Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

(1)

PEDOMAN WAWANCARA A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur : tahun

3. Jenis Kelamin : lk / pr 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Penghasilan

B. Panduan Pertanyaan

Catatan : pedoman wawancara ini hanya sebagai media/alat untuk melakukan pengumpulan informasi dan sebagai panduan pertanyaan saja. Pada saat melakukan wawancara akan digunakan bahasa yang lebih operasional dan mudah dimengerti sehingga maksud dari pertanyaan tersebut bisa terjawab. Panduan wawancara ini disertakan probing agar jawaban pertanyaan lebih mendalam. Jika jawaban masih dirasakan kurang mendalam dapat dilakukan probing-probing selanjutnya sesuai dengan teknis di lokasi penelitian.

C. Daftar Pertanyaan

1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang tali pusat ? Probing :

- Apa manfaatnya yang Bapak/Ibu ketahui ?

- Darimana Bapak/Ibu mengetahui hal tersebut (sumber informasi) ? 2. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai tali pusat sebagai obat pada bayi?

Probing :

- Darimana Bapak/Ibu mengetahui hal tersebut? - Sejak kapan Bapak/Ibu mengetahui hal tersebut?


(2)

- Apa alasan berpendapat demikian?

3. Penyakit apa saja yang biasa diobati dengan tali pusat? Probing :

- Bayi Bapak/Ibu yang usia berapa ? - Sampai usia berapa?

- Apa penyakit yang paling utama yang disembuhkan dengan tali pusat? 4. Bagaimana proses pengobatan dengan tali pusat yang Bapak/Ibu lakukan?

Probing :

- Kapan proses dilakukan?

- Apakah begitu sakit langsung diobati pakai tali pusat?

- Apakah pengobatan hanya menggunakan tali pusat atau ada pengobaan lain yang mendukung?

5. Bagaimana kondisi anak sebelum dan setelah diobati dengan tali pusat? Probing :

- Bagaimana gejala awalnya?

- Apa yang dirasakan anak setelah diobati dengan tali pusat? (sembuh/semakin parah)

- Berkisar berapa hari anak benar-benar sembuh ?

- Apakah ada efek samping (negatif) dari penggunaan tali pusat tersebut?


(3)

6. Menurut Bapak/Ibu faktor – faktor apa yang mempengaruhi persepsi masyarakat tentang tali pusat sebagai obat?

- Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih mengobati sendiri dengan tali pusat daripada pergi kerumah sakit, puskesmas atau balai kesehatan lainnya? - Apakah ekonomi mempengaruhi? (Biaya puskesmas/rumah sakit

terlalu mahal)

7. Apa saja yang Bapak/Ibu pahami menurut keyakinan suku Melayu yang berkaitan dengan tali pusat?


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Azimul Hidayat, A.Aziz, 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Penerbit Salemba Medika, Jakarta

Azwar, A,1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Adnan, 2009. Perilaku Melakukan Pengobatan Sendiri. Dalam situs : http://kesmas-unsoed.blogspot.com/"kesmas-unsoed". Diakses pada 9 Desember 2011

Ben L. Pfeifer, 2005. Terapi Plasenta Untuk Penyakit Degeneratif Kronis. Dalam situs : http/garuda.Kemdiknas.go.id. Diakses pada 25 September 2011

Behrman, R.E, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1. Diterjemakan oleh A. Samik wahab, EGC, Jakarta

Depkes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta

Dinkes Prov. Sumut, 2009. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2008, Sumatera Utara

Fikih, 2011. Penggunaan Plasenta Untuk Obat Kecantikan dan Kosmetik. Dalam situs : http://duniaglobalislam. Blogspot.com /2011/07/penggunaan-organ-tubuh-ari-ari-dan-air.html. Diakses pada 29 September 2011

Foster, Aderson, 2005. Antropologi Kesehatan.UI Press, Jakarta

Fuad Said, H.A. Sejarah Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Kholidi Naqsyabandi Tuan Guru Babussalam, Pustaka Babussalam

Gerungan W.A, 2004. Psikologi Sosial. PT Refika Aditama, Bandung

Glanz, Karen, and other, 2002. Health Behavior and Health Education, Theory, Research and Practise, 3rd Edition. Jossey-Bass publisher, San Fransisco.

Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Edisi 9, Jakarta


(5)

Hanafiah M.J, Amir A, 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi 3, Penerbit EGC, Jakarta

Jane coad & Melvyn Dunstall, 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Bidan. EGC, Bandung

J. Corwin, Elizabeth, 2001. Patofisiologi. EGC, Jakarta

Juita E, Sinambela, 2008. Persepsi Masyarakat Etnis Melayu Tentang Sehat Sakit Dan Pola Pencarian Pengobatan Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2007, Medan : Skripsi FKM USU

Kristina, Susi Ari, 2008. Perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman, Yogyakarta : Majalah Farmasi UGM

Maramis, WF, 2006. Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Airlangga University Press, Surabaya

Notoatmodjo S, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Cetakan Pertama, PT Rineka Cipta, Jakarta

---, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta

---, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama, PT Rineka Cipta, Jakarta

Irwansyah, Putra, 2004. Persepsi Masyarakat Tentang Pengobatan Tradisional di Desa Percut Kecmatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006, Medan

Parakrama & Clive, 2006. Patologi Anatomi. Cetakan I. EGC, Jakarta Rahmat, Jalaluddin, 2000. Psikologi Komunikasi, Jakarta : Rineka Cipta

Ridwan, 2005. Budaya Melayu Menghadapi Globalisasi. USU Press, Medan

Saputra, 1997. Persepsi tentang Etos Kerja : Kaitnnya dengan Nilai Budaya Melayu Daerah Riau (Kasus Kelurahan Pesisir Kotamadya Pekan Baru) PN2B, Riau.


(6)

Sarwono, S, 1982. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Aplikasinya, Yogyakarta : Andi Offset

---, 2000. Teori-teori Psikologi Sosial. Cetakan kelima, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sukamto, 2008. Persepsi Masyarakat Etnis Jawa Tentang Sehat-Sakit dan Pola Pencarian Pengobatan Di Daerah Transmigrasi Batang Pane I Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2008, Medan : Skripsi FKM USU

Syaifuddin, 2002. Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. USU Press, Medan

Tsaniyah, Mawaddah, 2007. Persepsi Warga Kota Medan Terhadap Pengalaman Berobat di Penang Malaysia Tahun 2007, Medan : Skripsi FKM USU

Wayan, 2009. Manfaat Rendaman Tali Pusar Bayi. Dalam situs : http//manfaat tali pusar bayi//09, Edisi Rabu, 09 Juli 2009. Diakses pada 5 Mei 2012.


(7)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) untuk mengetahui Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat Sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat pada bulan Januari-Februari 2012. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas:

1. Berdasarkan suvei yang dilakukan dari 4 daerah yang mayoritas suku Melayu, yakni Selesai, Percut, Besilam-Babussalam dan Hamparan Perak, ternyata di Desa Besilam-Babussalam masih ditemukan warga desa masih meyakini penggunaan tali pusat sebagai obat pada bayi.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang tali pusat sebagai obat pada bayi.

3.3. Pemilihan Informan

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Melayu yang berdomisili di Desa Besilam-Babussalam Langkat. Informan adalah orang yang menggunakan tali pusat sebagai obat pada bayi yang diperoleh dengan bertanya kepada salah seorang kerabat peneliti yang sudah sangat lama berdomisili di desa


(8)

tersebut dan menjadi key informan. Setelah itu dilanjutkan dengan infoman yang lain yang didapatkan dengan teknik snowball. Jumlah informan ditentukan berdasarkan kecukupan dan kesesuaian penelitian. Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang, yang terdiri dari 6 orang perempuan dan 1 orang laki-laki.

Wawancara dilakukan dengan cara mendatangi informan langsung ke rumahnya dan sebagian lagi mendatangi informan ketika informan hendak pulang dari undangan yang letaknya tepat di sebelah rumah tempat peneliti tinggal selama penelitian.

Adapun kendala yang dihadapi peneliti adalah ketika hendak mendatangi rumah informan diperjalanan hujan deras, kemudian ada juga informan ternyata tidak berada di rumah ketika peneliti mendatangi rumahnya sehingga peneliti berulang kali mendatangi rumah informan yang akhirnya dapat berjumpa langsung dengan informan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap masyarakat suku Melayu yang menggunakan tali pusat sebagai obat pada bayi berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun. Dalam wawancara peneliti menggunakan alat bantu tulis dan alat perekam

Data sekunder diperoleh dari Kepala Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.


(9)

3.5. Defenisi Istilah

1. Umur adalah lamanya perjalanan hidup informan yang dihitung sejak lahir sampai pada saat pelaksanaan wawancara.

2. Pendidikan adalah jenjeng pendidikan formal tertinggi yang telah ditempuh informan.

3. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan informan untuk mendapatka penghasilan.

4. Jenis kelamin adalah ciri khas informan yang dibedakan atas laki-laki dan perempuan.

5. Penghasilan adalah besarnya pendapatan yang diperoleh informan. Menurut upah minimum propinsi penghasilan dibagi dalam 3 kategori yaitu :

a. Penghasilan tinggi, jika penghasilan > Rp. 955.000

b. Penghasilan menengah, jika penghasilan Rp. 505.000-Rp 955.000

c. Penghasilan rendah, jika penghasilan Rp. 505.000

6. Niat adalah sesuatu yang mendorong informan untuk melakukan tindakan

7. Keyakinan adalah sesuatu yang dimiliki informan dan sangat diyakini yang sudah menyatu dalam diri informan.

8. Keluarga adalah orang terdekat informan yang memiliki hubungan pertalian darah yang dapat mempengaruhi persepsi informan mengenai tali pusat sebagai obat.


(10)

9. Persepsi adalah pendapat atau pandangan informan mengenai tali pusat sebagai obat.

10.Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah yang didomisili oleh informan.

11.Tetangga adalah orang yang tempat tinggalnya berdekatan dengan informan.

12.Dukungan budaya adalah kaitan antara persepsi masyarakat dan hubungannya dengan nilai-nilai budaya dan dianut masyarakat dalam menggunakan tali pusat sebagai obat.

13.Tali pusat adalah organ yang terdiri dari janin dan Ibu yang sudah terlepas antara ibu dan bayi yang digunakan sebagai obat oleh informan

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan EZ Text. Penganalisaan data dilakukan dengan analisa taksonomi berdasarkan data-data yang diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan kemudian dibandingkan dengan teori, kepustakaan maupun asumsi yang ada.


(11)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis Desa Besilam-Babussalam

Desa Besilam-Babussalam merupakan salah satu desa yang mayoritas penduduknya suku Melayu. Desa ini dikenal dengan “perkampungan Islam” yang dipimpin oleh kepala desa dan Tuan Guru. Jarak desa dengan Ibu kota kecamatan sejauh 7 km dengan jarak tempuh 15 menit, jarak desa dengan ibu kota kabupaten sejauh 25 km dengan jarak tempuh 40 menit dan jarak desa dengan ibu kota provinsi sejauh 65 km dengan jarak tempuh 2 jam dengan kecepatan 40 km/jam. Secara geografis desa ini berbatasan dengan :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kuala Besilam - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tamaran

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Selamat - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Padang Tualang

Luas wilayah Desa Besilam-Babussalam adalah 1671,5 Ha, secara rinci tata guna tanah adalah sebagai berikut:

 Pemukiman Umum : 833,50 Ha

 Sekolah : 5 Ha

 Tempat Peribadatan : 8 Ha  Maqam/Kuburan : 10 Ha


(12)

 Persawahan : 800 Ha 4.1.2. Demografi

Jumlah penduduk Desa Besilam-Babussalam adalah pada tahun 2010 adalah 2756 jiwa atau 753 KK, yang terdiri dari 1432 jiwa laki-laki dan 1324 jiwa perempuan.

Matrix 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

No Golongan Umur (Tahun)

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki- laki Perempuan

1. 0-5 200 120 320 11.61

2. 6-12 237 264 501 18.17

3. 12-15 315 290 605 21.95

4. 15-20 265 274 539 19.55

5. 20-50 310 296 606 22.01

6. >50 105 80 185 6.71

Jumlah 1432 1324 2756 100.00

Sumber : Profil Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Tahun 2010

Berdasarkan matrix di atas dapat dilihat bahwa golongan umur terbanyak yang ada di Desa Besilam-Babussalam ialah golongan umur 20-50 tahun yakni sebanyak 606 orang (22,01%), sedangkan golongan umur paling rendah ialah golongan umur di atas 50 tahun yakni sebanyak 185 orang (6,71%).

Matrix 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

No Agama Jumlah Persentase (%)

1. Islam 2.756 100%

Jumlah 2.756 100%

Sumber : Profil Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Tahun 2010 Berdasarkan matrix di atas dapat dilihat bahwa seluruh penduduk Desa Besilam-Babussalam adalah beragama Islam yakni 2.750 jiwa (100%).


(13)

Matrix 4.3. Distribusi Sarana Kesehatan di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

No Sarana Kesehatan Jumlah

1. Puskesmas Pembantu 1 unit

2. Bidan 1 orang

3. Pengobatan Tradisional -Tukang Pijat/Kusuk -Dukun beranak

2 orang 1 orang

Jumlah 5 unit

Sumber : Profil Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Tahun 2010 Sarana kesehatan yang tersedia di Desa Besilam-Babussalam baik medis maupun non medis berjumlah 5 jenis sarana yang terdiri dari 2 unit medis dan 3 unit pengobatan tradisional (non medis). Untuk medis masing-masing berjumlah 1 unit, sedangkan untuk non medis, tukang pijat sebanyak 2 unit dan dukun beranak sebanyak 1 unit.

4.2. Gambaran Informan 4.2.1. Karakteristik Informan

Karakteristik informan meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Matrix 4.4. Karakeristik Informan No Nama Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin

Pendidikan Pekerjaan Penghasilan/ Bln (Rp) 1 Informan 1 60 Perempuan Tidak tamat SD IRT 300.000

2 Informan 2 35 Perempuan SD IRT 350.000

3 Informan 3 50 Laki-laki S1 PNS 1.800.000

4 Informan 4 29 Perempuan SMA IRT 300.000

5 Informan 5 30 Perempuan SMA IRT 500.000

6 Informan 6 65 Perempuan SD IRT 350.000


(14)

Berdasarkan matrix karakteristik informan di atas memperlihatkan bahwa umur informan bervariasi antara 29 – 65 tahun, 1 orang diantaranya laki-laki dan 6 orang perempuan dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda 1 orang tidak tamat SD, 3 orang tamat SD, 2 orang tamat SMA dan 1 orang sarjana. Pekerjaan yang bervariasi 6 orang ibu rumah tangga dan 1 orang PNS dengan penghasilan juga bervariasi antara Rp 300.000-Rp 1.800.000.

4.2.2. Matrix Persepsi Informan

1. Matrix Persepsi Informan Tentang Tali Pusat

Matrix 4.5. Matrix Persepsi Informan Tentang Tali Pusat di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Informan Pernyataan

1. Ow tali pusat tu, tali yang ada sama bayi tu ha, yang menyatukan dia sama omaknya, kalo dah lahir anak tadi dipotong dan jangan dibuang tapi disimpan bagus-bagus.

Bisa jadi obat kalo dia sakit, bisa juga untuk syarat-syarat lain misalnya bisa juga ditanam dekat rumah biar dia tak pergi jauh

Andong ni tak sekolah, SD pun tak tamat, aku tau dari bidan kampong dulu tu..

2. Hahaa…aku tak tau, apa yang ku ngerti aja lah ku jawab yo, tali pusat tu ya tali dia sama mamaknya tu la, pas udah lahir dipotong.

Kata orang tua dulu bisa jadi obat ya, hahahaha Dari orang dulu, mamak kami yang bilang.. hahaha…

3. organ penghubung antara bayi sama ibunya ketika dalam kandungan. Bisa jadi obat, bisa jadi jampi-jampi, bisa jadi banyak lah, supaya tak terserang penyakit, macam-macam lah

Secara umum memang berkhasiat kok Ya tau lah, belajar dan dari pengalaman

4. Itu tali yang ada di pusat bayi tu ha, penghubung antara bayi dan ibu waktu dalam kandungan, setelah lahir dipotong

Bisa jadi obat la, kalo udah di potong ya Kata orang tua dulu.


(15)

5. Tali pusat tu tali yang ini ni ha, yang ini bayi (menunjukkan pusat) menyatu sama emaknya, nanti kalo dah lahir baru dipotong.

bisa jadi obat kata orang tua dulu, aku ikut aja ya dari orang tua dulu juga

6. Ow tali pusat tu ha, tali yang menghubungkan bayi sama emaknya waktu masih dalam perut.

Setelah lahir kan dipotong, nanti jangan dibuang, tapi disimpan, karena bisa jadi obat untuk bayinya kalo sakit.

Dari orang tua dulu dan pengalaman sendiri

7. Yah aku pulo ditanyo, tak taulah aku, itu kan tali yang ada di pusat bayi tu kan yang besatu sama emaknya punya, tapi kalo dah lahir nanti dipotong.

Kata orang dulu bisa jadi obat katanya

Dari orang tua dulu juga lah, kalo orang sekarang ni dah banyak yang gak pakai itu lagi

Berdasarkan matriks di atas terlihat bahwa 4 informan mengatakan bahwa tali pusat adalah tali yang menyatukan ibu dan bayi ketika bayi masih dalam kandungan, 3 informan mengatakan bahwa tali pusat adalah organ penghubung antara ibu dan bayi ketika bayi dalam kandungan. Keseluruhan informan mengatakan bahwa tali pusat dapat dimanfaatkan sebagaia obat, ada juga 1 informan yang mengatakan tali pusat dapat digunakan untuk jampi-jampi. Ada 5 informan memperoleh informasi tentang tali pusat tersebut dari orang tua dulu, 1 orang informan memperoleh dari bidan kampung, 1 orang informan memperoleh dari hasil belajar dan pengalaman.


(16)

2. Matrix Persepsi Informan Tentang Penggunaan Tali Pusat Sebagai Obat Pada Bayi

Matrix 4.6. Matrix Persepsi Informan Tentang Penggunaan Tali Pusat Sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Informan Pernyataan

1. Iya bisa jadi obat maka kalo dah lahir bayi tu jangan dibuang tali pusatnya, simpan bagus-bagus, nanti bisa jadi obat bisa juga di tanam, Sejak dulu lah, si ayong kami tu lahir, si yong isam tu.

Yaah ikut apa kata orang aja lah aku, dari bidan tu juga bagus kurasa ku buat

2. O kata orang tua dulu iyo tali pusat tu bisa jadi obat ya diikutlah Taunya dari orang tua dulu juga lah, hahaha

Sejak dulu waktu anak pertama si abang kami tu lahir, hahaha Yaah, orang dulu bilang kayak gitu, ya kami buat lah, hahaha

3 Iya bisa, namanya orang dikampung, masih banyak yang percaya gitu, tapi memang benar bisa, insya allah bisa jadi obat kalo kita yakin

Taunya aku belajar dari guru, ada tu yang ngerti tentang petua-petua dulu.

Udah lama la, dari dulu

Karena memang bisa kalo kita yakin, aku dah ku buat dah 4. Iya bisa

Dari omak kami tu ha

Baru-baru aja la gak lama si rafa lahir Omak kami bilang gitu ya ikutlah 5. Insya allah kalo yakin kita bisa jadi obat

Dari orang tua dulu, dari mamak kami, diturunkannya ke kami Dari semenjak nikah tu la

Yah namanya orang tua dulu bilang gitu ya diikut aja lah, bagus katanya, dah dicoba juga kok

6. Iya bisa, kalo demam dia, sakit perutnya, bisa jadi obat Dari orang dulu, aku pun ah buat

Sejak dulu lah, dah lama

Ya pertama dari orang tua dulu, trus dibuat rupanya bisa 7. Iya bisa

Siapa la yang bilang sama aku ya.. lupa pula, tapi ada memang yang bilang


(17)

Dah lama jugak lah..

Itu tadi karena ada yang bilang bagus katanya jadi obat makanya ku buat ajalah waktu anakku sakit

Berdasarkan matrix di atas terlihat bahwa keseluruhan informan mengatakan bahwa tali pusat dapat digunakan sebagai obat pada bayi, 1 orang informan mengatakan memperoleh informasi tentang tali pusat sebagai obat dari bidan, 1 orang informan mengatakan memperoleh informasi tentang tali pusat sebagai obat dari guru, 2 orang informan mengatakan memperoleh informasi tentang tali pusat sebagai obat dari orang tua dulu, 2 orang informan mengatakan memperoleh informasi tentang tali pusat sebagai obat dari ibunya, dan 1 orang informan mengatakan lupa siapa yang memberikan informasi tentang tali pusat sebagai obat. Ada 3 orang informan mengatakan memperoleh informasi ketika anak pertama lahir, 1 orang informan mengatakan memperoleh informasi setelah menikah, 3 orang informan mengatakan memperoleh informasi sudah sejak lama.


(18)

3. Matrix Persepsi Informan Tentang Penyakit yang biasa diobati dengan Tali Pusat

Matrix 4.7. Persepsi Informan Tentang Penyakit yang diobati dengan Tali Pusat di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Informan Pernyataan

1. Demam bisa, sakit perutnya bisa, gembung bisa, tapi nanti kalo anak tu dah lewat satu-satu tahun bisa jugo ditanam letak dekat rumah biar jangan pergi jauh, anakku yang pertama tu ku letak dibelakang, jadi nak ke dapur saja kerjaannya..

2. Demam, gembung,sakit perut, bisa juga untuk obat biar anak tu tak berantam tapi tunggu dulu la adiknya lahir, hahahaha

Ya waktu kecil tu la umur 7 bulan, bisa sampai waktu pandai makan la…. Hahaha

3. Tergantung dima’rifatkan kemana, penyakit apa yang mau diobati. Tapi umumnya kalo untuk penyakit medis ya biasa penyakit anak bayi la, demam, sakit perut, gembung.

Sekitar 8 bulan

4. Dia tergantung ma’rifatnya.

Tapi biasanya lebih sering Sakit perut, gembung, bisa juga demam.. Dari mulai lahir dah bisa, paling-paing sampai 1 tahun la

5. Ow itu kurasa tergantung ma’rifatnya,

Biasanya untuk sakit perutnya, gembung, demam.. Mulai-mulai lahir tu la bisa, sampai 1 tahun 6. Tergantung ma’rifatnya

Itu bisa jadi obat demam, kalo sakit perutnya juga bisa, gembung juga Ya waktu bayi la umur-umur 2 bulan

7. Tergantung juga penyakitnya apa, tapi paling sering untuk demam, sakit perut, gembung, itu yang biasanya dan paling sering digunakan, gak tau lagi aku.


(19)

Berdasarkan matrix di atas terlihat bahwa keseluruhan informan mengatakan bahwa penyakit yang paling sering diobati dengan menggunakan tali pusat ialah demam, sakit perut, gembung, dan 4 orang diantaranya mengatakan bisa digunakan sesuai dengan ma’rifatnya (diniatkan/ditujukan). Keseluruhan informan menjawab usia bayi yang diobati dengan tali pusat dengan jawaban yang bervariasi yaitu antara 2 bulan sampai 1 tahun.

4. Matrix Persepsi Informan Tentang Proses Pengobatan dengan Tali Pusat Matrix 4.8. Persepsi Informan Tentang Proses Pengobatan dengan Tali Pusat

di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Informan Pernyataan

1. Caranya tali pusat tu kalo dah lahir anak tadi jangan dibuang tapi disimpan bagus-bagus, kalo sakit bayi tadi, direndamkan dalam air dalam gelas, masukkan dia, baru air tadi di usapkan ke tempat yang sakit tadi, misalnya sakit perut, usapkan di perut, terus diminumkan sama anak tu. Waktu bayi tu sakit la, menangis saja kerjanya.

Kalo aku ku bawa dulu ke bidan kampong baru ku buatkan tali pusat tadi.

Kadang-kadang kalo cepat sembuhnya tak lah lagi pakai yang lain, tapi kalo agak lama ku piliskan juga, tu ha yang pake kunyit tu.

Tak ada pake-pake doa apa-apa do, bismillah aja.

2. Hahaha, aku tak paham kali sebenarnya, aku ikut aja, hahaha…

Nanti tali pusat yang udah dipotong tu jangan dibuang, kalo kami di letak dalam sumpit sembur (semacam tempat dari anyaman) di dalamnya diletak tangkal, macam-macamah ada jarum, peniti, hahahha.

Nanti waktu bayi sakit, Ya ambil tali pusat tadi, direndamlah dia dalam air, di ambil airnya disapukanlah ke tempat yang sakit yang mana, gitu kata orang ya gitulah dibuat, terus diminumkan juga… hahahaha

Pas bayi tu sakit la, kan rewel dia nti, kan tau kita.

Pakai tali pusat ni dulu nanti ada juga pakai tanaman tradisional, macam-macam jugalah, kalo aku misalnya tambah pake rumput selansat, tau rumput selansat? Macam rumput teki tu… Uda ga ada lagi kayaknya…. Hahaha

3. Itu sebenarnya petua orang dulu, bukan petuah ya, beda dia petua sama petuah, kalau petuah itu nasehat, tapi kalo yakin kita bacakan sholawat


(20)

insyaallah sembuh, itu tali pusat yang disimpan tadi direndamkan dalam gelas yang beisi air. Siap tu ambil airnya sapukan la ke tempat yang sakit, biasanya sakit perut maka usap bagian perutnya, kalo perlu diminumkan juga ke dia..

Kalau gak sembuh baru bawa ke bidan lah 4. sebenarnya, aku ikut aja…..

direndam aja dalam air, airnya disapukan ke tempat yang sakit yang mana, terus diminumkan…

Waktu dia sakit, bayi kan kalo sakit dia nangis, ntah panas badannya. Iya pakai itu aja, biasanya sembuh

5. Tali pusat tadi yang dah dipotong tadi disimpan bagus-bagus, karena kalo gak bisa dimakan tikus atau kucing, nanti diletakkan dalam sumpit terus dikasi tangkal, tangkalnya tu bisa jarum, kemiri, banyak lah.. nanti waktu bayi sakit Tali pusat tadi tarok dalam gelas, isikan air. Dah lama kemudian ambil airnya sapukan ke badan bayi tu setelah tu diminumkan, insyallah bisa sembuh.

Ya kecil la, belum pandai bejalan lagi. Waktu bayinya sakit tu la…

Tak ada kemana-mana, pakai tu aja, insya allah

6. o.. itu tu kan, kalo demam dia, di usapkan badannya dengan tali pusat yang udah di rendam air tu kan, kalo sakit perutnya di usapkan juga ke perutnya, diminumkan juga, biar sembuh dio.

Ya bayi lah biasanya kan umur-umur 1 bulan.. Pas bayi tu sakit la, kan nanti dia menangis..

Insya Allah sembuh pakai tali pusat tu kalo yakin kita.. 7. Ntah akupun tak ngerti kali, gitu kata orang ya ku buatlah.

Direndam tali pusat tadi, ambil sikit airnya disapukan ke badannya, Waktu bayi tu sakit

Pakai tali pusat dulu nanti dipilis juga pakai kunyit dan kapur

Berdasarkan matrix di atas terlihat bahwa keseluruhan informan mengatakan proses pengobatan yang dilakukan adalah dengan cara merendam tali pusat bayi yang telah disimpan dalam sebuah tempat, lalu airnya disapukan ke bagian yang sakit setelah itu diminumkan ke bayi tersebut. Ada 1 orang informan mengatakan membawa ke bidan dulu baru menggunakan tali pusat, 4 orang mengatakan langsung


(21)

mengobati dengan menggunakan tali pusat ketika sakit, 2 orang mengatakan menggunakan tali pusat dan pengobatan tradisional lain seperti menggunakan tanaman obat.

5. Matrix Persepsi Informan Tentang Kondisi Bayi Sebelum dan Sesudah diobati dengan Tali Pusat

Matrix 4.9. Persepsi Informan Tentang Kondisi Bayi Sebelum dan Sesudah diobati dengan Tali Pusat di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Informan Pernyataan

1 Gejalanya dia panas badannya, perutnya gembung, menangis aja kerjanya

Ya sebelumnya begitu, sesudahnya dah bekuranglah Tegantung jugo lah, ada yang cepat ado yang lamo Paling berkisar dua hari

Tak ada efek apa-apa do…

2 Hahaha… Badannya panas, perutnya gembung, susah tidur, naangis aja. Iya kayak gitu sebelumnya, sesudahnya ya gak lagi

Tergantung, biasanya kami tambah tanaman lain (rumput selansat) jadi bisa cepat sembuhnya, hahahha

Satu atau duo hari gitu lah, hahaha

Alhamdulillah gak ada pula, hahahah.. bagus pula hasilnya… hahaha 3 Kayak mana bayi sakit ya kayak gitu lah, badannya panas, perutnya

gembung, nangis..

Biasanya kayak gitu sebelum diobati, kalo sesudah ya mulai membaik. Tapi ntah juga ya pernah juga ku buat gak sembuh jadi ku bawa ke bidan.

Berkisar 2 atau 3 hari. Gak ada..

4 badannya panas, perutnya gembung, nangis

Biasanya sebelum diobati, kalo sesudah ya berkurang. Berkisar 2 atau 3 hari

Gak ada efek apa-apa insyaallah..

5 Badan panas, gembung, rewel, susah tidur

sebelum diobati ya kayak gitu lah, sesudahnya baru terasa enak. Sekitar 2 hari


(22)

Ga ada kayaknya, aman aja

6 kalo bayi tu demam, panas badannya, nangis dia, gembung perutnya, ya kayak gitu la awalnya, sesudahnya sembuh dia,

ya sembuhnya tergantung juga la, bisa cepat bisa lama tapi insya allah sembuh

tak ado, insyaallah tak ado..

7 sama kayak bayi lain kalo sakit, badannya hangat, perutnya gembung, rewel, nangis.

sebelumnya kayak gitu tadi, kalo sesudahnya udah mulai berkurang, Pastinya kurang tau tapi mungkin berkisar 2 atau 3 hari gitulah.

Gak ada pula ku tengok, bagus-bagus aja

Berdasarkan matrix di atas terlihat bahwa keseluruhan informan mengatakan bahwa ada perubahan setelah diobati dengan tali pusat yaitu merasa lebih baik, namun 1 diantaranya mengatakan pernah tidak mengalami perubahan sehingga harus membawanya ke bidan. Keseluruhan informan juga mengatakan bahwa tidak ada efek samping atau efek yang negatif setelah diobati dengan tali pusat serta keseluruhan informan juga mengatakan bahwa gejala awal yang dirasakan yaitu demam, perut gembung dan bayi rewel.


(23)

6. Matrix Faktor-faktor yang Memengaruhi Masyarakat Tentang Tali pusat Sebagai Obat

Matrix 4.10. Faktor-faktor yang Memengaruhi Masyarakat Tentang Tali pusat Sebagai Obat di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Informan Pernyataan

1. Yakin kita, apalgi yang bilang orang tua kita dulu, pecayalah kita, bagus pula hasilnya, aku ni kan tak sekolah, SD pun tak tamat, jadi apa dibilang orang ya ku ikutlah, bidan kampong tu pun bilang juga

Puskesmas disini tak jalan, udah lama kali, jadi malas orang berobat. Tapi ku liat udah sikit yang pakai tu, tinggal beberapa aja lah yang masih percaya gitu

Duit adanya, tapi kalo untuk sakit kayak gini aja ya tak perlu lah ke rumah sakit.

2. Hahaha…. Tak tau aku, aku sich karena ikut cakap orang tua makanya diikutin, itu aja lah, yang lain tak tau aku, hahahah

Kami gak pernah ke puskesmas, gak jalan puskesmasnya.

Paling-paling orang sini pake obat tradisional, kalo gak ya ke bidan lah. Tapi dah jarang juga pake yang kek gitu sekarang, hahaha. Kalo emaknya nyampekan baru bagi yang mau ikut ya ikut kalo gak ya gak lah.

Kalo parah ya bawa ke rumah sakit la, ada tak ada biaya dibawa juga.. haahahaha

3. Itu tadi yang dibilang, petua orang-orang dulu bilang kayak gitu, yakin la kita jadinya, insyaallah kalo yakin jadi memang. Itu aku ada bukunya tentang petua-petua lain, bukan tali pusat aja, ada juga yang lain-lain, kalau awak mau biar dicopy, tapi bisa awak bacanya…??

Gak jalan puskesmas disini, gak tau kenapa, sekali-sekali aja rame kalo ada acara atau apa.

Gak la, orang disini insyaallah tetap cukup walaupun terlihat agak menengah ke bawah

4. Gak juga, kadang ke bidan juga.

Cuma karena orang tua dulu bilang pake obat tradisional ya dipakai lah, kalo dah besar gini ya ke bidan.

Puskesmas tak jalan disini, sepi kali. Tutup dah, gak tau kenapa.

Gak kok, kalo ke bidan gak nya mahal x, Cuma karena untuk anak-anak pengobatan tradisional bisa, ya dibuat aja la dulu


(24)

5. Sebenarnya karena orang dulu bilang gitu makanya diikutin, tapi sekarang kayaknya udah gak lagi ya, udah sikit orang buat kayak gitu, udah banyak ke bidan juga kok.

Kalo puskesmas disini gak jalan, jauh pun tempatnya, malas orang, bagusan bidan panggil ke rumah, murah lagi

6. Tu kan karena yakin kito apa yang dibilang orang tua dulu, alhamduillah sembuh pula..

Tapi dah jarang orang sekarang, gak kayak dulu lagi keyakinannya. Puskesmas gak jalan disini

7. Alah tu ka karena orang dulu bilang gitu ya diikutlah, puskesmas dekat memang tapi gak jalan disini, jadi rumah kontrakan sekarang, jadi pakai yang tradisional aja, kalo gak bidan pangil ke rumah.

Tapi rasanya yang berobat pakai tali pusat tu dah jarang lagi kita liat, tinggal sikit lagi, kalo yakin dan dijalankan apa kata emaknya ya dibuatlah, ini pun kmaren tau dari bidan kampong juga, tak ada salahnya dibuat.

Berdasarkan matrix di atas terlihat bahwa keseluruhan informan mengatakan melakukan pengobatan dengan tali pusat karena mengikuti orang tua terdahulu (turun temurun), 4 diantaranya mengatakan karena memang yakin akan pengobatan dengan tali pusat. Ada 5 orang informan mengatakan bahwa penggunaan tali pusat sebagai obat tidak dipengaruhi faktor ekonomi. Keseluruhan informan mengatakan pelayanan kesehatan di daerah tersebut tidak berjalan dengan baik dan keseluruhan informan juga mengatakan bahwa penggunaan tali pusat sebagai obat di daerah tersebut sudah mulai berkurang.


(25)

7. Matrix Persepsi Informan Tentang Hal Lain yang diyakini yang berkaitan dengan tali pusat

Matrix 4.11. Persepsi Informan Tentang Hal Lain yang diyakini yang berkaitan dengan tali pusat di Desa Besiam-Babussalam Tahun 2011

Informan Pernyataan

1. Selain jadi obat bisa juga untuk yang lain, tali pusat tu jangan dibuang tapi disimpan sampe punya adek-adeknya, dikumpulkan jadi satu direndamkan juga sama-sama minumkan lagi, atau diletakkan dalam nasi, biar uang tu tak mau berantam.

Bisa juga nanti ditanam dibunga biar elok aja orang mandang kito, kalo di letak di dapur, ke belakang sajo nanti kerjanya, yang kayak gitu lah.

2. Haahaa..

katanya bisa juga dibuat supaya anak nanti jangan becokak-cokak atau berantem.

Tapi kalo itu harus tunggu adek-adeknya lahir, nti digabungin, baru direndam dan diminumkan semua, gitu katanya, hahahah

3. Orang-orang dulu bilang, bisa mencegah penyakit, bisa jadi jampi-jampi, bisa supaya anak tak berantam. Bisa buat anak patuh pada orang tua, macam-macam lah

Tapi itu gak tau juga ya, aku gak terlalu yakin soal yang ini.

Tergantung lah kita mau buatnya kemana, ke yang buruk bisa, yang bagus juga bisa.

4. Bisa juga untuk supaya anak-anak akur dan gak berantem, tapi itu tunggu adek-adeknya lahir dulu baru dikumpulkan tali pusatnya, itu aja yang tau aku

5. Tali pusat tu bisa juga dibuat supaya anak-anak tak becokak-cokak atau gaduh terus tiap hari, biar sayang orang tu sama kakaknya..

Tapi itu nanti kalo udah lahir adek-adeknya, baru digabungin tali pusatnya, direndam diminumkan ke semuanya, insya allah kalo yakin pasti jadi.

6. tali pusat tu kan bisa juga supaya gak becokak-cokak dio, sama akak dan adeknyo, bisa juga dibuat, nanti dikumpolkan semua tali pusatnya disatukan rendamkan ke air minum baru diminumkan.


(26)

7. itu katanya supaya tak berantem-berantem sesama adek kakak, bisa juga dibuat kayak gitu tapi harus tunggu lahir adeknya biar disatukan, direndam di air minum, trus nanti diminumkan, kata orang dulu bisa buat anak-anak nanti besarnya jadi akur

Berdasarkan matrix di atas terlihat bahwa ada juga hal lain yang diyakini dengan menggunakan tali pusat. Keseluruhan informan mengatakan bisa juga menjadi obat agar bersaudara bisa akur, 1 orang diantaranya mengatakan bahwa tali pusat dapat dijadikan sebagai jampi-jampi dan membuat anak patuh pada orang tua, bisa untuk hal buruk bisa untuk hal baik.


(27)

BAB V PEMBAHASAN

Suatu hal yang kini terjadi bahwa sebagian anggota masyarakat dalam mencari pemecahan terhadap masalah kesehatan, memanfaatkan pengobatan tradisional merupakan salah satu pilihannya. Sebagian kecil masyarakat di Indonesia akan mencoba mengobati sendiri terlebih dahulu ketika mereka sakit dengan cara-cara atau bahan-bahan tradisional yang sehari-hari dipergunakan dalam keluarga atau meminta pertolongan kepada dukun. Kalau belum berhasil baru mereka pergi ke tempat-tempat pelayanan kesehatan. Hasilnya akan jauh leih baik daripada tidak mengobati, namun belum sebaik jika pergi berobat ke pelayanan kesehatan modern. Berbeda dengan Negara-negara seperti Cina, Korea, India, Srilangka, cara-cara pengobatan tradisional dan pengobatan modern dilakukan dalam sistem pelayanan kesehatan formal, maka di Indonesia upaya pelayanan pengobatan tradisional berperan pada tingkat pertama fasilitas pelayanan, tingkat rujukan pertama dan rujukan yang lebih tinggi upaya pelayanan kesehatan dilakukan melalui fasilitas pelayanan modern.

Pengobatan tradisional yang dilakukan sendiri seperti menggunakan tali pusat sebagai obat juga merupakan suatu alternatif yang dilakukan oleh beberapa suku yang masih meyakini bahwa tali puat tersebut dapat menyembuhkan penyakit yang diderita khususnya pada bayi. Berdasarkan dari sisi kesehatan masyarakat, melakukan pengobatan tradisional menggunakan tali pusat bukanlah suatu hal yang salah, karena berdasarkan teori proses pencarian pengobatan, diantaranya adalah melakukan


(28)

pengobatan sendiri dan melakukan pengobatan tradisional, hanya saja ada hal-hal yang perlu diperhatikan jika kita kaitkan dengan kacamata medis yakni kesterilan dari tempat dan air rendaman tali pusat tersebut.

5.1. Karakteristik Informan 1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian umur informan bervariasi antara 29 - 65 tahun, dimana ditemukan semua golongan umur tersebut memilih menggunakan pengobatan tradisional yang dilakukan sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan yang dirasakan oleh bayinya. Dalam hal ini mereka menggunakan tali pusat untuk dijadikan obat.

Penelitian ini menunjukkan semua umur merata dalam menggunakan pengobatan tradisional dengan tali pusat, tidak ada kelompok usia yang dominan dalam menggunakan pengobatan tradisional.

Masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional adalah sebagian besar pada kelompok usia tua, karena pengobatan tersebut biasanya diperoleh dengan cara turun temurun atau berdasarkan pengalaman. Namun tidak tertutup kemungkinan pada kelompok umur muda pun banyak memanfaatkan pengobatan tradisional tergantung kepercayaan terhadap pengobatan tradisional (Irwansyah, 2004)

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 orang informan, 6 orang berjenis kelamin perempuan dan 1 orang berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki dan perempuan menerjemahkan tentang penggunaan tali pusat sebagai obat terhadap penyakit yang dirasakan bayi mereka memiliki pendapat yang tidak jauh berbeda. Namun, dari


(29)

tradisional dengan tali pusat untuk bayinya. Peneliti berasumsi hal ini dikarenakan sosok perempuan yang cenderung lebih dekat kepada bayi dan memiliki peranan besar dalam melakukan perawatan bayi, begitu juga dalam melakukan pengobatan terhadap bayi.

Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Foster dan Aderson dalam Irwansyah (2004) bahwa peran pria memiliki kecendrungan lebih besar memanfaatkan pengobatan tradisional dibandingkan perempuan. Mungkin ini disebabkan karena fungsi dan peran mereka yang berbeda dalam keluarga pada umumnya.

3. Pendidikan

Pendidikan informan bervariasi, mulai dari tidak tamat SD sampai dengan Sarjana (S1), yang tidak tamat SD 1 orang, tamat SD 3 orang, tamat SMA 2 orang dan Sarjana 1 orang. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa informan yang berpendidikan rendah dan menengah pun memilih pengobatan tradisional dalam mengatasi masalah kesehatannya khususnya pada bayi. Dalam penelitian ini pengobatan tradisional yang digunakan adalah pengobatan dengan menggunakan tali pusat.

Menurut Agoes A dan T. Jacob dalam Sukamto (2008) suatu fakta menunjukkan bahwa di manapun atau di Negara manapun yang bertaraf pendidikan tinggi ataupun rendah, termasuk Indonesia, pelayanan kesehatan biasanya diberikan untuk dua jenis yaitu pengobatan modern dan tradisional. Walaupun pengobatan modern telah membuktikan dirinya sebagai pengobatan yang behasil, namun masih banyak pula orang sakit yang mencari pengobatan tradisional.


(30)

Hal ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Soekidjo (1997) dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pengenalan atau pemahaman terhadap kesehatan modern juga semakin meningkat sehingga pemanfaatan ramuan obat tradisional hanya sebagai cadangan atau bila diperlukan mendadak dimana pendidikan mempunyai peranan penting dalam mengadopsi pengetahuan secara baik. Pengetahuan dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi tingkat analisis dan pemahan seseorang terhadap inovasi yang baru sehingga kemampuan sintesis perilaku maupun aplikasinya akan lebih baik dan sesuai dengan harapan.

Ini disebabkan karena pemilihan pengobatan tradisional tersebut dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal mereka, dimana masyarakatnya masih memegang tradisi baik dari keluarga maupun tetangga mereka.

4. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 orang informan, 6 orang adalah ibu rumah tangga dan 1 orang berprofesi sebagai PNS. Dari hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa apapun profesinya minat mereka tinggi untuk melakukan pengobatan secara tradisional yang dalam hal ini adalah mengobati sendiri dengan tali pusat.

Hal ini didukung dengan penelitian Irwansyah (2004), pengobatan tradisional mudah didapat dan tidak jauh dari tempat tinggal, tempat bekerja dan tidak dipugkiri bahwa walau apapun profesinya mereka tetap memilih pengobatan tradisional karena sudah tradisi yang sifatnya turun-temurun.

5. Penghasilan


(31)

dalam Irwansyah (2004) pemanfaatan pengobatan tradisional adalah sangat baik dan merupakan salah satu sosial budaya dan dapat digolongkan sebagai teknologi tepat guna karena bahan-bahan yang digunakan terdapat di sekitar masyarakat sehingga mudah didapat, murah dan mudah menggunakannya tanpa memerlukan peralatan yang mahal.

Namun, dari penelitian yang dilakukan, besar atau tidaknya penghasilan tidak mempengaruhi informan dalam menggunakan pengobatan tradisional yang dalam hal ini menggunakan tali pusat sebagai obat pada bayi.

5.2. Persepsi Informan 1. Pengertian Tali Pusat

Seluruh informan memberikan jawaban arti tali pusat hampir sama walaupun penyampaiannya berbeda-beda tetapi tetap memiliki makna yang sama.

Gambaran informan mengenai arti tali pusat dapat diliha pada matrix 4.5. Salah satu pernyataan informan mengenai tali pusat diuraikan sebagai berikut

“Ow tali pusat tu, tali yang ada sama bayi tu ha, yang menyatukan dia sama omaknya, kalo dah lahir anak tadi dipotong dan jangan dibuang tapi disimpan bagus-bagus…….”

Informan lain menyatakan

“organ penghubung antara bayi sama ibunya ketika dalam kandungan”. Elizabeth (2001) mengemukakan, tali pusat atau dalam istilah medis dikenal dengan nama plasenta merupakan sebuah organ yang terdiri dari jaringan janin dan ibu yang berfungsi sebagai suatu organ endokrin serta berfungsi dalam pertukaran gas


(32)

dan zat makanan. Plasenta juga merupakan organ yang sangat luar biasa, dan hanya sedikit ibu yang pernah melihatnya. Mereka tahu keberadaannya namun hanya sebagian kecil yang menanyakan atau memperhatikan kumpulan jaringan pendukung utama kehidupan bayi di dalam rahim.

Berdasarkan pernyataan informan di atas, peneliti memandang bahwa persepsi masyarakat mengenai tali pusat masih sangat sederhana yakni sebatas dengan apa yang mereka ketahui dan pahami.

2. Tali Pusat Sebagai Obat pada Bayi

Penjelasan mengenai tali pusat dapat digunakan sebagai obat dapat dilihat pada matrix 4.6, semua informan mengatakan bahwa tali pusat yang sudah lepas dapat digunakan sebagai obat pada bayi. Seperti diuraikan oleh salah seorang informan,

“Iya bisa jadi obat maka kalo dah lahir bayi tu jangan dibuang tali pusatnya, simpan bagus-bagus….”

Hal ini juga diungkapan informan lain sebagai berikut,

“Iya bisa, namanya orang dikampung, masih banyak yang percaya gitu, tapi memang benar bisa, insya allah bisa jadi obat kalo kita yakin”

Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Wayan (2009), beliau menyatakan bahwa tali pusar bayi yang telah lepas dapat dijadikan obat sakit perut si empunya. Secara ilmiah penelitian yang menyatakan bahwa tali pusat dapat digunakan sebagai


(33)

obat memang belum ada namun ada kepercayaan yang berkembang pada masyarakat Bali bahwa tali pusar dapat dijadikan obat sakit perut oleh yang empunya.

Hal yang sama dikemukakan oleh Fiqih (2011), sebagian masyarakat sering melakukan ritual dengan mengubur plasenta di dalam tanah, tetapi ternyata ada masyarakat tertentu yang menjadikan tali pusat tersebut sebagai obat alternatif bagi bayi bila terserang sakit.

Informan mendapatkan informasi juga dari sumber yang berbeda-beda, 1 orang informan mengatakan memperoleh informasi tentang tali pusat sebagai obat dari bidan kampung, 1 orang informan mengatakan memperoleh informasi tentang tali pusat sebagai obat dari guru, 2 orang informan mengatakan memperoleh informasi tentang tali pusat sebagai obat dari orang tua dulu, 2 orang informan mengatakan memperoleh informasi tentang tali pusat sebagai obat dari ibunya, dan 1 orang informan mengatakan lupa siapa yang memberikan informasi tentang tali pusat sebagai obat.

M.J. Hanafiah (1999) dalam Irwansyah (2004), ilmu dan cara pengobatan tradisional diwariskan secara informan dalam ikatan keluarga, kekerabatan atau sahabat dekat lazimnya dipercaya dan diterima begitu saja tanpa sikap kritis.

3. Penyakit yang Biasa Diobati dengan Tali Pusat

Penjelasan informan mengenai penyakit yang biasa diobati dengan tali pusat dapat dilihat pada matrix 4.7. Secara umum, jawaban dari seluruh informan adalah sama, keseluruhan informan mengatakan bahwa penyakit yang biasa diobati dengan tali pusat adalah penyakit yang biasa dialami oleh bayi yakni berupa demam, sakit perut, gembung. Berdasarkan usia bayi yang diobati, jawaban yang diberikan


(34)

informan bervariasi yakni berkisar antara 1 bulan sampai 1 tahun. Salah seorang informan menguraikan sebagai berikut,

“Demam, gembung, sakit perut, bisa juga untuk obat biar anak tu tak berantam tapi tunggu dulu la adiknya lahir, hahahaha

Ya waktu kecil tu la umur 7 bulan, bisa sampai waktu pande-pande makan la…. Hahaha”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan lain sebagai berikut,

“Tergantung juga sich penyakitnya apa, tapi paling sering untuk demam, sakit perut, gembung, itu yang biasanya dan paling sering digunakan, gak tau lagi aku.

Umur-umur 5 bulan”

Hal ini didukung oleh Fiqih (2011), sebagian masyarakat sering melakukan ritual dengan mengubur plasenta di dalam tanah, tetapi ternyata ada masyarakat tertentu yang menjadikan tali pusat tersebut sebagai obat alternatif bagi bayi bila terserang sakit. Umumnya tali pusat dibungkus secara khusus kemudian disimpan di tempat yang tersembunyi seperti di dalam lemari dan dibiarkan mengering. Bila bayi kembung, sakit perut atau demam bungkusan tadi direndam di dalam air masak kemudian air tersebut diminumkan kepada bayi. Ini dilakukan hingga bayi berusia satu tahun.

Peneliti memandang bahwa penyakit yang diobati adalah penyakit yang biasa terjadi pada anak bayi yaitu demam, gembung dan sakit perut. Jika kita lihat dari tingkatan penyakit, penyakit tersebut masih dianggap penyakit ringan namun jika


(35)

terjadi dengan bayi, hal itu bisa menyebabkan suatu hal yang fatal. Namun, karena didukung oleh keyakinan informan, maka penyakit yang dirasakan bayi bisa sembuh. 4. Proses Pengobatan yang Menggunakan Tali Pusat

Berdasarkan hasil wawancara, jawaban dari keseluruhan informan tidak berbeda. Penjelasan mengenai proses pengobatan dengan tali pusat dapat dilihat pada matrix 4.8. Keseluruhan informan menjawab bahwa untuk menggunakan tali pusat sebagai obat pada bayi dilakukan dengan cara tali pusat bayi tersebut direndam dalam gelas yang berisi air yang sudah dimasak, lalu airnya diminumkan pada bayi, bila perlu airnya juga diusapkan ke bagian tubuh bayi yang sakit dan umumnya diusap di bagian perut. Salah satu uraian dari informan adalah sebagai berikut,

“Caranya tali pusat tu kalo dah lahir anak tadi jangan dibuang tapi disimpan bagus-bagus, kalo sakit bayi tadi, direndamkan dalam air dalam gelas, masukkan dia, baru air tadi di usapkan ke tempat yang sakit tadi, misalnya sakit perut, usapkan di perut, terus diminumkan sama anak tu. Waktu bayi tu sakit la, menangis saja kerjanya.

Kalo aku ku bawa dulu ke bidan kampong baru ku buatkan tali pusat tadi. Kadang-kadang kalo cepat sembuhnya tak lah lagi pakai yang lain, tapi kalo agak lama ku piliskan juga, tu ha yang pake kunyit tu.

Tak ada pake-pake doa apa-apa do, bismillah aja”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan lain yaitu sebagai berikut,

“Tali pusat tadi yang dah dipotong tadi disimpan bagus-bagus, karena kalo gak bisa dimakan tikus atau kucing, nanti diletakkan dalam sumpit terus dikasi tangkal, tangkalnya tu bisa jarum, kemiri, banyak lah.. nanti waktu


(36)

bayi sakit Tali pusat tadi tarok dalam gelas, isikan air. Dah lama kemudian ambil airnya sapukan ke badan bayi tu setelah tu diminumkan, insyallah bisa sembuh.

Ya kecil la, belum pandai bejalan lagi. Waktu bayinya sakit tu la…

Tak ada kemana-mana, pakai tu aja, insya allah”

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fiqih (2011), sebagian masyarakat sering melakukan ritual dengan mengubur plasenta di dalam tanah, tetapi ternyata ada masyarakat tertentu yang menjadikan tali pusat tersebut sebagai obat alternatif bagi bayi bila terserang sakit. Umumnya tali pusat dibungkus secara khusus kemudian disimpan di tempat yang tersembunyi seperti di dalam lemari dan dibiarkan mengering. Bila bayi kembung, sakit perut atau demam bungkusan tadi direndam di dalam air masak kemudian air tersebut diminumkan kepada bayi. Ini dilakukan hingga bayi berusia satu tahun.

Berdasarkan hal di atas, peneliti memandang bahwa ada suatu hal yang perlu diperhatikan dari kacamata medis, yakni kesterilan tempat yang digunakan untuk menyimpan tali pusat tersebut serta memerhatikan zat yang terkandung dalam air rendaman tali pusat, kemungkinan adanya bakteri yang tidak diketahui yang bisa menimbulkan penyakit baru. Walaupun begitu kita tidak dapat melarang masyarakat dalam melakukan pengobatan tradisional tersebut karena itu sudah merupakan budaya yang turun-temurun.


(37)

sering dipanggil ke desa Besilam-Babussalam jika ada yang sakit, beliau juga menyatakan bahwa memang benar adanya keyakinan sebagian masyarakat terhadap penggunaan tali pusat sebagai obat bahkan terkadang ia juga bagian dari pelaku yang menggunakan pengobatan tradisional, hal itu diperoleh dari orang tua dulu yang diwarisi hingga saat ini walaupun sekarang telah berkurang. Beliau juga menjelaskan proses pengobatannya yang tak jauh berbeda dengan yang diuraikan oleh informan, hanya ada satu hal yang ia tekankan bahwa sebelum tali pusat tersebut direndam maka tali pusat harus dicuci bersih terlebih dahulu (disiram pakai air), serta wadah untuk rendaman air juga harus dicuci bersih, beliau beranggapan bahwa hal tersebut untuk meminimalkan adanya bakteri.

Selain itu, 3 orang informan menyatakan bahwa jika tidak sembuh ataupun juga secara bersamaan juga didukung oleh pengobatan lain, seperti diuraikan oleh salah seorang informan sebagai berikut,

Ntah akupun tak ngerti kali, gitu kata orang ya ku buatlah.

Direndam tali pusat tadi, ambil sikit airnya disapukan ke badannya, Waktu bayi tu sakit

Pakai tali pusat dulu nanti dipilis juga pakai kunyit dan kapur” Informan lain mengatakan,

“Kalau gak sembuh baru bawa ke bidan lah”

Young (1980) dalam Juita (2004) mengemukakan, proses pencarian pengobatan sebagai berikut :

1. Tidak bertindak apa-apa 2. Bertindak mengobati sendiri


(38)

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisioal 4. Mencari pengobatan dengan membeli ke warung

5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern, seperti balai pengobatan, Puskesmas dan rumah sakit

6. Mencari pengobatan yang diselenggarakan dokter

Hal yang dikemukakan Young (1980) ternyata memang sering terjadi di masyarakat, hal ini karena ketidakpuasan masyarakat dalam melakukan pengobatan yang dirasakannnya tidak ada perubahan, maka ia selalu mencoba mencari pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkan penyakitnya. Hal tersebut juga diutarakan oleh bidan desa, ia mengakui dipanggil untuk mengobati jika pengobatan tradisional tidak membuahkan hasil.

5. Kondisi Sebelum dan Sesudah diobati dengan Tali Pusat

Penjelasan mengenai kondisi bayi sebelum dan sesudah diobati dengan tali pusat dapat dilihat pada matrix 4.9. Salah seorang informan menguraikan sebagai berikut,

“Hahaha… Badannya panas, perutnya gembung, susah tidur, naangis aja. Iya kayak gitu sebelumnya, sesudahnya ya gak lagi

Tergantung, biasanya kami tambah tanaman lain jadi bisa cepat sembuhnya, hahahha

Satu atau duo hari gitu lah, hahaha

Alhamdulillah gak ada pula, hahahah.. bagus pula hasilnya… hahaha” Informan lain juga menguraikan,


(39)

ya kayak gitu la awalnya, sesudahnya sembuh dia,

ya sembuhnya tergantung juga la, bisa cepat bisa lama tapi insya allah sembuh

tak ado, insyaallah tak ado..”

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa adanya perubahan yang baik antara sebelum dan sesudah menggunakan tali pusat sebagai obat pada bayi. Hal ini juga menjadi suatu hal yang membuat masyarakat masih menggunakan pengobatan tersebut. Jawaban informan mengenai waktu penyembuhan bervariasi, yang semuanya menyatakan sembuhnya cepat dan informan mengatakan tidak ada efek atau dampak yang negatif setelah menggunakan tali pusat justru yang muncul efek positif yaitu bayi menjadi sembuh.

Peneliti berasumsi bahwa terjadinya proses penyembuhan setelah menggunakan pengobatan dengan tali pusat juga karena dipengaruhi oleh keyakinan informan terhadap pengobatan tersebut sehingga menjadi sebuah sugesti terhadap informan bahwa bayi akan sembuh. Awalnya peneliti berpikir bahwa besar kemungkinan timbul penyakit baru yang diderita bayi seperti diare, ternyata fakta di lapangan menunjukkan tidak ada efek negatif yang timbul akibat dari pengobatan tersebut.

6. Faktor yang Memengaruhi Persepsi Masyarakat Menggunakan Tali Pusat Penjelasan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat suku Melayu dapat dilihat pada matrix 4.10. Jawaban yang diberikan oleh informan hampir tidak ada perbedaan. Salah seorang informan menguraikan sebagai berikut,


(40)

“Yakin kita, apalgi yang bilang orang tua kita dulu, pecayalah kita, bagus pula hasilnya, aku ni kan tak sekolah, SD pun tak tamat, jadi apa dibilang orang ya ku ikutlah, bidan kampong tu pun bilang juga

Puskesmas disini tak jalan, udah lama kali, jadi malas orang berobat. Tapi ku liat udah sikit yang pakai tu, tinggal beberapa aja lah yang masih percaya gitu”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan lain yaitu sebagai berikut,

Itu tadi yang dibilang, petua orang-orang dulu bilang kayak gitu, yakin la kita jadinya, insyaallah kalo yakin jadi memang. Itu aku ada bukunya tentang petua-petua lain, bukan tali pusat aja, ada juga yang lain-lain, kalau awak mau biar dicopy, tapi bisa awak bacanya…??

Berdasarkan jawaban informan dapat dilihat bahwa yang memengaruhi sebagian masyarakat suku Melayu menggunakan tali pusat sebagai obat karena adanya faktor budaya yang sudah turun temurun yang berasal dari orang tua dulu.

Hal di atas sesuai dengan yang ditulis oleh M.J. Hanafiah (1999) dalam Irwansyah (2004), ilmu dan cara pengobatan tradisional diwariskan secara informan dalam ikantan keluarga, kekerabatan atau sahabat dekat lazimnya dipercaya dan diterima begitu saja tanpa sikap kritis.

Selain itu, hal itu juga didukung oleh faktor keyakinan terhadap pengobatan tersebut sehingga sebagian masyarakat masih menggunakan pengobatan tersebut. Keyakinan bila dikaitkan dengan teori Health Belief Models dapat dikatakan bahwa informan telah menyadari akan penyakit yang dialami oleh bayinya dan telah


(41)

menyadari juga akan akibat dari penyakit tersebut bila tidak mengambil suatu tindakan pengobatan. Kepekaan informan terhadap penyakit inilah yang memicu untuk berobat. Dalam hal ini juga sudah muncul niat untuk melakukan suatu tindakan pengobatan. Sejalan juga dengan Theory of Reasoned Action yang dikemukakan Fisbein (1967) dalam Glanz (2002), faktor yang paling penting dalam seseorang berprilaku adalah niat. Niat akan ditentukan oleh sikap seseorang dan sikap ditentukan oleh keyakinan seseorang akibat dari tindakan yang akan dilakukan. Diukur dengan evaluasi terhadap masing-masing akibat. Jadi, seseorang yang memiliki keyakinan yang kuat akan akibat dari tindakan yang dilakukan secara positif akan menghasilkan sikap positif pula. Sebaliknya jika seseorang tidak yakin akan akibat dari perilaku yang dilakukan dengan positif akan menghasilkan sikap yang negatif.

Faktor kebudayaan yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan diantaranya adalah :

f. Rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan pada suku bangsa terpencil

g. Ikatan keluarga yang kuat lebih banyak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

h. Meminta nasehat dari keluarga dan teman-teman i. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit

j. Sikap dan kepercayaan masyarakat terhadap provider sebagai pemberi pelayanan.

Selain dari 2 faktor di atas, ternyata informan juga menguraikan tentang pelayanan kesehatan yang ada di desa tersebut yaitu puskesmas, keseluruhan


(42)

informan mengatakan bahwa pelayanan kesehatan di desa tersebut tidak berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Hal tersebut diuraikan oleh salah seorang informan sebagai berikut,

“Puskesmas disini tak jalan, udah lama kali, jadi malas uang beubek” Hal senada diungkapkan oleh informan lain,

“Gak jalan puskesmas disini, gak tau kenapa, sekali-sekali aja rame kalo ada acara atau apa”.

Dalam hal ini, peneliti juga melakukan triangulasi kepada bidan desa, diketahui bahwa puskesmas yang ada di desa Besilam-Babussalam statusnya adalah puskesmas pembantu yang saat ini memang tidak aktif lagi/sudah tutup. Beliau mengatakan bahwa petugas kesehatan di desa tersebut juga tidak ada sehingga tidak ada yang menjalankan kerja puskesmas.

Menurut Mechanic yang dijabarkan Sarwono (2004) dalam Mawaddah (2007), bahwa terjadi proses dalam diri individu sebelum dia menentukan untuk mencari upaya pengobatan. Faktor yang menyebabkan seseorang bereaksi terhadap penyakit antara lain adanya kebutuhan untuk bertindak/ berprilaku untuk mengatasi gejala sakit tersebut, serta tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai sarana tersebut, tersedianya biaya dan kemampuan untuk mengatasi stigma dan jarak social (rasa malu, takut, dsb).

7. Hal lain yang Diyakini Berkaitan dengan Tali Pusat

Penjelasan mengenai hal lain yang diyakini berkaitan dengan tali pusat dapat dilihat pada matrix 4.11. Tali pusat tidak hanya diyakini dapat digunakan sebagai


(43)

obat tetapi juga bisa digunakan untuk hal-hal yang lain. Salah seorang informan menguraikan sebagai berikut,

“Selain jadi obat bisa juga untuk yang lain, tali pusat tu jangan dibuang tapi disimpan sampe punya adek-adeknya, dikumpulkan jadi satu direndamkan juga sama-sama minumkan lagi, atau diletakkan dalam nasi, biar uang tu tak mau berantam.

Bisa juga nanti ditanam dibunga biar elok aja orang mandang kito, kalo di letak di dapur, ke belakang sajo nanti kerjanya, yang kayak gitu la”.

Jawaban yang sama juga diuraikan oleh informan lain yaitu sebagai berikut,

“Tali pusat tu bisa juga dibuat supaya anak-anak tak becokak-cokak atau gaduh terus tiap hari, biar sayang orang tu sama kakaknya..

Tapi itu nanti kalo udah lahir adek-adeknya, baru digabungin tali pusatnya, direndam diminumkan ke semuanya, insya allah kalo yakin pasti jadi”

Berdasarkan pernyataan-pernyataan informan, peneliti memandang bahwa ternyata banyak hal yang jika diyakini oleh masyarakat tertentu dalam hal ini adalah masyarakat suku Melayu dapat dijadikan sesuatu yang berkhasiat. Apalagi jika keyakinan tersebut juga sudah menjadi budaya dalam suatu masyarakat.

Pada umumnya semua orang cenderung mengikut kebudayaannya, mereka terikat pada cara-cara dan kepercayaan tradisional mereka sendiri dan menganggap bahwa cara-cara tersebut adalah sama dan mungkin lebih baik daripada cara masyarakat lainnya. Sehubungan dengan kompleks kepercayaan dan nilai-nilai yang berhubungan dengan makanan, kesehatan dan penyakit, hal ini nampaknya benar.


(44)

Pandangan-pandangan tiap masyarakat tentang kesehatan dan penyakit merupakan bagian dari pribadinya yang terdalam yang tidak bisa begitu saja disingkirkan sebelum ada bukti yang sangat nyata yang memberikan indikasi tidak ada penyelesaian yang lebih baik (Foster, 2005).


(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Karakteristik 7 informan, dapat diketahui bahwa umur informan bervariasi antara 29 – 65 tahun, 1 orang diantaranya laki-laki dan 6 orang perempuan dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda 1 orang tidak tamat SD, 3 orang tamat SD, 2 orang tamat SMA dan 1 orang Sarjana. Pekerjaan yang bervariasi 6 orang ibu rumah tangga dan 1 orang PNS dengan penghasilan juga bervariasi antara Rp 300.000-Rp 1.800.000.

2. Masih ada sebagian masyarakat suku Melayu yang menggunakan tali pusat sebagai obat pada bayi ketika bayinya sakit, namun saat ini perlahan-lahan sudah mulai berkurang dan terkikis. Penyakit yang paling sering diobati dengan tali pusat adalah demam, sakit perut dan gembung. Teknik pengobatan yang dilakukan adalah dengan merendam tali pusat yang telah disimpan ke dalam segelas air yang telah dimasak lalu airnya diminumkan ke bayi dan disapukan ke seluruh bagian tubuh bayi yang sakit.

3. Faktor yang memengaruhi persepsi masyarakat suku Melayu dalam menggunakan tali pusat sebagai obat yaitu faktor budaya yang telah turun temurun dari orang tua dan faktor keyakinan yang akhirnya memunculkan niat untuk melakukan pengobatan tersebut.


(46)

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai zat yang terkandung dalam rendaman air tali pusat serta kesterilan wadah tali pusat yang digunakan sebagai obat.

2. Perlu dilakukan intervensi berupa penyuluhan kepada masyarakat tentang pengobatan tradisional khususnya pengobatan sendiri dengan menggunakan tali pusat.


(47)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persepsi

2.1.1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah stimulus yang ditangkap oleh pancaindera individu, lalu diorganisasikan dan kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari dan mengerti apa yang diindera itu. Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa persepsi adalah keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan) yang diterima pancaindera kemudian stimulus diantar ke otak dimana ia diartikan dan selanjutnya mengakibatkan pengalaman yang disadari. (Maramis, 2006)

Menurut Rahmat (2000), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dengan kata lain, persepsi adalah memberi makna pada stimuli inderawi. Dalam menafsirkan makna inderawi melibatkan sensasi, atensi, ekspektasi, motivasi dan memori.

Menurut Scheerer dalam Sarwono (2000) menyatakan bahwa persepsi adalah representasi fenomenal tentang obyek-obyek distal sebagai hasil pengorganisasian obyek distal itu sendiri, medium dan rangsang proksimal. Bruner menyatakan bahwa persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme dirangsang oleh suatu masukan tertentu (obyek-obyek diluar, peristiwa, dan lain-lain) dan organism ini berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa.


(48)

Manusia mengamati suatu objek psikologi dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai oleh kepribadiannya. Sedangkan obyek psikologi itu sendiri dapat berupa kejadian, ide, atau situasi tertentu. Faktor-faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat, sedangkan cakrawalanya memberikan arti terhadap obyek psikologi tersebut. Melalui komponen akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang dilihat, selanjutnya komponen konasi yang menentukan kesediaan/kesiapan jawaban berupa tindakan terhadap yang timbul adalah sikap apatis dan acuh tak acuh. Keseimbangan ini dapat kembali jika persepsi dapat diubah melalui komponen kognisi.

2.1.2. Proses Pembentukan Persepsi

Menurut Feigl dalam Sukamto (2008) menekankan bahwa ada tiga mekanisme pembentukan persepsi yaitu (1) selectivity, (2) closure, (3) interpretation. Proses selectivity terjadi apabila seseorang menerima pesan maka akan berlangsung proses penyelesaian yang dianggap penting dan tidak penting, hal tersebut merupakan peristiwa yang saling berhubungan yang diperoleh dengan cara menyimpulkan dan penafsiran pesan. Proses closure akan menyeleksi hasil kesimpulan, kemudian disusun suatu kesatuan pesan atau stimulus. Sedangkan interpretation terjadi apabila pesan tersebut diinterpretasikan atau penafsiran stimulus secara menyeluruh ke dalam lingkungan.

Atas dasar tindakan ini maka situasi yang semula kurang seimbang menjadi seimbang kembali. Keseimbangan ini berarti bahwa obyek yang dilihat sesuai dengan penghayatannya dimana unsur nilai dan norma dirinya dapat menerima secara


(49)

Proses pembentukan persepsi antara individu yang satu dengan individu yang lain berbeda-beda, pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya serta lingkungan fisik.

2.1.3. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Persepsi

Ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi, hal ini didukung oleh Notoatmodjo (2005) yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.

a. Faktor eksternal

1. Kontras : Cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan. 2. Perubahan intensitas : Suara yang berubah dari pelan menjadi keras,

atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.

3. Pengulangan (repetition) : Iklan yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian seseorang, walaupun seringkali kita merasa jengkel dibuatnya. Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang perhatian kita, mmaka akhirnya akan mendapat perhatian kita. 4. Sesuatu yang baru (novelty) : Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik


(50)

5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak : Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian kita.

b. Faktor internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda. Contoh faktor internal adalah :

1. Pengalaman/pengetahuan

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan factor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang tlah kita pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.

2. Harapan

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus 3. Kebutuhan

Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara berbeda.

4. Motivasi

Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu yang negatif.


(51)

5. Emosi

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya serba indah.

6. Budaya

Seseorang dengan latar budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang diluar kelompoknya sama saja.

Jalaluddin (1992) dalam Irwansyah (2004), Persepsi dapat ditentukan oleh dua faktor, yaitu :

1. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan lain-lain yang termasuk dengan apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons terhadap simuli itu. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi ini lazim disebut sebagai kerangka rujukan, sedangkan di dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Misalnya seorang ahli komunikasi tidak akan memberikan pengertian apa-apa apabila ahli kedokteran berbicara tentang flour albus, adnesti, dan lain-lain, karena ahli komunikasi tidak memiliki kerangka rujukan untuk memahami istilah-istilah kedokteran.


(52)

2. Faktor Struktural

Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada system saraf individu. Bila kita memersepsi sesuatu, kita memersepsinya sebagai suatu keseluruhan, bukan melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya. Misalnya untuk dapat memahami seseorang maka kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dan dalam masalah yang dihadapinya.

2.1.4. Obyek Persepsi

Sebagaimana disebutkan bahwa persepsi itu merupakan proses pengamatan maka hal-hal apa yang diamati dapat dibedakan atas dua bentuk dan disebut sebagai obyek dari persepsi itu. Adapun obyek dari persepsi itu adalah :

1. Manusia termasuk di dalamnya kehidupan sosial manusia, nilai-nilai kultural dan lain-lain. Dalam hal ini digunakan istilah persepsi interpersonal.

2. Benda-benda mati seperti balok, pohon dan lain-lain. Dalam hal ini digunakan istilah persepsi obyek

2.2. Pelayanan Kesehatan

Menurut Levey dan Loombo dalam Azwar (1996), pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dalam mencapai kesejahteraan dan pemeliharaan penyembuhan penyakit


(53)

kesehatan yang bermutu dan menyeluruh di wilayah Indonesia ini tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal (Azwar, 1996).

Banyak teori yang berkaitan dengan alasan seseorang ketika memilih dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, diantaranya :

2.2.1. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

Health Belief Model telah berkembang di tahun 1950 oleh para ahli psikologi sosial. Berkembangnya pelayanan kesehatan masyarakat akibat kegagalan dari orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider. (Glanz, 2002)

Ada 6 variabel yang menyebabkan seseorang mengobati penyakitnya : 1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)

Persepsi seseorang terhadap resiko dari suatu penyakit. Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut.

2. Keparahan yang dirasakan (perceived seriousness)

Tindakan seseorang dalam pencarian pengobatan dan pencegahan penyakit dapat disebabkan karena keseriusan dari suatu penyakit yang dirasakan misalnya dapat menimbulkan kecacatan, kematian, atau kelumpuhan, dan juga dampak sosial seperti dampak terhadap pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial.

3. Keuntungan yang dirasakan (perceived benefits)

Penerimaan seseorang terhadap pengobatan penyakit dapat disebabkan karena keefektifan dari tindakan yang dilakukan untuk mengurangi penyakit. Faktor


(54)

lainnya termasuk yang tidak berhubungan dengan perawatan seperti, berhenti merokok dapat menghemat uang.

4. Hambatan yang dirasakan (perceived barriers)

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan pencegahan penyakit akan mempengaruhi seseorang untuk bertindak. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan daripada rintangan atau hambatan yang mungkin ditemukan dalam melakukan tindakan tersebut.

5. Isyarat atau tanda-tanda untuk bertindak (cues to action)

Kesiapan seseorang akibat kerentanan dan manfaat yang dirasakan dapat menjadi faktor yang potensial untuk melakukan tindakan pengobatan. Selain faktor lainnya seperti faktor lingkungan, media massa, atau anjuran dari keluarga, teman-teman dan sebagainya.

6. Keyakinan akan diri sendiri (self efficacy)

Kepercayaan seseorang terhadap kemampuannya dalam pengambilan tindakan (Glanz, 2002).

2.2.2. Theory of Reasoned Action (TRA)

Theory of Reasoned Action pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967 untuk melihat hubungan keyakinan, sikap dan perilaku. Fishbein, 1967 mengembangkan TRA ini dengan sebuah usaha untuk melihat hubungan sikap dan perilaku (Glanz, 2002).

Faktor yang paling penting dalam seseorang berprilaku adalah niat. Niat akan ditentukan oleh sikap seseorang dan sikap ditentukan oleh keyakinan seseorang


(55)

masing akibat. Jadi, seseorang yang memiliki keyakinan yang kuat akan akibat dari tindakan yang dilakukan secara positif akan menghasilkan sikap positif pula. Sebaliknya jika seseorang tidak yakin akan akibat dari perilaku yang dilakukan dengan positif akan menghasilkan sikap yang negatif (Glanz, 2002).

Niat seseorang untuk berprilaku juga dapat dipengaruhi oleh norma individu dan motivasi untuk mengikuti. Norma individu dapat dipengaruhi oleh norma-norma atau kepercayaan di masyarakat.

2.3. Aspek Sosial Budaya Dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan 2.3.1. Faktor Sosial Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan

a. Cenderung lebih tinggi pada kelompok orang muda dan orang tua b. Cenderung lebih tinggi pada orang yang berpenghasilan tinggi dan

berpendidikan tinggi

c. Cenderung lebih tinggi pada kelompok Yahudi dibandingkan dengan penganut agama lain

d. Persepsi sangat erat hubungannya dengan penggunaan pelayanan kesehatan 2.3.2. Faktor Budaya Dalam Menggunakan Pelayanan Kesehatan

Faktor kebudayaan yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan diantaranya adalah :

a. Rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan pada suku bangsa terpencil

b. Ikatan keluarga yang kuat lebih banyak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

c. Meminta nasehat dari keluarga dan teman-teman d. Pengetahua tentang sakit dan penyakit


(56)

e. Sikap dan kepercayaan masyarakat terhadap provider sebagai pemberi pelayanan

2.4. Proses Pola Pencarian Pengobatan

Berdasarkan hasil beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pola-pola penggunaan pelayanan kesehatan pada beberapa daerah. Hal ini tidak dapat dijelaskan hanya karena adanya perbedaan morbidity rate atau karakteristik demografi penduduk, tetapi faktor sosial budaya atau faktor penting yang menyebabkan tidak digunakannya fasilitas kesehatan. Penggunaan pelayanan kesehatan tidak perlu diukur hanya dalam hubungannya dengan individu tetapi dapat diukur berdasarkan unit keluarga (Sarwono, 1992).

Menurut Young dalam Juita (2008), mengatakan bahwa ada tiga pertanyaan pokok yang biasanya dipakai dalam pengambilan keputusan, yaitu :

a. Alternatif apa yang dilihat anggota masyarakat agar mampu menyelesaikan masalahnya. Alternatif yang dimaksud disini adalah pengobatan sendiri, pengobatan tradisional, paramedik, dokter dan rumah sakit.

b. Kriteria apa yang dipakai untuk memilih salah satu dari berbagai alternatif yang ada. Kriteria yang dipakai untuk memilih sumber pengobatan adalah keparahan sakit, pengetahuan tentang pengalaman sakit dan pengobatannya, keyakinan efektivitas pengobatan dan obat, serta biaya dan jarak yang terjangkau.

c. Bagaimana proses pengambilan keputusan untuk memilih alternatif tersebut. Proses pengambilan keputusan ini dimulai dengan penerimaan informasi,


(1)

3. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan serta motivasi yang luar biasa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS dan Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MS selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Bapak dr. Heldy B.Z, MPH, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. 6. Seluruh Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

khususnya Dosen Departemen PKIP yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Bapak Ibnu Nasyith Selaku Kepala Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.

8. Seluruh teman-teman sepeminatan PKIP, terkhusus untuk Dani, Helda, Titan, Neni, Nadia, Leni, Vero, Octo, Vita, Doan dan Mei yang saling mendukung dan berbagi suka duka saat belajar di peminatan sampai dalam penulisan skripsi.

9. Teman-teman seperjuangan stambuk 2008 yang telah bersama-sama menghadapi berbagai dinamika baik suka maupun duka dalam bangku perkuliahan dan organisasi, yaitu : Dani, Novika, Marina, Titan, Sofia, Winda, Habidah, Riky, Azhary, Rizky, Zul, Fauzi, Herianto.

10.Keluarga Besar HMI Komisariat FKM USU dan UKMI FKM USU yang telah memberikan proses pembelajaran yang luar biasa kepada penulis.

Demikian kata pengantar dari penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2012


(2)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan…………... i

Abstrak…..……….... ii

Abstract………. iii

Daftar Riwayat Hidup………..……… iv

Kata Pengantar……….. v

Daftar Isi………. viii

Daftar Tabel……… xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………... 8

1.3. Tujuan Penelitian……….. 8

1.3.1. Tujuan Umum………. 8

1.3.2. Tujuan Khusus………. 8

1.4. Manfaat Penelitian………. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi………. 10

2.1.1. Pengertian Persepsi……… 10

2.1.2. Proses Pembentukan Persepsi……… 11

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi……… 12

2.1.4. Obyek Persepsi………. 15

2.2. Pelayanan Kesehatan……… 15

2.2.1. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)…. 16 2.2.2. Theory of Reasoned Action (TRA)……… 17

2.3. Aspek Sosial Budaya Dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan…… 18

2.3.1. Faktor Sosial Dalam Pengunaan Pelayanan Kesehatan….. 18

2.3.2. Fakto Budaya Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan… 18 2.4. Proses Pola Pencarian Pengobatan………. 19


(3)

2.5. Tali Pusat (Plasenta)……… 23

2.5.1. Pengertian Tali Pusat (Plasenta)………. 23

2.5.2. Peran Tali Pusat (Plasenta)………. 24

2.5.3. Tali Pusat (Plasenta) Sebagai Obat……… 25

2.6. Kesehatan Bayi dan Anak……… 25

2.7. Masyarakat Melayu di Sumatera Utara……… 27

2.8. Kerangka Pikir………. 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian……… 31

3.2. Lokasi dan waktu Penelitian……… 31

3.3. Pemilihan Informan………. 31

3.4. Metode Pengumpulan Data………. 32

3.5. Defenisi Istilah……… 33

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data……… 34

BAB VI HASIL 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 35

4.1.1. Letak Geografis Desa Besilam-Babussalam……….. 35

4.1.2. Demografi……….. 36

4.2. Gambaran Informan………. 37

4.2.1. Karakteristik Informan……….. 37

4.2.2. Matrix Persepsi Informan………. 38

1. Matrix Persepsi Informan Tentang Tali Pusat……….. 38

2. Matrix Persepsi Informan Tentang Penggunaan Tali Pusat Pada Bayi……….. 40

3. Matrix Persepsi Informan Tentang Penyakit Yang Biasa Diobati dengan Tali Pusat……… 42

4. Matrix Persepsi Informan Tentang Proses Pengobatan dengan Tali Pusat………. 43 5. Matrix Persepsi Informan Tentang Kondisi Bayi Sebelum


(4)

dan Sesudah Diobati dengan Tali Pusat……….. 45 6. Matrix Persepsi Informan Tentang Faktor-faktor yang

mempengaruhi Masyarakat dalam Menggunakan Tali Pusat Sebagai Obat……….. 47 7. Matrix Persepsi Informan Tentang Hal Lain yang Diyakini yang Berkaitan dengan Tali Pusat ……….. 49

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Informan ………. 52 5.2. Persepsi Informan……….. 55

1. Matrix Persepsi Informan Tentang Tali Pusat……….. 55 2. Matrix Persepsi Informan Tentang Penggunaan Tali Pusat

Pada Bayi……….. 56 3. Matrix Persepsi Informan Tentang Penyakit Yang Biasa

Diobati dengan Tali Pusat………. 57 4. Matrix Persepsi Informan Tentang Proses Pengobatan dengan Tali Pusat……… 59 5. Matrix Persepsi Informan Tentang Kondisi Bayi Sebelum

dan Sesudah Diobati dengan Tali Pusat………. 62 6. Matrix Persepsi Informan Tentang Faktor-faktor yang

mempengaruhi Masyarakat dalam Menggunakan Tali Pusat

Sebagai Obat……….. 63 7. Matrix Persepsi Informan Tentang Hal Lain yang Diyakini

yang Berkaitan dengan Tali Pusat………. 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan………. 69 6.2. Saran……… 70


(5)

LAMPIRAN

1. Surat Izin Peninjauan Riset/ Wawncara/ on The Job Training di Desa Besilam-Babussalam

2. Surat Keterangan telah selesai Penelitian di Desa Besilam Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat

3. Pedoman Wawancara


(6)

DAFTAR MATRIX

Matrix 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Matrix 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Matrix 4.3. Distribusi Sarana Kesehatan di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011 Matrix 4.4. Karakeristik Informan

Matrix 4.5. Matrix Persepsi Informan Tentang Tali Pusat di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Matrix 4.6. Matrix Persepsi Informan Tentang Penggunaan Tali Pusat Sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Matrix 4.7. Persepsi Informan Tentang Penyakit yang diobati dengan Tali Pusat di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Matrix 4.8. Persepsi Informan Tentang Proses Pengobatan dengan Tali Pusat di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Matrix 4.9. Persepsi Informan Tentang Kondisi Bayi Sebelum dan Sesudah diobati dengan Tali Pusat di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Matrix 4.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi Masyarakat Tentang Tali pusat Sebagai Obat di Desa Besilam-Babussalam Tahun 2011

Matrix 4.11. Persepsi Informan Tentang Hal Lain yang diyakini yang berkaitan dengan tali pusat di Desa Besiam-Babussalam Tahun 2011


Dokumen yang terkait

Tipologi Permukiman Etnik Melayu Di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat

2 87 214

Analisis Kerugian Ekonomi, serta Pengetahuan Masyarakat Terhadap Konflik Orangutan Sumatera (Pongo abelii) (Studi Kasus Desa Kuta Gajah, Kecamatan Kutambaru dan Desa Besilam, Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat)

4 58 108

MANAJEMEN PONDOK PESANTREN SALAFIAH : STUDI KASUS PADA PONDOK PESANTREN AZ-ZUHROH DI DESA BESILAM KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT.

0 1 3

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 1 12

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 2

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 9

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 21

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 3

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 3

Tipologi Permukiman Etnik Melayu Di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat

0 0 23