Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan yang seringkali didefenisikan dengan perubahan menuju kearah yang
lebih baik ternyata memiliki banyak indikator agar kenyataan dilapangan sesuai dengan
defenisinya. Mulai dari pertumbuhan ekonomi, meningkatnya moral pada diri
masyarakat, mutu pendidikan yang baik, rendahnya tingkat kesenjangan dan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang harus semakin meningkat menjadi beberapa indikator
yang harus tercapai agar suatu pembangunan dapat dikatakan berhasil (Budiman,
2000:8). Selain itu, pembangunan juga harus dilakukan secara adil dan merata bagi
seluruh warga negara. Peran pemerintah dalam melaksanakan pembangunan
merupakan bagian dari tugas dalam menjalankan pemerintahan, baik Pemerintahan
Pusat, Daerah maupun Pedesaan.
Kegiatan-kegiatan pembangunan tidak akan dapat terlaksana jika dilakukan oleh
pemerintah saja, harus ada partisipasi dari masyarakat yang menyadari bahwa
pembangunan yang dilakukan merupakan bentuk dari usaha bersama guna
meningkatkan kesejahteraan. Pembangunan hendaknya didukung oleh semua lapisan
masyarakat sebab pembangunn tidak hanya membutuhkan dana, tenaga, teknologi akan
tetapi juga membutuhkan kesadaran, pengertian dan dukungan yang kuat dari
masyarakat itu sendiri.

Upaya pemerintah menjadikan masyarakat sebagai pusat aktivitas pembangunan
dapat dibuktikan dengan diterapkannya Undang-Undang No 32 tahun 2004 dan
Undang- Undang No 12 tahun 2008, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana setiap

1

Universitas Sumatera Utara

daerah diberikan kesempatan seluas-luasnya dalam rangka untuk mengatur rumah
tangganya sendiri. Masing- masing daerah diberikan peluang untuk menggali potensi
sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada diwilayahnya agar dapat di
manfaatkan secara optimal agar tercapai perkembangan dan kemajuan daerah.
Dengan adanya Otonomi Daerah maka Pemerintah Daerah diberi kewenangan
untuk mengurusi urusan rumah tangga daerah itu sendiri (Desentralisasi). Demikian
halnya dengan desa, bahwa Pemerintah Desa berkewenangan melakukan pembangunan
sesuai dengan kondisi yang ada, atau potensi yang dimiliki oleh desa tersebut.
Pemerintah Desa diberikan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintahan yang
ada di desa dalam rangka untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah


Desa

wajib

melaksanakan

kehidupan

demokrasi,

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, memelihara ketentraman dan ketertiban dan menjalankan
prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance) yang bebas dari kolusi korupsi
nepotisme (KKN).
Indikasi bahwa pemerintah desa telah diberikan kewenangan sangat besar,
tercermin dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan
Pemerintah No 40 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa, dimana Pemerintah Desa
bertugas melaksanakan pembangunan. Artinya bahwa pemerintah melalui Kepala Desa

dan perangkat desa bertanggung jawab dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di
desa tersebut. (Undang-Undang No 6 tahun 2014 ayat 26 pasal 1), Kepala desa
bertanggung jawab menyelenggarakan pemeritahan desa, melaksanakan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa. Hal ini sejalan dengan
program nawacita yang dijalankan pemerintahan saat ini dimana salah satu isinya
adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka Negara kesatuan.

2

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah Desa mempunyai peranan yang sangat penting terhadap akselerasi
(pelaksanan implementasi) dari pada proses pembangunan. Dapat dikatakan demikian
karena peranan pemerintah di desa yang salah satu fungsinya ialah sebagai pemotivasi
dalam pelaksanaan pembangunan, diharapkan mampu membangkitkan partisipasi
masyarakat dalam menunjang keberhasilan dari pada proses pembangunan yang ada di
desa lewat kebijakan-kebijakan yang di implementasikan atau yang dilaksanakan.
Berdasarkan observasi di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten
Serdang Bedagai, pelaksanaan pembangunan desa dari segi pembangunan infrastruktur

masih kurang optimal. Hal ini dapat dilihat dari terdapatnya sebagian badan jalan yang
belum melakukan pengerasan (aspal/semenisasi) dimana saat musim hujan jalan
berlumpur sedangkan musim kemarau jalan berdebu sehingga mengakibatkan
terganggunya kegiatan ataupun aktivitas masyarakat Desa Sei Belutu. Adapun
pembanguan fisik lainnya yang belum sepenuhnya terealisasi adalah penyediaan sarana
dan prasarana umum seperti pembangunan saluran irigasi atau tali air. Dimana terjadi
penyempitan di saluran irigasi tersier dan kondisi jaringan irigasi yang kurang
memadai. Pembangunan irigasi atau waduk ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat
untuk meningkatkan produktivitas mereka. Karena Desa Sei Belutu adalah desa dengan
mayoritas masyarakat yang bekerja sebagai petani. Dengan demikian pembangunan
fisik memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan. Oleh karenanya keberadaan infrastruktur yang memadai
sangat dibutuhkan.
Terkendalanya program pembangunan infrastruktur di Desa Sei Belutu dapat terjadi
karena kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Dimana
masyarakat kurang kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah demi tercapainya
pembangunan, masyarakat kurang peduli terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan

3


Universitas Sumatera Utara

oleh Pemerintah Desa dan juga kurangnya perhatian Pemerintah Desa terhadap
minimnya partisipasi masyarakat. Dengan berbagai permasalahan yang ada maka
diperlukan strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
desa. Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam proses pembanguan diharapkan
hasil dari pembangunan sesuai dengan kebutuhan pembangunan desa. Untuk itu
Pemerintah Desa Sei Belutu sudah sepantasnya menyiapakan konsep atau strategi yang
mampu mempengaruhi masyarakat agar ikut ambil bagian dalam proses pengembangan
yang ada di desa.
Terkait dengan strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan maka peneliti menggunakan analisis SWOT dalam mengidentifikasi
permasalah yang sedang dan akan dihadapi secara internal maupun eksternal sehingga
nantinya pembangunan yang akan dilaksanakan benar-benar memfungsikan peran serta
masyarakat untuk mau, dan mampu melaksankan, memelihara dan menindaklanjuti
hasil-hasil pembangunan.
Dari uraian singkat diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan mengemukakan judul : “Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan
Partisipsasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa di Desa Sei Belutu
Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai”


1.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian mempunyai makna sebagai batasan penelitian, karena dalam
lapangan penelitian banyak gejala yang menyangkut tempat, pelaku dan aktifitas,
namun tidak semuanya akan diteliti. Oleh karena itu, untuk menentukan pilihan
penelitian maka harus dibuat batasan yang disebut Fokus penelitian.

4

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah membahas tentang strategi pemerintah Desa dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei
Bambam Kabupaten Serdang Bedagai. Fokusnya adalah pembangunan fisik berupa
sarana irigasi di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang
Bedagai.

1.3 Rumusan Masalah
Agar dapat dilaksanakan penelitian dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah

merumuskan masalah dengan jelas. Merujuk dari fokus penelitian, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi Pemerintah Desa
Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa di
Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai?

1.4 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai sasaran yang akan dicapai atau yang
menjadi tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini yaitu :
1.

Untuk

mengetahui

dilaksanakan

dan

oleh


menggambarkan

Pemerintah

Daerah

tentang
dalam

strategi-strategi

meningkatkan

yang

partisipasi

masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei
Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.
2.


Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat penerapan strategi
Pemerintah

Desa

Pembangunan

dalam

Desa

di

meningkatkan
Desa

Sei

partisipasi


Belutu

masyarakat

Kecamatan

Sei

terhadap
Bamban

KabupatenSerdang Bedagai.

5

Universitas Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :
1.

Secara subjektif, bermanfaat bagi peneliti dalam melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir ilmiah, dan sistematis dalam mengembangkan kemampuan
penulis dalam karya ilmiah.

2.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang
berguna bagi instansi terkait.

3.

Secara akademis, peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sebagai
bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian dibidang
yang sama.

1.6 Kerangka Teori
Teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasi adanya hubungan
diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena.
Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu teori merupakan suatu kerangka kerja
konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk
melakukan beberapa tindakan selanjutnya. Menurut Singarimbun (1998:37) teori
adalah serangkaian asumsi, konsep, kontak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep. Dengan adanya teori, peneliti mencoba menerangkan fenomena sosial atau
fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya berdasarkan unsure ilmu dan teori.
Untuk memperoleh pemahaman yang sama atas konsep-konsep yang digunakan
dalam penelitian ini dan kerangka berfikir bagi peneliti, maka berikut beberapa konsep
yang danggap relevan dengan kasus penelitian yang dibahas.

6

Universitas Sumatera Utara

1.6.1 Strategi Pemerintah Daerah
1.6.1.1 Strategi
Menurut Marrus (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dapat dicapai. Menurut Jatmiko (2003:3) strategi diartikan sebagai suatu cara dimana
organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan
ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan
kemampuan internal organisasi.
Terdapat tiga faktor yang mempunyai pengaruh penting pada strategi yaitu:
1. Lingkungan eksternal
2. Sumber daya
3. Kemampuan internal serta tujuan yang akan dicapai
Artinya strategi adalah sebuah rencana yang telah disusun dengan memanfaatkan
segala sumber daya serta peluang-peluang yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.
Goldworthy dan Ashley (1996:98) mengusulkan tujuh aturan dasar dalam
merumuskan suatu strategi sebagai berikut :
a) Ia harus menjelaskan dan menginterpretasikan masa depan, tidak hanya masa
sekarang.
b) Arahan strategi harus bisa menentukan rencana dan bukan sebaliknya.
c) Strategi harus berfokus pada keunggulan kompetitif, tidak semata-mata pada
pertimbangan keuangan.
d) Ia harus diaplikasikan dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas.
e) Strategi harus mempunyai orientasi eksternal.
f) Fleksibilitas adalah sangat esensial.

7

Universitas Sumatera Utara

g) Strategi harus berpusat pada hasil jangka panjang.
Untuk menjamin agar supaya strategi dapat berhasil baik dengan meyakinkan
bukan saja dipercaya oleh orang lain, tetapi memang dapat dilaksanakan, Hatten dan
hatten (1996: 108-109) memberikan beberapa petunjuknya sebagai berikut :
a)

Strategi harus konsiten dengan lingkungan, strategi dibuat mengikuti arus
perkembangan masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk
bergerak maju.

b) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, tergantung pada ruang lingkup
kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat maka strategi yang satu
haruslah konsisten dengan strategi yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak
belakan, semua strategi senantiasa diserasikan satu dengan yang lain.
c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber
daya dan tidak mencerai beraikan satu dengan yang lain. Persaingan tidak sehat
antara berbagai unit kerja dalam suatu organisasi sering kali mengklaim sumber
dayanya, membiarkannya terpisah dari unit kerja lainnya sehingga kekuatankekuatan yang tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi.
d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya
dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya. Selain itu hendaknya
juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan membuat langkah-langkah yang tepat
untuk menempati posisi kompetitif yang lebih kuat.
e) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah sesuatu yang
mungkin, hendaknya dibuat sesuatu yang memang layak dapat dilaksanakan.
f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar. Memang
setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslah berhati-hati, sehingga tidak

8

Universitas Sumatera Utara

menjerumuskan organisasi kelubang yang lebih besar. Oleh karena itu strategi
hendaknya selalu dapat dikontrol.
g) Strategi hendaknya disusun diatas landasan keberhasilan yang telah dicapai.
h) Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari
pihak-pihak yang terkait dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit dalam
organisasi.

1.6.1.2 Manajemen Strategis
Pengertian manajemen strategis menurut Kuncoro (2006:7), Manajemen strategi
terdiri dari analisis, keputusan, dan aksi yang diambil organisasi untuk menciptakan
dan mempertahankan keunggulan kompetitif.Menurut Robbins (2007:218) manajemen
strategis adalah sekelompok keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan
kinerja jangka panjang organisasi. Manajemen strategis penting karena dapat membuat
perbedaan dalam seberapa baik kinerja suatu organisasi dan berhubungan dengan
kenyataan bahwa organisasi dari semua jenis dan ukuran menghadapi situasi yang terus
berubah.
Menurut David (2011:5) Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni
dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi
keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai
tujuannya. Menurut Ayub (1996: 32) manajemen strategis adalah proses penetapan
tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran,
serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan
pencapaian tujuan organisasi. Strategi memiliki kaitan yang erat dengan konsep
perencanaan dan pengambilan keputusan, sehingga strategi berkembang menjadi
manajemen strategi.

9

Universitas Sumatera Utara

1.6.1.3 Tahapan Manajemen Strategis
Strategi yang baik dan tepat memiliki proses yang lebih terperinci.
MenurutDavid (2011:6) Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahap: perumusan
strategi,penerapan strategi, dan penilaian strategi. Tahapan tersebut, yaitu :
1. Perumusan Strategi
Perumusan strategi terdiri dari:
a.Pengembangan Visi dan Misi
b. Identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi
c. Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal
d. Penetapan tujuan jangka panjang
e. Pencarian strategi-strategi aternatif
f. Pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan
Isu – isu perumusan strategi mencakup penentuan bisnis apa yang akan
dimasuki, bisnis apa yang tidak akan dijalankan, bagaimana mengalokasikan sumber
daya, perlukah ekspansi atau diversifikasi operasi dilakukan, perlukah perusahaan
terjun ke pasar internasional, perlukah mager atau penggabungan usaha dibuat, dan
bagaimana menghindari pengambilalihan yang merugikan. Karena tidak ada organisasi
yang memiliki sumber daya yang tak terbatas, para penyusun strategi harus
memutuskan strategi alternatif mana yang akan paling menguntungkan perusahaan.
2. Penerapan Strategi
Tahap penerapan strategi terdiri dari :
a. Pengembangan budaya yang suportif pada strategi
b. Penciptaan struktur organisasional yang efektif
c. Pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran
d. Penyiapan anggaran

10

Universitas Sumatera Utara

e. Pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi
f. Pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi
Tahap kedua ini seringkali dianggap sebagai tahap paling sulit dalam
manajemen strategis, penerapan atau implementasi strategi membutuhkan disiplin,
komitmen, dan pengorbanan personal. Penerapan strategi yang berhasil bergantung
pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan, yang lebih merupakan seni dari
pada pengetahuan. Strategi tersebut dirumuskan, namun bila tidak di terapkan tidak ada
gunanya.
3. Penilaian Strategi
Tahap aktivitas penilaian strategi tediri dari :
a. Peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi
strategi saat ini
b. Pengukuran kinerja
c. Pengambilan langkah korektif
Penilaian strategi di perlukan karena apa yang berhasil saat ini tidak perlu
berhasil nanti. Keberhasilan senantiasa menciptakan persoalan baru dan berbeda,
organisasi yang mudah berpuas diri akan mengalami kegagalan.

1.6.1.4 Manfaat Manajemen Strategi
Dengan menggunakan manajemen stategik sebagai kerangka kerja (frame work)
organisasi dalam mencapai dan mewujudkan tujuan, maka mendorong setiap manajer
untuk dapat berfikir lebih kreatif dan strategik. Manfaat yang dapat diperoleh
organisasi dalam penerapan manajemen strategik menurut Akdon (2007:277), antara
lain :
1) Memberikan arah dalam pencapaian tujuan jangka panjang

11

Universitas Sumatera Utara

2) Membantu organisasi dalam beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi
3) Menjadikan organisasi lebih efektif
4) Keunggulan komperatif organisasi dalam lingkungan yang semakin kompleks dapat
diidentifikasi
5) Dengan penyusunan starategi akan dapat mengantisipasi masalah yang akan muncul
dimasa mendatang
6) Dengan melibatkan seluruh jajaran organisasi dalam pembuatan strategi akan
meningkatkan motivasi mereka
7) Kegiatan yang duplikasi akan dapat dihindarkan/dikurangi;
8) Keengganan pegawai lama untuk mau melakukan perubahan dapat dikurangi.

1.6.1.5 Desa
Menurut UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa, ditentukan bahwa Desa adalah
desa dan desa adat atau yang disebut denga nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas–batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usal, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa, dalam definisi lainnya, adalah suatu tempat atau daerah dimana penduduk
berkumpul

dan

hidup

bersama,

menggunakan

lingkungan

setempat,

untuk

mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka. Desa
dalam arti administratif, menurut Sutardjo Kartohadikusumo (1984:16), adalah suatu
kesatuan hukum dimana sekelompok masyarakat bertempat tinggal dan mengadakan
pemerintahan sendiri.

12

Universitas Sumatera Utara

Penamaan atau istilah desa, disesuaikan dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat seperti kampung, desa, dusun, dan sebagainya yang bersifat
istimewa. Pengaturan

mengenai pemerintahan desa telah terjadi pergeseran

kewenangan sehingga pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak lagi ikut campur
tangan secara langsung tetapi hanya bersifat sebagai fasilitator yang memberikan
pedoman, arahan, bimbingan, pelatihan dan termsuk pengawasan presentatif terhadap
peraturan desa dan APBD.
Menurut Wasistiono dan Tahir (2007:7) mengemukakan kata “desa” sendiri
berasal dari bahasa India yakni ”swadesi” yang berarti tempat asal, tempat tinggal,
negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan
satukesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas.

1.6.1.6 Pemerintah Desa
Pemerintah Desa adalah bagian dari birokrasi pemerintah modern yang bertugas
mengelola barang-barang publik termasuk melakukan pungutan pajak pada masyarakat.
Sebagai institusi modern, pemerintah desa tidak hanya cukup memainkan legitimasi
simbolik dan sosial tetapi harus membangun legitimasi yang dibangun dari dimensi
kinerja politik dan ekonomi. Penyelenggaraan pemerintah desa merupakan sub sistem
dari sistem penyelenggara pemerintahan sehingga desa memilki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya (Widjaja, dalam buku otonomi
desa 2004:3).
Lembaga musyawarah desa merupakan wadah permusyawaratan atau mufakat
dari pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa dan didalam mengambil
keputusannya ditetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakat dengan memperhatikan

13

Universitas Sumatera Utara

sungguh-sungguh yang berkembang dalam masyarakat desa. Untuk menggerakkan
masyarakat desa sangat berbeda dengan menggerakan masyarakat perkotaan.
Menurut Widjaja (2004:20) yang dimaksud dengan pemerintahan desa adalah
kepala desa dan perangkat desa sementara BPD adalah badan perwakilan desa yang
terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat yang mengayomi adat istiadat,membuat
peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan
serta melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaran pemerintahan desa.
Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintah desa, menurut
Nurcholis (2005:138) pemerintah mempunyai tugas pokok:
1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, membangun
dan membina masyarakat
2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten
Dari tugas pokok tersebut lahirlah fungsi pemerintah desa yang berhubungan
langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi pemerintah
desa merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu
didalam situasi sosial suatu kelompok masyarakat (Rivai, 2004:53). Seluruh fungsi
pemerintah desa tersebut dilaksanakan atau diselenggarakan dalam aktivitas pemerintah
desa secara integral. Pelaksanaan berlangsung sebagai berikut:
1. Pemerintah Desa berkewajiban manjabarkan program kerja.
2. Pemerintah Desa harus berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan
mengeluarkan pendapat.
3. Pemerintah Desa harus berusaha memberikan petunjuk yang jelas.
4. Pemerintah Desa harus mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan
masalah sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing.

14

Universitas Sumatera Utara

5. Pemerintah Desa harus mampu mengembangkan kerjasama yang harmonis.
6. Pemerintah Desa harus mampu menumbuh dan mengembangkan kemampuan serta
memiliki tanggungjawab.
7. Pemerintah Desa harus mampu mendayagunakan pengawasan sebagai alat
pengendali.
Dari ketentuan diatas telah dijelaskan fungsi dan tugas pemerintah desa akan
tetapi perlu diketahui bahwa pentingnya kerjasama dengan orang lain dalam rangka
pencapaian tujuan, apakah itu tujuan individu atau kelompok. Berangkat dari kenyataan
bahwa secara interen dalam diri setiap manusia terdapat keterbatasan-keterbatasan, baik
dalam arti fisik maupun intelektual. Dalam berbagai keterbatasan tersebut tidak
memungkinkan seseorang manusia memuaskan segala keinginan, harapan, cita-cita dan
kebutuhannya apabila bekerja sendirian tanpa bantuan oleh orang lain. Dalam suatu
masyarakat yang sederhana sekalipun, dalam keadaan mana tujuan yang hendak dicapai
masih sederhana dan kebutuhan yang hendak dicapai tidak rumit, kerjasama dengan
orang lain sudah dirasakan pentingnya.

1.6.1.7 Strategi Pemerintah Desa
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa secara lebih efektif, maka
pemerintah desa dan masyarakatnya perlu menciptakan suatu strategi pencapaian tujuan
tersebut. Dalam merancang strategi yang dimaksud, Pemerintah Desa perlu
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Keterpaduan pembangunan desa, dimana kegiatan kegiatan dilaksanakan memiliki
sinergi dengan kegiatan pembangunan yang lain.
2. Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan dari proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan.

15

Universitas Sumatera Utara

3. Keberpihakan, dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan
hasil kepada seluruh masyarakat desa.
4. Otonomi dan Desentralisasi, dimana masyarakat memperoleh kepercayaan dan
kesempatan luas dalam kegiatan baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan maupun pemanfaatan hasilnya. (Yudohusodo, 2002).
Adapun mengenai rencana-rencana pembangunan yang telah disusun dan diterapkan
bersama dalam forum musyawarah (yang sering disebut musrembangdes) hendaknya
dapat dilakukan secara baik.Untuk itu dapat dilakukan secara baik. Untuk itu para
pelaku pembangunan di desa harus dapat menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan desa
sebagai berikut :
A. Accountable, pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat.
B. Transparant, pengelolaan kegiatan harus dilakukan secara terbuka dan diketahui
oleh masyarakat.
C. Acceptable, pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh
dukungan masyarakat.
D. Sustainable, pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat
secara berkelanjutan. (Suharto, 2006)
Menurut Adisasmita (2006:38-39) aparatur pemerintah desa sebagai pemimpin
juga sebagai penyelenggara pembangunan harus memiliki tanggung jawab atas
perubahan yang akan terjadi, baik perubahan yang terjadi dalam masyarakat maupun
perubahan sosial kemasyarakatan. Strategi yang dilakukan oleh pemerintah desa dalam
rangka untukmeningkatkan keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan,yang secara garis besar dijabarkan sebagai berikut (Mondong, 2011:8) :
1. Pembinaan terhadap masyarakat dalam bidang ekonomi

16

Universitas Sumatera Utara

2. Pembinaan terhadap masyarakat dalam bidang hukum
3. Pembinaan terhadap masyarakat dalam bidang agama
4. Pembinaan terhadap masyarakat dalam bidang kesehatan
5. Pelayanan terhadap masyarakat

1.6.2

Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

1.6.2.1 Partisipasi
Partisipasi berasal dari kata ; bahasa Inggris yaitu participacion dan kata
kerjanya participate artinya peran serta : ikut mengambil bagian. Secara popular
menjadi participation artinya peran atau ikut serta untuk mengambil bagian dalam
kegiatan tertentu.
Untuk memperjelas pengertian tersebut Bhattacharyya (dalam Supriatna,
1985:30) mengatakan bahwa partisipasi menurut literature berarti ikut serta mengambil
bagian dalam kegiatan bersama. Sedangkan Mubiyarto (1984:35) mendefinisikan
sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan
setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Davis (dalam Tangkilisan, 2005:322) juga memberikan pengertian partisipasi
dengan tiga unsur pokok, yaitu;
1. Adanya keterlibatan mental dan emosi individu dalam melakukan aktivitas
kelompok.
2. Adanya motivasi individu untuk memberikan kontribusi tergerak yang dapat
berwujud barang, jasa, buah pikiran, tenaga, dan keterampilan.
3. Timbulnya rasa tanggungjawab dalam diri individu terhadap aktivitas kelompok
dalam usaha pencapaian tujuan.

17

Universitas Sumatera Utara

Terdapat dua unsur pokok mengapa partisipasi penting. Pertama, alasan etnis yaitu
dalam arti pembangunan manusia berpartisipasi bukan sebagai subjek melainkan
sebagai objek. Kedua, alasan sosiologis yaitu bila perkembangan diharapkan dapat
berhasil dalam jangka panjang maka ia harus menyertakan orang sebanyak mungkin
jika tidak, pembangunan pasti tidak akan terlaksana dengan baik.
Menurut Cohen dan Uphoff, (1977:3) menyatakan bahwa partisipasi dapat
merupakan keluaran pembangunan dan juga merupakan masukannya sebab apabila
masyarakat yang bersangkutan tidak diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan suatu proyek di Desanya, maka proyek itu pada hakekatnya bukanlah
proyek pembangunan desa.
Dari ulasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa partisipasi merupakan unsur
yang sangat penting dan menentukan dalam usaha mencapai keberhasilan
pembangunan. Pada dasarnya partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang
dalam kegiatan bersama yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembangunan,
terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi akan memunculkan kemandirian
masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya, yang secara
bertahap akan menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat tersebut secara
maksimal.

1.6.2.2 Masyarakat
Para ahli seperti Maciver. J. L. Gillin, dan J. P. Gillin dalam Soeleman,
(2009:122) sepakat bahwa adanya sering bergaul atau interaksi karena mempunyai
nilai-nilai, norma-norma, cara-cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama
sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

18

Universitas Sumatera Utara

suatu sistem adat-istiadat tertentu, yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.
Kesatuan sosial memiliki kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan-ungkapan
jiwa rakyat, kesadaran masyarakat dan sebagainya. Dalam hal ini individu berada
dibawah pengaruh suatu kesatuan sosial. Jiwa masyarakat ini merupakan potensi yang
berasal dari unsur-unsur masyarakat, meliputi pranata, status dan peranan sosial.
Pranata sebagai wahana berinteraksi menurut pola resmi, merupakan sistem norma
khusus menata rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi kebutuhan khusus
manusia. Status atau kedudukan sosial dapat netral, tinggi, menengah, atau rendah.
Hubungannya dengan tindakan interaksi dikonsepsikan oleh norma yang mengatur
seluruh tindakan tadi. Peranan sosial adalah tindakan atau tingkah laku individu yang
mementaskan suatu kedudukan tertentu, bersifat khas, tertentu dalam berhadapan
dengan individu-individu dalam kedudukan lain.

1.6.2.3 Partisipasi Masyarakat
Menurut Cohen dan Uphoff (1977), yang mengacu dalam Harahap dkk
(2007:48) partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam proses
perencanaan dan pembuatan keputusan tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan
program dan pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumber daya atau
bekerjasama dalam organisasi atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program
pembangunan dan evaluasi program pembangunan.
Partisipasi masyarakat adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh
perorangan maupun secara berkelompok dan/atau

masyarakat untuk menyatukan

kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat dalam rangka
mencapai tujuan masyarakat tersebut. Partisipasi dapat didefenisikan sebagai

19

Universitas Sumatera Utara

keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok
yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha
mencapai tujuan serta tanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Menurut Nitisemito 1 yang dimaksud dengan partisipasi adalah keikutsertaan
masyarakat

dalam

proses

pembangunan,

baik

dengan

penghimpunan

atau

penyumbangan benda dan uang, pikiran atau ide maupun dengan tenaga atau gotongroyong. Untuk itu dalam proses pembangunan sangat dibutuhkan keterlibatan langsung
dari masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Masyarakat dituntut untuk senantiasa
berperan aktif dalam menghimpun dan menyumbangkan segala potensi yang
dimilikinya guna kemajuan desanya.
Sumbangan sebagaimana yang dimaksud diatas dapat berupa benda atau uang,
pikiran, ide maupun dengan gotong-royong, sehingga hal demikian adalah untuk
menciptakan suatu kondisi masyarakat yang mandiri yang mampu berkembang menuju
arah yang lebih baik dengan cara menciptakan pola-pola tertentu dalam memajukan
kesejahteraannya sendiri, baik dari segi ekonomi maupun sosial kemasyarakatan
lainnya.
Menurut Dwipayana (2003:81), partisipasi menyangkut dua hal yakni keluar
dan kedalam. Yang pertama, menyangkut partisipasi yang melibatkan pemerintahan itu
sendiri dan yang kedua menyangkut partisipasi warga desa terhadap jalannya
pemerintahan. Partisipasi yang melibatkan pemerintahan itu sendiri adalah menyangkut
seberapa besar keikutsertaan aparatur desa dalam pembangunan desa, hal ini dapat
tercermin dari penegakan demokrasi, menjalin hubungan yang harmonis dengan
lembaga adat maupun agama yang ada, pengelolaan konflik dan menciptakan
masyarakat yang mandiri serta menjalankan pemerintahan yang baik dan benar sesuai

1

http//business.com
20

Universitas Sumatera Utara

dengan koridor hukum dan peraturan yang berlaku. Ikut menyumbang ide, peduli
terhadap pembuatan keputusan dan hasil keptusan, berperan aktif dalam kegiatan desa
dan menunaikan kewajiban sebagai warga negara yang baik yakni membayar pajak
yang berguna bagi pendanaan pembangunan di desa merupakan bentuk dari partisipasi
masyarakat.
Selanjutnya, partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan yang sering
diabaikan adalah partisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan bahwa
selama ini kebijakan yang diambil adalah kebijakan secara sepihak oleh pemerintahan
itu sendiri. Baik dari level tertinggi yakni pemerintah pusat sampai kepada kepala desa.
Pada tiap-tiap desa untuk wilayah tertentu akan sulit menterjemahkan kebijakan yang
ada karena tidak sesuai dengan kondisi maupun keinginan masyarakat setempat.
Faktor-faktor yang bisa menjadi daya pendorong agar masyarakat ikut berpartisipasi
yaitu:
a. Partisipasi dilakukan melalui usaha penerapan demokrasi artinya masyarakat desa
diberikan kesempatan memilih dan memutuskan apa yang dikehendakinya baik
diantara alternatif pemerintah maupun dari alternatif masyarakat itu sendiri.
b. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada
ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.
c. Partisipasi dilakukan melalui upaya perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup
masyarakat melalui pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa.
d. Setiap keputusan masyarakat, sepanjang mengenai kepentingan mereka harus
dihormati dan diakui.
Sedangkan partisipasi masyarakat atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
menurut Adi (2003:252) dapat dilihat dalam empat tahap, yaitu ;

21

Universitas Sumatera Utara

1. Tahap Assesment
Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki.
Untuk ini masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan permasalahan yang sedang
terjadi dalam pandangan mereka sendiri.
2. Tahap Alternatif Program atau Kegiatan
Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka
hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan cara alternative program.
3. Tahap Pelaksanaan (implementasi) Program atau Kegiatan
Dilakukan dengan melaksanakan program yang telah direncanakan dengan baik
agar tidak melenceng dalam pelaksanaan dilapangan.
4. Tahap Evaluasi
Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan petugas dari program
yang sedang berjalan.
Mikkelsen (dalam Soetomo, 2006:449) menyatakan bahwa ada empat pendekatan
dalam mengembangkan partisipasi masyarakat, yaitu;
A. Pendekatan Partisipasi Pasif, Pelatihan dan Informasi
Pendekatan ini berdasarkan pada anggapan bahwa pihak eksternal yang lebih tahu,
lebih menguasai pengetahuan, teknologi, skill dan sumber daya manusia. Bentuk
partisipasi ini akan melahirkan komunikasi satu arah, dari atas kebawah, hubungan
pihak eksternal dan masyarakat lokal bersifat vertikal.
B. Pendekatan Partisipasi Aktif
Pendekatan ini mencoba mengembangkan komunikasi dua arah, meskipun tetap
dengan anggapan bahwa pihak eksternal yang lebih tahu dibandingkan masyarakat
lokal. Pendekatan ini membuka dialog, untuk memberikan kesempatan pada
masyarakat agar lebih intensif dengan para petugas dari institusi eksternal.

22

Universitas Sumatera Utara

C. Pendekatan Partisipasi dengan Keterikatan
Pendekatan ini mirip dengan kontrak sosial antara pihak eksternal dengan
masyarakat lokal. Dalam keterikatan tersebut dapat disepakati apa yang dapat
dilakukan oleh masyarakat setempat, baik sebagai individu atau kelompok kecil,
diberikan untuk terikat pada sesuatu dengan tanggungjawab terhadap kegiatan
yang sudah disepakati mayarakat dan pihak eksternal. Dengan pendekatan ini
masyarakat mendapat kesempatan untuk bekerja sambil belajar dalam melakukan
pembangunan.
D. Partisipasi atas Permintaan Setempat
Bentuk ini mencerminkan bahwa kegiatan pembangunan dilaukan atas dasar
keputusan yang diambil masyarakat setempat. Dalam pendekatan ini pihak
eksternal bersifat menjawab kebutuhan yang diputuskan masyarakat setempat dan
tidak memiliki rancangan program yang harus dilaksanakan oleh masyarakat
setempat.

1.6.2.4 Pembangunan
Istilah pembangunan juga menunjukan hasil proses pembangunan itu sendiri.
Secara etimologi, pembangunan berasal dari kata bangun, diawalan “pe “ dan akhiran “
an “, guna menunjukan perihal orang membangun, atau perihal bagaimana pekerjaan
membangun itu dilaksanakan. Kata bangun setidak-tidaknya mengandung tiga arti.
Bangun dalam arti sadar atau siuman. Kedua, berarti bentuk. Ketiga, bangun berarti
kata kerja, membangun berarti mendirikan. Dilihat dari segi ini, konsep, pembangunan
meliputi ketiga arti tersebut. Konsep itu menunjukan pembangunan sebagai :
1. Masukan, kesadaran kondisi mutlak bagi berhasilnya perjuangan bangsa.
2. Proses, yaitu membangun atau mendirikan berbagai kebutuhan berdasarkannasional.

23

Universitas Sumatera Utara

3. Keluaran, yaitu berbagai bentuk bangun sebagai hasil perjuangan, baik fisik maupun
non fisik (Taliziduhu Ndraha, 1987:1-2).
Menurut Sondang P. Siagian (2005:9) mengemukakan pendapatnya mengenai
pembangunan itu adalah suatu usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan oleh suatu bangsa secara sadar, Negara dan Pemerintah menuju modernitas
dalam rangka pembinaan bangsa.
Randy dan Riant (Randy dan Nugroho, 2006:10) memberikan definisi
pembangunan secara sederhana, yaitu pembangunan secara sederhana diartikan
sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Dalam
menyelenggarakan tindakan pembangunan, pemerintah memerlukan dana untuk
membiayai kegiatannya. Dana tersebut dihimpun dari warga negara dalam bentuk:
pajak, pungutan, serta yang di peroleh secara internal dari pendapatan bukan pajak
dan laba perusahaan publik. Kesejahteraan manusia merupakan fokus dari tujuan
pembangunan,

motivasi

pelaku

pembangunan,

dan

perioritas

pembiayaan

pembangunan.
Dari berbagai definisi yang di kemukakan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pembangunan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan,
kebersamaan, kesempatan, kemandirian dan saling ketergantungan masyarakat, yang
pada akhirnya untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat itu sendiri.

1.6.2.5 Pembangunan Desa
Pembangunan pedesaan dalam bahasa inggris sering disebut dengan Community
Development, pembangunan masyarakat desa merupakan proses perubahan sosial yang
direncanakan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang
dikehendaki dan lebih baik. Menurut Rahardjo (2006:21) pembangunan masyarakat

24

Universitas Sumatera Utara

desa adalah merupakan bagian dari pembangunan nasional, secara khusus
pembangunan masyarakat desa memiliki pengertian sebagai berikut :
a. Pembangunan masyarakat desa berarti pembangunan masyarakat tradisional menjadi
masyarakat modern.
b. Pembangunan masyarakat desa berarti membangun swadaya masyarakat dan rasa
percaya diri sendiri.
c. Pembangunan pedesaan tidak lain dari pembangunan usaha tani atau membangun
pertanian.
Pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat bersama-sama
pemerintah terutama dalam memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan pembinaan,
dan pengawasan agar dapat ditingkatkan kemampuan masyarakat dalam usaha
menaikan taraf hidup dan kesejahteraannya.
Suparno (2001 : 46) menegaskan bahwa pembangunan desa dilakukan dalam
rangka imbang yang sewajarnya antara pemerintah dengan masyarakat. Kewajiban
pemerintah

adalah

menyediakan

prasarana-prasarana,

sedangkan

selebihnya

disandarkan kepada kemampuan masyarakat itu sendiri. Proses pembangunan desa
merupakan mekanisme dari keinginan masyarakat yang dipadukan dengan masyarakat.
Perpaduan tersebut menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang dikemukakan
oleh Ahmadi (2001:222) mekanisme pembangunan desa adalah merupakan perpaduan
yang serasi antara kegiatan partisipasi masyarakat dalam pihak dan kegiatan
pemerintah di satu pihak.
Berdasarkan Permendagri No 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan
Desa, pembangunan di desa merupakan model pembangunan partisipatif adalah suatu
sistem pengelolaan pembangunan di desa bersama-sama secara musyawarah, mufakat,

25

Universitas Sumatera Utara

dan gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar
budaya wilayah Indonesia.
Sebagaimana
2007,

disebutkan

dalam

pasal

5

Permendagri

No

66

tahun

karakteristik pembangunan partisipatif diantaranya direncanakan dengan

pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan, yaitu upaya untuk mewujudkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara sedangkan partisipatif, yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat
secara aktif dalam proses pembangunan. Pembangunan di desa menjadi tanggungjawab
Kepala Desa sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) PP No 72 tahun 2005
ditegaskan bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan,

pembangunan,

dan

kemasyarakatan.

Kegiatan

pembangunan

direncanakan dalam forum Musrenbangdes, hasil musyawarah tersebut ditetapkan
dalam RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Desa) selanjutnya ditetapkan dalam
APBDesa.
Dalam pelaksanaan pembangunan Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa dan
dapat dibantu oleh lembaga kemasyarakatan di desa. Selanjutnya khusus untuk
anggaran pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD), 70% dari
anggaran tersebut merupakan belanja untuk penggunaan pemberdayaan masyarakat.

1.6.3 Analisis SWOT
Telah disebutkan bahwa suatu rencana yang baik haruslah mengandung uraian
tentang asumsi perencanaan (planning asumtion). Maksudnya adalah untuk mengetahui
dengan jelas berbagai faktor penopang dan ataupun penghambat yang diperkirakan
akan dihadapi apabila rencana tersebut dilaksanakan. Pengetahuan tentang berbagai
faktor penopang dan ataupun penghambat ini, dalam pekerjaan administrasi dipandang

26

Universitas Sumatera Utara

cukup penting. Dengan diketahuinya berbagai faktor penopang serta penghambat
tersebut, akan dapat dilakukan berbagai persiapan, sedemikian rupa sehingga
pelaksanaan rencana akan dapat lebih lancar.
Untuk dapat mengetahui secara lengkap berbagai faktor penopang serta
penghambat, perlu dilakukan kajian yang seksama tentang keadaan organisasi yang
akan melaksanakan rencana tersebut. Kajian yang seperti ini dikenal dengan nama
analisis SWOT. Menurut Jogiyanto (2005:46) mengatakan bahwa SWOT digunakan
untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya
yang dimiliki organisasi dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangantantangan yang dihadapi
Pengertian analisis SWOT banyak macamnya. Secara sederhana dapat diartikan
sebagai suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu organisasi sedemikian rupa
sehingga diperoleh keterangan yang akurat tentang berbagai faktor kekuatan,
kelemahan, kesempatan dan hambatan yang dimiliki dan atau yang dihadapi oleh
organisasi.
1. Strengths (Kekuatan) adalah kondisi kekuatan yang dimiliki oleh organisasi,
rancangan, maupun konsep bisnis yang dimiliki. Kekuatan yang dianalisis berasal
dari tubuh organisasi itu sendiri.
2. Weakness (Kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang ada didalam organisasi
dan juga berasal dari tubuh organisasi itu sendiri.
3. Opportunity (Kesempatan) merupakan kondisi peluang yang sedang berkembang
diluar tubuh organisasi (faktor eksternal).
4. Threats (Hambatan) adalah kondisi yang mengancam organisasi dari luar organisasi
tersebut. Ancaman ini apabila tidak diatasi secara baik dapat mengganggu
organisasi.

27

Universitas Sumatera Utara

MATRIKS SOWT dapat dilihat pada tabel berikut ini ;
Tabel 1MATRIKS SWOT
IFAS Strengths (S)
Menentuka

Weakness (W)
faktor-faktor Menentukan

faktor-faktor

EFAS

kekuatan internal

kelemahan internal

Opportunity (O)

Strategi (SO)

Strategi (WO)

Menentukan faktor-faktor Menciptakan strategi yang Menciptakan stategi yang
peluang eksternal

menggunakan
kekuatan

Threats (T)

kekuatan- meminimalkan kelemahan
untuk untuk

memanfaatkan

memanfaatkan peluang.

peluang.

Strategi (WT)

Strategi (WT)

Menentukan faktor-faktor Menciptakan strategi yang Menciptakan stategi yang
ancaman eksternal

menggunakan

kekuatan meminimalkan kelemahan

untuk mengatasi ancaman.

dan menghindari ancaman.

Smber ; Rangkuti, 2005
Keterangan tabel :
1. Strategi SO
Strategi ini menggunkan seluruh kekuatan internal untuk memanfaatkan
peluang yang sebesar-besarnya.
2. Srategi ST
Strategi ini bertujuan untuk menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi ini merupakan teknik

28

Universitas Sumatera Utara

bertahan bagi kelangsungan hidup organisasi dengan cara mengurangi
kelemahan internal serta menghindari ancaman.
4. Strategi WT
Strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defenisi dan berusaha
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.Strategi WT bertujuan
untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman
eksternal.
IFAS (internal strategic factory analysis summary) dengan kata lain faktorfaktor strategis internal dalam kerangka strength and weakness. Sedangkan EFAS
(eksternal strategic factory analysis summary) dengan kata lain faktor-faktor strategis
eksternal suatu perusahaan atau organisasi yang disusun untuk merumuaskan faktorfaktor eksternal dalam kerangka opportunities and threaths (Fredy Rangkuti, 2006:19).

1.7 Definisi Konsep
Definisi konsep dalam penelitian digunakan untuk menggambarkan secara tepat
fenomena yang hendak diteliti.Menurut Irawan (Dalam Bagong Suryanto, 2005:49)
konsep adalah makna yang berada di alam fikiran atau di dunia kepahaman manusia
yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata.Konsep
adalah istilah dan definisi yang gunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian dalam ilmu
sosial (Singarimbun, 1995:33). Dalam penelitian ini yang menjadi definisi konsep
adalah:
a. Strategi adalah sebuah rencana yang telah disusun dengan memanfaatkan segala
sumber daya serta peluang-peluang yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.

29

Universitas Sumatera Utara

a. Pemerintah Desa merupakan Kepala Desa, BPD dan perangkat desa sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintah desa.
b. Partisipasi Masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam bentuk uang
(benda), pikiran (ide), tenaga (gotong royong).
c. Pembangunan merupakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang merupakan suatu proses yang saling terkait antara ekonomi, perubahan
sosial, dan demokrasi politik.

1.7

Sistematika Penulisan

BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, rumussan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional.

BAB II

: METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisisa, serta sistematika
penulisan.

BAB III

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini memuat gambaran umum keadaan Desa Sei Belutu, keadaan
penduduk secara

umum, sarana dan prasaarana, lembaga-lembaga

yang ada di Desa Sei Belutu termasuk Badan Perwakilan Desa serta
seluruh variabel-variabel yang mendukung penelitian.
BAB IV

: PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat penyajian data yang dihasilkan dari sejumlah kuisioner
dari lapangan atau berupa dokumen sebagai bahan yang akan dianalisis,

30

Universitas Sumatera Utara

data yang diperoleh adalah bahan pengamatan bagi peneliti untuk
melihat bagaimana strategi pemerintah desa dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat terhadap pembangunan.desa di Desa Sei Belutu.
BAB V

: ANALISA DAN INTERPRETASI DATA
Bab ini memuat analisa data yang diperoleh peneliti pada saat penelitian.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang
membutuhkannya.

31

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pernikahan Dini Pada Remaja Putri di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

1 88 105

Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat

0 35 55

Masyarakat Transmigran Jawa Di Desa Hitam Ulu I, Kabupaten Sarolangun Bangko, Jambi (1981-1990)

2 76 71

Pemetaan Status Hara C-Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

4 50 40

Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

8 38 108

Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 13

Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 3

Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 3

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SEI BELUTU KECAMATAN SEI BAMBAN - Judi Kartu Remi (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu Di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban

0 0 15