompok yaitu :
1. Tidak dapat dipakai pada kelompok besar
2. Peserta memperoleh informasi yang terbatas
3. Diskusi mudah berlarut-larut
4. Membutuhkan pemimpin yang terampil

5. Mungkin didominasi orang-orang yang suka belajar
6. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Wahid IM,2011)
Menurut Romlah (1989) pelaksanaan diskusi kelompok meliputi tiga langkah
yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan, fasilitator melaksanakan 5 hal yaitu:
a. Merumuskan tujuan diskusi
b. Menentukan jenis diskusi
c. Melihat pengalaman dan perkembangan mahasiswa apakah memerlukan
pengarahan-pengarahan yang jelas, waktu diskusi
d. Memperhitungkan waktu yang tersedia untuk kegiatan diskusi
e. Mengemukakan hasil yang diharapkan dari diskusi misalnya rangkuman,
kesimpulan atau pemecahan masalah.
2. Tahap pelaksanaan
Fasilitator memberikan tugas yang harus di diskusikan, waktu yang tersedia untuk
mendiskusikan tugas itu, memberitahu cara melaporkan tugas serta menunjuk
pengamat diskusi bila diperlukan
3. Tahap penilaian
Fasilitator meminta pengamat melaporkan hasil pengamatannya, memberikan
komentar mengenai proses diskusi dan membicarakannya dengan kelompok
2.2.4. Metode Curah Pendapat
Curah

pendapat

adalah

pemecahan

masalah

ketika

setiap

anggota

mengusulkan semua kemungkinan pemecahan yang dipikirkan dengan cepat. Kritik

evaluasi atas semua pendapat dilakukan setelah semua anggota kelompok
mencurahkan pendapatnya. Metode ini cocok digunakan untuk membangkitkan
pikiran yang kreatif, merangsang partisipasi, mencari kemungkinan pemecahan
masalah, mencari pendapat-pendapat baru dan menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam kelompok.
Keuntungan curah pendapat :
1. Membangkitkan pendapat baru
2. Merangsang semua anggota untuk ambil bagian
3. Menghasilkan reaksi rantai dalam pendapat
4. Tidak menyita banyak waktu
5. Dapat dipakai dalam kelompok besar maupun kecil
6. Tidak memerlukan pemimpin yang terlalu hebat
Kerugian curah pendapat :
1. Mudah lepas kontrol
2. Harus dilanjutkan dengan evaluasi agar efektif
3. Mungkin sulit membuat anggota mengerti bahwa segala pendapat dapat diterima
4. Anggota cenderung mengadakan evaluasi segera setelah diajukan satu pendapat
(Wahid, IM. 2011).
Langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode curah pendapat
adalah sebagai berikut :
1. Penjelasan

pengajar

pemecahannya.

tentang

masalah

yang

akan

dicarikan

alternatif

2. Penjelasan pengajar tentang mekanisme curah pendapat dengan memberi
penekanan bahwa:
a. Setiap siswa bebas mengemukakan gagasan yang muncul dibenaknya
b. Setiap gagasan akan diterima (diinventarisasi dengan cara menulis dipapan
tulis) dan siswa lain tidak boleh langsung memberikan komentar / tanggapan
3. Semua

siswa

mendiskusikan

dan

mengevaluasi

semua

gagasan

yang

diinventarisasi, memperjelas kalimat dan mengelompokkan gagasan menurut
kriteria.
4. Selanjutnya siswa menentukan gagasan tertentu atau gabungan beberapa gagasan
yang dianggap baik untuk dilakukan (Suciati 1998).

2.3. Aborsi
2.3.1. Definisi
Pengguguran kandungan atau aborsi atau aborsi menurut:
a) Medis : aborsi adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada
tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram
(Cuningham FG, 2006).
b) Kamus Besar Bahasa Indonesia : terjadi keguguran janin, melakukan aborsi
(dengan sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
c) Keguguran adalah pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (Muchtar Rustam, 1998).

d) Istilah aborsi dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang
dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram
waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat
badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka aborsi ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari
20 minggu (Prawirohardjo Sarwono, 2009).
2.3.2. Etiologi
Penyebab aborsi dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:
1.

Faktor Janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik dan ini terjadi pada
50%-60% kasus keguguran.

2. Faktor Ibu
a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.
b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti
phospholipid syndrome.
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma, herpes, klamidia.
d. Kelemahan otot leher rahim.
e. Kelainan bentuk rahim.
3.

Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan
aborsi.

Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan aborsi adalah:
1.

Faktor Genetik
Sekitar 5 % aborsi terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya
kromosom trisomi dengan trisomi 16.

2.

Faktor Anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 %
wanita dengan aborsi spontan yang rekuren.

3.

Faktor Endokrin
Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.

4.

Faktor Infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus) dan malaria.

5. Faktor Imunologi
Terdapat antibody kardio lipid yang mengakibatkan pembekuan darah
dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya
aliran darah dari ari-ari tersebut.
6.

Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu,
misalnya penyakit tuberkulosis. Adanya penyakit kronis (diabetes melitus,
hipertensi kronis, penyakit liver/ginjal kronis) dapat diketahui lebih mendalam
melalui anamnesa yang baik.

7.

Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
predisposisi aborsi.

8.

Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik
harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena
jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan.

9.

Faktor psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara aborsi yang berulang dengan keadaan
mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap
terjadinya aborsi ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat
penting dalam menyelamatkan kehamilan (Prawirohardjo Sarwono, 2009).

2.3.3. Jenis Aborsi
Aborsi dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
Menurut terjadinya dibedakan atas:
1. Aborsi spontan yaitu aborsi yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau
dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
2. Aborsi provokatus (induksi aborsi) adalah aborsi yang disengaja tanpa indikasi
medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat. Aborsi ini
terbagi lagi menjadi:

1) Aborsi medisinalis (aborsi therapeutica) yaitu aborsi karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa
ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.
2) Aborsi kriminalis yaitu aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
Pembagian aborsi secara klinis adalah sebagai berikut :
1. Aborsi Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya aborsi,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan.
2. Aborsi Insipiens adalah aborsi yang sedang mengancam ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
3. Aborsi Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
dan masih ada yang tertinggal.
4. Aborsi Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
5. Missed Abortion adalah aborsi yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
6. Aborsi Habitualis ialah aborsi spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.

7. Aborsi Infeksious ialah aborsi yang disertai infeksi pada alat genitalia.
8. Aborsi Terapeutik adalah aborsi dengan induksi medis (Prawirohardjo Sarwono,
2009).
2.3.4. Tehnik Aborsi
Beberapa teknik aborsi yang dikemukakan oleh Sukrisno (2010) adalah:
1) Metode penyedotan (Suction Curettage)
Aborsi ini dilakukan dengan mesin penyedot bertenaga kuat yang dimasukkan ke
dalam rahim dan mulut rahim dibuat renggang sehingga janin luruh dan ari-ari
(plasenta) terlepas dari dinding rahim. Dengan metode ini dapat berisiko terjadi
robek rahim yang disebabkan salah penyedotan sehingga akan mengalami
pendarahan hebat dan berujung kematian.
2) Teknik dilatasi dan kerokan
Cara ini leher rahim dibuka atau perbesar dengan paksa untuk dimasukkan pisau
tajam kemudian janin hidup dicabik kecil-kecil dan plasenta dikerok dari dinding
rahim. Umumnya terjadi perdarahan hebat dan jika tidak diobati dengan baik akan
terjadi infeksi.
3) Menggunakan Pil Roussell-Uclaf (RU 486)
Pil yang dikenal juga sebagai “pil aborsi Prancis” ini mengandung dua hormon
sintetik, yaitu mifepristone dan misoprostol. Cara kerja pil ini menghentikan
hormon progesteron yang berfungsi menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar.
Sehingga janin tidak mendapatkan nutrisi lagi, menjadi kelaparan, hingga tak

bernyawa. Efek dari penggunaan pil ini adalah pendarahan hebat, pusing-pusing,
muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian.
4) Peracunan dengan garam
Dilakukan pada janin berusia lebih dari 16 minggu, selang jarum yang panjang
dimasukkan melalui perut ibu ke dalam rahim, lalu sejumlah cairan disedot keluar
dan larutan garam pekat disuntikan kedalamnya. Bayi dibakar hidup-hidup oleh
racun itu. Dengan cara itu bayi akan mati dalam waktu 1 jam, kulitnya benar
benar hangus dalam waktu 24 jam.
5) Histerektomi / bedah Caesar
Dilakukan 3 bulan terakhir dari kehamilan. Rahim dimasuki alat bedah melalui
dinding perut. Bayi kecil ini dikeluarkan dan dibiarkan saja agar mati atau
kadang-kadang langsung dibunuh.
6) Pengguguran kimia (Prostaglandin)
Menggunakan bahan-bahan kimia ini mengakibatkan rahim ibu mengerut,
sehingga bayi yang hidup itu mati dan terdorong keluar. Kerutan ini sedemikian
kuatnya sehingga ada bayi-bayi yang terpenggal. Sering juga bayi yang keluar itu
masih hidup. Efek samping bagi ibu banyak sekali yang meninggal akibat
serangan jantung waktu cairan kimia itu disuntikkan.
2.3.5. Bahaya Aborsi
Menurut Sukrisno (2010), aborsi dapat membahayakan keselamatan kesehatan
wanita, antara lain :

1) Resiko terhadap Kesehatan Fisik
a) Kematian mendadak karena perdarahan hebat : leher rahim robek atau
terbuka lebar akan menimbulkan pendarahan hebat yang membahayakan
keselamatan ibu. Terkadang dibutuhkan pembedahan untuk menghentikan
pendarahan tersebut.
b) Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
c) Kematian secara lambat karena infeksi serius di sekitar kandungan.
Disebabkan oleh alat medis tidak steril yang dimasukkan ke dalam rahim
atau sisa janin yang tidak dibersihkan dengan benar.
d) Rahim yang sobek (uterine perforation) dapat terjadi karena mulut rahim
sebelah dalam bukan saja sempit dan perasa sifatnya, tetapi juga kalau
tersentuh, maka ia menguncup kuat-kuat. Kalau dicoba untuk memasukinya
dengan kekerasan maka otot tersebut akan menjadi robek.
e) Kerusakan leher rahim (cervical lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya.
f)

Kanker payudara (karena ketidak seimbangan hormon estrogen pada
wanita).

g) Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
h) Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
i)

Kanker hati (Liver Cancer).

j)

Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya.

k) Menstruasi menjadi tidak teratur lagi selama sisa produk kehamilan belum
dikeluarkan dan bahkan sisa itu dapat berubah menjadi kanker.
l)

Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi.

m) Aborsi yang gagal: Apabila dalam proses aborsi mengalami kegagalan dan
janin masih hidup kemungkinan besar saat lahir mengalami cacat fisik dan
dapat juga melahirkan bayi prematur.
2) Resiko terhadap Kesehatan Mental
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai post abortion syndrome dan
akan mengalami hal hal seperti ini:
a) Kehilangan harga diri (82%).
b) Berteriak teriak histeris (51%).
c) Mimpi buruk berkali kali mengenai bayinya (63%).
d) Ingin melakukan bunuh diri (28%).
e) Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%).
f) Tidak bisa menikmati hubungan seks lagi (59%).
Di luar hal-hal tersebut diatas, para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun tahun dalam hidupnya
(Kartini, 2010).

2.4. Abortus Provokatus Kriminalis
2.4.1. Definisi
a.

Abortus provokatus kriminalis adalah abortus yang disengaja baik melalui obatobatan medis, tradisional maupun dengan alat-alat lain yang terjadi karena
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional (Yani
Widyastuti 2010)

b.

Abortus provokatus kriminalis adalah abortus yang dilakukan tanpa indikasi
medis dilakukan secara sembunyi sembunyi dan dilakukan oleh tenaga yang
tidak terdidik, termasuk oleh wanita hamil itu sendiri (Manuaba IBG 2005).

2.4.2. Penyebab Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada

kehamilan yang tak

diinginkan. Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya :
a. Kegagalan Kontrasepsi
Kehamilan yang tidak diinginkan juga banyak terjadi karena kurangnya informasi
tentang kesehatan reproduksi dan penggunaan alat KB. Pemahaman dan akses
untuk menggunakan alat kontrasepsi yang kurang akhirnya memicu kehamilan
yang tidak diinginkan
b. Kehamilan Diluar Nikah
Kehamilan diluar nikah banyak terjadi pada kelompok remaja disebabkan karena
pergaulan yang sangat bebas bagi remaja. Tingginya tingkat kehamilan diluar
nikah yang berhubungan secara positif dengan tindakan aborsi menjadi bukti yang

sulit dibantah. Ada beberapa faktor yang mendorong remaja melakukan seks
pranikah:
1. Pengaruh liberalisme dan pergaulan bebas
2. Pengaruh lingkungan sekitar dan keluarga
3. Pengaruh media massa khususnya TV dan Internet
c. Alasan psikososial dimana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi
d. Masalah ekonomi, menambah anak berarti menambah beban ekonomi keluarga
e. Masalah sosial misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
f. Kehamilan yang terjadi akibat pemerkosaan atau akibat hubungan antar keluarga
g. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang seks bebas yang dapat
menyebabkan kehamilan
h. Alasan karir atau masih sekolah (karena kehamilan dan konsekuensi lainnya yang
dianggap dapat menghambat karir atau kegiatan belajar (Manuaba IBG 2000)
2.4.3. Aborsi dari Segi Hukum
Menurut hukum yang berlaku di Indonesia, abortus atau pengguguran
termasuk tindak kejahatan yang dikenal dengan abortus provokatus Kriminalis.
Dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) Indonesia. Negara melarang
abortus dan hukumnya cukup berat, bahkan hukumanya tidak hanya ditujukan kepada
wanita yang bersangkutan tetapi semua orang yang terlibat dalam kejahatan itu dapat
dipidana diantaranya : seorang wanita yang melakukan aborsi, dokter atau bidan yang
membantu abortus dan orang-orang yang mendukung terlaksananya abortus.

Dibawah ini pasal-pasal yang berhubungan dengan abortus :
a. Pasal 283 KUHP
(1)

Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling
banyak enam ratus rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus
menerus atau untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan
tulisan gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk
mencegah atau menggugurkan kandungan kepada seseorang yang belum umur
dan yang ketahui atau sepatutnya diduga, bahwa umurnya belum 17 tahun, jika
isi tulisan gambaran, benda atau alat itu sudah diketahuinya

b. Pasal 299 KUHP
(1)

Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh seorang
wanita supaya diobati dengan memberitahu atau menerbitkan pengharapan
bahwa oleh karena pengobatan itu dapat gugur kandungannya dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya 4 tahun dan pidana denda paling banyak empat
puluh ribu rupiah.

(2)

Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau melakukan
kejahatan itu sebagai mata pencaharian atau kebiasaan atau kalau itu seorang
dokter, bidan atau juru obat, pidana dan ditambah sepertiganya.

(3)

Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian
maka dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

c. Pasal 346 KUHP
Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun
Undang-undang kesehatan nomor 23 thn 1992 pasal 15 :
(1)

Dalam keadaan darurat dalam upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinya dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

(2)

Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan :
a)

Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilya tindakan
tersebut

b) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli
c)

Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya

d) Pada sarana kesehatan tertentu
2.4.4. Pandangan Agama tentang Aborsi
2.4.4.1. Islam
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi
boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang
menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang

menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia
adalah sangat mengerikan.
a)

Pertama: Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayatayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70)

b)

Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Firman Allah: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena
sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di
muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS
5:32)

c)

Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki
uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang.
Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah
kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi
rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah dosa yang besar.” (QS 17:31)

d)

Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap
perintah Allah.

Al-Quran menyatakan: “Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat
kebenaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di
muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya
secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian
itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka
mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)
e)

Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita.
Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai
diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS:
53:32)

f)

Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan.
Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah.
(QS 22:5) dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan
hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk
mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara
paksa.

g)

Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan
dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi
kehidupan.
Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas
terhadap para pelaku zinah. Ketika wanita itu melahirkan datang bersama

anaknya

(terbungkus)

kain

buruk

dan

berkata,”Inilah

anak

yang

kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi
karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai waktunya
tiba. Bukan dibunuh secara keji (Farid Maa’ruf 2007)
2.4.4.2. Kristen Protestan dan Kristen Katolik
Dalam Alkitab dikatakan dengan jelas betapa Tuhan sangat tidak berkenan
atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.
a.

Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki
nyawa.
Yer 1:5 ~ “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsabangsa.”

b. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.
Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk
kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran
kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka
pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan itu
kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan hakim. Tetapi jika
perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus
memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti
tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.

c.

Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.
Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak
lahirnya. Murid-muridNya bertanya kepadaNya: “Rabi, siapakah yang berbuat
dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"” Jawab
Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaanpekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia…”

d. Aborsi

karena

ingin

menyembunyikan

aib

tidak

dibenarkan

Tuhan.

Kej 19:36-38 ~ Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang
lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa
orang Moab yang sekarang. Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak lakilaki, dan menamainya Ben-Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang.
e.

Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan. Apapun
alasannya.
Kel 1:15-17 ~ Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang
menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua,
katanya: “Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu
harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus
membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup.” Tetapi bidanbidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir
kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.

f.

Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.
Kej 30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub,
cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: “Berikanlah
kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati.” Maka bangkitlah amarah Yakub
terhadap Rahel dan ia berkata:” Akukah pengganti Allah, yang telah
menghalangi engkau mengandung? (Kusmarioanto 2005).

2.4.5. Pencegahan Abortus Propocatus Kriminalis
Strategi untuk menurunkan resiko kematian karena abortus provokatus
kriminalis adalah dengan menurunkan keinginanan perempuan terhadap aborsi tidak
aman.
Bentuk pencegahan dapat dilakukan dengan :
1. Perempuan yang telah menikah
Hubungan konseptual antara abortus provokatus kriminalis dan keluarga
berencana sudah jelas dan mendasar, kontrasepsi yang efektif merupakan cara
paling manjur untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan oleh karena
itu mengatasi kebutuhan akan aborsi. Pencegahan abortus provokatus Ini dapat
dimungkinkan bila pemerintah menyediakan fasilitas keluarga berencana yang
berkualitas dilengkapi dengan konseling.
2. Remaja
Pencegahan Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :

1. Pemberdayaan keluarga
Keluarga sangat memiliki peran dalam tumbuh kembang anak, keluarga yang
baik tentu akan tanggap terhadap kebutuhan anak dalam setiap tahap
perkembangannya, ketika anak beranjak pada masa pubertas sebaiknya
keluarga tidak lagi memandang tabu tentang perilaku seks. Ajarkanlah anak
tentang pendidikan seks yang benar sehingga diharapkan anak akan
memahami dan mengerti apa yang sebaiknya ia lakukan dan akan senantiasa
menghindari perilaku seks yang tidak benar.
2. Pendidikan kesehatan reproduksi
Kebanyakan orang khususnya remaja melakukan seks bebas asal dasar
keingintahuan tentang seks tetapi mereka kebanyakan malah tidak tahu
dampak yang akan terjadi ketika mereka melakukan seks bebas. Untuk itu
perlu upaya khusus dari pihak-pihak terkait untuk memberikan gambaran
tentang kesehatan reproduksi yang dapat mengancam seseorang.
3. Membentengi diri dengan agama
Agama memberikan batasan-batasan bagi penganutnya untuk bergaul dan
bersosialisasi dengan lawan jenis, dengan mempelajari dan mengamalkan
ajaran agama sebaik-baiknya niscaya seseorang akan lebih terhindar dari
perilaku yang menjurus pada seks bebas.

4. Menjauhi hal yang berbau pornografi
Fenomena seks bebas yang terjadi tidak bisa dipungkiri disebabkan karena
maraknya peredaran video ataupun gambar-gambar yang berbau pornografi.
Media-media itu memicu dorongan hasrat yang ada pada diri individu.
5. Memiliki aktivitas positif
Seseorang yang memiliki banyak kegiatan positif akan lebih selamat dari
perilaku seks bebas dibandingkan seseorang yang tidak memiliknya (Manuaba
2006).

2.5. Pengetahuan
2.5.1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui penginderaan manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan itu diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2010).
2.5.2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut taksonomi Bloom dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan
mencakup 6 tingkatan dalam domain kognitif, yaitu:
a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat
mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa

seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menuraikan, mendefinisikan,
dan menyatakan.
b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan
dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang
sesuatu harus dapat menjelaskan, memberi contoh dan menyimpulkan.
c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumusrumus, metode dalam situasi nyata.
d. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagianbagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur objek tersebut dan masih
terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan,
membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi
perilaku dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisologi.
e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasiformulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun,
meringkaskan, merencanakan dan menyesuaikan atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.
Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

2.5.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dikutip oleh Azwar (2009) pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
2.5.3.1. Faktor Internal
a.

Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup bagi
seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan
apa yang diinginkan.

b.

Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi dapat
dijadikan sebagai salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.

c.

Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia tertentu atau menjelang
usia lanjut kemampuan untuk menerima atau mengingat suatu pegetahuan akan
berkurang.

2.5.3.2. Faktor Eksternal
a.

Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang
diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan. Sedangkan GBHN (Garisgaris Besar Haluan Negara) mendefinisikan bahwa pendidikan sebagai suatu
usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup.

b.

Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan status
ekonomi lebih baik mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status
ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk
kebutuhan

sekunder.

Jadi,

dapat

disimpulkan

bahwa

ekonomi

dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang.
c. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan
seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberika landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal baru tersebut. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan rendah tetapi jika ia mendapat informasi yang
cukup baik dari berbagai media maka hal itu dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang.

d.

Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh pertama bagi
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal positif atau hal negatif
tergantung dari lingkungannya. Di dalam lingkungan inilah seseorang akan
mendapatkan pengalaman yang akan mempengaruhi cara berfikirnya.

2.6. Sikap
2.6.1. Definisi
Menurut Allport (Taylor, Peplau, Sears, 2000), sikap adalah keadaan mental
dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh
dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang
berkaitan dengannya. Sikap menurut Pratkanis dan Greenwald (Wirawan, 1998)
adalah evaluasi tentang obyek tertentu yang telah diketahui seseorang. Kata evaluasi
yaitu penilaian pada suatu dimensi, misalnya baik-buruk atau positif-negatif.
Pengertian lain dari sikap adalah evaluasi kita pada berbagai aspek yang ada dalam
dunia sosial, serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak
suka kita terhadap isu, ide, orang, kelompok social dan objek (Baron & Byrne, 2004).
Sedangkan sikap menurut Schuman secara sederhana didefinisikan sebagai evaluasi
positif atau negatif pada suatu objek (Franzoi, 2003).
Objek dapat berupa orang, benda, kejadian, dan hal. Hal ini terlihat ketika
orang menggunakan kata-kata seperti suka, tidak suka, cinta, benci, baik, dan buruk

mereka biasanya sedang menunjukkan sikap mereka (Franzoi, 2003). Selain itu sikap
juga merefleksikan sebuah fondasi yang penting dan awal dari pemikiran sosial, serta
sikap juga mempengaruhi tingkah laku, maka dengan memahami sikap seseorang
dapat membantu untuk memprediksi tingkah laku seseorang dalam konteks yang luas
(Baron & Byrne, 2004). Oleh karena itu, sikap dapat menjadi petunjuk dalam
memprediksi perilaku seseorang pada saat ia menghadapi obyek tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
pengalaman, situasi, kejadian yang diketahui seseorang dievaluasi berdasarkan
pikiran, pendapat, perasaan dan akan terwujud dalam tingkah laku.
2.6.2. Komponen Pokok Sikap
Dalam teori sikap terdapat tiga komponen dasar yaitu komponen kognitif,
komponen afektif (atau emosional) dan komponen konatif (atau perilaku) (Wirawan,
1998). Menurut Franzoi (2003) ketiga komponen sikap itu berasal dari apa yang kita
percayai tentang suatu objek, perasaan kita pada objek dan tingkah laku kita pada
objek. Komponen kognitif terdiri dari pemikiran-pemikiran seseorang terhadap objek
Sikap tertentu, termasuk fakta, pengetahuan dan keyakinan. Komponen afektif terdiri
dari keseluruhan emosi seseorang dan mempengaruhi sikap terhadap objek,
khususnya evaluasi positif atau negatif. Komponen perilaku atau komponen konatif
terdiri dari bagaimana seseorang cenderung bereaksi terhadap objek (Taylor, et al.,
2000).
Ketiga komponen ini berinteraksi sehingga terbentuk keselarasan dan
kekonsistenan dalam mempolakan arah sikap. Karena apabila salah satu di antara

ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain maka akan terjadi
ketidakselarasan, sehingga akan timbulnya mekanisme perubahan sikap agar
kekonsistensian tercapai kembali (Azwar, 2000). Ketika komponen kognitif dan
afektif pada sikap konsisten satu sama lain maka keduanya akan berhubungan kuat
dengan perilaku (Taylor, et al., 2000). Menurut Azwar (2000), semakin ekstrim
intensitas sikap seseorang semakin sulit diubah dan akan semakin terasa apabila ada
semacam serangan terhadap salah satu komponen sikapnya. Bagian dari sikap yang
paling penting adalah pengetahuan (informasi yang diasosiasikan dengan obyek) dan
evaluasi (pertimbangan berdasarkan pengetahuan) (Deaux, Dane, Wrightsman, &
Sigelman, 1993). Dua orang yang memiliki pengetahuan yang sama mengenai suatu
objek tidak berarti mereka memiliki sikap yang sama mengenai obyek sikap tersebut.
Demikian pula sebaliknya, dua orang yang memiliki sikap yang sama tidak berarti
mereka memiliki pengetahuan yang sama mengenai objek sikap tersebut. Misalnya
pada kehidupan sehari-hari ada dua orang yang mengetahui manfaat lari untuk
kesehatan tetapi kedua orang tersebut menunjukkan sikap yang berbeda. Orang yang
pertama suka lari sedangkan orang yang kedua tidak menyukai lari. Sebaliknya ada
dua orang yang menyukai lari namun mereka memiliki pengetahuan yang berbeda
tentang lari, yang seorang mengetahui manfaat lari untuk kesehatan jantung, yang
seorang lagi untuk membakar lemak.
Sikap juga dapat dipelajari melalui penguatan (reinforcement) langsung atau
diperoleh melalui imitasi dan pembelajaran sosial (Wirawan, 1998). Azwar (2000)
mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang

yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media
massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi
dalam diri individu. Sikap memungkinkan individu untuk mengambil keputusan
dengan cepat karena ia memberikan informasi untuk membuat pilihan (Taylor, et al.,
2000).
2.6.3. Tingkatan Sikap
Seperti halnya pengetahuan sikap juga mempunyai tingkatan tingkatan
berdasarkan intensitasnya sebagai berikut :
1. Menerima
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek)
2. Menanggapi
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi
3. Menghargai
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
4. Bertanggung Jawab
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggungjawab terhadap apa yang
telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan

keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang
mencemoohkan atau adanya resiko lain.

2.7. Landasan Teori
Skinner (2010) mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan tersebut
didapat dari penambahan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010) keefektifan suatu komunikasi
dapat dilihat melalui proses: StimulusOrganismeRespons, sehingga teori skiner
ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organisme-respons).

Stimulus

Organisme

Respon Tertutup
pengetahuan dan sikap
Respon Terbuka
Tindakan

Gambar 2.1. Kerangka Teori S-O-R

2.8. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang
diteliti adalah perilaku siswi yang meliputi pengetahuan dan sikap. Untuk mengetahui
ada tidaknya peningkatan pengetahuan dan sikap maka sebelum dilakukan intervensi
dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah diberikan
intervensi (penyuluhan dengan metode diskusi dan metode curah pendapat) dilakukan
post-test.
Intervensi
Penyuluhan dengan
Metode diskusi dan
Metode curah pendapat
Pre Test

Post Test

Pengetahuan dan
Sikap Siswi tentang
aborsi

Pengetahuan dan
Sikap Siswi tentang
aborsi

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep diatas menggunakan teori Skinner yang menggambarkan
bahwa pengetahuan dan sikap siswi dipengaruhi oleh organisme yang diberikan yaitu
penyuluhan dengan metode diskusi dan curah pendapat.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

12 91 120

Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja di SMA Negeri 5 Pematang Siantar Tahun 2013

1 47 163

Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki Di Sekolah Menengah Umum Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun, Tahun 2007

2 64 80

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

0 0 18

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

0 0 2

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

0 0 7

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

1 3 4

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

0 0 45

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TENTANG SEKS PRANIKAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

1 3 5

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

0 3 12