Pelaksanaan Pengangkatan Wali Serta Perlindungan Anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit

BAB II
RUANG LINGKUP TANPA WALI
A.

Pengertian Perwalian dan Asas tentang Wali
1. Pengertian perwalian
Berbicara mengenai perwalian, sangat erat kaitannya dengan masalah

kekuasaan orang tua di dalam perkawinan, sebab anak - anak yang lahir dari suatu
perkawinan yang sah dari orang tuanya, akan berada di bawah pengawasan atau
kekuasaan orang tuanya tersebut. Sebaliknya apabila anak - anak yang di bawah
umur atau anak yang belum dewasa itu tidak lagi berada di bawah kekuasaan
orang tuanya maka dalam hal ini anak - anak tersebut berada di bawah perwalian.
Menurut pendapat Pipin Syarifin bahwa peranan wali terhadap anak yang
belum dewasa sangat besar, baik terhadap harta bendanya maupun kelangsungan
hidup pribadi anak tersebut.13
Pada dasarnya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maupun Undang Undang No.1 Tahun 1974 tidak ada memberikan definisi yang jelas mengenai
arti Perwalian, sampai saat ini tidak terdapat kesamaan, walaupun demikian
bila diteliti dari rumusannya terdapat kesamaan dalam maksud dan tujuan
arti perwalian.
Secara etimologi (bahasa), kata perwalian berasal dari kata wali dan jamak

awliya . Kata ini berasal dari kata Arab yang berarti teman, klien, sanak, atau

pelindung. 14 Dalam literatur fiqih Islam perwalian itu disebut dengan “AlWalayah” (orang yang mengurus atau yang menguasai sesuatu), sedangkan
13

Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga, Penerbit CV Pustaka Setia, Bandung,
2011, hal.277.
14
Lihat Glossary of Islam, Glossary of the Middle East terakhir diakses 12 Maret 2014
Pukul 22.08 Wib.

17
Universitas Sumatera Utara

18

al-wali yakni orang yang mempunyai kekuasaan.15

Berdasarkan penjelasan di atas maka terdapat beberapa pendapat dari
arti perwalian yaitu sebagai berikut :

a. Menurut kompilasi Hukum Islam
Bahwa perwalian bagi orang-orang beragama Islam di Indonesia diatur
dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Pasal 107-111. Pasal 107 mengatur
bahwa perwalian hanya dapat dilakukan terhadap anak yang belum mencapai
umur 21 (dua puluh satu) tahun dan atau belum pernah melangsungkan
perkawinan. Ketentuan tersebut dapat dipahami usia dewasa menurut Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia adalah 21 (dua puluh satu) tahun dan atau belum
pernah kawin. Perwalian menurut hukum Islam meliputi perwalian terhadap
diri dan harta kekayaan. Apabila wali tidak mampu berbuat atau lalai dalam
melaksanakan tugas perwaliannya, maka pengadilan agama dapat menunjuk salah
seorang kerabat untuk menjadi wali.
Menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, pengangkatan wali dapat
juga terjadi karena adanya wasiat dari orang tua si anak, yang mewasiatkan
kepada seseorang atau badan hukum tertentu untuk melaksanakan perwalian atas
diri dan kekayaan anak atau anak-anaknya sesudah ia meninggal dunia. 16
Selanjutnya pasal 109 menentukan, bahwa Pengadilan Agama dapat mencabut
hak perwalian seseorang atau badan hukum dan memindahkannya kepada pihak
lain.17 Permohonan untuk itu dapat diajukan kepada kerabat terdekatnya dengan
alasan wali tersebut, pemabuk, penjudi, pemboros, gila dan atau melalaikan atau


15

Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Dikeluarga Islam, PT Raja
Grafindo, Jakarta, 2001 hal. 134
16
Lihat Pasal 108 Kompilasi Hukum Islam
17
Lihat Pasal 109 Kompilasi Hukum Islam

Universitas Sumatera Utara

19

menyalahgunakan hak dan wewenangnya sebagai wali demi kepentingannya
sendiri.
Pasal 110 mengatur kewajiban wali untuk mengurus diri dan harta orang
yang berada di bawah perwaliannya, wali wajib memberikan bimbingan agama,
pendidikan dan keterampilan lainnya kepada anak yang berada di bawah
perwaliannya, kecuali bila perbuatan tersebut menguntungkan bagi orang yang
berada di bawah perwaliannya atau merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat

dihindarkan.
b. Menurut pendapat para ahli pengertian perwalian ialah :
1) Menurut Subekti perwalian adalah “pengawasan terhadap anak – anak
yang di bawah umur yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua
serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut sebagaimana
diatur oleh undang – undang”.18
2) Menurut Ali Afandi, bahwa “perwalian atau voogdij adalah
pengawasan terhadap pribadi dan pengurusan harta kekayaan seorang
anak yang belum dewasa jika anak itu tidak berada di bawah
kekuasaan orang tua.”19
3) Menurut R. Sarjono bahwa “perwalian adalah suatu perlindungan
hukum yang diberikan seseorang kepada anak yang belum mencapai
usia dewasa atau belum pernah kawin yang tidak berada di bawah
kekuasaannya”.20
4) Menurut Arif Masdoeki bahwa “perwalian adalah pengawasan terhadap
Subekti, Pokok – Pokok Dari Hukum Perdata,Cet.9, PT. Pembimbing Masa, Makassar,
1953, hal.35.
19
Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Bina Aksara,
Jakarta,1997, hal.151.

20
R. Sarjono, Masalah Perceraian . Cet 1,Academika, Jakarta, 1979, hal. 36.
18

Universitas Sumatera Utara

20

anak di bawah umur yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua,
serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut, sebagaimana
diatur dalam undang – undang.21
Wali merupakan orang selaku pengganti orang tua yang menurut hukum
diwajibkan mewakili anak yang belum dewasa atau yang belum akil baliq
dalam melakukan perbuatan hukum atau “orang yang menjalankan kekuasaan
asuh sebagai orang tua terhadap si anak”.22
c. Menurut hukum adat
Adat merupakan pencerminan dari pada kepribadian suatu bangsa, salah
satunya penjelmaan dari pada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad.
Adat mengacu pada serangkaian kepercayaan, norma atau kebiasaan yang
biasanya diterapkan di komunitas-komunitas penduduk Indonesia. Menyangkut

perwalian yang tidak berdasarkan pada hukum formal melainkan berdasarkan
kepada kebiasaan masyarakat tertentu yang menunjuk wali berdasarkan komunitas
masyarakat setempat, sehingga penunjukan wali tidak memiliki kepastian hukum.
Menurut hukum adat, perceraian ataupun meninggalnya salah satu dari kedua
orang tua tidaklah menimbulkan perwalian. Hal ini disebabkan oleh karena
di dalam perceraian, anak-anak masih berada pada salah satu dari kedua
orang tuanya. Demikian juga pada situasi meninggalnya salah satu dari kedua
orang tuanya. Lebih memungkinkan terjadinya perwalian, adalah apabila kedua
orang tua dari anak tersebut meninggal dunia, dan anak yang ditinggalkan itu
belum dewasa. Dengan meninggalnya kedua orang tua, anak-anak menjadi yatim
21

Arif Masdoeki dan M.H Tirta Hamidjaja, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta, 1963,

hal. 156.
22

Lihat Pasal 1 angka 5 Undang –Undang nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak.


Universitas Sumatera Utara

21

piatu dan mereka semuanya tidak berada di bawah kekuasaan orang tua.
Menurut hukum adat terdapat 2 jenis tipe masyarakat, yaitu pada
masyarakat yang matrilineal, yang mana jika bapaknya meninggal dunia, maka
ibunya meneruskan kekuasaannya terhadap anak-anaknya yang masih belum
dewasa itu. Jika ibunya meninggal dunia, maka anak-anak tersebut berada dalam
pengasuhan keluarga ibunya. Sedangkan pada masyarakat patrineal pemeliharaan
anak yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya karena meninggal dunia, berada
di tangan kerabat dari pihak ayah (laki-laki) 23 .

Sebagai contoh di Tapanuli

misalnya jika bapaknya yang meninggal dunia, ibunya meneruskan memelihara
anak-anaknya dalam lingkungan keluarga bapaknya. Jika janda itu ingin pulang
kelingkungan sendiri atau pun ingin kawin lagi, maka ia dapat meninggalkan
lingkungan keluarga almarhum suaminya tetapi anak-anaknya tetap tinggal dalam

kekuasaan keluarga almarhum

suaminya. Pada dasarnya dalam hukum adat

Indonesia tidak berbeda dalam hal pengaturan pemeliharaan anak dan hal
mengurus barang-barang kekayaan si anak di lain pihak.
Tanggungjawab terhadap anak bukan hanya kewajiban ayah atau ibu
melainkan juga kewajiban sanak saudaranya yang lebih jauh. Oleh sebab itu suatu
peraturan hukum adat tertentu yang mengatur siapa yang menggantikan orang tua
si anak dalam hal memelihara anak tersebut apabila orang tuanya telah tiada
ataupun sudah bercerai.
Perwalian didefinisikan sebagai kewenangan untuk melaksanakan
perbuatan hukum demi kepentingan, atau atas nama anak yang orang tuanya telah
meninggal, atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum atau suatu
23

Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2008,hal.257-258.

Universitas Sumatera Utara


22

perlindungan hukum yang diberikan pada seseorang anak yang belum mencapai
umur dewasa atau tidak pernah kawin yang tidak berada di bawah kekuasaan
orang tua.”24 Wali adalah seseorang yang melakukan pengurusan atas diri maupun
harta kekayaan anak yang masih di bawah umur yang tidak berada di bawah
kekuasaan orang tua.
“Dalam hal pengurusan dimaksud juga dapat diartikan sebagai
pemeliharaan, baik itu dalam pemberian pendidikan, jaminan kesehatan si anak,
nafkah terhadap anak yang masih di bawah umur sehingga dengan demikian
perwalian itu sendiri dapat juga diartikan sebagai suatu lembaga yang mengatur
tentang hak dan kewajiban wali yang bilamana tidak dipenuhi bisa menimbulkan
akibat hukum.”25
Apabila salah satu orang tua anak tersebut meninggal dunia maka anak
tersebut menurut undang-undang yang ada, orang tua yang lain menjadi wali dari
anak - anaknya.
Menurut Undang - Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 : bahwa anak
yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua

berada di bawah kekuasaan wali.26
Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta
bendanya.27 Perwalian terhadap diri pribadi anak adalah dalam bentuk mengurus
kepentingan diri si anak, mulai dari mengasuh, memelihara, serta memberikan
pendidikan dan bimbingan agama. Pengaturan ini juga mencakup dalam segala hal
yang merupakan kebutuhan si anak.

24

Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Syarif, Hukum Perkawinan Dan Keluarga di
Indonesia , cet-2, Penerbit Fakultas Hukum Indonesia, Jakarta, 2004 hal.147.
25
Siti Hafsah Ramadhany, Tanggung Jawab Balai Harta Peninggalan Selaku Wali
Pengawas Terhadap Harta Anak Dibawah Umur (Study Mengenal Eksistensi Balai Harta
Peninggalan Medan Sebagai Wali Pengawas), Tesis, Sps-USU, Medan 2004, hal.30.
26
Lihat Pasal 50 ayat (1) Undang – Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
27
Lihat Pasal 50 ayat (2) Undang – Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perka winan.


Universitas Sumatera Utara

23

Semua pembiayaan tersebut adalah menjadi tanggung jawab si wali.
Sementara itu, perwalian terhadap harta bendanya, adalah dalam bentuk
mengelola harta benda anak secara baik, termasuk mencatat sejumlah hartanya
ketika dimulai perwalian, mencatat perubahan - perubahan hartanya selama
perwalian, serta menyerahkan kembali kepada anak apabila telah selesai masa
perwaliannya karena si anak telah dewasa dan mampu mengurus diri sendiri.28
Pada umumnya dalam tiap perwalian hanyalah ada seorang wali saja.
Pengecualian terdapat apabila seorang wali (moedervoodges) kawin lagi, dalam
hal mana suaminya menjadi medevoogd. Seorang yang oleh hakim diangkat
menjadi wali harus menerima pengangkatan itu, kecuali jikalau ia seorang istri
yang berkawin atau jikalau ia mempunyai alasan - alasan menurut undang undang untuk minta dibebaskan dari pengangkatan itu.
Alasan-alasan itu ialah diantaranya jikalau ia untuk kepentingan negara
harus berada di luar negeri, jikalau ia seorang anggota tentara dalam dinas aktif,
jikalau ia sudah berusia 60 tahun, jikalau ia sudah menjadi wali untuk seorang
anak lain atau jikalau ia sendiri sudah mempunyai lima orang anak sah atau lebih.
Ada golongan orang - orang yang tidak dapat diangkat menjadi wali.
Mereka itu ialah orang yang sakit ingatan, orang yang belum dewasa, orang yang
dibawah curatele, orang yang telah dicabut kekuasaannya sebagai orang tua,
jikalau pengangkatan sebagai wali ini untuk anak yang menyebabkan pencabutan
tersebut.
Lain dari pada itu juga kepala dan anggota - anggota Balai Harta
Peninggalan ( Weeskamer ) tidak dapat diangkat menjadi wali, kecuali dari
28

Abdul
Manan
Hasyim,
Hakim
Mahkamah
Syariah
Provinsi
Aceh
http://www.idlo.int/DOCNews/240DOCF1.pdf. terakhir diakses pada tanggal 12 Maret 2014,
Pukul. 22.27 Wib.

Universitas Sumatera Utara

24

anak – anaknya sendiri.29
Secara garis besar, menurut KUH Perdata No. 1 Tahun 1974 perwalian
itu dibagi atas 3 macam yaitu :
1) Perwalian oleh orang tua yang hidup terlama, pasal 354 sampai pasal
354 KUH Perdata.
Pada pasal 345 KUH Perdata menyatakan :
“ Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka
perwalian terhadap anak-anak yang belum dewasa, demi hukum dipangku oleh
orang tua yang hidup terlama, sekadar ini tidak telah dibebaskan atau dipecat dari
kekuasaan orangtuanya”
Jika pada waktu bapak meninggal dan ibu saat itu mengandung, maka
Balai Harta Peninggalan (BHP) menjadi pengampu (kurator) atas anak yang
berada dalam kandungan tersebut. Kurator yang demikian disebut “curator
ventris”. Apabila bayi lahir, maka ibu demi hukum menjadi wali dan Balai Harta

Peninggalan (BHP) menjadi pengawas. Apabila ibu tersebut kawin lagi maka
suaminya

demi

hukum

menjadi

wali

peserta

dan

bersama

istrinya

bertanggungjawab tanggung renteng terhadap perbuatan - perbuatan yang
dilakukan setelah perkawinan itu berlangsung. Bagi wali menurut undang- undang
(wetterlijk voogdij) dimulai dari saat terjadinya peristiwa yang menimbulkan
perwalian itu, misalnya kematian salah satu orang tua. Bagi anak luar kawin yang
diakui dengan sendirinya di bawah perwalian bapak/ibu yang mengakuinya, maka
orang tua yang lebih dahulu mengakuinyalah yang menjadi wali ( Pasal 352 ayat
(3) KUH Perdata). Apabila pengakuan bapak dan ibu dilakukan bersama - sama

29

Subekti, pokok-pokok dari Hukum Perdata , PT. Pembimbing Masa, Makasar, hal.35-36

Universitas Sumatera Utara

25

maka bapaklah yang menjadi wali.
2) Perwalian yang ditunjuk oleh ayah atau ibu dengan surat wasiat atau
dengan akta autentik.
Pasal 355 (1) KUH Perdata menentukan bahwa orang tua masing-masing
yang melakukan kekuasaan orang tua atau perwalian atas seorang anak atau lebih
berhak mengangkat seorang wali atas anak - anaknya itu bilamana sesudah
ia meninggal dunia perwalian itu tidak ada pada orang tua yang baik dengan
sendirinya atau pun karena putusan hakim seperti termaksud dalam Pasal 353 (5)
KUH Perdata.
Bagi wali yang diangkat oleh orang tua (terstamentaire voogdij/wali
wasiat) dimulai dari saat orang tua itu meninggal dunia dan sesudah wali
menyatakan menerima pengangkatannya.
3) Perwalian yang diangkat oleh Hakim
Pasal 359 KUH Perdata menentukan bahwa semua orang yang tidak
berada di bawah kekuasaan orang tua dan yang perwaliannya tidak diatur dengan
cara yang sah, Pengadilan Negeri harus mengangkat seorang wali setelah
mendengar atau memanggil dengan sah keluarga sedarah dan semenda
(periparan).
Bagi wali yang diangkat oleh hakim (datieve voogdij) dimulai dari saat
pengangkatan jika ia hadir dalam pengangkatannya. Bila tidak hadir perwalian
dimulai sejak diberitahukan kepadanya.30
Menurut Undang - Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
perwalian itu hanya ada karena penunjukan oleh salah satu orang tua perwalian
yang menjalankan kekuasaan sebagai orang tua sebelum ia meninggal dengan
30

Komariah, Hukum Perdata Edisi Revisi, UMM Press, Malang,2001 hal, 68-70.

Universitas Sumatera Utara

26

surat wasiat atau dengan lisan dihadapan dua orang saksi (Pasal 51 (1) UU
No.1/74).31
2.

Asas - Asas Perwalian
Asas - asas hukum itu merupakan jantungnya peraturan hukum. Hal ini

dikarenakan ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan
hukum. Ini berarti bahwa peraturan - peraturan hukum itu pada akhirnya bisa
dikembalikan kepada asas - asas tersebut. Asas hukum bukan peraturan hukum,
namun tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa mengetahui asas - asas hukum
yang ada di dalamnya. Oleh karena itu untuk memahami hukum suatu bangsa
dengan sebaik - baiknya tidak bisa hanya melihat pada peraturan hukumnya saja
melainkan harus melihat sampai kepada asas - asas hukumnya. Asas - asas hukum
inilah yang memberi makna etis kepada peraturan - peraturan hukum serta
tata hukum.
Sistem perwalian menurut KUH Perdata ada dikenal beberapa asas, yakni :
a. Asas tak dapat dibagi-bagi ( ondeelbaarheid )
Pada tiap-tiap perwalian hanya ada satu wali, hal ini tercantum dalam
Pasal 331 KUH Perdata.
Asas tak dapat dibagi-bagi (ondeelbaarheid) ini mempunyai pengecualian
dalam dua hal, yaitu :
1) Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup paling
lama, maka kalau ia kawin lagi suaminya menjadi medevoogd atau wali
serta, Pasal 351 KUH Perdata.
2) Jika sampai ditunjuk pelaksanaan pengurusan ( bewindvoerder ) yang
31

Sunarto Adi Wibowo, Perwalian Menurut KUH Perdata dan UU No. 1 Tahun 1974,
didownload dari http:// repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/ 1520/ 1/perdata-sunarto2.pdf,
pada tanggal 20 Februari 2014.

Universitas Sumatera Utara

27

mengurus barang-barang minderjarige di luar Indonesia didasarkan
Pasal 361 KUH Perdata.
b. Asas persetujuan dari keluarga.
Keluarga harus dimintai persetujuan tentang perwalian. Dalam hal keluarga
tidak ada maka tidak diperlukan persetujuan pihak keluarga itu, sedang pihak
keluarga kalau tidak datang sesudah diadakan panggilan dapat dituntut
berdasarkan Pasal 524 KUH Perdata.
Ada 3 (tiga) macam perwalian, yaitu:
(1) Perwalian oleh suami atau isteri yang hidup lebih lama, Pasal 345 KUH
Perdata sampai Pasal 354 KUH Perdata.
Pasal 345 KUH Perdata menyatakan :
” Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka
perwalian terhadap anak-anak kawin yang belum dewasa, demi hukum dipangku
oleh orang tua yang hidup terlama, sekadar ini tidak telah dibebaskan atau

dipecat dari kekuasaan orang tuanya.”
Pada Pasal ini tidak dibuat pengecualian bagi suami istri yang hidup
terpisah disebabkan perkawinan putus karena perceraian atau pisah meja
dan ranjang. Jadi bila ayah setelah perceraian menjadi wali maka dengan
meninggalnya ayah maka si ibu dengan sendirinya (demi hukum) menjadi wali
atas anak-anak tersebut.
(2) Perwalian yang ditunjuk oleh bapak atau ibu dengan surat wasiat atau
akta tersendiri.
Pasal 355 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa :
“Masing-masing orang tua, yang melakukan kekuasaan orang tua atau
perwalian bagi seorang anaknya atau lebih berhak mengangkat seorang wali

Universitas Sumatera Utara

28

bagi anak-anak itu, jika kiranya perwalian itu setelah ia meninggal dunia demi
hukum ataupun karena penetapan Hakim menurut ayat terakhir Pasal 353, tidak
harus dilakukan oleh orang tua yang lain.”

Dengan kata lain, orang tua masing-masing yang menjadi wali atau
memegang kekuasaan orang tua berhak mengangkat wali kalau perwalian tersebut
memang masih terbuka.
(3) Perwalian yang diangkat oleh Hakim.
Pasal 359 KUH Perdata menyatakan :
“Semua minderjarige yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua dan
yang diatur perwaliannya secara sah akan ditunjuk seorang wali oleh
pengadilan”.

B. Syarat menjadi Wali
Pada Pasal 332 b ayat (1) KUH Perdata menyatakan “perempuan
bersuami tidak boleh menerima perwalian tanpa bantuan dan izin tertulis dari

suaminya”. Akan tetapi jika suami tidak memberikan izin maka dalam Pasal 332
b ayat (2) KUH Perdata dapat disimpulkan bahwa bantuan dari pendamping
(bijstand) itu dapat digantikan dengan kekuasaan dari hakim.
Selanjutnya Pasal 332 b ayat (2) KUH Perdata menyatakan :“Apabila
si suami telah memberikan bantuan atau izin itu atau apabila ia kawin dengan
perempuan itu setelah perwalian bermula, seperti pun apabila si perempuan
demikian juga. Menurut Pasal 112 atau Pasal 114 dengan kuasa dari hakim telah
menerima perwalian tersebut, maka si wali perempuan bersuami atau tidak
bersuami, berhak melakukan segala tindakan-tindakan perdata berkenaan dengan
perwalian itu tanpa pemberian kuasa atau bantuan atau pun juga dan atau
tindakan-tindakan itu pun bertanggungjawab pula.”

Universitas Sumatera Utara

29

1. Wewenang Badan Hukum Menjadi Wali
Biasanya kewenangan perhimpunan, yayasan dan lembaga-lembaga sebagai
wali adalah menunjukkan bapak atau ibu, maka dalam Pasal 355 ayat (2) KUH
Perdata dinyatakan bahwa badan hukum tidak dapat diangkat sebagai wali. Tetapi
hal ini akan berbeda kalau perwalian itu diperintahkan oleh pengadilan.32
Pasal 365 ayat (1) KUH Perdata dinyatakan bahwa :
“Dalam hal sebuah badan hukum diserahi perwalian maka panitera
pengadilan yang menugaskan perwalian itu memberitahukan putusan pengadilan

itu kepada dewan perwalian dan kejaksaan”.
Sesungguhnya tidak hanya panitera pengadilan saja yang wajib
memberitahukan hal itu tetapi juga pengurus badan hukum tersebut dan sanksi
akan dipecat sebagai wali kalau kewajiban memberitahukan itu tidak
dilaksanakan.
Sedangkan kejaksaan atau seorang pegawai yang ditunjuknya, demikian
pula dewan perwalian, sewaktu-waktu dapat memeriksa rumah dan tempat
perawatan anak-anak tersebut.
Yang tidak mempunyai kewajiban menerima pengangkatan menjadi wali :
a. Seorang yang dianggap sebagai seorang wali adalah salah seorang
orang tua.
b. Seorang isteri yang diangkat menjadi wali.
c. Perkumpulan, yayasan atau lembaga sosial lainnya kecuali kalau perwalian
itu diberikan atau diperintahkan kepadanya atau permohonannya sendiri
atau atas pernyataan mereka sendiri.

32

Dwi Agina Blog, tentang Perwalian dalam KUH Perdata , diakses pada 1 April 2015.

Universitas Sumatera Utara

30

Yang dapat meminta pembebasan untuk diangkat sebagai wali dalam
Pasal 377 (1) KUH Perdata menyebutkan :
1) Mereka yang akan melakukan jawatan negara berada di luar Indonesia.
2) Anggota tentara darat dan laut dalam menunaikan tugasnya.
3) Mereka yang akan melakukan jabatan umum yang terus menerus atau
untuk suatu waktu tertentu harus berada di luar propinsi.
4) Mereka yang telah berusia di atas 60 tahun.
5) Mereka yang terganggu oleh suatu penyakit yang lama akan sembuh.
6) Mereka yang tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda
dengan anak yang dimaksud, padahal dalam daerah hukum tempat
perwalian itu ditugaskan atau diperintahkan masih ada keluarga sedarah
atau semenda yang mampu menjalankan tugas perwalian itu.
Menurut Pasal 377 (2) KUH Perdata dinyatakan bahwa “si bapak dan si
ibu tidak boleh meminta supaya dilepaskan dari perwalian anak-anak mereka,

karena salah satu alasan tersebut di atas”.
Menurut Pasal 379 KUH Perdata disebutkan ada 5 golongan orang yang
digolongkan atau tidak boleh menjadi wali yaitu :
(a) Mereka yang sakit ingatan (krankzninngen).
(b) Mereka yang belum dewasa (minderjarigen)
(c) Mereka yang berada di bawah pengampuan.
(d) Mereka yang telah dipecat atau dicabut (onzet) dari kekuasaan orang
tua/perwalian atau penetapan pengadilan.
(e) Para ketua, ketua pengganti, anggota, panitera, panitera pengganti,
bendahara, juru buku dan agen balai harta peninggalan, kecuali
terhadap anak- anak atau anak tiri mereka sendiri.
Pasal 331 bagian a KUH Perdata disebutkan :

Universitas Sumatera Utara

31

1.1. Jika seorang wali diangkat oleh hakim, dimulai dari saat
pengangkatan jika ia hadir dalam pengangkatan itu. Bila ia tidak
hadir

maka

perwalian

itu

dimulai

saat

pengangkatan

itu

diberitahukan kepadanya.
1.2.

Jika seorang wali diangkat oleh salah satu orang tua, dimulai dari
saat orang tua itu meniggal dunia dan sesudah wali dinyatakan
menerima pengangkatan tersebut.

1.3. Bagi wali menurut undang-undang dimulai dari saat terjadinya
peristiwa yang menimbulkan perwalian itu, misalnya kematian salah
seorang orang tua.
Berdasarkan Pasal 362 KUH Perdata maka setiap wali yang diangkat
kecuali badan hukum harus mengangkat sumpah dimuka balai harta peninggalan.
Menurut undang-undang bahwa setiap orang dapat menjadi wali, tetapi
ada pengecuali-pengecualiannya.
Dimana pengecualian tersebut merupakan golongan orang-orang yang
tidak dapat diangkat menjadi wali dalam perwalian.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang
wali adalah :
1. Wali harus seorang yang sehat pikirannya.
Orang yang sakit ingatannya tidak dapat mengurus dirinya sendiri,
oleh karena itu orang yang tidak sehat pikirannya adalah di bawah
pengampuan dan segala tindakannya dalam hukum diwakili oleh
si pengampu, maka keadaannya sama seperti yang masih di bawah
umur.

Universitas Sumatera Utara

32

2. Wali harus orang yang dewasa.
Seorang dikatakan dewasa jika ia sudah berumur 21 tahun atau jika dia
belum mencapai umur 21 tahun tetapi ia sudah kawin. Hanya orang
yang sudah dewasa boleh melakukan perbuatan-perbuatan hukum,
sedangkan orang yang masih di bawah umur tidak diperbolehkan
bertindak sendirian tetapi harus diwakili oleh orang tuanya atau
walinya.
3. Wali tidak berada di bawah pengampuan
Seseorang yang sudah dewasa dapat ditaruh di bawah pengampuan,
misalnya karena ia menghambur-hamburkan harta kekayaannya atau
karena ia kurang cerdas pemikirannya sehingga tidak mampu untuk
mengurus sendiri kepentingan-kepentingannya.
Orang yang berada di bawah pengampuan adalah yang tidak
memenuhi syarat untuk menjadi wali, sebab mereka harus diwakili
dalam melakukan tindakan-tindakannya, sehingga dengan sendirinya ia
tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi untuk mengurus diri
orang lain.33
C. Tugas dan kewajiban seorang Wali
1. Tugas wali
Pelaksanaan kewajiban wali dinyatakan dalam Pasal 383 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa tugas wali adalah sebagai berikut :
a. Mewakili pupil dalam melakukan semua perbuatan hukum dalam
bidang perdata.
33

Asrul, Tinjauan Hukum Perdata Mengenai Tugas dan Kewajiban Wali Dalam
Perwalian, Skripsi, FH UISU, Medan,1986, hal.20.

Universitas Sumatera Utara

33

b. Pengawasan

atas

diri

pupil

34

wali

harus

menyelenggarakan

pemeliharaan dan pendidikan anak yang belum dewasa sesuai dengan
kekayaan si yang belum dewasa itu sendiri.
c. Mengelola harta benda pupilnya sebagai bapak rumah tangga yang
baik (Pasal 385 KUH Perdata).35
2. Kewajiban wali
Setiap wali mempunyai kewajiban terhadap anak-anak yang berada
di bawah perwaliannya seperti :
a. Kewajiban memberitahukan kepada BHP (Balai Harta Peninggalan)
dengan sanksi bahwa wali dapat dipecat dan dapat diharuskan
membayar biaya-biaya, ongos-ongkos dan bunga bila pemberitahuan
tersebut tidak dilaksanakan.
b. Kewajiban mengadakan inventarisasi mengenai harta kekayaan pupil.
Sesudah 10 hari dari permulaan perwalian harus diadakan pertelaan
harta benda pupil dengan dihadiri oleh wali pengawas. Inventarisasi ini
dapat dilakukan di bawah tangan, akan tetapi daftar inventarisasi harus
diserahkan kepada BHP diserta pernyataan dari wali tentang kebenaran
daftar dengan mengangkat sumpah di muka BHP.
c. Kewajiban untuk menanam sisa uang milik pupil setelah dikurangi
biaya penghidupan dan sebagainya.
d. Kewajiban untuk mendaftarkan surat-surat piutang negara jika ternyata
dalam kekayaan pupil dan surat-surat piutang negara.

34

Orang yang memerlukan pewalian.
Komariah, Metode pengangkatan anak Hukum Perdata Edisi Revisi UMM Press,
Malang 2001 hal.68-70.
35

Universitas Sumatera Utara

34

e. Kewajiban menentukan jumlah yang dapat dipergunakan tiap-tiap
tahun oleh pupil dan biaya-biaya pengurusan kewajban ini tidak
berlaku bagi perwalian oleh bapak atau ibu.
f. Kewajiban untuk menjual perabot-perabot rumah tangga pupil dan
semua barang bergerak yang tidak memberikan bagi hasil atau
keuntungan kecuali barang-barang yang dalam wujudnya boleh
disimpan atas persetujuan BHP. Penjualan ini harus dilakukan di muka
umum oleh pegawai atau yang berhak menurut adat kebiasaan
setempat. Bagi perwalian oleh bapak atau ibu dibebaskan dari
penjualan tersebut.
D. Berakhirnya perwalian
Berakhirnya perwalian dapat ditinjau dalam 2 buah sudut seperti yang
diuraikan di bawah ini :
1.

Dalam hubungannya dengan keadaan sebagai pupil
Dalam hubungan ini maka perwalian akan berakhir karena :
a. Pupil sudah dewasa, mohon pendewasaan, sudah dewasa.
b. Pupil meninggal dunia
c. Dihidupkannya kembali kekuasaan orang tua
d. Pengesahan anak luar kawin yang diakui.

2.

Dalam hubungan dengan tugas yang dibebankan kepada wali dalam

hubungan ini maka perwalian berakhir karena :
a. Oleh karena adanya pemecatan atau pembebasan atas diri si wali.
b. Oleh karena ada alasan-alasan atas pemecatan dari perwalian (misalnya
wali ditaruh di bawah pengampuan).

Universitas Sumatera Utara

35

Pasal 380 KUH Perdata menyebutkan 8 buah alasan yang merupakan
alasan dapat dimintakannya pemecatan wali, yakni jika wali itu berkelakuan
buruk.
1) Jika dalam menunaikan perwaliannya si wali menampakkan ketidak
cakapannya atau menyalahgunakan kekuasaannya atau mengabaikan
kewajibannya.
2) Jika wali itu telah dipecat dari perwalian lain berdasarkan no. 1 dan no. 2
di atas, sehingga tidak dapat di angkat lagi wali pupil baru.
3) Jika si wali dalam keadaan pailit.
4) Jika si wali atau karena ayah/ibunya atau istrinya atau anak kandungnya
sedang berperkara dengan si pupil mengenai status pribadi atau harta
kekayaan atau sebagaian besar dari harta benda pupil.
5) Jika wali dihukum ikut serta dalam kejahatan terhadap pupil yang berada
di bawah perwaliannya.
6) Jika wali telah dihukum karena percobaan kejahatan atau jika melakukan
kejahatan dan dihukum minimal 2 tahun penjara.
7) Jika wali dihukum dengan keputusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum pasti karena kejahatan kesusilaan terhadap pupilnya sendiri.
Pasal 409 KHU Perdata menentukan bahwa setiap wali mengadakan
perhitungan sebagai pertanggungjawaban.
Pertanggungjawaban itu diserahkan kepada :
(a) Dalam hal perwalian yang sama sekali dihentikan, pertanggungjawaban
diserahkan kepada pupil yang sudah dewasa atau kepada ahli warisnya.
(b) Dalam hal perwalian yang dihentikan karena diri si wali pertanggung

Universitas Sumatera Utara

36

jawaban diberikan kepada wali penggantinya
Dalam hal pupil kembali berada di bawah kekuasaan orang tua,
pertanggung jawaban diserahkan kepada bapak atau si pupil, pertanggung
jawaban itu wali membuat perhitungan mengenai pengeluaran yang perlu, yang
pantas dan yang cukup beralasan. Setelah memberikan perhitungan, wali harus
menyerahkan uang sisa menurut perhitungan yang telah disahkan, beserta semua
harta kekayaan dan surat-suratnya kepada pupil atau kepada pihak yang
menggantikannya. Dengan penyerahan tersebut maka pertanggung jawaban wali
berakhir. Bilamana wali lalai memberikan laporan akhir perwaliannya, maka ia
dapat dituntut oleh pupil atau pihak yang berkentingan untuk memenuhi
kewajibannya. Segala tuntutan dari pupil terhadap walinya dalam hubungan
dengan perwaliannya akan gugur karena daluwarsa setelah lewat 10 tahun
terhitung dari saat pupil menjadi dewasa.
Pasal 366 KUH Perdata menentukan bahwa Balai Harta Peninggalan
(BHP) wajib melakukan tugas wali pengawas dalam tiap-tiap perwalian.
Adapun kewajiban-kewajiban wali pengawas adalah :
1. Mengadakan pengawasan terhadap wali.
2. Menyataan pendapatnya terhadap berbagai tindakan yang harus dilakukan
oleh wali atas perintah hakim atau dengan persetujuan hakim.
3. Bertindak bersama-sama dengan wali atau ikut hadir dalam tindakantindakan tertentu.
4. Bertindak dalam hal wali tidak hadir atau perwalian itu terluang.
5. Bertindak dalam hal kepentingan yang bertentangan antara wali dengan
pupil.

Universitas Sumatera Utara