Pelaksanaan Pengangkatan Wali Serta Perlindungan Anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 yang bertujuan
untuk memberikan perlindungan bagi anak Indonesia. Problematika perlindungan
anak Indonesia masih sangat banyak, mulai dari kebijakan tentang perlindungan
anak, pemahaman tentang perlindungan anak dikalangan pengambil kebijakan,
hingga isu yang terkait langsung dengan anak seperti pernikahan dini,
perdagangan anak, anak berhadapan dengan hukum (ABH), identitas anak, hingga
pengasuhan anak.1
Sesungguhnya isu perlindungan anak jauh lebih kompleks karena usia
anak yang masih belia, belum memiliki akses pada pengambilan kebijakan, serta
masih tergantung pada orang dewasa. Kehadiran Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Kabinet Indonesia
Bersatu Jilid II adalah sebuah langkah maju. Namun demikian kementerian ini
belum memiliki taring yang tajam untuk melakukan pengarusutamaan isu
perlindungan anak serta menerapkannya. Selain karena tidak memiliki
perpanjangan tangan kebijakan di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota, pelaksana
program perlindungan anak juga lebih banyak di Kementerian Sosial,
Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta
bidang lintas sektoral lainnya. Sedangkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia

(KPAI) sebagai lembaga negara yang melakukan pengawasan terhadap praktek
perlindungan anak di Indonesia belum memiliki KPAI di tingkat Propinsi dan
1

Nasyiatul Aisyiyah, Problematika Perlindungan Anak di Indonesia , Kesejahteraan
Gender dan Perlindungan Anak, Penerbit buku Kompas Sari, Jakarta, 2014,hal.1.

1
Universitas Sumatera Utara

2

Kabupaten/Kota.

Faktanya

proses

penerapan


dan

pengawasan

terhadap

perlindungan di wilayah Indonesia yang sangat luas memerlukan institusi yang
lebih mengakar.
Kekerasan terhadap anak baik berupa pelecehan seksual, kekerasan fisik
dan psikis masih sering kita baca di media. Menurut data Menkokesra (2013),
3 dari 100 anak Indonesia pernah mengalami kekerasan. Sejumlah 70,5% pelaku
kekerasan terhadap anak lebih banyak dilakukan oleh orang-orang yang
seharusnya menjadi pelindung bagi anak itu sendiri, misalnya orang tua, kerabat
dekat, tetangga, hingga guru. Rumah dan sekolah yang seharusnya menjadi tempat
yang nyaman bagi anak, ternyata bagi sebagian anak menjadi tempat yang tidak
ramah bagi anak. Pengetahuan dasar tentang kesehatan reproduksi bagi anak-anak
sesuai umurnya penting diberikan agar anak-anak terhindar dari pelecehan
seksual. Kepedulian orang tua, tetangga, guru, hingga aparat pemerintah jika ada
tanda-tanda kekerasan terhadap anak dilingkungannya menjadi upaya pencegahan
kekerasan terhadap anak.2

Di Indonesia praktik panti asuhan masih populer sebagai alternatif tempat
pengasuhan pengganti ketika orang tua tidak lagi mampu. Hubungan orang tua
dan anak juga seringkali tidak lancar ketika anak di panti asuhan. Seharusnya
panti asuhan menjadi alternatif terakhir ketika orang tua tidak dapat mengasuh
sendiri dan harus diimbangi dengan hubungan yang baik antara orang tua dan
anak. Target waktu pembinaan orang tua hingga mampu mengasuh anaknya
kembali dan merekondisikan anak kembali pada orang tua harus tetap dipenuhi.
Berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan
2

Anis Mubasyiroh, Children in Need of Special Protection. http://www.
beastudiindonesia.net/en/beastudi-etos-58/391-children-in-need-of-special-protection, 2014, hal.1.

Universitas Sumatera Utara

3

anak telah diterbitkan. Bahkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak telah diatur dengan jelas tentang perlindungan anak
sampai kepada aturan sanksi pidana bagi yang melanggar hak anak. Dalam

undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwa penyelenggaraan perlindungan
anak adalah orang tua, keluarga, pemerintah dan negara.
Merebaknya berbagai kasus perlindungan anak tentu saja memprihatinkan
kita semua. Keluarga sebagai institusi utama dalam perlindungan anak ternyata
belum sepenuhnya mampu menjalankan peranannya dengan baik. Kasus
perceraian, disharmoni keluarga, keluarga miskin, perilaku ayah atau ibu yang
salah, pernikahan siri dan berbagai permasalahan lainnya menjadi salah satu
pemicu terabaikannya hak-hak anak dalam keluarga.
Pada kenyataannya berbagai persoalan pelanggaran hak anak kerap masih
terjadi dan dianggap biasa oleh masyarakat kita, bahkan kalau diperkirakan
cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya masalah krisis seperti
kemiskinan, ketidakadilan, kerawanan bencana baik bencana alam maupun
bencana sosial, akses pornografi dan pornoaksi, disintegrasi bangsa, sindikat
perdagangan narkoba dan sebagainya. Berita dari berbagai media baik media
cetak, online maupun elektronik terhadap maraknya kasus tindakan kekerasan
pada anak maupun anak yang berhadapan hukum merupakan informasi yang tidak
dapat disangkal bahwa kasus-kasus tersebut sering menghiasi pemberitaan
di media massa. Belum lagi kasus yang tidak terungkap, karena luput dari
pemberitaan media atau memang sama sekali tidak ada yang mengetahui maupun
melaporkan tentang pelanggaran terhadap hak anak tersebut.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), seperti yang diamanatkan

Universitas Sumatera Utara

4

Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, juga bertugas
menerima pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan perlindungan anak.
Melalui Bidang Data dan Pengaduan yang dibentuk oleh KPAI, berbagai macam
kasus–kasus perlindungan anak terus mengalir datang dan diadukan kepada KPAI.
Pada sisi lain perlindungan terhadap anak yang terlibat tindak pidana pelanggaran
hukum sering diperlakukan seperti orang dewasa. Hal ini juga merupakan
pelanggaran terhadap hak anak. Tindak kekerasan terhadap anak semakin
bervariasi ragam, bentuk dan tempatnya, mulai terjadi dari lingkungan rumah
tangga, yayasan/panti asuhan, sekolah, pondok pesantren dan tempat umum
lainnya (jalanan, terminal, stasiun) yang tidak banyak diketahui kejadiannya,
karena kurangnya kepedulian masyarakat terhadap perlindungan anak.
Masalah pokok perlindungan anak bidang keluarga dan pengasuhan
alternatif didominasi oleh kasus-kasus yang berakar dari kerentanan keluarga baik
rentan secara ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan religiusitas keagamaan,

diantaranya :
a. Penelantaran anak menjadi masalah serius dan seperti fenomena
gunung es, yang terus menunjukkan trend peningkatan. Kasus-kasus
penelantaran anak memiliki motif yang sangat beragam, kasus yang
dominan adalah kasus anak jalanan, pembuangan dan penelantaran bayi
serta anak telantar karena orang tua bekerja.
b. Perebutan hak kuasa asuh anak, perceraian orang tua adalah sumber dari
masalah perebutan hak kuasa asuh anak. Kasus perceraian tidak lepas dari
rendahnya kualitas perkawinan, maraknya perkawinan siri, kawin kontrak,
perkawinan campuran dan perkawinan di usia dini menjadi sumber

Universitas Sumatera Utara

5

masalah perceraian, pada hal semestinya perkawinan adalah sebuah
perjanjian

luhur


antara

dua

insan

yang

salah

satu

fungsinya

merupakan lembaga reproduksi untuk mempertahankan dan melanjutkan
keberlangsungan kehidupan yakni lahirnya keturunan (anak).
c. Angka perkawinan dini, di Indonesia secara nasional sangat tinggi, yakni
mencapai 34,5 %. Dengan jumlah angka perkawinan mencapai 2,5 juta
pasangan pertahun, berarti ada sekitar 600 pasangan perkawinan dini.
Tingginya angka perkawinan di usia dini sangat memprihatinkan dan

mengkhawatirkan karena perkawinan dini diduga menjadi salah satu
penyebab tingginya angka kematian bayi di Indonesia yakni 34/1000
perkawinan. Banyak perkawinan dini dilakukan pada usia 11-13 tahun,
yang secara fisik belum siap untuk reproduksi. Perkawinan dini sebagian
besar dilakukan tanpa pencatatan oleh negara (nikah siri) karena petugas
pencatat perkawinan (penghulu) tidak bersedia mencatat karena tidak
sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan.
d. Perwalian dan pengangkatan anak, praktek perwalian dan pengangkatan
anak mayoritas dilakukan secara adat, sehingga proses pengangkatan anak
tidak diputuskan melalui putusan pengadilan dan mayoritas tidak tercatat
di dinas sosial, sehingga berakibat pada kaburnya silsilah keluarga anak
dan juga berpengaruh terhadap hak kewarisan anak. Perkawinan campuran
berbeda kewarganegaraan juga memunculkan masalah perwalian, karena
menyangkut keabsahan kewarganegaraan anak yang dilahirkan, maka
diperlukan kejelian hakim dalam memutuskan perwalian anak dengan
mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak.

Universitas Sumatera Utara

6


e. Rendahnya kualitas lembaga pengasuhan alternatif, berdasarkan penelitian
Save The Children, Unicef dan Kementerian Sosial Republik Indonesia

pada tahun 2007 terdapat 5.000-8.000 lembaga pengasuhan alternatif
di Indonesia dalam bentuk Panti Asuhan Anak. Penyelenggara panti
asuhan anak ini mayoritas dimiliki oleh masyarakat yakni sebesar 99% dan
hanya 40 panti asuhan anak yang dimiliki oleh pemerintah. Anak-anak
ditempatkan di Panti asuhan didasarkan atas alasan kemiskinan yakni
sebesar 90% dan karena alasan yatim piatu sebesar 6%. Kualitas panti
asuhan masih sangat rendah, rasio perbandingan pengasuh dengan anak
yang di asuh tidak seimbang, kualitas pengasuh panti tidak sesuai standar,
bahkan kasus kekerasan anak dengan dalil penegakan disiplin dan agama
juga ditemui dalam sistem pengasuhan berbasis panti. Sarana prasarana
yang terbatas menyebabkan anak tidak dalam situasi yang lebih baik
berada di panti asuhan.3
Selanjutnya anak yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, belum
tentu terpenuhi kesejahteraannya secara wajar dan dalam hal ini dapat
mengakibatkan anak menjadi terlantar. Keadaan terlantar ini juga dapat
disebabkan oleh hal-hal lain seperti kemiskinan yang mengakibatkan tidak

terpenuhinya kebutuhan anak baik secara jasmani, rohani maupun sosial.
Kesejahteraan anak merupakan tanggungjawab utama dari orang tua dalam
lingkungan keluarga, tetapi jika hal itu tidak dapat terlaksana maka ada pihak
lain yang diserahi hak dan kewajiban tersebut. Jika memang tidak ada pihak yang
dapat melaksanakannya sesuai dengan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945
3

David Setyawan, Peta Permasalahan Perlindungan Anak di Indonesia ,
http://www.kpai.go.id/artikel/peta-permasalahan -perlindungan-anak-di-indonesia/.2014.

Universitas Sumatera Utara

7

bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara,
hak

dan

kewajiban


untuk

mewujudkan

kesejahteraan

pelaksanaan

anak

menjadi

tanggungjawab negara.
Perwalian dapat dilakukan oleh seseorang dan atau suatu badan atau
yayasan. Dalam perwalian yang dilakukan oleh seseorang /yayasan wajib
menyelenggarakan kepentingan anak yang belum dewasa yang berada di bawah
perwaliannya. Hal itu dilakukan agar seorang anak yang berada di bawah
perwaliannya dapat merasakan cinta kasih dan terlindungi hak-haknya, seolaholah ia berada dalam kekuasaan orang tuanya sendiri.
Pasal 365 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan
bahwa dalam segala hal apabila hakim harus mengangkat seorang wali maka
perwalian itu dapat diperintahkan dan diserahkan pada perkumpulan yang
berbadan hukum yang berkedudukan di Indonesia. Hal tersebut tergantung pula
pada anggaran dasar, akta pendiriannya atau peraturan-peraturan yang bertujuan
untuk memelihara dan mengasuh anak-anak yang masih di bawah umur untuk
waktu yang lama sampai anak itu menjadi dewasa.4
Salah satu pihak yang melaksanakan perwalian adalah panti asuhan, untuk
melaksanakan fungsi perwalian terdapat ketentuan-ketentuan mengenai perwalian
yang ditentukan dengan undang-undang dan sebagai wali maka terdapat
kewajiban-kewajiban

yang

berkaitan

dalam

pemenuhan

kesejahteraan

anak yang berada di bawah perwaliannya.
Selain itu sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan sosial, panti asuhan
juga harus memiliki kewajiban-kewajiban tertentu terhadap usaha perwujudan
4

Frisca Putri Prihandini, Pelaksanaan perwalian anak oleh Panti Asuhan Widya Kasih
Boyolali Berdasarkan Hukum yang Berlaku Di Indonesia , Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, 2008, hal.1.

Universitas Sumatera Utara

8

kesejahteraan anak5
Panti asuhan sebagai lembaga perwalian bertindak sebagai wali bagi anak-anak
yang mengalami gangguan ekonomi atau anak terlantar. Anak yatim piatu, anak
terlantar dan anak tidak mampu merupakan anak-anak yang terganggu
kesejahteraannya sehingga membutuhkan penanganan dari panti asuhan yang
dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan Pasal 11 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak bahwa usaha
kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat.
Diserahkannya anak-anak tersebut pada panti asuhan maka mereka akan
mendapatkan pengawasan dan pembinaan yang lebih baik. Dengan demikian
tujuan menyelenggarakan panti asuhan adalah dalam jangka waktu tertentu
memberikan pelayanan sosial yang meliputi perawatan, bimbingan, pendidikan,
pengembangan dan rehabilitasi serta kemudian menyerahkan mereka menjadi
anggota masyarakat yang dapat hidup lebih layak dan penuh tanggungjawab
sebagaimana mestinya terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Sedangkan fungsi panti asuhan adalah sebagai pengganti keluarga dalam
mengembangkan pribadi anak yang meliputi aspek fisik, psikis maupun sosial
untuk menyiapkan anak-anak asuh yang berdiri sendiri dan bertanggungjawab
baik dalam ekonomi, mental maupun sosial6.
Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang
pelaksanaan perwalian anak yang dilakukan oleh panti asuhan berdasarkan
atas hukum yang berlaku di Indonesia pada saat ini, maka penulis berminat
5

Dewi Andika Putri, peran dan fungsi perwalian anak dalam mengasuh anak, skripsi pada
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2011, hal. 12.
6
Wahyuddin Lukman, Sosialisasi di Panti Asuhan dalam Membentuk Tingkah Laku Anak
(Kasus di Panti Asuhan Abadi Aisyiyah Kecamatan Soreang, Kota Parepare).Skripsi pada Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar,2012,hal.15.

Universitas Sumatera Utara

9

melakukan suatu penelitian dengan mengambil judul “PELAKSANAAN
PENGANGKATAN WALI SERTA PERLINDUNGAN ANAK DI PANTI
ASUHAN GELORA KASIH SIBOLANGIT”
B. Permasalahan
Adapun yang merupakan permasalahan dalam penulisan skripsi ini antara
lain sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan hukum antara anak dengan orang tua setelah
adanya pengangkatan wali di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit ?
2. Bagaimanakah hak-hak anak setelah adanya perwalian di Panti Asuhan
Gelora Kasih Sibolangit ?
3. Bagaimanakah pelaksanaan pengangkatan wali serta perlindungan anak
di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan hukum antara anak dengan orang tua setelah
adanya pengangkatan wali di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit.
2. Untuk mengetahui hak-hak anak setelah adanya perwalian di Panti Asuhan
Gelora Kasih Sibolangit.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan pengangkatan wali serta perlindungan
anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :
1.

Secara Teoretis
Kiranya penulisan skripsi ini dapat mengembangkan khasanah ilmu

Universitas Sumatera Utara

10

pengetahuan hukum perdata sekaligus dapat menambah literatur khususnya
mengenai perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit.
2.

Secara Praktis
Secara praktis penulisan skripsi ini dapat menambah pengetahuan

masyarakat tentang proses pemberian perlindungan anak yang diberikan
oleh Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit sehingga masyarakat mengetahui
tentang arti pentingnya pemberian perlindungan anak bagi para wali khususnya.
E.

Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan
untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.
Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap
data yang telah dikumpulkan dan diolah7.
Oleh karena itu penelitian merupakan suatu sarana ilmiah bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam suatu penelitian
diperlukan adanya metodologi penelitian yang disesuaikan dengan ilmu
pengetahuan tersebut.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif,
yaitu metode penelitian yang menekankan pada teori-teori hukum dan aturanaturan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Aspek yuridis
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih
7

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2004, hal. 1.

Universitas Sumatera Utara

11

Sibolangit antara lain :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
b. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
c. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1/HUK/1998
tentang Penyelenggaraan Asuhan Bagi Anak Terlantar
d. Perjanjian perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit.
Aspek normatif yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah perjanjian
perlindungan anak yang dibuat antara Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit
dengan keluarga anak.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam penulisan skripsi ini termasuk penelitian deskriptif
analisis, yaitu penelitian bersifat pemaparan yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran (deskriptif) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat
tertentu dan pada saat tertentu, atau peristiwa hukum yang terjadi di dalam
masyarakat8. Metode deskriptif analisis tersebut menggambarkan peraturan yang
berlaku yang kemudian dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek
pelaksanaan hukum positif yang menyangkut perlindungan hukum bagi peserta
dalam perjanjian perlindungan anak yang terdapat di Panti Asuhan Gelora Kasih
Sibolangit.
3. Sumber dan jenis data
Secara umum jenis data yang diperlukan dalam suatu penelitian hukum
terarah pada penelitian data sekunder dan data primer. Penelitian ini menggunakan
jenis sumber data sekunder yang didukung dengan data primer, yaitu data yang
8

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004, hal. 50.

Universitas Sumatera Utara

12

mendukung keterangan atau menunjang kelengkapan data sekunder yang
diperoleh dari perpustakaan dan koleksi pustaka pribadi penulis yang dilakukan
dengan cara studi pustaka atau literatur.
Data Sekunder terdiri dari :
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri
dari undang-undang perlindungan anak.
b. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan
tentang bahan hukum primer, terdiri dari buku-buku atau literatur-literatur
yang berkaitan dengan data sekunder yang didukung oleh data primer.
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk
atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti
Kamus Hukum Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
4. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data difokuskan pada pokok-pokok permasalahan yang ada
sehingga dalam penelitian ini tidak terjadi penyimpangan dan kekaburan
dalam pembahasan.
Data yang diperlukan dalam penulisan ini diperoleh melalui :
a. Studi kepustakaan (library research)
Informasi data yaitu informasi yang berupa tulisan yang berbentuk skripsi,
buku ilmiah, hasil penelitian, majalah yang kemudian disimpulkan. Dengan
demikian data yang diteliti dalam suatu penelitian dapat berwujud data
yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan dan / atau secara langsung
dari masyarakat.
b. Studi lapangan (field research)

Universitas Sumatera Utara

13

Wawancara adalah cara memperoleh data / informasi dengan bertanya
langsung pada yang diwawancarai. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan
sebagai pelengkap dari data sekunder yang ada.
5. Analisis data
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis kualitatif. Seluruh data yang diperoleh yaitu data-data dari bahan hukum
primer berupa peraturan-peraturan hukum yang mengikat seperti Undang-Undang
Perlindungan Anak dan data dari lapangan sebagai data pendukung, yang berupa
hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden akan dianalisis secara
keseluruhan di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. Seluruh data primer
maupun data sekunder yang terkumpul setelah dianalisis, selanjutnya ditulis
dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci, kemudian disusun supaya lebih
sistematis dan selanjutnya ditarik kesimpulan. Hasil dari kesimpulan yang
merupakan data yang tersaji dalam bentuk sistematis tersebut dijadikan dasar
yang dituangkan dalam bentuk penulisan skripsi ini.
F. Keaslian penulisan
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan pada Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, bahwa penulisan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan
Pengangkatan Wali Serta Perlindungan Anak

di Panti Asuhan Gelora Kasih

Sibolangit”, pada prinsipnya merupakan buah pikiran penulis sendiri, dibuat
dengan melihat beberapa referensi sumber bacaan seperti buku-buku dari
perpustakaan, media cetak, ataupun media elektronik yang memiliki hubungan
dengan judul skripsi ini, sekaligus bersumber dari riset lapangan di Panti Asuhan
Gelora Kasih Sibolangit sebagai sumber langsung dari penyusunan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

14

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada Perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, bahwa judul skripsi ini tidak memiliki
kesamaan dengan judul skripsi yang telah ada sebelumnya, karena terdapat
perbedaan dalam rumusan permasalahannya. Adapun judul-judul skripsi yang
telah ada tersebut, antara lain :
1. Pelaksanaan Perwalian Anak oleh Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali
Berdasarkan Hukum Yang Berlaku di Indonesia, Oleh : Frisca Putri Prihandini
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (NIM:E.000
4170)9
Pada skripsi ini membahas permasalahan mengenai :
a. Bagaimana prosedur perwalian anak pada Panti Asuhan Widya Kasih
Boyolali ?
b. Apa sajakah hak-hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan
perwalian anak pada Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali ?
c. Permasalahan apa saja yang timbul dalam pelaksanaan perwalian anak
pada Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali dan bagaimana upaya untuk
mengatasinya ?
2. Pengangkatan Anak Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Anak (Studi Kasus
Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta) di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Sunankalijaga Oleh Endang Sri Utami (NIM : 10340012)10
Pada skripsi ini membahas permasalahan mengenai :

9

Frisca Putri Prihandini, Pelaksanaan perwalian anak oleh Panti Asuhan Widya Kasih
Boyolali Berdasarkan Hukum yang Berlaku Di Indonesia , Skripsi pada, Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret, Surakarta,2008, hal.15.
10
Endang Sri Utami, Pengangkatan Anak Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Anak (Studi
Kasus Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta ), Skripsi pada, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta,2014.

Universitas Sumatera Utara

15

a. Bagaimanakah pelaksanaan pengangkatan anak di Yayasan Sayap Ibu
Yogyakarta/bagaimana kaitannya dengan usaha pemenuhan hak anak ?
b. Bagaimanakah akibat hukum pengangkatan anak yang di angkat
baik terhadap orangtua angkat maupun orangtua kandung ?
3. Tanggungjawab Panti Asuhan sebagai Wali terhadap Anak Asuhnya.
Oleh : Puteri Riskia (NIM : 040710101030)11
Pada skripsi ini membahas permasalahan mengenai :
a. Bagaimana kewajiban panti asuhan sebagai wali terhadap anak asuhnya ?
b. Akibat hukum apabila panti asuhan melalaikan kewajiban terhadap
anak asuhnya ?
G. Sistematika penulisan
Judul dalam penulisan skripsi ini berjudul “Pelaksanaan Pengangkatan Wali
Serta Perlindungan Anak

di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit”,

sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
BAB I

: PENDAHULUAN
Pada

bab

ini

permasalahan,

akan
tujuan

membahas
penulisan,

mengenai
manfaat

latar

penulisan,

belakang,
metode

penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II

: RUANG LINGKUP TENTANG WALI
Pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan asas perwalian,
syarat menjadi wali, tugas dan kewajiban seorang wali dan
berakhirnya perwalian.

11

Puteri Riskia, Tanggungjawab Panti Asuhan sebagai Wali terhadap Anak Asuhnya.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Skripsi pada,Universitas Jember Fakultas
Hukum,2012.

Universitas Sumatera Utara

16

BAB III : PERLINDUNGAN ANAK MENURUT UNDANG-UNDANG
NO. 35 TAHUN 2014
Pada bagian ini akan membahas tentang asas-asas perlindungan
anak, hak-hak

anak

dan

tanggungjawab

pemerintah

dalam

perlindungan anak.
BAB IV : PELAKSANAAN PENGANGKATAN WALI SERTA PER
LINDUNGAN ANAK DI PANTI ASUHAN GELORA KASIH
SIBOLANGIT
Pada bagian ini berisikan mengenai hubungan hukum dengan anak
setelah ada pengangkatan di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit,
hak-hak anak setelah adanya perwalian di Panti Asuhan Gelora
Kasih Sibolangit dan pelaksanaan pengangkatan wali bagi anak di
Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit.
BAB V

: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian penutup dalam skripsi ini yang berisikan
mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran dari
penulis.

Universitas Sumatera Utara