Hubungan Faktor Usia dengan Angka Kejadian Otitis Media Akut di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik periode 2014-2015

4



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Telinga Tengah
Telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Telinga tengah terdiri dari kavum timpani, tuba Eustachius, dan antrum
mastoid.12 Telinga tengah berbentuk seperti kotak dengan 6 sisi (Gambar 2.1.),
berisi udara dan dilapisi membran mukosa. Batas-batas telinga tengah yaitu: 13
a. Atap : tegmen timpani, lapisan tulang yang merupakan bagian dari
petrous portion tulang temporal
b. Dasar : fossa jugular, lapisan tulang tipis yang memisahkan telinga tengah
dari vena jugularis interna
c. Dinding posterior : dinding tidak sempurna dengan celah kecil (aditus ad
antrum) menuju antrum mastoid
d. Dinding anterior : dinding tidak sempurna dengan lapisan tulang tipis pada
bagian bawah yang memisahkan kavum dari arteri karotis interna (di
dalam kanal karotis) dan pada bagian superior terdapat tuba Eustachius
dan otot tensor timpani

e. Dinding lateral : membran timpani dan epitympanic recess
f. Dinding medial : dinding labirin

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

5



Gambar 2.1. Batas-Batas Telinga Tengah14
Telinga tengah dipisahkan dari telinga luar oleh membran timpani dan dari
telinga dalam oleh sekat tulang tipis yang terdiri dari 2 celah kecil yang ditutupi
membran yaitu oval window dan round window. Selanjutnya, terdapat 3 tulang
terkecil di dalam tubuh (osikula auditori) yang dihubungkan oleh sendi sinovial
dan melekat pada telinga tengah melalui ligamen. Berdasarkan bentuknya, tulangtulang tersebut dinamakan maleus, inkus, dan stapes (Gambar 2.2.).4
Tulang yang pertama yaitu maleus memiliki pegangan memanjang yang
melekat pada permukaan dalam membran timpani; kepala, yang digantung oleh
ligamen dari dinding kavum timpani; dan short process yang berartikulasi dengan
tulang berikutnya. Tulang kedua, inkus, memiliki triangular body yang

berartikulasi dengan maleus; tungkai panjang yang berartikulasi dengan stapes;
dan tungkai pendek yang digantung oleh ligamen dari dinding kavum. Tulang
terakhir yaitu stapes memiliki lengkungan dan footplate, sehingga memberikan

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

6



bentuk seperti sanggurdi. Stapes footplate, ditahan oleh ligamen berbentuk cincin
yang berada di dalam oval window.15

Gambar 2.2. Tulang-Tulang Pendengaran16
Selain ligamen-ligamen, terdapat 2 otot penting telinga tengah yang melekat
pada osikula auditori yaitu stapedius dan tensor timpani. Otot-otot ini merupakan
otot terkecil di dalam tubuh manusia, mengingat perlekatannya pada tulang-tulang
terkecil. Stapedius dengan panjang sekitar 6 mm dan 5 mm2 pada cross-sectional
area, tertanam di dalam tulang dari dinding posterior telinga tengah, dengan

hanya tendonnya yang muncul dari pyramidal eminence. Otot ini masuk ke dalam
leher posterior tulang stapes, sehingga saat berkontraksi, stapes akan diputar
secara posterior. Muscle spindles ditemukan pada stapedius. Inervasi otot
stapedius yaitu oleh cabang stapedial dari nervus fasialis. Tensor timpani dengan
panjang sekitar 25 mm dan 6 mm2 pada cross-sectional area, muncul dari dinding
anterior telinga tengah. Sama seperti stapedius, hanya tendon dari tensor timpani
yang ditemukan di dalam ruang telinga tengah; ototnya sendiri berada di dalam
tulang.16 Tensor timpani diinervasi oleh cabang mandibular nervus trigeminus.
Otot ini berfungsi untuk membatasi gerakan dan meningkatkan tekanan pada
membran timpani untuk mencegah kerusakan telinga dalam akibat suara yang
keras.4 Anatomi telinga tengah secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

7



Gambar 2.3. Anatomi Telinga Tengah4

2.2. Antrum Mastoid
Antrum mastoid (Gambar 2.4.) adalah rongga kecil pada bagian posterior
tulang temporal yang terhubung dengan epitympanic recess melalui aditus.
Antrum mastoid memiliki 2 peran penting: dalam komunikasinya dengan sel
udara mastoid (karena itu infeksi dari telinga tengah dapat menyebar ke daerah
ini) dan pada bagian posterior terkait erat dengan sinus sigmoid dan serebelum,
yang keduanya bisa terlibat dengan infeksi telinga tengah.17

Gambar 2.4. Antrum Mastoid14

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

8



2.3. Tuba Eustachius
Tuba Eustachius (Gambar 2.5.) menghubungkan telinga tengah dengan
nasofaring. Panjang tuba Eustachius dewasa berkisar antara 31 sampai 38 mm.

Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal dari
tuba orang dewasa. Dua pertiga bagian anteromedial tuba (arah nasofaring)
berdinding tulang rawan, sedangkan sisanya (mendekati telinga tengah)
berdinding tulang.18 Tuba Eustachius dapat terbuka secara aktif berkat kontraksi
m. tensor veli palatini saat menelan, membuka rahang, atau menguap dan terbuka
secara pasif dengan meningkatkan tekanan di telinga tengah atau nasofaring
hingga level supra-ambient.19 Fungsi dari tuba Eustachius, yaitu: 20
1. Menyetarakan tekanan dan ventilasi pada telinga tengah
2. Pembersihan mukosiliaris dari sekresi telinga tengah
3. Melindungi telinga tengah dari suara-suara dan patogen atau sekresi dari
nasofaring

Gambar 2.5. Tuba Eustachius14

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

9




2.4. Otitis Media Akut (OMA)
2.4.1. Definisi dan etiologi
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Berdasarkan gejalanya,
otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif,
dimana masing-masing golongan memiliki bentuk akut dan kronis.5 Menurut
Donaldson3 otitis media supuratif akut atau otitis media akut (OMA) merupakan
inflamasi telinga tengah yang berlangsung kurang dari 3 minggu.
Etiologi OMA terdiri dari banyak faktor dan berhubungan dengan variasi
anatomis, patofisiologi termasuk interaksi antara agen mikroba dan respon imun
host, dan sel biologi pada celah telinga tengah (mastoid, kavum timpani, tuba
Eustachius) dan nasofaring.21 Pada hampir seluruh kasus, OMA didahului oleh
infeksi virus pada saluran pernapasan atas. Patogen yang paling sering ditemukan
adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV). Virus lain seperti influenza viruses,
rhinoviruses, adenoviruses, dan enteroviruses juga bisa dijumpai.22
Infeksi virus pada nasofaring menciptakan suasana yang mendukung
kolonisasi bakteri, adhesi ke sel, dan disfungsi tuba Eustachius hingga akhirnya
menginvasi telinga tengah. Terdapat 3 bakteri yang sering menyebabkan OMA
yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, dan Moraxella

catarrhalis. Di antara ketiga bakteri tersebut, S. pneumoniae merupakan patogen
yang paling sering bertanggung jawab atas terjadinya OMA dan kejadian OMA
berulang pada berbagai kalangan usia.3 Namun hal ini mulai bergeser seiring
ditemukannya vaksin pneumokokus konjugasi (PVC). Beberapa penelitian
mengatakan, penyebab predominan kejadian OMA berulang berganti dari S.
pneumoniae

ke

Haemophilus

influenza.23

Streptococcus

pyogenes

dan

Staphylococcus aureus juga ditemukan pada beberapa kasus.21 Patogen yang

sering menyebabkan OMA dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

10



Tabel 2.1. Spektrum Patogen pada Otitis Media Akut24
Patogen

Frekuensi (%)

Keterangan

Streptococcus pneumoniae

40 - 50


Serotipe yang paling sering:
19F, 23F, 14, 6B, 6A, 19A, dan
9V
10-50% menunjukan resistensi
terhadap penisilin

Haemophilus influenzae

30 - 40

50% memproduksi β-laktamase

Moraxella catarrhalis

10 - 15

Paling banyak memproduksi βlaktamase

Streptococcus pyogenes