Pengujian Kualitas Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra) Yang Di Pasarkan Di Medan Di UPT. Pengujian Dan Sertifikasi Mutu Barang Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini
disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena pada
suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap diudara terbuka. Istilah esensial dipakai
karena minyak atsiri memiliki bau dari tanaman asalnya (Gunawan, 2010).
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri. Misalnya
dalam bahasa Inggris disebut essential oils, etherial oils dan volatile oils. Dalam
Bahasa Indonesia ada yang menyebutnya minyak terbang, bahkan ada pula yang
menyebut minyak kabur. Mengapa minyak atsiri dikatakan sebagai minyak
terbang atau minyak kabur? Tiada lain karena minyak atsiri mudah menguap
apabila dibiarkan begitu saja dalam keadaan terbuka (Lutony, 2000).
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti
akar, batang, kulit, daun, bunga, buah, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol
antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau
wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut
dalam pelarut organik (Lutony, 2000).
Tanaman kayu putih merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
atsiri, biasanya diambil daunnya yang merupakan bagian tumbuhan yang dikenal

dengan kandungan minyak atsiri. Minyak atsiri dalam tanaman ini sering disebut
minyak kayu putih yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti
antiseptik dan bakteri.

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam
berbagai bidang industri. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara lain
dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo, losion); dalam industri
makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa; dalam
industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi; dalam
industri farmasi atau obat-obatan (antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri);
dalam industri bahan pengawet; bahkan digunakan pula sebagai insektisida. Oleh
karena itu, tidak heran jika minyak atsiri banyak diburu berbagai Negara (Lutony,
2000).
Perkembangan minyak atsiri di Indonesia berjalan agak lambat. Hal ini
disebabkan adanya beberapa faktor yang menjadi masalah yang sangat erat
kaitannya satu sama lain.

Beberapa faktor tersebut antara lain akibat


perkembangan teknologi pengolahan minyak atsiri dinegara maju yang begitu
pesat, sementara Indonesia tidak mampu mengikutinya. Pengolahan minyak atsiri
diindonesia memang masih pada tingkat hulu, hanya menggunakan cara
tradisional. Keadaan seperti ini jelas mengakibatkan posisi Indonesia kalah
bersaing dengan Negara produsen lain yang dapat memberi jaminan terhadap
jumlah produksi dengan mutu yang konsisten (Lutony, 2000).
Mutu minyak atsiri antara lain terletak pada kemurniannya (tidak
ditambah atau dicampur dengan benda atau cairan lain). Penilaian kemurnian
minyak atsiri dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya, terutama
terhadap penampilan, warna, bau, berat jenis, putaran optik, indeks bias, titik
beku, bilangan ester, bilangan asam, dan tingkat kelarutannya dalam etanol. Kini
pemalsuan minyak atsiri mudah diketahui karena pihak konsumen atau impotir

Universitas Sumatera Utara

telah memiliki peralatan untuk mengukur tingkat kemurnian. Selain itu, telah ada
pula standar mutu baku skala internasional. Adanya penyimpangan sedikit saja
dari ketentuan yang telah ditetapkan, minyak atsiri itu dianggap telah dipalsukan
atau bermutu rendah (Lutony, 2000).

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengujian untuk
mengetahui kualitas minyak kayu putih yang diperjual belikan oleh masyarakat.
Adapun pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kualitas minyak kayu putih
yaitu pengujian warna, bau, bobot jenis, indeks bias dan putaran optik serta
kelarutan dalam etanol.

1.2 Rumusan Masalah
Praktek pemalsuan minyak atsiri dengan mencampurkan bahan asing telah mudah
dilakukan oleh pihak produsen atau eksportir, maka perlu dilakukan pengujian
seperti pengujian warna, bau, bobot jenis, indeks bias, dan putaran optik serta
kelarutannya dalam etanol untuk mengetahui kualitas minyak kayu putih yang ada
dipasaran agar hasilnya dapat dibandingkan dengan standar kualitas minyak kayu
putih yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 06-3954-2006.

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini, yaitu:
1. Untuk menentukan kualitas minyak kayu putih yang diambil dari pasaran
melalui pengujian warna, bau, bobot jenis, indeks bias, dan putaran optik

serta kelarutan dalam etanol.
2. Untuk membandingkan warna, bau, bobot jenis, indeks bias, dan putaran
optik serta kelarutan dalam etanol minyak kayu putih yang diambil dari
pasaran dengan Standar Nasional Indonesia 06-3954-2006.

1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat dilakukannya percobaan ini, yaitu untuk menambah wawasan penulis
dalam ilmu pengetahuan minyak atsiri dan mengetahui cara menentukan mutu
minyak kayu putih yang memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia 063954-2006 melalui parameter pengujian warna, bau, bobot jenis, indeks bias, dan
putaran optik, serta kelarutan dalam etanol.

Universitas Sumatera Utara