Hubungan Dukungan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kanker menjadi penyakit yang paling ditakuti bagi semua orang. Hal

tersebut dapat disimpulkan karena kanker merupakan penyebab kematian kedua
setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes RI, 2014). Kanker dapat terjadi
dikarenakan suatu kondisi di mana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat

dan

tidak

terkendali.

Sejalan


dengan

pertumbuhan

dan

perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas
yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif) dan dapat menyebar (metastasis)
ke seluruh tubuh; metastasis atau penyebaran terjadi jika sel-sel kanker berpindah
melalui aliran darah atau pembuluh getah bening ke bagian-bagian lain dari tubuh
dan mulai tumbuh serta menggantikan jaringan yang normal (Diananda, 2009).
Menurut data WHO tahun 2013, insiden terjadinya kanker meningkat dari
12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah
kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun
2012. Diperkirakan pada tahun 2030 insiden kanker dapat mencapai 26 juta orang
dan 17 juta di antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin
dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat (Kemenkes RI, 2014). Penyakit
kanker tidak hanya menyebabkan kematian di dunia akan tetapi juga di Indonesia.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 bahwa prevalensi

1
Universitas Sumatera Utara

2

penyakit kanker di Indonesia juga cukup tinggi yaitu sekitar 1,4% per 1000
penduduk atau sekitar 330.000 orang (Kemenkes RI, 2014).
Penderita kanker sangat membutuhkan tindakan pengobatan sehingga
penderita

dapat

penyakitnya.

meningkatkan

kualitas

hidupnya


dan

menyembuhkan

Menurut Harsal (2016 dalam Tjandrawinata, 2016) tindakan

pengobatan kanker terbagi menjadi delapan tindakan, salah satunya adalah
kemoterapi. Kemoterapi adalah terapi kanker yang menggunakan obat-obatan
dengan tujuan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan
membunuh sel secara langsung maupun dengan menghentikan pembelahan selnya
(Sutandyo, 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Pirngadi Medan, jumlah pasien yang menjalani kemoterapi pada
Januari 2015 hingga Oktober 2016 sebanyak 558 orang.
Kemoterapi diyakini dapat menyembuhkan penyakit kanker namun
demikian kemoterapi tidak hanya membunuh sel-sel kanker akan tetapi juga
menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat; Hal
tersebutlah yang dapat menimbulkan efek samping dari kemoterapi yaitu, antara
lain : mual, muntah, nyeri pada perut, sering lelah, berkurangnya hemoglobin,
trombosit, dan sel darah putih, mudah mengalami perdarahan, mudah terinfeksi,
rambut rontok, sariawan, rasa sakit di badan, dan menurunkan kesuburan

(Diananda, 2009). Oleh sebab itu, wajar jika pasien yang menjalani kemoterapi
tidak hanya mengalami masalah pada kondisi fisiknya akan tetapi juga pada

Universitas Sumatera Utara

3

keadaan psikologisnya salah satunya adalah mengalami kecemasan atau ansietas
(Yolanda & Karwur, 2013).
Kecemasan adalah keadaan kekhawatiran, kegelisahan yang tidak
menentu, atau reaksi ketakutan dan tidak tentram yang terkadang disertai berbagai
keluhan fisik (Pieter, dkk, 2011). Menurut Agustinus (1986 dalam Hayat, 2014)
seseorang akan mengalami kecemasan jika individu tersebut menghadapi keadaan
yang berbahaya dan menakutkan. reaksi yang akan timbul karena kecemasan
adalah jantungnya akan bergerak lebih cepat, nafasnya menjadi sesak, mulutnya
menjadi kering dan telapak tangannya berkeringat. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan Lasma (2014) tentang tingkat kecemasan pasien kanker yang
menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan
menyatakan sebanyak 20,3% pasien tidak mengalami cemas, 62,2% mengalami
cemas ringan, 14,8% mengalami cemas sedang dan 2,7% mengalami cemas berat.

Menurut Lasma (2014) hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
tingkat ekonomi seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan pasien kanker
maka semakin rendah pasien tersebut mengalami kecemasan dikarenakan
seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan memberikan
respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah.
Sedangkan pasien yang tingkat ekonominya rendah akan beresiko mengalami
tingkat kecemasan yang tinggi dikarenakan pengobatan kanker dengan kemoterapi
membutuhkan biaya yang besar karena kemoterapi tidak cukup dilakukan hanya
sekali (Lasma, 2014).

Universitas Sumatera Utara

4

Kemoterapi yang dilakukan pada pasien kanker memiliki efek samping
psikis maupun fisik selama menjalani terapi tersebut sehingga dalam hal ini pasien
kanker sangat membutuhkan dukungan spiritualitas untuk melawan atau menahan
perasaan cemas, takut, syok, putus asa, marah maupun stress yang menghantuinya
(Wahyuni, dkk, 2015). Spiritualitas merupakan daya semangat, prinsip hidup atau
hakikat ekstensi manusia yang meresapi hidup dan diungkapkan serta dialami

dalam tali-temali hubungan antara diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhan atau
sumber hidup (Miller, 1995, dalam Young, 2007). Spiritualitas dapat juga
didefinisikan sebagai dimensi integral dari kesehatan dan kesejahteraan setiap
manusia (Skokan dan Bader, 2000, dalam Young, 2007).
Penyelenggara perawatan kesehatan harus memperhatikan sungguhsungguh spiritualitas pasien karena spiritualitas dapat memberikan pandangan
yang mendalam terhadap pengalaman pasien; spiritualitas juga memberikan
konteks yang tepat untuk pengambilan keputusan tentang perawatan kesehatan;
dan juga memungkinkan para profesional perawatan kesehatan membantu pasien
dengan cara yang mungkin untuk mengurangi penderitaannya (Young, 2007).
Dukungan spiritual didapatkan pasien tidak hanya dari dirinya sendiri melainkan
dari peran serta perawat dan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual
pasien (Kinasih & Wahyuningsih, 2012). Karena itu dukungan spiritualitas sangat
diperlukan pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang “Hubungan Dukungan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien
yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.”

Universitas Sumatera Utara

5


1.2

Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka pertanyaan

penelitiannya adalah : “bagaimana hubungan dukungan spiritualitas dengan
tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Medan.”

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat

kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Daerah Dr.

Pirngadi Medan.”
1.3.2

Tujuan Khusus
a. Mengetahui dukungan spiritualitas pasien kemoterapi di RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi
Medan.
c. Mengetahui hubungan dukungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan
pasien yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Universitas Sumatera Utara

6

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1


Praktik Keperawatan
Sebagai bahan informasi bagi perawat dalam melakukan asuhan

keperawatan yang terkait dengan spiritualitas klien terutama pada pasien yang
menjalani kemoterapi.
1.4.2

Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi

mahasiswa dan dosen tentang pentingnya penerapan spiritualitas dalam asuhan
keperawatan pada pasien kemoterapi.
1.4.3 Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan rujukan dan menjadi sumber referensi bagi peneliti
selanjutnya yang akan meneliti dengan topik yang sama.

Universitas Sumatera Utara