Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths Dengan Status Gizi pada Siswa I Sekolah Dasar Negeri 060839 Medan Tahun 2016

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Soil Transmitted Helminths

2.1.1. Definisi soil transmitted helminthes
Soil Transited Helminths (STH) adalah sekelompok cacing parasit (kelas
Nematoda) yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia melalui kontak dengan
telur ataupun larva parasit itu sendiri yang berkembang di tanah yang lembab
yang terdapat di negara yang beriklim tropis maupun subtropis.15 Berikut spesies
STH yang paling sering menyebabkan infeksi kecacingan; Ascaris lumbricoides,
Trichuris trichiura, Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Berikut ini
adalah tabel taksonomi Soil Transmitted Helminths :
Tabel 2.1.1 Taksonomi Soil Transmitted Helminths
Taksonomi
Sub
Kingdom


A. lumbricoides
Metazoa

T. trichiura
Metazoa

Phylum

Nemathelminthes

Nemathelminthes Nemathelminthes

Kelas

Nematoda

Nematoda

Nematoda


Sub Kelas

Phasmidia

Aphasmidia

Phasmidia

Ordo

Ascaria

Enoplida

Rhabtidia

Super

Ascaridoidea


Trichinellidae

Rhabtitoidae dan

Famili
Famili

Cacing Tambang
Metazoa

Ancylostomatidae
Ascaridea

Trichuridae

Necator dan
Ancylostomatidae

Genus


Ascaris

Trichuris

Necator dan
Ancylostoma

Spesies

A.lumbricoides

T.trichiura

N.americanus dan
A. duodenale

Universitas Sumatera Utara

6


2.1.2. Jenis jenis Soil Transmitted Helminths
A Ascaris lumbricoides
a) Morfologi
Ascaris lumbricoides merupakan cacing terbesar diantara Nematoda
lainnya. Cacing betina memiliki ukuran besar dan panjang. Manusia
merupakan satu-satunya hospes cacing ini. Cacing jantan berukuran 1030 cm, sedangkan cacing betina 22-35 cm, kadang-kadang sampai 39
cm dengan diameter 3-6 mm. Pada stadium dewasa hidup di rongga
usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir
sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi.
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi
bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Ascaris
lumbricoides memiliki 4 macam telur yang dapat dijumpai dalam feses
yaitu telur fertil (telur yang dibuahi), infertil (telur yang tidak dibuahi),
decorticated (telur yang sudah dibuahi tetapi kehilangan lapisan
albuminnya) dan telur infektif (telur yang megandung larva).16
Siklus Hidup
1. Cacing dewasa hidup di saluran usus halus, seekor cacing betina
mampu menghasilkan telur sampai 240.000 perhari yang akan keluar
bersama feses.

2. Telur yang sudah dibuahi mengandung embrio dan menjadi infective
setelah18 hari sampai beberpa minggu di tanah.
3. Tergantung pada kondisi lingkungan (kondisi optimum, lembab,
hangat, tempat teduh).
4. Telur infektif tertelan.
5. Masuk ke usus halus dan menetas mengeluarkan larva yang kemudian
menembus mucosa usus, masuk kelemjar getah bening dan aliran darah
dan terbawa sampai ke paru-paru.
6. Larva mengalami pendewasaan di dalam paru-paru, menembus dinding
alveoli, naik ke saluran pernafasan dan akhirnya terlelan kembali.
Ketika mencapai usus halus, larva tumbuh menjadi cacing dewasa.

Universitas Sumatera Utara

7

Waktu yang diperlukan mulai tertelan telur infeksi sampai menjadi
cacing dewasa sekitar 2-3 bulan. Cacing dewasa dapat hidup 1 sampai 2
tahun dalam tubuh.17
b) Patogenesis

Patogenesis berkaitan dengan jumlah organisme yang menginvasi,
sensitifitas individu, bentuk perkembangan cacing, migrasi larva dan
status nutrisi individu. Migrasi larva dapat menyebabkan eosinophilia
dan kadang-kadang reaksi alergi. Bentuk dewasa dapat menyebabkan
kerusakan pada organ akibat invasinya dan mengakibatkan patogenesis
yang lebih berat.18
c) Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang dapat muncul akibat infeksi dari cacing Ascaris
lumbricoides antara lain rasa tidak enak pada perut, diare, nausea,
vomiting, berat badan menurun dan malnutrisi. Bolus yang dihasilkan
oleh cacing dapat menyebabkan obstruksi intestinal, sedangkan larva
yang migrasi dapat menyebabkan pneumonia dan eosinophilia.18
d) Epidemiologi
Di Indonesia kejadian Ascariasis tinggi, frekuensinya antara 60%
sampai 90% terutama terjadi pada anak-anak. A. lumbricoides banyak
terjadi pada daerah iklim tropis dan subtropis khususnya negara-negara
berkembang seperti Asia dan Afrika.18
e) Diagnosis
Diagonsis dapat ditegakkan dengan mengidentifikasi adanya telur
pada feses dan kadang dapat dijumpai cacing dewasa keluar bersama

feses, muntahan ataupun melalui pemeriksaan radiologi dengan kontras
barium.18
f) Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan memperbaiki cara dan sarana
pembuangan feses, mencegah kontaminasi tangan dan juga makanan
dengan tanah yaitu dengan cara cuci bersih tangan sebelum makan dan
sesudah makan, mencuci sayur-sayuran dan buah-buahan yang ingin
dimakan, menghindari pemakaian feses sebagai pupuk dan mengobati
penderita .18

Universitas Sumatera Utara

8
B. Trichuris trichiura
a) Morfologi
Manusia adalah hospes utama cacing Trichuris trichiura. Cacing
dewasa berbentuk cambuk dengan 2/5 bagian posterior tubuhnya tebal
dan 3/5 bagian anterior lebih kecil. Cacing jantan memiliki ukuran lebih
pendek (3-4cm) daripada betina dengan ujung posterior yang
melengkung ke ventral. Cacing betina memiliki ukuran 4-5 cm dengan

ujung posterior yang membulat. Memiliki bentuk oesophagus yang khas
(Schistosoma oesophagus). Telur berukuran 30-54 x 23 mikron dengan
bentukan yang khas lonjong seperti tong (barrel shape) dengan dua
mucoid plug pada kedua ujung yang berwarna transparan.16
Cara infeksi adalah telur yang berisi embrio tertelan manusia, larva aktif
akan keluar di usus halus masuk ke usus besar dan menjadi dewasa dan menetap.
Telur yang infektif akan menjadi larva di usus halus pada manusia. Larva
menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa
kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung menuju paru-paru.19
b) Patogenesis
Cacing dewasa lebih banyak ditemukan di caecum tetapi dapat juga
berkoloni di dalam usus besar. Cacing ini dapat menyebabkan
inflamasi, infiltrasi dan kehilangan darah (anemia). Pada infeksi yang
parah dapat menyebabkan rectal prolapse dan defisiensi nutrisi.18
c) Manifestasi Klinis
Kelainan patologis yang disebabkan oleh cacing dewasa terutama
terjadi karena kerusakan mekanik di bagian mukosa usus dan respons
alergi. Keadaan ini erat hubungannya dengan jumlah cacing, lama
infeksi, umur dan status kesehatan umum dari hospes (penderita).
Gejala yang ditimbulkan oleh cacing cambuk pada infeksi ringan

berupa gugup, gelisah dan nafsu makan menurun. Pada infeksi berat
dapat menimbulkan anemia, diare, sakit perut, mual dan berat badan
turun.19

Universitas Sumatera Utara

9

d) Epidemiologi
Penyebaran geografis T. trichuira dan A. lumbricoides sehingga
seringkali kedua cacing ini ditemukan bersama-sama dalam satu
hospes. Frekuensinya di Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan,
frekuensinya antara 30%-90%. Angka infeksi tertinggi ditemukan pada
anak–anak. Faktor terpenting dalam penyebaran trikuriasis adalah
kontaminasi tanah dengan tinja yang mengandung telur. Telur
berkembang baik pada tanah liat, lembab dan teduh. 19
e) Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan memperbaiki cara dan sarana
pembuangan feses, mencegah kontaminasi tangan dan juga makanan
dengan tanah yaitu dengan cara cuci bersih tangan sebelum makan dan

sesudah makan, mencuci sayur-sayuran dan buah-buahan yang ingin
dimakan, menghindari pemakaian feses sebagai pupuk dan mengobati
penderita.18
C. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Terdapat dua spesies hookworm yang sangat sering menginfeksi
manusia yaitu: “The Old World Hookworm” yaitu Ancylostoma duodenale
dan “The New World Hookworm” yaitu Necator americanus.20
a) Morfologi
Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia, cacing melekat
pada mukosa usus dengan bagian mulutnya yang berkembang dengan
baik. Cacing ini berbentuk silindris dan berwarna putih keabuan.
Cacing dewasa jantan berukuran 8 sampai 11 mm sedangkan betina
berukuran 10 sampai 13 mm. Cacing N.americanus betina dapat
bertelur ±9000 butir/hari sedangkan cacing A.duodenale betina dapat
bertelur ±10.000 butir/hari. Bentuk badan N.americanus biasanya
menyerupai huruf S sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C.
Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. N.americanus mempunyai
benda kitin, sedangkan pada A.duodenale terdapat dua pasang gigi.21

Universitas Sumatera Utara

10

Telur cacing tambang sulit dibedakan, karena itu apabila ditemukan dalam
tinja disebut sebagai telur hookworm atau telur cacing tambang. Telur cacing
tambang besarnya ±60 x 40 mikron, berbentuk oval, dinding tipis dan rata, warna
putih. Di dalam telur terdapat 4-8 sel. Dalam waktu 1-1,5 hari setelah dikeluarkan
melalui tinja maka keluarlah larva rhabditiform. Larva pada stadium rhabditiform
dari cacing tambang sulit dibedakan. Panjangnya 250 mikron, ekor runcing dan
mulut terbuka. Larva pada stadium filariform (Infective larvae) panjangnya 600700 mikron, mulut tertutup ekor runcing dan panjang oesophagus 1/3 dari panjang
badan.22
Infeksi pada manusia dapat terjadi melalui penetrasi kulit oleh larva
filariorm yang ada di tanah. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur
sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8
cm, cacing dewasa berbentuk seperti hurup S atau C dan di dalam mulutnya ada
sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang dimulai dari keluarnya telur cacing
bersama feses, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi
larva rhabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva
filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di
tanah.21 Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru
paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea
dan larynk. Dari larynk, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan
menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau
ikut tertelan bersama makanan.22
b) Patogenesis
Larva

cacing

menembus

kulit

akan

menyebabkan

reaksi

erythematous. Larva di paru-paru akan menyebabkan perdarahan,
eosinophilia, dan pneumonia. Kehilangan banyak darah dapat
menyebabkan anemia.18
c) Manifestasi Klinis
Gambaran klinis walaupun tidak khas, tidak cukup mendukung
untuk memastikan untuk dapat membedakan dengan anemia karena
defisiensi makanan atau karena infeksi cacing lainnya. Secara praktis,

Universitas Sumatera Utara

11

telur cacing Ancylostoma duodenale tidak dapat dibedakan dengan telur
Necator americanus. Untuk membedakan kedua spesies ini biasanya
dilakukan tekhnik pembiakan larva.19 z. Larva cacing tambang
kemudian bermigrasi ke bagian kerongkongan dan kemudian tertelan.
Larva kemudian menuju usus halus dan menjadi dewasa dengan
menghisap darah penderita. Cacing tambang bertelur di usus halus yang
kemudian dikeluarkan bersama dengan feses ke alam dan akan
menyebar kemana mana. Gejala klinik yang timbul bervariasi
bergantung pada beratnya infeksi, gejala yang sering muncul adalah
lemah, lesu, pucat, sesak bila bekerja berat, tidak enak perut, perut
buncit, anemia, dan malnutrisi. Tiap cacing Necator americanus
menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari,
sedangkan A. duodenale 0,08 – 0,34 cc. 23
d) Epidemiologi
Hookworm menyebabkan infeksi pada lebih dari 900 juta orang dan
mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 7 Liter. Cacing ini ditemukan
di daerah tropis dan subtropis. Kondisi yang optimal untuk daya tahan
larva adalah kelembaban sedang dengan suhu berkisar 23°-33°C.
Kejadian infeksi cacing ini terjadi pada anak-anak.18
e) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan memutus rantai lingkaran hidup
cacing sehingga dapat mencegah perkembangannya menjadi larva
infektif,

mengobati

penderita,

memperbaiki

pembuangan feses dan memakai alas kaki.

cara

dan

sarana

18

2.1.3. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya infeksi STH
Faktor-faktor risiko (risk factor) yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit Soil Transmitted Helminths antara lain 24 :
1.

Lingkungan
Penyakit cacingan biasanya terjadi dilingkungan yang kumuh

terutama di daerah kota atau daerah pinggiran. Jumlah prevalensi Ascaris

Universitas Sumatera Utara

12

lumbricoides banyak ditemukan di daerah perkotaan, dan jumlah
prevalensi tertinggi ditemukan didaerah pinggiran atau pedesaan yang
masyarakatnya sebagian besar masih hidup dalam kekurangan. 25
2.

Tanah
Penyebaran penyakit cacingan dapat melalui terkontaminasinya tanah

dengan tinja yang mengandung telur Trichuris trichiura, telur tumbuh
dalam tanah liat yang lembab dan tanah dengan suhu optimal ± 30 C.
Tanah liat dengan kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 25 C30 C sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides sampai
menjadi bentuk infektif . Untuk pertumbuhan larva Necator americanus
memerlukan suhu optimum 28 C-32 C dan tanah gembur seperti pasir atau
humus, dan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah yaitu 23 C-25 C.24
3. Iklim
Penyebaran Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura yaitu didaerah
tropis karena tingkat kelembabannya cukup tinggi. Sedangkan untuk
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale penyebarannya paling
banyak didaerah panas dan lembab. Lingkungan yang paling cocok
sebagai habitat dengan suhu dan kelembaban yang tinggi terutama
didaerah perkebunan dan pertambangan.26
4. Perilaku
Perilaku mempengaruhi terjadinya infeksi cacingan yaitu ditularkan
lewat tanah. Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena
biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan kedalam mulut, atau makan
nasi tanpa cuci tangan.27
5. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya cacingan yaitu faktor sanitasi
yang buruk berhubungan dengan sosial ekonomi yang rendah . 28

Universitas Sumatera Utara

13

2.2. Gizi
2.2.1. Pengertian gizi
Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara
normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ organ,
serta menghasilkan energi.29 Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan
makanan. Zat gizi yang dikenal ada 5 yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral.30
2.2.2. Komponen zat gizi
Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan
anak yang jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur. Secara umum zat gizi
dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro:untuk zat
gizi golongan makro terdiri dari kalori dan H2O (air), untuk kalori berasal dari
karbohidrat, protein dan lemak, sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri dari
vitamin dan mineral.31
A. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah
disetiap makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup
sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat
menyebabkan terjadi kelaparan dana berat badan menurun demikian
sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat
dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat
badan (obesitas). Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat yang cukup maka
dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buahbuahan, sirup, sukrosa, tepung,
dan sayu-sayuran.31
B. Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan
protoplasmasel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup
penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan
untuk keseimbangan osmotik.32

Universitas Sumatera Utara

14

C. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A,
D, E, K yang larut dalam lemak. Menurut sumbernya lemak berasal dari
nabati dan hewani. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak
jenuh seperti terdapat pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya.
Sedangkan Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan
rantai panjang seperti pada daging sapi, kambing dan lainnya.31
D. Vitamin
Vitamin

merupakan

senyawa

organik

yang

digunakan

untuk

mengkatalisator metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan serta dapat mempertahankan organisme, vitamin yang
dibutuhkan antara lain:
a. Vitamin A (Retinol) yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup yang
mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata serta pertumbuhan
tulang dan gigi dan dalam pembentukan maturasi epitel.
b. Vitamin B kompleks (Thiamin) jika seseorang kekurangan vitamin ini
maka dapat menyebabkan penyakit beri-beri, kelelahan, anoreksia,
konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema dan peningkatan
kadar asam piruvat dalam darah.
c. Vitamin B2 (Riboflavin) vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang
cukup, apabila kurang dapat menyebabkan fotophobia, penglihatan
kabur, gagal dalam pertumbuhan.
d. Vitamin B12 (Sianokobalamin) vitamin ini sangat baik untuk maturasi
sel darah merah dalam sumsum tulang, pengaruh kekurangan vitamin ini
dapat menyebabkan anemia.
e. Vitamin C (Asam ascorbat) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan
lamanya proses penyembuhan luka.
f. Vitamin D vitamin ini berguna dalam pengatur penyerapan dan
pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas
membran usus.

Universitas Sumatera Utara

15

g.

Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan tidak stabil

terhadap sinar ultraviolet yang dapat berfungsi dalam meminimalkan
oksidasi karoten, vitamin A dan asam linoleat serta menstabilkan membran
apabla terjadi kekurangan dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah
pada bayi prematur dan akan menyebabkan kehilangan keutuhan saraf.
h.

Vitamin K berfungsi sebagai pembentukan protombin, faktor koagulasi

yang harus tersedia dalam tubuh yang cukup apabila terjadi kekurangan
dapat menyebabkan perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil.32
Kekurangan vitamin dalam tubuh lambat laun akan menampakkan gejalagejala berupa terhentinya pertumbuhan dan gangguan kesehatan. Gejala ini
tergantung pada jenis vitamin yang mengalami kekurangan beberapa macam
vitamin secara bersamaan.33
E. Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok
mikro yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga,
flourin, iodium, besi, magnesium,mangan,fosfor, kalium, natriun, sulfur,
dan seng. Semuanya harus tersedia dalam jumlah yang cukup.31
2.2.3. Pengertian status gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam
tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi
normal, dan gizi lebih.34
Status gizi kurang merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi
yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena
jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu. 35
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang
dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk
ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi
lainnya.36

Universitas Sumatera Utara

16

2.2.4. Faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi status gizi anak
Faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi status gizi anak antara lain 37:
1.

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orang tua member pengaruh terhadap perilaku kepercayaan diri
dari tanggung jawab dalam memilih makanan. Seseorang yang
berpendidikan tinggi tidak memperhatikan pantangan atau makanan tabu
terhadap konsumsi bahan makanan yang ada. Tingkat pendidikan yang
rendah akan mempengaruhi penerimaan informasi, sehingga pengetahuan
akan terbatas. Pada masyarakat dengan pengetahuan rendah akan lebih
kuat

mempertahankan

tradisi-tradisi

yang

berhubungan

dengan

masyarakat, sehingga sulit untuk menerima pembaharuan di bidang gizi.
2.

Pendapatan Orangtua

Tingkat

pendapatan

keluarga

menentukan

bahan

makanan

yang

dikonsumsi oleh keluarga tersebut. Semakin rendah pendapatan semakin
besar persentase yang akan digunakan untuk membeli bahan makanan, dan
semakin tinggi bahan makanan maka semakin kecil persentase yang
digunakan untuk membeli bahan makanan. Pendapatan merupakan faktor
yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Keluarga yang
tergolong mampu mempunyai persediaan pangan yang cukup bahkan
berlebih sepanjang tahun, sedangkan pada keluarga yang kurang mampu
pada masa-masa tertentu sering mengalami kurang pangan.
3.

Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

17

2.2.5. Penilaian status gizi
Status gizi dapat ditentukan dengan cara penilaian secara langsung dan tidak
langsung. Cara langsung meliputi pemeriksaan klinik, antropometri, laboratorium,
biokimia, biofisik. Sedangkan secara tidak langsung antara lain pemeriksaan
konsumsi, statistic vital, faktor-faktor ekologi.37 Antropometri sebagai salah satu
cara menilai statusgizi mempunyai keunggulan dan keterbatasan. Keunggulan
metode ini adalah prosedurnya sederhana, sedangkan kelemahan antropometri
yaitu tidak sensitif pada saat pengukuran.38
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan
menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut umur (TB/U), dan Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB).Penilaian antropometris yang penting dilakukan
adalah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan
lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak prasekolah yang
berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak usia sekolah dipusatkan
terutama pada percepatan tumbuh. Uji pertumbuhan pada golongan usia ini
setidaknya diselenggarakan setahun sekali, karena laju pertumbuhan pada fase ini
termasuk

relative

lambat.

Untuk menginterpretasikan

hasil

pengukuran

diperlukan baku rujukan, adapun baku rujukan yang digunakan menurut
Keputusan WHO 2005 dengan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), indeks
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), indeks Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB), indeks massa tubuh menurut Umur (IMT/U).38
Rumus perhitungan IMT / BMI :

Status gizi penduduk umur 6-18 tahun dapat dinilai berdasarkan IMT yang
dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Sebagai rujukan untuk menentukan
kurus, apabila nilai IMT kurang dari 2 standar deviasi (SD) dari nilai rata rata, dan
berat badan (BB) lebih jika nilai IMT lebih dari 2 SD nilai rerata standar WHO
2007 (Tabel: 2.2).

Universitas Sumatera Utara

18

Tabel 2.2. Standar Penilaian Status Gizi Lebih Menurut Nilai Rata-Rata IMT,
Umur dan Jenis Kelamin, WHO 2007

2.3. Hubungan Infeksi STH terhadap Status Gizi
Soetjiningsih

menyebutkan

bahwa

perkembangan

anak

meliputi

perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus), personal
sosial dan adaptif. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dibutuhkan
zat-zat gizi yang adekuat melalui pemberian makanan yang sesuai dengan tingkat
kemampuan konsumsi anak, tepat dalam jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas),
oleh karena kekurangan maupun kelebihan zat gizi, akan menimbulkan gangguan
kesehatan, status gizi maupun tumbuh kembang. Hal lain yang tak kalah
pentingnya untuk diperhatikan adalah penyakit infeksi yang dapat mengancam
kesehatan anak yang dapat berdampak pada kecerdasannya.39
Status gizi ialah suatu status kesehatan yang di hasilkan oleh keseimbangan
antara kebutuhan dan masukan nutrient. Hal yang penting dalam kehidupan
manusia yakni meningkatkan perhatian terhadap kesehatan untuk mencegah

Universitas Sumatera Utara

19

terjadinya malnutrisi (gizi kurang) dan resiko untuk menjadi malnutrisi. Status
gizi menjadi penting karena merupakan faktor resiko untuk terjadinya kesakitan
dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap
kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan.40
Anak yang kurang mendapat asupan makanan akan berakibat menurunnya
kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan
dan akhirnya mudah terjadi gizi kurang. Salah satu penyakit infeksi yang dapat
mempengaruhi status gizi yaitu kecacingan. Kecacingan juga dapat menghambat
perkembangan fisik dan kecerdasan pada anak-anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan. Kecacingan pada anak juga menurunkan ketahanan tubuh sehingga
mudah terkena penyakit lainnya. 41
Pada anak-anak sekolah dasar kecacingan akan menghambat dalam
mengikuti pelajaran dikarenakan anak akan merasa cepat lelah, menurunnya daya
konsentrasi, malas belajar dan pusing.Infeksi dan demam dapat menyebabkan
merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna
makanan.41
Parasit dalam usus seperti cacing gelang dan sebagainya bersaing dengan
tubuh dalam untuk memperoleh makanan dan dengan demikian menghalangi zat
gizi ke dalam arus darah, keadaan yang demikian membantu terjadinya kurang
gizi .42 Akibat penghisapan zat – zat makanan dan darah oleh cacing , tubuh
semakin lama akan kekurangan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh sehingga
menyebabkan tubuh penderita menjadi kurus dan status gizinya menurun.43

Universitas Sumatera Utara