Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
i
HUBUNGAN ANTARA HIGIENE DENGAN INFEKSI
SOIL
TRANSMITTED HELMINTHS
PADA
SISWA-SISWI SD NEGERI NO. 101837 SUKA MAKMUR,
KECAMATAN SIBOLANGIT, KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2011
Oleh:
MUHAMMAD DAIM BIN DAUD
080100325
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ii
HUBUNGAN ANTARA HIGIENE DENGAN INFEKSI
SOIL
TRANSMITTED HELMINTHS
PADA
SISWA-SISWI SD NEGERI NO. 101837 SUKA MAKMUR,
KECAMATAN SIBOLANGIT, KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
MUHAMMAD DAIM BIN DAUD
080100325
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Nama : Muhammad Daim Bin Daud NIM : 080100325
Pembimbing, Penguji I,
……….. …..……… (dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed) (dr Rina Amelia, MARS)
NIP: 197410192001122001 NIP: 197604202003122002 Penguji II,
.….……… (dr Bugis Mardina, Sp A)
NIP: 140355917
Medan, 12 Desember 2011 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH ) NIP : 19540220 198011 1 001
(4)
iv
LATAR BELAKANG: Infeksi cacing yang sering terjadi pada siswa-siswi SD adalah infeksi oleh soil transmitted helminths seperti cacing tambang, cacing gelang dan cacing cambuk. Salah satu faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah higiene yang buruk. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara higiene dengan infeksi
soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
METODOLOGI: Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 77 orang siswa-siswi dari kelas 1 hingga kelas 5 SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Tingkat higiene diukur dengan menggunakan kuesioner yang diberikan pada responden dan kemudian sampel feses didapatkan dari siswa-siswi tersebut dan diperiksa secara mikroskopik di laboratorium parasitologi. Data kemudian diolah untuk mendapatkan persentase dan frekuensi.
HASIL: Dari total 77, ditemukan seramai 65 (84.4%) orang menderita infeksi soil transmitted helminth. Seramai 49 orang termasuk dalam kelompok higiene baik, 27 kelompok sedang dan 1 orang dalam kelompok buruk. Dari tabulasi silang didapati bahwa tiada hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminth.
KESIMPULAN: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminth pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
(5)
v
ABSTRACT
BACKGROUND: The most common parasite that infects elemantary school children are infections by soil transmitted helminths such as ascaris lumbricoides, trichuris trichiura and ancylostoma duodenale.one of the risk factor for this infection is poor hygiene. This study was conducted to study the relationship between hygiene with soil transmitted helminth in SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang
METHODOLOGY: The method used for this study was descriptive analytic with cross-sectional design. The subject of this study were 77 students of SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Hygiene levels were measured based on questionnaires that were given to the respondents and then stool samples obtained from children and examined microscopically in the laboratory of parasitology. The data were processed to obtain the percentage and frequency.
RESULTS: The number of pupils that was positive for infection was 65 (84.4%) from a total of 77 pupils. Forty nine people were grouped in the good hygiene category, followed by 27 in the medium hygiene category and one person being in a low hygiene category. From the cross tabulations, it is found that there is no relationship between hygiene with soil-transmitted helminth infections..
CONCLUSSION: there is no significant relationship exists between hygiene with soil transmitted helminth in SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang
(6)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muahmmad Daim Bin Daud
Tempat/ Tanggal Lahir : Seremban, Malaysia/ 7 Maret 1989
Agama : Islam
Status Perkahwinan : Belum Menikah
Alamat Rumah : 180, Jiboi Baru, Ampangan,70400 Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia. Riwayat Pendidikan
Sekolah Kebangsaan King George V Tahun 1996-2001
Sekolah Menengah Kebangsaan Dato Haji Mohd Redza Tahun 2002-2004
Sekolah Dato Abdul Razak Tahun 2005-2006
Allianze University College of Medical Sciences (AuCMS) Tahun 2007-2008
(7)
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat
Illahi Rabbi, berkat petunjuk dan kasih saying-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bertajuk Hubungan Higiene dengan Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, semoga kesabaran beliau dapat menjadi contoh dan teladan dalam perjalanan skripsi ini dan kerja-kerja selanjutnya.
Selama menyusun skripsi ini, peneliti banyak mendapat dukungan, bantuan, serita bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof Syahril Pasaribu 2. Dekan FK USU, Bapak Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp.PD. KGEH
3. Ibu dr. Hemma Yulfi, DAP&E, MMedEd, sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah banyak membantu penulis menyiapkan skripsi ini. 4. Ibu dr. Rina Amelia dan Ibu dr. Bugis Mardina, SpA yang telah bersedia
menguji saat siding skripsi.
5. Kepala sekolah dan guru-guru SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan kerjasama sepanjang pengambilan data dilakukan.
6. Untuk dosen-dosen Fakultas Kedokteran USU, terima kasih atas ilmu yang sudah diberikan. Jazakumullah khairan katsiron.
7. Buat ayahanda dan ibunda, terima kasih atas kebahagiaan dan pengorbanan yang diberikan, semoga Allah membalas semuanya dengan kebahagian dunia dan akhirat.
8. Untuk teman-teman seperjuanganku, Ikwan Hazman , Nor Amalina, dan Amar Hazwan, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.
(8)
viii
10. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan material kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran yang menbangun dari semua pihak untuk menyempurnakan penelitian ini. Akhirnya kepada Allah penulis berserah diri, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Amin.
Kepala Batas, Disember 2011
(9)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan....……….. i
Abstrak... ii
Abstract...………... iii
Daftar Riwayat Hidup... iv
Kata Pengantar... v
Daftar Isi... vii
Daftar Tabel... x
Daftar Lampiran... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminth ... 4
2.1.1. Ascaris lumbricoides ... …. 4
2.1.2. Trichuris Trichiura ……… 5
2.1.3. Hookworms ………. 6
2.2. Cara Penularan ……… 7
2.3. Dampak Infeksi ……….. 7
2.4. Upaya Pencegahan ………... 8
(10)
x
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 12
3.2. Definisi Operasional... 12
3.3. Hipotesis………... 13
BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian... 14 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 14 4.3. Populasi dan Sampel... 14 4.4. Teknik Pengumpulan Data... ……... 15 4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 17
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 18
5.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 18
5.3 Hasil Analisa Data ... 19
5.3.1 Higiene... 19
5.3.2 Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan... 20
5.3.3 Kebiasaan Cuci Tangan Selepas Bermain... 20
5.3.4 Frekuensi Mandi... 21
5.3.5 Kebersihan Kuku... 21
5.3.6 Kebiasaan Memakai Alas Kaki... 22
5.3.7 Distribusi Kontak Dengan Tanah... 22
5.3.8 Kebiasaan Buang Air Besar... 23
5.3.9 Distribusi Infesi Soil Transmitted Helminth... 23
5.3.10 Infeksi Berdasarkan Jenis Cacing………. 24
5.4 Hasil Analisa Statistik……….... 25
5.5 Pembahasan ... 25
5.5.1 Infeksi Kecacingan... 25
(11)
xi
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
6.1 Kesimpulan ... 28
6.2 Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA... 29 LAMPIRAN
(12)
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 4.6 Tabel Chi Square 17
Tabel 5.1 Deskripsi Karakteristik Responden 18 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas 19 Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Higiene Responden 19 Tabel 5.4 Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum 20
Makan
Tabel 5.5 Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Selepas 20 Bermain
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mandi 21
Tabel 5.7 Kebersihan Kuku 21
Tabel 5.8 Distribusi Kebiasaan Memakai Alas Kaki 22
Tabel 5.9 Distribusi Kontak Dengan Tanah 22
Tabel 5.1. Distribusi Kebiasaan Buang Air Besar 23 Tabel 5.11 Distribusi Infeksi Soil Transmitted Helminths 23 Tabel 5.12 Distribusi Infeksi Berdasarkan Jenis Cacing 24 Tabel 5.13 Distribusi Hubungan Higiene Dengan Infeksi 25
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Informed Consent
Lampiran 4 Ethical Clearance
Lampiran 5 Daftar Mentah
(14)
iv
LATAR BELAKANG: Infeksi cacing yang sering terjadi pada siswa-siswi SD adalah infeksi oleh soil transmitted helminths seperti cacing tambang, cacing gelang dan cacing cambuk. Salah satu faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah higiene yang buruk. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara higiene dengan infeksi
soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
METODOLOGI: Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 77 orang siswa-siswi dari kelas 1 hingga kelas 5 SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Tingkat higiene diukur dengan menggunakan kuesioner yang diberikan pada responden dan kemudian sampel feses didapatkan dari siswa-siswi tersebut dan diperiksa secara mikroskopik di laboratorium parasitologi. Data kemudian diolah untuk mendapatkan persentase dan frekuensi.
HASIL: Dari total 77, ditemukan seramai 65 (84.4%) orang menderita infeksi soil transmitted helminth. Seramai 49 orang termasuk dalam kelompok higiene baik, 27 kelompok sedang dan 1 orang dalam kelompok buruk. Dari tabulasi silang didapati bahwa tiada hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminth.
KESIMPULAN: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminth pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
(15)
v
ABSTRACT
BACKGROUND: The most common parasite that infects elemantary school children are infections by soil transmitted helminths such as ascaris lumbricoides, trichuris trichiura and ancylostoma duodenale.one of the risk factor for this infection is poor hygiene. This study was conducted to study the relationship between hygiene with soil transmitted helminth in SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang
METHODOLOGY: The method used for this study was descriptive analytic with cross-sectional design. The subject of this study were 77 students of SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Hygiene levels were measured based on questionnaires that were given to the respondents and then stool samples obtained from children and examined microscopically in the laboratory of parasitology. The data were processed to obtain the percentage and frequency.
RESULTS: The number of pupils that was positive for infection was 65 (84.4%) from a total of 77 pupils. Forty nine people were grouped in the good hygiene category, followed by 27 in the medium hygiene category and one person being in a low hygiene category. From the cross tabulations, it is found that there is no relationship between hygiene with soil-transmitted helminth infections..
CONCLUSSION: there is no significant relationship exists between hygiene with soil transmitted helminth in SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang
(16)
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di masyarakat namun kurang mendapat perhatian (neglected diseases). Penyakit yang termasuk dalam kelompok ini adalah penyakit yang tidak muncul dengan tiba-tiba, tetapi secara perlahan menurunkan kesehatan manusia, menyebabkan kecacatan tetap, penurunan intelegensia anak, dan kematian.
Salah satu dari kelompok ini adalah kecacingan yang disebabkan oleh soil transmitted helminth (STH). Laporan WHO (2006) mengatakan bahwa infeksi
Ascaris lumbricoides mencapai 1 milyar orang, Trichuris trichiura 795 juta orang dan cacing tambang (Ancylostama duodenale dan Necator americanus) 740 juta orang. Di Asia tenggara, infeksi cacing STH mencapai 500 juta orang dan 11 negara dikategorikan sebagai endemis. Indonesia merupakan salah satu dari 11 negara tersebut (WHO, 2006).
Prevalensi di Indonesia masih tinggi yaitu 60%-80%. Hasil survei kecacingan oleh Ditjen P2PL tahun 2009 menyebutkan 31,8% siswa-siswi SD menderita kecacingan. Berdasarkan survei Dinas Kesehatan Tingkat 1 Sumatera Utara (2009) yang dilakukan pada siswa-siswi SD di 13 Kabupaten/kota, prevalensi Ascaris lumbricoides 39%, Hookworm 5%, dan Trichuris trichiura 24%.
Infestasi cacing mempunyai banyak faktor. Pengaruh kesadaran untuk menciptakan higiene yang semakin menurun merupakan faktor yang besar terhadap penularan infeksi cacing. Higiene perorangan termasuk mencuci tangan memakai sabun, buang air besar pada tempat yang betul, kebiasaan bermain dengan tanah, kebiasaan memakai sepatu, dan lain-lain (Gandahusada, 1998).
Kebijakan pembangunan kesehatan telah menetapkan banyak program dan salah satu program yang mendukung bidang kesehatan ialah program upaya kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan ini pun belum dapat merata dimasyarakat
(17)
xv
sehingga prevalensi kecacingan belum menurun secara signifikan. Sehubungan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara higiene dengan infeksi cacing soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan higiene terhadap infeksi soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
1.3.2Tujuan Khusus
(1) Untuk mengetahui prevalensi kecacingan pada pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. (2) Untuk mengetahui gambaran higiene pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837
(18)
xvi
1.4 Manfaat Penelitian
1) Menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
2) Sebagai informasi bagi pihak sekolah agar dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan penyakit kecacingan dan memasukkannya ke dalam kurikulum implisit bagi pendidikan para siswa-siswi.
3) Menambah pengetahuan masyarakat dalam usaha pencegahan maupun pengobatan serta melaksanakan berbagai program pemberantasan penyakit cacingan terutama pada siswa-siswi Sekolah Dasar.
(19)
xvii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths
Manusia merupakan hospes yang utama untuk beberapa nematoda usus. Sebagian besar dari nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan yang penting di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Infeksi cacing usus yang difokuskan dalam penelitian adalah cacing yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths atau STH). Infeksi STH merupakan infeksi yang disebabkan oleh karena masuknya telur atau cacing ke dalam tubuh manusia yang ditularkan melalui tanah untuk kemudian berkembang biak menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia. Infeksi ini tidak memberikan dampak luaran yang jelas sehingga seringkali diabaikan (neglected diseases).
Antara cacing-cacing yang terpenting dalam kelompok soil transmitted helminths adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichiuris trichiura), dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) (WHO, 2009). Laporan WHO tahun 2009 mengatakan bahawa infeksi Ascaris lumbricoides mencapai 1 milyar orang, Trichuris trichiura 795 juta orang, dan cacing tambang (Ancylostama duodenale dan Necator americanus) 740 juta orang.
2.1.1. Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides merupakan cacing usus yang terbesar, mampu membesar sehingga 35cm panjang dan 0,5cm garis tengah. Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides. Ascaris lumbricoides hidup didalam usus dan telurnya terdapat pada feses orang yang terinfeksi. Ascaris tertular melalui route fecal-oral yaitu dengan cara tertelan telur yang infektif. Jika orang yang terinfeksi defekasi di luar atau feses orang yang terinfeksi digunakan sebagai pupuk, maka telur akan berada di tanah, lalu menjadi matang dan berada dalam bentuk infektif. Tanah gembur, kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 25-30⁰ C merupakan hal-hal yang sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides
(20)
xviii
mengandungi tanah yang mengandung telur tadi dimasukkan ke dalam mulut atau terjadi akibat konsumsi sayuran atau buah yang tidak dibasuh, dibuang kulit atau tidak dimasak dengan cara yang benar (CDC 2010). Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya antara 60-90% (Gandahusada 1998).
Telur Ascaris lumbricoides yang infektif bila tertelan manusia menetas menjadi larva di usus halus. Larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung menuju paru-paru. Larva di paru-paru menembus dinding alveolus dan, masuk ke rongga alveolus dan naik ke trakea. Dari trakea larva menuju ke faring. Penderita akan batuk kareana adanya rangsangan larva ini. Larva di faring tertelan dan terbawa ke esofagus, terakhir sampai di usus halus dan menjadi cacing dewasa. Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan (Onggowaluyo, 2002).
2.1.2. Trichuris trichiura
Nama penyakit yang disebabkan oleh cacing cambuk (Trichuris trichiura)
adalah Trichuriasis (Gandahusada, 1998). Trichuriasis mempunyai distribusi yang global dan daerah yang sering terinfeksi adalah daerah tropis seperti di Asia Tenggara. Pada tahun 1990, diperkirakan 21% anak pra-sekolah dan 25% anak sekolah di dunia menderita Trichuriasis (Holland dan Kennedy, 2002). Cara penularannya sama seperti cara penularan cacing Ascaris lumbricoides yaitu melalui route fecal-oral. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3000-10000 butir. Telur yang dibuahi akan keluar melalui tinja dan akan matang dalam waktu 3 sampai 6 minggu pada lingkungan yang sesuai; tanah yang lembab dan tempat yang teduh.
Hospesakan menelan telur matang secara kebetulan. Kemudian, larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa, cacing akan kembali ke lumen dan turun ke usus bagian distal dan masuk ke dalam kolon, terutama sekum. Cacing tersebut akan lengket pada usus besar dengan cara menembuskan bagian ujung anteriornya ke dalam membran mukosa usus dan akan
(21)
xix
membentuk struktur tunnel-like pada bagian superfisial epithelium. Bagian posterior cacing tergantung secara bebas dalam lumen. Perkembangannya di dalam hospes
memakan masa sampai 3 bulan (Zaman dan Mary, 2008). Tidak seperti pada infeksi
Ascaris lumbricoides, cacing ini tidak mempunyai siklus pada paru (Gandahusada, 1998).
2.1.3. Hookworms
Sejarah penamaan cacing tambang bermula di Eropah apabila cacing ini ditemukan pada pekerja pertambangan, yang belum mempunyai fasilitas sanitasi yang memadai (Gandahusada, 1998). Ada beberapa spesies hookworms yang penting dalam bidang medis, namun yang sering dijumpai di Indonesia ialah cacing Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Prevalensi di Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan, sekitar 40%. Distribusi cacing ini di seluruh daerah khatulistiwa dan di tempat lain dengan keadaan yang sesuai, misalnya di daerah pertambangan dan perkebunan. Hospes dari kedua cacing ini adalah manusia. Dan kedua cacing ini menyebabkan penyakit ankilostomiasis.
Telur yang dihasilkan betinanya akan dikeluarkan bersama-sama tinja, 2-3 hari kemudian menetas dan keluar larva rhabditiform, selama 2 hari larva
rhabditiform tumbuh menjadi larva filariform (infeksius) yang tahan terhadap perubahan iklim dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah lembab. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit. Infeksi Ancylostoma duodenale juga mungkin dengan menelan larva filariform (Onggowaluyo, 2002). Daur hidup kedua cacing tambang ini dimulai dari larva filariform menembus kulit manusia kemudian masuk ke kapiler darah dan berturut-turut menuju jantung kanan, paru-paru, bronkus, trakea, faring dan terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa.
(22)
xx
2.2. Cara Penularan
Berdasarkan huraian di atas, jelas dapat dilihat cacing Ascaris lumbricoides,
Trichuris trichiura dan hookworms dikelompokkan sebagai cacing yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths) karena cara penularannya pada setiap orang sama yaitu melalui tanah. Adapun cara cacing ini menginfeksi manusia yakni dengan menembus kulit manusia oleh larva infektif (larva filariform matang) atau menelan telur cacing yang lengket pada makanan atau minuman yang tidak dimasak dengan matang. Secara gambaran epidemiologi, STHbiasa terdapat di daerah beriklim tropis dan daerah beriklim sedang dan perbedaannya hanya terletak pada jenis spesies dan beratnya penyakit yang ditimbulkan.
Faktor lingkungan seperti tanah, air, tempat pembuangan tinja tercemar oleh telur atau larva cacing serta ditambah dengan perilaku manusia yang tidak sehat akan dapat menimbulkan kejadian kecacingan (Soemirat, 2005). Kebersihan diri yang buruk merupakan cerminan dari kondisi lingkungan dan perilaku individu yang tidak sehat. Pengetahuan penduduk yang masih rendah dan kebersihan yang kurang baik mempunyai kemungkinan lebih besar terkena infeksi cacing. Usaha kesehatan pribadi (personal hygiene) adalah daya upaya dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri meliputi memelihara kebersihan diri (mandi 2x/hari, cuci tangan sebelum dan sesudah makan), pakaian, rumah dan lingkungannya (BAB pada tempatnya), memakan makanan yang sehat dan bebas dari bibit penyakit, menghindari terjadinya kontak dengan sumber penyakit (kontak dengan tanah), dan melakukan pemeriksaan kesehatan.
2.3. Dampak Infeksi
Sebagian besar daripada cacing ini menyebabkan dampak kesehatan masyarakat di Indonesia. Dampak dari cacing-cacing ini berbeda mengikut jenis. Pada askariasis, dapat terjadi pneumonitis dengan gejala batuk, dispnea, nyeri pada bagian substernal, demam dan kadang-kadang dapat ditemui sputum yang bercampur darah. Kumpulan gejala klinis ini disebut sebagai Loeffler’s syndrome (Muller, 2002).
(23)
xxi
yaitu anemia berat, diare bercampur darah, sakit perut, mual dan muntah, dehidrasi, dan berat badan turun (Brown, 1983). Pada infeksi cacing hookworms pula, akan timbulnya gejala rasa gatal pada tempat tembusnya larva memasuki kulit. Gejala klinik yang ditimbulkan adalah lemah, lesu, pucat, sesak nafas bila bekerja berat, tidak enak perut, perut buncit, anemia, dan malnutrisi. Ancylostoma duodenale dapat menyebabkan kehilangan darah 0.05-0.30ml per cacing dewasa, sementara Necator americanus 0.01-0.40ml (Pearson dan Gillespie, 2001).
Infeksi cacing memberikan dampak yang besar terhadap sumber daya manusia. Kecacingan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestive),
penyerapan (arbsorpsion), dan metabolisme makanan. Secara kumulatif, infeksi kecacingan dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa kalori dan protein. Selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja, dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya. Dampak dari anak yang terinfeksi kecacingan akan kelihatan letih, lesu, malas makan, kurus. Hal tersebut dapat mengakibatkan IQ anak menurun atau anak menjadi kurang cerdas (Zulkoni, 2010).
2.4. Upaya Pencegahan
Pencegahan primer cacing STH ini dapat dilakukan dengan memutuskan rantai daur hidup dengan cara berdefekasi di jamban, menjaga kebersihan, mandi dan cuci tangan secara teratur. Melakukan Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai sanitasi lingkungan yang baik dan higiene perorangan serta cara menghindari infeksi cacing seperti tidak membuang tinja di tanah, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman, membiasakan mencuci tangan sebelum makan, membiasakan menggunting kuku secara teratur, membiasakan diri buang air besar di jamban, membiasakan diri membasuh tangan dengan sabun sehabis buang air besar, membiasakan diri memakai alas kaki bila keluar rumah, membiasakan diri mencuci semua makanan lalapan mentah dengan air yang bersih. Pencegahan sekunder cacing usus ini dapat dilakukan dengan memeriksakan diri secara teratur ke
(24)
xxii
Puskesmas, Rumah Sakit serta menganjurkan makan obat cacing 6 bulan sekali khususnya masyarakat yang rentan terinfeksi cacing
2.5. Higiene
Higiene yang belum memadai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi kecacingan. Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan (Azwar 1996). Higieneadalah seluruh kondisi atau tindakan untuk meningkatkan kesehatan(Merriam 2009). Higiene merupakan ilmu yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Pengertian higiene juga mencakup usaha perawatan diri (personal hygiene). Menurut Depkes (2000) Faktor–faktor yang mempengaruhi personalhygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
(25)
xxiii
5. Budaya
Pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Menurut Hendrik L. Blum (Notoadmodjo, 1997), masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komplek, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah
“sehat-sakit” atau kesehatan tersebut. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi, baik individu, kelompok, maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi empat berdasarkan urutan besarnya atau pengaruh terhadap kesehatan yaitu sebagai berikut: lingkungan yang mencakup lingkungan (fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut di samping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bila mana keempat faktor tersebut bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, Keadaan higiene yang tidak baik seperti tangan dan kuku yang kotor, kebersihan diri dan penggunaan alas kaki hal ini dapat menimbulkan infeksi kecacingan. Usaha pencegahan penyakit cacingan antara lain adalah menjaga kebersihan badan, kebersihan lingkungan dengan baik, makanan dan minuman yang baik dan bersih, memakai alas kaki, membuang air besar di jamban, memelihara kebersihan diri dengan baik seperti memotong kuku dan mencuci tangan sebelum makan (Depkes RI 2001).
(26)
xxiv
Kebiasaan mencuci tangan yang baik adalah dengan menggunakan sabun. Tangan perlu dicuci sebelum makan, setelah selesai menggunakan kamar kecil, selesai melakukan aktiviti yang melibatkan kotoran dan tanah. Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan nasi tanpa cuci tangan, namun demikian sesekali orang dewasa juga perutnya terdapat cacing (Oswari, 1991). Kuku sebaiknya selalu dipotong pendek untuk menghindari penularan cacing dari tangan ke mulut. Kekerapan memotong kuku yang baik adalah sekali seminggu atau sekali dalam dua minggu. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum untuk Necator americanus 28-32 ⁰C sedangkan untuk
Ancylostoma duodenale lebih kuat. Cara penularan kedua cacing tersebut adalah dengan larva infeksius menembus kulit manusia. Untuk menghindari infeksi, antara lain ialah memakai alas kaki (sandal atau sepatu).
(27)
xxv
BAB 3
KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Higiene adalah kebersihan responden yang terdiri dari kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan memakai sabun, frekuensi mandi, kebiasaan buang air besar, kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan bermain tanah.
Cara ukur : Angket.
Alat ukur : Kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 14 dengan 3 pilihan jawaban. Skor jawaban buruk adalah 0, skor jawaban sedang adalah 1 dan skor jawaban baik adalah 2.
Hasil ukur : 1. Baik (apabila skor≥75%)
2. Sedang (apabila skor 41% -74%) 3. Buruk (apabila skor ≤ 40%) Skala pengukuran : Ordinal
3.2.2. Infeksi soil transmitted helminths adalah penemuan telur cacing pada feses yang diambil dari siswa-siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.
Cara ukur : Pemeriksaan feses Alat ukur : Pemeriksaaan Kato-Katz Hasil ukur : Telur ditemukan (positif)
(28)
xxvi
: Telur tidak ditemukan (negatif) Skala pengukuran : Nominal
3.3. Hipotesis
Terdapat hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminths
pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
(29)
xxvii
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif analitik dengan pendekatan desain
cross sectional study. Pada penelitian ini, telah dicari perbandingan higiene pada siswa-siswi yang terinfeksi cacing dengan siswa-siswi yang tidak terinfeksi.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2011 hingga Agustus 2011. 4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Jumlah keseluruhan adalah 174 orang.
(30)
xxviii
4.3.2. Sampel
Sampel akan diambil secara simple random sampling dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2002)
n = N .
1 + N(d2)
n = 174
1+174(0.12) n = 64 orang
Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif sebesar 10%, jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah sebanyak 64 orang.
4.3.3. Kriteria Inklusi
Semua siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang yang telah hadir pada saat penelitian dilakukan. 4.3.4 Kriteria Ekslusi
1. Siswa-siswi yang tidak hadir pada saat penelitian. 2. Siswa-siswi yang tidak bersedia mengikuti penelitian. 3. Siswa-siswi yang tidak melengkapkan kuesioner. 4.4. Teknik Pengumpulan Data
4.4.1. Data Primer
Data primer tentang higiene diperoleh secara langsung dari seluruh sampel yang diteliti melalui kuesioner yang telah disediakan terlebih dahulu. Selain itu, data untuk infeksi cacing diperoleh dari pemeriksaan feses menggunakan metode Kato.
(31)
xxix
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari administrasi sekolah yang berhubungan tentang jumlah siswa-siswi dan jadwal kegiatan harian sekolah di SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.
4.5. Instrumen Penelitian
4.5.1. Kuesioner
Pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner meliputi beberapa kategori berikut:
1) kebersihan kuku
2) kebiasaan mencuci tangan sebelum makan 3) kebiasaan mencuci tangan selepas bermain 4) frekuensi mandi
5) kebiasaan buang air besar 6) kebiasaan memakai alas kaki 7) kebiasaan bermain tanah
Terdapat 14 pertanyaan dan dinilai mengikut skor. Skor jawaban buruk adalah 0, skor jawaban sedang adalah 1 dan skor jawaban baik adalah 2. Tingkat higiene diukur seperti berikut:
a) Baik (apabila skor≥75%) b) Sedang (apabila skor 41% -74%) c) Buruk (apabila skor ≤ 40%)
4.5.2. Pemeriksaan Feces Metode Kato Katz
Pemeriksaan feses yang diperoleh dari sampel akan diperiksa menggunakan metode Kato Katz (Gillespie dan Hawkey, 2002).
Peralatan dan bahan: Wadah penampung tinja, gelas preparat, lembar selofan, kawat saring, batang aplikator, kertas minyak dan mikroskop.
(32)
xxx
a) Rendam lembar selofan dalam larutan gliserin hijau malikat selama lebih 24 jam
b) Ambil feses dengan aplikator dalam larutan 50-60 mg (sebesar kacang kedelai)
c) Letakkan diatas gelas preparat kemudian tutup dengan selofan yang sudah direndam dan tekan selofan dengan gelas preparat yang lain.
d) Keringkan larutan yang berlebihan dengan kertas saring e) Diamkan sediaan selama 1 jam pada suhu kamar
f) Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa obyektif 10x dan 40x. Interpretasi:
1. Positif (kecacingan) : bila didapat ada telur dalam tinja 2. Negatif (tidak kecacingan) : bila tidak ada telur dalam tinja 4.6. Teknik Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0. Analisa data dilakukan terhadap data primer dengan menggunakan perhitungan statistik (Chi Square). Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik.
Tabel 4.6. Tabel Chi Square
Infeksi STH Higiene
positif negatif Jumlah
Baik a b a + b
Sedang c d c + d
Buruk e f c + d
(33)
xxxi
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian telah dilakukan di SD Negeri No.101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Gedung yang dimiliki SD ini terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kantor guru, perpustakaan, kantin dan 3 buah kamar mandi. Kawasan persekitaran dan sanitasi lingkungan terutamanya kantin dan kamar mandi adalah sangat kurang dan meningkatkan resiko bagi anak untuk mendapat infeksi STH. Latar belakang keluarga siswa-siswi yang kebanyakannya petani merupakan salah satu faktor resiko.
5.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Sebanyak 77 sampel telah ditarik secara acak dari keseluruhan populasi siswa-siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur yaitu sebanyak 174 orang. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi %
Laki-laki 37 48.1
Perempuan 40 51.9
Total 77 100.0
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 40 (51.9%) orang dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 37 (48.1%).
(34)
xxxii
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas
Kelas Frekuensi %
Kelas 1 20 26.0
Kelas 2 15 19.5
Kelas 3 14 18.2
Kelas 4 19 24.7
Kelas 5 9 11.7
Total 77 100.0
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat kelas terbanyak adalah kelas 1 sebanyak 20 (26.0%) orang dan distribusi responden yang terendah adalah kelas 5 sebanyak 9 (11.7%) orang.
5.3. Hasil Analisa Data 5.3.1. Higiene
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi higiene responden dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Distribusi Tingkat Higiene Responden
Tingkat higiene Frekuensi %
Baik 49 63.6
Sedang 27 35.1
Buruk 1 1.3
Total 77 100.0
Berdasarkan tabel 5.3, distribusi tingkat higiene yang tertinggi adalah baik sebanyak 49 (63.6%) orang dan yang terendah adalah buruk sebanyak 1 (13%) orang. 5.3.2. Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebiasaan cuci tangan sebelum makan responden dapat dilihat pada tabel 5.4.
(35)
xxxiii
Tabel 5.4. Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan Kebiasaan cuci tangan sebelum makan Frekuensi %
Menggunakan sabun 75 97.4
Tidak menggunakan sabun 2 2.6
Total 77 100.0
Responden yang mempunyai kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun lebih banyak dibandingkan tidak menggunakan sabun.
5.3.3. Kebiasaan Cuci Tangan Selepas Bermain
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebiasaan cuci tangan selepas bermain responden dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Selepas Bermain Kebiasaan cuci tangan selepas bermain Frekuensi %
Mencuci tangan 63 81.8
Tidak mencuci tangan 14 18.2
Total 77 100.0
Responden yang mempunyai kebiasaan cuci tangan selepas bermain banyak dibandingkan tidak mencuci tangan.
5.3.4 Frekuensi Mandi
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi mandi responden dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mandi
Frekuensi mandi Frekuensi %
Sering 73 94.8
Jarang 4 5.2
(36)
xxxiv
Responden yang mempunyai frekuensi mandi yang baik lebih banyak dibandingkan frekuensi mandi yang tidak baik.
5.3.5. Kebersihan Kuku
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebersihan responden dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7. Distribusi Kebersihan Kuku
Kebersihan kuku Frekuensi %
Sering memotong kuku 51 66.2
Jarang memotong kuku 26 33.8
Total 77 100.0
Berdasarkan hasil penelitian, responden mempunyai kebersihan kuku yang baik lebih banyak berbanding kebersihan kuku yang tidak baik.
5.3.6. Distribusi Kebiasaan Memakai Alas Kaki
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebiasaan memakai alas kaki dapat dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8. Distribusi Kebiasaan Memakai Alas Kaki
Kebiasaan memakai alas kaki Frekuensi %
Sering 56 72.7
Jarang 21 27.3
Total 77 100.0
Berdasarkan hasil penelitian, responden sering memakai alas kaki berbanding tidak memakai alas kaki.
5.3.7. Distribusi Kontak Dengan Tanah
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kontak dengan tanah dapat dilihat pada tabel 5.9.
(37)
xxxv
Tabel 5.9. Distribusi Kontak Dengan Tanah
Kontak dengan tanah Frekuensi %
Sering 33 42.9
Jarang 44 57.1
Total 77 100.0
Berdasarkan hasil penelitian, responden jarang kontak dengan tanah berbanding sering kontak.
5.3.8. Kebiasaan Buang Air Besar
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebiasaan buang air besar dapat dilihat pada tabel 5.10.
Tabel 5.10. Distribusi Kebiasaan Buang Air Besar
Kebiasaan buang air besar Frekuensi %
Di jamban 72 93.5
Tidak di jamban 5 6.5
Total 77 100.0
Berdasarkan hasil penelitian, responden kebiasaan buang air besar di jamban banyak berbanding dengan yang tidak.
5.3.9 Distribusi Infeksi Soil Transmitted Helminths
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi infeksi soil transmitted helminth dapat dilihat pada tabel 5.11.
(38)
xxxvi
Tabel 5.11 Distribusi Infeksi Soil Transmitted Helminths
Infeksi STH Frekuensi %
Positif 65 84.4
Negatif 12 15.6
Total 77 100.0
Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa sebanyak 65 (84.4%) orang terinfeksi soil transmitted helminths.
5.3.10 Infeksi Berdasarkan Jenis Cacing
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi infeksi berdasarkan jenis cacing dapat dilihat pada tabel 5.12.
Tabel 5.12 Distribusi Infeksi Berdasarkan Jenis Cacing
Jenis cacing Frekuensi %
Ascaris lumbricoides 32 49.2
Ancylostoma duodenale 0 0.0
Trichuris trichiura 5 7.7
Infeksi campuran 28 43.1
Total 65 100.0
Berdasarakan tabel 5.12 dapat dilihat infeksi Ascaris lumbricoides merupakan infeksi tertinggi dengan 32 (49.2%) orang. Diikuti dengan infeksi campuran 28 (43.1%) orang, Trichuris trichiura 5 (7.7) orang, dan Ancylostoma duodenale 0 orang.
(39)
xxxvii
5.4 Hasil Analisis Statistik
Analisa statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan menggunakan tabulasi silang. .
Tabel 5.13 Distribusi Hubungan Higiene Dengan Infeksi kecacingan Infeksi kecacingan Total Positif Negatif
Higiene Baik 42
54.5%
7 9.1%
49 63.6%
sedang 22
28.6%
5 6.5%
27 35.1%
buruk 1
1.3%
0 0%
1 1.3%
Total 65 12 77
Melihat pada tabel 5.14, untuk kelompok higiene baik, 42 orang positif terinfeksi dan 7 orang negatif. Bagi kelompok higiene sedang pula, jumlah responden yang terinfeksi adalah 22 orang dan 5 orang tidak terinfeksi.
(40)
xxxviii
5.5 Pembahasan
5.5.1 Infeksi Kecacingan
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 77 siswa-siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur yang dilakukan pemeriksaan feses didapatkan sebanyak 65 orang (84.4%) positif terinfeksi soil transmitted helminth. Hasil penelitian pada siswa-siswi SD Negeri di Kecamatan Sibolga menunjukkan angka 55.8% positif infeksi (Zukhriadi, 2008). Perbedaan angka infeksi cacing pada penelitian masing-masing adalah disebabkan oleh perbedaan faktor risiko pada setiap penelitian. Faktor risiko yang paling berhubungan adalah sanitasi lingkungan, tingkat higiene, tingkat pekerjaan orang tua.
Jika dilihat pada distribusi infeksi berdasarkan jenis cacing pada tabel 5.12, didapati bahwa infeksi oleh Ascaris lumbricoides adalah infeksi yang paling tinggi dengan 32 orang (49.2%), diikuti dengan infeksi campuran yang sebanyak 26 orang (43.1%), dan seterusnya infeksi Trichuris trichiura sebanyak 5 orang (7.7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Jalaluddin, 2009 yang menunjukkan persentase infeksi
Ascaris lumbricoides tertinggi dengan 65 orang (43.3%). 5.5.2 Higiene Dengan Infeksi Soil Transmitted Helminth
Berdasarkan hasil penelitian, didapati siswa-siswi yang mempunyai tingkat higiene yang baik dengan infeksi positif (54.5%) lebih banyak daripada tingkat higiene yang sedang dan buruk. Ini bertentangan dengan hasil penelitian pada siswa-siswi SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe yang mendapati bahwa higiene yang buruk dengan infeksi positif mempunyai persentase yang lebih tinggi (Jalaluddin, 2009). Infeksi STH dipengaruhi oleh banyak faktor lain selain higiene. Faktor-faktor yang terbukti merupakan faktor risiko kejadian infeksi STH di Desa Rejosari, Karangawen, dan Demak adalah keberadaan bentuk infeksius cacing pada tanah dan sanitasi rumah yang tidak baik (Sumanto 2010). Mengkomsumsi makanan yang mentah atau tidak bersih dapat menyebabkan infeksi cacing. Makanan mentah tersebut mungkin terkontaminasi dengan telur atau larva cacing sehingga menyebabkan siswa-siswi SD tertelan telur atau larva tersebut. Hal ini dapat dilihat
(41)
xxxix
pada penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi SD Negeri di Kecamatan Sibolga Kota, salah satu risiko yang berhubungkait dengan infeksi cacing adalah makanan jajanan yang tidak bersih (Zukhriadi 2008).
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan. Pertama adalah kuesioner yang dibuat hanya mengandungi tindakan sahaja dan tidak mencari tentang pengetahuan dan sikap. Tambahan pula, tidak dilakukan observasi kebersihan siswa-siswi seperti kebersihan kuku, kebersihan kantin, dan kebersihan kamar mandi. Kedua adalah terdapat beberapa faktor resiko lain yang tidak dinilai yakni kebersihan saat ibu menyiapkan makanan di rumah, sumber air keluarga, jarak jamban dan sumur.
(42)
xl
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1. Angka infeksi soil transmitted helminths di SD. Negeri no. 101837 Suka Makmur adalah 84.4%
2. Tingkat higiene yang tertinggi di SD. Negeri no. 101837 Suka Makmur adalah tingkat baik dengan persentase 63.6%.
3. Tidak ada hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminths siswa-siswi SD. Negeri no. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.
6.2 Saran
Dalam seluruh proses penelitian ini, terdapat banyak keterbatasan sehingga beberapa saran dapat diungkap bagi semua pihak yang berperan dalam peneitian ini.
1. Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian ini pada masa hadapan, diperlukan sampel yang lebih banyak dan bervariasi. perangkat penelitian yang lebih lengkap dan akurat untuk mengawal bias dalam penelitian ini perlu dilakukan sbegai contoh dari segi pengetahuan dan sikap tentang higiene perlu diambil kira. Observasi pada responden adalah sangat penting untuk mengawal bias.
2. Bagi pihak sekolah, diupayakan rencana dalam menurunkan angka infeksi siswa-siswi dengan memberi ubat cacing secara rutin setiap tahun.
3. Untuk para siswa-siswi SD agar menjaga higiene untuk menghindarkan dari infeksi soil transmitted helminths.
(43)
xli
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Brown, W.H. 1975. Basic Clinical Parasitology 4th Edition. New York: Appleton-Century Crofts.
Departemen Kesehatan R.I, 2001. Pedoman Modul dan Materi Pelatihan `Dokter kecil', Jakarta:Depkes R.I.
Departemen Kesehatan R.I, 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Jakarta. Departemen Kesehatan R.I, 2001. Profil Kesehatan Indonesia 2000, Jakarta.
Gandahusada. S, Ilahude. H. D., Pribadi. W. 2000. Parasitologi Kedokteran. Edisi III, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Gillespie S. H., Hawkey P. M. 2002. Medical Parasitology, A Practical Approach.
Oxford University Press.
Global Health-Division of Parasitic Disease and Malaria. 2010. Ascariasis. Center for Control Diease. Available from:
http://www.cdc.gov./parasites/ascariasis. [Accessed on 20 February 2011] Holland V. C., Kennedy W. M., 2002. The Geohelminths: Ascaris, Trichuris, and
Hookworms, Klauwer Academic Publishers.
Jalaluddin 2009, Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan
Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Universitas Sumatera Utara. Kementerian Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia 2009: Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2009.
Merriam, W., 2009. Hygiene. Available from:
http://www.merriamwebster.com/dictionary/hygiene. [Accessed on 28 Maret 2011].
Muller R., 2000. Worms And Human Diseases 2nd Edition CABI publishing International.
(44)
xlii
Notoatmodjo, S., 1997. Ilmu kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penilaian Kesehatan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Oeswari E., 1991. Penyakit dan Penanggulangannya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Onggowaluyo,S,J. 2000. Parasitologi Medik I (Helmintologi). Pendekatan Aspek Identifikasi Diagnosis dan Klinik. Anggota IKAPI. EGC.Jakarta.
Pearson R. D., Gillespie S. H., 2001. Principles and Practice of Clinical Parasitology 1st Edition, John Wiley and Sons Limited, England.
Soemirat, J. 2005. Epidemiologi Lingkungan. Cetakan Kedua. Anggota IKAPI. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Sumanto D., 2010. Faktor Risiko Infeksi Cacing Tambang Pada Anak Sekolah.
Universitas Diponegoro.
World Health Organization. 2006. Intestinal Worms, Soil Transmitted Helminths. Available from:
http://www.who.int/intestinal_worms/en. [Accessed on 20 February 2011] Zukhriadi R. R., 2008. Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi
Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Sibolga.
Universitas Sumatera Utara.
(45)
xliii
KUESIONER HUBUNGAN HIGIENE DENGAN
INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA-SISWI SD NEGERI NO. 101837 SUKA MAKMUR,
KECAMATAN SIBOLANGIT, KABUPATEN DELI SERDANG
I. Data Umum Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Alamat :
II. Data Perilaku higiene
1. Apakah kamu mencuci tangan sebelum makan? a) Selalu
b) Kadang-kadang c) Tidak pernah
2. Bagaimana kamu mencuci tangan sebelum makan? a) Dengan air bersih dan sabun
b) Dengan air bersih c) Tidak mencuci tangan
3. Apakah kamu mencuci tangan setelah bermain? a) Selalu
b) Kadang-kadang c) Tidak pernah
(46)
xliv
4. Bagaimana kamu mencuci tangan setelah selesai bermain? a) Dengan air bersih dan sabun
b) Dengan air bersih c) Tidak mencuci tangan
5. Berapa kali kamu mandi dalam sehari? a) 2 kali atau lebih
b) 1 kali
c) Tidak mandi
6. Apakah kamu mandi menggunakan sabun? a) Selalu
b) Kadang-kadang c) Tidak pernah
7. Bilakah kamu menggunting kuku? a) Setiap minggu
b) Setiap 2 minggu
c) Jarang menggunting kuku
8. Apakah kamu sering menggigit kuku? a) Selalu
b) Kadang-kadang c) Tidak pernah
(47)
xlv
9. Setiap kali keluar rumah, apakah kamu menggunakan alas kaki (sandal, sepatu)?
a) Selalu
b) Kadang-kadang c) Tidak pernah
10. Apakah kamu bermain di tanah atau dengan menggunakan tanah? a) Selalu
b) Kadang-kadang c) Tidak pernah
11. Apakah kamu makan sambil bermain di tanah? a) Ya
b) Tidak
c) Kadang-kadang
12. Di mana kamu buang air besar(BAB)? a) Jamban dengan septic tank
b) Jamban yang tidak mempunyai septic tank
c) Lain-lain, sebutkan contohnya: sungai, kebun, tanah, atau lain-lain.
13. Apakah kamu mencuci tangan setelah buang air besar? a) Selalu
b) Kadang-kadang c) Tidak pernah
(48)
xlvi
14. Bagaimana kamu mencuci tangan setelah buang air besar? a) Dengan air bersih dan sabun
b) Dengan air bersih c) Tidak mencuci tangan
(49)
xlvii
Lembar Persetujuan Untuk Menyertai Penelitian berjudul Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD
Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang
Kepada Yth: Bapak/Ibu,
Orang tua/ penjaga siswa-siswi,
SD Negeri No. 101837 Suka Makmur,
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Dengan hormat:
Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Muhammad Daim Bin Daud Nim : 080100325
Alamat: Jl. dr. Sufian,No. 34 Medan
Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-iswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar pada semester ketujuh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Higiene dengan infeksi kecacingan pada anak SD. untuk keperluan tersebut, saya memohon kesedian Bapak/Ibu untuk mengizinkan anak Bapak/Ibu dalam penelitian ini dengan memberikan tinja dan menjawab kuesioner yang diberikan.
Identitas peribadi anak Bapak/Ibu sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian sahaja. Jika Bapak/Ibu bersedia untuk membenarkan anak Bapak/Ibu berpatisipasi, silahkan menandatangani persetujuan sebagai bukti kesukarelaan. Atas
(50)
xlviii
perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu berpatisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.
Medan, 2011 Peneliti,
(51)
xlix
Saya , menyatakan bersedia untuk membenarkan anak saya menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Daim Bin Daud dengan NIM 080100325, Berjudul Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan anak saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Medan, 2011 Responden
(52)
l Nomo r J. Kelamin Infeks i Hygien e Askariasi s ankilostomiasi s trihuriasi s campura n
1 perempua
n
positif sedang positif positif positif positif
2 laki-laki positif baik positif negatif positif positif
3 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif
4 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif
5 perempua
n
negati f
baik negatif negatif negatif negatif
6 perempua
n
positif sedang positif negatif negatif negatif
7 perempua
n
positif sedang positif negatif negatif negatif
8 perempua
n
positif sedang positif negatif positif positif
9 perempua
n
negati f
sedang negatif negatif negatif negatif
10 laki-laki positif sedang positif negatif negatif negatif
11 perempua
n
negati f
baik negatif negatif negatif negatif
12 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif
13 perempua
n
positif baik positif negatif negatif negatif
14 perempua
n
positif baik positif negatif positif negatif
15 laki-laki positif baik positif positif positif negatif
16 perempua
n
positif baik positif negatif negatif negatif
17 laki-laki positif sedang positif negatif negatif negatif
18 laki-laki positif sedang positif negatif negatif negatif
19 laki-laki positif baik negatif negatif positif negatif
20 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif
21 laki-laki positif baik negatif negatif positif negatif
22 perempua
n
positif baik positif negatif positif positif
23 laki-laki negati
f
baik negatif negatif negatif negatif
24 perempua
n
negati f
baik negatif negatif negatif negatif
25 laki-laki positif sedang positif negatif positif positif
26 perempua
n
positif baik positif negatif negatif negatif
27 laki-laki negati
f
sedang negatif negatif negatif negatif
(53)
li
29 laki-laki positif sedang negatif negatif positif negatif
30 laki-laki negati
f
sedang negatif negatif negatif negatif
31 laki-laki positif sedang positif positif positif positif
32 perempua
n
positif baik positif negatif positif negatif
33 laki-laki positif buruk positif positif positif positif
34 perempua
n
positif baik positif negatif negatif negatif
35 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif
36 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif
37 perempua
n
positif sedang positif negatif positif positif
38 perempua
n
positif baik positif negatif positif positif
39 perempua
n
positif sedang positif negatif positif positif
40 laki-laki positif sedang positif negatif positif positif
41 laki-laki positif sedang positif positif negatif positif
42 perempua
n
positif sedang negatif negatif positif negatif
43 perempua
n
positif sedang positif positif positif positif
44 perempua
n
positif sedang positif negatif negatif negatif
45 perempua
n
positif baik positif negatif positif positif
46 laki-laki negati
f
sedang negatif negatif negatif negatif
47 perempua
n
positif sedang positif negatif negatif negatif
48 perempua
n
positif baik positif positif positif positif
49 perempua
n
positif baik positif negatif negatif negatif
50 laki-laki positif baik negatif negatif positif negatif
51 perempua
n
positif baik positif negatif positif positif
52 perempua
n
positif baik positif negatif positif positif
53 perempua
n
positif sedang positif negatif negatif negatif
54 laki-laki negati
f
baik negatif negatif negatif negatif
(54)
lii
n
56 perempua
n
positif baik positif negatif positif positif
57 laki-laki positif baik positif negatif positif positif
58 laki-laki negati
f
sedang negatif negatif negatif negatif
59 laki-laki positif baik positif positif positif positif
60 perempua
n
positif baik positif negatif positif positif
61 perempua
n
positif baik positif negatif negatif negatif
62 perempua
n
positif baik positif negatif positif positif
63 perempua
n
positif baik positif negatif positif positif
64 perempua
n
positif baik positif negatif negatif negatif
65 perempua
n
positif baik positif positif positif positif
66 perempua
n
negati f
baik negatif negatif negatif negatif
67 perempua
n
positif baik positif negatif positif positif
68 perempua
n
positif sedang positif positif positif positif
69 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif
70 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif
71 laki-laki positif baik positif negatif positif positif
72 perempua
n
negati f
baik negatif negatif negatif negatif
73 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif
74 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif
75 laki-laki positif sedang positif negatif negatif negatif
76 laki-laki positif sedang positif negatif negatif negatif
(55)
liii
Nomor kelas S.
makan
S. main F. mandi
K. kuku
A. kaki K. tanah
Bab
1 kelas 1 baik baik baik baik jarang jarang baik
2 kelas 1 baik baik baik baik sering jarang baik
3 kelas 1 baik baik baik baik sering jarang baik
4 kelas 1 baik baik baik baik sering sering baik
5 kelas 1 baik baik baik baik sering jarang baik
6 kelas 1 baik baik baik tidak
baik
sering jarang baik
7 kelas 1 baik baik baik tidak
baik
jarang jarang baik
8 kelas 1 tidak
baik
baik baik tidak
baik
jarang jarang baik
9 kelas 1 baik tidak
baik
baik baik jarang jarang baik
10 kelas 1 baik baik baik tidak
baik
sering jarang baik
11 kelas 1 baik baik baik baik sering sering baik
12 kelas 1 baik baik baik tidak
baik
sering sering tidak
baik
13 kelas 1 baik baik baik baik sering jarang baik
14 kelas 1 baik baik baik tidak
baik
sering jarang baik
15 kelas 1 baik baik baik baik sering jarang baik
16 kelas 1 baik baik baik baik jarang jarang baik
17 kelas 1 baik baik baik tidak
baik
sering jarang baik
18 kelas 1 baik tidak
baik
tidak baik
baik sering sering baik
19 kelas 1 baik baik baik baik sering jarang baik
20 kelas 1 baik baik baik baik jarang sering baik
21 kelas 2 baik baik baik baik sering jarang baik
22 kelas 2 baik baik baik baik sering sering baik
23 kelas 2 baik baik baik tidak
baik
sering sering baik
24 kelas 2 baik baik baik tidak
baik
sering sering tidak
baik
25 kelas 2 baik tidak
baik
baik baik sering jarang baik
26 kelas 2 baik baik baik baik jarang sering baik
27 kelas 2 baik tidak
baik
baik baik sering jarang baik
28 kelas 2 baik baik baik baik sering sering baik
29 kelas 2 baik tidak
baik
tidak baik
baik sering jarang tidak
(56)
liv
30 kelas 2 baik baik tidak
baik
tidak baik
sering jarang baik
31 kelas 2 baik baik baik baik jarang sering baik
32 kelas 2 baik baik baik baik sering sering baik
33 kelas 2 baik baik tidak
baik
tidak baik
jarang jarang tidak
baik
34 kelas 2 baik baik baik baik sering sering baik
35 kelas 2 baik baik baik baik sering sering baik
36 kelas 3 baik baik baik baik sering jarang baik
37 kelas 3 tidak
baik
tidak baik
baik tidak
baik
jarang jarang baik
38 kelas 3 baik baik baik tidak
baik
jarang sering baik
39 kelas 3 baik tidak
baik
baik tidak
baik
sering jarang baik
40 kelas 3 baik baik baik baik sering sering baik
41 kelas 3 baik tidak
baik
baik tidak
baik
jarang sering baik
42 kelas 3 baik tidak
baik
baik tidak
baik
sering jarang baik
43 kelas 3 baik baik baik tidak
baik
sering jarang baik
44 kelas 3 baik tidak
baik
baik tidak
baik
jarang sering baik
45 kelas 3 baik baik baik baik sering sering baik
46 kelas 3 baik tidak
baik
baik baik jarang jarang baik
47 kelas 3 baik baik baik tidak
baik
sering jarang baik
48 kelas 3 baik baik baik baik sering sering baik
49 kelas 3 baik baik baik baik sering sering baik
50 kelas 4 baik baik baik baik sering jarang baik
51 kelas 4 baik baik baik baik sering sering baik
52 kelas 4 baik baik baik baik sering sering baik
53 kelas 4 baik baik baik baik sering sering baik
54 kelas 4 baik baik baik tidak
baik
sering jarang baik
55 kelas 4 baik baik baik baik sering sering baik
56 kelas 4 baik baik baik baik sering sering baik
57 kelas 4 baik baik baik baik sering jarang baik
58 kelas 4 baik baik baik baik jarang sering baik
59 kelas 4 baik baik baik tidak
baik
sering jarang baik
60 kelas 4 baik baik baik baik sering sering baik
(57)
lv
62 kelas 4 baik baik baik tidak
baik
jarang sering baik
63 kelas 4 baik baik baik baik sering sering tidak
baik
64 kelas 4 baik baik baik baik sering sering baik
65 kelas 4 baik baik baik baik sering jarang baik
66 kelas 4 baik tidak
baik
baik baik sering sering baik
67 kelas 4 baik baik baik baik sering sering baik
68 kelas 4 baik baik baik tidak
baik
jarang jarang baik
69 kelas 5 baik baik baik baik sering jarang baik
70 kelas 5 baik tidak
baik
baik baik sering jarang baik
71 kelas 5 baik baik baik tidak
baik
sering jarang baik
72 kelas 5 baik tidak
baik
baik baik sering jarang baik
73 kelas 5 baik baik baik baik jarang jarang baik
74 kelas 5 baik baik baik baik sering jarang baik
75 kelas 5 baik baik baik tidak
baik
jarang jarang baik
76 kelas 5 baik baik baik tidak
baik
jarang jarang baik
77 kelas 5 baik baik baik baik jarang jarang baik
(58)
lvi
Statistics
jenis kelamin
N Valid 77
Missing 0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 37 48.1 48.1 48.1
perempuan 40 51.9 51.9 100.0
Total 77 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
kelas
N Valid 77
Missing 0
kelas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kelas 1 20 26.0 26.0 26.0
kelas 2 15 19.5 19.5 45.5
kelas 3 14 18.2 18.2 63.6
kelas 4 19 24.7 24.7 88.3
(59)
lvii
kelas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kelas 1 20 26.0 26.0 26.0
kelas 2 15 19.5 19.5 45.5
kelas 3 14 18.2 18.2 63.6
kelas 4 19 24.7 24.7 88.3
kelas 5 9 11.7 11.7 100.0
Total 77 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
higiene
N Valid 77
Missing 0
higiene
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 49 63.6 63.6 63.6
sedang 27 35.1 35.1 98.7
buruk 1 1.3 1.3 100.0
Total 77 100.0 100.0
(60)
lviii
Statistics
cuci tangan sebelum makan
cuci tangan selepas bermain
N Valid 77 77
Missing 0 0
cuci tangan sebelum makan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 75 97.4 97.4 97.4
tidak baik 2 2.6 2.6 100.0
Total 77 100.0 100.0
cuci tangan selepas bermain
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 63 81.8 81.8 81.8
tidak baik 14 18.2 18.2 100.0
Total 77 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
frekuensi mandi
N Valid 77
(61)
lix
frekuensi mandi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 73 94.8 94.8 94.8
tidak baik 4 5.2 5.2 100.0
Total 77 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
kebersihan kuku kontak tanah
kebiasaan buang air besar
N Valid 77 77 77
Missing 0 0 0
Frequency Table
kebersihan kuku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 51 66.2 66.2 66.2
tidak baik 26 33.8 33.8 100.0
Total 77 100.0 100.0
(62)
lx
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sering 33 42.9 42.9 42.9
jarang 44 57.1 57.1 100.0
Total 77 100.0 100.0
kebiasaan buang air besar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 72 93.5 93.5 93.5
tidak baik 5 6.5 6.5 100.0
Total 77 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
kebiasaan alas kaki
N Valid 77
Missing 0
kebiasaan alas kaki
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sering 56 72.7 72.7 72.7
jarang 21 27.3 27.3 100.0
(63)
lxi
Frequencies
Statistics
infeksi sth
N Valid 77
Missing 0
infeksi sth
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid positif 65 84.4 84.4 84.4
negatif 12 15.6 15.6 100.0
Total 77 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
ascariasis ancylostomiasis trichuriasis infeksi campuran
N Valid 77 77 77 77
Missing 0 0 0 0
Frequencies
Statistics
(64)
lxii
N Valid 77
Missing 0
infeksi campuran
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid positif 28 36.4 36.4 36.4
negatif 49 63.6 63.6 100.0
Total 77 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
infeksi campuran ascariasis ancylostomiasis trichuriasis
N Valid 77 77 77 77
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
infeksi campuran
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid positif 28 36.4 36.4 36.4
negatif 49 63.6 63.6 100.0
(65)
lxiii
ascariasis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid positif 60 77.9 77.9 77.9
negatif 17 22.1 22.1 100.0
Total 77 100.0 100.0
ancylostomiasis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid positif 10 13.0 13.0 13.0
negatif 67 87.0 87.0 100.0
Total 77 100.0 100.0
trichuriasis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid positif 35 45.5 45.5 45.5
negatif 42 54.5 54.5 100.0
Total 77 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
(66)
lxiv
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jenis kelamin * infeksi sth 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
jenis kelamin * infeksi sth Crosstabulation
infeksi sth
Total positif negatif
jenis kelamin laki-laki Count 31 6 37
% of Total 40.3% 7.8% 48.1%
perempuan Count 34 6 40
% of Total 44.2% 7.8% 51.9%
Total Count 65 12 77
% of Total 84.4% 15.6% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jenis kelamin * infeksi sth 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
(67)
lxv
infeksi sth
Total positif negatif
jenis kelamin laki-laki Count 31 6 37
% of Total 40.3% 7.8% 48.1%
perempuan Count 34 6 40
% of Total 44.2% 7.8% 51.9%
Total Count 65 12 77
% of Total 84.4% 15.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .022a 1 .883
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .022 1 .883
Fisher's Exact Test 1.000 .565
Linear-by-Linear Association .021 1 .884
N of Valid Cases 77
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.77.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
(68)
lxvi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
higiene * infeksi sth 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
higiene * infeksi sth Crosstabulation
infeksi sth
Total positif negatif
higiene baik Count 42 7 49
% of Total 54.5% 9.1% 63.6%
sedang Count 22 5 27
% of Total 28.6% 6.5% 35.1%
buruk Count 1 0 1
% of Total 1.3% .0% 1.3%
Total Count 65 12 77
% of Total 84.4% 15.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .424a 2 .809
Likelihood Ratio .572 2 .751
Linear-by-Linear Association .086 1 .769
N of Valid Cases 77
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .16.
(69)
lxvii
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
cuci tangan sebelum makan * infeksi sth
77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
cuci tangan selepas bermain * infeksi sth
77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
frekuensi mandi * infeksi sth 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
kebersihan kuku * infeksi sth 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
kebiasaan alas kaki * infeksi sth 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
kontak tanah * infeksi sth 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
kebiasaan buang air besar * infeksi sth
77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
cuci tangan sebelum makan * infeksi sth
Crosstab
infeksi sth
Total positif negatif
cuci tangan sebelum makan baik Count 63 12 75
% of Total 81.8% 15.6% 97.4%
tidak baik Count 2 0 2
(70)
lxviii
Total Count 65 12 77
% of Total 84.4% 15.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .379a 1 .538
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .687 1 .407
Fisher's Exact Test 1.000 .711
Linear-by-Linear Association .374 1 .541
N of Valid Cases 77
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .31.
b. Computed only for a 2x2 table
cuci tangan selepas bermain * infeksi sth
Crosstab
infeksi sth
Total positif negatif
cuci tangan selepas bermain baik Count 56 7 63
% of Total 72.7% 9.1% 81.8%
tidak baik Count 9 5 14
% of Total 11.7% 6.5% 18.2%
Total Count 65 12 77
(1)
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .001 1 .972
Fisher's Exact Test 1.000 .625
Linear-by-Linear Association .001 1 .973
N of Valid Cases 77
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.05. b. Computed only for a 2x2 table
kebiasaan alas kaki * infeksi sth
Crosstab
infeksi sth
Total positif negatif
kebiasaan alas kaki sering Count 47 9 56
% of Total 61.0% 11.7% 72.7%
jarang Count 18 3 21
% of Total 23.4% 3.9% 27.3%
Total Count 65 12 77
% of Total 84.4% 15.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .037a 1 .847
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .038 1 .846
(2)
Linear-by-Linear Association .037 1 .848
N of Valid Cases 77
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.27. b. Computed only for a 2x2 table
kontak tanah * infeksi sth
Crosstab
infeksi sth
Total positif negatif
kontak tanah sering Count 28 5 33
% of Total 36.4% 6.5% 42.9%
jarang Count 37 7 44
% of Total 48.1% 9.1% 57.1%
Total Count 65 12 77
% of Total 84.4% 15.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .008a 1 .928
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .008 1 .928
Fisher's Exact Test 1.000 .593
Linear-by-Linear Association .008 1 .928
N of Valid Cases 77
(3)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .008a 1 .928
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .008 1 .928
Fisher's Exact Test 1.000 .593
Linear-by-Linear Association .008 1 .928
N of Valid Cases 77
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.14. b. Computed only for a 2x2 table
kebiasaan buang air besar * infeksi sth
Crosstab
infeksi sth
Total positif negatif
kebiasaan buang air besar baik Count 61 11 72
% of Total 79.2% 14.3% 93.5%
tidak baik Count 4 1 5
% of Total 5.2% 1.3% 6.5%
Total Count 65 12 77
% of Total 84.4% 15.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(4)
Pearson Chi-Square .079a 1 .778
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .074 1 .785
Fisher's Exact Test .582 .582
Linear-by-Linear Association .078 1 .780
N of Valid Cases 77
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .78. b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Test
Frequencies
higiene
Observed N Expected N Residual
baik 49 25.7 23.3
sedang 27 25.7 1.3
buruk 1 25.7 -24.7
Total 77
infeksi sth
Observed N Expected N Residual
positif 65 38.5 26.5
negatif 12 38.5 -26.5
(5)
Test Statistics
higiene infeksi sth Chi-Square 44.987a 36.481b
df 2 1
Asymp. Sig. .000 .000
a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 25.7.
b. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 38.5.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
higiene * infeksi sth 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
higiene * infeksi sth Crosstabulation
Count
infeksi sth
Total positif negatif
higiene baik 42 7 49
sedang 22 5 27
buruk 1 0 1
(6)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .424a 2 .809
Likelihood Ratio .572 2 .751
Linear-by-Linear Association .086 1 .769
N of Valid Cases 77
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .16.