Implementasi Pengelolaan Alat Kontrasepsi Pil, Suntik dan Implant Di Badan Pemeerdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Asahan tahun 2015

22

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Sejarah Keluarga Berencana
Pada tahun 1953, sekelompok kecil masyarakat yang terdiri dari berbagai

golongan, khususnya dari kalangan kesehatan, memulai prakarsa kegiatan
keluarga berencana. Kegiatan ini berkembang hingga berdirilah Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam tahun 1957. Mula-mula Departemen
Kesehatan merupakan penunjang bagi Kegiatan-kegiatan PKBI, dengan
menyediakan BKIA-BKIA serta tenaga kesehatan sebagai sarana pelayanan
keluarga berencana (Depkes RI, 1985).
Namun dalam kegiatan penerangan dan pelayanan masih dilakukan
terbatas mengingat PKBI, sebagai salah satu kegiatan penerangan dan pelayanan
masih dilakukan terbatas mengingat PKBI, sebagai salah satunya organisasi sosial
yang bergerak dalam bidang KB masih mendapat kesulitan dan hambatan,
terutama KUHP nomor 283 yang melarang penyebarluasan gagasan keluarga

berencana. Pada tahun 1967 PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen
Kehakiman.
Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta diambil keputusan
diantaranya bahwa PKBI dalam usahanya mengembangkan dan memperluas
usaha keluarga berencana (KB) akan bekerjasama dengan instansi pemerintah.
Pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan
Dunia

yang

berisikan

kesadaran

betapa

pentingnya

menentukan


atau

Universitas Sumatera Utara

23

merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai
hak asasi manusia.
Pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan Sidang DPRGR, Presiden
Soeharto pada pidatonya “Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian secara
serius mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan konsepsi keluarga
berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral Pancasila”.
Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menkesra membentuk Panitia
Ad Hoc yang bertugas mempelajari kemungkinan program KB dijadikan Program
Nasional.
Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden mengeluarkan
Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat, yang
isinya antara lain:
a. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di
dalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.

b. Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri atas
unsur Pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11
Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan No. 35/KPTS/Kesra/X/1968
tentang Pembentukan Tim yang akan mengadakan persiapan bagi Pembentukan
Lembaga Keluarga Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra
dengan beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat
dalam usaha KB, Maka pada tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga

Universitas Sumatera Utara

24

Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat Keputusan No.
36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembanga ini statusnya adalah sebagai Lembaga Semi
Pemerintah.
Pada tahun 1969-1974 mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan
sebagai Kepala BKKBN adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. Dua tahun kemudian,

pada tahun 1972 keluar Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai penyempurnaan
Organisasi dan tata kerja BKKBN yang ada. Status badan ini berubah menjadi
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan langsung dibawah
Presiden.
Untuk melaksanakan program keluarga berencana di masyarakat
dikembangkan berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan program
dan situasi serta kondisi masyarakat. Pada Periode Pelita I dikembangkan periode
Klinik (Clinical Approach) karena pada awal program, tantangan terhadap ide
keluarga berencana masih sangat kuat untuk itu pendekatan kesehatan paling
tepat.
Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai
lembaga pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden. Tugas pokoknya adalah mempersiapkan kebijaksanaan
umum dan mengkoordinasikan pelaksanaan program KB nasional dan
kependudukan yang mendukungnya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah serta mengkoordinasikan penyelenggaraan pelaksanaan di lapangan.

Universitas Sumatera Utara

25


Periode tahun 1974-1979 pembinaan dan pendekatan program yang
semula berorientasi pada kesehatan ini mulai dipadukan dengan sector-sektor
pembangunan lainnya, yang dikenal dengan Pendekatan Integratif (Beyond
Family Planning). Dalam kaitan ini pada tahun 1973-1975 sudah mulai dirintis
Pendidikan Kependudukan sebagai pilot project.
Periode 1979-1984 dilakukan pendekatan Kemasyarakatan (partisipatif)
yang

didorong

peranan

dan

tanggung

jawab

masyarakat


melalui

organisasi/institusi masyarakat dan pemuka masyarakat, yang bertujuan untuk
membina dan mempertahankan peserta KB yang sudah ada serta meningkatkan
jumlah peserta KB baru. Pada masa periode ini juga dikembangkan strategi
operasional yang baru yang disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang
bertujuan mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat
penurunan fertilitas. Pada periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan
KIE dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass Campaign” yang
dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”.
Periode ini dilakukan pendekatan Kemasyarakatan (partisipatif) yang
didorong peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui organisasi/institusi
masyarakat dan pemuka masyarakat, yang bertujuan untuk membina dan
mempertahankan peserta KB yang sudah ada serta meningkatkan jumlah peserta
KB baru. Pada masa periode ini juga dikembangkan strategi operasional yang
baru yang disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang bertujuan
mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan

Universitas Sumatera Utara


26

fertilitas. Pada periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan KIE dan
pelayanan kontrasepsi yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”.
Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof. Dr. Haryono
Suyono sebagai Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat
yang dilantik sebagai Menteri Kesehatan. Pada masa ini juga muncul pendekatan
baru antara lain melalui Pendekatan koordinasi aktif, penyelenggaraan KB oleh
pemerintah dan masyarakat lebih disinkronkan pelaksanaannya melalui koordinasi
aktif tersebut ditingkatkan menjadi koordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu
selain sebagai dinamisator juga sebagai fasilitator. Disamping itu, dikembangkan
pula strategi pembagian wilayah guna mengimbangi laju kecepatan program. Pada
periode ini secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan pada tanggal 28 Januari
1987 oleh Presiden Soeharto dalam acara penerimaan peserta KB Lestari di
Taman Mini Indonesia Indah. Program KB Mandiri dipopulerkan dengan
kampanye LIngkaran Biru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan tempat-tempat
pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB.
Pada masa Pelita V tahun 1988-1993, Kepala BKKBN masih dijabat oleh
Prof. Dr. Haryono Suyono. Pada periode ini gerakan KB terus berupaya

meningkatkan kualitas petugas dan sumberdaya manusia dan pelayanan KB. Oleh
karena itu, kemudian diluncurkan strategi baru yaitu Kampanye Lingkaran Emas
(LIMAS). Jenis kontrasepsi yang ditawarkan pada LIBI masih sangat terbatas,
maka untuk pelayanan KB LIMAS ini ditawarkan lebih banyak lagi jenis
kontrasepsi, yaitu ada 16 jenis kontrepsi. Pada periode ini juga ditetapkannya UU
No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Universitas Sumatera Utara

27

Keluarga Sejahtera, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993
khususnya sub sector Keluarga Sejahtera dan Kependudukan, maka kebijaksanaan
dan strategi gerakan KB nasional diadakan untuk mewujudkan keluarga Kecil
yang sejahtera melalui penundaan usia perkawinan, penjarangan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
Dalam Kabinet Pembangunan VI sejak tanggal 19 Maret 1993 sampai
dengan 19 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono ditetapkan sebagai Menteri
Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, sebagai awal dibentuknya BKKBN
setingkat Kementerian. Pada tangal 16 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono

diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan
Pengentasan Kemiskinan merangkap sebagai Kepala BKKBN. Dua bulan
berselang dengan terjadinya gerakan reformasi, maka Kabinet Pembangunan VI
mengalami perubahan menjadi Kabinet Reformasi Pembangunan Pada tanggal 21
Mei 1998, Prof. Haryono Suyono menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesra dan
Pengentasan Kemiskinan, sedangkan Kepala BKKBN dijabat oleh Prof. Dr. Ida
Bagus Oka sekaligus menjadi Menteri Kependudukan. Pada pelita VI, fokus
kegiatan diarahkan pada pelayanan keluarga berencana dan pembangunan
keluarga sejahtera, yang dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga
untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara
optimal. Kegiatan yang dikembangkan dalam pelaksanaan pembangunan keluarga
sejahtera diarahkan pada tiga gerakan, yaitu Gerakan Reproduksi Sejahtera
(GRKS), Gerakan Ketahanan Keluarga Sejahtera (GKSS), dan Gerakan Ekonomi
Keluarga Sejahtera (GEKS).

Universitas Sumatera Utara

28

Pada Periode Kabinet Persatuan Indonesia, Kepala BKKBN dirangkap

oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh Khofifah Indar
Parawansa. Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C. Agoes Achir pada
tahun 2001 dan meninggal dunia pada akhir 2003 akibat penyakit kanker dan yang
kemudian terjadi kekosongan.
Pada tanggal 10 November 2003, Kepala Litbangkes Departemen
Kesehatan dr. Sumarjati Arjoso, SKM dilantik menjadi Kepala BKKBN oleh
Menteri Kesehatan Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki masa pensiun pada
tahun 2006.
Setelah itu digantikan oleh Dr. Sugiri Syarief, MPA yang dilantik sebagai
Kepala BKKBN yang baru oleh Menteri Kesehatan DR.dr. Siti-Fadilah Supari,
SPJP (K), Menteri Kesehatan pada tanggal 24 Nopember 2006. Pada tahun 2009,
diterbitkan Undang Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN berubah dari Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Sebagai

tindak lanjut dari UU 52/2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarha Sejahtera, di mana BKKBN

kemudian direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi badan
koordinasi, maka pada tanggal 27 September 2011 Kepala BKKBN, Dr. dr. Sugiri
Syarief, MPA akhirnya dilantik sebagai Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu
Sedyaningsih. Setelah dr. Sugir Syarief memasuki masa pensiun, terjadi

Universitas Sumatera Utara

29

kevakuman selama hampir sembilan bulan. Pada tanggal 13 Juni 2013 akhirnya
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan mantan Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Prof.

Fasli

Jalal sebagai

Kepala

Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pelantikan ini
dilakukan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi.
2.2 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten
Asahan
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana merupakan
Suatu unit fungsional yang mengelola bahan dan alat kontrasepsi yang berfungsi
untuk menjadikan masyarakat agar memiliki kehidupan yang lebih bahagia dan
sejahtera.
2.2.1

Visi dan Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana Kabupaten Asahan
Visi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yaitu

Mewujudkan

kesetaraan gender, perlindungan anak dan penduduk tumbuh

seimbang 2015.
Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yaitu :
1. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam
pengarusutamaan gender dan perlindungan anak dan kesejahteraan
keluarga.
2. Meningkatkan

kesadaran

masyarakat

dibidang

pembangunan

pemberdayaan perempuan, anak dan kesejahteraan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

30

3. Memperkuat sumber daya manusia (SDM) dan operasiaonal Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.
4. Meningkatkan ketahanan dan kesejathteraan keluarga melalui
program Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
5. Meningkatkan

pemberdayaan

program

Badan

Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana.
2.2.2

Tugas Pokok Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana
Tugas Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

mempunyai tugas pokok membantu Bupati untuk melaksanakan koordinasi,
perencanaaan, pengendalian, dan pelaksanaan dibidang pemberdayaan perempuan
dan keluarga berencana. seperti monitoring pencapaian peserta KB baru,
pendistribusian serta pengawasan terhadap ketersediaan alat kontrasepsi ke
seluruh klinik KB
Fungsi :
a. Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana;
b. Penetapan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang

pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
c. Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendaliaan
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
d. Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;

Universitas Sumatera Utara

31

e. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
f.

Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;

g. Penyelenggaraan pelatihan, penelitian, dan pengembangan dibidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
h. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi umum di
lingkungan BKKBN;
i. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab BKKBN;
j. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BKKBN; dan
k. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.
Kewenangan :
a. Pembinaan dan peningkatan Kemandirian keluarga berencana.
b. Promosi dan penggerakan masyarakat yang didukung dengan
pengembangan dan sosialisasi kebijakan pengendalian penduduk.
c. Peningkatan pemanfaaan sistem informasi manajemen berbasis
teknologi informasi.
d. Pelatihan, penelitian dan pengembangan program kependudukan dan
keluarga berencana
e. Peningkatan kualitas manajemen program.
f. Penyusunan peraturan perundangan pengendalian penduduk.

Universitas Sumatera Utara

32

g. Perumusan kebijakan kependudukan yang

sinergis antar aspek

kuantitas, kualitas dan mobilitas.
h. Penyediaan sasaran parameter kependudukan yang disepakati semua
sektor terkait.
2.3

Pengelolaan alat kontrasepsi

2.3.1

Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan bahan dan alat kontrasepsi merupakan satu aspek manajemen

yang penting, oleh karena efisiensi yang kurang maka akan memberi dampak
yang negatif terhadap sarana kesehatan baik secara medis maupun ekonomis.
Pengelolaan bahan dan alat kontrasepsi meliputi tahap-tahap perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian serta penggunaan yang saling terkait
satu sama lainnya, sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing
dapat berfungsi secara optimal. Ketidakterkaitan antara masing-masing tahap akan
mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai dan penggunaan obat yang ada
(Indrawati dkk, 2001).
2.3.2

Perencanaan alat kontrasepsi (Pil, Suntik dan Implant)

2.3.2.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan menetukan
jumlah bahan dan alat kontrasepsi dalam pengadaan. Perencanaan di BPPKB
terdiri atas perencanaan pengadaan bahan dan alat kontrasepsi dan perencanaan
tenaga di Badan pemberdayaan perempuan dan keluarga Berencana.

Universitas Sumatera Utara

33

2.3.2.2 Perencanaan alat kontrasepsi
Perencanaan alat kontrasepsi merupakan proses kegiatan dalam pemilihan
jenis, jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunkan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
Epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia (Kementerian kesehatan RI, 2004).
Kebijaksanaan perencanaan dan pemilihan alat kontrasepsi terutama dalam
unit-unit pelayanan tertentu misalnya di Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana tingkat kabupaten/provinsi dapat mempengaruhi pola
pemakaian bahan alat kontrasepsi yang tersedia.
Dalam unit pelayanan kesehatan ditemui berbagai faktor yang dapat
menetukan kualitas pelayanan kesehatan. salah satu faktor penentu adalah
terjaminnya ketersediaan bahan dan alat kontrasepsi dalam jumlah cukup pada
saat dibutuhkan, sehingga mencapai sasaran pokok, yakni tepat jenis dan tepat
jumlah bahan dan alat kontrasepsinya. Untuk mencapai sasaran tersebut, tentunya
diperlukan upaya perencanaan yang optimal.
Perencanaan kebutuhan alat kontrasepsi merupakan proses kegiatan dalam
pemilihan jenis, jumlah

yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

menghindari kekosongan alat kontrasepsi dengan menggunakan metode yang
dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara

lain

konsumsi,

epidemiologi,

kombinasi

metode

konsumsi

dan

epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Universitas Sumatera Utara

34

2.3.2.3 Tujuan Perencanaan alat kontrasepsi
Tujuan

perencanaan

pengadaan

alat

kontrasepsi

adalah

untuk

mendapatkan:
1. Prakiraan jenis dan jumlah alat kontrasepsi dan perbekalan kesehatan yang
mendekati kebutuhan.
2. Menghindari terjadinya kekosongan alat kontrasepsi.
3. Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi secara rasional.
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat kontrasepsi.
2.3.3

Pengadaan alat kontrasepsi
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui. Pengadaan adalah sebuah tahapan yang penting dalam
manajemen alat kontrasepsi dan menjadi sebuah prosedur rutin didalam sistem
manajemen alat kontrasepsi yang berlalu di banyak negara. Sebuah proses
pengadaan yang efektif akan menjamin ketersediaan alat kontrasepsi dalam
jumlah yang benar dan kualitas obat yang terjamin (Kementerian Kesehatan RI,
2008).
Proses pengadaan yang efektif harus dapat menghasilkan pengadaan alat
kontrasepsi yang tepat jenis maupun jumlahnya, memperoleh harga yang murah,
menjamin semua obat yang dibeli memenuhi standar kualitas, dapat diperkirakan
waktu pengiriman sehingga tidak terjadi penumpukan atau kekurangan alat
kontarsepsi, memilih supplier yang handal dengan service memuaskan, dapat
menentukan jadwal pembelian untuk menekan biaya pengadaan dan efisien dalam
proses pengadaan.

Universitas Sumatera Utara

35

Menurut WHO (1999), ada empat strategi dalam pengadaan obat yang
baik (a) Pengadaaan obat-obatan dengan harga mahal dengan jumlah yang tepat,
(b) Seleksi terhadap supplier yang dapat dipercaya dengan produk yang
berkualitas, (c) Pastikan ketepatan waktu pengiriman obat, (d) Mencapai
kemungkinan termurah dari harga Total
2.3.4

Penyimpanan alat kontrasepsi
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan

yang ditetapkan : 1) dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, 2)
dibedakan

menurut

suhunya,

kesetabilannya,

3)

mudah

tidaknya

meledak/terbakar, 4) tahan tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem
informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan.
Pengaturan penyimpanan obat dan persediaan adalah sebagai berikut :
a. simpan obat-obatan yang mempunyai kesamaan secara bersamaan di atas
rak. „Kesamaan‟ berarti dalam cara pemberian obat (luar,oral,suntikan) dan
bentuk ramuannya (obat kering atau cair)
b. Simpan obat sesuai tanggal kadaluwarsa dengan menggunakan prosedur
FEFO (First Expired First Out). Obat dengan tanggal kadaluwarsa yang
lebih pendek ditempatkan di depan obat yang berkadaluwarsa lebih lama.
Bila obat mempunyai tanggal kadaluwarsa sama, tempatkan obat yang baru
diterima dibelakang obat yang sudah ada.

Universitas Sumatera Utara

36

c. Simpan obat tanpa tanggal kadaluwarsa dengan menggunakan prosedur
FIFO (First In First Out). Barang yang baru diterima ditempatkan
dibelakang barang yang sudah ada.
d. Buang obat yang kadaluwarsa dan rusak dengan dibuatkan catatan
pemusnahan obat, termasuk tanggal, jam, saksi dan cara pemusnahan.
2.3.5

Pendistribusian alat kontarsepsi
Merupakan kegiatan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan

atau menyerahkan alat kontrasepsi dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu. Pendistribusian alat/obat kontrasepsi dan non kontrasepsi
berdasarkan Push Distribution System (distribusi langsung tanpa permintaan) dan
Pull Distribution System (distribusi dengan permintaan)
2.4

Persediaan alat kontrasepsi
Manajemen persediaan merupakan suatu cara mengendalikan persediaan

agar dapat melakukan pemesanan yang tepat yaitu dengan biaya yang optimal.
Oleh karena itu konsep mengelola sangat penting diterapkan agar tujuan
efektifitas dan efisiensi tercapai. Manajemen persediaan yang baik merupakan
salah satu faktor keberhasilan suatu perusahaan untuk melayani kebutuhan
konsumen dalam menghasilkan suatu produk layanan yang berkualitas dan tepat
waktu. Permasalahan tidak tepatnya waktu kedatangan barang yang telah
dijadualkan dapat membuat suatu kepanikan apabila stok persediaan habis,
sebaliknya kelebihan persediaan menimbulkan biaya tambahan seperti biaya

Universitas Sumatera Utara

37

keamanan, biaya gudang, resiko penyusutan yang kerap kali kurang diperhatikan
pihak manajemen
Menurut Crandall dan Markland (1996) dalam Titta H.S (2008), strategi
manajemen persediaan berdasarkan jenis permintaannya dapat dibagi menjadi
empat, yaitu:
1. Provide. Pada kondisi ini perusahaan berusaha untuk selalu memiliki
kapasitas yang mencukupi untuk memenuhi permintaan puncak pada
sepanjang tahun. Sehingga perusahaan cenderung memiliki kelebihan
kapasitas. Hal ini dilakukan karena perusahaan tidak ingin kehilangan
penjualan

atau

tidak

mampu

memberikan

pelayanan

terhadap

pelanggannya.
2. Match. Perusahaan berusaha untuk mengantisipasi pola permintaan
sehingga perusahaan dapat mengubah tingkat kapasitas sesuai dengan
yang dibutuhkan. Pada saat permintaan tinggi, perusahaan mempunyai
beberapa strategi untuk meningkatkan kapasitasnya dan disaat permintaan
rendah, perusahaan juga memiliki beberapa strategi untuk mengurangi
jumlah kapasitas.
3. Influence.Perusahaan yang termasuk dalam jenis ini adalah perusahaan
yang mampu mengubah pola permintaan konsumennya dan mampu
mendayagunakan sumber-sumber yang dimilikinya dengan lebih berdaya
guna.
4. Control.Perusahaan dengan jenis permintaan ini adalah perusahaan dengan
tipe jasa yang unik dan membutuhkan biaya sumber daya yang tinggi

Universitas Sumatera Utara

38

untuk mampu menyrediakan kapasitas ataupun pelayanan seperti yang
telah dijanjikan kepada konsumennya. Sebagai hasilnya perusahaan
berusaha untuk menjaga agar variasi permintaan yang terjadi dapat
seminimum mungkin.
2.5

Penganggaran
Anggaran merupakan suatu alat bagi manajemen dalam melakukan

perencanaan dan pengendalian terhadap perusahaan. Anggaran yang didapat untuk
BPPKB bersumber dari

dana APBN dan APBD disusun secara sistematis,

meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam satuan, dan berlaku
untuk jangka waktu tertentu yang akan datang.
Anggaran yang merupakan suatu alat untuk melakukan perencanaan dan
pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi. Melalui anggaran,
perusahaan mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen ke semua anggota
organisasi, mengkoordinasikan aktivitas dari berbagai bagian organisasi,
menugaskan tanggung jawab kepada manajer, juga memperoleh komitmen dari
manajer yang merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja dari manajer
2.6

Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang dicanangkan

pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan ( PUP ), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.

Universitas Sumatera Utara

39

Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu dan bayi serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang
berkualitas.
Dalam konteks gerakan KB nasional, konsep mandiri merupakan suatu
inovasi baru dimana titik berat dalam penawaran dalam awal pelaksanaan
program KB, berubah menjadi fokus permintaan. Dengan kata lain mandiri dalam
program KB meminta masyarakat untuk berinisiatif serta berpartisipasi dalam
memenuhi kebutuhan

yang berhubungan dengan perencanaan keluarga,

khususnya kebutuhan alat kontrasepsi di tempat pelayanan KB.
2.6.1

Pelayanan Keluarga Berencana
Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan

suami istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula
menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi
penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan
masyarakat yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia membayar untuk
memenuhinya.
Pelayanan kontrasepsi sebagai sebagian dari pelayanan KB merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan, jenis pelayanan yang dapat diberikan kepada
konsumen pada kemampuan fasilitas kesehatan dan ini berhubungan dengan
jenjang pelayanan. Fasilitas pelayanan KB professional dapat bersifat teknik statis
atau mobile ( TKBK, Pusling ) dan diselenggarakan oleh tenaga professional,

Universitas Sumatera Utara

40

yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan atau perawat kesehatan. Pelayanan
yang mobile diperlukan untuk menjangkau pedesaan yang terpencil. Fasilitas
pelayanan KB professional statis meliputi pelayanan KB sederhana, lengkap,
sempurna dan paripurna
Fasilitas pelayanan KB sederhana menyediakan jenis alat kontrasepsi
seperti kondom, obat vaginal, pil KB, suntik KB, IUD, menanggulangi efek
samping, dan berupaya rujukan. Tenaga pelaksanannya minimal perawat
kesehatan atau bidan yang dilatih. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
kehamilan. Upaya ini bersifat sementara dapat juga bersifat permanen,
penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
fertilitas, konsumen memerlukan kontrasepsi dengan kemampuan yang dapat
dipercayai untuk mencegah kehamilan
Alat kontrasepsi yang bermutu minimal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
punya daya guna, aman, estestis, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi
terus-menerus dan efek sampingnya sedikit-dikitnya. Angka-angka konkret
mengenai jumlah konsumen yang harus menderita akibat komplikasi pemakaian
KB, jumlah kegagalan alat kontrasepsi, berapa banyak pengguna KB yang dapat
ditolong ataupun tidak dan berapa jumlah akseptor yang harus drop – out.
2.7

Kontrasepsi

2.7.1

Pengertian Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan

kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra”
dan “konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi

Universitas Sumatera Utara

41

adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma
tersebut (Saifuddin, 2006).
Alat kontrasepsi memang sangat berguna sekali dalam program KB namun
perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap
orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok
untuk dirinya. Salah satu metode kontrasepsi yang digunakan adalah alat
kontrasepsi jangka panjang (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD,
implant dan kontap). Kontrasepsi jangka panjang adalah satu alat kontrasepsi
modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan
masa aktif fungsi kontrasepsinya), (Hidayati, 2009 dikutip dari Yusraini).
Pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu jenis pelayanan KB yang
tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai
macam metode kontrasepsi yang tersedia. Faktor-faktor yang mempengaruhi
akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain faktor pasangan (umur,
gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman
dengan metode kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan dan kepriaan), faktor
kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan panggul) dan faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping
dan biaya). Selain faktor-faktor tersebut masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi seperti efektivitas konseling petugas
kesehatan (Manuaba, 2010)

Universitas Sumatera Utara

42

2.7.2

Tujuan kontrasepsi
Untuk meningkatkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang
(lama), yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan
bersenggama, tetapi tetap revesible.

2.7.3

Kontrasepsi efektif
Metode kontrasepsi efektif adalah metode yang dalam penggunaannya
keefektivan relatife lebih tinggi dan angka kegagalan lebih rendah.

2.7.4

Cara kerja metode kontrasepsi efektif
Pada umunya metode kerja kontrasepsi efektif adalah :

a.

Menghalangi pertemuan sel telur dan sperma

b. Menghalangi agar tidak terjadi evolusi
c.

Melumpuhkan sperma

2.7.5 Cara Pembagian Kontrasepsi
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu :
1.

Cara Kontrasepsi Sederhana :
Cara kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dapat dikerjakan
sendiri oleh peserta keluarga berencana, tanpa pemeriksaan medis terlebih
dahulu. Hasil yang didapat diperoleh dengan cara-cara kontrasepsi ini
tergantung dari pengetahuan tentang cara kerja obat, alat yang dipakai,
atau cara kontrasepsi sederhana lainnya dan penggunaannya secara tertib.
Cara kontrasepsi dengan alat atau obat yaitu kondom, Diafragma/cap,
cream, jelly dan tablet atau cairan berbusa.
Pada umumnya, keefektifan cara kontrasepsi sederhana kurang bila
dibandingkan dengan cara-cara lain seperti pil yang diminum, suntikan,
atau I.U.D

Universitas Sumatera Utara

43

2.

Cara Kontrasepsi Dengan Metode Efektif :
Cara Kontrasepsi dengan metode efektif yaitu penggunaan obat, suntikan,
alat atau tindakan operasi yang mengakibatkan pencegahan yang efektif
terhadap kemungkinan timbulnnya kehamilan. Untuk menggunakan cara
tersebut perlu pemeriksaan dokter atau bidan lebih dahulu. Cara
Kontrasepsi dengan metode efektif ini dibagi menjadi dua yaitu cara
kontrasepsi dengan metode efektif yang tidak permanen dan cara
kontrasepsi dengan metode efektif yang permanen.
Cara kontrasepsi dengan metode efektif yang tidak permanen yaitu dengan
cara-cara ini kesuburan peserta dapan dipulihkan kembali apabila
dikehendaki, yakni dengan menghentikan penggunaan obat, suntikan, alatalat yang dipakai yaitu : pil, AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim),
kontrasepsi dengan suntikan, dan kontrasepsi Susuk (implant).
Cara kontrasepsi dengan metode Efektif yang permanen yaitu Tubektomi
(untuk wanita), vasektomi (untuk pria).

2.8

Macam-macam alat kontrasepsi
Alat kontrasepsi pil Kb Type Kontrasepsi Kontrasepsi bisa dikerjakan

dengan alat bantu ataupun tanpa ada alat bantu. Cara kontrasepsi tanpa ada alat
bantu dimaksud juga KB system kalender atau abstinesia. Cara KB dengan system
kalender yaitu mengatur kehamilan dengan tak lakukan jalinan cekcual ketika
wanita dalam saat subur. Saat subur terkait dengan terjadinya siklus menstruasi
atau datang bln.. Saat subur wanita yaitu lebih kurang 1 minggu saat sebelum
menstruasi serta 1 minggu setelah menstruasi. Type kontrasepsi yang ke-2 yaitu

Universitas Sumatera Utara

44

kontrasepsi dengan alat bantu. Dengan alat bantu kontrasepsi sangat mungkin
sperma serta sel telur tidak bisa bersua meskipun berlangsung ejakulasi didalam
pagina waktu lakukan jalinan cekcual. Penggunaan alat kontrasepsi masih tetap
memetik pro serta kontra di kelompok orang-orang, terlebih kelompok agamawan.
Tetapi sekarang ini orang-orang sudah banyak memakai alat kontrasepsi untuk
menolong mengatur kelahiran anak. Beberapa macam Alat Kontrasepsi Di bawah
ini misal alat kontrasepsi yang banyak dipakai oleh orang-orang sekarang ini
beserta keunggulan serta kekurangan yang diakibatkan dalam penggunaannya.
2.8.1

IUD (Intra Uterine Piranti)
IUD yaitu alat kecil terdiri berbahan plastik yang lentur yang dimasukkan

ke rongga rahim, serta mesti ditukar jika telah digunakan dalam saat spesifik.
Keunggulan pemakaian IUD yaitu sangatlah efisien untuk menghindar kehamilan.
Sedang kekurangan pemakaian IUD yaitu bisa mengakibatkan pendarahan diluar
siklus menstruasi yang dihadapi wanita. Cara kerja IUD, banyak yang memiliki
pendapat bahwa cara kerja dari IUD ini yaitu dengan menyusahkan bersuanya
sperma serta sel telur. Tetapi sebagian dokter muslim menuturkan bahwa karakter
kerja IUD yaitu menghindar bersemainya sel telur yang sudah dibuahi didalam
Rahim (sudah berupa zygot), hingga bisa disimpulkan membunuh bayi diusia
awal. Hingga sebagian ulama memiliki pendapat bahwa pemakaian IUD haram.
IUD alat kontraspesi
2.8.2

Kondom
Kondom dipakai pada fenis pria untuk menghindar sperma bersua sel telur

saat berlangsung ejakulasi. Kondom berbentuk sarung karet yang terbuat berbahan

Universitas Sumatera Utara

45

lateks. Keunggulan pemakaian kondom yaitu gampang dipakai serta tak
memerlukan pertolongan medis untuk menggunakan. Kekurangan pemakaian
kondom yaitu terjadinya kebocoran cairan mani serta alergi pada penggunaan
beberapa bahan kondom spesifik. kondom alat kontrasepsi
2.8.3

KB Suntik
KB Suntik dikerjakan tiap-tiap 3 bln. sekali pada seseorang wanita untuk

menghindar terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur). Keunggulan memakai KB
Suntik yaitu efisien menghindar kehamilan tanpa ada butuh banyak step yang
susah. KB Suntik juga termasuk juga cara kontrasepsi yang terhitung murah untuk
orang-orang Indonesia. Walau sekian, suntikan KB pada eksperimen hewan dapat
tingkatkan berlangsung kemungkinan kanker.
2.8.4

Pil KB
Pil KB dimaksud juga kontrasepsi oral. Pil KB diisi hormon yang

menghalangi pengeluaran sel telur. Kelebihan memakai Pil KB yaitu dapat
mengatur kehamilan sekalian efisien menghindar kanker ovarium serta
endometrium. Sedang kekurangan pemakaian pil KB yaitu mesti diminum oleh
wanita dengan cara teratur. Apabila tak diminum dengan cara teratur serta disiplin
jadi kemungkinan hamil terus berlangsung.
2.8.5

Implant
Kontrasepsi implant mekanisme kerjanya adalah menekan ovulasi

membuat getah serviks menjadi kental dan membuat endometrium tidak sempat
menerima hasil konsepsi.

Universitas Sumatera Utara

46

2.8.5.1 Efek Samping Implant
Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implant tidak berbahaya.
Yang paling sering ditemukan adalah gangguan haid yang kejadiannya bervariasi
pada setiap pemakaian, seperti pendarahan haid yang banyak atau sedikit, bahkan
ada pemakaian yang tidak haid sama sekali. Keadaan ini biasanya terjadi 3-6
bulan pertama sesudah beberapa bulan kemudian. Efek sampinglain yang
mungkin timbul, tetapi jarang adalah sakit kepala, mual, mulut kering, jerawat,
payudara tegang, perubahan selera makan dan perubahan berat badan.
2.8.5.2 Keuntungan Implant
1. Efektifitas tinggi setelah dipasang
2. Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan untuk 5 tahun.
3. Tidak mengandung estrogen
4. Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan
5. Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah dan konstant,
sehingga terhindar dari dosis awal yang tinggi.
6. Dapat mencegah terjadinya anemia.
2.8.5.3 Kerugian Implant
1. Insersi dan pengeluaran harus dikeluarkan oleh tenaga terlatih.
2. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan
pengangkatan implant
3. Lebih mahal
4. Sering timbul perubahan pola haid
5. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

47

2.9

Landasan Teori
Menurut Aditama (2003), bahwa fungsi manajemen pengelolaan obat membentuk

sebuah siklus pengelolaan seperti pada Gambar 2.1 berikut ini:
Perencanaan
Penghapusan
Pemeliharaan

Penganggaran
Pengawasan

Pengadaan

`Penerimaan dan
Penyimpanan

Penyaluran

Gambar 2.1 Siklus Pengelolaan di Bidang Logistik
Manajemen pengelolaan menurut Aditama (2003) yaitu perencanaan,
penganggaran,

pengadaan,

penerimaan

dan

penyimpanan,

penyaluran,

pemeliharaan, pengawasan dan pengahapusan. Tetapi dalam penelitian ini
membahas tentang perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan
pengawasan.
2.10

Kerangka Fikir
Pada prinsipnya keberhasilan pendistribusian bahan dan alat kontrasepsi

dapat diukur melalui indikator masukan (input), proses ( process), dan luaran
(output). Oleh karena itu fokus penelitian dapat disusun sebagai berikut :
Input :

Proses :

Output :

Ketersediaan dan
1. Perencanaan
pendistribusian
2. Pengadaan
alat kontrasepsi
3. Penyimpanan
2. Pendanaan
Berdasarkan gambar di atas,
dirumuskan definisi fokus
Pil, penelitian
Suntik dan
4. dapat
Pendistribusian
Implant
5. Pengawasan
3.Sarana,
1. SDM (BPP dan
KB)

Prasarana, dan
Peralatan
Universitas Sumatera Utara

48

sebagai berikut :
1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam implementasi
pengelolaan alat kontrasepsi Pil, Suntik dan Implant agar dapat berjalan dengan
baik, meliputi : Tenaga Kesehatan; Pendanaan; Sarana, Prasarana dan
Peralatan.
a. Tenaga Kesehatan adalah Petugas yang berkaitan dengan kegiatan
mulai

dari

perencanaan,

pengadaan,

penyimpanan,

dan

pendistribusian.
b. Pendanaan adalah adanya materi APBN dalam bentuk barang
yaitu jenis-jenis alat kontrasepsi yang di droping oleh BKKBN
Provinsi bukan dalam bentuk uang yang digunakan untuk
pendistribusian alat kontrasepsi Pil, Suntik dan Implant.
c. Sarana, Prasarana, dan peralatan termasuk didalamnya yaitu : alat
kontrasepsi, peralatan untuk pemakaian alat kontrasepsi, dan
ruangan khusus untuk penyimpanan alat kontrasepsi.
2. Proses (process) adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan

yang

telah

ditetapkan,

meliputi

:

Perencanaan,

Pengadaan,

Penyimpanan, Pendistribusian.
3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu implementasi ketersediaan alat
kontrasepsi untuk pendistribusian alat kontrasepsi Pil, Suntik dan Implant.

Universitas Sumatera Utara