Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar dari setiap manusia untuk dapat
hidup layak, produktif serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Keadaan untuk hidup sehat digariskan melalui upaya peningkatan kualitas hidup.
Dalam mencapai peningkatan kualitas hidup manusia, peranan berbagai pihak dan
sektor sangatlah penting. Dalam bidang kesehatan sebagaimana telah digariskan
dalam SKN, upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat
jasmani, rohani, dan sosial juga ditunjang oleh peran aktif masyarakat (SKN,
2004)
Menurut Afrizal (2004) dalam Sukamto (2008) setiap manusia
berkeinginan untuk hidup sehat atau berusaha untuk mempertahankan status sehat
yang dimilikinya. Tindakan manusia dalam mempertahankan kesehatan tersebut
mengakibatkan terjadinya pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada, tetapi
hubungan antara sehat dan permintaan pelayanan kesehatan tidaklah sesederhana
itu. Pemanfaatan pelayanan kesehatan itu sendiri sangat erat kaitannya dengan
bagaimana persepsi seseorang tersebut terhadap kesehatan dan tingkat kebutuhan
yang dirasakan individu terhadap pengobatan.
Menurut Azhari (2000) yang mengutip pendapat Dever menyatakan
bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor : (1)
faktor sosiokultural, yang meliputi teknologi, norma dan nilai yang ada di
Universitas Sumatera Utara
masyarakat; (2) faktor organisasi, yang meliputi ketersediaan sumber daya, letak
geografis dan akses sosial; (3) faktor yang berhubungan dengan konsumen dan
produsen.
Indonesia memiliki beragam suku bangsa dan dari tiap suku pastinya
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, salah satunya dalam hal konsep sehat
sakit. Setiap daerah pasti memiliki caranya tersendiri dalam mengatasi rasa
sakitnya karena persepsi masyarakat tentang konsep sehat sakit sangat bersifat
subjektif, sering dipengaruhi masa lalu juga sosio budaya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat tentang konsep
sehat sakit adalah faktor budaya. Tiap kebudayaan telah mengembangkan suatu
sistem yang mendukung hubungan timbal balik yang tidak luntur dalam
pandangan hidup yang berlaku. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat
dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula dalam kebudayaan lain.
(Foster, 2005).
Pada umumnya semua orang cenderung mengikut kebudayaannya, mereka
terikat pada cara-cara dan kepercayaan tradisional mereka sendiri dan
menganggap bahwa cara-cara tersebut adalah sama dan mungkin lebih baik
daripada cara masyarakat lainnya. Sehubungan dengan kompleks kepercayaan
dan nilai-nilai yang berhubungan dengan makanan, kesehatan dan penyakit, hal
ini nampaknya benar. Pandangan-pandangan tiap masyarakat tentang kesehatan
dan penyakit merupakan bagian dari pribadinya yang terdalam yang tidak bisa
begitu saja disingkirkan sebelum ada bukti yang sangat nyata yang memberikan
indikasi tidak ada penyelesaian yang lebih baik (Foster, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Notoatmodjo dalam Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 5
No. 2 Agustus 2004 yang dijabarkan dalam Sukamto (2008) menyatakan bahwa
manusia secara umum ketika menghadapi sakit pasti akan berusaha untuk
mengobati sakit yang diderita dengan berbagai macam cara. Hal ini pasti akan
dilakukan baik itu dengan tujuan untuk meredakan sakit maupun bertujuan untuk
mengobati sakit. Model pencarian pengobatan dalam masyarakat umum yang
berkembang dapat dibedakan menjadi (1) beberapa orang mempercayakan
pemeliharaan kesehatannya kepada seorang ahli kesehatan professional seperti
dokter (2) beberapa orang lain mempercayakan pengobatan sakitnya kepada ahli
kesehatan non-profesional seperti tabib (3) sebagian orang mempercayakan
kesehatannya kepada pengobatan dengan pendekatan spiritual (4) sebagian orang
lagi mempercayakan penyembuhan sakitnya kepada pengobatan tradisional
seperti jamu-jamu maupun pijat urat, atau (5) sebagian lagi mempercayakan
pengobatannya kepada pengobatan alternatif lain.
Masalah kesehatan bayi merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan bayi
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab bayi sebagai generasi penerus
bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut masalah kesehatan bayi
diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa. (Azimul,
2008)
Universitas Sumatera Utara
Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dimulai
dengan pemenuhan dasar manusia dengan perhatian utama pada proses tumbuh
kembang bayi sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa
tumbuh kembang ini, pemenuhan dasar bayi seperti perawatan dan makanan
bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk Sumber
Daya Manusia ( SDM ) yang sehat, cerdas dan produktif ( Azimul, 2008).
Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi terjadi mulai dari pertumbuhan
dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Dalam proses
tumbuh kembangnya seorang bayi pasti pernah merasakan sakit, orangtua akan
melakukan berbagai hal untuk membuat kondisi anak pulih kembali dan biasanya
hal yang dilakukan adalah sesuai dengan yang diketahui dan diyakininya. Pada
sebagian masyarakat khususnya yang tinggal di pedesaan, dalam mengatasi
penyakit yang dialami oleh bayi tak sedikit masyarakat masih melakukan
pengobatan sendiri yang bersifat tradisional. Sekalipun pelayanan kesehatan
moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah masyarakat yang
memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi.
Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait,
yaitu pengobatan rumah tangga atau pengobatan sendiri, pengobatan medis, dan
pengobatan tradisional. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2008, persentase
menunjukkan bahwa yang memilih untuk mengobati sendiri dalam sebulan
terakhir atas keluhan kesehatan yang dialami ternyata lebih besar dibandingkan
persentase penduduk yang berobat jalan, diketahui bahwa sebanyak 65,59%
penduduk yang memiliki keluhan kesehatan memilih untuk mengobati sendiri
Universitas Sumatera Utara
sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 44,47% dari seluruh
penduduk yang memiliki keluhan kesehatan. Dari penduduk yang mengobati
sendiri, 90,49% diantaranya menggunakan obat modern, 22,26% menggunakan
obat tradisional dan 5,53% menggunakan obat lainnya (Depkes RI, 2009)
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008,
diperoleh data bahwa persentase penduduk Sumatera Utara yang memilih untuk
mengobati sendiri dalam sebulan terakhir atas keluhan kesehatan yang dialami
ternyata lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan,
diketahui bahwa sebanyak 65,36% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan
memilih untuk mengobati sendiri sedangkan yang memilih untuk berobat jalan
hanya sebesar 42,55% dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan.
Dari penduduk yang mengobati sendiri, 89,18% diantaranya menggunakan obat
modern, 27,09% menggunakan obat tradisional dan 8,24% menggunakan obat
lainnya. (Dinas Kesehatan Prov. Sumut 2009)
Ada banyak teknik yang dilakukan dalam mengobati sendiri khususnya
menggunakan pengobatan tradisional yang hingga kini masih diyakini, salah
satunya adalah pengobatan menggunakan tali pusat. Walaupun sifatnya tertutup
yaitu hanya untuk kalangan internal keluarga namun hal itu sudah diketahui
banyak orang dan diyakini hingga sekarang ini.
Sebagian Masyarakat Indonesia hingga kini masih meyakini bahwa tali
pusat dapat dijadikan sebagai obat khususnya pada bayi. Pada umumnya hal ini
sering dilakukan oleh masyarakat suku Jawa, ada semacam kepercayaan tertentu
bahwa ada hubungan gaib antara bayi dengan tali pusatnya. Tak heran, tali pusat
Universitas Sumatera Utara
diperlakukan secara baik, bahkan dilakukan berbagai macam ritual yang tidak ada
kaitannya dengan agama.
Namun ternyata, ada juga suku lain yang meyakini tali pusat dapat
dijadikan sebagai obat yaitu masyarakat suku Melayu. Masyarakat Melayu
merupakan salah satu dari delapan suku budaya asli di Provinsi Sumatera Utara.
Kedelapan etnis tersebut adalah Melayu Deli , Pesisir, Batak Toba, Batak Karo,
Batak Pakpak, Batak Simalungun, Mandailing dan Nias. Salah satu yang menjadi
daerah tempat tinggal suku masyarakat suku Melayu adalah desa BesilamBabussalam.
Berdasarkan survei yang dilakukan di desa tersebut, pusat pelayanan
kesehatan seperti puskesmas letaknya jauh dari rumah-rumah warga dan
puskesmas tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga data mengenai
kesehatan penduduk juga tidak tersedia. Untuk kalangan orang tua biasanya
mereka datang ke rumah bidan atau mantri ketika mereka sakit, namun untuk bayi
dan anak-anak mereka lebih cenderung menggunakan pengobatan tradisional,
salah satunya ialah menggunakan tali pusat.
Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan kepada beberapa warga desa
Besilam-Babussalam, mereka mengatakan bahwa sebagian masyarakat suku
Melayu di desa Besilam-Babussalam masih meyakini dan melakukan pengobatan
dengan tali pusat bayi itu sendiri. Hal itu sudah menjadi budaya yang turuntemurun dari dahulu hingga sekarang. Teknik pengobatan yang dilakukan tidak
hanya direndam saja tetapi terkadang ada juga yang memasukkannya ke dalam
Universitas Sumatera Utara
makanan seperti bubur, setelah itu tali pusat diambil, dicuci dan disimpan
kembali.
Data yang menunjukkan tentang angka kesakitan bayi di desa tersebut
memang tidak didapatkan karena pelayanan kesehatan di desa tersebut tidak
berjalan dengan baik tetapi berdasarkan wawancara kepada beberapa orang
warga, bayi mereka jarang sakit dan kalaupun terkena penyakit tidak terlalu
parah. Hal tersebut menunjukkan bahwa angka kesakitan bayi di desa tersebut
tidak tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dikutip oleh Ben (2005), menunjukkan
bahwa tali pusat mengandung sejumlah besar faktor pertumbuhan, hormon,
sitokin, antibodi, asam amino, vitamin dan mineral yang semua memiliki potensi
keuntungan untuk proses perbaikan dan regenerasi dalam sel, jaringan dan organ
pengalaman telah menunjukkan bahwa pengobatan dengan jaringan tali pusat atau
ekstrak daripadanya dapat meningkatkan sirkulasi, menghambat peradangan,
meningkatkan regulasi sistem saraf otonom, mempercepat penyembuhan luka,
tingkat keseimbangan hormon dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Teknik pengobatan yang dilakukan kepada bayi tersebut menurut
pandangan dokter adalah tidak benar. Jadi, teknik pengobatan yang dilakukan
para orangtua itu adalah sugesti bahwa tali pusatnya tersebut bisa menyembuhkan
sakit yang dirasakan bayi. Hal ini tentunya sangat erat kaitannya dengan
kesehatan masyarakat, terlihat bahwa pemahaman sebagian masyarakat untuk
menggunakan pelayanan kesehatan yang ada masih kurang serta keyakinan
terhadap pengobatan tradisional masih kuat. Namun, setiap daerah dan suku
Universitas Sumatera Utara
biasanya memiliki pandangan tersendiri terhadap hal yang mereka lakukan, begitu
juga dengan masyarakat suku Melayu yang ada di Desa Besilam-Babussalam.
Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui persepsi di masyarakat tersebut dengan
mengangkat judul penelitian Persepsi Masyarakat Suku Melayu terhadap
Penggunaan Tali Pusat Sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam
Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
permasalahan yang diangkat adalah bagaimana persepsi masyarakat suku Melayu
terhadap penggunaan tali pusat sebagai obat pada bayi di Desa BesilamBabussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk
mengetahui
persepsi
masyarakat
suku
Melayu
terhadap
penggunaan tali pusat sebagai obat pada bayi di Desa Besilam-Babussalam
Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat
1.3.2.Tujuan Khusus
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat
suku Melayu terhadap penggunaan tali pusat sebagai obat pada bayi di Desa
Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan bagi petugas kesehatan agar memperhatikan faktor budaya
setempat yang mempengaruhi prilaku masyarakat dalam mengatasi penyakit
yang timbul.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari
kalangan akademis, masyarakat dan peneliti.
3. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti dalam hal memahami
pengobatan tradisional khususnya penggunaan tali pusat sebagai obat.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar dari setiap manusia untuk dapat
hidup layak, produktif serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Keadaan untuk hidup sehat digariskan melalui upaya peningkatan kualitas hidup.
Dalam mencapai peningkatan kualitas hidup manusia, peranan berbagai pihak dan
sektor sangatlah penting. Dalam bidang kesehatan sebagaimana telah digariskan
dalam SKN, upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat
jasmani, rohani, dan sosial juga ditunjang oleh peran aktif masyarakat (SKN,
2004)
Menurut Afrizal (2004) dalam Sukamto (2008) setiap manusia
berkeinginan untuk hidup sehat atau berusaha untuk mempertahankan status sehat
yang dimilikinya. Tindakan manusia dalam mempertahankan kesehatan tersebut
mengakibatkan terjadinya pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada, tetapi
hubungan antara sehat dan permintaan pelayanan kesehatan tidaklah sesederhana
itu. Pemanfaatan pelayanan kesehatan itu sendiri sangat erat kaitannya dengan
bagaimana persepsi seseorang tersebut terhadap kesehatan dan tingkat kebutuhan
yang dirasakan individu terhadap pengobatan.
Menurut Azhari (2000) yang mengutip pendapat Dever menyatakan
bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor : (1)
faktor sosiokultural, yang meliputi teknologi, norma dan nilai yang ada di
Universitas Sumatera Utara
masyarakat; (2) faktor organisasi, yang meliputi ketersediaan sumber daya, letak
geografis dan akses sosial; (3) faktor yang berhubungan dengan konsumen dan
produsen.
Indonesia memiliki beragam suku bangsa dan dari tiap suku pastinya
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, salah satunya dalam hal konsep sehat
sakit. Setiap daerah pasti memiliki caranya tersendiri dalam mengatasi rasa
sakitnya karena persepsi masyarakat tentang konsep sehat sakit sangat bersifat
subjektif, sering dipengaruhi masa lalu juga sosio budaya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat tentang konsep
sehat sakit adalah faktor budaya. Tiap kebudayaan telah mengembangkan suatu
sistem yang mendukung hubungan timbal balik yang tidak luntur dalam
pandangan hidup yang berlaku. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat
dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula dalam kebudayaan lain.
(Foster, 2005).
Pada umumnya semua orang cenderung mengikut kebudayaannya, mereka
terikat pada cara-cara dan kepercayaan tradisional mereka sendiri dan
menganggap bahwa cara-cara tersebut adalah sama dan mungkin lebih baik
daripada cara masyarakat lainnya. Sehubungan dengan kompleks kepercayaan
dan nilai-nilai yang berhubungan dengan makanan, kesehatan dan penyakit, hal
ini nampaknya benar. Pandangan-pandangan tiap masyarakat tentang kesehatan
dan penyakit merupakan bagian dari pribadinya yang terdalam yang tidak bisa
begitu saja disingkirkan sebelum ada bukti yang sangat nyata yang memberikan
indikasi tidak ada penyelesaian yang lebih baik (Foster, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Notoatmodjo dalam Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 5
No. 2 Agustus 2004 yang dijabarkan dalam Sukamto (2008) menyatakan bahwa
manusia secara umum ketika menghadapi sakit pasti akan berusaha untuk
mengobati sakit yang diderita dengan berbagai macam cara. Hal ini pasti akan
dilakukan baik itu dengan tujuan untuk meredakan sakit maupun bertujuan untuk
mengobati sakit. Model pencarian pengobatan dalam masyarakat umum yang
berkembang dapat dibedakan menjadi (1) beberapa orang mempercayakan
pemeliharaan kesehatannya kepada seorang ahli kesehatan professional seperti
dokter (2) beberapa orang lain mempercayakan pengobatan sakitnya kepada ahli
kesehatan non-profesional seperti tabib (3) sebagian orang mempercayakan
kesehatannya kepada pengobatan dengan pendekatan spiritual (4) sebagian orang
lagi mempercayakan penyembuhan sakitnya kepada pengobatan tradisional
seperti jamu-jamu maupun pijat urat, atau (5) sebagian lagi mempercayakan
pengobatannya kepada pengobatan alternatif lain.
Masalah kesehatan bayi merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan bayi
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab bayi sebagai generasi penerus
bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut masalah kesehatan bayi
diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa. (Azimul,
2008)
Universitas Sumatera Utara
Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dimulai
dengan pemenuhan dasar manusia dengan perhatian utama pada proses tumbuh
kembang bayi sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa
tumbuh kembang ini, pemenuhan dasar bayi seperti perawatan dan makanan
bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk Sumber
Daya Manusia ( SDM ) yang sehat, cerdas dan produktif ( Azimul, 2008).
Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi terjadi mulai dari pertumbuhan
dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Dalam proses
tumbuh kembangnya seorang bayi pasti pernah merasakan sakit, orangtua akan
melakukan berbagai hal untuk membuat kondisi anak pulih kembali dan biasanya
hal yang dilakukan adalah sesuai dengan yang diketahui dan diyakininya. Pada
sebagian masyarakat khususnya yang tinggal di pedesaan, dalam mengatasi
penyakit yang dialami oleh bayi tak sedikit masyarakat masih melakukan
pengobatan sendiri yang bersifat tradisional. Sekalipun pelayanan kesehatan
moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah masyarakat yang
memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi.
Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait,
yaitu pengobatan rumah tangga atau pengobatan sendiri, pengobatan medis, dan
pengobatan tradisional. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2008, persentase
menunjukkan bahwa yang memilih untuk mengobati sendiri dalam sebulan
terakhir atas keluhan kesehatan yang dialami ternyata lebih besar dibandingkan
persentase penduduk yang berobat jalan, diketahui bahwa sebanyak 65,59%
penduduk yang memiliki keluhan kesehatan memilih untuk mengobati sendiri
Universitas Sumatera Utara
sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 44,47% dari seluruh
penduduk yang memiliki keluhan kesehatan. Dari penduduk yang mengobati
sendiri, 90,49% diantaranya menggunakan obat modern, 22,26% menggunakan
obat tradisional dan 5,53% menggunakan obat lainnya (Depkes RI, 2009)
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008,
diperoleh data bahwa persentase penduduk Sumatera Utara yang memilih untuk
mengobati sendiri dalam sebulan terakhir atas keluhan kesehatan yang dialami
ternyata lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan,
diketahui bahwa sebanyak 65,36% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan
memilih untuk mengobati sendiri sedangkan yang memilih untuk berobat jalan
hanya sebesar 42,55% dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan.
Dari penduduk yang mengobati sendiri, 89,18% diantaranya menggunakan obat
modern, 27,09% menggunakan obat tradisional dan 8,24% menggunakan obat
lainnya. (Dinas Kesehatan Prov. Sumut 2009)
Ada banyak teknik yang dilakukan dalam mengobati sendiri khususnya
menggunakan pengobatan tradisional yang hingga kini masih diyakini, salah
satunya adalah pengobatan menggunakan tali pusat. Walaupun sifatnya tertutup
yaitu hanya untuk kalangan internal keluarga namun hal itu sudah diketahui
banyak orang dan diyakini hingga sekarang ini.
Sebagian Masyarakat Indonesia hingga kini masih meyakini bahwa tali
pusat dapat dijadikan sebagai obat khususnya pada bayi. Pada umumnya hal ini
sering dilakukan oleh masyarakat suku Jawa, ada semacam kepercayaan tertentu
bahwa ada hubungan gaib antara bayi dengan tali pusatnya. Tak heran, tali pusat
Universitas Sumatera Utara
diperlakukan secara baik, bahkan dilakukan berbagai macam ritual yang tidak ada
kaitannya dengan agama.
Namun ternyata, ada juga suku lain yang meyakini tali pusat dapat
dijadikan sebagai obat yaitu masyarakat suku Melayu. Masyarakat Melayu
merupakan salah satu dari delapan suku budaya asli di Provinsi Sumatera Utara.
Kedelapan etnis tersebut adalah Melayu Deli , Pesisir, Batak Toba, Batak Karo,
Batak Pakpak, Batak Simalungun, Mandailing dan Nias. Salah satu yang menjadi
daerah tempat tinggal suku masyarakat suku Melayu adalah desa BesilamBabussalam.
Berdasarkan survei yang dilakukan di desa tersebut, pusat pelayanan
kesehatan seperti puskesmas letaknya jauh dari rumah-rumah warga dan
puskesmas tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga data mengenai
kesehatan penduduk juga tidak tersedia. Untuk kalangan orang tua biasanya
mereka datang ke rumah bidan atau mantri ketika mereka sakit, namun untuk bayi
dan anak-anak mereka lebih cenderung menggunakan pengobatan tradisional,
salah satunya ialah menggunakan tali pusat.
Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan kepada beberapa warga desa
Besilam-Babussalam, mereka mengatakan bahwa sebagian masyarakat suku
Melayu di desa Besilam-Babussalam masih meyakini dan melakukan pengobatan
dengan tali pusat bayi itu sendiri. Hal itu sudah menjadi budaya yang turuntemurun dari dahulu hingga sekarang. Teknik pengobatan yang dilakukan tidak
hanya direndam saja tetapi terkadang ada juga yang memasukkannya ke dalam
Universitas Sumatera Utara
makanan seperti bubur, setelah itu tali pusat diambil, dicuci dan disimpan
kembali.
Data yang menunjukkan tentang angka kesakitan bayi di desa tersebut
memang tidak didapatkan karena pelayanan kesehatan di desa tersebut tidak
berjalan dengan baik tetapi berdasarkan wawancara kepada beberapa orang
warga, bayi mereka jarang sakit dan kalaupun terkena penyakit tidak terlalu
parah. Hal tersebut menunjukkan bahwa angka kesakitan bayi di desa tersebut
tidak tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dikutip oleh Ben (2005), menunjukkan
bahwa tali pusat mengandung sejumlah besar faktor pertumbuhan, hormon,
sitokin, antibodi, asam amino, vitamin dan mineral yang semua memiliki potensi
keuntungan untuk proses perbaikan dan regenerasi dalam sel, jaringan dan organ
pengalaman telah menunjukkan bahwa pengobatan dengan jaringan tali pusat atau
ekstrak daripadanya dapat meningkatkan sirkulasi, menghambat peradangan,
meningkatkan regulasi sistem saraf otonom, mempercepat penyembuhan luka,
tingkat keseimbangan hormon dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Teknik pengobatan yang dilakukan kepada bayi tersebut menurut
pandangan dokter adalah tidak benar. Jadi, teknik pengobatan yang dilakukan
para orangtua itu adalah sugesti bahwa tali pusatnya tersebut bisa menyembuhkan
sakit yang dirasakan bayi. Hal ini tentunya sangat erat kaitannya dengan
kesehatan masyarakat, terlihat bahwa pemahaman sebagian masyarakat untuk
menggunakan pelayanan kesehatan yang ada masih kurang serta keyakinan
terhadap pengobatan tradisional masih kuat. Namun, setiap daerah dan suku
Universitas Sumatera Utara
biasanya memiliki pandangan tersendiri terhadap hal yang mereka lakukan, begitu
juga dengan masyarakat suku Melayu yang ada di Desa Besilam-Babussalam.
Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui persepsi di masyarakat tersebut dengan
mengangkat judul penelitian Persepsi Masyarakat Suku Melayu terhadap
Penggunaan Tali Pusat Sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam
Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
permasalahan yang diangkat adalah bagaimana persepsi masyarakat suku Melayu
terhadap penggunaan tali pusat sebagai obat pada bayi di Desa BesilamBabussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk
mengetahui
persepsi
masyarakat
suku
Melayu
terhadap
penggunaan tali pusat sebagai obat pada bayi di Desa Besilam-Babussalam
Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat
1.3.2.Tujuan Khusus
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat
suku Melayu terhadap penggunaan tali pusat sebagai obat pada bayi di Desa
Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan bagi petugas kesehatan agar memperhatikan faktor budaya
setempat yang mempengaruhi prilaku masyarakat dalam mengatasi penyakit
yang timbul.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari
kalangan akademis, masyarakat dan peneliti.
3. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti dalam hal memahami
pengobatan tradisional khususnya penggunaan tali pusat sebagai obat.
Universitas Sumatera Utara