Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Transfer antarpemerintah merupakan fenomena umum yang terjadi di

semua negara di dunia terlepas dari sistem pemerintahannya dan bahkan sudah
menjadi ciri yang paling menonjol dari hubungan keuangan antara pemerintahan
pusat dan daerah (Kuncoro, 2007:2). Menurut Oates (dalam Kuncoro, 2007:2)
tujuan

utama

implementasi

transfer

adalah


untuk

menginternalisasikan

eksternalitas fiskal yang muncul lintas daerah, perbaikan sistem perpajakan,
koreksi ketidakefisienan fiskal, dan pemerataan fiskal antardaerah.
Lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah yang diikuti dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan respon cepat Pemerintahan
Habibie dalam mengakomodasi tuntutan daerah yang membawa Indonesia
memasuki era baru dalam desentralisasi di bidang fiskal (fiscal decentralization
atau fiscal federalism). Dua produk legislasi tersebut disusun untuk menciptakan
otonomi antardaerah dan mendorong sistem pemerintahan yang lebih demokratis,
sehingga dengan paradigma desentralisasi fiskal yang baru diharapkan provinsi
dan kabupaten/kota dapat mengambil alih semua peran pemerintahan pusat
kecuali lima hal yaitu pertahanan dan keamanan, kebijakan luar negeri, peradilan,
kebijakan ekonomi makro, dan perencanaan nasional (Iskandar, 2012: 114).

1


Universitas Sumatera Utara

Seiring dengan proses pembaruan terhadap isu otonomi dan desentralisasi,
pemerintahan pusat telah melakukan revisi atas UU No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah
menjadi UU No. 33 Tahun 2004. Menurut undang-undang tersebut, sumbersumber pendanaan kegiatan pemerintahan daerah terdiri atas pendapatan asli
daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan asli
daerah terdiri dari komponen pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Menurut Brojonegoro dan Vazquez (2005:159):
Dana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari
APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU),
dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Secara umum Dana Bagi Hasil (DBH) dan
Dana Alokasi Umum (DAU) digolongkan ke dalam bentuk unconditional transfer
atau biasa disebut dengan transfer tak bersyarat, sedangkan Dana Alokasi Khusus
(DAK) digolongkan ke dalam bentuk conditional transfer atau biasa disebut
dengan transfer bersyarat.
Saragih (dalam Kusumadewi dan Rahman, 2007:68) menyatakan:
Ketiga jenis dana tersebut bersama dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan sumber dana daerah yang digunakan untuk menyelenggarakan

pemerintahan di tingkat daerah. Setiap jenis dana perimbangan memiliki
fungsinya masing-masing. Dana bagi hasil berperan sebagai penyeimbang fiskal
antara pusat dan daerah dari pajak yang dibagi hasilkan. Dana alokasi umum
berperan sebagai pemerata fiskal antar daerah (fiscal equalization) di Indonesia.
Dan dana alokasi khusus berperan sebagai dana yang didasarkan pada kebijakan
yang bersifat darurat.
Pada dasarnya, transfer pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah dapat
dibedakan atas bagi hasil pendapatan (revenue sharing) dan bantuan (grants). Banyak
literatur mengenai ekonomi dan keuangan publik menerangkan beberapa alasan
mengapa transfer dari pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah sangat diperlukan.
Paling tidak ada lima alasan yang mendukung diselenggarakannya transfer dari pusat
2

Universitas Sumatera Utara

ke daerah. Kelima alasan tersebut, menurut Mulyana et. al. (2006:32) yaitu menjaga
atau menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh pelosok
negeri, selain itu tujuan transfer adalah mengurangi kesenjangan keuangan horisontal
antardaerah, mengurangi kesenjangan vertikal pusat-daerah, mengatasi persoalan efek
pelayanan


publik antardaerah,

dan

untuk

menciptakan

stabilisasi aktifitas

perekonomian di daerah.

Dominannya peran transfer relatif terhadap pendapatan asli daerah dalam
membiayai belanja pemerintahan daerah sebenarnya tidak memberikan panduan
yang baik bagi pemerintahan terhadap aliran transfer itu sendiri. Alokasi transfer
di negara-negara sedang berkembang pada umumnya lebih banyak didasarkan
pada aspek belanja tetapi kurang memperhatikan kemampuan pengumpulan pajak
lokal. Akibatnya, dari tahun ke tahun pemerintahan daerah selalu menuntut
transfer yang lebih besar lagi dari pusat, bukannya mengeksplorasi basis pajak

lokal secara maksimal. Keadaan tersebut juga ditemui pada kasus pemerintahan
daerah kabupaten dan kota di Indonesia.
Grafik 1.1

3

Universitas Sumatera Utara

Grafik di atas memberikan potret rasio PAD dan dana transfer (DAU,
DBH, DAK) terhadap total pendapatan seluruh pemda yang dikelompokkan per
provinsi. Perhitungannya dilakukan dengan menjumlahkan PAD seluruh pemda
pada satu provinsi kemudian membaginya dengan total pendapatan untuk wilayah
yang sama. Hal yang sama juga berlaku untuk rasio dana transfer. Secara agregat
(provinsi, kabupaten, dan kota), rata-rata rasio PAD terhadap total pendapatan
hanya sebesar 17% dan rata-rata rasio dana transfer terhadap total pendapatan
mencapai hingga 82%, sedangkan sekitar 1% lainnya merupakan rasio Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah terhadap total pendapatan. Kenyataan ini tidak
sejalan dengan tujuan otonomi, yaitu memandirikan daerah dengan segala potensi
yang dimilikinya. Kuncoro (2007:2) mengatakan, saat pemerintahan daerah
merespon (belanja) lebih banyak menggunakan dana transfer daripada

menggunakan kemampuan (pendapatan) sendiri, maka itu disebut flypaper effect.
Flypaper effect merupakan fenomena utama dalam penelitian ini.
Grafik 1.2

4

Universitas Sumatera Utara

Grafik menunjukkan besaran jumlah uang dan persentase dari ketiga
sumber

pendapatan

daerah.

Terlihat

bahwa

dana


perimbangan

masih

mendominasi sumber Pendapatan Daerah yaitu sebesar sebesar 63,49% atau Rp
482,22 triliun, sedangkan PAD hanya sebesar 23,75% atau sebesar Rp180,35
triliun dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 12,76% atau sebesar
Rp96,91 triliun (Ditjen Perimbangan Keuangan, 2014).
Hal tersebut di atas menggambarkan porsi bantuan dari pemerintahan
pusat masih sangat mendominasi pendapatan (penerimaan) daerah. Artinya, angka
belanja daerah sudah tidak sinkron dengan angka PAD. Fenomena ini perlu dikaji,
karena jika dilihat berdasarkan data yang ada, potensi ekonomi yang dimiliki
daerah untuk mengembangkan PAD masih cukup besar, namun potensi tersebut
belum dapat digali dengan baik.
Sumatera Utara, sebagai contoh tahun 2003, Kabupaten Nias dimekarkan
menjadi Nias dan Nias Selatan. Empat tahun kemudian, dari Kabupaten Nias lahir
tiga daerah otonom baru, yaitu Kabupaten Nias Barat dan Nias Utara serta Kota
Gunungsitoli. Setelah pemekaran, gedung-gedung baru dibangun, pejabat baru
ditunjuk, pegawai negeri sipil direkrut. Namun, pelayanan kepada masyarakatnya

masih mengecewakan. Beberapa kali investor asing yang ingin menanamkan
modalnya melakukan kunjungan ke Nias, namun, kunjungan tersebut tak kunjung
membuahkan hasil karena minimnya infrastruktur yang ada. Infrastruktur jalan,
misalnya, tidak tersedia dengan baik. Dari Kota Gunungsitoli menuju Nias Barat,
yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu satu jam, harus ditempuh dalam
waktu lebih dari dua jam karena kondisi jalan yang rusak.

5

Universitas Sumatera Utara

Akibatnya, pembangunan ekonomi pun lambat dan pemekaran nyaris tak
memberikan manfaat. Angka kemiskinan relatif tetap. Angka kemiskinan di
Kabupaten Nias pada 2008 mencapai 25,19 persen penduduk, memang setelah
dimekarkan menurun menjadi 19,98 persen pada 2010. Boleh jadi, hal itu
dikarenakan penduduk miskin tersebar di daerah-daerah yang dimekarkannya.
Buktinya, angka kemiskinan di Nias Utara yang pada 2010 sebesar 31,94 persen,
Nias Barat sebesar 30,89 persen, dan Kota Gunungsitoli sebesar 33,87 persen,
pada 2013 masih berkisar di angka 30 persen alias penurunannya tidak signifikan.
Anggaran lebih banyak habis untuk operasional pegawai daripada belanja

pembangunan sehingga terkesan hanya sebagian elite yang menikmati pemekaran.
Menurut pengamat otonomi daerah dari Universitas Sumatera Utara, Heri
Kusmanto, daerah baru cenderung mengandalkan dana alokasi umum (DAU) dan
dana alokasi khusus (DAK) dari transfer pemerintahan pusat tanpa ada upaya
yang optimal untuk mencari sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD).
Kondisi tersebut merupakan indikasi flypaper effect, yang mencerminkan belum
mandirinya suatu daerah otonom. Lebih parah lagi, belum juga terbukti mandiri,
muncul lagi usulan pemekaran baru. Lima kabupaten/kota tersebut diusulkan
menjadi satu provinsi baru, Provinsi Kepulauan Nias, terpisah dari Sumatera
Utara. Langkah yang hanya akan semakin membelenggu masyarakatnya (Wirasti
dan Herin, 2015: 167).
Tercapainya kemandirian daerah otonom merupakan harapan yang besar
dari pemerintahan daerah untuk membangun daerah berdasarkan kemampuan dan
inisiasi daerah sendiri. Namun faktanya, dari tahun ke tahun harapan itu dirasakan

6

Universitas Sumatera Utara

semakin jauh dari kenyataan. Fakta yang sering terjadi saat ini, daerah terlalu

bergantung pada dana alokasi umum untuk membiayai belanja daerahnya, tanpa
berusaha mengoptimalkan, mengembangkan serta menggali sumber-sumber
potensi pendapatan daerah.
Fakta tersebut di atas secara umum memperlihatkan bahwa perilaku fiskal
pemerintahan daerah dalam merespon transfer dari pemerintahan pusat menjadi
perhatian utama dalam menunjang efektivitas transfer. Bukti empiris mengenai
respon pemerintahan daerah untuk transfer dan pendapatan sendiri (pajak) telah
banyak dibahas oleh beberapa peneliti, misalnya Kuncoro (2007) yang meneliti
kemungkinan terjadinya flypaper effect pada kinerja keuangan pemerintah daerah
di Indonesia, hasilnya menunjukkan setiap peningkatan alokasi transfer diikuti
dengan pertumbuhan belanja yang lebih tinggi. Hal ini mengisyaratkan bahwa
ketergantungan pemerintahan daerah terhadap transfer dari pusat akan semakin
membesar. Maimunah (2006) yang meneliti di kabupaten/kota di Pulau Sumatera
memperoleh hasil yaitu, PAD tidak signifikan berpengaruh tehadap Belanja
Daerah. Hal tersebut berarti terjadi flypaper effect. Hal ini sesuai dengan
hipotesisnya yang menyatakan pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja
lebih besar daripada pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah
yang diterima, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Listiorini
(2011), dan Panggabean (2014), hasil analisisnya tidak berbeda. Artinya, ketika
penerimaan daerah berasal dari transfer, maka stimulus atas belanja yang

ditimbulkannya berbeda dengan stimulus yang muncul dari pendapatan daerah
(terutama pajak daerah). Saat pemerintahan daerah merespon (belanja) lebih

7

Universitas Sumatera Utara

banyak dengan menggunakan dana transfer daripada menggunakan kemampuan
(pendapatan) sendiri, maka itu disebut flypaper effect.
Menariknya, sebagai antitesis penelitian-penelitian sebelumnya, adalah
penelitian yang dilakukan oleh Iskandar (2012). Iskandar meneliti kemungkinan
terjadinya flypaper effect pada unconditional grants di Jawa Barat. Hasilnya
ditemukan bahwa nilai koefisien pendapatan asli daerah (PAD) lebih besar dari
unconditional grants dan keduanya signifikan. Ini menunjukkan tidak terjadinya
flypaper effect di Jawa Barat. Dalam artian kapasitas fiskal kabupaten/kota di
Jawa Barat memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap belanja daerah
daripada pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja daerah. Provinsi Jawa
Barat telah mandiri dari segi keuangan karena telah mampu bertumpu pada
kemampuan keuangan daerah itu sendiri.
Berdasarkan pada hasil-hasil penelitian terdahulu, dan adanya ketidak
konsistenan dari hasil uji, maka peneliti tertarik untuk melakukan semacam
penelitian pengembangan, sebagai sebuah upaya melengkapi hasil penelitianpenelitian terdahulu, sehingga diharapkan, hasilnya lebih mencerminkan kondisi
Sumatera Utara saat ini yang sesungguhnya. Penelitian ini diberi judul “Pengaruh
Dana Alokkasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Belanja Daerah (Studi pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Tahun 2011-2015)”.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi rumusan

masalah yakni sebagai berikut:
8

Universitas Sumatera Utara

1. Apakah Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Daerah secara
parsial pada Pemerintahan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara?
2. Apakah Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja Daerah secara
parsial pada Pemerintahan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara?
3. Apakah Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara parsial terhadap
Belanja Daerah pada Pemerintahan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera
Utara?
4. Apakah Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli
Daerah

berpengaruh

secara

simultan

terhadap

Belanja

Daerah

Pemerintahan Kabupaten/kota di pProvinsi Sumatera Utara?
1.3.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap
Belanja Daerah secara parsial pada Pemerintahan kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui apakah Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap
Belanja Daerah secara parsial pada Pemerintahan kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui apakah Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara
parsial terhadap Belanja Daerah pada Pemerintahan kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Utara.

9

Universitas Sumatera Utara

4. Untuk mengetahui apakah Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan
Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara simultan terhadap Belanja
Daerah Pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
1.4.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi pemerintah kabupaten/kota, sebagai obyek penelitian dapat menjadi
bahan pertimbangan atau evaluasi dalam penentuan kebijakan yang
menyangkut tentang penggunaan anggaran penerimaan dari pemerintah
daerah tersebut untuk mengeluarkan respon belanja dengan efektif dan
efisien sehingga pemerintah daerah mampu mengambil langkah-langkah
untuk memaksimalkan semua potensi yang ada.
2. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan

secara praktis dan efisiensi dihubungkan dengan teori yang diperoleh.
3. Bagi calon peneliti berikutnya, dapat dijadikan sebagai bahan informasi

atau sumber referensi dalam penelitian yang lebih mendalam.
4. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan akan melengkapi temuantemuan empiris yang telah ada dibidang akuntansi untuk kemajuan dan
pengembangan karya ilmiah dimasa yang akan datang.

10

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 35 106

Flaypaper Effect pada Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 2 102

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 5 95

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 29

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 9