Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Kejadian Underweight pada Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS

DENGAN KEJADIAN UNDERWEIGHT

PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 067244

KECAMATAN MEDAN SELAYANG

TAHUN 2011

Oleh :

PATRIA TIMOTIUS TARIGAN

080100118

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

HUBUNGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS

DENGAN KEJADIAN UNDERWEIGHT

PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 067244

KECAMATAN MEDAN SELAYANG

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

PATRIA TIMOTIUS TARIGAN

NIM : 080100118

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 11


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Hasil Penelitian dengan Judul :

Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Kejadian Underweight pada Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan

Selayang Tahun 2011

Yang dipersiapkan oleh:

PATRIA TIMOTIUS TARIGAN

080100118

Laporan Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui.

Medan, 24 Desember 2011 Disetujui,

Dosen Pembimbing


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helmminths dengan Kejadian Underweight pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 Nama : Patria Timotius Tarigan

NIM : 080100118

Pembimbing Penguji I

dr.Nurfida Khairina Arrasyid,M.Kes dr.Dudy Aldiansyah,Sp.OG

NIP.197008191999032001 NIP.197712142008121001

Penguji II

dr.Cut Aria Arina,Sp.S NIP.197710202002122001

Medan, 24 Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


(5)

ABSTRAK

Cacingan merupakan penyakit infeksi yang umum terjadi di negara-negara miskin dan sedang membangun terutama yang penularannya melalui tanah (Soil Transmitted Helminths). Keberadaan STH dalam usus manusia akan mengambil asupan nutrisi dari hospesnya. Pada infeksi kronis STH akan menyebabkan gangguan status gizi pada anak.

Penelitian dilakukan dengan analitic crossectional dengan metode total sampling pada siswa kelas IV,V,VI sekolah dasar negri 067244 Medan pada 56 anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi Soil

Transmitted Helminths dengan kejadian underweight pada siswa sekolah dasar negeri 067244 Medan.

Pemeriksaan sampel tinja dilakukan dengan metode Kato dan pengukuran langsung berat dan tinggi badan di tempat penelitian dengan menggunakan

timbangan dan meteran serta indeks massa tubuh dengan grafik CDC BMI-for-age growth charts . Kemudian data diolah dalam bentuk tabel dengan menggunakan SPSS 17.

Hasil analisa menunjukan tidak ada hubungan antara infeski STH dengan kejadian underweight (p value 0,431). Hal ini mungkin terjadi karena pemberian anticacing pada siswa telah berjalan dengan baik. Kepada pihak sekolah

disarankan agar pemberian anticacing tetap dijalankan dan sarana kebersihan di sekolah tersebut ditingkatkan.


(6)

Abstract

Soil-transmitted helminths common known as intestinal worms, are the most common infections worldwide affecting the most deprived communities.

Helminthiasis is the disease happened by penetrate the parasit (helminths) in the human body. Soil-transmitted helminths refer to the intestinal worms infecting humans that are transmitted through contaminated soil.

The study used was observasional analitic research using cross sectional study with a total sampling method at IV, V, VI graders on 067244 public primary school,Medan in 56 children. The study aims to determinate the relationship of soil-transmitted helminths infections with the incidence of underweight in the 062744 public primary school students,Medan.

Examination of a stool sample done by the method of Kato and direct

measurement of weight and height in studies using scales and gauges as well as body mass index with graphs CDC BMI-for-age growth charts. Then the

processed data in tabular form by using SPSS 17.

Results of analysis showed no association between the incidence of underweight with Soil Transmitted Helminths (p value 0.431). This may occur because of antihelminths on students has been going well. Recommended that the school administration antihelminths still run and hygiene facilities in schools is improved.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis menyelesaikan penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada dosen pembimbing penulisan penelitian ini, dr. Nurfida Khairani A,M.Kes, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian penelitian ini. 3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Cut Aria Arina,Sp.S yang

telah menjadi dosen penasihat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Paham Tarigan SE, SH dan Ibunda Yetty Rosliana Sembiring, SH serta adik penulis, Andrea Agitha Tarigan, Tripetra Yokhanan Tarigan dan Patricia Chichio Karina Tarigan yang telah senantiasa mendukung dan memberikan dukungan serta bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.

5. Kepada abang kakak senior penulis, Ricky Cornelius Tarigan, S.Ked, Arthur Hutabarat S.Ked yang telah membantu dengan setulus hati dalam memberikan dukungan dan masukan pada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

6. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat penulis, Epifanus Arie Tanoto, Faskanita Nadapdap, Tulus Latson Manurung, Mangasa Situmorang, Erekson Marbun, Nandini Ramasensder, Asfahana,


(8)

Shalini Shamunggalinggam, Shamini Shamunggalinggam, Wong Sai Hoo, Lau Wei Lin, Silvia Sarah, Zahara Harahap, Zulasvini Nurjanah, Julia Dista Pratiwi, Ibrahim Tanaka, Senthil Kumar Sunda, Khadijah binti Mahmud yang turut memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis untuk merampungkan penelitian ini, terutama Soraya Prilia Keliat yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan penelitian ini.

7. Kepada teman-teman seperjuangan satu kelompok, yaitu Dita Afrina,Putri Handayani, Khamarul Hakim, Sofie, yang telah turut bersusah payah dan tetap menjaga kekompakan dalam mensukseskan penyelesaian penelitian ini.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Kejadian Underweight pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011-2012” ini. Harapan penulis semoga penelitian ini mendapat persetujuan untuk pelaksanaan demi memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, 24 Desember 2011


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan..……….………..……... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Abstract ... iv

Kata Pengantar …………... v

Daftar Isi ………... vi

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... x

Daftar Lampiran... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Penelitian ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….... .. 5

2.1 Helminthiasis ... 5

2.1.1 Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang) ... 5

2.1.1.1 Morfologi dan Daur Hidup ... 5

2.1.1.2 Patofisiologi... 7

2.1.1.3 Gejala Klinis dan Diagnosis ... 7

2.1.1.4 Epidemiologi ... 8

2.1.2 Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (Cacing Tambang) ... 8


(10)

2.1.2.2 Patofisiologi... 10

2.1.2.3 Gejala Klinis dan Diagnosis ... 10

2.1.2.4 Epidemiologi ... 10

2.1.3 Trichuris trichiura (Cacing Cambuk) ... 11

2.1.3.1 Morfologi dan Daur Hidup ... 11

2.1.3.2 Patofisiologi... 12

2.1.3.3 Gejala Klinis dan Diagnosis ... 13

2.1.3.4 Epidemiologi ... 13

2.1.4 Strongiloides stercolaris ... 13

2.1.4.1 Morfologi dan Daur Hidup ... 13

2.1.4.2 Patofisiologi... 14

2.1.4.3 Gejala Klinis dan Diagnosis ... 14

2.1.4.4 Epidemiologi ... 14

2.2 Underweight ... 15

2.3 Hubungan infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Underweight ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL………...…….. 19

3.1 Kerangka Konsep Penelitian……...……… 19

3.2 Variabel dan Definisi Operasional…..……… 19

3.2.1 Variabel ... 19

3.2.2 Definisi Operasional ... 19

3.3 Hipotesis... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 21

4.1 Jenis Penelitian ... 21

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 21

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

4.3.1 Kriteria Inklusi ... 22


(11)

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 22

4.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 23

4.5.1 Pemeriksaan Tinja ... 23

4.5.2 Penilaian Underweight ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Hasil Penelitian ... 25

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.1.2 Deskripsi Responden ... 25

5.1.3 Distribusi Infeksi Soil Transmitted Helminths ... 25

5.1.4 Distribusi Kejadian Underweight ... 26

5.1.5 Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Kejadian Underweight ... 27

5.2 Pembahasan ... 28

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ... 30

6.1 Simpulan ... 30

6.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ……... 32 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 2.1 Kategori IMT sesuai usia ... 16 Tabel 5.1 Distribusi siswa yang terinfeksi

Soil Transmitted Helminths ... 26 Tabel 5.2 Distribusi spesies STH pada siswa yang terinfeksi ... 26 Tabel 5.3 Distribusi kejadian underweight ... 27 Tabel 5.4 Status underweight siswa berdasarkan infeksi


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Cacing dan Telur Ascaris... 6

Gambar 2.2 Daur Hidup Cacing Ascaris ... 7

Gambar 2.3 Daur Hidup Hookworm ... 10

Gambar 2.4 Morfologi Whipworm ... 12

Gambar 2.5 Daur Hidup Trichuris trichiura ... 13


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Riwayat Hidup Peneliti LAMPIRAN II Lembar Penjelasan

LAMPIRAN III Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan LAMPIRAN IV Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN V Health Research Ethical Committee of North Sumatera LAMPIRAN VI Surat Keterangan

LAMPIRAN VII Data Induk


(15)

ABSTRAK

Cacingan merupakan penyakit infeksi yang umum terjadi di negara-negara miskin dan sedang membangun terutama yang penularannya melalui tanah (Soil Transmitted Helminths). Keberadaan STH dalam usus manusia akan mengambil asupan nutrisi dari hospesnya. Pada infeksi kronis STH akan menyebabkan gangguan status gizi pada anak.

Penelitian dilakukan dengan analitic crossectional dengan metode total sampling pada siswa kelas IV,V,VI sekolah dasar negri 067244 Medan pada 56 anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi Soil

Transmitted Helminths dengan kejadian underweight pada siswa sekolah dasar negeri 067244 Medan.

Pemeriksaan sampel tinja dilakukan dengan metode Kato dan pengukuran langsung berat dan tinggi badan di tempat penelitian dengan menggunakan

timbangan dan meteran serta indeks massa tubuh dengan grafik CDC BMI-for-age growth charts . Kemudian data diolah dalam bentuk tabel dengan menggunakan SPSS 17.

Hasil analisa menunjukan tidak ada hubungan antara infeski STH dengan kejadian underweight (p value 0,431). Hal ini mungkin terjadi karena pemberian anticacing pada siswa telah berjalan dengan baik. Kepada pihak sekolah

disarankan agar pemberian anticacing tetap dijalankan dan sarana kebersihan di sekolah tersebut ditingkatkan.


(16)

Abstract

Soil-transmitted helminths common known as intestinal worms, are the most common infections worldwide affecting the most deprived communities.

Helminthiasis is the disease happened by penetrate the parasit (helminths) in the human body. Soil-transmitted helminths refer to the intestinal worms infecting humans that are transmitted through contaminated soil.

The study used was observasional analitic research using cross sectional study with a total sampling method at IV, V, VI graders on 067244 public primary school,Medan in 56 children. The study aims to determinate the relationship of soil-transmitted helminths infections with the incidence of underweight in the 062744 public primary school students,Medan.

Examination of a stool sample done by the method of Kato and direct

measurement of weight and height in studies using scales and gauges as well as body mass index with graphs CDC BMI-for-age growth charts. Then the

processed data in tabular form by using SPSS 17.

Results of analysis showed no association between the incidence of underweight with Soil Transmitted Helminths (p value 0.431). This may occur because of antihelminths on students has been going well. Recommended that the school administration antihelminths still run and hygiene facilities in schools is improved.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Infeksi cacing dan penyakit yang disebabkan helminthiasis amat besar angkanya yaitu kira-kira 2 milyar orang terkena di seluruh dunia. Helminthiasis (cacingan) ini menjadi penyakit umum terutamanya di negara-negara miskin dan juga negara-negara yang sedang membangun. Dimana terdapat masalah kemiskinan, kurang nutrisi, kurang sanitasi serta kurang pemahaman tentang kesehatan. (WHO,2004)

Penyakit cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh karena masuknya parasit (berupa cacing) ke dalam tubuh manusia. Soil Transmitted Helminths (STH) adalah cacing yang menginfeksi usus manusia dimana penularannya melalui tanah. STH berupa cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichiuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). Populasi pada sebagian besar belahan dunia yang terinfeksi STH : kira-kira 807-1.121 juta oleh cacing gelang, kira-kira 604-795 juta oleh cacing cambuk, kira-kira 576-740 juta oleh cacing tambang (CDC,2002).

Dalam hubungan kesehatan anak dengan infeksi cacing, ternyata dalam beberapa penelitian bahwa anak usia sekolah dasar merupakan golongan tertinggi terutama infeksi cacing yang penularanannya dengan tanah (Soil Transmitted Helminths) (Depkes RI, 2004). WHO, (2004) juga menyatakan pada anak-anak umur 5-15 tahun yang paling tinggi terinfeksi cacing. Infeksi oleh Soil Transmitted Helminths sering dijumpai pada anak usia sekolah dasar karena anak pada usia ini paling sering kontak dengan tanah (WHO, 2004).

Hasil survey prevalensi kecacingan yang dilaksanakan pada murid kelas VI sekolah dasar di SDN 030375 dan SDN 034807 Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi tahun 2007 oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan, dari 128 sampel yang faecesnya diperiksa ditemukan 55 anak (42,96 %) terinfeksi cacing (BTKL Medan, 2007).


(18)

Selain itu, dari 300 sampel tinja yang terdiri dari siswa Sekolah Dasar dan SMP Muhammadiah Kecamatan Medan Perjuangan, dalam penelitian laboratorium RSU Dr Pirngadi Medan beserta Forwakes diperoleh hasil sebesar 53 persen menderita cacingan (Jalil,2009).

Keberadaan STH dalam usus manusia akan mengambil asupan nutrisi dari hospesnya, hookworm secara aktif mengambil besi dari kapiler mucosa usus yang dilekatinya dan menyebabkan laserasi pada permukaan mukosa sehingga menurunkan absorbsi makanan. Ascaris akan menyebabkan malabsorbsi dengan memblok area absorbsi mukosa usus halus. Dalam hal ini yang dibahas pada anak-anak yang merupakan hospes yang paling banyak diinfeksi oleh STH. Pada infeksi kronis STH akan menyebabkan gangguan status gizi pada anak. (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).

Keadaan underweight dapat diketahui dengan cara pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT adalah ukuran yang didapat dari berat dan tinggi badan yang dikorelasikan dengan umur dan jenis kelamin. Pengukuran IMT dapat menilai obesitas, overweight, berat normal atau underweight sesuai parameter yang sudah ditentukan. IMT dapat digunakan indikator massa tubuh pada anak dan remaja. Pengukuran IMT tidak mahal dan menggunakan metode yang mudah untuk memantau status gizi pada lingkup kesehatan (Freedman,D.,2008).

Oleh karena itu, maka akan diadakan penelitian untuk mencari hubungan antara infeksi STH dengan status underweight pada perhitungan IMT pada anak usia sekolah. Dengan demikian, dapat dilihat adakah korelasi antara kedua hal tersebut.

1.1Rumusan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian seperti berikut:

a) Berapa banyak siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang yang mengalami infeksi Soil Transmitted Helminths pada tahun 2011?


(19)

b) Berapa banyak siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang yang mengalami underweight pada tahun 2011?

c) Berapa banyak siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang yang terinfeksi Soil Transmitted Helminths mengalami underweight?

1.2Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara infeksi Soil Transmitted Helminths dengan status underweight siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang, Sumatera Utara, tahun 2011.

1.2.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui jumlah siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang yang terinfeksi Soil Transmitted Helminths tahun 2011.

b) Untuk memperoleh spesies telur STH yang didapat pada tinja siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang yang terinfeksi Soil Transmitted Helminths tahun 2011.

c) Untuk mengetahui status underweight siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang tahun 2011.

1.3Manfaat Penelitian

a) Data atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah kemungkinan resiko siwa yang terinfeksi Soil Transmitted Helmiths.

b) Data atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi orang tua untuk menjaga higiene anak.


(20)

c) Data atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan untuk penyuluhan sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan cacingan terutama pada siswa usia sekolah dasar.

d) Data atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat menunjukan hubungan infeksi Soil Transmitted Helminths dengan kondisi underweight.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Helminthiasis

Nematoda mempunyai jumlah spesies terbanyak di antara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing tersebut berbeda-beda dalam habitat,daur hidup dan hubungan hospes-parasit. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Di antara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah disebut Soil Transmitted Helminths. Cacing yang terpenting bagi manusia adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichiuris trichiura, Strongiloides stercoralis (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008)

Infeksi Soil-Transmitted Helminths ditemukan tersering di daerah iklim hangat dan lembab yang memiliki sanitasi dan hygiene buruk. Soil-Transmitted Helminths hidup di usus dan telurnya akan keluar melalui tinja hospes. Jika hospes defekasi di luar (taman, lapangan) atau jika tinja mengandung telur dubuahi maka telur tersebut akan tersimpan dalam tanah. Telur menjadi infeksius jika telur matang.(CDC,2008)

2.1.1 Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang) 2.1.1.1 Morfologi dan Daur Hidup

Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakitnya disebut askariasis. Cacing dewasa bebentuk silinder dengan ujung yang meruncing. Stadium dewasa hidup di rongga usus halus. Betina berukuran dengan panjang 20-35 cm dan tebal 3-6 mm. Jantan lebih kecil, panjang 12-31 cm dan tebal 2-4 mm dengan ujung melengkung. .(Zaman,V.,Mary,N.,2008)

Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari terdiri atas telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi. Ukuran telur cacing dengan panjang 60-70 µ m dan lebar 40-50 µ m . Dalam lingkungan yang sesuai,


(22)

telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008)

Sumber : http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/index.html Gambar 2.1.cacing dan telur ascaris

Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan di alirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan bronchus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan

sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa


(23)

Sumber : http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/Ascariasis.htm Gambar 2.2.Daur Hidup Cacing Ascaris

2.1.1.2 Patofisiologi

Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi saat berada di paru. Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru disertai batuk, demam dan eosinofilia. Pada foto thoraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut Sindroma Loeffler. Akumulasi sel darah putih dan epitel yang mati membuat sumbatan menyebabkan Ascaris pneumonitis (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).

Menurut Effendy yang dikutip Surat Keputusan Menteri Kesehatan (2006) disamping itu gangguan dapat disebabkan oleh larva yang masuk ke paru-paru sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada dinding alveolus yang disebut Sindroma loeffler. Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan (Malabsorbtion). Keadaan


(24)

yang serius, bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan pada usus (Ileus obstructive).

2.1.1.3 Gejala Klinis dan Diagnosis

Pada kebanyakan kasus tidak terdapat gejala. Namun, indikasi dari adanya Ascaris adalah gangguan nutrisi dan akan mengganggu pertumbuhan anak. Pada umumnya pasien akan mengalami demam, urticaria, malaise, kolik intestinal, mual, muntah, diare.

Migrasi larva Ascaris melewati paru akan menyebabkan pneumonitis dan bronchospasm. Pada umumnya akan didapati eosinofilia. Kadang – kadang ascariasis dapat mengancam jiwa jika dalam situasi :

1. Ketika dalam jumlah besar cacing membentuk bolus dimana menyebabkan sumbatan pada lumen intestinal akan menyebabkan tanda dan gejala obstruksi intestinal akut.

2. Pada migrasi ektopik, menyebabkan cacing memasuki appendiks, saluran empedu, dan duktus pankreas. Ketika cacing mencapai traktus biliaris menyebabkan kolik berat dan menghasilkan cholangitis supuratif dan abses hepar

(Zaman,V.,Keong,L.,1982).

Cara menegakkan diagnosa penyakit adalah dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosa askariasis. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik dari mulut atau

hidung karena muntah maupun melalui tinja

(Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).

2.1.1.4 Epidemiologi

Telur cacing gelang keluar bersama tinja pada tempat yang lembab dan tidak terkena sinar matahari, telur tersebut tumbuh menjadi infektif. Infeksi cacing gelang terjadi bila telur yang infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman dan dapat pula melalui tangan yang kotor (tercemar tanah dengan telur cacing) (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/, 2006).


(25)

Di Indonesia prevalensi askariasi tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya 60-90%(Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008). Defekasi di tempat sembarangan dan menggunakan pupuk manusia merupakan praktek-praktek tidak higienis yang paling penting yang dapat menyebabkan endemisitas askariasis. Telur-telur terbukti tetap infektif pada tanah selama berbulan-bulan dan dapat bertahan hidup di cuaca yang lebih dingin (5-100C) selama 2 tahun (Behrman,R.,Kliegman,R.,Arvin,A.,1999).

2.1.2 Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (Cacing Tambang) 2.1.2.1 Morfologi dan Daur Hidup

Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat 13 bertahan hidup 7-8 minggu di tanah.

Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron.

Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).


(26)

Sumber : http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/diagnosis.html Gambar 2.3.Daur Hidup Hookworm

2.1.2.2 Patofisiologi

Bila banyak filaform sekaligus menembus kulit, maka terjadi ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan. Tiap cacing N.americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005-0,1 cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08-0,34 cc. Pada infeksi kronik atau infeksi berat terjadi anemia hipokrom mikrositer. Cacing tambang biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan kognitif menurun (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).

Tetapi kekurangan darah (anemia) ini biasanya tidak dianggap sebagai cacingan karena kekurangan darah bisa terjadi oleh banyak sebab (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/, 2006).

2.1.2.3 Gejala Klinik dan Diagnosis

Gejala klinik karena infeksi cacing tambang antara lain lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, prestasi kerja menurun, dan anemia (anemia hipokrom micrositer). Di samping itu juga


(27)

terdapat eosinofilia (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006).

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva. Untuk membedakan spesies N.americanus dan A.duodenale dapat dilakukan biakan misalnya dengan cara Harada-Mori (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).

2.1.2.4 Epidemiologi

Kejadian penyakit (Incidens) ini di Indonesia sering ditemukan pada penduduk yang bertempat tinggal di pegunungan, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Sering kali pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%.

Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32˚C-38˚C. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).

2.1.3 Trichuris trichiura (Cacing Cambuk) 2.1.3.1 Morfologi dan Daur Hidup

Manusia merupakan hospes cacing ini.penyakit yang disebabkannya disebut trikiuriasis. Cacing betina panjangnya sekitar 5cm dan yang jantan sekitar 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat tumpul. Pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3.000-5.000 butir.


(28)

Sumber : http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/index.html Gambar 2.4.Morfologi Whipworm

Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian di dalamnya jernih. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3–6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif.

Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari dinding telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30-90 hari (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).


(29)

Sumber : http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Trichuriasis.htm Gambar 2.5.Daur Hidup Trichuris trichiura

2.1.3.2 Patofisiologi

Cacing cambuk pada manusia terutama hidup di sekum dapat juga ditemukan di dalam kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak cacing ini tersebar diseluruh kolon dan rektum, kadang-kadang terlihat pada mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita sewaktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat pelekatannya dapat menimbulkan perdarahan. Disamping itu cacing ini menghisap darah hospesnya sehingga dapat menyebabkan anemia (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/, 2006).


(30)

2.1.3.3 Gejala Klinik dan Diagnosis

Infeksi cacing cambuk yang ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala. Sedangkan infeksi cacing cambuk yang berat dan menahun terutama pada anak menimbulkan gejala seperti diare, disenteri, anemia, berat badan menurun dan kadang-kadang terjadi prolapsus rektum. Infeksi cacing cambuk yang berat juga sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Diagnosa dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).

2.1.3.4 Epidemiologi

Yang penting untuk penyebaran penyakit adalah kontaminasi tanah dengan tinja. Telur tumbuh di tanah liat, tempat lembab, dan teduh dengan suhu optimum kira 30˚C. Di berbagai negeri pemakaian tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber infeksi. Frekuensi di Indonesia masih sangat tinggi. Dibeberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya berkisar antara 30-90 %. Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan pengobatan penderita trikuriasis, pembuatan jamban yang baik dan pendidikan tentang sanitasi dan kebersihan perorangan, terutama anak. Mencuci tangan sebelum makan, mencuci dengan baik sayuran yang dimakan mentah adalah penting apalagi di negera-negera yang memakai tinja sebagai pupuk (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).

2.1.4 Strongiloides stercolaris

2.1.4.1 Morfologi dan Daur Hidup

Manusia merupakan hospes utama cacing ini. Parasit ini dapat menyebabkan strongiloidiasis. Hanya cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyenum. Cacing betina berbentuk filiform, halu, tidak berwarna dan panjangnya 2 mm. Telur berbentuk parasitik diletakkan di mukosa usus, kemudian telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke ronnga usus serta dikeluarkan bersama tinja. Siklus secara langsung, larva filaform menembus kulit dan mencapai peredaran darah sehingga dapat sampai ke paru atau jantung, dari paru parasit menembus alveolus, masuk ke trakea dan


(31)

laring. Secara tidak langsung, larva rabditiform dapat menjadi larva filariform yang infeksius dan mengeinfeksi hospes atau larva rabditiform kembali ke siklus bebasnnya. Secara autoinfeksi larva filariform di daerah perianal menembus langsung daerah tersebut dan capai peredaran darah (Ideham,B.,Pusarawati,S.,2007).

2.1.4.2 Patofisiologi

Bila larva dalam jumlah besar menembus kulit, timbul kelainan kulit yang dinamakan creeping eruption yang sering disertai dengan gatal hebat. Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus halus. Ditemukan eosinofilia

meskipun dapa juga dalam kondisi normal

(Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).

2.1.4.3 Gejala Klinik dan Diagnosis

Umumnya tanpa gejala. Infeksi sedang dapat menyebabkan rasa sakit seperti ditusuk-tusuk di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar.mungkin ada mual dan muntah, diare dan konstipasi saling bergantian(Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).

Diagnosis klinis tidak pasti karena strongiloidiasis tidak memberikan gejala klinis yang nyata. Diagnosis pasti adalah dengan menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, dalam biakan atau aspirasi duodenum. Biakan sekurang-kurangnya 2x24 jam menghasilkan larva filariform dan cacing dewasa (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).

2.1.3.4 Epidemiologi

Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur, berpasir dan humus. Frekuensi di Jakarta pada tahun 1956 sekitar 10-15%, sekarang jarang ditemukan. Daerah yang panas, kelembaban tinggi dan sanitasi kurang, sangat menguntungkan cacing ini (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008).


(32)

2.2 Underweight

Malnutrisi dapat akibat dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup atau dapat akibat dari penyerapan makanan yang tidak cukup. Penyebab malnutrisi tidak disebabkan oleh satu penyebab saja dapat berupa berat badan lahir rendah, maternal undernutrition, defesiensi nutrient spesifik (iodine, vitamin A, besi, seng), diare, infeksi HIV dan penyakit infeksi kronik. Gangguan berat dapat dengan mudah dilihat, tetapi gangguan ringan dapat terlewati. Evaluasi status nutrisi yang tepat sukar. Diagnosis malnutrisi berdasar pada riwayat diet yang tepat, pada evaluasi adanya deviasi berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala rata-rata dan kecepatan pertumbuhan. Pada kondisi malnutrisi diukur nilai IMT maka dapat dilihat dibawah normal (Arvin,1999).

Underweight dinilai dari Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh, dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam ukuran meter). IMT merupakan indikator untuk lemak yang berlebihan, tetapi pada anak yang kurus akan didapati massa yang bebas lemak. Sensitivitas (70%-80%) dan spesifisitas (95%) (Pediatrics,2009).

Pada anak hasil perhitungan diletakan pada CDC BMI-for-age growth charts (pada pria dan wanita) untuk menentukan peringkat persentil. Persentil yang didapat akan digunakan sebagai indikator untuk menilai ukuran dan pola pertumbuhan di Amerika Serikat. Persentil menunjukan posisi angka BMI pada anak sesuai jenis kelamin dan usia. Grafik pertumbuhan menunjukan kategori status berat pada anak dan remaja (underweight, healthy weight, overweight, dan obese). IMT digunakan sebagai alat untuk mendeteksi adanya masalah berat badan pada anak (CDC,2002).

Menghitung dan menginterpretasi BMI dengan menggunakan BMI Percentile Calculator dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Sebelum menghitung BMI, pastikan pengukuran tinggi dan berat secara akurat.


(33)

2. Hitung BMI dan persentil dengan menggunakan Child and Teen BMI Calculator.

3. Perhitungan BMI dihubungkan dengan usia dan jenis kelamin karena jumlah lemak akan berubah sesuai usia dan berbeda antara laki-laki dan wanita.

4. Cari kategori dengan BMI-for-age percentile yang ditujukan pada tabel dibawah ini (CDC,2002).

Weight Status Category

Percentile Range

Underweight Less than the 5th percentile

Healthy weight 5th percentile to less than the 85th percentile Overweight 85th to less than the 95th percentile

Obese Equal to or greater than the 95th percentile Tabel 2.1.Kategori IMT sesuai usia


(34)

Lihat contoh bagaimana sample BMI diinterpretasi pada anak laki-laki usia 10 tahun.

Sumber :

http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/childrens_bmi/tool_for_schools. html

Gambar 2.6.BMI pada anak laki-laki

2.3 Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Underweight

Secara umum infeksi STH akan menyebabkan kurangnya nafsu makan dan penyerapan makanan, pengurangan dan deplesi mikronutrien dan anemia. Infeksi STH jarang disertai dengan adanya gejala.(Parasites and Vector,2010).

Pada infeksi seekor cacing ascaris menyebabkan kehilangan 0,8 gram karbohidrat, 0,035 gram protein. Infeksi seekor cacing hookworm menyebabkan


(35)

kehilangan darah 0,2 cc per hari. Infeksi seekor cacing trichiuris menyebabkan kehilangan darah 0,005 cc per hari. (KepMenKes,2006).

Infeksi Ascaris menyebabkan malabsorbsi dikarenakan cacing ini akan memblok area absorbsi di lumen usus. Hal tersebut jika berlangsung secara kronik akan menyebabkan asupan gizi anak tidak tercukupi sehingga akan terjadi kondisi malnutrisi yang ditandai dengan status underweight. (Parasites and Vector,2010)

Kehilangan darah akibat infeksi Trichiuris dapat menyebabkan disentri kronik, defisiensi besi, anemia defisiensi besi dan gangguan pertumbuhan.

Infeksi Hookworm dapat menyebabkan laserasi mukosa secara mekanik dan enzimatik pada mukosa usus halus dengan menyebabkan perdarahan kira-kira 0,05 ml/hari pada Necator americanus dewasa dan 0,25 ml/hari pada Ancylostoma duodenale. Hal ini menyebabkan gangguan pertumbuhan secara kronik.(The Journal of Nutrition,2003)


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Merupakan kerangka konsep pada penelitian ini adalah :

Variabel bebas Variabel tergantung

3.2. Variabel dan definisi operasional 3.2.1. Variabel

Variable yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah penemuan telur Soil Transmitted Helminths pada tinja dan Indeks Massa Tubuh.

3.3.2 Definisi operasional a) Telur/larva cacing :

 Definisi: Telur/larva cacing adalah bentuk/stadium dari cacing sebelum menjadi dewasa yang ditemukan pada tinja siswa

 Cara ukur: Sampel diambil dari tinja siswa dan diperiksa dengan metode Kato

 Alat ukur: Pemeriksaan laboratourium  Kategori :

 Postif : jika ditemukan telur/larva

 Negatif : jika tidak ditemukan telur/larva  Skala pengukuran : nominal

Telur/larva cacing Ascaris lumbricoides Necator americanus Ancyolostoma duodenale Trichiuris trichiura

Status underweight pada siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang


(37)

b) Underweight

 Definisi: kategori status IMT dibawah persentil 5  Cara ukur: Mengukur berat badan dan tinggi badan.

Alat ukur: Timbangan dan meteran dan CDC BMI-for-age growth charts.

 Kategori :

Underweight : persentil dibawah 5 Non-Underweight : persentil diatas 5  Skala pengukuran : nominal.

3.2. Hipotesis

Ho (hipotesis nol) : Infeksi Soil Transmitted Helminths tidak berkaitan dengan kejadian status underweight pada siswa sekolah dasar.

Ha (hipotesis alternatif) : Infeksi Soil Transmitted Helmiths berkaitan dengan kejadian status underweight pada siswa sekolah dasar.


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan desain cross sectional, dimana penelitian ini akan menggambarkan infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dan kejadian underweight pada siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang.

Siswa sekolah dasar negeri ini dipilih karena berdasarkan observasi dan survey awal, didapati sekolah tersebut kurang kebersihannya,dilihat dari kebiasaan siwa yang tidak memakai alas kaki ke sekolah, lapangan sekolah masih berupa tanah, lokasi sekolah berada diantara sawah dimana siswa bermain di sekitar daerah persawahan, dan penyediaan jamban sekolah kurang mendukung. Lagipula dari observasi anak-anak sekolah kurang menjaga kebersihan diri dan sekolah tersebut juga merupakan sekolah pemerintah yang kurang mempunyai sarana yang cukup untuk meningkatkan kebersihan sekolah.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli- Augustus tahun 2011.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, VI Sekolah Dasar Negeri 067244. Jl. Sedap Malam XI. No.15. Kecamatan Medan Selayang. Kota Medan. 20155 . pada tahun ajaran 2011/2012.


(39)

4.3.1. Kriteria Inklusi

1. Siswa SDN 067244 kelas IV – VI tahun ajaran 2011/2012 Kecamatan Medan Selayang yang bersedia mengikuti penelitian. 4.3.2. Kriteria Esklusi

1. Siswa yang absen saat pengambilan data.

4.4 Teknik pengumpulan data

Responden pada penelitian ini adalah siswa sekolah dasar. Mereka akan dipilih dahulu berdasarkan random sampling yaitu setiap kelas akan diambil siswa secara selang seling. Seterusnya teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara:

a. Pemeriksaan sampel tinja dilakukan dengan metode Kato. Pada objek gelas yang bersih dan bebas lemak diletakkan tinja sebesar biji kacang hijau, ± 50- 100 mg dengan menggunakan aplikator. Tinja tersebut ditutup dengan selofan. Selofan ditekan-tekan perlahan-lahan dengan botol kecil sampai tinja tersebar serata mungkin di bawah selofan. Sebagai patokan, sediaan yang baik bila diletakkan di atas kertas yang bertulisan, tulisan tersebut masih dapat dibaca. Keringkan larutan yang berlebihan dengan kertas saring/tissue. Diamkan selama 15 menit dalam suhu kamar. Pada setiap prosedur pemeriksaan harus menggunakan sarung tangan. Lalu, sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran obyektif 10 dan 40 kali untuk mendapatkan telur-telur cacing (National Institute of Health,2010).

b. Menilai status underweight dengan cara menghitung IMT dinilai berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Cara mengukur BB adalah letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, tidak memegang atau mengantongi sesuatu. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi. Lihat jarum timbangan


(40)

sampai berhenti. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan. Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerak jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri (catat pada status bahwa penimbangan dilakukan dalam keadaan bayi bergerak terus/rewel).

Cara mengukur panjang badan dalam posisi berdiri adalah anak tidak memakai sendal atau sepatu. Berdiri tegak meghadap kedepan, tumit menempel pada dinding/pengukur. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel ubun-ubun. Baca angka pada batas tersebut (CDC,2010).

4.5 Pengolahan dan Analisa data

Dalam penelitian ini dihasilkan data dari hasil analisis hasil pemeriksaan tinja dan Indeks Massa Tubuh.

4.5.1 Pemeriksaan Tinja

Hasil pemeriksaan tinja dianalisa dengan melihat adanya atau tidak telur cacing pada tinja, dikategorikan sebagai ada kontaminasi dan tidak ada kontaminasi.

Seterusnya data yang dikumpul dianalisa dengan mengunakan program Komputer SPSS (statistical product & service solution) secara deskriptif dan hasil ditampilkan dalam tabel bentuk distribusi.

4.5.2 Penilaian Underweight

Hasil pemeriksaan IMT diperoleh dari BB dan TB yang diukur kemudian diletakkan pada grafik CDC BMI-for-age growth charts. Pada grafik tersebut dapat dilihat persentil yang menunjukan status underweight.

Seterusnya data yang dikumpul dianalisa dengan mengunakan program Komputer SPSS (statistical product & service solution) secara deskriptif dan hasil ditampilkan dalam tabel bentuk distribusi.


(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian

Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan siswa yang dilakukan di sekolah tersebut dan sampel tinja yang diambil dari setiap siswa yang sudah diukur berat dan tinggi badannya. Hasil dianalisis sehingga dapat menyimpulkan hubungan infeksi Soil Transmitted Helminths dengan kejadian underweight dikalangan siswa sekolah dasar tersebut. 5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Sekolah Dasar Negeri 067244 Medan yang terletak di Bunga Sedap Malam XI no.15 Kecamatan Medan Selayang, Medan. Lokasi penelitian berada di sekitar daerah pertanian penduduk. oleh sebab itu, sekolah tersebut dipilih untuk menjadi lokasi penelitian. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Baru, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor, sebelah barat berbatasan dengan Medan Sunggal.

5.1.2 Deskripsi responden

Pada penelitian ini responden yang menjadi sampel adalah siswa Sekolah Dasar Negeri 067244 kecamatan Medan Selayang tahun ajaran 2011/2012. Jumlah keseluruhan siswa 59 orang dipilih dengan metode total sampling dari kelas IV, V, VI.

5.1.3 Distribusi Infeksi Soil Transmitted Helminths

Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan cacing-cacing yang

penularannya melalui tanah dan sampai sekarang masih merupakan masalah bagi masyarakat Indonesia terutama yang hidup di daerah yang dikelilingi oleh daerah pertanian penduduk. Serta usia sekolah dasar yang memungkinkan anak untuk


(42)

berhubungan dengan tanah. Hasil identifikasi parasit pada sampel tinja diperoleh 23 orang siswa yang tinjanya terdapat STH (tabel 5.1).

Tabel 5.1. Distribusi siswa yang terinfeksi Soil Transmitted Helminths

Infeksi STH Frekuensi Persentase (%)

Positif 23 41,1

Negatif 30 53,6

Missing 3 5,4

Total 56 100

Penelitian ini juga mengidentifikasi spesies STH yang ditemukan pada tinja siswa dan memperoleh hasil 56,5% telur T.trichiura, 26,0 telur A.lumbricoides dan 17,5% infeksi keduanya yang tampak pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi spesies STH pada siswa yang terinfeksi

Infeksi STH Frekuensi Persentase (%)

T.trichiura 13 56,5

A.lumbricoides 6 26,0

T.trichiura dan A.lumbricoides 4 17,5

Total 23 100

5.1.2. Distribusi kejadian Underweight

Status gizi didapat dari hasil pengukuran tinggi dan berat badan kemudian disesuaikan dengan usia anak yang terdapat pada chart yang tersedia. Dari

pengukuran status gizi diharapkan bahwa anak yang terinfeksi STH mengalami underweight. Hasil pengukuran status gizi siswa didapati 12,5% siswa yang underweight.(tabel 5.2.).


(43)

Tabel 5.2 Distribusi kejadian underweight

Infeksi STH Frekuensi Persentase (%)

Positif 7 12,5

Negatif 46 82,1

Missing 3 5,4

Total 56 100

5.1.3. Hubungan infeksi Soil Transmitted Helminths dengan kejadian underweight

Data siswa yang terinfeksi STH akan dikorelasikan kejadian underweight dengan menggunakan metode analisa chi square. Metode tersebut menggunakan tabel dua kali dua sehingga bisa diperoleh hasil dibawah ini.(tabel 5.3. dan 5.4.).

Tabel 5.3. Status underweight siswa berdasarkan infeksi Soil Transmitted Helminths

Status gizi

Infeksi Soil Transmitted Helminths

Total

Positif Negatif

n % n % n %

Underweight 4 17,4 3 10,0 7 13,2

non-underweight 19 82,6 27 90,0 46 86,8

Total 23 100,0 30 100,0 53 100,0

Dari hasil uraian diatas terdapat 23 siswa yang terinfeksi STH dimana 17.4% yang mengalami underweight dan 30 siswa yang tidak terinfeksi STH 90% yang tidak mengalami underweight. Pada perhitungan Chi-Square diperoleh hasil tidak ada hubungan antara infeksi STH dengan status underweight siswa ( p value 0,431).


(44)

5.2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan difokuskan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk melihat hubungan infeksi Soil Transmitted Helminths dengan kejadian underweight siswa SDN 067244 kecamatan Medan Selayang.

Pada infeksi seekor cacing Ascaris lumbricoides menyebabkan kehilangan 0,8 gram karbohidrat, 0,035 gram protein. Infeksi seekor cacing hookworm menyebabkan kehilangan darah 0,2 cc per hari. Infeksi seekor cacing trichiuris menyebabkan kehilangan darah 0,005 cc per hari.(KepMenKes,2006). Dengan demikian angka kejadian underweight pada anak yang kecacingan akan meningkat.

Penelitian ini memmperoleh hasil yang tidak banyak berbeda dengan yang didapat Arsad (2007) yang mendapatkan 13.26% pada anak sekolah dasar di kabupaten Polewali Mandar. Karena hasil yang didapat dari penelitian ini didapat 17,4% yang mendapat infeksi STH. Dari penelitian yang didapatkan oleh Mardiana (2000) ditemukan dari 250 sampel tinja yang positif telur cacing sebanyak 83 (33.20%) di Jakarta Barat dan dari 128 sampel tinja yang positif telur cacing sebanyak 12 (9.37%) di Jakarta Timur.

Pada penelitian ini angka kejadian infeksi STH yang disertai dengan kejadian underweight hanya 17.4% sedangkan terdapat 82.6% yang tidak mengalami underweight. Hasil yang didapat diatas dapat terjadi karena penurunan status gizi dapat terjadi apabila infeksi STH dalam waktu yang lama/kronis. (Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008). Malnutrisi tidak hanya disebabkan oleh satu penyebab saja dapat juga terjadi akibat berat badan lahir rendah, maternal undernutrition, defesiensi nutrient spesifik (iodine, vitamin A, besi, seng), diare, infeksi HIV dan penyakit infeksi kronik. (Arvin,1990).

Pada penelitian ini terdapat tiga siswa yang datanya tidak diperoleh akibat mereka tidak hadir saat melakukan pengukuran. Penilaian infeksi STH dinilai secara mikroskopis dan pengukuran tinggi serta berat badan langsung diukur di kelas tersebut. Pada penilaian Chi-Square menunjukan nilai signifikansi 0.431


(45)

yang artinya hipotesa nol gagal ditolak. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara infeksi STH dengan kejadian underweight ( p value 0,431 )

Perbedaan angka kejadian cacingan atau kontaminasi telur cacing dibeberapa wilayah ini kemungkinan disebabkan perbedaan faktor resiko dilokasi penelitian, terutama yang berhubung dengan kondisi sanitasi lingkungan, higiene siswa dan kondisi alam atau geografi (Wachidaniyah, 2002). Pada penelitian ini walaupun terdapat berbagai kondisi yang mendorong kepada kejadian cacingan seperti kawasan sekolah yang kebanyakan berlantai tanah, lokasi sekolah yang dekat dengan lahan pertanian serta sanitasi lingkungan sekolah tidak baik. Namun angka kejadian infeksi STH rendah pada penelitian ini yaitu 12.5% kemungkinan karena program pemberian obat anticacing pada siswa sekolah ini sudah berjalan baik tetapi karena kondisi higien dan sanitasi yang mungkin belum cukup baik sehingga matarantai penularan dan reinfeksi belum terputus.


(46)

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :

1. Angka infeksi STH yang disertai dengan kejadian underweight adalah sebesar 17.4% dan angka non-infeksi STH yang disertai dengan kejadian underweight adalah sebesar 82.6%.

2. Dari data infeksi STH diperoleh 56,5% telur T.trichiura, 26,0 telur A.lumbricoides dan 17,5% infeksi keduanya.

3. Dari hasil uji chi square didapat nilai p value > 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara infeksi STH dengan kejadian underweight pada siswa sekolah dasar negeri 067244 Medan.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disampaikan adalah:

1. Perlu peningkatan kerjasama antara kepala sekolah dan guru untuk memberi bimbingan, pengarahan tentang higiene perorangan dan sanitasi lingkungan kepada siswa dalam upaya menurunkan prevalensi cacingan. 2. Diharapkan informasi dimanfaatkan oleh siswa serta keluarga dalam

pencegahan dan pengobatan kecacingan.

3. Diharapkan sekolah dapat menyediakan fasilitas untuk memelihara higiene perorangan dengan membangun jamban yang bersih dan penyediaan air bersih dan sabun.

4. Orang tua selayaknya menjaga kebersihan diri anak dengan menjaga kebersihan kuku untuk mencegah penyeabaran cacing

5. Dinas kesehatan harus menjalankan penyuluhan mengenai kebersihan diri dan pencegahan cacingan jika mungkin diberikan pengobatan cacingan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Brucknen,D.,Garcia,L.,1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran.Jakarta:EGC. Centers for Disease Control and Prevention,2010. Ascariasis. USA: Centers for

Disease Control and Prevention. Available from :

http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/Ascariasis.htm. [Accessed 8 Maret 2011]

Centers for Disease Control and Prevention,2010. Children. USA: Centers for Disease Control and Prevention. Available from :

http://www.cdc.gov/parasites/children.html.[Accessed 8 Maret 2011] Centers for Disease Control and Prevention,2010. Hookworm. USA: Centers for

Disease Control and Prevention. Available from :

http://dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Hookworm.htm. [Accessed 8 Maret 2011] Centers for Disease Control and Prevention,2010. Parasites - Ascariasis. USA:

Centers for Disease Control and Prevention. Available from :

http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html. [Accessed 8 Maret 2011]

Centers for Disease Control and Prevention,2010. Parasites - Soil-Transmitted

Helminths (STHs). USA: Centers for Disease Control and Prevention.

Available from : http://www.cdc.gov/parasites/sth/. [Accessed 8 Maret 2011]

Centers for Disease Control and Prevention,2010. Parasites - Trichuriasis (also

known as Whipworm Infection). USA: Centers for Disease Control and

Prevention. Available from :

http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/biology.html. [Accessed 8 Maret 2011]


(48)

Prevention. Available from :

http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/diagnosis.html. [Accessed 8 Maret 2011]

Centers for Disease Control and Prevention,2010. Trichuriasis. USA: Centers for Disease Control and Prevention. Available from :

http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Trichuriasis.htm. [Accessed 8 Maret 2011]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman Pengendalian Cacingan.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Available from :

http://images.dinnykaa.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TKNmj AooCF4AAE@H4wQ1/Lamp%20KMK%20Cacingan.pdf?key=dinnykaa:jo urnal:213&nmid=370445930 [Accessed 4 April 2011]

Ideham,B.,Pusarawati, S.2007. Helmintologi Kedokteran.Surabaya:Airlangga University Press.

Ismael,S.,Sastroasmoro,S.,2002.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-2.Jakarta:Sagung Seto.

Ismid,S.,Sjariffudin,P.,Sungkar,S.,Sutanto,I.2008.Parasitologi

Kedokteran.Jakarta:Balai Penerbit FK UI

Janovy,J.,Roberts,L.2006.Foundation of Parasitology.Singapore:McGraw-Hill Mary,N.,Zaman,V.,2008. Atlas of Medical Parasitology Fourth

Edition.Singapore:Elsevier.

New England of Journal Medicine,2010. Hookworm Infection. UK: New England

if Journal Medicine. Available from :

http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra032492 [Accessed 1 Mei 2011]


(49)

Notoatmodjo Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta.

Parasites and Vectors,2010. Stunting and soil-transmitted-helminth infections among school-age pupils in rural areas of southern China.China : Parasites

and Vectors. Available from :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2965140/pdf/1756-3305-3-97.pdf [Accessed 1 Mei 2011]

Pediatrics Official Journal of The American Academy of Pediatrics, 2009. BMI

Measurement in Schools. America: Pediatrics Official Journal of The

American Academy of Pediatrics. Available from:

http://pediatrics.aappublications.org/cgi/reprint/124/Supplement_1/S89?max toshow=&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=BMI&searchid=1&FIRS TINDEX=0&sortspec=relevance&resourcetype=HWCIT. [Accessed 30 Maret 2011]

Pediatrics Official Journal of The American Academy of Pediatrics, 2009.

Challenges of Accurately Measuring and Using BMI and Other Indicators of obesity in children. America: Pediatrics Official Journal of The American

Academy of Pediatrics. Available from:

http://pediatrics.aappublications.org/cgi/reprint/124/Supplement_1/S3?maxt oshow=&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=BMI&searchid=1&FIRS TINDEX=0&sortspec=relevance&resourcetype=HWCIT. [Accessed 30 Maret 2011]

Pediatrics Official Journal of The American Academy of Pediatrics, 2009. The

Use of BMI in the Clinical Setting. America: Pediatrics Official Journal of

The American Academy of Pediatrics. Available from:

http://pediatrics.aappublications.org/cgi/reprint/124/Supplement_1/S35?max toshow=&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=BMI&searchid=1&FIRS


(50)

TINDEX=0&sortspec=relevance&resourcetype=HWCIT [Accessed 30 Maret 2011]

Pediatrics Official Journal of The American Academy of Pediatrics, 2009. The

Validity of BMI as an Indicator of Body Fatness and Risk Among Children.

America: Pediatrics Official Journal of The American Academy of Pediatrics. Available from:

http://pediatrics.aappublications.org/cgi/reprint/124/Supplement_1/S23?max toshow=&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=BMI&searchid=1&FIRS TINDEX=0&sortspec=relevance&resourcetype=HWCIT [Accessed 30 Maret 2011]


(51)

LAMPIRAN I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Patria Timotius Tarigan

Tempat/ TanggalLahir : Medan/ 7 Agustus 1990

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Bunga Sedap Malam XI No.8, Medan 20131 Telepon : 061-4516222/ 085276901522

II. RiwayatPendidikan

1. Tahun 1994-1996 : TK Swasta Katolik Budi Murni 1 Medan 2. Tahun 1996-2002 : SD Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan 3. Tahun 2002-2005 : SMP Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan 4. Tahun 2005-2008 : SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan III. RiwayatPelatihan

1. Seminar Cara Presentasi KTI dan Pengenalan Ethical Clearance SCORE 2. Seminar, Unch Symposium & Workshop Pain With Its Million Mysteries 3. Seminar kepemimpinan PEMA FK USU

4. Seminar & workshop bandaging and wound management TBM FK USU PEMA FK USU

IV. RiwayatOrganisasi

1. Tahun 2009-sekarang : Ketua SCOME PEMA FK USU

2. Tahun 2009-2011 : Seksi Peralatan dan Tempat Bakti Sosial KMK St. Lukas


(52)

LAMPIRAN II

LEMBAR PENJELASAN

Saya, Patria Timotius Tarigan. NIM 080100118 adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Kejadian Underweight pada Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya infeksi Soil Transmitted Helminths (cacing usus) dan kejadian Underweight pada Sekolah Dasar Negeri 067244. Untuk keperluan tersebut saya memohon kepada Bapak/Ibu untuk memberi izin kepada anak Bapak/Ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini dengan membawa tinja anak dan bersedia diukur tinggi dan berat badan anak.

Identitas pribadi anak sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang didapat dari anak hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Jika terdapat hal-hal yang kurang dimengerti mengenai penelitian ini Bapak/Ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti atau dapat juga menghubungi nomor telepon 085276901522.

Jika Bapak/Ibu bersedia mengizinkan anaknya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan menandatangani surat persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 2011 Peneliti


(53)

LAMPIRAN III

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) KESEDIAN MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, (Orang Tua/Wali)

Nama :………..Umur :……tahun

Alamat :……… Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

Untuk dilakukan pemeriksaan tinggi badan, berat badan, dan pengambilan tinja terhadap (Siswa)

Nama :………. Umur :…………tahun

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian,

Judul Penelitian : Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Kejadian Underweight pada Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 Nama Peneliti : Patria Timotius Tarigan

Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan, 2011

Yang membuat pernyataan Persetujuan

( )

Nama dan Tanda Tangan Yang Memberi

Penjelasan


(54)

(55)

(56)

(57)

LAMPIRAN VII

No. Jenis Kelamin Status Gizi STH Cacing

1 perempuan non-underweight non-infeksius 0

2 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

3 laki-laki underweight non-infeksius 0

4 perempuan non-underweight non-infeksius 0

5 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

6 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

7 perempuan underweight infeksius

trichiuris dan ascaris

8 perempuan non-underweight non-infeksius 0

9 perempuan non-underweight non-infeksius 0

10 perempuan non-underweight non-infeksius 0

11 laki-laki non-underweight infeksius ascaris

12 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

13 perempuan non-underweight non-infeksius 0

14 perempuan non-underweight non-infeksius 0

15 perempuan non-underweight non-infeksius 0

16 laki-laki non-underweight infeksius trichiuris

17 laki-laki non-underweight infeksius

trichiuris dan ascaris

18 perempuan

19 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

20 perempuan non-underweight infeksius ascaris

21 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

22 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

23 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

24 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

25 perempuan non-underweight non-infeksius 0

26 laki-laki underweight non-infeksius 0

27 perempuan non-underweight non-infeksius 0

28 perempuan non-underweight non-infeksius 0

29 perempuan non-underweight infeksius ascaris

30 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

31 perempuan non-underweight non-infeksius 0

32 laki-laki non-underweight infeksius trichiuris

33 perempuan underweight infeksius

trichiuris dan ascaris

34 perempuan


(58)

36 laki-laki underweight infeksius trichiuris

37 laki-laki non-underweight infeksius ascaris

38 perempuan non-underweight non-infeksius 0

39 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

40 perempuan underweight infeksius trichiuris

41 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

42 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

43 perempuan non-underweight infeksius ascaris

44 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

45 laki-laki underweight non-infeksius 0

46 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

47 laki-laki non-underweight infeksius trichiuris

48 laki-laki non-underweight infeksius

trichiuris dan ascaris 49 laki-laki non-underweight infeksius trichiuris 50 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

51 perempuan non-underweight non-infeksius 0

52 laki-laki

53 perempuan non-underweight infeksius ascaris

54 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

55 laki-laki non-underweight non-infeksius 0


(59)

Statistics statusgizi

N Valid 53

Missing 3

statusgizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid underweight 7 12,5 13,2 13,2

non-underweight 46 82,1 86,8 100,0

Total 53 94,6 100,0

Missing System 3 5,4

Total 56 100,0

Statistics STH

N Valid 53

Missing 3

STH

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid infeksius 23 41,1 43,4 43,4

non-infeksius 30 53,6 56,6 100,0

Total 53 94,6 100,0

Missing System 3 5,4


(60)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

STH * statusgizi

53 94,6% 3 5,4% 56 100,0%

STH * statusgizi Crosstabulation Count

statusgizi

Total

underweight non-underweight

STH infeksius 4 19 23

non-infeksius 3 27 30

Total 7 46 53

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson

Chi-Square

.620a 1 ,431

Continuity Correctionb

,143 1 ,705

Likelihood Ratio

,615 1 ,433

Fisher's

Exact Test

,451 ,349

Linear-by-Linear Association

,609 1 ,435

N of Valid Cases

53


(61)

LAMPIRAN VIII

Gambar : Mempersiapkan sampel tinja


(62)

Gambar : Telur Ascaris


(1)

LAMPIRAN VII

No. Jenis Kelamin Status Gizi STH Cacing

1 perempuan non-underweight non-infeksius 0

2 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

3 laki-laki underweight non-infeksius 0

4 perempuan non-underweight non-infeksius 0

5 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

6 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

7 perempuan underweight infeksius

trichiuris dan ascaris

8 perempuan non-underweight non-infeksius 0

9 perempuan non-underweight non-infeksius 0

10 perempuan non-underweight non-infeksius 0

11 laki-laki non-underweight infeksius ascaris

12 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

13 perempuan non-underweight non-infeksius 0

14 perempuan non-underweight non-infeksius 0

15 perempuan non-underweight non-infeksius 0

16 laki-laki non-underweight infeksius trichiuris

17 laki-laki non-underweight infeksius

trichiuris dan ascaris

18 perempuan

19 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

20 perempuan non-underweight infeksius ascaris

21 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

22 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

23 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

24 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

25 perempuan non-underweight non-infeksius 0

26 laki-laki underweight non-infeksius 0

27 perempuan non-underweight non-infeksius 0

28 perempuan non-underweight non-infeksius 0

29 perempuan non-underweight infeksius ascaris

30 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

31 perempuan non-underweight non-infeksius 0


(2)

36 laki-laki underweight infeksius trichiuris

37 laki-laki non-underweight infeksius ascaris

38 perempuan non-underweight non-infeksius 0

39 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

40 perempuan underweight infeksius trichiuris

41 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

42 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

43 perempuan non-underweight infeksius ascaris

44 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

45 laki-laki underweight non-infeksius 0

46 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

47 laki-laki non-underweight infeksius trichiuris

48 laki-laki non-underweight infeksius

trichiuris dan ascaris

49 laki-laki non-underweight infeksius trichiuris

50 perempuan non-underweight infeksius trichiuris

51 perempuan non-underweight non-infeksius 0

52 laki-laki

53 perempuan non-underweight infeksius ascaris

54 laki-laki non-underweight non-infeksius 0

55 laki-laki non-underweight non-infeksius 0


(3)

Statistics

statusgizi

N Valid 53

Missing 3

statusgizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid underweight 7 12,5 13,2 13,2

non-underweight 46 82,1 86,8 100,0

Total 53 94,6 100,0

Missing System 3 5,4

Total 56 100,0

Statistics

STH

N Valid 53

Missing 3

STH

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid infeksius 23 41,1 43,4 43,4

non-infeksius 30 53,6 56,6 100,0

Total 53 94,6 100,0

Missing System 3 5,4


(4)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

STH * statusgizi

53 94,6% 3 5,4% 56 100,0%

STH * statusgizi Crosstabulation

Count

statusgizi

Total

underweight non-underweight

STH infeksius 4 19 23

non-infeksius 3 27 30

Total 7 46 53

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson

Chi-Square

.620a 1 ,431

Continuity Correctionb

,143 1 ,705

Likelihood Ratio

,615 1 ,433

Fisher's

Exact Test

,451 ,349

Linear-by-Linear Association

,609 1 ,435

N of Valid Cases

53


(5)

LAMPIRAN VIII

Gambar : Mempersiapkan sampel tinja


(6)

Gambar : Telur Ascaris