Kontribusi Wisata Perairan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara Chapter III V
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Januari
2017 di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten
Langkat Sumatera Utara. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Lampiran
1 dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Restoran/ Rumah Makan
Jembatan Bukit Lawang
Sungai Wisata Tirta
Souvenir shop
Hulu Sungai
Stasiun 3
Lahan Pertanian
Stasiun 1
Penginapan/Hotel
Hilir Sungai
Stasiun 2
Gambar 2. Lokasi Penelitian Wisata perairan Desa Bukit Lawang Kecamatan
Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Google Earth, 2016).
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk sistem
informasi geografis, pH meter digunakan untuk mengukur pH perairan,
thermometer untuk mengukur suhu perairan, meteran dan papan skala untuk
mengukur kedalaman perairan, Secchi disk untuk mengukur kecerahan perairan,
DO meter untuk mengukur DO perairan, bola duga untuk mengukur kecepatan
arus perairan, kamera untuk dokumentasi di lapangan, alat tulis menulis untuk
Universitas Sumatera Utara
mencatat data yang diperoleh, dan seperangkat komputer untuk penulisan draft
hasil penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner
untuk dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat di sekitar Desa Bukit
Lawang. Rincian biaya penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.
Deskripsi Area Penelitian
Stasiun 1
Stasiun ini terletak pada Koordinat 03º034’037” LU dan 098º021’015”
BTLokasi ini merupakan daerah yang belum dijumpai aktivitas wisata (Kontrol).
Stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Stasiun 1
Universitas Sumatera Utara
Stasiun 2
Stasiun ini terletak pada koordinat 03º033’014” LU dan 098º014’046” BT.
Pada daerah ini banyak dijumpai aktivitas masyarakat dan wisata. Stasiun 2 dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun ini terletak pada koordinat 03º046’037”LU dan 098º015’030”BT.
Lokasi ini merupakan daerah bendungan dari aliran aktivitas pertanian. Stasiun 3
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Stasiun 3
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dalam waktu satu bulan
dengan interval waktu 10 hari sebanyak 3 kali. Data yang diteliti meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer meliputi data sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, kesesuaian lahan, daya dukung kawasan dan keadaan umum
lokasi Desa Bukit Lawang. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan
meliputi nilai suhu, arus, kecerahan, pH, oksigen terlarut (Dissolved oxygen),
kedalaman serta hasil kuisioner terhadap pengunjung dan masyarakat sekitar.
Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 3. Data sekunder meliputi data yang
diperoleh dari instansi terkait, penelusuran literatur dan bahan-bahan yang terkait
dengan penelitian.
Metode Analisis Data
Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan
Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan cara
langsung (insitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap
parameter kedalaman, kecerahan, suhu,oksigen terlarut (Dissolved oxygen),dan
pH. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis
Parameter
Satuan
Metode Analisi/Alat
Fisika
0
Lokasi
Suhu
Arus
Kedalaman
Kecerahan
Kimia
C
m/det
m
m
Thermometer
Bola Duga
Tali dan Meteran
Secchi disk
In situ
In situ
In situ
In situ
pH
-
pH meter
In situ
mg/l
DO meter
In situ
DO
Responden Pengunjung
Universitas Sumatera Utara
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode
purposive sampling (sesuai dengan tujuan penelitian). Populasi dalam penelitian
ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan ekowisata desa Bukit Lawang
dalam jangka waktu satu bulan. Pemilihan sampel harus representatif atau
mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat
jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika
subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil
semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel
dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel.
Dengan rumus Slovin diacu dalam Nugraha (2007)
n=
Keterangan
N
1 + N (e)2
:
n
: Ukuran sampel yang dibutuhkan
N
: Ukuran populasi
e
: Margin error yang diperkenankan (10%-15%)
Indeks Kesesuaian Wisata
Analisis kesesuaian wisata
menggunakan matriks kesesuaian yang
disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan
pada daerah tersebut. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi
adalah modifikasi dari (Yulianda, 2007):
IKW = ∑�
Keterangan :
Ni
N max
�x 100%
Universitas Sumatera Utara
IKW : Indeks Kesesuaian Wisata (Sesuai: 77,78%-100%, Sesuai Bersyarat:
55,56% - 1 : Manfaatnya
positif
dan layak
untuk
dilakukan karena
menguntungkansecara ekonomi.
B/C < 1 : Manfaatnya
negatif
dantidak
layak
untukdilakukan
karena
tidakmenguntungkan secaraekonomi.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Indeks Kesesuaian Wisata
Nilai indeks kesesuaian wisata (IKW) Sungai Desa Bukit Lawang
disajikan pada Tabel 3 dan perhitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)
disajikan pada Lampiran 4.
Tabel 3. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)
Lokasi
Pengamatan
Stasiun 1
Lokasi
Pengamatan
Stasiun 2
Lokasi
Pengamatan
Stasiun 3
Total Skor
IKW (%)
116
Total Skor
70,73 %
IKW (%)
116
Total Skor
70,73 %
IKW (%)
116
70,73
Tingkat
Kesesuaian
S2
Tingkat
Kesesuaian
S2
Tingkat
Kesesuaian
S2
Tabel 4. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt)
No. Jenis Kegiatan
K
Unit Area
Keterangan
(∑Pengunjun (Lt)
g)
1.
Pemandian
600 m2
1 orang berenang di
sungai sepanjang 60 m x
1
10 m
Alam
2.
Duduk Santai
3.
Rafting
1
1
10 m
40875 m2
1 orang membutuhkan
ruang sepanjang 10 m
1 orang aksi d sungai
sepanjang 1500 m x
27,25
Sumber: Modifikasi Yulianda (2007)
Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari
(Wt) merupakan lamanya waktu Sungai Bukit Lawang dibuka dalam satu hari.
Waktu yang dihabiskan wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp)
Universitas Sumatera Utara
berbeda-beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan Untuk Setiap Kegiatan Wisata
No. Jenis Kegiatan
Waktu yang dibutuhkan Total waktu 1 hari Wt-(jam)
Wp–(jam)
1.
Pemandian
4
11
Alam
2.
Duduk Santai
3.
Rafting
10
24
0,28
11
Sumber: Modifikasi Yulianda (2007)
Analisis Parameter Kualitas Air
Parameter pengamatan yang digunakan dalam penentuan kualitas air di
Sungai Desa Bukit Lawang ini terdiri atas enam (6) parameter, yang meliputi
pengukuran suhu, arus, kedalaman, kecerahan, pH, dan DO.Pengukuran kualitas
air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1
dan Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Rata-rata hasil analisis parameter kualitas air
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Parameter
Suhu
Arus
Kedalaman
Kecerahan
pH
DO
Satuan
0
C
m/s
Cm
m
mg/l
Stasiun
1
23,66
0,7
65,16
0,65
7,1
8,43
2
3
28,16
0,8
64
0,64
7,36
7
24,16
0,59
55
0,55
6,96
6,8
Universitas Sumatera Utara
Responden Pengunjung
Hasil
tabulasi
kuisioner
responden
pengunjung
meliputi
tujuan
pengunjung, sarana dan prasarana, aktivitas, kualitas ekologi dapat dilihat sebagai
berikut.
Tujuan Kedatangan
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui tujuan kedatangan wisatawan
kedaerah wisata Bukit Lawang adalah untuk rekreasi sebesar 83,33%, untuk
pendidikan sebesar 11,11% dan untuk penelitian sebesar 5,55%.
Tujuan
kedatangan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 6.
N; Rekreasi;
75
%;
Rekreasi;
83,33
N
%
%;
N; Pendidikan;
Pendidikan;
11,11
10
%;
N; Penelitian;
Penelitian; 55,55
Gambar 6. Grafik Hitungan Tujuan Kedatangan
Penginapan
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui penginapan yang terdapat
didaerah wisata Bukit Lawang adalah tergolong baik sebesar 38,88%, tergolong
cukup sebesar 55,55% dan tergolong kurang sebesar 5,55%. Penginapan daerah
Bukit Lawang dapat dilihat pada Gambar 7.
Universitas Sumatera Utara
N; Cukup;
50
N %
%; Cukup;
55,55
%; Baik;
38,88
N; Baik; 35
%; Kurang;
N; Kurang;5,55
5
Gambar 7. Grafik Hitungan Penginapan
Kegiatan di Lokasi Sungai Bukit Lawang
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui kegiatan yang dapat dilakukan
didaerah wisata Bukit Lawang seperti mandi di sungai sebesar 33,33%, kegiatan
bersantai di pondok sebesar 21,11% kegiatan memancing sebesar 10% dan
kegiatan Rafting sebesar 35,55%. Kegiatan di lokasisungai Bukit Lawang dapat
dilihat pada Gambar 8.
%; Mandi di
N; Mandi diSungai ;
Sungai ; 30 33,33
N
%
%; Rafting;
35,55
N; Rafting;
32
%;
Bersantai di
N; Bersantai
di Pondok;Pondok;
%;
21,11
19
Memancing
N; ; 10
Memancing
;9
Gambar 8. Kegiatan di Lokasi Sungai Bukit Lawang
Keindahan Alam Sungai
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui keindahan alam sungai Bukit
Lawang adalah tergolong indah sebesar 50%, tergolong cukup indah 46,66% dan
tergolong kurang indah sebesar 3,33%. Keindahan alam sungai dapat dilihat pada
Gambar 9.
Universitas Sumatera Utara
Cukup
N %;%
Indah;
N; Cukup
46,66
Indah; 42
%; Indah;
N; Indah; 50
45
%; Kurang
Indah; 3,33
N; Kurang
Indah; 3
Gambar 9. Keindahan Alam Sungai
Analisis Ekonomi
Penerimaan
Penerimaan adalah jumlah hasil produksi dikalikan dengan harga
obyeknya yang berlaku pada saat dilakukannya penelitian.Analisi usaha yang
berada
di
daerah
wisata
Bukit
Lawang
meliputi,
Rumah
Makan,
Penginapan,Souvenir Shop, Penyewaan Ban, Pemandu dan Penyewaan Lapak.
Penerimaan dari setiap hasil analisis ekonomi tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Perhitungan Analisi usaha yang meliputi, Rumah Makan, Penginapan, Souvenir
Shop, Penyewaan Ban, Pemandu dan Penyewaan Lapak berturut-turut dapat
dilihat pada Lampiran 10, 11, 12 13, 14, dan 15.
Tabel 7. Penerimaan dari setiap hasil analisis ekonomi
Keterangan
Produksi
Harga Satuan
Jumlah (Rp)
Rumah Makan
84
12.500
1.050.000
Penginapan
7
150.000
1.070.000
Souvenir Shop
57
3.000-70.000
1.076.267
Penyewaan Ban
58
20.000
1.160.000
Pemandu
22
25.000
666.667
Universitas Sumatera Utara
Penyewaan Lapak
8
60.000
496.000
Total Biaya
Total biaya adalah keseluruhan biaya yang dipergunakan dalam suatu
usaha, dimana didapat dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variable dari suatu
usaha. Total biaya dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang dapat
dilihat Pada Tabel 8. Perhitungan total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) dari
setiap analisis usaha dapat dilihat berturut-turut pada Lampiran 16, 17,18, 19, 20,
dan 21.
Tabel 8. Total Biaya dari setiap hasil analisis ekonomi
Keterangan
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Jumlah (Rp)
Rumah Makan
-
11.731.000
782.066,667
Penginapan
-
4.815.00
321.000
Souvenir Shop
-
4.290.000
286.000
Penyewaan Ban
4.350.000
-
290.000
Pemandu
-
-
-
Penyewaan Lapak
-
2.980.000
198.666
Pendapatan
Pendapatan adalah hasil yang didapatkan dari suatu usaha yaitu
pengurangan dari hasil penerimaan dengan total biaya suatu usaha. Pendapatan
usaha didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat pada Tabel 9. Perhitungan
pendapat dari setiap analisis usaha dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 9. Pendapatan dari setiap hasil analisis ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Keterangan
Pendapatan (Rp)/Hari
Rumah Makan
267.933
Penginapan
749.000
Souvenir Shop
790.267
Penyewaan Ban
870.000
Pemandu
666.667
Penyewaan Lapak
297.334
Analisis Benefit Cost Ratio (B/C)
Analisis Benefit Cost Ratio(B/C) adalah hasil analisi untuk mengetahui
kelayakan suatu usaha yang didapatkan dari nilai pendapatan yang dibagikan
dengan total biaya suatu usaha. Hasil analisis Benefit Cost Ratio(B/C) didaerah
wisata Bukit Lawang dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan analisis Benefit
Cost Ratio (B/C) dapat dilihat pada Lampiran 23.
Tabel 10. Analisi Benefit Cost Ratio(B/C)
Keterangan
B/C (Rp)
Rumah Makan
0,342
Penginapan
2,473
Souvenir Shop
2,763
Penyewaan Ban
3
Pemandu
∞
Penyewaan Lapak
1,496
Pembahasan
Indeks Kesesuaian Wisata
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) memperhatikan beberapa
parameter, yang meliputi kedalaman perairan, tipe sungai, lebar sungai, material
dasar perairan, kecepatan arus, kecerahan perairan, penutupan lahan sungai, biota
berbahaya, Ph dan DO (Modifikasi Yulianda 2007). Nilai Indeks Kesesuaian
Wisata (IKW) dapat dilihat pada Tabel 3 dan penghitungan nilai Indeks
Kesesuaian Wisata (IKW) disajikan pada Lampiran 6.
Wisata perairan Bukit Lawang
memiliki nilai IKW sebesar, 70,73 %
untuk stasiun1, 70,73 % untuk stasiun 2 dan 70,73 % untuk stasiun 3 dimana
semuanya termasuk kedalam kategori S2 (cukup sesuai) dari hal ini berarti dapat
ditarik kesimpulan wisata perairan Bukit Lawang sesuai dijadikan sebagai
kawasan ekowisata, maka dari itu pengelolaan kawasan wisata Sungai perlu
dilakukan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan sesuai dengan
faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kelestarian sungai dan hubungannya
dengan manuasia sebagai yang melakukan aktivitas wisata dikawasan tersebut
guna untuk keberlanjutan ekowisata didaerah ini. Hal ini sesuai dengan Natha dkk
(2014) yang menyatakan bahwa dalam pengelolaan dan pengembangannya suatu
wilayah perlu memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Pengelolaan dan
pengembangan wisata hendaknya diterapkan pengelolaan yang didasari pada
konsep ekowisata yaitu suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan
lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian serta
dapat meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, kualitas hidup masyarakat
setempat dan menjaga kualitas lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Daya Dukung Kawasan (DDK)
Kawasan wisata perairan Bukit Lawang memiliki luas lahan ± 5,45 Ha.
Aktivitas wisata yang dilakukan oleh pengunjung di Sungai Bukit Lawang adalah
pemandian alam, duduk santai dan rafting. Untuk
aktivitas pemandian alam
lahan yang disediakan adalah 27,250 m2, sedangkan luas unit area yang
diperlukan untuk pemandian alam adalah 600 m2 setiap 1 orang pengunjung,
dengan waktu yang disediakan yaitu 11 jam dan prediksi waktu yang dibutuhkan
adalah sebesar 4 jam. Hasil daya dukung kawasan kategori Pemandian Alam di
Sungai Bukit Lawang yaitu 125 orang per hari. Untuk aktivitas duduk santai
lahan yang disediakan adalah 1000 m, sedangkan luas unit area yang diperlukan
untuk duduk santai adalah 10 m setiap 1 orang pengunjung, dengan waktu yang
disediakan yaitu 24 jam dan prediksi waktu yang dibutuhkan adalah sebesar 10
jam. Hasil daya dukung kawasan kategori duduk santai di Sungai Bukit Lawang
yaitu 120 orang per hari. Untuk aktivitas Rafting lahan yang disediakan adalah
109.000 m2, sedangkan luas unit area yang diperlukan untuk Rafting adalah
40.875 m2 setiap 1 orang pengunjung, dengan waktu yang disediakan yaitu 11 jam
dan prediksi waktu yang dibutuhkan adalah sebesar 0,28 jam .Hasil daya dukung
kawasan kategori Rafting di Sungai Bukit Lawang yaitu 105 orang per hari.
Perhitungan aktivitas pemandian alam, duduk santai dan Rafting dapat dilihat
pada Lampiran 7. Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung
yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu
tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Hal ini sesuai
dengan Setyawan dkk (2016) yang menyatakan bahwa Daya dukung merupakan
konsep pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
ukuran kemampuannya. Konsep ini dikembangkan
untuk
meminimalkan
kerusakan atau degradasi sumberdaya alam dan lingkungan sehingga kelestarian,
keberadaan, dan fungsinya dapat
tetap
terwujud
dan
pada
saat
yang
bersamaan, masyarakat atau pengguna sumberdaya tetap dalam kondisi
sejahtera
dan
tidak dirugikan.
Perhitungan
daya
dukung
kawasan
dimaksudkan untuk membatasi pemanfaatan yang berlebihan dan mencegah
kerusakan ekosistem.
Analisis Parameter Kualitas Air
Hasil pengukuran suhu air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang
menunjukkan suhupada stasiun 1 yaitu sebesar 23,66 ºC, sedangkan pada stasiun 2
yaitu sebesar 28,16 ºC dan stasiun 3 yaitu sebesar 24, 16 ºC.Dari hasil pengukuran
suhu di sungai Bukit Lawang didapatkan nilai suhu yang bervariasi sesuai dengan
ketinggian dan topografi disepanjang sungai tersebut dengan nilai yang tertinggi
pada stasiun 2 dengan pengambilan sampel pada jam 12 siang dan yang terendah
pada stasiun 1 dengan pengambilan sampel jam 9.Pengukuran kualitas air dan
rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan
Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai dengan Roulia (2014) yang menyatakan suhu akan
bervariasi tidak hanya di sepanjang sungai tetapi juga melalui periode musim.
Ketinggian, iklim lokal, dan sejauh mana vegetasi di sisi sungai juga akan
mempengaruhi suhu. Suhu dapat mempengaruhi metabolisme. Hal ini sangat
bervariasi antar spesies, terutama ambang batas kemampuan mereka bertahan
hidup.
Hasil pengukuran arus air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang
menunjukkan aruspada stasiun 1 yaitu sebesar 0,7 m/s, sedangkan pada stasiun 2
Universitas Sumatera Utara
yaitu sebesar 0,8 m/s dan stasiun 3 yaitu sebesar 0,59m/s.Dari hasil pengukuran
arus di sungai Bukit Lawang didapatkan nilai arus yang saling tidak jauh berbeda
karena pada perairan Bukit Lawang arusnya bergerak sama kesegala arah dari
badan sungai. Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter
kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai
dengan Purba (2016) yang menyatakan arus air adalah faktor yang mempunyai
peranan sangat penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini
berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang
terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air
yang pada perairan lotikumumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak
ke segala arah sehigga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan
tersebut.
Hasil pengukuran kedalaman air sungai yang dilakukan di sungai Bukit
Lawang menunjukkan kedalamanpada stasiun 1 yaitu sebesar 65,16 cm,
sedangkan pada stasiun 2 yaitu sebesar 64 cm dan stasiun 3 yaitu sebesar 55 cm.
Kedalaman perairan pada umumnya berhubungan dengan kecerahan pada
perairan. Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air
dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Effendi (2013) menyatakan
kedalaman perairan berhubungan dengan intensitas cahaya yang masuk kedalam
kolom perairan. Intensitas cahaya yang masuk kedalam kolom air semakin
berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan.
Hasil pengukuran kecerahan air sungai yang dilakukan di sungai Bukit
Lawang menunjukkan kecerahanpada stasiun 1 yaitu sebesar 0,65 m, sedangkan
pada stasiun 2 yaitu sebesar 0,64 m dan stasiun 3 yaitu sebesar 0,55m.
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran kecerahan perairan ini menggunakan keping secchi (Secchi disk)
dengan melihat batas pandangan terhadap warna putih yang terdapat pada keping
secchi (Secchi disk). Hal ini sesuai dengan Libertyta (2014) yang menyatakan
kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara visual dengan
menggunakan keping Secchi. Kecerahan perairan dipengaruhi oleh kandungan
bahan-bahan halus yang terdapat dalam air baik berupa bahan organik seperti
plankton, jasad renik, detritusmaupun bahan anorganik seperti partikel pasir dan
lumpur. Prinsip penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah
berdasarkan batas pandangan kedalam air untuk melihat warna putih yang berada
didalam air.
Hasil pengukuran pH air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang
menunjukkan pHpada stasiun 1 yaitu sebesar 7,1, sedangkan pada stasiun 2 yaitu
sebesar 7,36 dan stasiun 3 yaitu sebesar 6,96. Kondisi perairan yang bersifat
sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguanmetabolisme dan
respirasi, begitu juga dengan manusia pH yang begitu asam atau basa dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, dengan demikian nilai pH disungai Bukit Lawang
termasuk kategori yang optimal. Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil
analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut.
Hal ini sesuai Lubis (2013) yang menyatakan bahwa besarnya angka pH dalam
suatu perairan dapat dijadikan indikator adanya keseimbangan unsur-unsur kimia
dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara
yang amat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik.Umumnya, perairan
Universitas Sumatera Utara
dengan tingkat pH yang lebih kecil daripada 4,8 dan lebih besar daripada 9,2
sudah dapat dianggap tercemar.
Hasil pengukuran DO air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang
menunjukkan DO pada stasiun 1 yaitu sebesar 8,43 mg/l, sedangkan pada stasiun
2 yaitu sebesar 7mg/l dan stasiun 3 yaitu sebesar 6,8 mg/l. Nilai DO dapat
dipengaruhi oleh arus air karena dari difusi air yang dapat menyumbangkan
oksigen sehingga di sungai Bukit Lawang ini nilai DO dapat tergolong
baik.Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air
dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai dengan
Telaumbanua (2013) yang menyatakan bahwa oksigen
terlarut
akan
berpengaruh langsung pada kemampuan organisme air untuk bertahan di
perairan tercemar.Bagi organisme-organisme akuatik, biasanya membutuhkan
oksigen pada konsentrasi 5 – 8 mg/l untuk dapat hidup secara normal. Kandungan
oksigen terlarut yang tinggi dan kandungan karbondioksida bebas yang
rendah umumnya terdapat pada sistem perairan mengalir. Hal ini disebabkan
oleh peran arus yang membantu dalam memberikan sumbangan oksigen.
Responden Pengunjung
Tujuan kedatangan wisatawan kedaerah wisata Bukit Lawang adalah
untuk rekreasi sebesar 83,33%, untuk pendidikan sebesar 11,11% dan untuk
penelitian sebesar 5,55%.
Tujuan kedatangan pengunjung dapat dilihat pada
Gambar 6. Penginapan yang terdapat didaerah wisata Bukit Lawang adalah
tergolong baik sebesar 38,88%, tergolong cukup sebesar 55,55% dan tergolong
kurang sebesar 5,55%. Penginapan daerah Bukit Lawang dapat dilihat pada
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Kegiatan yang dapat dilakukan didaerah wisata Bukit Lawang seperti
mandi di sungai sebesar 72,22%, kegiatan bersantai di pondok sebesar 17,77%
dan kegiatan memancing sebesar 10%. Kegiatan di lokasi sungai Bukit Lawang
dapat dilihat pada Gambar 8. Keindahan alam sungai Bukit Lawang yaitu
tergolong indah sebesar 50%, tergolong cukup indah 46,66% dan tergolong
kurang indah sebesar 3,33. Keindahan alam sungai dapat dilihat pada Gambar
9.Dari semua hasil responden pengunjung diatas dipengaruhi dari faktor daya
tarik yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara
langsung ke tempat wisata Bukit Lawang baik daya tarik berupa keindaham
alamnya, sarana dan prasarana maupun yang lainnya. Menurut Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2003) daya tarik adalah modal utama
yang memungkinkan datangnya pengunjung. Kriteria daya tarik ini yaitu:
keunikan, variasi kegiatan, jenis sumberdaya yang menonjol, keamanan dan
kenyamanan.
Keterkaitan Wisata Perairan dengan Sosial Ekonomi
Sosial
Keberadaan obyek wisata perairan desa Bukit Lawang terhadap keadaan
sosial ekonomi masyarakat setempat berdampak sangat positif. Dampak positif
yang paling dirasakan terutama masyarakat disekitar obyek wisata perairan yaitu
meningkatnya pendapatan masyarakat, terciptanya
lapangan kerja baru,
meningkatnya keramaian dan kepemilikan harta benda.
Universitas Sumatera Utara
Keterkaitan antara keberadaan obyek wisata perairan di Bukit Lawang :
pemandian alam, duduk santai dan rafting dengan menghubungkan pendapatan
masyarakat sangat erat sekali.
Keberadaan obyek wisata perairan didesa Bukit Lawang memiliki dampak
sosial yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari banyak
berubahnya mata pencaharian masyarakat sekitar obyek wisata perairan, sebelum
adanya obyek wisata perairan masyarakat bekerja sebagai petani dan buruh petani
ataupun pengangguran. Namun saat ini dengan makin berkembangnya objek
wisata perairan maka banyak yang mengikuti dan menyokong wisata tersebut
dengan beralih membuka usaha rumah makan, usaha penginapan, usaha souvenir
shop, usaha penyewaan ban, usaha pemandu, usaha penyewaan lapak wisata dan
ada juga yang beralih menjadi tukang parkir disekitar objek wisata perairan Bukit
Lawang.
Ekonomi
Penerimaan rata-rata/ hari dari setiap usaha yang ada didaerah wisata
Bukit lawang meliputi rumah makan Rp1.050.000, penginapan Rp1.070.000,
Souvenir Shop Rp1.076.267, penyewaan ban Rp1.160.000, pemandu Rp666.667,
dan penyewaan lapak Rp496.000. Hasil penerimaan diatas didapatkan dari hasil
perkalian antara hasil produksi dengan harga jual yang telah ditetapkan.
Penerimaan dari setiap hasil analisis ekonomi tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Wijaya (2010) menyatakan biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu
produk atau jasa akan berharga jual produk yang bersangkutan. Harga jual produk
akan mempengaruhi besar volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Total biaya pada setiap usaha didaerah wisata Bukit Lawang yaitu pada
rumah makan Rp782.0667, penginapan Rp321.000, Souvenir Shop Rp286.000,
Penyewaan Ban Rp290.000, Pemandu Rp 0 (Nol Rupiah), Penyewaan Lapak Rp
198.666. Total biaya ini dapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel
dari masing-masing usaha. Total biaya dari setiap usaha yang ada didaerah wisata
Bukit Lawang dapat dilihat Pada Tabel 8. Menurut Utomo dan Utomo (2014)
harga adalah jumlah dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan
kombinasi dari barang lain yang disertakan dengan pemberian jasa. Penetapan
harga ditentukan oleh biaya-biaya yaitu biaya tetap adalah biaya yang besarnya
tidak dipengaruhi oleh volume produksi dan biaya variabel yaitu biaya yang
besarnya tergantung terhadap volume produksi. Dari kedua biaya tersebut
kemudian dijumlahkan menjadi biaya total. Biaya total produksi merupakan harga
yang mempengaruhi harga jual.
Pendapatan pada setiap usaha didaerah wisata Bukit Lawang yaitu pada
rumah makan Rp267.933, penginapan Rp749.000, Souvenir Shop Rp790.267,
Penyewaan Ban Rp870.000, Pemandu Rp 666.667, Penyewaan Lapak Rp297.334.
Pendapatan ini dapatkan dari penjumlahan total penerimaan dikurangkan dengan
total biaya dari masing-masing usaha. Pendapatan dari setiap usaha termasuk
menguntungkan yaitu dipengaruhi oleh modal kerja, tenaga kerja dan kondisi
alam dan cuaca. Pendapatan dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit
Lawang dapat dilihat Pada Tabel 9. Menurut Isrohah (2015) menyatakan bahwa
faktor modal kerja secara teoritis mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan
dalam modal kerja akan mempengaruhi peningkatan jumlah produksi sehingga
Universitas Sumatera Utara
akan meningkatkan pendapatan serta tenaga kerja dan kondisi alam yang baik
juga secara teoritis akan mempengaruhi pendapatan usaha.
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) pada setiap usaha didaerah wisata Bukit
Lawang yaitu pada rumah makan 0,342, penginapan 2,473, Souvenir Shop 2,763
Penyewaan Ban 3, Pemandu∞, Penyewaan Lapak 1,496.
Analisis Nilai Benefit
Cost Ratio (B/C) ini dapatkan dari pembagian total pendapatan dengan total
biaya dari masing-masing usaha. Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) yang
bernilai kurang dari 1 artinya suatu usaha itu tidal layak untuk dilanjutkan
sedangkan Analisis benefit ratio (B/C) yang nilainya lebih dari 1 artinya usaha
tersebut layak unyuk dilanjutkan. Dari hasil Analisis Nilai Benefit Cost Ratio
(B/C) yang didapatkan didaerah wisata Bukit Lawang setiap usaha yang ada
bernilai diatas 1, kecuali usaha rumah makan yang nilai Analisis Nilai Benefit
Cost Ratio (B/C) berada kurang dari 1. Rumah makan yang nilai Analisis Nilai
Benefit Cost Ratio (B/C) kurang dari 1 itu dianggap biasa karena peran rumah
makan dalam konteks ekowisata hanya sebagai pelengkap atau sampingan yang
berarti dapat tetap dilanjutkan.Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) dari setiap
usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat Pada Tabel 10.
Berdasarkan Kordi (2009) nilai BCR lebih dari satu berarti usaha tersebut
memiliki manfaat positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan
secara ekonomi.
Dampak ekonomi yang dirasakan hampir semua masyarakat sekitar obyek
wisata Perairan desa Bukit Lawang yaitu memperoleh pendapatan melalui adanya
usaha seperti Rumah makan, penginapan, Souvenir Shop, Penyewaan Ban,
Pemandu dan penyewaan lapak.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contoh nilai Benefit Cost RatioB/C pada pendapatan masyarakat
sekitar seperti Penginapan, Penyewaan ban, Souvenir shop, Pemandu dan
Penyewaan Lapak yang menunjukkan angka > 1.Meskipun untuk usaha Rumah
Makan menunjukkan angka < 1 hal ini dikarenakan Rumah makan didaerah
wisata hanyalah sebagai sampingan bukan menjadi fokus dalam pendapatan
ekonomi masyarakat, dimana pada daerah wisata perairan desa Bukit Lawang,
banyak yang membawa bekal sehingga tidak memfokuskan untuk membeli
makanan ditempat wisata sekitar.
Hasil dari perhitungan Benefit Cost
RatioB/C usaha penyewaan ban
didapatkan dengan nilai≥ 1 yaitu 3. Hal ini membuktikan bahwa dari usaha
penyewaan ban mempunyai dampak sangat positif terhadap sosial ekonomi
masyarakat sekitar.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Peranan ekowisata terkait sosial ekonomi masyarakat Bukit Lawang sangat
berpengaruh , dimana dapat dilihat hasil pendapatan yang dari setiap usahanya
menguntungkan dan analisis benefit cost ratio (B/C) dimana nilainya rata-rata
≥ 1 berarti positif yang artinya suatu usaha tersebut layak dilakukan, kecuali
usaha rumah makan yang nilai benefit cost ratio (B/C)≤ 1.
2. Kualitas Perairan Bukit Lawang tergolong baik dapat dilihat dari hasil
pengamatan yang dilakukan dan dikaitkan dengan hasil Indeks Kesesuaian
Wisata pada setiap stasiunnya berturut-turut bernilai S2 (Sesuai) untuk
dijadikan daerah ekowisata, dan hasil Daya Dukung Kawasan untuk aktivitas
pemandian alam, duduk santai serta rafting yang juga sesuai dengan
parameter-parameter kualitas air didaerah wisata Bukit Lawang.
3. Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan perairan Bukit Lawang dengan memperhatikan kaidahkaidah dari setiap parameter lingkungan baik kualitas air maupun sosial
ekonominya.
Saran
1. Perlu dilakukannya analisis ekonomi terkait usaha Rumah makan, yang
memang memberikan pengaruh positif atau tidak terhadap kegiatan ekowisata
perairan.
Universitas Sumatera Utara
2. Perlu dilakukan pengkajian tentang cara memanajemen setiap kegiatan baik
melalui indeks keseuaiannya maupun daya dukung kawasan yang ada
didaerah wisata Bukit Lawang guna untuk tetap menjaga daerah wisata
tersebut agar dapat berkelanjutan.
3. Perlu dilakukan pembentukan grup atau kelompok sesuai dengan masingmasing usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang guna agar setiap usaha
dapat terkoordinasi dengan satu komando dan supaya tidak adanya penekanan
dalam persaingan tidak sehat antar setiap usaha yang ada, guna untuk menjaga
kelestarian lingkungan kualitas perairan maupun sosial ekonomi masyarakat
didaerah wisata Perairan Bukit Lawang.
Universitas Sumatera Utara
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Januari
2017 di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten
Langkat Sumatera Utara. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Lampiran
1 dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Restoran/ Rumah Makan
Jembatan Bukit Lawang
Sungai Wisata Tirta
Souvenir shop
Hulu Sungai
Stasiun 3
Lahan Pertanian
Stasiun 1
Penginapan/Hotel
Hilir Sungai
Stasiun 2
Gambar 2. Lokasi Penelitian Wisata perairan Desa Bukit Lawang Kecamatan
Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Google Earth, 2016).
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk sistem
informasi geografis, pH meter digunakan untuk mengukur pH perairan,
thermometer untuk mengukur suhu perairan, meteran dan papan skala untuk
mengukur kedalaman perairan, Secchi disk untuk mengukur kecerahan perairan,
DO meter untuk mengukur DO perairan, bola duga untuk mengukur kecepatan
arus perairan, kamera untuk dokumentasi di lapangan, alat tulis menulis untuk
Universitas Sumatera Utara
mencatat data yang diperoleh, dan seperangkat komputer untuk penulisan draft
hasil penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner
untuk dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat di sekitar Desa Bukit
Lawang. Rincian biaya penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.
Deskripsi Area Penelitian
Stasiun 1
Stasiun ini terletak pada Koordinat 03º034’037” LU dan 098º021’015”
BTLokasi ini merupakan daerah yang belum dijumpai aktivitas wisata (Kontrol).
Stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Stasiun 1
Universitas Sumatera Utara
Stasiun 2
Stasiun ini terletak pada koordinat 03º033’014” LU dan 098º014’046” BT.
Pada daerah ini banyak dijumpai aktivitas masyarakat dan wisata. Stasiun 2 dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun ini terletak pada koordinat 03º046’037”LU dan 098º015’030”BT.
Lokasi ini merupakan daerah bendungan dari aliran aktivitas pertanian. Stasiun 3
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Stasiun 3
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dalam waktu satu bulan
dengan interval waktu 10 hari sebanyak 3 kali. Data yang diteliti meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer meliputi data sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, kesesuaian lahan, daya dukung kawasan dan keadaan umum
lokasi Desa Bukit Lawang. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan
meliputi nilai suhu, arus, kecerahan, pH, oksigen terlarut (Dissolved oxygen),
kedalaman serta hasil kuisioner terhadap pengunjung dan masyarakat sekitar.
Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 3. Data sekunder meliputi data yang
diperoleh dari instansi terkait, penelusuran literatur dan bahan-bahan yang terkait
dengan penelitian.
Metode Analisis Data
Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan
Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan cara
langsung (insitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap
parameter kedalaman, kecerahan, suhu,oksigen terlarut (Dissolved oxygen),dan
pH. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis
Parameter
Satuan
Metode Analisi/Alat
Fisika
0
Lokasi
Suhu
Arus
Kedalaman
Kecerahan
Kimia
C
m/det
m
m
Thermometer
Bola Duga
Tali dan Meteran
Secchi disk
In situ
In situ
In situ
In situ
pH
-
pH meter
In situ
mg/l
DO meter
In situ
DO
Responden Pengunjung
Universitas Sumatera Utara
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode
purposive sampling (sesuai dengan tujuan penelitian). Populasi dalam penelitian
ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan ekowisata desa Bukit Lawang
dalam jangka waktu satu bulan. Pemilihan sampel harus representatif atau
mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat
jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika
subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil
semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel
dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel.
Dengan rumus Slovin diacu dalam Nugraha (2007)
n=
Keterangan
N
1 + N (e)2
:
n
: Ukuran sampel yang dibutuhkan
N
: Ukuran populasi
e
: Margin error yang diperkenankan (10%-15%)
Indeks Kesesuaian Wisata
Analisis kesesuaian wisata
menggunakan matriks kesesuaian yang
disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan
pada daerah tersebut. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi
adalah modifikasi dari (Yulianda, 2007):
IKW = ∑�
Keterangan :
Ni
N max
�x 100%
Universitas Sumatera Utara
IKW : Indeks Kesesuaian Wisata (Sesuai: 77,78%-100%, Sesuai Bersyarat:
55,56% - 1 : Manfaatnya
positif
dan layak
untuk
dilakukan karena
menguntungkansecara ekonomi.
B/C < 1 : Manfaatnya
negatif
dantidak
layak
untukdilakukan
karena
tidakmenguntungkan secaraekonomi.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Indeks Kesesuaian Wisata
Nilai indeks kesesuaian wisata (IKW) Sungai Desa Bukit Lawang
disajikan pada Tabel 3 dan perhitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)
disajikan pada Lampiran 4.
Tabel 3. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)
Lokasi
Pengamatan
Stasiun 1
Lokasi
Pengamatan
Stasiun 2
Lokasi
Pengamatan
Stasiun 3
Total Skor
IKW (%)
116
Total Skor
70,73 %
IKW (%)
116
Total Skor
70,73 %
IKW (%)
116
70,73
Tingkat
Kesesuaian
S2
Tingkat
Kesesuaian
S2
Tingkat
Kesesuaian
S2
Tabel 4. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt)
No. Jenis Kegiatan
K
Unit Area
Keterangan
(∑Pengunjun (Lt)
g)
1.
Pemandian
600 m2
1 orang berenang di
sungai sepanjang 60 m x
1
10 m
Alam
2.
Duduk Santai
3.
Rafting
1
1
10 m
40875 m2
1 orang membutuhkan
ruang sepanjang 10 m
1 orang aksi d sungai
sepanjang 1500 m x
27,25
Sumber: Modifikasi Yulianda (2007)
Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari
(Wt) merupakan lamanya waktu Sungai Bukit Lawang dibuka dalam satu hari.
Waktu yang dihabiskan wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp)
Universitas Sumatera Utara
berbeda-beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan Untuk Setiap Kegiatan Wisata
No. Jenis Kegiatan
Waktu yang dibutuhkan Total waktu 1 hari Wt-(jam)
Wp–(jam)
1.
Pemandian
4
11
Alam
2.
Duduk Santai
3.
Rafting
10
24
0,28
11
Sumber: Modifikasi Yulianda (2007)
Analisis Parameter Kualitas Air
Parameter pengamatan yang digunakan dalam penentuan kualitas air di
Sungai Desa Bukit Lawang ini terdiri atas enam (6) parameter, yang meliputi
pengukuran suhu, arus, kedalaman, kecerahan, pH, dan DO.Pengukuran kualitas
air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1
dan Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Rata-rata hasil analisis parameter kualitas air
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Parameter
Suhu
Arus
Kedalaman
Kecerahan
pH
DO
Satuan
0
C
m/s
Cm
m
mg/l
Stasiun
1
23,66
0,7
65,16
0,65
7,1
8,43
2
3
28,16
0,8
64
0,64
7,36
7
24,16
0,59
55
0,55
6,96
6,8
Universitas Sumatera Utara
Responden Pengunjung
Hasil
tabulasi
kuisioner
responden
pengunjung
meliputi
tujuan
pengunjung, sarana dan prasarana, aktivitas, kualitas ekologi dapat dilihat sebagai
berikut.
Tujuan Kedatangan
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui tujuan kedatangan wisatawan
kedaerah wisata Bukit Lawang adalah untuk rekreasi sebesar 83,33%, untuk
pendidikan sebesar 11,11% dan untuk penelitian sebesar 5,55%.
Tujuan
kedatangan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 6.
N; Rekreasi;
75
%;
Rekreasi;
83,33
N
%
%;
N; Pendidikan;
Pendidikan;
11,11
10
%;
N; Penelitian;
Penelitian; 55,55
Gambar 6. Grafik Hitungan Tujuan Kedatangan
Penginapan
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui penginapan yang terdapat
didaerah wisata Bukit Lawang adalah tergolong baik sebesar 38,88%, tergolong
cukup sebesar 55,55% dan tergolong kurang sebesar 5,55%. Penginapan daerah
Bukit Lawang dapat dilihat pada Gambar 7.
Universitas Sumatera Utara
N; Cukup;
50
N %
%; Cukup;
55,55
%; Baik;
38,88
N; Baik; 35
%; Kurang;
N; Kurang;5,55
5
Gambar 7. Grafik Hitungan Penginapan
Kegiatan di Lokasi Sungai Bukit Lawang
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui kegiatan yang dapat dilakukan
didaerah wisata Bukit Lawang seperti mandi di sungai sebesar 33,33%, kegiatan
bersantai di pondok sebesar 21,11% kegiatan memancing sebesar 10% dan
kegiatan Rafting sebesar 35,55%. Kegiatan di lokasisungai Bukit Lawang dapat
dilihat pada Gambar 8.
%; Mandi di
N; Mandi diSungai ;
Sungai ; 30 33,33
N
%
%; Rafting;
35,55
N; Rafting;
32
%;
Bersantai di
N; Bersantai
di Pondok;Pondok;
%;
21,11
19
Memancing
N; ; 10
Memancing
;9
Gambar 8. Kegiatan di Lokasi Sungai Bukit Lawang
Keindahan Alam Sungai
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui keindahan alam sungai Bukit
Lawang adalah tergolong indah sebesar 50%, tergolong cukup indah 46,66% dan
tergolong kurang indah sebesar 3,33%. Keindahan alam sungai dapat dilihat pada
Gambar 9.
Universitas Sumatera Utara
Cukup
N %;%
Indah;
N; Cukup
46,66
Indah; 42
%; Indah;
N; Indah; 50
45
%; Kurang
Indah; 3,33
N; Kurang
Indah; 3
Gambar 9. Keindahan Alam Sungai
Analisis Ekonomi
Penerimaan
Penerimaan adalah jumlah hasil produksi dikalikan dengan harga
obyeknya yang berlaku pada saat dilakukannya penelitian.Analisi usaha yang
berada
di
daerah
wisata
Bukit
Lawang
meliputi,
Rumah
Makan,
Penginapan,Souvenir Shop, Penyewaan Ban, Pemandu dan Penyewaan Lapak.
Penerimaan dari setiap hasil analisis ekonomi tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Perhitungan Analisi usaha yang meliputi, Rumah Makan, Penginapan, Souvenir
Shop, Penyewaan Ban, Pemandu dan Penyewaan Lapak berturut-turut dapat
dilihat pada Lampiran 10, 11, 12 13, 14, dan 15.
Tabel 7. Penerimaan dari setiap hasil analisis ekonomi
Keterangan
Produksi
Harga Satuan
Jumlah (Rp)
Rumah Makan
84
12.500
1.050.000
Penginapan
7
150.000
1.070.000
Souvenir Shop
57
3.000-70.000
1.076.267
Penyewaan Ban
58
20.000
1.160.000
Pemandu
22
25.000
666.667
Universitas Sumatera Utara
Penyewaan Lapak
8
60.000
496.000
Total Biaya
Total biaya adalah keseluruhan biaya yang dipergunakan dalam suatu
usaha, dimana didapat dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variable dari suatu
usaha. Total biaya dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang dapat
dilihat Pada Tabel 8. Perhitungan total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) dari
setiap analisis usaha dapat dilihat berturut-turut pada Lampiran 16, 17,18, 19, 20,
dan 21.
Tabel 8. Total Biaya dari setiap hasil analisis ekonomi
Keterangan
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Jumlah (Rp)
Rumah Makan
-
11.731.000
782.066,667
Penginapan
-
4.815.00
321.000
Souvenir Shop
-
4.290.000
286.000
Penyewaan Ban
4.350.000
-
290.000
Pemandu
-
-
-
Penyewaan Lapak
-
2.980.000
198.666
Pendapatan
Pendapatan adalah hasil yang didapatkan dari suatu usaha yaitu
pengurangan dari hasil penerimaan dengan total biaya suatu usaha. Pendapatan
usaha didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat pada Tabel 9. Perhitungan
pendapat dari setiap analisis usaha dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 9. Pendapatan dari setiap hasil analisis ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Keterangan
Pendapatan (Rp)/Hari
Rumah Makan
267.933
Penginapan
749.000
Souvenir Shop
790.267
Penyewaan Ban
870.000
Pemandu
666.667
Penyewaan Lapak
297.334
Analisis Benefit Cost Ratio (B/C)
Analisis Benefit Cost Ratio(B/C) adalah hasil analisi untuk mengetahui
kelayakan suatu usaha yang didapatkan dari nilai pendapatan yang dibagikan
dengan total biaya suatu usaha. Hasil analisis Benefit Cost Ratio(B/C) didaerah
wisata Bukit Lawang dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan analisis Benefit
Cost Ratio (B/C) dapat dilihat pada Lampiran 23.
Tabel 10. Analisi Benefit Cost Ratio(B/C)
Keterangan
B/C (Rp)
Rumah Makan
0,342
Penginapan
2,473
Souvenir Shop
2,763
Penyewaan Ban
3
Pemandu
∞
Penyewaan Lapak
1,496
Pembahasan
Indeks Kesesuaian Wisata
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) memperhatikan beberapa
parameter, yang meliputi kedalaman perairan, tipe sungai, lebar sungai, material
dasar perairan, kecepatan arus, kecerahan perairan, penutupan lahan sungai, biota
berbahaya, Ph dan DO (Modifikasi Yulianda 2007). Nilai Indeks Kesesuaian
Wisata (IKW) dapat dilihat pada Tabel 3 dan penghitungan nilai Indeks
Kesesuaian Wisata (IKW) disajikan pada Lampiran 6.
Wisata perairan Bukit Lawang
memiliki nilai IKW sebesar, 70,73 %
untuk stasiun1, 70,73 % untuk stasiun 2 dan 70,73 % untuk stasiun 3 dimana
semuanya termasuk kedalam kategori S2 (cukup sesuai) dari hal ini berarti dapat
ditarik kesimpulan wisata perairan Bukit Lawang sesuai dijadikan sebagai
kawasan ekowisata, maka dari itu pengelolaan kawasan wisata Sungai perlu
dilakukan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan sesuai dengan
faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kelestarian sungai dan hubungannya
dengan manuasia sebagai yang melakukan aktivitas wisata dikawasan tersebut
guna untuk keberlanjutan ekowisata didaerah ini. Hal ini sesuai dengan Natha dkk
(2014) yang menyatakan bahwa dalam pengelolaan dan pengembangannya suatu
wilayah perlu memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Pengelolaan dan
pengembangan wisata hendaknya diterapkan pengelolaan yang didasari pada
konsep ekowisata yaitu suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan
lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian serta
dapat meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, kualitas hidup masyarakat
setempat dan menjaga kualitas lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Daya Dukung Kawasan (DDK)
Kawasan wisata perairan Bukit Lawang memiliki luas lahan ± 5,45 Ha.
Aktivitas wisata yang dilakukan oleh pengunjung di Sungai Bukit Lawang adalah
pemandian alam, duduk santai dan rafting. Untuk
aktivitas pemandian alam
lahan yang disediakan adalah 27,250 m2, sedangkan luas unit area yang
diperlukan untuk pemandian alam adalah 600 m2 setiap 1 orang pengunjung,
dengan waktu yang disediakan yaitu 11 jam dan prediksi waktu yang dibutuhkan
adalah sebesar 4 jam. Hasil daya dukung kawasan kategori Pemandian Alam di
Sungai Bukit Lawang yaitu 125 orang per hari. Untuk aktivitas duduk santai
lahan yang disediakan adalah 1000 m, sedangkan luas unit area yang diperlukan
untuk duduk santai adalah 10 m setiap 1 orang pengunjung, dengan waktu yang
disediakan yaitu 24 jam dan prediksi waktu yang dibutuhkan adalah sebesar 10
jam. Hasil daya dukung kawasan kategori duduk santai di Sungai Bukit Lawang
yaitu 120 orang per hari. Untuk aktivitas Rafting lahan yang disediakan adalah
109.000 m2, sedangkan luas unit area yang diperlukan untuk Rafting adalah
40.875 m2 setiap 1 orang pengunjung, dengan waktu yang disediakan yaitu 11 jam
dan prediksi waktu yang dibutuhkan adalah sebesar 0,28 jam .Hasil daya dukung
kawasan kategori Rafting di Sungai Bukit Lawang yaitu 105 orang per hari.
Perhitungan aktivitas pemandian alam, duduk santai dan Rafting dapat dilihat
pada Lampiran 7. Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung
yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu
tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Hal ini sesuai
dengan Setyawan dkk (2016) yang menyatakan bahwa Daya dukung merupakan
konsep pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
ukuran kemampuannya. Konsep ini dikembangkan
untuk
meminimalkan
kerusakan atau degradasi sumberdaya alam dan lingkungan sehingga kelestarian,
keberadaan, dan fungsinya dapat
tetap
terwujud
dan
pada
saat
yang
bersamaan, masyarakat atau pengguna sumberdaya tetap dalam kondisi
sejahtera
dan
tidak dirugikan.
Perhitungan
daya
dukung
kawasan
dimaksudkan untuk membatasi pemanfaatan yang berlebihan dan mencegah
kerusakan ekosistem.
Analisis Parameter Kualitas Air
Hasil pengukuran suhu air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang
menunjukkan suhupada stasiun 1 yaitu sebesar 23,66 ºC, sedangkan pada stasiun 2
yaitu sebesar 28,16 ºC dan stasiun 3 yaitu sebesar 24, 16 ºC.Dari hasil pengukuran
suhu di sungai Bukit Lawang didapatkan nilai suhu yang bervariasi sesuai dengan
ketinggian dan topografi disepanjang sungai tersebut dengan nilai yang tertinggi
pada stasiun 2 dengan pengambilan sampel pada jam 12 siang dan yang terendah
pada stasiun 1 dengan pengambilan sampel jam 9.Pengukuran kualitas air dan
rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan
Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai dengan Roulia (2014) yang menyatakan suhu akan
bervariasi tidak hanya di sepanjang sungai tetapi juga melalui periode musim.
Ketinggian, iklim lokal, dan sejauh mana vegetasi di sisi sungai juga akan
mempengaruhi suhu. Suhu dapat mempengaruhi metabolisme. Hal ini sangat
bervariasi antar spesies, terutama ambang batas kemampuan mereka bertahan
hidup.
Hasil pengukuran arus air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang
menunjukkan aruspada stasiun 1 yaitu sebesar 0,7 m/s, sedangkan pada stasiun 2
Universitas Sumatera Utara
yaitu sebesar 0,8 m/s dan stasiun 3 yaitu sebesar 0,59m/s.Dari hasil pengukuran
arus di sungai Bukit Lawang didapatkan nilai arus yang saling tidak jauh berbeda
karena pada perairan Bukit Lawang arusnya bergerak sama kesegala arah dari
badan sungai. Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter
kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai
dengan Purba (2016) yang menyatakan arus air adalah faktor yang mempunyai
peranan sangat penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini
berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang
terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air
yang pada perairan lotikumumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak
ke segala arah sehigga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan
tersebut.
Hasil pengukuran kedalaman air sungai yang dilakukan di sungai Bukit
Lawang menunjukkan kedalamanpada stasiun 1 yaitu sebesar 65,16 cm,
sedangkan pada stasiun 2 yaitu sebesar 64 cm dan stasiun 3 yaitu sebesar 55 cm.
Kedalaman perairan pada umumnya berhubungan dengan kecerahan pada
perairan. Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air
dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Effendi (2013) menyatakan
kedalaman perairan berhubungan dengan intensitas cahaya yang masuk kedalam
kolom perairan. Intensitas cahaya yang masuk kedalam kolom air semakin
berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan.
Hasil pengukuran kecerahan air sungai yang dilakukan di sungai Bukit
Lawang menunjukkan kecerahanpada stasiun 1 yaitu sebesar 0,65 m, sedangkan
pada stasiun 2 yaitu sebesar 0,64 m dan stasiun 3 yaitu sebesar 0,55m.
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran kecerahan perairan ini menggunakan keping secchi (Secchi disk)
dengan melihat batas pandangan terhadap warna putih yang terdapat pada keping
secchi (Secchi disk). Hal ini sesuai dengan Libertyta (2014) yang menyatakan
kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara visual dengan
menggunakan keping Secchi. Kecerahan perairan dipengaruhi oleh kandungan
bahan-bahan halus yang terdapat dalam air baik berupa bahan organik seperti
plankton, jasad renik, detritusmaupun bahan anorganik seperti partikel pasir dan
lumpur. Prinsip penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah
berdasarkan batas pandangan kedalam air untuk melihat warna putih yang berada
didalam air.
Hasil pengukuran pH air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang
menunjukkan pHpada stasiun 1 yaitu sebesar 7,1, sedangkan pada stasiun 2 yaitu
sebesar 7,36 dan stasiun 3 yaitu sebesar 6,96. Kondisi perairan yang bersifat
sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguanmetabolisme dan
respirasi, begitu juga dengan manusia pH yang begitu asam atau basa dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, dengan demikian nilai pH disungai Bukit Lawang
termasuk kategori yang optimal. Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil
analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut.
Hal ini sesuai Lubis (2013) yang menyatakan bahwa besarnya angka pH dalam
suatu perairan dapat dijadikan indikator adanya keseimbangan unsur-unsur kimia
dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara
yang amat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik.Umumnya, perairan
Universitas Sumatera Utara
dengan tingkat pH yang lebih kecil daripada 4,8 dan lebih besar daripada 9,2
sudah dapat dianggap tercemar.
Hasil pengukuran DO air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang
menunjukkan DO pada stasiun 1 yaitu sebesar 8,43 mg/l, sedangkan pada stasiun
2 yaitu sebesar 7mg/l dan stasiun 3 yaitu sebesar 6,8 mg/l. Nilai DO dapat
dipengaruhi oleh arus air karena dari difusi air yang dapat menyumbangkan
oksigen sehingga di sungai Bukit Lawang ini nilai DO dapat tergolong
baik.Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air
dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai dengan
Telaumbanua (2013) yang menyatakan bahwa oksigen
terlarut
akan
berpengaruh langsung pada kemampuan organisme air untuk bertahan di
perairan tercemar.Bagi organisme-organisme akuatik, biasanya membutuhkan
oksigen pada konsentrasi 5 – 8 mg/l untuk dapat hidup secara normal. Kandungan
oksigen terlarut yang tinggi dan kandungan karbondioksida bebas yang
rendah umumnya terdapat pada sistem perairan mengalir. Hal ini disebabkan
oleh peran arus yang membantu dalam memberikan sumbangan oksigen.
Responden Pengunjung
Tujuan kedatangan wisatawan kedaerah wisata Bukit Lawang adalah
untuk rekreasi sebesar 83,33%, untuk pendidikan sebesar 11,11% dan untuk
penelitian sebesar 5,55%.
Tujuan kedatangan pengunjung dapat dilihat pada
Gambar 6. Penginapan yang terdapat didaerah wisata Bukit Lawang adalah
tergolong baik sebesar 38,88%, tergolong cukup sebesar 55,55% dan tergolong
kurang sebesar 5,55%. Penginapan daerah Bukit Lawang dapat dilihat pada
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Kegiatan yang dapat dilakukan didaerah wisata Bukit Lawang seperti
mandi di sungai sebesar 72,22%, kegiatan bersantai di pondok sebesar 17,77%
dan kegiatan memancing sebesar 10%. Kegiatan di lokasi sungai Bukit Lawang
dapat dilihat pada Gambar 8. Keindahan alam sungai Bukit Lawang yaitu
tergolong indah sebesar 50%, tergolong cukup indah 46,66% dan tergolong
kurang indah sebesar 3,33. Keindahan alam sungai dapat dilihat pada Gambar
9.Dari semua hasil responden pengunjung diatas dipengaruhi dari faktor daya
tarik yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara
langsung ke tempat wisata Bukit Lawang baik daya tarik berupa keindaham
alamnya, sarana dan prasarana maupun yang lainnya. Menurut Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2003) daya tarik adalah modal utama
yang memungkinkan datangnya pengunjung. Kriteria daya tarik ini yaitu:
keunikan, variasi kegiatan, jenis sumberdaya yang menonjol, keamanan dan
kenyamanan.
Keterkaitan Wisata Perairan dengan Sosial Ekonomi
Sosial
Keberadaan obyek wisata perairan desa Bukit Lawang terhadap keadaan
sosial ekonomi masyarakat setempat berdampak sangat positif. Dampak positif
yang paling dirasakan terutama masyarakat disekitar obyek wisata perairan yaitu
meningkatnya pendapatan masyarakat, terciptanya
lapangan kerja baru,
meningkatnya keramaian dan kepemilikan harta benda.
Universitas Sumatera Utara
Keterkaitan antara keberadaan obyek wisata perairan di Bukit Lawang :
pemandian alam, duduk santai dan rafting dengan menghubungkan pendapatan
masyarakat sangat erat sekali.
Keberadaan obyek wisata perairan didesa Bukit Lawang memiliki dampak
sosial yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari banyak
berubahnya mata pencaharian masyarakat sekitar obyek wisata perairan, sebelum
adanya obyek wisata perairan masyarakat bekerja sebagai petani dan buruh petani
ataupun pengangguran. Namun saat ini dengan makin berkembangnya objek
wisata perairan maka banyak yang mengikuti dan menyokong wisata tersebut
dengan beralih membuka usaha rumah makan, usaha penginapan, usaha souvenir
shop, usaha penyewaan ban, usaha pemandu, usaha penyewaan lapak wisata dan
ada juga yang beralih menjadi tukang parkir disekitar objek wisata perairan Bukit
Lawang.
Ekonomi
Penerimaan rata-rata/ hari dari setiap usaha yang ada didaerah wisata
Bukit lawang meliputi rumah makan Rp1.050.000, penginapan Rp1.070.000,
Souvenir Shop Rp1.076.267, penyewaan ban Rp1.160.000, pemandu Rp666.667,
dan penyewaan lapak Rp496.000. Hasil penerimaan diatas didapatkan dari hasil
perkalian antara hasil produksi dengan harga jual yang telah ditetapkan.
Penerimaan dari setiap hasil analisis ekonomi tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Wijaya (2010) menyatakan biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu
produk atau jasa akan berharga jual produk yang bersangkutan. Harga jual produk
akan mempengaruhi besar volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Total biaya pada setiap usaha didaerah wisata Bukit Lawang yaitu pada
rumah makan Rp782.0667, penginapan Rp321.000, Souvenir Shop Rp286.000,
Penyewaan Ban Rp290.000, Pemandu Rp 0 (Nol Rupiah), Penyewaan Lapak Rp
198.666. Total biaya ini dapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel
dari masing-masing usaha. Total biaya dari setiap usaha yang ada didaerah wisata
Bukit Lawang dapat dilihat Pada Tabel 8. Menurut Utomo dan Utomo (2014)
harga adalah jumlah dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan
kombinasi dari barang lain yang disertakan dengan pemberian jasa. Penetapan
harga ditentukan oleh biaya-biaya yaitu biaya tetap adalah biaya yang besarnya
tidak dipengaruhi oleh volume produksi dan biaya variabel yaitu biaya yang
besarnya tergantung terhadap volume produksi. Dari kedua biaya tersebut
kemudian dijumlahkan menjadi biaya total. Biaya total produksi merupakan harga
yang mempengaruhi harga jual.
Pendapatan pada setiap usaha didaerah wisata Bukit Lawang yaitu pada
rumah makan Rp267.933, penginapan Rp749.000, Souvenir Shop Rp790.267,
Penyewaan Ban Rp870.000, Pemandu Rp 666.667, Penyewaan Lapak Rp297.334.
Pendapatan ini dapatkan dari penjumlahan total penerimaan dikurangkan dengan
total biaya dari masing-masing usaha. Pendapatan dari setiap usaha termasuk
menguntungkan yaitu dipengaruhi oleh modal kerja, tenaga kerja dan kondisi
alam dan cuaca. Pendapatan dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit
Lawang dapat dilihat Pada Tabel 9. Menurut Isrohah (2015) menyatakan bahwa
faktor modal kerja secara teoritis mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan
dalam modal kerja akan mempengaruhi peningkatan jumlah produksi sehingga
Universitas Sumatera Utara
akan meningkatkan pendapatan serta tenaga kerja dan kondisi alam yang baik
juga secara teoritis akan mempengaruhi pendapatan usaha.
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) pada setiap usaha didaerah wisata Bukit
Lawang yaitu pada rumah makan 0,342, penginapan 2,473, Souvenir Shop 2,763
Penyewaan Ban 3, Pemandu∞, Penyewaan Lapak 1,496.
Analisis Nilai Benefit
Cost Ratio (B/C) ini dapatkan dari pembagian total pendapatan dengan total
biaya dari masing-masing usaha. Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) yang
bernilai kurang dari 1 artinya suatu usaha itu tidal layak untuk dilanjutkan
sedangkan Analisis benefit ratio (B/C) yang nilainya lebih dari 1 artinya usaha
tersebut layak unyuk dilanjutkan. Dari hasil Analisis Nilai Benefit Cost Ratio
(B/C) yang didapatkan didaerah wisata Bukit Lawang setiap usaha yang ada
bernilai diatas 1, kecuali usaha rumah makan yang nilai Analisis Nilai Benefit
Cost Ratio (B/C) berada kurang dari 1. Rumah makan yang nilai Analisis Nilai
Benefit Cost Ratio (B/C) kurang dari 1 itu dianggap biasa karena peran rumah
makan dalam konteks ekowisata hanya sebagai pelengkap atau sampingan yang
berarti dapat tetap dilanjutkan.Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) dari setiap
usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat Pada Tabel 10.
Berdasarkan Kordi (2009) nilai BCR lebih dari satu berarti usaha tersebut
memiliki manfaat positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan
secara ekonomi.
Dampak ekonomi yang dirasakan hampir semua masyarakat sekitar obyek
wisata Perairan desa Bukit Lawang yaitu memperoleh pendapatan melalui adanya
usaha seperti Rumah makan, penginapan, Souvenir Shop, Penyewaan Ban,
Pemandu dan penyewaan lapak.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contoh nilai Benefit Cost RatioB/C pada pendapatan masyarakat
sekitar seperti Penginapan, Penyewaan ban, Souvenir shop, Pemandu dan
Penyewaan Lapak yang menunjukkan angka > 1.Meskipun untuk usaha Rumah
Makan menunjukkan angka < 1 hal ini dikarenakan Rumah makan didaerah
wisata hanyalah sebagai sampingan bukan menjadi fokus dalam pendapatan
ekonomi masyarakat, dimana pada daerah wisata perairan desa Bukit Lawang,
banyak yang membawa bekal sehingga tidak memfokuskan untuk membeli
makanan ditempat wisata sekitar.
Hasil dari perhitungan Benefit Cost
RatioB/C usaha penyewaan ban
didapatkan dengan nilai≥ 1 yaitu 3. Hal ini membuktikan bahwa dari usaha
penyewaan ban mempunyai dampak sangat positif terhadap sosial ekonomi
masyarakat sekitar.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Peranan ekowisata terkait sosial ekonomi masyarakat Bukit Lawang sangat
berpengaruh , dimana dapat dilihat hasil pendapatan yang dari setiap usahanya
menguntungkan dan analisis benefit cost ratio (B/C) dimana nilainya rata-rata
≥ 1 berarti positif yang artinya suatu usaha tersebut layak dilakukan, kecuali
usaha rumah makan yang nilai benefit cost ratio (B/C)≤ 1.
2. Kualitas Perairan Bukit Lawang tergolong baik dapat dilihat dari hasil
pengamatan yang dilakukan dan dikaitkan dengan hasil Indeks Kesesuaian
Wisata pada setiap stasiunnya berturut-turut bernilai S2 (Sesuai) untuk
dijadikan daerah ekowisata, dan hasil Daya Dukung Kawasan untuk aktivitas
pemandian alam, duduk santai serta rafting yang juga sesuai dengan
parameter-parameter kualitas air didaerah wisata Bukit Lawang.
3. Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan perairan Bukit Lawang dengan memperhatikan kaidahkaidah dari setiap parameter lingkungan baik kualitas air maupun sosial
ekonominya.
Saran
1. Perlu dilakukannya analisis ekonomi terkait usaha Rumah makan, yang
memang memberikan pengaruh positif atau tidak terhadap kegiatan ekowisata
perairan.
Universitas Sumatera Utara
2. Perlu dilakukan pengkajian tentang cara memanajemen setiap kegiatan baik
melalui indeks keseuaiannya maupun daya dukung kawasan yang ada
didaerah wisata Bukit Lawang guna untuk tetap menjaga daerah wisata
tersebut agar dapat berkelanjutan.
3. Perlu dilakukan pembentukan grup atau kelompok sesuai dengan masingmasing usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang guna agar setiap usaha
dapat terkoordinasi dengan satu komando dan supaya tidak adanya penekanan
dalam persaingan tidak sehat antar setiap usaha yang ada, guna untuk menjaga
kelestarian lingkungan kualitas perairan maupun sosial ekonomi masyarakat
didaerah wisata Perairan Bukit Lawang.
Universitas Sumatera Utara