Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Penerbit Pustaka Utama. Jakarta.

Arief, Budiman. Teori pembangunan dunia ketiga. Gramedia pustaka utama. Jakarta.2000

Bryant and White, 1982. Pembangunan Masyarakat. LIBERTY. Yogyakarta.

Cohen, J. M. and Norman T. Uphoff, 1977, Rural Development :Participation. Itacha, Cornel University Press. Graha Ilmu. Yogyakarta

Goldworthy dan Ashley. Australian Public Affairs Informtion Service. Australia : APAIS, 1998.

Hanif Nurcholis, 2005. Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Grasindo, Jakarta.

Jogiyanto. 2005. Sistem Informasi Strategik Untuk Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta : Adi Offset.

Kartohadikoeosemo, Soertardjo. 2002. Menyoal (kembali) Otonomi Desa, Yogyakarta. Marrus, Stephanie. 2002. Building The Strategic Plan: Find Analyze, And PresentThe

Right Information. Wiley. USA.

McIver and Gillin J. L. 1991. Perencanaan Sosial dan dunia ketiga. Gadja Mada. University Press. Yogyakarta.

Moleong, Lexy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung. Mondong, Hendra. 2011. Peran Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat Dalam Pembangunan Desa. USU. Medan.

Mubiyarto, 1984. Pembangunan Pedesaan dan masalahKepemimpinan. LIBERTY. Yogyakarta.

Ndraha, Taliziduhu. 2007. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan.Penerbit Yayasan Karya Dharma. Jakarta.

Rangkuti, Fredy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.Gramedia Pustaka Utama

Rivai, Veith. 2004. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Siagian, Sondang. 1988. Administrasi Pembangunan. Gunung Agung. Jakarta. Singarimbun, Masri. 1998. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3SES


(2)

Soeleman, Moenandar. 2009. Ilmu Sosial Dasar : Teori dan Konsep Ilmu. Bandung : Persada.

Supriatna, 1985. Otonomi dan Pemberdayaan Desa. LPERA, Pustaka Utama. Jakarta. Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta : Prenada Media.

Wasistiono dan Tahir. 2007. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokusmedia. Widjaja. 2004. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat dan Utuh. PT.

Raja GrapindoPersada. Jakarta.

Wijaya, HAW. 2001. Pemerintahan Desa/marga berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Desa.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Wrihatnolo, Randy R. dan Riant Nugroho.2006. Manajemen Pembangunan Indonesia (sebuah pengantar dan panduan), Jakarta. PT Elex Media Komputindo. Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Undang-Undang :

Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Desa

PERMENDAGRI No 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa PP No 72 tahun 2005 tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, Undang-Undang No 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa.


(3)

Sumber Lainnya :

_____http:/ / wawasanpendidikan.com (diakses pada 13 September 2016 pukul 19.00 WIB)

“Strategi pemerintah mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan di ntt”, http:/ / September 2016 pukul 18.00 WIB)

Hatten, K. J and Hatten, M. L. “Strategic Groups, Asymmetrical Mobility Barriers, and Contestbility, “ Strategic Management Journal. United State of America:


(4)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Desa Sei Belutu

Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban yang merupakan bagian dari Kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari 237 Desa dan 6 Kelurahan adalah daerah yang amat subur, kondisi tanahnya yang demikian rata dan berawa sangat memungkinkan untuk diolah menjadi lahan pertanian untuk persawahan.

Desa Sei Belutu (sungai Belutu) adalah nama satu sungai yang mengalir melintas disebelah barat desa yang menjadi batas alam dengan Desa Bakaran Batu Malasori Kecamatan Dolok Masihul. Desa Sei Belutu adalah desa areal pertanian yang cukup strategis dan produktif yang menarik minat para penduduk perantau yang datang dari Tapanuli Utara, Samosir dan Porsea (Tobasa Sekarang).

Awalnya Desa Sei Belutu ini merupakan daerah yang hanya ditumbuhi oleh tanaman rambung dan masih tidak ada terbentuk sebuah perumahan. Tetapi pada tahun 1950-an orang-orang satu persatu datang ke Desa ini dan membangun sebuah perumahan dimana pertama kalinya Desa Sei Belutu ini di kepalai oleh seorang Kepala Desa beretnis Jawa bernama bapak Sariman. Bapak ini menduduki Kepala Desa selama 8 tahun lamanya (1950-1958), sampai dengan lamanya Bapak ini menjadi Kepala Desa sudah banyak perumahan yang dibangun dengan memiliki 5 Dusun yang dihuni sebanyak 189 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk sebanyak 2.256 jiwa.

Pada tahun 1958 Kepala Desa digantikan oleh Bapak yang beretnis Batak Toba yang bernama Baginda Parhusip. Bapak B. Parhusip ini menjadi Kepala Desa selama 5 tahun lamanya (1959-1964)) dan ketika Bapak Parhusip menjadi Kepala Desa di Desa Sei Belutu ini perumahan sudah makin banyak dan sudah memiliki 8 Dusun yang


(5)

dihuni sebanyak 325 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk sebanyak 4.568 jiwa.

Setelah 5 tahun lamanya Bapak Parhusip berjaya di Desa Sei Belutu ini Bapak tersebut digantikan oleh Bapak Jamauli Sinaga dimana Bapak ini menduduki jabatan sebagai Kepala Desa paling lama (1964-1990). Bapak J. Sinaga ini merupakan orang yang terkaya di Desa Sei Belutu karena setengah dari tanah Desa Sei Belutu ini Bapak J. Sinaga yang memilikinya. Bapak ini merupakan orang yang dihormati dan disegani oleh masyarakat Desa Sei Belutu. Bapak J. Sinaga menyewakan persawahannya kepada masyarakat yang ada di Desa Sei Belutu untuk diolah, dan hasil dari sewa akan digantikan dengan padi sebanyak seperempat dari penghasilan yang diperoleh oleh penyewa setelah panen.

Setelah Bapak J. Sinaga wafat dia digantikan oleh anaknya sendiri yang bermana Rudolf Sinaga. Bapak R. Sinaga ini hanya menduduki jabatan dari tahun 1990-2007. karena Bapak R. Sinaga ini meninggal dunia karena mengalami sebuah kecelakaan. Akhirnya Bapak R. Sinaga digantikan oleh Bapak Belin Manurung yang dipilih langsung oleh masyarakat Desa Sei Belutu beliau memimpin mulai tahun 2008-2013 . Setelah Bapak B. Manurung menjadi Kepala Desa dan Bapak Rajaguk-guk sebagai seketaris Desa, Desa Sei Belutu mulai berkembang yaitu dengan dibuatnya lampu jalan disetiap pinggir jalan, dibangunnya sebuah Taman Kanak-kanak, PAM (Perusahaan Air Minum) dan adanya perbaikan kantor kepala desa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pada intinya Bapak M. Manurung sudah menjadi Kepala Desa yang baik untuk Desa Sei Belutu. Sekarang, Desa Sei Belutu dipimpim oleh Bapak Amran Sinaga sebagai Kepala Desa yang dipilih melalui pemilihan langsung oleh masyarakat Sei Belutu. Beliau menjabat mulai tahun 2016 dan berakhir pada tahun 2021.


(6)

3.2 Letak Geografis dan Iklim

Desa Sei Belutu memiliki letak geografis sebagai berikut: - Sebelah Utara Berbatasan : Desa Gempolan/ Bakaran Batu

- Sebelah Barat Berbatasan : Desa Malasori (Kecamatan Dolok Masihul) - Sebelah Selatan Berbatasan : PTPN III Rambutan

- Sebelah Timur Berbatasan : PTPN III Rambutan

Daerah Desa Sei Belutu memiliki iklim tropis dimana cuaca desa ini sangat panas karena daerah ini dekat dengan daerah pantai yaitu Pantai Kelang. Desa Sei Belutu memilki luas lahan pertanian sebanyak 1125 Ha, luas tanah pekarangan/tanah kering 120 Ha, lain-lain 5 Ha dengan luas wilayah 1250 Ha. Desa ini berada pada ketinggian 16 m dari permukaan laut dengan curah hujan 60% dan suhu udara rata-rata 25°C – 32°C. Jarak dari pusat pemerintahan 7 km dan jarak dari ibu kota kabupaten 18 km. Jalan yang ada seluas 1,5 ha, sawah 1.050 ha, ladang 50 ha, bangunan umum 17 ha, pemmukiman/perumahan 126 ha, perkuburan 3 ha, industri 4 rante, pertokoan/perdagangan 2.800 m, perkantoran 2 rante dan tanah wakaf 3 ha. Kesinambungan pembagunan di desa ini telah mencapai situasi yang benar-benar kondusif.

3.3 Jumlah dan Komposisi Penduduk

Penduduk merupakan modal dasar pembangunan suatu daerah, maka peranan penduduk pada suatu daerah sangat penting juga sebagai pelengkap dalam pembangunan sebab salah satu prinsip suatu berdirinya suatu negara harus ada penduduk atau rakyat.


(7)

A. Gambaran Umum Penduduk

Desa Sei Belutu memiliki 11 Dusun, tahun 2016 jumlah penduduk sebanyak 4.259 jiwa, dimana laki-lakinya memiliki jumlah penduduk 2.009 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.250 jiwa. Data tersebut dapat kita lihat melalui tabel berikut:

A. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin Tabel 2:

No Dusun Jumlak KK Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Dusun I 109 251 324 575

2 Dusun II 63 116 124 240

3 Dusun III 81 131 134 265

4 Dusun IV 92 192 227 419

5 Dusun V 120 198 212 410

6 Dusun VI 38 71 73 144

7 Dusun VII 114 214 246 460

8 Dusun VIII 120 241 274 515

9 Dusun IX 172 317 334 651

10 Dusun X 52 121 128 249

11 Dusun XI 90 157 174 331

Jumlah 1051 2009 2250 4259

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu tahun 2016

B. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Produktif

Berdasarkan tabel dibawah ini dapat diketahui bahwa Desa Sei Belutu memiliki penduduk yang berusia 0-14 tahun sebanyak 1.200 jiwa dan penduduk yang berusia


(8)

15-64 tahun sebanyak 2.782 jiwa serta penduduk 15-64 keatas sebanyak 277 jiwa. Maka dari pernyataan diatas penduduk Desa Sei Belutu memiliki penduduk yang paling banyak adalah usia 15-64 tahun.

Tabel 3:

No Usia Jumlah

1 0-14 Tahun 1200

2 15-64 Tahun 2782

3 64 Tahun Keatas 277

Jumlah 4259

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2016

C. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa

Dari tabel dibawah ini dapat kita lihat bahwa Desa Sei Belutu memilki beberapa etnis yaitu Batak Toba, Mandailing dan Jawa. Etnis Batak Toba memiliki 4.259 jiwa, etnis Jawa memiliki 20 jiwa, etnis Mandailing memiliki 10 jiwa, etnis Simalungun 1 jiwa dan etnis Banjar 1 jiwa. Jadi dapat diketahui bahwa Desa Sei Belutu mayoritas penduduknya adalah beretnis Batak Toba.

Tabel 4:

No Dusun Batak Mandailing Jawa Simalungun Banjar Jumlah

1 I 565 10 - - - 565

2 II 240 - - - - 240

3 III 265 - - - - 265

4 IV 407 - 12 - - 419

5 V 406 - 4 - - 410


(9)

7 VII 455 - 4 - 1 460

8 VIII 514 - - 1 - 515

9 IX 650 - - - - 650

10 X 249 - - - - 249

11 XI 331 - - - - 331

Jumlah 4226 10 20 1 1 4259

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2016

D. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Berdasarkan tabel dibawah ini dapat kita lihat bahwa masyarakat Desa Sei Belutu memiliki beberapa jenis pekerjaan yaitu POLRI/TNI sebanyak 18 jiwa, Wiraswasta sebanyak 10 jiwa dan Tani yang paling banyak yaitu sebanyak 1. 808. Jadi, dapat diketahui bahwa Desa Sei Belutu mayoritas penduduknya bekerja sebagai Petani.

Tabel 5:

No Dusun PNS/Pensiun

an PNS

WIRASWA STA

PETANI ASN POLRI/TNI

1 Dusun I 5 - 199 - 1

2 Dusun II 4 - 103 1 -

3 Dusun III 12 - 117 1 1

4 Dusun IV 5 1 136 1 -

5 Dusun V 17 3 214 2 1

6 Dusun VI 3 - 68 - 1

7 Dusun VII 10 - 249 1 -


(10)

9 Dusun IX 10 1 312 1 -

10 Dusun X 5 2 86 - -

11 Dusun XI 13 2 156 1 1

Jumlah 100 10 1808 11 5

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2016

E. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Berdasarkan Tabel dibawah ini dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut yaitu sebanyak 4.637 dimana penduduk yang beragama Islam sebanyak 72 jiwa, penduduk yang beragama Protestan sebanyak 3.950 jiwa dan penduduk yang beragama Katolik sebanyak 613 jiwa.

Tabel 6:

No Dusun Protestan Katolik Islam Jumlah

1 Dusun I 501 35 20 551

2 Dusun II 206 20 - 226

3 Dusun III 246 74 4 324

4 Dusun IV 330 35 8 378

5 Dusun V 440 40 5 500

6 Dusun VI 121 15 15 156

7 Dusun VII 565 45 - 625

8 Dusun VIII 416 35 10 466

9 Dusun IX 585 35 - 661

10 Dusun X 120 70 - 194


(11)

Jumlah 3782 415 62 4259 Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2016

3.4. Sarana dan Prasarana Desa Sei Belutu

Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban memiliki berbagai sarana dan prasarana, dimana sarana yang terdapat di desa ini adalah adanya sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana jalan dan transportasi, sarana penerangan dan air bersih. Adapun macam-macam sarana tersebut dapat kita lihat melalui tabel berikut ini:

A. Sarana Ibadah

Berdasarkan tabel dibawah ini dapat diketahui bahwa 98% atau 4.197 jiwa penduduk Desa Sei Belutu adalah beragama Kristen, dan hanya 62 jiwa atau sekitar 2% yang beragama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa begitu dominan pengaruh KeKristenan pada daerah ini sehingga dapat dikatakan ini adalah merupakan kampung Kristen atau kampung orang Batak. Jadi pantaslah apabila Desa ini menjadi desa ideal bagi etnik Batak Toba untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Tabel 7:

No Rumah Ibadah Jumlah

1 Gereja Katolik 2

2 HKBP 2

3 GKPI 1

4 HKI 1

5 GMI 1

6 GPdI 1

7 GPI 1


(12)

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Belutu tahun 2016

B. Sarana Pendidikan

Berdasarkan tabel dibawah ini dapat diketahui bahwa sarana persekolahan di Desa Sei Belutu ini sudah lumayan lengkap dari segi tingkatannya, yaitu adanya TK (Taman Kanak-kanak) 1 unit, SD (Sekolah Dasar) sebanyak 6 unit, SLTP (Sekolah Lanjut Tingkat Pertama) sebanyak 2 unit dan SMA (Sekolah Menegah Atas) sebanyak 1 unit. Berarti penduduk ini harus keluar desanya bila ingin melanjutkan keperguruan tinggi. Tabel 8:

No Nama Persekolahan Jumlah Unit

1 TK PAUD (Program Anak Usia Dini) 1

2 SD NEGERI 5

3 SD SWASTA 1

4 SLTP NEGERI -

5 SLTP SWASTA -

6 SMA -

Jumlah 7

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2016

C. Sarana Jalan dan Transportasi

Kondisi jalan beraspal di Desa Sei Belutu pada akhir tahun 2015 cukup parah, masih terdapat ruas-ruas jalan desa yang belum diaspal sepanjang jalan kurang lebih 4 km. Sedangkan untuk jalan Dusun 50% kurang baik, sehingga Program sasaran yang

9 MESJID 1


(13)

ingin dicapai adalah tercapainya kondisi jalan desa mantap 100% dan jalan dusun 80% mantap.

D. Sarana Kesehatan

Di Desa Sei Belutu ini terdapat 1 (satu) unit Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) dimana PUSKESMAS ini selalu buka setiap Senin-Sabtu. Jadwal kerjanya dimulai dari pukul 08.00 s/d 18.00 WIB tetapi dihari Sabtu PUSKESMAS tutup lebih awal yaitu pukul 16.00 WIB. Di Desa ini juga sudah banyak para Bidan sehingga terkadang penduduk lebih suka pergi berobat kerumah Bidan ketimbang pergi ke PUSKESMAS.

E. Sarana Penerangan dan Air Bersih

Desa Sei Belutu sudah memiliki penerangan yang baik dimana setiap rumah sudah memiliki penerangan listrik. Masyarakat di Desa ini juga rata-rata telah memiliki Hand Phone (HP) sebagai alat komunikasi.

Pembayaran listrik pun sebagian sudah melalui online tidak secara manual lagi walaupun masih ada sebagian yang masih menggunakan secara manual. Di Desa Sei Belutu terdapat 1 buah PAM (Perusahaan Air Minum) dimana masyarakat yang membutuhkan air bersih dapat mengambil air tersdebut. PAM dibangun berada dekat dengan Kantor Kepala Desa. Sebahagian masyarakat menggunakan PAM tersebut untuk mencuci kain, piring dan digunakan juga untuk membersihkan sepeda motor. Lokasi PAM tersebut selalu ramai pada sore harinya karena anak-anak dan para orang dewasa seringkali di sore hari menggunakan air tersebut untuk mencuci sepeda motor mereka sedangkan anak-anak yang berada di desa tersebut menggunakan tempat tersebut untuk bermain-main air dengan teman-teman mereka yang lainnya.


(14)

3.5 Struktur Sosial dan Organisasi Kemasyarakatan

Struktur sosial masyarakat adalah hubungan-hubungan dari bentuk-bentuk kelompok yang timbul sebagai akibat dari hubungan-hubungan individu didalam masyarakat. Hubungan yang dimaksud seringkali disebut dengan sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan adalah hubungan kekeluargaan dari pada individu-individu disebabkan oleh hubungan darah atau perkawinan diantara mereka. Dengan demikian kekerabatan dapat terjadi berdasarkan 2 hal yaitu:

1. Berdasarkan atas hubungan darah 2. Berdasarkan atas hubungan perkawinan A. Sistem Kepemimpinan

Ada 2 tipe kepemimpinan dalam masyarakat yaitu:

1. Kepemimpinan Formal yakni yang mengelola pemerintah desa. Kepemimpinan formal yang tertinggi di desa ini adalah Kepala Desa dan Seketaris Desa. Dimana Kepala Desa yang saat ini adalah Bapak Amran Sinaga dan Bapak Hasudungan Rajagukguk sebagai Seketaris Desa yang dipilih langsung oleh masyarakat desa Sei Belutu. Masa kepemimpinan mereka dimulai pada tahun 2016 dan akan berakhir di tahun 2021 yang akan datang.

2. Kepemimpinan Informal

Ada beberapa orang yang dihormati dan di segani oleh masyarakat Desa Sei Belutu ini yakni para pengetua adat yang ada di Desa ini. Jadi pengetua adat ini menjadi pemimpin desa secara informal biasanya pengetua adat ini diperlukan saat ada acara-acara pesta.


(15)

B. Organisasi Sosial Desa Sei Belutu

Desa Sei Belutu memiliki organisasi sosial yaitu adanya STM (Serikat Tolong Menolong) dan organisasi KTG (Koperasi Tani Gabe). Dalam organisasi KTG ini anggotanya dapat meminjam pupuk dan menyimpan uang untuk modal pertaniannya. KTG ini berguna untuk mensejahterakan masyarakat petani yang ada di Desa Sei Belutu ini.

a.Organisasi Keagamaan

Di desa Sei Belutu ada sebuah organisasi keagamaan dimana organisasi ini berdasarkan agama yang dianutnya. Misalnya agama Kristen protestan ada bentuk pertamingan di setiap sektor atau di setiap lingkungan masing-masing dimana perkumpulan mereka diadakan pada setiap kamis malam. Sedangkan yang beragama Katolik adanya setiap malam minggu yaitu doa Rosario disetiap lingkungan masing-masing. Bagi agama Islam adanya pengajian disetiap lingkungannya masing-masing-masing. b.Organisasi Kepemudaan

Di desa Sei Belutu terdapat 1(satu) organisasi kepemudaan yaitu disebut dengan Naposo Bulung. Naposo Bulung ini diperlukan pada saat ada acara perayaan pesta baik itu pesta perkawinan maupun pesta kematian. Naposo Bulung membantu ibu-ibu dan bapak-bapak yang ikut dalam kegiatan STM itu juga. Dimana mereka diperlukan untuk membagi-bagikan makanan dan minuman bagi peserta undangan pesta tersebut.


(16)

3.6. Pemerintahan Umum A. Kelembagaan

Stuktur organisasi Desa Sei belutu tahun 2015 terdiri dari Kepala Desa , Sekdes , 3 (tiga ) KAUR , 11 (sebelas) Kepala Dusun ,sedangkan Badan Perwakilan Desa (BPD) terdiri dari Ketua, Wakil Ketua,Sekretaris, dan 6 (enam) oranganggota. Adapun kelembagaan yang ada di tingkat Desa Sei Belutu antara lain Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Tim Penggerak PKK Desa (TP PKK Desa), Karang Taruna dan GAPOKTAN Sedangkan di tingkat Dusun terdapat Poktan (Kelompok Tani)dan POSYANDU, Kelompok SPP.

Adapun Bagan Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD), serta (LKMD, TP PKK Desa), dan Kartang Taruna) sebagai berikut :

BAGAN STUKTUR ORGANISASI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

Sumber : RPJMDes Desa Sei Belutu 2016 LURAH DESA

ANGGOTA

KAUR TU

WAKIL KETUA

SEKRETARIS KETUA BPD


(17)

BAGAN STUKTUR ORGANISASI

LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (LKMD)

Sumber : RPJMDes Desa Sei Belutu 2016

KETUA

SEKRETARIS BENDAHARA

SEKSI - SEKSI

a. Seksi Prasarana Fisik;

b.Seksi Ekonomi;

c. Seksi Sosial Budaya;

d.Seksi Kesehatan Lingkungan;

e. Seksi Olah Raga;

f. Seksi Agama;

g. Seksi Pendidikan dan Perpustakaan; dan


(18)

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI

PEMERINTAH DESA

Keterangan :

Garis Komando Garis Koordinasi

Sumber : RPJMDes Desa Sei Belutu 2016 KEPALA DESA

SEKERTARIS DESA

KAUR KESRA /AGAMA

BPD

URUSAN TU BPD

KAUR UMUM

Kepala dusun

KAUR PEMBANGUNAN KAUR

PEMERINTAHAN BAGIAN


(19)

3.7. Visi dan Misi A. Visi

Visi Kepala Desa Sei Belutu untuk enam tahun mendatang (2016-2021) adalah menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggungjawab untuk mewujudkan masyarakat desa Sei Belutu yang demokratis, mandiri, dan sejahtera serta berkesadaran lingkungan.

Visi tersebut mengandung pengertian bahwa pemerintah desa Sei Belutu berkeinginan mewujudkan kehidupan mandiri dan berkesejahteraan dalam kehidupan yang demokratis dengan menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggungjawab .

B. Misi

Misi merupakan pernyataan tentang tujuan operasional pemerintah desa yang diwujudkan dalam kegiatan ataupun pelayanan dan merupakan penjabaran dari visi yang telah ditetapkan.

Pernyataan visi merupakan cerminan tentang segala sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai gambaran kedepan yang diinginkan. Misi Desa Sei Belutu dalam RPJMDesa Tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut :

a. Mewujudkan pelayanan yang profesional melalui peningkatan tata kelola pemerintahan desa yang responsive, akuntabel dan transparan.

b. Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang dinamis dan damai.

c. Meningkatkan potensi dan daya dukung lingkungan untuk menciptakan peluang usaha.

d. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan hijau yang partisipatif.


(20)

e. Meningkatkan dan memperluas jaringan kerjasama Pemrintah dan non Pemerintah.

C. Nilai-nilai

Untuk mencapai misi Desa Sei Belutu, maka nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi adalah partisipatif, transparan, demokratis, efesien dan efektif serta berbudaya.

a. Partisipatif (keterlibatan)

Setiap angggota masyarakat Sei Belutu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam konteks pembangunan dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat. Oleh karenanya, setiap proses pembangunan masyarakat harus dilibatkan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawsan sampai pada pemeliharaan.

b. Transparan (keterbukaan)

Adanya sifat keterbukaan pemerintah desa Sei Belutu dengan batas-batas kewajaran dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat.

c. Efektif dan Efesien

Mengedepankan hasil yang optimal dengan pengorbanan yang relative sedikit ( biaya maupun waktu) sehingga berhasil guna dan berdaya guna. d. Berbudaya

Setiap gerak langkah pembangunan selaras dengan adat-istiadat dan budaya yang berkembang dimasyarakat, dengan demikian pelaksanaan pemerintah desa senantiasa menjunjung tinggi budaya dan budi pekerti luhur.


(21)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis menyajikan data-data yang diperoleh dilapangan sewaktu melaksanakan penelitian. Dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dari lapangan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada informan penelitian, mengenai permasalahan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan skripsi ini. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti telah mempersiapkan diri dengan berbagai hal seperti pertimbangan tentang informan yang akan ditemui. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan serta dokumen-dokumen yang didapat dari lokasi penelitian.

Adapun yang menjadi Informan Kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Sei Belutu, Sekertaris Desa dan Kaur Pembangunan. Kemudian untuk mempertajam dan memperluas informasi, peneliti menambahkan beberapa informan utama yaitu Ketua LPMD, Kepala Dusun V, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Karang Taruna dan masyarakat Desa Sei Belutu. Hasil penelitian disajikan berdasarkan hasil wawancara dilapangan dengan para informan. Data dari hasil wawancara, penulis sajikan dalam bentuk tidak langsung atau dijelaskan kembali oleh penulis agar lebih jelas dan dapat dimengerti.

Berdasarkan metode penelitian yang telah ditentukan sebelumnya diketahui bahwa hasil penelitian (data) tersebut yang diperoleh berupa hasil wawancara mendalam kepada 3 Informan Kunci dan beberapa InformanUtama, serta hasil observasi yang dijabarkan ke dalam bentuk narasi.


(22)

Berikutdata dari Informan Kunci dalam penelitian ini. Tabel 9 :

Nama Jabatan Tingkat

Pendidikan

Umur

Amran Sinaga Kepala Desa SMA 48 tahun

David Rajagukguk Sekertaris Desa S1 49 tahun

Javaner Gurning Kaur Pembangunan S1 53 tahun

Adapun Informan Utama yang terdiri dari beberapa orang. Berikut data dari Informan Utama dalam penelitian ini.

Tabel 10 :

Nama Jabatan Tingkat

Pendidikan

Umur

James Situmorang Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

SMA 67 tahun

Mula Sitorus Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

SMA 64 tahun

Medi Siregar Ketua Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK)

SMA 49 tahun

Puluan Sirait Ketua LPMD SMA 50 tahun

Sahat Sinaga Kepala Dusun V SMA 52 tahun

Eselon Rajagukguk Masyarakat (Petani) SMA 48 tahun Sangkot

Simanungkalit

Masyarakat (Petani) SMA 52 Ah


(23)

4.1Strategi Pembangunan Desa Sei Belutu

4.1.1 Strategi Pembangunan Desa Berdasarkan Analisis Faktor Lingkungan Internal.

Analisis terhadap lingkungan internalbertujuan untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Pemerintah Desa Sei Belutu.

A. Kekuatan

Kekuatan merupakan salah satu faktor internal yang terdapat dalam organisasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa kekuatan yang dimiliki oleh Pemerintah Desa Sei Belutu adalah :

a.Memiliki jumlah penduduk dan angkatan kerja yang relatif banyak. b. Memiliki lahan pertanian yang cukup luas.

c. Terjalinnya hubungan yang sinergis antara pemerintah dan lembaga pemberdayaan masyarakat yang ada.

d. Memiliki sarana perkantoran yang representatif.

e. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang cukup besar.

b. Kelemahan

Kelemahan adalah salah satu faktor internal yang harus segera diatasi oleh Pemerintah Desa. Kelemahan akan menghambat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang diadakan di desa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ada beberapa faktor yang menjadi kelemahan Pemerintah Desa Sei Belutu meliputi hal-hal berikut yaitu :

a. Masih tingginya angka kemiskinan (warga miskin) b. Lemahnya profesionalisme perangkat desa.


(24)

d. Belum optimalnya pengelolaan tanah kas desa sebagai sumber pendapatan. e. Kualitas sarana dan prasarana umum yang umumnya rendah.

f. Daya dukung lingkungan yang semakin turun oleh karena adanya limbah dan sampah yang belum terkelola.

4.1.2 Strategi Pembangunan Desa Berdasarkan Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal merupakan lingkungan di luar organisasi yang tidakdikendalikan oleh organisasi, namun mempengaruhi organisasi.

a. Peluang

Peluang merupakan salah satu faktor eksternal yang dimiliki organisasi. Adapun beberapa peluang di lingkungan eksternal Pemerintah Desa Sei Belutu adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah).

b. Sistem perencanaan nasional dan daerah dengan sistem buttom up. c. Adanya tawaran pihak ketiga (swasta) dalam rangka investasi.

d. Predikat Daerah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai “Tanah Bertuah Negeri Adat”.

b. Ancaman

Ancaman adalah salah satu faktor eksternal yang dapat melemahkan atau menghambat Pemerintah Desa dalam rangka pelaksanaan pembangunan di Desa Sei Belutu. Adapun yang merupakan unsur ancaman adalah:

a. Segregasi yang masih terasa sebagai dampak krisis multidimensial yang berkepanjangan.


(25)

b. Belum optimalnya koordinasi antar wilayah kecamatan.

c. Persaingan kebijakan pengembangan wilayah dengan desa lain maupun antar Dusun. d. Letak geografis Desa Sei Belutu yang berbatasan dengan kota Tebing Tinggi.

e. Globalisasi ekonomi maupun perdagangan.

Faktor-Faktor Internal dan Ekternal Strategi Pembangunan Desa Tabel 14 :

Faktor Kekuatan Internal Faktor Kelemahan Internal a.Memiliki jumlah penduduk dan

angkatan kerja yang relatif banyak. b. Memiliki lahan pertanian yang cukup luas.

c. Terjalinnya hubungan yang sinergis antara pemerintah desa dan lembaga pemberdayaan masyarakat yang ada.

d. Memiliki sarana perkantoran yang representatif.

e. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang cukup besar.

a. Masih tingginya angka kemiskinan (warga miskin).

b. Lemahnya profesionalisme perangkat desa.

c. Terbatasnya kemampuan keuangan desa.

d. Belum optimalnya pengelolaan tanah kas desa sebagai sumber pendapatan. e. Kualitas sarana dan prasarana umum yang umumnya rendah.

f. Daya dukung lingkungan yang semakin turun oleh karena adanya limbah dan sampah yang belum terkelola.


(26)

Faktor Peluang Eksternal Faktor Ancaman Eksternal a. Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah). b. Sistem perencanaan nasional dan

daerah dengan sistem buttom up.

c. Adanya tawaran pihak ketiga (swasta) dalam rangka investasi. d. Predikat Daerah Kabupaten

Serdang Bedagai sebagai “Tanah Bertuah Negeri Adat”.

a. Segregasi yang masih terasa sebagai dampak krisis multidimensial yang berkepanjangan.

b. Belum optimalnya koordinasi antar wilayah kecamatan.

c. Persaingan kebijakan pengembangan wilayah dengan desa lain maupun antar Dusun.

d. Letak geografis Desa Sei Belutu yang berbatasan dengan kota Tebing Tinggi.

e.Globalisasi ekonomi maupun perdagangan.

Sumber : RPJMDES Desa Sei Belutu 2016

4.2. Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Irigasi Berdasarkan Analisis SWOT

Pada dasarnya, strategi yang dijalankan oleh Pemerintah Desa Sei Belutu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sudah tergambar melalui visi Pemerintah Desa Sei Belutu yakni “Menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggungjawab untuk mewujudkan masyarakat desa Sei Belutu yang demokratis, mandiri, dan sejahtera serta berkesadaran lingkungan”.

Berdasarkan visi tersebut Pemerintah Desa sebagai salah satu lembaga yang menjadi pionir untuk menjalankan visi tersebut, pada saat ini telah melaksanakan


(27)

berbagai program atau kegiatan dari hasil perwujudan visi tersebut. Adapun infrastruktur yang telah dilaksanakan di Desa Sei Belutu, diantaranya berupa sarana irigasi, sarana pendidikan, kesehatan, sarana transportasi, dan sarana-sarana lain yang dibutuhkan oleh masyarakat desa.

Pada hakekatnya, pembangunan adalah untuk masyarakat. Maka dari itu, dalam aspek pembangunan fisik, pembangunan prasarana dan sarana semestinya menempatkan masyarakat desasebagai subjek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan menunjukkan bahwa masyarakat desa berperan sebagai pelaku pembangunan. Oleh karena itu, sudah semestinya masyarakat sebagai pelaku pembangunan mengambil posisi untuk berperan aktif dalam proses pembangunan. Peran aktif masyarakat tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk keterlibatan atau pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan, apakah pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan atau pada semua tahap proses pembangunan tersebut.

Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Desa ditempatkan pada posisi yang tepat dan strategis. Pemerintah Desa diharapkan berperan dalam memberi motivasi, stimulus, fasilitas, pembinaan, pengawasan dan hal-hal lainnya yang bersifat bantuan terhadap kelancaran pembangunan yang diselenggarakan di desa.

Berdasarkan uraian tersebut, partisipasi masyarakat merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai pelaku pembangunan ikut terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di desa. Terkait dengan pembangunan sarana irigasi, peran serta masyarakat khususnya petani harus ditingkatkan. Mengingat sarana irigasi merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pertanian.

Di dalam menentukan strategi, penilaian terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal akan memberikan manfaat kepada organisasi. Faktor lingkungan internal berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan dari organisasi, sedangkan faktor


(28)

eksternal berkaitan dengan peluang dan ancaman. Hasil identifikasi terhadap lingkungan internal dan eksternal ini memberikan gambaran kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (treath) atau sering disebut sebagai metode analisis SWOT yang diadopsi dari konsep manajemen strategis.

Menurut Jogiyanto (2005:46) mengatakan bahwa SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki organisasi dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi. Fredy Rangkuti (2006:19).memberikan penjelasan tentang SWOT sebagai berikut.

1.Strengths (Kekuatan) adalah kondisi kekuatan yang dimiliki oleh organisasi, rancangan, maupun konsep bisnis yang dimiliki. Kekuatan yang dianalisis berasal dari tubuh organisasi itu sendiri.

2. Weakness (Kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang ada didalam organisasi dan juga berasal dari tubuh organisasi itu sendiri.

3. Opportunity (Kesempatan) merupakan kondisi peluang yang sedang berkembang diluar tubuh organisasi (faktor eksternal).

4. Threats (Hambatan) adalah kondisi yang mengancam organisasi dari luar organisasi tersebut. Ancaman ini apabila tidak diatasi secara baik dapat mengganggu organisasi.

Maksud dari analisis SWOT ini adalah untuk meneliti dan menentukan dalam hal manakah organisasi, kuat sehingga dapat dioptimalkan, lemah sehingga dapat segera dibenahi, kesempatan-kesempatan di luar untuk dimanfaatkan, dan ancaman-ancaman dari luar untuk diantisipasi.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT pada hakekatnya membantu organisasi atau perusahaan untuk mencari cara atau


(29)

langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada. Dengan demikian, analisis SWOT merupakan suatu pendekatan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan analisis terhadap faktor internal dan eksternal.

Terkait dengan pembangunan irigasi, analisis SWOT mempermudahkan Pemerintah Desa dalam menganalisis dan menemukan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT ini Pemerintah Desa dapat menentukan strategi yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi, yaitu dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki, serta mengatasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi.

4.2.3 Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap pembangunan Irigasi Berdasarkan Analisis Faktor Lingkungan Internal

Analisis terhadap lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Pemerintah Desa Sei Belutu.

a. Kekuatan

Kekuatan merupakan salah satu faktor internal yang terdapat dalam organisasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa kekuatan yang dimiliki oleh Pemerintah Desa Sei Belutu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi sawah padi.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kekuatan yang sudah dimiliki oleh Pemerintah Desa adalah adanya lembaga kemasyarakatan di desa. Keberadaan lembaga kemasyarakatan berperan dalam membantu pemerintah desa dalam menjalankan fungsi administrasi kepemerintahan. Di samping itu, lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi terutama dalam penguatan komunitas dan ketahanan masyarakat desa.


(30)

Adapun kekuatan yang dimiliki oleh Pemerintah Desa Sei Belutu dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi, meliputi adanya Lembaga Kemasyarakatandan adanya musrenbangdes Musrenbang pada tingkat desa disebut dengan musrenbang desa atau disingkat musrenbangdes. Musrenbang desa sebagai wadah bagi Pemerintah Desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan. Melalui musrenbang desa, aspirasi masyarakat dapat tersalurkan terkait permasalahan irigasi yang masih menjadi persoalan..

b. Kelemahan

Kelemahan adalah salah satu faktor internal yang harus segera diatasi oleh Pemerintah Desa. Kelemahan akan menghambat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang diadakan di desa. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, Kepala Desa Sei Belutu memperjelas bahwa adanya hambatan dalam pelaksanaan pembangunan irigasi terutama dalam urusan pendanaan. Kendala dana sering kali menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembangunan, karena tanpa adanya dana pembangunan irigasi tidak dapat dilaksanakan.

Adapun beberapa faktor yang menjadi kelemahan Pemerintah Desa Sei Belutu meliputi hal-hal berikut yaitu :

1. Terbatasnya keuangan pembangunan irigasi tersier

Terbatasnya keuangan di desa sering kali menjadi hambatan terhadap pelaksanaan pembangunan. Dana yang diperoleh dari bantuan Pemerintah Pusat melalui Dana Desa tidak cukup memenuhi keseluruhan kegiatan pembangunan yang diadakan di desa karena harus dibagi dengan program lain yang berjalan di desa.. Hal ini menyebabkan pembangunan di desa terkesan lamban dan cenderung terbelakang.


(31)

2. Fungsi musrenbangdes belum memperhatikan prioritas perencanaan pembangunan irigasi tersier

Dalam pelaksanaan kegiatan musrenbangdes seluruh lapisan masyarakat harus diikutsertakan terutama dalam menyuarakan pendapat. Jangan sampai kehadiran masyarakat dalam kegiatan musrenbangdes hanya dijadikan sebagai ajang untuk diminta bersuara “setuju atau tidak setuju” terhadap perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan di desa.

4.2.4 Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap pembangunan Irigasi Berdasarkan Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal merupakan lingkungan di luar organisasi yang tidak dikendalikan oleh organisasi, namun mempengaruhi organisasi.

a. Peluang

Peluang merupakan salah satu faktor eksternal yang dimiliki organisasi. Adapun beberapa peluang di lingkungan eksternal Pemerintah Desa Sei Belutu sehubungan dengan pembangunan sarana irigasi bagi pertanian, meliputi:

1. Adanya dukungan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat terhadap pembangunan irigasi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa pada pelaksanaan pembangunan yang sudah dilakukan selama ini (pembangunan irigasi sekunder atau teknis) merupakan dukungan dariPemerintah Pusat yang memberikan dana pembangunan irigasi dan dibiayai oleh APBN. Hal ini menunjukkan bahwa Pusat mendukung penuh setiap program pembangunan yang diadakan di desa. Dukungan dari pemeritah Daerah adalah pembangunan lanjutan irigasi tersier atau yang disebut tali air dengan memberikan bantuan dana terhadap desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(32)

2. Adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa selama ini pelaksanaan pembangunan irigasi dikerjakan oleh pemborongsaja.Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Desa belum mampu memaksimalkan peran masyarakat. Padahal keterlibatan masyarakat sangat menentukan keberhasilan pembangunan di desa. Dengan demikian, pelaksanaan pembangunan irigasi membuka peluang bagi Pemerintah Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi.

4. Adanya Dana Desa

Dana Desa merupakan bantuan dari pusat yang dimaksudkan untuk membantu pembangunan yang ada di desa. Pada intinya, dana desa digunakan untuk membangun infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat. Melihat musim kemarau seperti ini, ada baiknya Pemerintah Daerah menggunakan anggaran tersebut untuk pengadaan pengairan di lahan pertanian perdesaan.

b. Ancaman

Ancaman adalah salah satu faktor eksternal yang dapat melemahkan atau menghambat Pemerintah Desa dalam rangka pelaksanaan pembangunan irigasi di Desa Sei Belutu. Adapun ancaman ditemukan apabila pelaksanaan pembangunan irigasi tersier tidak terealisasikan disebabkan hal berikut:

1.Rendahnya peran pemerintah desa terhadap pembangunan irigasi tersier

Pada hakekatnya, keberhasilan pembangunan tergantung pada keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Apabila Pemerintah Desa tidak mampu melibatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi, maka akan berdampak pada rendahnya peran Pemerintah Daerah dalam mengupayakan terealisasinya pembangunan irigasi di Desa Sei Belutu. Oleh karena itu, Pemerintah Desa harus mampu membangun strategi yang tepat agar masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan irigasi di desa.


(33)

2. Paradigma masyarakat yang salah

Kemudahan masyarakat mengakses informasi yang ada termasuk informasi kebijakan pembangunan membuat transparansi dalam pembangunan tersebut.Namun terkadang hal tersebut menimbulkan rasa apatisme pada masyarakat. Masyarakat melalui LSM menganggap bahwa adanya anggaran dari pemerintah dalam pembangunan menyebabkanmasyarakat tidak perlu repot-repot untuk bekerja ataupun ikut serta dalam pembangunan.Paradigma yang terbangun adalah dibayar misalnya, diadakan rapat oleh pemeritah desa dalam hal ini musyawarah desa atau kegiatan-kegiatan gotong-royong maka seharusnya masyarakat diberikan imbalan. Ini menunjukan masyarakat tidak memiliki rasa partisipasi yang tinggi.


(34)

Tabel 15

Faktor-Faktor Internal dan Ekternal

Faktor Kekuatan Internal Faktor Kelemahan Internal 1. Adanya Lembaga

Kemasyarakatan di desa Sei Belutu

1. Terbatasnya keuangan desa untuk pembangunan irigasi tersier

2. Adanya Musrenbang Desa 3. Fungsi musrenbangdes belum memperhatikan prioritas

perencanaan pembangunan irigasi tersier

Faktor Peluang Eksternal Faktor Ancaman Eksternal 1. Adanya dukungan Pemerintah

Daerah dan Pemerintah Pusat terhadap pembangunan irigasi

1. Rendahnya peran pemerintah desa terhadap pembangunan irigasi tersier

2. Adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi

2. Paradigma masyarakat yang salah

3. Adanya Dana Desa Sumber : Olahan Peneliti


(35)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Strategi SWOT

Keberhasilan pembangunan selalu dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan pembangunan ekonomi akan kurang bermakna apabila tidak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu sebagai negara yang masih giat membangun, pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terus berupaya untuk meningkatkan pembangunan di Indonesia.Dalam hal ini, pembangunan fisik prasarana dan sarana sudah menjadi agenda utama pemerintah sejak dulu.

Sesuai dengan objek penelitian yang dilakukan berkenaan dengan strategi pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai, peneliti mengkajinya dengan menggunakan strategi SWOT yang merupakan pengembangan dari sebuah analisis SWOT.

StrategiSWOT akan membantu pemerintah desa dalam mengembangkan empat tipe strategi yaitu meliputi strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT. Menurut Rangkuti (2006), mengatakan bahwa matrik SWOT dapat menjelaskan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

5.2Strategi pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan fisik berupa sarana irigasi ditinjau dari aspek kombinasi kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) atau strategi SO.

Strategi SO merupakan strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Melalui


(36)

kombinasi antara kekuatan yang dimiliki oleh pemerintah desa dengan memanfaatkan peluang yang ada akan menghasilkan suatu strategi bagi pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi modern.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Desember 2014 luas lahan panen padi di Kabupaten Serdang Bedagai mencapai 70.000-75.000 hektar pertahun, dengan hasil panen padi rata-rata 5,2 ton perhektar.

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai hingga kini terus berupaya memberikan bantuan berupa pembangunan fisik sistem irigasi pada setiap lahan pertanian di wilayahnya.Hingga saat ini pembagunan irigasi primer atau teknis telah berlangsung dan hampir selesai.Namun pembangunan irigasi tersier atau yang disebut dengan tali air yang mengairi persawahan masyarakat belum ada.Sehingga pada musim kemarau panjang lahan-lahan pertanian tidak mendapatkan suplai air yang cukup yang menyebabkan produksi lahan pertanian tidak maksimal.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa Sei BelutuKecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Bapak AmranSinaga, menyatakan bahwa:

“Hingga saat ini kami terus berupaya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang sektor pertanian yang ada di masyarakat, seperti peningkatan sistem irigasi,pembangunan irigasi tersier dengan menggerakkan partisipasi masyarakat termasuk juga mendorong petani-petani untuk lebih meningkatkan produktivitas padi dimasa mendatang”


(37)

Adapun tanggapan yang diberikan oleh Sekertaris Desa Sei Beluu bapak David Rajagukguk, yang menyatakan bahwa :

“Hasil pembangunan fisik yang sudah dilaksanakan terutama di sektor pertanian adalah pembangunan irigasi primer atau disebut irigasi teknis dan irigasi sekunder oleh pemerintah pusat,namun untuk pembangunan tersier masih belum maksimal. Pembangunan irigasi tersier inilah yang akan mengaliri langsung ke sawah dan ladang petani di Desa Sei Belutu”

(hasil wawancara, tanggal 08 November 2016) .

Menindaklanjuti hasil wawancara tersebut, peneliti menganalisis bahwa pembangunan irigasi menjadi salah satu kebutuhan mendesak bagi petani untuk dapat melancarkan aktivitas pertanian. Apalagi sektor pertanian di Desa Sei Belutu masih menjadi sumber pendapatan utama masyarakat yang meliputi persawahan dan lain sebagainya. Dengan kondisi ini, tentu saja kebutuhan air menjadi hal utama yang didambakan masyarakat, sehingga segala aktivitas pertanian dapat berjalan dengan lancar.

Di dalam pelaksanaan pembangunan irigasi, peran serta masyarakat sangat diperlukan.Oleh karena itu, pemerintah khususnya Pemerintah Desa dituntut untuk mampu mendorong masyarakat khususnya petani agar terlibat dalam pembangunan sarana irigasi khususnya pembangunan irigasi tersier.Berdasarkan wawancara dengan Sekertaris Desa Sei Belutu bapak David Rajaguguk, Beliau menerangkan bahwa partisipasi masyarakat di Desa Sei Belutu sudah cukup baik, namun masih harus dirangsang oleh pemerintah desa agar lebih maksimal.

Adapun tanggapan yang diberikan oleh Ketua LPMDBapak Puluan Sirait, yang menyatakan bahwa :


(38)

“Selama ini pembangunan sarana irigasi selalu dikerjakan oleh pemborongdari pihak desa sehingga belum melibatkan masyarakat khususnya petani secara maksimal untuk terlibat secara langsung dalam pelaksanaan pembangunan sarana irigasi di Desa Sei Belutu”

(hasil wawancara, tanggal 15 November 2016) Lebih lanjut, Beliau menerangkan bahwa:

“Kami hanya melakukan sesuai dengan perintah yang diberikan oleh Kepala Desa. Jika tidak ada perintah langsung untuk mengajak masyarakat ikut dalam pembangunan irigasi, maka hanya pemborong yang mengerjakan pembuatan jaringan irigasi tersebut”

(hasil wawancara, tanggal 15 November 2016)

Terkait dengan peran masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan irigasi khususnya pembangunan irigasi tersier maka, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat khususnya petani di Desa Sei Belutu, diperoleh informasi bahwa : “Selama ini belum pernah terlibat langsung dalam pembangunan irigasi, karena dari pihak desa juga tidak ada mengajak untuk ikut terlibat dalam pembangunan irigasi” (hasil wawancara Bapak Eselon Rajagukguk, tanggal 18November 2016)

“Belumpernah, karena selama ini belum ada pemberitahuan kepada kami untuk ikut terlibat dan pembangunan sarana irigasi ini juga merupakan program pembangunan dari pemerintah mungkin kami tidak perlu dilibatkan”


(39)

Berdasarkan tanggapan diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembangunan irigasi masih belum intensif sehingga masih kuat pandangan dalam masyarakat bahwa pembangunan irigasi adalah semata-mata tugas pemerintah.Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Desa belum mampu memaksimalkan peran lembaga kemasyarakatan, seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan irigasi.Hal ini sangat disayangkan, mengingat bahwa pentingnya partisipasi masyarakat dalam menentukan keberhasilan pembangunan.Seharusnya, keberadaan lembaga kemasyarakatan yang sudah dibentuk dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Desa dalam melibatkan peran serta masyarakat khususnya petani dalam pembangunan irigasi khususnya irigasi tersier.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran pertama, maka dapat diidentifikasi kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi.Adapun kekuatan yang dimiliki, meliputi adanya lembaga kemasyarakatandan adanya musrenbangdes. Sedangkan yang menjadi peluang adalah adanya dukungan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat terhadap pembangunan irigasi, adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi, dan adanyaDana Desa dari pemerintah pusat.

Adapun beberapa pertanyaan yang muncul terkait dengan strategi pemerintah desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi ditinjau dari aspek strategi SO, antara lain :

S1 – O1 = bagaimana memanfaatkan lembaga kemasyarakatan untuk menarik

dukungan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat dalam pembangunan irigasi.


(40)

S2– O2= bagaimana memanfaatkan kegiatan musrenbangdes untuk menentukan

penggunaan Dana Desa.

Selanjutnya, untuk memanfaatkan kekuatan atau peluang tersebut, Pemerintah Desa harus melakukan beberapa langkah sebagai alternatif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi, adapun strategi yang ditawarkan adalah sebagai berikut:

a. Melaksanaan kegiatanpemberdayaan masyarakat.

Hasil analisis menyatakan bahwa peran masyarakat dalam pembangunan irigasi masih rendah.Keberadaan lembaga kemasyarakatan sebagai kekuatan yang dimiliki oleh Pemerintah Desa belum dimanfaatkan dengan maksimal, maka perlunya pemberdayaan yang diberikan kepada lembaga kemasyarakatan untuk mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi. Melalui pemberdayaan diharapkan lembaga kemasyarakatan, seperti LPMD, RT/RW, PKK, Karang Taruna, Lembaga Adat, dan lembaga kesmasyarakatan lainnya dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta kemampuannya untukmelibatkan masyarakat dalam pembangunan irigasi. Upaya pemberdayaan masyarakat akan berjalan optimal apabila didukung oleh para pemangku kepentingan, baik Pemerintah Daerah maupun kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai.

Pada hakekatnya, pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan. Sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk membantu masyarakat untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan. Sementara itu, Sutrisno (2009:185) menjelaskan, dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari


(41)

pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan. Perbedaannya dengan pembangunan partisipatif adalah keterlibatan kelompok masyarakat sebatas pada pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan program, sedangkan dana tetap dikuasai oleh pemerintah. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah sebagai upaya berencana yang dirancang untuk merubah atau melakukan pembaharuan pada suatu komunitas atau masyarakat dari kondisi ketidakberdayaan menjadi berdaya dengan menitikberatkan pada pembinaan potensi dan kemandirian masyarakat.

Di dalam konsep pembangunan, untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses. Berdasarkan pendapat Usman (2012:40) ada beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih kemudian diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi.

Pertama, Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia memiliki potensi atau daya yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak berdaya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Perkuatan ini meliputi langkah-langakah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta membuka akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang nantinya dapat membuat masyarakat semakin berdaya. Ketiga, melindungi yang lemah agar tidak semakin melemah.

b. Meningkatkan kegiatan musrenbang untuk membahas penggunaan Dana Desa. Musrenbang desa dilaksanakan untuk merumuskan kegiatan pembangunan desa. Adapun tujuan musrenbangdes adalah menampung dan menetapkan kegiatan


(42)

prioritas sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa yang diperoleh dari hasil kegiatan musyawarah perancanaan pembangunan yang sesuai dengan tingkatan dibawahnya, serta menetapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dengan dibiayai melalui APBN maupun sumber pendanaan lainnya.

Dana Desa merupakan dana desa yang berasal dari APBN yang jumlahnya cukup besar untuk membiayai kegiatan pembangunan yang sudah direncanakan sebelumnya. Maka untuk itu, penggunaan dana desa harus dimanfaatkan dengan baik terutama untuk meningkatkan pembangunan di desa.

Melalui kegiatan musrenbangdes, Pemerintah Desa bersama masyarakat dapat menentukan prioritas perencanaan pembangunan yang dibutuhkan masyarakat. Hingga saat ini pembangunan irigasi masih menjadi prioritas perencanaan pembangunan di setiap desa, maka pemerintah desa dalam memanfaatkan kegiatan musrenbangdes sebagai forum pengembangan partisipasi masyarakat dalam setiap proses dan pelaksanaan pembangunan.

5.3Strategi pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan fisik berupa sarana irigasi ditinjau dari aspek kombinasi kelemahan (weakness) dan peluang (opportunity) atau strategi WO.

Strategi WO merupakan strategi yang diterapkan berdasarkan peluang yang ada dengan cara memperbaiki kelemahan yang ada. Dengan demikian, ada kesempatan yang bisa diraih oleh pemerintah desa apabila berhasil memperbaiki kelemahan yang dimiliki.

Kegiatan musrenbang tingkat desa merupakan forum diskusi bersama masyarakat serta para pemangku kepentingan dalam menentukan prioritas pembangunan untuk dilakukan oleh pemerintah desa bersama dengan masyarakatnya. Dengan demikian


(43)

musrenbang desa merupakan cara dalam menyusun perencanaan pembangunan desa yang partisipastif melalui pendekatan perencanaan bottom up dengan mekanisme diskusi dan dialog dalam upaya merumuskan berbagai isu, sasaran, arah kebijakan dan strategi untuk pencapaian pembangunan di desa.

Berbicara mengenai musrenbang pada tingkat desa, Badan Permusyawaratan Desa yang disingkat BPD memiliki urgensi yang tidak jauh berbeda dengan DPR. Ini berarti BPD menjadi forum masyarakat desa untuk untuk berpartisipasi dalam pembangunan lokal. Dengan demikian masyarakat desa sendiri yang menjadi subjek dalam proses pembangunan desanya. Dalam hal ini, melalui kegiatan musrenbang desa BPD berfungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat sebagai jembatan penghubung antara kepala desa dengan masyarakat desa. Berdasarkan wawancara dengan Ketua BPD Bapak James Situmorang, diperoleh informasi bahwa:

“Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan musrenbangdes yang diadakan sudah cukup baik, masyarakat pun aktif dalam menyampaikan pendapatnya terkait dengan permasalahan yang ada di desa meskipun sebenarnya belum ada inisiatif dari masyarakat itu sendiri untuk hadir dalam kegiatan musrenbangdes”.

(Hasil wawancara, tanggal 18 November 2016)

Menindaklanjuti hasil wawancara tersebut, peneliti menganalisis bahwa keberadaan BPD dalam pemerintahan desa dapat memberikan kontribusi bagi desa, BPD dituntut untuk mampu melaksanakan fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam kegiatan musyawarah terutama untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di desa. Oleh karena itu, peran masyarakat dalam kegiatan musrenbang perlu ditingkatkan terutama dalam menentukan prioritas perencanaan pembangunan irigasi.


(44)

Pelaksanaan pembangunan irigasi, tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit. Seringkali persoalan dana menjadi penghalang terhadap kegiatan atau program pembangunan yang akan dilaksanakan.Pemerintah Desa harus terus berupaya agar pelaksanaan pembangunan irigasai di Desa Sei Belutu dapat terlaksanakan, mengingat pentingnya sarana irigasi bagi sektor pertanian. Meskipun program PNPM sudah dihapuskan, namun hal ini seharusnya tidak menjadi penghalang bagi Pemerintah Desa dalam mengupayakan terealisasinya pembangunan irigasi di Desa Sei Belutu. Adanya bantuan Dana Desa yang bersumber dari APBN dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Desa untuk membiayai pembangunan irigasi.

Terlepas dari itu, partisipasi masyarakat merupakan unsur utama yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Desa. Pemerintah Desa sungguh-sungguh dituntut untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Untuk itu, Pemerintah Desa Sei Belutu harus menemukan cara yang tepat agar partisipasi masyarakat dapat sesuai dengan yang diharapkan. Adapun tanggapan yang diberikan oleh Kepala Desa Sei Belutu Bapak Amran Sinaga, yang menyatakan bahwa :

“Selama ini upaya yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah dengan meminta bantuan kepada Lembaga Kemasyarakatan dan Kepala Dusun untuk mengarahkan masyarakatnya terlibat aktif dalam pembangunan yang akan dilaksanakan”

(hasil wawancara, tanggal 18November 2016)

Pernyataan senada disampaikan oleh Kepala Dusun V Bapak Sahat Sinaga, yang menyatakan bahwa :

“Kalau ada pembangunan yang akan dilaksanakan, kemudian memerlukan partisipasi masyarakat, kami menyampaikan kepada masyarakat melalui RT/RW bahwa akan dilaksanakan pembangunan di desa yang memerlukan peran masyarakat. Selanjutnya,


(45)

RT/RW setempat yang mengarahkan masyarakatnya untuk terlibat dalam pembangunan yang diadakan di desa”

(hasil wawancara, tanggal 18November 2016)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa upaya Pemerintah Desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sudah ada. Salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat adalah dengan memaksimalkan peran masing-masing RT/RW untuk mengajak masyarakat agar ikut terlibat dalam pelaksanaan pembangunan yang akan dilaksanakan. Di samping itu, dukungan Pemerintah Daerah sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan desa.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran kedua, maka dapat diidentifikasi kelemahan dan peluang yang dihadapi oleh Pemerintah Desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi. Adapun kelemahan yang dimiliki, meliputi terbatasnya keuangan desa untuk pembangunan irigasi tersier dan fungsi musrenbangdes belum memperhatikan prioritas perencanaan pembangunan untuk merealisasikan pembangunan irigasi tersier. Sedangkan yang menjadi peluang adalah adanya dukungan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat terhadap pembangunan irigasi, adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi, dan adanya Dana Desa.

Terkait dengan strategi pemerintah desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi ditinjau dari aspek strategi WO, adapun pertanyaan yang muncul sebagai berikut.

W2 – O2 = bagaimana memanfaatkan musrenbang untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam menentukan prioritas perencanaan pembangunan irigasi.


(46)

W1 – O3 = bagaimana memanfaatkan Dana Desa untuk mengatasi masalah

keuangan desa dalam pembangunan irigasi.

Selanjutnya, untuk meraih peluang tersebut, Pemerintah Desa harus melakukan beberapa langkah sebagai alternatif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi, adapun strategi yang ditawarkan peneliti adalah sebagai berikut. a. Meningkatkan peran masyarakat dalam menentukan prioritas perencanaan pembangunan irigasi melalui forum musrenbangdes.

Hasil analisis menyatakan bahwa pihak desa selalu mengadakan kegiatan musrenbangdes dalam menentukan prioritas perencanaan pembangunan. Dengan demikian, forum musrenbangdes menjadi kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Desa meningkatkan peran masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Melalui forum musrenbangdes,diharapkan peran masyarakat dalam perencanaan pembangunan dapat meningkat. Dalam kegiatan musrenbang desa tersebut, Pemerintah Desa harus mampu memfungsikan peran masyarakat dalam menentukan prioritas perencanaan pembangunan di desa terutama perencanaan pembangunan irigasi.

Terkait dengan hal tersebut diatas, forum musrenbangdes harus menciptakan suasana yang berbeda dari sebelumnya. Apabila selama ini musrenbang terkesan, formal, menoton, membosankan, maka diharapkan kegiatan musrenbang berikutnya harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya pembaharuan dalam kegiatan musrenbang yang di adakan di Desa Sei Belutu sehingga masyarakat akan terdorong untuk terlibat dalam perencanaan pembangunan.

a. Menggunakan Dana Desa untuk program pembangunan irigasi tersier.

Mengingat sarana irigasi di Desa Sei Belutu masih belum maksimal, maka dana desa yang berasal dari APBN dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki dan membangun


(47)

sarana irigasi baru bagi lahan pertanian. Karena irigasi menjadi elemen utama yang menentukan keberhasilan pertanian.

Di samping itu, memasuki musim paceklik atau kemarau panjang beberapa lahan pertanian di Desa Sei Belutu mengalami krisis air yang menyebabkan pertumbuhan tanaman padi terganggu. Oleh kerana itu, perlunya pembuatan jaringan irigasi tersier untuk meyalurkan air ke petak-petak sawah petani. Dana desa yang diperoleh tersebut, dapat digunakan oleh Pemerintah Desa untuk pengadaan irigasi tersier atau tali air di desa Sei Belutu.

5.4Strategi pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan fisik berupa sarana irigasi ditinjau dari aspek kombinasi kekuatan (strength) dan ancaman (threath) atau strategi ST.

Strategi ST merupakan strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. Melalui identifikasi kombinasi antara kekuatan dengan ancaman, pemerintah desa dapat mengantisipasi ancaman dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki.

Terkait dengan keikutsertaan masyarakat dalam proses pembangunan irigasi, Kepala Desa Sei Belutu menerangkan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam proses pembangunan irigasi sudah cukup baik. Namun masih harus ditingkatkan karena masih ada masyarakat yang enggan terlibat dalam proses pembangunan. Dalam kegiatan musrenbang yang diadakan di desa, untuk melibatkan masyarakat hadir dalam kegiatan musrenbang tentunya bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan oleh pemerintah Desa.

Berdasarkan wawancara dengan Ketua BPD Bapak James Situmorang, diperoleh informasi bahwa :


(48)

“Peran masyarakat dalam kegiatan musrenbangdes yang selama ini diadakan di desa sebenarnya sudah cukup baik, walaupun belum maksimal. Tetapi kehadiran masyarakat yang ada tersebut sudah dapat mewakili masyarakat desa dalam menentukan prioritas perencanaan pembangunan di desa”

(hasil wawancara, tanggal 18 November 2016)

Pernyataan senada disampaikan oleh Ketua LPM Bapak Puluan Sirait, yang menyatakan bahwa :

“Sebenarnya tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan musrenbang yang diadakan di Desa Sei Belutu sudah cukup baik, masyarakat juga kalau misalnya diajak untuk ikut serta secara langsung mau terlibat”

(hasil wawancara, tanggal 18 November 2016)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya masyarakat desa mau berpartisipasi untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan desa. Namun karena sebagian besar masyarakat desa tidak memiliki kemampuan dan keahlian, maka diperlukan adanya peran dari Pemerintah Desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Kegiatan musrenbangdes merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan terutama meningkatkan peran serta masyarakat dalam memberikan usulan atau masukkan bagi Pemerintah Desa. Dalam kaitannya dengan pembangunan irigasi, seharusnya masyarakat dapat memanfaatkan kegiatan musrenbangdes untuk memberikan usulan kepada Pemerintah Desa tentang perencanaan pembangunan di desa. Adapun tanggapan yang diberikan oleh Ketua BPD Bapak James Situmorang, menyatakan bahwa :


(49)

“Selama ini kegiatan dan program pembangunan yang sudah dilaksanakan di desa hampir keseluruhannya berasal dari aspirasi masyarakat desa yang disalurkan dalam kegiatan musyawarah, yang kemudian dibahas langsung dalam kegiatan musrenbangdes tersebut. Apabila usulan atau masukkan dari masyarakat dirasakan penting maka dapat dijadikan prioritas perencanaan pembangunan desa”

(hasil wawancara, tanggal 18November 2016)

Menindaklanjuti hasil wawancara tersebut, peneliti menganalisis bahwa upaya Pemerintah Desa Sei Belutu dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan sudah ada. Kegiatan musrenbangdes yang diadakan oleh Pemerintah Desa merupakan salah satu cara yang ditempuh agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Namun demikian, semua itu harus didukung dengan adanya peran masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah Desa memegang peranan penting dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Karenanya, peran masyarakat merupakan kunci utama yang menentukan keberhasilan kegiatan pembangunan.

Di dalam pelaksanaan pembangunan desa, peran serta masyarakat sangat penting untuk mendukung keberhasilan pembangunan. Maka dari itu, peran masyarakat harus diwujudkan secara nyata. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa Bapak Amran Sinaga, diperoleh informasi bahwa :

“Selama ini wujud keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan yang sudah diberikan adalah berupa sumbangan ide baik masukan maupun kritik dan saran terhadap program pembangunan yang akan dilaksanan. ”


(50)

Pernyataan senada disampaikan oleh Sekretaris Desa Bapak David Rajagukguk, yang menyatakan bahwa :

“Keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi hasil pembangunan itu sebenarnya sudah merupakan bentuk partisipasi yang diberikan oleh masyarakat. Namun untuk tenaga denagn bergotong-royong saya kira masyarakat juga tidak akan keberatan.”

(hasil wawancara, tanggal 18 November 2016)

Menindaklanjuti hasil wawancara diatas, peneliti menganalisis bahwa bentuk partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan tidak saja berupaketerlibatan masyarakat dalam proses pembangunan, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi hasil pembangunan. Dalam hal ini, bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan juga dapat dilakukan dengan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan seperti gotong-royong dalam pembangunan irigasi tersier.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran ketiga, maka dapat diidentifikasi kekuatan dan ancaman yang dihadapi oleh Pemerintah Desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi. Adapun kekuatan yang dimiliki, meliputi adanya lembaga kemasyarakatandan adanya musrenbangdes. Sedangkan yang menjadi ancaman adalah rendahnya peran pemerintah desa terhadap pembangunan irigasi tersier, dan paradigma masyarakat yang salah.

Terkait dengan strategi pemerintah desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi ditinjau dari aspek strategi ST, adapun pertanyaan yang muncul sebagai berikut.


(51)

S3 – T1 = bagaimana memanfaatkan musrenbang untuk meningkatkan peran

pemerintah terhadap pembangunan irigasi.

S2 – T2 = bagimana meningkatkanperan masyarakat terhadap pembangunan

irigasi tersier untuk mengatasi paradigma masyarakat yang salah

Selanjutnya, untuk mengatasi ancaman tersebut, Pemerintah Desa harus melakukan beberapa langkah sebagai alternatif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi, adapun strategi yang ditawarkan peneliti adalah sebagai berikut.

a. Membentuk P3A di Desa Sei Belutu

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, bahwa kelembagaan pengelolaan irigasi meliputi Instansi pemerintah yang membidangi irigasi, Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), dan Komisi Irigasi. Apabila di tingkat provinsi atau kabupaten/kota terbentuk lembaga Komisi Irigasi, maka di tingkat desa perlu dibentuk kelembagaan P3A.

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah kelembagaan petani untuk irigasi yang keberadaannya secara formal bertanggung jawab dalam pengelolaan irigasi. Di samping itu, P3A diberi peran untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Keberadaan P3A membantu pemerintah desa dalam pengelolaan dan pemeliharaan sarana irigasi yang dilakukan secara individu petani pemakai air dan atau secara kelompok atau gotong royong. Masyarakat dan P3A secara aktif menjaga keberadaan bangunan irigasi dan kelengkapannya dari upaya pengerusakkan atau pencurian karena akan mengganggu pengoperasian dan pembagian debit air tidak dapat terpantau dan terukur dengan baik.


(52)

Di samping itu, petani melalui koordinasi P3A dapat merubah, membangun dan melengkapi jaringan irigasi (termasuk bangunan pendukungnya) untuk penyempurnaan dan kelancaran pembagian air irigasi dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada petugas pengelola jaringan irigasi (Komisi Irigasi). Oleh karena itu, setiap desa yang memiliki areal irigasi dianjurkan untuk membentuk organisasi tersebut, yaitu dibentuk oleh petani itu sendiri. Dengan kata lain, P3A dibentuk oleh dan untuk Petani Pemakai Air khusunya di bidang irigasi pertanian.

5.5.Strategi pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan fisik berupa sarana irigasi ditinjau dari aspek kombinasi kelemahan (weakness) dan ancaman (threath) atau strategi WT.

Strategi WT merupakan strategi yang berdasarkan pada kegiatan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Kombinasi antara kelemahan dengan ancaman mungkin saja terjadi terutama apabila pemerintah desa menghadapi faktor-faktor kelemahan dan ancaman yang tidak dapat ditangani dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang ada.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa Sei Belutu Bapak Amran Sinaga, diperoleh informasi bahwa :

“Kondisi sarana irigasi di Desa Sei Belutusudah cukup baik dengan dibangunnya irigasi teknis oleh Pemerintah Daerah yang bekerjasama dengan Pemerintah Pusat.Irigasi ini mengaliri enam desa di Kabupaten Serdang Bedagai. Namun irigasi teknis saja tidak cukup. Pemerintah Desa harus membangun irigasi tersier yang akan mengairi persawahan masyarakat. Ini merupakan tanggung jawab masing-masing Desa.”


(53)

Pernyataan senada diberikan oleh Sekretaris Desa Bapak David Rajagukguk, yang menyatakan bahwa :

“Kondisi sarana irigasi di Desa Sei Belutu ini sudah cukup baik karena telah dibanguan irigasi teknis tapi masih ada sarana irigasi yang harus dibangun yaitu irigasi tersier,ini penting karena sangat dibutuhkan petani untuk produktivitas sawah mereka.”

(hasil wawancara Sekretaris Desa, tanggal 18 November 2016)

Menindaklanjuti hasil wawancara tersebut, peneliti menganalisis bahwa sarana irigasi di Desa Sei Belutu sudah cukup baik karena telah dibangun irigasi teknis. Namun harus ada pembangunan lanjutan untuk mengalirkan air ke persawahan petani karena irigasi teknis tidak berhubungan langsung ke areal persawahan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan irigasi tersier ini dianggap penting dan masih menjadi prioritas perencanaan pembangunan di Desa Sei Belutu.

Meskipun kualitas sarana irigasi yang ada saat ini kurang memadai, namun manfaatnya sangat dirasakan oleh seluruh masyarakat khususnya petani sawah di Desa Sei Belutu. Di samping itu, pada musim kemarau panjang seluruh aktivitas masyarakat bergantung pada tersedianya air irigasi yang cukup. Adapun tanggapan yang diberikan oleh petani Bapak Eselon Rajagukguk, yang menyatakan bahwa :

“Sarana irigasi ini adalah kebutuhan utama kami sebagai petani. Kalau tidak ada irigasi tersier, maka akan sulit mengalirkan air ke lahan sawah. Apalagi pada saat musim kemarau seperti ini dan hujan tidak ada membuat tanah sawah sudah mulai banyak yang retak-retak akibat tidak terpenuhinya air yang cukup. Kalau dibiarkan seperti ini terus tanaman padi bisa mati”


(54)

Di dalam hal ini, sebagai desa dengan mayoritas masyarakat berprofesi petani, adanya irigasi yang memadai membantu memudahkan para petani dalam mengolah lahan sawah mereka. Pernyataan senada juga diberikan oleh petani Bapak Sangkot Simanungkalit, yang menyatakan bahwa :

“Kalau tidak ada irigasi kami kesulitan untuk menggarap sawah apalagi untuk sekarang ini mengontrol air saja sudah sulit karena sedang musim kemarau sehingga lahan sawah mengalami kekurangan air. Kami berharap pembangunan irigasi tersier ini dapat segera selesai.”

(hasil wawancara, tanggal 22 November 2016)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembangunan irigasi tersier bisa mengamankan pasokan air ke lahan sawah petani. Untuk itu, agar pemberian air dari hulu sampai hilir terpenuhi, memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang berkualitas baik. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, maka dalam upaya pengembangan dan pengelolaan irigasi harus diselenggarakan berdasarkan azas berkeadilan yaitu terpenuhinya air irigasi dari bagian hulu sampai dengan hilir sehingga pembagian air irigasi terpenuhi secara merata.

Di dalam pelaksanaan pembangunan, inisiatif dan partisipasi masyarakat sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan desa. Dikarenakan Pemerintah Desa tidak dapat berjalan sendiri tanpa dukungan dari seluruh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, Kepala Desa Sei Belutu menerangkan bahwa inisiatif dan partisipasi masyarakat cukup baik terhadap kegiatan pembangunan yang diadakan di desa. Namun masih harus ditingkatkan, mengingat masih ada masyarakat yang enggan untuk terlibat dalam proses pembangunan.


(55)

Di samping pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, masyarakat desa diharapkan untuk merawat, memelihara, dan menjaga hasil pembangunan irigasi yang ada di desa. Adapun tanggapan yang diberikan oleh Ketua BPD Bapak James Situmorang, yang menyatakan bahwa :

“Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan sebenarnya sudah cukup baik, namun masih harus terus ditingkatkan lagi terutama untuk memelihara hasil pembangunan irigasi. Karena sampai saat ini masih ada masyarakat yang kurang peduli terhadap hasil pembangunan di desa. Seharusnya masyarakat bertanggung jawab terhadap hasil pembangunan karena masyarakat yang merasakan langsung hasil pembangunan” (hasil wawancara, tanggal 22 November 2016)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peran serta masyarakat di Desa Sei Belutu dalam merawat, memelihara, dan menjaga hasil pembangunan irigasi masih dinilai rendah. Oleh karena itu, Pemerintah Desa harus segera menangani permasalahan tersebut. Karena apabila Pemerintah Desa bersikap acuk tak acuh, maka hal demikian akan terus terjadi yang menyebabkan pemanfaatan hasil pembangunan kurang maksimal.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran keempat, maka dapat diidentifikasi kekuatan dan ancaman yang dihadapi oleh Pemerintah Desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi. Adapun kelemahan yang dimiliki, meliputi terbatasnya keuangan desa untuk pembangunan irigasi tersier, fungsi musrenbangdes belum memperhatikan prioritas perencanaan pembangunan untuk merealisasikan pembangunan irigasi tersier, dan kualitas sarana irigasi yang masih rendah. Sedangkan yang menjadi ancaman adalah rendahnya peran pemerintah desa terhadap pembangunan irigasi tersier, dan paradigma masyarakat yang salah.


(56)

Adapun beberapa pertanyaan yang muncul terkait dengan strategi pemerintah desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi ditinjau dari aspek strategi WT, antara lain :

W2 – T1 = bagaimana meningkatkan fungsi musrenbangdes untuk dapat

meningkatkan peran pemerintah terhadap pembangunan irigasi.

W3 – T1 = bagaimana meningkatkan kualitas sarana irigasi untuk dapat

meningkatkan produktivitas di sektor pertanian.

Selanjutnya, untuk mengatasi kelemahan atau ancaman tersebut, Pemerintah Desa harus melakukan beberapa langkah sebagai alternatif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi, adapun strategi yang ditawarkan peneliti adalah sebagai berikut.

a. Menghadirkan pemerintah dalam kegiatan musrenbang untuk membahas pembangunan irigasi.

Di dalam kegiatan musrenbang desa, Pemerintah Desa dapat mengundang Pemerintah Daerah untuk membahas perencanaan pembangunan irigasi. Harapannya hasil musyawarah tersebut menjadi agenda pembangunan bagi Pemerintah Kabupaten Sei Belutu untuk meningkatkan program pembangunan irigasi di daerah yang memiliki potensi di sektor pertanian.

Di samping itu, Pemerintah Desa harus mengundang sejumlah masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan musrenbangdes. Dengan demikian, kegiatan musrenbangdes yang diadakan sungguh-sungguh menjadi forum penampung dan penyalur aspirasi masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah Desa harus memaksimalkan peran Badan permusyawaratan Desa (BPD) sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat luas.


(57)

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pembangunan irigasi.

Pembangunan irigasi yang dibangun menggunakan APBN maupun APBD harus diawasi oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat setempat. Pengawasan perlu dilakukan agar pengerjaan proyek irigasi yang dibangun dengan biaya yang cukup besar tersebut dapat dilaksanakan secara baik dan tepat waktu.

Di samping itu, tujuan dari pengawasan terhadap pembangunan irigasi adalah untuk menghindari pengerjaan proyek irigasi yang kurang baik. Maka Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai harus melakukan pengawasan dalam proyek pembangunan saluran irigasi di daerah yang melaksanakan pembangunan irigasi. Selain itu, pemerintah harus melakukan pengawasan dalam penggunaan dan pemeliharaan irigasi yang dilakukan secara rutin di beberapa daerah yang memiliki sarana irigasi.


(58)

Tabel 16

Matriks SWOT Tahun 2017 FAKTOR

INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

Strength (Kekuatan)

1. Adanya lembaga kemasyarakatan.

2. Adanya musrenbangdes.

Weakness (Kelemahan)

1. Terbatasnya keuangan desa untuk pembangunan irigasi tersier.

2. Fungsi musrenbangdes belum memperhatikan prioritas perencanaan pembangunan untuk merealisasikan pembangunan irigasi tersier. Opportunities (Peluang)

1. Adanya dukungan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat terhadap pembangunan irigasi.

2. Adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan irigasi. 3. Adanya Dana Desa.

SO-Strategy (Menggunakan Strategi Kekuatan untuk

menangkap Peluang)

1. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat. 2. Mengikutsertakan

masyarakat terlibat dalam pembangunan irigasi . 3. Meningkatkan kegiatan

musrenbangdes untuk membahas penggunaan Dana Desa .

WO-Strategy ( Mengatasi Kelemahan untuk mengambil Peluang)

1. Meningkatkan peran masyarakat dalam menentukan prioritas perencanaan pembangunan irigasi melalui forum musrenbang .

2. Penggunaan Dana Desa untuk program

pembangunan irigasi tersier .

Threat (Ancaman)

1. Rendahnya peran Pemerintah Desa terhadap pembangunan irigasi tersier.

2. Paradigma masyarakat yang salah.

ST-Strategy (Menggunakan Kekuatan untuk menghindari

Ancaman)

1. Membentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Desa Sei Belutu .

2. Memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada

masyarakat dalam pembangunan irigasi .

WT-Strategy

(Meminimalkan Kelemahan untuk menghindari

Ancaman)

1. Menghadirkan Pemda dalam kegiatan

musrenbangdes membahas pembangunan irigasi . 2. Melaksanakan pengawasan

terhadap pembangunan irigasi


(59)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan terhadap berbagai kegiatan strategi Pemerintah Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan desa di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai, dapat disimpulkan bahwa :

1. Irigasi merupakan sarana yang dibutuhkan masyarakat untuk meningkatkan faktor produksi dalam pertanian. Kualitas irigasi berpengaruh terhadap produktivitas pertanian dan pendapatan petani. Kondisi irigasi yang ada di Desa Sei sudah cukup baik karena telah dibangun sarana irigasi teknis oleh pemerintah. Namun, sarana irigasi tersier yang merupakan perpanjangan dari irigasi teknis yang akan mengairi langsung sawah petani masih belum memadai. 2. Strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dalam melaksanakan

pembangunan tersebut adalah dengan meningkatkan partisipasi masyarakat desa khususnya petani di Desa Sei Belutu, Membentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Mengoptimalkan penggunaan Dana Desa di Desa Sei Belutu dan Meningkatkan kegiatan musrenbangdes dan kegiatan lainnya. Strategi yang merupakan respon atas permasalahan yang mereka hadapi tersebut antara lain dengan memanfaatkan faktor kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang yang dimiliki oleh Desa Sei Belutu untuk meningkatkan pembangunan desa.

3. Berdasarkan strategi yang telah dibuat, Pemerintah Desa cukup dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Desa. Walaupun masyarakat merasa masih kurang dilibatkan dalam perencanaan maupun


(1)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang…....………1

1.2.Fokus Penelitian...4

1.3.Rumusan Masalah………....………..….……5

1.4.Tujuan Penelitian…………....……….………..…..5

1.5.Manfaat Penelitian………...………...………..…..6

1.6.Kerangka Teori…………...……….….…...6

1.6.1 Strategi PemerintahDaerah……...…………...6

1.6.1.1 Strategi………...7

1.6.1.2 Manajemen Strategis...9

1.6.1.3 Tahapan Manajemen Strategis...10

1.6.1.4 Manfaat Manajemen Strategis...11

1.6.1.5 Desa………...……....12

1.6.1.3 Pemerintah Desa……..………....…….….13


(2)

1.5.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan………...……...17

1.5.2.1 Partisipasi………...…...…...13

1.5.2.2 Masyarakat………....…...….18

1.5.2.3 Partisipasi Masyarakat……….……....…...…..19

1.5.2.4 Pembangunan………..……...…...…..23

1.5.2.5 Pembangunan Desa……….…………...……..24

1.5.3 Analisis SWOT………..…...…….26

1.6 Defenisi Konsep………....………....…29

1.7 Sistematika Penulisan………..……...…30

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian……….……...32

2.2 Lokasi Penelitian………...…….32

2.3 Informan Penelitian………...….……….…...……32

2.4 Teknik Pengumpulan Data…………...………...…...33

2.5 Teknik Analisis Data……….…....….………...…….34

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah Desa Sei Belutu……….…..……...35

3.2 Letak Geografis dan Iklim……….…...….37

3.3 Jumlah dan Komposisi Penduduk……….…..…...…37

3.4 Sarana dan Prasarana Desa…………...………...…....42

3.5 Struktur Sosial dan Organisasi Kemasyarakatan ………...….45


(3)

ix

3.7 Visi dan Misi...51

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.1 Strategi pembangunan Desa Sei Belutu………...…..…...…55 4.1.1 Strategi Pembangunan Desa Berdasarkan Analisis Faktor

Lingkungan Internal...55 4.1.2 Strategi Pembangunan Desa Berdasarkan Analisis Faktor

Lingkungan Eksternal...56 4.2. Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat Terhadap Pembangunan Irigasi Berdasarkan

Analisis SWOT...57 4.2.1 Analasis Faktor Lingkungan Internal...60 4.2.2 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal...62

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Strategi SWOT………...…..…...…66 5.2. Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat Terhadap Pembangunan Irigasi Ditijau Dari Aspek Kombinasi kekuatan (strength) dan peluang

(opportunity) atau strategiSO...66 5.3. Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat Terhadap Pembangunan Irigasi Ditijau Dari Aspek Kombinasikelemahan (weakness) dan peluang


(4)

5.4. Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Irigasi Ditijau Dari Aspek Kombinasikombinasi kekuatan (strength) dan ancaman

(threath) atau strategi ST... 78 5.5. Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat Terhadap Pembangunan Irigasi Ditijau Dari

Aspek Kombinasikombinasikelemahan (weakness) dan ancaman (threath) atau strategi WT ... 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan ... 89 6.2Saran...90


(5)

xi

DAFTAR TABEL

TABEL 1 ... 40

TABEL 2 ... 38

TABEL 3 ... 39

TABEL 4 ... ...39

TABEL 5 ... ...40

TABEL 6 ... ...41

TABEL 7 ...42

TABEL 8 ... 43

TABEL 9 ... 54

TABEL 10 ... 54

TABEL 11 ... 49

TABEL 12 ... 54

TABEL 13 ... 54

TABEL 14 ... 57

TABEL 15 ... 63


(6)

DAFTAR GAMBAR

BAGAN STUKTUR ORGANISASI (BPD)...47 BAGAN STUKTUR ORGANISASILKMD...48 STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA...49


Dokumen yang terkait

Pernikahan Dini Pada Remaja Putri di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

1 88 105

Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat

0 35 55

Masyarakat Transmigran Jawa Di Desa Hitam Ulu I, Kabupaten Sarolangun Bangko, Jambi (1981-1990)

2 76 71

Pemetaan Status Hara C-Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

4 50 40

Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 13

Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 31

Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 3

Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 3

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SEI BELUTU KECAMATAN SEI BAMBAN - Judi Kartu Remi (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu Di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban

0 0 15