Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja Pada Guru Kelas Autis di Unit Pelaksana Teknis SLB-E Negeri Pembina Tingkat Provinsi Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres dan Stres Kerja
Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada
sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan
untuk mengatasinya (Looker dan Gregson, 2005).
Menurut Manktelow (2007) yang mengutip pendapat Lazarus, stres adalah
suatu kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang menganggap bahwa
“tuntutan-tuntutan melebihi sumber daya sosial dan personal yang mampu
dikerahkan seseorang”.
Tekanan, tuntutan, dan perubahan, ini semua ada dalam lingkungan seseorang
dan sering mengakibatkan kondisi yang disebut stres. Namun penting untuk
disadari bahwa tidak semua stres adalah berbahaya; pada kenyataannya, orang
perlu stres untuk bertahan hidup (Drafke, 2009)
Selanjutnya Wangsa (2010), menyatakan bahwa stres adalah suatu kondisi
dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres bukan
karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena
pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan
rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.
Dalam psikologi stres dipahami sebagai proses yang dijalani seseorang ketika

berinteraksi dengan lingkungannya. Stres merupakan situasi yang biasa muncul
dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam pengasuhan anak. Para ahli

Universitas Sumatera Utara

mengatakan bahwa hidup yang tanpa stres bukanlah kehidupan yang baik. Stres
bermanfaat bagi perkembangan individu menjadi pribadi yang matang. Saat
situasi stres muncul, yang perlu dilakukan adalah menghadapi dan mengelolanya
agar membuahkan hasil yang positif (lestari, 2012)
Munandar (2008) menyatakan kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab atau sumber, atau lebih umum dikenal dengan istilah stressor. Orang
tidak dapat melihat pembangkit stres (stressor), yang dapat dilihat ialah akibat dari
pembangkit stres. Menurut Dr. Hans Selye, guru besar emiritus (purnawirawan)
dari Universitas Montreal dan “penemu” stres. Sebagai seorang ahli faal, Ia
mengamati serangkaian perubahan biokimia dalam sejumlah organisme yang
beradaptasi terhadap berbagai macam tuntutan lingkungan. Rangkaian perubahan
ini dinamakan general adaptation syndrome, yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Tahap pertama adalah tahap “alarm” (tanda bahaya). Organisme
berorientasi terhadap tuntutan yang diberikan oleh lingkungannnya dan
mulai menghayatinya sebagai ancaman.

2. Tahap kedua, tahap resistance (perlawanan). Organisme memobilisasi
sumber-sumbernya supaya mampu menghadapi tuntutan.
3. Tahap terakhir, yaitu tahap exhaustion (kehabisan tenaga). Hal ini terjadi
jika tuntutan berlangsung terlalu lama, maka sumber-sumber penyesuaian
ini mulai habis.
Pada umumnya kita merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang
negatif, suatu kondisi yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik ataupun mental,
atau mengarah ke perilaku yang tak wajar. Untuk kebanyakan orang stres tidak

Universitas Sumatera Utara

cepat menyebabkan sakit keras, stres diungkapkan melalui gejala-gejala umum,
seperti somnabulisme (tidak dapat tidur), merokok berat, peminum minuman
keras, khawatir, mudah tersinggung, gelisah, sulit berkonsentrasi dalam
pengambilan keputusan, dan masa-masa lelah yang panjang. Keadaan ini bagi
sebagian orang dapat menurunkan produktivitas kerjanya. Bagi orang lain hanya
sampai dapat dirasakan sebagai gangguan bagi orang lain disekitarnya (Munandar,
2008).
Stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang
menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku.

Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan
sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja (Wangsa, 2010).
Stres kerja bersumber terutama dari buruknya pengorganisasian pekerjaan dan
budaya kerja. Stres kerja akan semakin meningkat akibat persaingan global yang
semakin ketat dan tuntutan efisiensi yang semakin tinggi (Kurniawidjaja, 2012).
Dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah dimana para pekerja menerima
banyak tekanan dan tuntutan baik itu internal maupun eksternal dan pekerja tidak
dapat mengendalikan kondisi tersebut.
Tenaga kerja dalam interaksinya di pekerjaan. Dipengaruhi oleh hasil
interaksinya di tempat lain, di rumah, di sekolah, diperkumpulan, dan sebagainya.
Setiap aspek di pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Sumber stres yang
menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan
seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit stres saja
tetapi dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu manusia bekerja.

Universitas Sumatera Utara

Karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kesehatan seseorang yang bekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan
pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh

sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja (Munandar, 2008).
Manifestasi gangguan kesehatan akibat stres kerja yang paling sering adalah
neurosis dan segala macam gangguan psikosomatik, seperti sakit maag, diare, atau
gangguan pencernaan lainnya; pusing, migrain atau sakit kepala; lesu, lemas tanpa
gairah; gatal tanpa sebab; sering sakit tenggorokan, CTDs dan gejala CVD; tidak
bisa konsentrasi, gangguan tidur dan pelupa. Oleh karena itu, profesional
kesehatan kerja beserta profesional dan pemangku kepentingan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja lainnya dituntut menjunjung tinggi pendekatan holistik dalam
penyelesaian
menghilangkan

masalah

kesehatan

atau

menurunkan

kerja,

risiko

salah

satunya

kesehatan

adalah

yaitu

stres

dengan
kerja

(Kurniawidjaja, 2012).
Menurut Aamodth (2007) yang mengutip pendapat Cordes dan Dougherty,
stres kerja dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar: karakteristik pekerjaan

dan karakteristik organisasi.
1. Karakteristik Pekerjaan
Tiga karakteristik pekerjaan utama menyebabkan stres: konflik peran,
ketidakjelasan peran, dan role overload (peran yang berlebihan).

Universitas Sumatera Utara

2. Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi yang mungkin menyebabkan stres termasuk
faktor-faktor

seperti

aturan

dan

kebijakan

organisasi,


hubungan

pengawasan, dan perubahan organisasi.

2.2 Jenis, Gejala dan Penyebab Stres Kerja
2.2.1 Jenis Stres Kerja
Menurut Wangsa (2010) yang mengutip pendapat dari para psikolog,
membedakan jenis stres menjadi dua, yaitu :
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,
dan konstruktif (bersifat membangun). hal tersebut termasuk kesejahteraan
individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,
fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
konsekuensi individu dan juga organisasi seperti pengakit kardiovaskular
dan tingkat ketidakhadiran (absenteism) yang tinggi, yang diasosiasikan
dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian.
2.2.2 Gejala Stres Kerja
Stres mempengaruhi baik pada tubuh fisik maupun proses mental kita, dan

nantinya, keduanya akan mempengaruhi bagaimana kita berperilaku dibawah
tekanan yang berat, dan mempengaruhi tingkatan dimana kita bisa melanjutkan

Universitas Sumatera Utara

peran kita, di rumah dan di tempat kerja, secara efektif dan efisien (Towner,
2002).
Menurut Wangsa (2010) yang mengutip pendapat Terry Beehr dan John
Newman mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga
gejala dari stres pada individu, yaitu :
1) Gejala Psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil
penelitian mengenai stres pekerjaan :
a. Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
b. Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
c. Sensitif dan hyperreactivity
d. Memendam perasaan, penarian diri, dan depresi
e. Komunikasi yang tidak efektif
f. Perasaan terkucil dan terasing
g. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja

h. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehingan
konsentrasi
i. Kehilangan spontanitas dan kreativitas
j. Menurunnya rasa percaya diri
2) Gejala Fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah :
a. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan
mengalami penykit kardiovaskuar

Universitas Sumatera Utara

b. Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh : adrenalin dan
noradrenalin)
c. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
d. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
e. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan
yang kronis (chronic fatigue syndrome)
f. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
g. Gangguan pada kulit
h. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot

i. Gangguan tidur
j. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan
terkena kanker.
3) Gejala Perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah :
a. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
b. Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
c. Meningkatnya penggunaan minuman kerjas dan obat-obatan
d. Perilaku sabotase dalam pekerjaan
e. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas
f. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk
pernarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba,
kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi

Universitas Sumatera Utara

g. Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti
menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi
h. Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas

i. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan
teman
j. Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri
2.2.3 Penyebab Stres Kerja
Sopiah (2008) menyatakan stresor adalah penyebab stres, yakni kondisi
lingkungan tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang. Ada dua
penyebab stres :
1) Stres yang bukan bersumber dari pekerjaan
Ada berbagai stres yang bukan disebabkan oleh pekerjaan, antara lain
sebagai berikut :
1. Time based conflict
Time based conflict merupakan tantangan untuk menyeimbangkan
tuntutan waktu untuk perkerjaan dengan aktivitas keluarga dan
aktivitas bukan pekerjaan lainnya. Time based conflict lebih akut pada
wanita daripada pria. Wanita yang berkarir diluar rumah mendapatkan
sumber stres yang jauh lebih banyak karena dirumah dia dituntut untuk
menjadi istri dan ibu yang baik, sementara ditempat kerjapun dia
dituntut untuk menjadi karyawan yang baik. Hal ini tidak mudah untuk
dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

2. Strain based conflict
Strain based conflict terjadi ketika stres dari satu sumber meluap
melebihi kemampuan yang dimiliki orang tersebut. Kematian suami
atau istri, masalah keuangan dan stresor yang bukan pekerjaan lainnya
menghasilkan

ketegangan

dan

kelelahan

yang

mempengaruhi

kemampuan pegawai untuk menyelesaikan kewajiban pekerjaannya.
3. Role behavior conflict
Tiap karyawan memiliki peran dalam pekerjaannya. Disamping itu dia
juga dituntut lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan
tuntutan pekerjaannya. Hal ini seringkali memunculkan stres karena
untuk membangun harmoni atas dua atau lebih tuntutan tidaklah
mudah.
4. Stres karena adanya perbedaan individu
Terdapat tiga alasan mengapa dengan penyebab stres yang sama orang
memperlihatkan

gejala-gejala

stres

yang

berbeda.

Pertama,

penerimaan kita terhadap situasi yang sama, masing-masing dari kita
berbeda. Kedua, memiliki ambang batas kemampuan dalam mengatasi
stres yang lebih rendah dari resistensi terhadap stres. Dan yang ketiga,
orang mungkin mengalami tingkat stres yang sama dan akibat yang
ditimbulkan dari stres berbeda, yang menunjukkan bahwa mereka
memerlukan strategi penanggulangan yang juga berbeda. Dalam hal ini
beberapa orang cenderung mengabaikan stresor dengan hal itu akan
hilang atau berlalu.

Universitas Sumatera Utara

2) Stres yang berhubungan dengan pekerjaan
Stresor yang berhubungan dengan pekerjaan terbagi menjadi empat tipe
utama, yaitu :
1. Lingkungan Fisik
Beberapa stresor ditemukan dalam lingkungan fisik pekerjaan, seperti
kurang baiknya penerangan ataupun risiko keamanan. Stresor yang bersifat
fisik juga kelihatan pada setting kantor, termasuk rancangan ruang kantor
yang buruk, ketiadaan privasi, lampu penerangan yang kurang efektif dan
kualitas udara yang buruk.
2. Stres karena peran atau tugas
Stresor karena peran/tugas termasuk kondisi dimana para pegawai
mengalami kesulitan dalam memahami apa yang menjadi tugasnya, peran
yang dimainkan dirasakan terlalu berat atau memainkan berbagai peran
pada tempat mereka bekerja.
3. Penyebab stres antarpribadi (inter-personal stressors)
Stresor ini akan semakin bertambah ketika karyawan dibagi dalam divisidivisi dalam suatu departemen yang dikompetisikan untuk memenangkan
target sebagai divisi terbaik dengan reward yang menggiurkan. Perbedaan
karakter,

kepribadian,

latar

belakang,

persepsi,

dan

lain-lainnya

memungkinkan munculnya stres.
4. Organisasi
Banyak sekali ragam penyebab stres yang bersumber dari organisasi.
Pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stres yang

Universitas Sumatera Utara

tidak hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, namun juga untuk
mereka yang masih tinggal. Secara khusus mereka yang masih tinggal
mengalami peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak aman dan
tidak nyaman dalam bekerja serta kehilangan rekan kerja. Restrukturisasi,
privatisasi, merger, dan bentuk-bentuk lainnya merupakan kebijakan
sekolah ataupun instansi yang berpotensi memunculkan stres. Para pekerja
harus menghadapi peningkatan ketidak-amanan dalam bekerja, bimbang
dengan tuntutan pekerjaan yang semakin banyak dalam bentuk-bentuk
baru dari konflik antarpribadi.
Sementara itu menurut Sucipto (2014), terdapat dua faktor penyebab atau
sumber munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor
personal. Faktor lingkungan kerja berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun
hubungan sosial dengan pekerjaan. Sedangkan faktor personal bisa berupa tipe
kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi
keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri. Secara

umum

dikelompokkan sebagai berikut.
1. Tidak adanya dukungan social
Artinya, stres akan cenderung muncul pada para guru yang tidak
mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial
disini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun
lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan
yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat
dukungan dari keluarga. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh

Universitas Sumatera Utara

dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan
cenderung

lebih

mudah

terkena

stres,

hal

ini

dikarenakan

ketidaknyamanan dalam menjalankan pekerjaan dan tugasnya.
2. Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di
kantor
Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres
kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi
tanggung jawab dan kewenangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika
seorang guru tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang
menyangkut dirinya.
3. Pelecehan seksual
Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan
berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bias
dimulai dari yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang
sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang paling halus
berupa rayuan, pujian bahkana senyuman yang tidak pada konteksnya.
Dari banyak kasus pelecehan seksual yang sering menyebabkan stres
kerja adalah perlakuan kasar atau penganiayaan fisik dari lawan jenis dan
janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya karena wanita.
Stres akibat pelecehan seksual banyak terjadi pada Negara yang tingkat
kesadaran warga (khususnya wanita) terhadap persamaan jenis kelamin
cukup tinggi, namun tidak ada undang-undang yang melindunginya.

Universitas Sumatera Utara

4. Kondisi lingkungan kerja
Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas,
terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan
yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam
menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin.
Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sikulasi
atau arus udara.
5. Manajemen yang tidak sehat
Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para
manajernya atau atasannya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin
yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan),
perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga
mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan
selalu mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang
semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa
menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya menimbulkan stres.
6. Tipe kepribadian seseorang
Tipe kepribadian seseorang dengan kepribadian tipe A cenderung
mengalami stress dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri kepribadian
tipe A ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan
pekerjaannya, tidak sabaran konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan
pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang

Universitas Sumatera Utara

diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam
situasi atau peristiwa yang non kompetitif.
7. Peristiwa/pengalaman pribadi
Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan,
kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah,
kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah
(pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stres
paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya,
sementara yang paling rendah disebabkan oleh perpindahan tempat
tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan seharihari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk kategori ini.

2.3 Penyakit Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja
Menurut Looker dan Gregson (2005), terdapat beberapa gangguan dan
penyakit yang berhubungan dengan stres, yaitu :
1. Sistem pernapasan
a) Penyakit jantung koroner (angina dan serangan jantung)
b) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
c) Stroke
d) Migren
2. Sistem pencernaan
a) Gangguan pencernaan
b) Nausea

Universitas Sumatera Utara

c) Rasa panas dalam perut (pirosis)
d) Bisul dalam perut dan usus dua belas jari
e) Radang usus besar, sindroma usus besar berat
f) Diare
g) Sembelit
h) Kembung perut
3. Otot dan sendi
a) Pusing
b) Kram
c) Kejang otot
d) Nyeri punggung
e) Nyeri leher
4. Lain-lain
a) Diabetes
b) Kanker
c) Encok (Rheumatoid arthritis)
d) Asma
e) Masuk angin biasa dan flu
f) Gangguan seksual-dorongan seks berkurang, ejakulasi dini, gagal
mencapai orgasme, kemandulan
g) Penyakit kulit
h) Gangguan tidur

Universitas Sumatera Utara

5. Perilaku
a) Makan terlampau banyak – obesitas
b) Hilang selera makan – anoreksia
c) Meningkatnya frekuensi merokok
d) Meningkatnya konsumsi kafein
e) Meningkatnya konsumsi alcohol
f) Penyalahgunaan obat-obatan
6. Emosional
a) Kecemasan, termasuk ketakutan, fobia, dan obsesi
b) Depresi
Stres kronis yang berlebihan dapat juga menyebabkan kehilangan berat badan,
insomnia, hiperaktivitas (kegoyahan dan kegelisahan), dan gangguan-gangguan
seksual.

2.4 Strategi Manajemen Stres Kerja
Menangani masalah stres di tempat kerja seperti garpu bermata dua. Pertama,
memberikan dukungan pada pekerja yang telah mengalami stres dan kedua,
mengambil tindakan untuk mengurangi penyebab stres yang telah ada dan yang
berpotensi menyebabkan stres ditempat kerja (Towner, 2002).
Mengelola stres dengan baik hampir identik dengan mengelola hidup kita
dengan baik pula. Sumber-sumber stres, gejala-gejala stres, sampai cara
memperlemah atau memperkuatnya, sepenuhnya bergantung pada kita. Stres juga
tak sepenuhnya buruk, bahkan salah satu sisi stres – eustres – justru kita perlukan

Universitas Sumatera Utara

sebagai daya dorong agar kita bisa berkreasi dengan lebih baik. Eustres juga
berperan pada kesuksesan kita. Stres pasti menyerang setiap orang. Yang
membedakan adalah cara setiap orang meresponnya. Respon yang baik dan benar
akan menstimulasi kreativitas dan mendorong kesuksesan. Respon yang buruk
akan membuat kita kehilangan keseimbangan, dan mengakibatkan kinerja yang
buruk. Sementara stres akut yang direspon secara salah, akan menyebabkan
kemunculan penyakit-penyakit fatal yang berakibat kematian (Looker dan
Gregson, 2005).
Menurut Sopiah (2008), Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam strategi
manajemen stres, yaitu
1) Remove the stressor
Ada banyak cara untuk menghilangkan sumber stres ditempat kerja.
Salah satu solusi terbaik adalah dengan memberdayakan para pegawai
sehingga mereka memiliki kontrol yang lebih atas pekerjaan dan
lingkungan pekerjaan mereka.
Sumber stres yang berhubungan dengan tugas dapat diminimumkan
lebih efektif melalui seleksi dan penempatan pegawai sehingga persyaratan
pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka. Slogan The right man on the
right place at the right time cocok diterapkan pada saat seleksi dan
penempatan pegawai.
Family

friendly

and

work/life

initiatives

menghilangkan

atau

mengurangi stressor yang menyebabkan time based conflict. Lima hal

Universitas Sumatera Utara

yang paling lazim dalam family friendly and work/life initiatives antara
lain :
a. Penggunaan/pemanfaatan waktu yang fleksibel
Beberapa perusahaan mengajak pegawainya untuk menentukan kapan
mulai dan berakhirnya waktu kerja sehingga mereka dapat lebih mudah
menyesuaikan antara aktivitas pribadi dan pekerjaan.
b. Job sharing
Yakni memisahkan posisi karier antara dua orang sehingga mereka
yang mengalami stres time-based lebih sedikit diantara pekerjaan
keluarga.
c. Telecommunicating
Telecommunicating adalah bekerja dari rumah, biasanya dilakukan
dengan menghubungkan komputer ke kantor sehingga mudah untuk
menukar kegiatan pekerjaan dan bukan pekerjaan, dan sebagainya.
2) Withdraw from the stressor
Para pegawai biasanya mengalami stres ketika tinggal dan bekerja
dalam kultur yang berbeda. Tidak cukup dengan asumsi-asumsi dan
harapan yang umum. Para ekspatriat harus membayar kontan – bagaimana
cara berpikir, bersikap, dan bertindaknya dipersepsikan atau direspons
lingkungannya. Perlu waktu dan keinginan yang kuat agar mampu
beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan baru.

Universitas Sumatera Utara

3) Change stress perception
Tingkat stres yang dialami pegawai dalam situasi yang sama mungkin
dapat berbeda antara satu individu dengan yang lain. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan persepsi. Oleh karena itu sebenarnya stres dapat
diminimumkan melalui perubahan persepsi atas situasi yang ada, sehingga
kita dapat menerima pekerjaan sebagai tantangan bukan ancaman.
4) Control stress consequences dan
Kadang-kadang para pegawai tidak dapat mengendalikan stres yang
dialaminya. Mereka seringkali membutuhkan bantuan untuk mengatasi
stres dengan perilaku disfungsional seperti mengonsumsi alkohol dan obatobat terlarang. Program gaya hidup sehat akan membantu pegawai belajar
bagaimana gaya hidup yang sehat. Mengendalikan stres dengan baik tentu
sangat bermanfaat, walau tidak semua orang mampu melakukannya.
Kebanyakan orang memerlukan orang lain untuk membantunya agar dapat
mengatasi dengan baik.
5) Receive social support.
Dukungan lingkungan sekitar dapat mengurangi stres yang dialami
seseorang. Dalam suatu organisasi, ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk
memberikan dukungan kepada pegawai yang mengalami stres, yaitu :
Pertama, memperbaiki persepsi mereka bahwa mereka bernilai dan
berguna. Kedua, menyediakan informasi untuk membantunya memahami
masalah yang sesungguhnya yang memungkinkan untuk menghilangkan

Universitas Sumatera Utara

sumber stres. Ketiga, dukungan emosional dari yang lain dapat secara
langsung membantu mengurangi stres.
Berikut disajikan gambar strategi manajemen stres itu.
Remove the
Stressor

Receive social
support

Stres
Management
Strategis

control stres
consequences

withdraw
from the
stressor

change stress
perception

Gambar 1. Strategi Manajemen Stres

2.5 Proses Kerja di Sekolah Luar Biasa
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis
merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang
menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai
kegiatan belajar. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum,
yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran (Hamalik,
2007).
Sekolah Luar Biasa adalah suatu lembaga pendidikan untuk anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu

Universitas Sumatera Utara

menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk
kedalam SLB antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak dengan gangguan kesehatan. istilah
lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, SLB (Sekolah Luar Biasa) memerlukan
bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks
bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan
bahasa isyarat (Tarigan, 2015).
Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat
dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar
tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya
gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Dalam proses kerja guru terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat diaplikasikan ke siswa. Metode yang
dapat digunakan adalah metode demonstrasi, metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekadar tiruan (Sanjaya, 2006).
Dalam pasal 1 ayat 1 Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru sebagai tenaga
professional berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen

Universitas Sumatera Utara

pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Aqib dan
Rohmanto, 2007). Dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 ayat 1 pendidikan khusus
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Menurut Tarigan (2015) yang mengutip pendapat Petrayuna, setiap profesi
memuat tanggung jawab,kewajiban dan tugas yang berbeda-beda. Kewajiban
seorang guru dalam kelas adalah :
1. Bersikap terbuka dan transparan, sehingga memungkinkan terjalinnya
keterusterangan dan kejujuran antara guru dan murid.
2. Bersikap penuh perhatian, sehingga antara guru dan murid dapat saling
menghargai.
3. Adanya saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara guru dan
murid.
4. Keterpisahan,

untuk

memungkinkan

guru

dan

murid

menumbuhkembangkan keunikan, kreativitas dan individualitas masingmasing.
5. Dapat memenuhi kebutuhan bersama, sehingga tidak ada pinak yang
dikorbankan untuk memenuhi kebutuhan pihak lain.
Lubis (2014) menyatakan mendidik anak yang autis merupakan perjuangan
keras yang dilakukan guru atau orang tua, hal ini akan lebih menantang lagi jika
yang mendidik dan menghadapi tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

khusus tentang autis. Anak autis dapat menjalani kehidupan secara normal jika
ada pendidikan khusus serta penanganan mengajar yang sesuai. Proses kerja guru
dalam menghadapi anak autis itu sendiri dilakukan dengan :
1. Rutinitas maksimal (tidak berubah-ubah)
Berbeda dengan orang-orang normal pada umumnya, tentu akan ada rasa
jenuh jika dihadapkan dengan cara atau metode yang terus menerus sama.
Bagi anak autis variasi berbeda-beda menjadi kejenuhan bagi mereka,
mereka lebih suka dengan rutinitas yang sama dengan kebiasaan berulangulang. Hal ini disebabkan daya tangkap dan daya ingat yang tidak wajar
pada anak autis, sehingga kebiasaan yang berulang-ulang merupakan metode
tepat untuk mendidik dan menghadapi mereka.
2. Tidak membuat modifikasi jadwal (perubahan jadwal)
Jika anak autis diberi makan pada pukul 07.00 untuk sarapan pagi dan
jadwal bermain pukul 09.00 pagi, maka jangan pernah merubah jadwal
tersebut. Jika hal itu dilakukan akan membuat daya ingat anak tidak
meningkat sehingga pola pengajaran tidak tercapai pada tujuannya.
3. Pilihlah gaya belajar yang tepat
Beberapa anak kemungkinan cepat dalam menangkap informasi melalui
pendengaran, namun terkadang hal itu tidak akan sama dengan semua anak.
Pada dasarnya panca indera yang digunakan anak lebih dekat dengan media
visual atau gambar sebagai penghantar pembelajaran. Sebagai guru dan
orang tua hendaknya cerdas dalam menentukan metode dan gaya belajar
yang tepat sesuai dengan karakter anak-anak mereka. Hal ini karena anak

Universitas Sumatera Utara

autis lebih cenderung kehilangan minat apabila mereka tidak mengerti apa
yang harus dipahami dan dikerjakan walau hanya sekadar memakai baju dan
celana.
4. Gunakan bahasa sederhana, singkat, tepat dan mudah
Tidak bisa disamakan antara anak yang normal dengan anak autis, anak autis
memahami makna ucapan hanya dengan rentetan kalimat terbatas. Maka
dari itu gunakan gaya bahasa yang tepat, singkat dan mudah dipahami.
Jangan terlalu menggunakan ucapan dengan kalimat panjang yang hanya
akan membuat bingung anak autis saat mereka berusaha memahaminya.
5. Tampilkan objek yang menarik perhatian
Anak autis cenderung mempunyai mainan khusus yang mereka sukai, maka
dari itulah anda harus cerdas untuk menggunakan media mainan tersebut
sebagai objek pembelajaran. Jika mainan anak autis yang disukai berupa
robot, mungkin anda dapat bercerita tentang kisah-kisah yang terkait dengan
hal itu.

2.6 Autisme
Autisme merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup
bidang sosial dan afek, komunikasi verbal (bahasa) dan non-verbal, imajinasi,
fleksibilitas, lingkup interest (minat), kognisi dan atensi. Ini suatu kelainan dengan
ciri perkembangan yang terlambat atau yang abnormal dari hubungan sosial dan
bahasa (Lumbantobing, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autisme
seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah autisme baru diperkenalkan sejak
tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad
lampau (Handojo, 2003).
Anak autis bukan “anak ajaib” atau “pembawa hoki” (gifted child), seperti
kepercayaan sebagian orang tua. Jadi, jangan mengharapkan keajaiban muncul
darinya. Namun, ia pun bukan bencana. Kehadirannya ditengah keluarga tidak
akan merusak keharmonisan keluarga.
Anak autis persis seperti anak-anak lain. Mereka membutuhkan bimbingan
dan dukungan lebih dari orang tua dan lingkungannya untuk tumbuh dan
berkembang agar dapat hidup mandiri.
Autisme merupakan suatu kumpulan sindrom akibat kerusakan saraf. Penyakit
ini mengganggu perkembangan anak. Diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala
yang tampak, ditunjukkan dengan adanya penyimpangan perkembangan. Untuk
mendiagnosis gangguan autisme tidak memerlukan pemeriksaan yang canggih,
seperti brain mapping, CT-Scan, dan MRI. Pemeriksaan-pemeriksaan itu hanya
dilakukan jika ada indikasi tambahan, misalnya jika anak sering kejang, baru
dilakukan brain mapping atau EEG untuk melihat apakah mengidap epilepsi
(Danuatmaja, 2003).
2.6.1

Perilaku Autistik

Perilaku autistik digolongkan dalam 2 jenis, yaitu perilaku yang eksesif
(berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku
eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menyepak,

Universitas Sumatera Utara

menggigit, mencakar, memukul, dsb. Perilaku deficit ditandai dengan gangguan
bicara, perilaku social kurang sesuai (naik kepangkuan ibu bukan untuk kasih
sayang tapi untuk meraih kue), deficit sensoris sehingga dikira tuli, bermain tidak
benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa tanpa sebab, menangis tanpa
sebab dan melamun. (Handojo, 2003).
Perilaku autistik berbeda dari perilaku normal. Autistik memiliki perilaku
yang berlebihan (excessive) atau perilaku yang berkekurangan (deficient), sampai
ke tingkat tidak ada perilaku. Perilaku adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau
dikatakan, dapat anda lihat, rasakan, dan dengar dari seseorang atau yang anda
lakukan sendiri (Danuatmaja, 2003).
Menurut Handojo (2003), timbulnya suatu perilaku selalu didahului oleh suatu
sebab atau antecedent. Kemudian suatu perilaku akan memberikan suatu akibat
atau consequence. Disini dikenal dengan suatu rumusan A -> B -> C yang disebut
operant conditioning, yaitu :
ANTECEDENT  BEHAVIOUR  CONSEQUENCE

Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yang
berjudul “Faktor - faktor penyebab stres kerja pada guru kelas autis di Unit
Pelaksana Teknis SLB-E Negeri Pembina Tingkat Provinsi Tahun 2016 adalah
sebagai berikut :
Tidak adanya dukungan sosial
 Dukungan
lingkungan
keluarga
dan
lingkungan
pekerjaan
Tidak
adanya
kesempatan
berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan di kantor
 Tidak dapat memutuskan
persoalan
yang
menjadi
tanggung
jawab
dan
kewenangannya.
 Guru tidak dilibatkan dalam
pembuatan keputusan yang
menyangkut dirinya.

Manajemen
Stres Kerja

Stres Kerja
Pelecehan seksual
 Kontak fisik
 Perlakuan kasar atau
penganiayaan fisik
 Janji promosi jabatan



Change
Stress
Perception
Seperti : mengubah
persepsi guru agar dapat
menerima
pekerjaan
sebagai
tantangan
bukan ancaman



Control
stress
consequences
Seperti : Mengajak para
guru untuk sama-sama
meningkatkan program
gaya hidup sehat.



Receive Social Support
Sepert : Dukungan
lingkungan sekitar yang
dapat mengurangi stres
yang dialami seseorang.

Kondisi lingkungan kerja
 Suhu yang terlalu panas,
terlalu dingin, terlalu sesak.
 Kurangnya cahaya
Manajemen yang tidak sehat
 Gaya kepemimpinan atasan
Tipe kepribadian seseorang
 Tipe A cenderung berambisi
namun menelantarkan aspekaspek lain dari kehidupan.
 Tipe B cenderung lebih santai
dan tenang dalam bersikap.
Bekerja bukan untuk
berkompetensi.
Peristiwa pengalaman pribadi
 Peristiwa traumatis

Universitas Sumatera Utara