Pengujian Kualitas Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra) Yang Di Pasarkan Di Medan Di UPT. Pengujian Dan Sertifikasi Mutu Barang Medan Chapter III V

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat – Alat
1. Tabung reaksi

20 ml

Pyrex

2. Pipet berskala

10 ml

Pyrex

3. Karton

20 cm x 30 cm

4. Kertas uji (Test paper)
5. Piknometer


25 ml ; 10 ml

Pyrex

6. Penangas air
7. Termometer
8. Gelas ukur

Fischer
10 ml

Pyrex

9. Pipet tetes
10. Penjepit tabung
11. Neraca analitik

Mattle toledo


12. Lampu uap natrium
13. Polarimeter

0,5 mrad (± 0,030)

14. Tabung polarimeter

100 mm ± 0,05 mm

15. Refraktometer

3.2 Bahan
1. Minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron) (l)
2. Aquadest (l)
3. Etanol absolute (aq)
4. Etanol 70% (aq)

Universitas Sumatera Utara

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengambilan Sampel
1. Diambil sampel dari setiap kemasan dengan suatu alat pipa logam tahan
karat atau pipa gelas yang mempunyai panjang 125 cm dan diameter 2 cm.
2. Dimasukkan alat pipa logam kedalam kemasan sampai minyak dapat
terambil dari lapisan atas hingga lapisan bawah.
3. Diambil sampel sebanyak empat kali pada empat sudut yang menyilang
berhadapan kemudian dicampur menjadi satu dan dikocok.
4. Diambil dari campuran tersebut sebanyak 50 ml untuk dianalisa dan 50 ml
lagi sebagai arsip sampel.
5. Dimasukkan

sampel

kedalam

botol

bersih,

kering


dan

tidak

mempengaruhi sampel.
6. Ditutup botol dan disegel serta diberi label yang bertuliskan nomor
kemasan, tanggal pengiriman contoh, identitas pengambilan contoh, nama
produsen atau eksportir.
7. Ditutup kembali kemasan dan disegel setelah pengambilan sampel.
3.3.2 Pengujian Warna Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)
1. Dipipet 10 ml minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron).
2. Dimasukkan kedalam tabung reaksi dan hindari adanya gelembung udara.
3. Disandarkan tabung reaksi yang berisi minyak kayu putih (Melaleuca
leucadendron) pada kertas atau karton berwarna putih.
4. Diamati warna minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron) dengan jarak
pengamatan antara mata dan sampel 30 cm.

Universitas Sumatera Utara


3.3.3 Pengujian Bau Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)
1. Diteteskan sebanyak 3 tetes minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron)
diatas kertas uji (Test paper) dengan menggunakan pipet tetes.
2. Dicium secara langsung bau minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron)
dengan indra penciuman.
3.3.4 Pengujian Bobot Jenis Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)
1. Dicuci dan dibersihkan piknometer kemudian basuh berturut-turut dengan
etanol dan dietel eter.
2. Dikeringkan bagian dalam piknometer dengan oven dan disisipkan
penutupnya.
3. Dibiarkan piknometer didalam neraca analitik selama 30 menit dan
timbang.
4. Diisi piknometer dengan aquadest sambil menghindari adanya gelembunggelembung udara.
5. Dimasukkan penutupnya dan keringkan piknometernya.
6. Dicelupkan piknometer didalam penangas air dengan suhu air 200 C ±
0,20C hingga aquadest yang ada didalam piknometer konstan.
7. Didiamkan piknometer berisi aquadest yang telah konstan selama 30
menit.
8. Dibiarkan piknometer berisi aquadest didalam neraca analitik selama 30
menit kemudian timbang.

9. Dikosongkan piknometer yang berisi aquadest kemudian cuci dengan
etanol selanjutnya keringkan dengan oven.

Universitas Sumatera Utara

10. Diisi piknometer yang telah kering dengan minyak kayu putih (Melaleuca
leucadendron) dan hindarkan adanya gelembung-gelembung udara.
11. Dicelupkan kembali piknometer kedalam penangas air dengan suhu air 200
C ± 0,20C hingga minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron) yang ada
didalam piknometer konstan.
12. Didiamkan

piknometer

berisi

minyak

kayu


putih

(Melaleuca

leucadendron) yang telah konstan selama 30 menit.
13. Dibiarkan piknometer berisi minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron)
didalam neraca analitik selama 30 menit kemudian timbang.
3.3.5 Pengujian Indeks Bias Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)
1. Dialirkan air melalui penangas air agar refraktometer berada pada suhu
pembacaan akan dilakukan.
2. Diatur suhu air pada suhu referensi yaitu 200 C dengan toleransi ±0,20C
kemudian suhu minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron) harus sama
dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan.
3. Dilakukan pembacaan nilai indeks bias jika suhu minyak kayu putih
(Melaleuca leucadendron) sudah stabil.
3.3.6 Pengujian Putaran Optik Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)
1. Dinyalakan

sumber


cahaya

menggunakan

lampu

natrium

yang

menghasilkan monokromatik dengan panjang gelombang 589,3 nm ± 0,3
nm dan tunggu sampai diperoleh nyala yang penuh.
2. Diisi tabung polarimeter dengan minyak kayu putih (Melaleuca
leucadendron) dan usahakan agar gelembung-gelembung udara tidak
terdapat didalam tabung.

Universitas Sumatera Utara

3. Diletakkan tabung didalam polarimeter kemudian baca putaran optik
dekstro (+) atau levo (-) dari minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron)

pada skala yang terdapat pada alat.
4. Dicatat hasil rata-rata dari sedikitnya tiga kali pembacaan.
3.3.7 Pengujian Kelarutan Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)
dalam Etanol
1. Dipipet 1 ml minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron) Kemudian
masukkan kedalam gelas ukur.
2. Ditambahkan setetes demi setetes etanol 70% kedalam minyak kayu putih
(Melaleuca leucadendron)sambil dikocok agar diperoleh larutan bening
pada suhu 250 C.
3. Ditambahkan etanol 70% berlebih setelah larutan bening agar minyak
kayu putih (Melaleuca leucadendron) tidak mengendap.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengujian Warna Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)
Data pengujian warna minyak kayu putih (Melaleuca leucadendra) dapat dilihat

pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil pengujian Warna Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)
No
1.

Komoditi / kode contoh
Minyak kayu putih

Warna
Kuning
kehijauan

Metode pengujian
SNI 06-3954-2006

4.1.2 Hasil Pengujian Bau Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)
Data pengujian bau minyak kayu putih (Melaleuca leucadendra) dapat dilihat
pada tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 Hasil pengujian Bau Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)

No
1.

4.1.3

Komoditi / kode contoh
Minyak kayu putih

Bau
Khas kayu
putih

Metode pengujian
SNI 06-3954-2006

Hasil Pengujian Bobot Jenis Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)

Data pengujian bobot jenis minyak kayu putih (Melaleuca leucadendra) dapat
dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3 Hasil pengujian Bobot Jenis Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)
No Komoditi Ukuran
Berat
Berat
Berat
Nilai bobot
/ kode
piknome piknomete piknome piknometer
jenis
contoh
ter (ml)
r kosong
ter + air
+ minyak
Minyak
(gr)
(gr)
kayu putih
Kayu Putih
(gr)
1. Minyak
25
31,2434
55,8349
54,0226
0,926
kayu
putih
2. Minyak
10
29,4058
38,7647
37,8552
0,902
kayu
putih
4.1.4 Hasil pengujian Indeks Bias Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendron)
Data pengujian indeks bias minyak kayu putih (Melaleuca leucadendra) dapat
dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4 Hasil pengujian Indeks Bias Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)
No.
Komoditi / kode
Nilai indeks bias
Metode pengujian
contoh
1.
Minyak kayu putih
1,453
SNI 06-3954-2006
4.1.5 Hasil pengujian Putaran Optik Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendron)
Data pengujian putaran optik minyak kayu putih (Melaleuca leucadendra) dapat
dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5 Hasil pengujian Putaran Optik Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)
No.
Komoditi / kode
Nilai Putaran Optik
Metode pengujian
contoh
1.
Minyak kayu putih
(-) 40
SNI 06-3954-2006

Universitas Sumatera Utara

4.1.6 Hasil pengujian Kelarutan dalam Etanol Minyak Kayu Putih
(Melaleuca leucadendra)
Data pengujian kelarutan dalam etanol minyak kayu putih (Melaleuca
leucadendra) dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6 Hasil pengujian Kelarutan dalam Etanol Minyak Kayu Putih
(Melaleuca leucadendra)
No.
Komoditi / kode
% Alkohol Penambahan
Nilai perbandingan
contoh
alkohol (ml)
1.
Minyak kayu putih
70
1
1:1
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Pengujian Bobot Jenis Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)

Rumus penentuan bobot jenis��� =

� 2−�

� 1−�

Keterangan:
���

=bobot jenis pada suhu 200C

m

= massa piknometer kosong (gr)

m1

= massa piknometer berisi aquadest pada suhu 200C (gr)

m2

= massa piknometer berisi sampel pada suhu 200C (gr)

Hasil bobot jenis I

=
=
=

�2−�

�1−�

54,0226−31,2434
55,8349−31,2434
22,7792
24,5915

= 0,926

Hasil bobot jenis II

=

�2−�

�1−�
Universitas Sumatera Utara

=
=

37,8552−29,4058
38,7647−29,4058
8,4494
9,3589

= 0,902

Hasil rata-rata bobot jenis

����� ����� ����� � + ����� ����� ����� ��

=

2

0,926+0,902

=

2

= 0.914

4.2.2 Perhitungan Pengujian Indeks Bias Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)

Rumus penentuan indeks bias ��
= ���1 + 0,0004 (t 1 – t)

Keterangan :
���1

= pembacaan yang dilakukan pada suhu pengerjaan

���

= indeks bias pada suhu 200 C

t1

= suhu yang dilakukan pada suhu pengerjaan

t

= suhu refrensi (200 C)

0,0004 = faktor koreksi untuk indeks bias
Hasil indeks bias

= ���1 + 0,0004 (t 1 – t)

= 1,453 + 0,0004 (20 – 20)

= 1,453

Universitas Sumatera Utara

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembahasan Pengujian Warna Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)
Hasil dari pengujian warna dapat dilihat pada tabel 4.1 diatas dimana pada
tabel tersebut dapat dilihat bahwa warna yang terdapat pada minyak kayu putih
yang diuji yaitu memiliki warna kuning kehijauan yang mana hasil tersebut
menunjukkan bahwa minyak kayu putih yang diuji memiliki warna yang sesuai
dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia 06-3954-2006 yaitu dengan warna
minyak kayu putih yaitu jernih hingga kuning kehijauan.
Menurut Guenther (1990), minyak kayu putih yang berwarna kuning
disebabkan oleh pertukaran tembaga dengan seng (zinc) dari dinding drum
digalvanisir, dan pada dasarnya sifat-sifat minyak tidak berubah karena itu
minyak yang berwarna kuning muda jika disuling dalam ketel besi dan tidak
kontak dengan tembaga.
4.3.2 Pembahasan Pengujian Bau Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)
Hasil dari pengujian bau dapat dilihat pada tabel 4.2 diatas dimana pada
tabel tersebut dapat dilihat bahwa bau yang terdapat pada minyak kayu putih yang
diuji yaitu memiliki bau khas kayu putih yang mana hasil tersebut menunjukkan
bahwa minyak kayu putih yang diuji memiliki bau yang sesuai dengan
persyaratan Standar Nasional Indonesia 06-3954-2006 yaitu dengan bau minyak
kayu putih yaitu khas kayu putih.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Guenther (1990), minyak kayu putih memiliki bau wangi kamfor
mirip sineol dengan flavor yang agak menyengat (burning flavor) dengan kesan
dingin.
4.3.3 Pembahasan Pengujian Bobot Jenis Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)
Hasil dari pengujian bobot jenis dapat dilihat pada tabel 4.3 diatas dimana
pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai bobot jenis yang terdapat pada
minyak kayu putih yang diuji yaitu 0,914 dimana minyak kayu putih tersebut
memiliki kualitas yang baik karena nilai bobot jenis tersebut memenuhi
persyaratan Standar Nasional Indonesia 06-3954-2006 yaitu dengan nilai bobot
jenis berada pada rentang 0,900 – 0,930.
Menurut Ketaren (2006), Bobot jenis merupakan salah satu kriteria
penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Penentuan bobot
jenis menggunakan alat piknometer. Bobot jenis minyak atsiri umumnya berkisar
antara 0,800-1,180.
4.3.4 Pembahasan Pengujian Indeks Bias Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)
Pengujian indeks bias dapat dilihat pada tabel 4.4 diatas dimana pada tabel
tersebut dapat dilihat bahwa nilai indeks bias yang terdapat pada minyak kayu
putih yang diuji yaitu 1,453 dimana minyak kayu putih tersebut memiliki kualitas
yang baik karena nilai indeks bias tersebut memenuhi persyaratan Standar
Nasional Indonesia 06-3954-2006 yaitu dengan nilai indeks bias berada pada
rentang 1,450 – 1,470.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Ketaren (2006), Indeks bias dari suatu zat ialah perbandingan
dari sinus sudut sinar jatuh dan sinus sudut sinar pantul dari cahaya yang melalui
suatu zat. Refraksi atau pembiasan ini disebabkan adanya interaksi antara gaya
elektrostatik dan gaya elektromagnetik dari atom-atom didalam molekul cairan.
Pengujian indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian minyak dan
dapat menentukan dengan cepat terjadinya hidrogenasi katalisis
4.3.5 Pembahasan Pengujian Putaran Optik Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra)
Pengujian putaran optik dapat dilihat pada tabel 4.5 diatas dimana pada
tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai putaran optik yang terdapat pada minyak
kayu putih yang diuji yaitu (-) 40 dimana minyak kayu putih tersebut memiliki
kualitas yang baik karena nilai putaran optik tersebut memenuhi persyaratan
Standar Nasional Indonesia 06-3954-2006 yaitu dengan nilai putaran optik berada
pada rentang (-) 40 - 00.
Menurut Ketaren (2006), Setiap jenis minyak atsiri mempunyai
kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya kearah kiri atau kanan. Besarnya
pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis minyak atsiri, suhu dan panjang
gelombang cahaya yang digunakan.
4.3.6 Pembahasan Pengujian Kelarutan Minyak Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra) dalam Etanol
Pengujian kelarutan dalam etanol dapat dilihat pada tabel 4.6 diatas
dimana pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa kelarutan minyak kayu putih
dalam etanol yang diuji yaitu 1 : 1 dimana minyak kayu putih tersebut memiliki
kualitas yang baik karena kelarutan dalam etanol tersebut memenuhi persyaratan

Universitas Sumatera Utara

Standar Nasional Indonesia 06-3954-2006 yaitu dengan kelarutan dalam etanol
berada pada rentang 1 : 1 sampai 1 : 10.
Menurut sastrohamidjojo (2004), kelarutan dalam etanol adalah nilai
perbandingan banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut
alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang
spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian
minyak atsiri. Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang
yang larut dalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan
menggunakan etanol pada berbagai tingkat konsentrasi.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada minyak kayu putih (Melaleuca
leucadendra) dimana didapatkan hasil pengujian warna minyak kayu putih yaitu
kuning kehijauan, bau yaitu khas kayu putih, bobot jenis yaitu 0,914, indeks bias
yaitu 1,453 dan putaran optik yaitu (-) 40 serta kelarutannya dalam etanol yaitu
1:1 yang sesuai dengan spesifikasi persyaratan mutu Standar Nasional Indonesia
06-3954-2006 yaitu warna minyak kayu putih yaitu dari jernih hingga kuning
kehijauan, bau minyak kayu putih yaitu khas kayu putih, bobot jenis minyak kayu
putihyaitu dari 0,900 – 0,930, indeks bias yaitu dari 1,450 - 1,470 dan putaran
optik yaitu dari (-) 40 sampai 00 serta kelarutan dalam etanol yaitu 1:1 sampai 1:10
jernih.

5.2 Saran
1. Diharapkan pada saat akan melakukan pengujian warna dan bau indra
penglihatan dan indra penciuman harus fokus agar warna dan bau yang
terdapat pada minyak kayu putih benar – benar didapatkan.
2. Diharapkan untuk pengujian bobot jenis upayakan minyak kayu putih yang
ada didalam piknometer benar-benar konstan agar pada saat dilakukan
penimbangan didalam neraca analitik berat yang didapatkan adalah berat
sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara

3. Diharapkan untuk pengujian indeks bias minyak kayu putih upayakan cahaya
yang masuk kedalam lensa benar – benar terang agar pada saat pembacaan
nilai indeks bias didapatkan hasil yang tepat.
4. Diharapkan untuk pengujian putaran optik minyak kayu putih sebaiknya
tabung polarimeter harus benar-benar dicuci dengan alkohol dan dalam
keadaan kering agar nilai putaran optik minyak kayu putih yang akan diuji
dapat terbaca dengan jelas oleh alat polarimeter.
5. Diharapkan untuk pengujian kelarutan dalam etanol usahakan pada saat
penambahan etanol setetes demi setetes kedalam minyak dilakukan secara
teliti agar perbandingan antara volume minyak kayu putih dengan etanol yang
didapatkan tepat.

Universitas Sumatera Utara