Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

BAB II
PENGELOLAAN TRANSPORTASI UMUM BERBASIS APLIKASI
ONLINE
D. Aspek Hukum Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online

Pasal 47 ayat (1) UU LLAJ membagi kendaraan menjadi kendaraan
bermotor dan kendaraan

tidak

bermotor,

kemudian

pada Pasal

47

ayat

(2), kendaraan bermotor dibagi lagi menjadi sepeda motor, mobil penumpang,

mobil bus, mobil barang dan kendaraan khusus, kendaraan bermotor ada yang
perseorangan dan ada juga kendaraan bermotor umum.19
Berdasarkan Pasal

1

poin

ke-10

UU

LLAJ, kendaraan

bermotor

umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang
dan/atau orang dengan dipungut bayaran, ojek sendiri merupakan jasa transportasi
menggunakan


sepeda

motor

dan

dengan

dipungut

bayaran,

dengan

membandingkan dua hal di atas maka seharusnya dapatlah kita simpulkan
bahwa Ojek merupakan kendaraan bermotor umum.
Akan tetapi, permasalahan utamanya justru terletak pada kendaraan itu
sendiri, yaitu sepeda motor. Sepeda motor dinilai tidak sesuai dengan angkutan
perkotaan di jalan-jalan utama. Bahkan ojek tidak termasuk dalam angkutan
umum yang terdapat dalam UU No 22 Tahun 2009 (menurut Djoko Setijowarno,

Pengamat Transportasi Universitas Atma Jaya). 20
Pendapat dari Djoko Soetijowarno tidaklah salah, namun juga tidak benar
seluruhnya. UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

19

Republik Indonesia, Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan, Bab VII Pasal 47 angka 1 dan angka 2
20
http://www.sindikat.co.id/blog/gojek-tidak-sesuai-dengan-peraturan-ilegal-kah, (diakses
23 juni 2016)

Universitas Sumatera Utara

memang tidak menyebutkan dengan jelas bahwa sepeda motor termasuk
kendaraan bermotor umum, tetapi dalam UU tersebut juga tidak terdapat larangan
mengenai penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan bermotor umum.
Contohnya yaitu Pasal 137 ayat (2), “Angkutan orang yang menggunakan
kendaraan bermotor berupa sepeda motor, mobil penumpang, atau bus.21
Peraturan Pemerintah (PP) No 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan juga

tidak disebutkan dengan jelas mengenai penggunaan sepeda motor sebagai
kendaraan umum untuk mengangkut orang. Pasal 10 ayat (4) PP No. 74 Tahun
2014 hanya menjelaskan teknis sepeda motor sebagai angkutan barang. Jadi,
belum ada peraturan yang mengatur secara jelas mengenai keberadaan Ojek,
khususnya Gojek yang dianggap melanggar peraturan angkutan orang.
Ojek, telah ada di masyarakat Indonesia sejak lama dan pada hakekatnya
merupakan sebuah usaha perorangan dari tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Keberadaan PT Gojek sendiri ialah memberikan fasilitas berupa
aplikasi Gojek, jaket dan helm yang memudahkan tukang ojek dalam
melangsungkan usahanya. Dalam situsnya, www.go-jek.com, mereka sendiri
menyatakan bahwa “Gojek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin
revolusi industri transportasi Ojek” 22 . Gojek bermitra dengan para pengendara
ojek yang telah berpengalaman untuk menjalankan usahanya. Oleh karena itu, jika
di cermati, keberadaan Ojek dan PT Gojek sesungguhnya merupakan 2 hal yang
berbeda, driver Gojek tidak menerima perintah kerja dari PT Gojek, tetapi dari
pelanggan ojek dan dikerjakan secara pribadi seperti halnya tukang ojek pada
umumnya.
21

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan, Pasal 137
22
http://katadata.co.id/telaah/2015/07/28/teknologi-informasi-yang-mengubah-bisnis-ojek,
(diakses 23 Juni 2016)

Universitas Sumatera Utara

Hubungan kerja yang ada antara PT Gojek dan Driver Gojek bukanlah
hubungan buruh dan majikannya sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1601
dan Pasal 1602 KUHPerdata.
Saat ini PT Gojek juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan(SIUP)
sebagaimana yang diamanatkan oleh peraturan menteri perdagangan. Sehingga,
Gojek pun juga turut membayar pajak pada pemerintah sejak awal tahun ini.
Kekhawatiran mungkin timbul karena begitu banyaknya Driver Gojek dan
mereka menggunakan kendaraannya sendiri (tidak disediakan oleh Gojek).
Dengan demikian PT Gojek sebenernya tidak menyelenggarakan jasa transportasi.
Pasal 201 ayat (2) UU No 22 Tahun 2009 menyebutkan, “Kendaraan Bermotor
Umum harus dilengkapi dengan alat pemberi informasi untuk memudahkan
pendeteksian kejadian kejahatan di Kendaraan Bermotor.”23, driver Gojek dibekali
dengan smartphone, dan dalam aplikasi Gojek itu sendiri terdapat GPS yang

melacak keberadaan Driver, sehingga ketentuan Pasal 201 ayat (2) telah
terpenuhi.24
Di samping itu, proses seleksi dan penerimaan Driver Gojek juga telah
meliputi wawancara, pemeriksaan fisik motor, serta adanya pelatihan bagi Driver
itu sendiri, keberadaan Gojek telah menolong menyejahterakan tukang-tukang
ojek yang berpenghasilan tidak tetap dan juga memberikan kemudahan serta tarif
angkutan yang terjangkau bagi para pelanggan. Bahkan apabila ojek ternyata di
regulasi oleh pemerintah, harga yang akan dibayarkan oleh konsumen akan
menjadi lebih tinggi. Karena motor perlu di sertifikasi, pengendara perlu di uji,

23

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan, Pasal 201
24
http://www.sindikat.co.id/blog/gojek-tidak-sesuai-dengan-peraturan-ilegal-kah, (diakses
23 Juni 2016)

Universitas Sumatera Utara


perlu pemeriksaan rutin berkala (rem, mesin motor, ban) serta aspek keselamatan,
keamanan dan kenyamanan sepeda motor).
Sekalipun Gojek belum memiliki pengaturan yang jelas, perusahaan ini
tetap diijinkan berjalan, karena dampak positif yang ditimbulkannya sangat besar.
Walaupun sempat diberitakan soal adanya larangan bagi taksi dan ojek online
namun transportasi umum berbasis aplikasi online dinyatakan tetap dapat
beroperasi oleh Menteri Perhubungan seperti yang tertuang dalam Surat Nomor
UM.302/1/21/Phb/2015. Surat ini ditandatangani oleh Menteri Perhubungan
Ignasius Jonan, tertanggal 9 November 2015. Selain ditujukan kepada Kepolisian
RI, surat ini juga ditembuskan kepada Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum dan Kemanaan Republik Indonesia, Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, serta Gubernur, Kapolda, Korlantas, Dirjen Perhubungan Darat
dan Ketua Umum DPP Organda, akan tetapi kemudian Ignasius Jonan
membatalkan surat tersebut dan menyatakan bahwa jasa transportasi online dan
layanan sejenisnya dipersilakan untuk beroperasi sebagai solusi sampai
transportasi publik dapat terpenuhi dengan layak. 25
Jika

dicermati


dari

isi

surat

ini,

sebenarnya

surat

tersebut

berisikan pemberitahuan kepada instansi-instansi yang disebutkan di atas bahwa
taksi maupun ojek online dinilai tidak memenuhi ketentuan sebagai angkutan
umum karena tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (“UU LLAJ”) dan Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan (“PP 74/2014”).


25

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56739f735626d/apakah-perusahaanaplikasi-ojek-harus-berizin-perusahaan-angkutan-umum, (diakses 23 Juni 2016)

Universitas Sumatera Utara

Oleh karenanya, Menteri Perhubungan meminta segenap instansi terkait
tersebut untuk mengambil langkah-langkah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Jadi, sifatnya adalah pemberitahuan dan imbauan. Dalam artikel Jonan:
Kemenhub Tak Bermaksud Melarang Ojek Online yang diakses dari laman portal
berita Suara.com

26

, Jonan menegaskan Kementerian Perhubungan hanya

mengeluarkan surat imbauan, bukan larangan.
perusahaan penyedia aplikasi jasa ojek berbasis online ini menggunakan
teknologi aplikasi sebagai salah satu cara transaksi dalam rangka memberikan
kemudahan akses bagi konsumen. Pertanyaannya adalah, apakah perusahaan
teknologi aplikasi seperti ojek online itu harus memiliki izin khusus untuk industri

yang disupportnya, seperti izin perusahaan angkutan?
Advokat Bimo Prasetio dalam sebuah tulisan Peran Pemerintah dalam
mengatur bisnis

jasa

berbasis

teknologi

aplikasi yang

dimuat di

laman strategihukum.net yang dia kelola, berpendapat, model bisnis dan regulasi
dalam satu industri yang akan menentukan apakah perusahaan teknologi aplikasi
seperti ojek online itu harus memiliki izin khusus dari instansi terkait industri
yang disupportnya atau tidak.27
Prinsip dan praktiknya dalam skema jual beli yang terjadi melalui
teknologi aplikasi dibagi menjadi 2 (dua) jalur:

1.

2.

Transaksi Langsung, konsumen langsung memesan Barang dan Jasa kepada
Pelaku Usaha Penyedia melalui teknologi aplikasi, dan barang dan jasa
disediakan langsung dari Penyedia.Contoh: Pemesanan tiket film bioskop
melalui aplikasi Cineplex 21 ke Cineplex 21, Pemesanan Pizza melalui
aplikasi Domino‟s Pizza ke Domino‟s Pizza.
Transaksi melalui Penghubung, Konsumen memesan Barang dan Jasa kepada
Pelaku Usaha yang menyediakan jasa penghubung, kemudian Pelaku Usaha
26

http://www.suara.com/news/2015/12/18/121801/jonan-kemenhub-tak-bermaksudmelarang-ojek-online, (diakses 20 Mei 2016)
27
http://strategihukum.net/peran-pemerintah-dalam-mengatur-bisnis-jasa-berbasisteknologi-aplikasi (diakses 27 April 2016)

Universitas Sumatera Utara

tersebut melakukan pemesanan kepada Pelaku Usaha Penyedia yang cocok
dengan pesanan Konsumen. Selanjutnya, Penyedia barang dan jasa yang akan
menyerahkan barang dan jasa kepada Konsumen yang melakukan pemesanan
di awal. Contoh: Pemesanan taksi Express yang bekerjasama dengan
perusahaan Grabtaxi melalui aplikasi Grabtaxi, Pemesanan Baju merek
Mango melalui aplikasi Zalora yang melakukan usaha retail Baju merek
Mango.
Sementara, pelaku usaha penghubung seperti Go-Jek menyatakan dalam
situs Go-Jek (Terms of Use Pasal 1.5) dan dalam artikel Gojek Bukan Perusahaan
Transportasi Umum bahwa mereka adalah “Perusahaan Teknologi” yang tidak
diwajibkan untuk memiliki izin usaha transportasi yang mereka hubungkan.
Bimo juga menjelaskan bahwa selaku pelaku usaha penghubung, operator
teknologi aplikasi tidak perlu memiliki izin untuk memperdagangkan barang dan
jasa yang ia hubungkan melalui teknologi aplikasi. Hal ini mengingat tanggung
jawab atas perdagangan barang dan jasa tersebut ada pada produsen barang dan
jasa. Sebagai ilustrasi, Agoda tidak perlu memiliki izin usaha perhotelan, namun
hotel yang dipesan melalui Agoda, harus memiliki izin usaha perhotelan.28
Menjawab

pertanyaan

di

atas,

jika

memang

perusahaan

yang

menyediakan aplikasi jasa ojek online sebagai pelaku usaha penghubung seperti
Go-Jek ini adalah perusahaan teknologi, maka sebetulnya ia tidak wajib memiliki
izin

usaha

seperti

perusahaan

angkutan

umum,

sebaliknya,

jika

perusahaan penyedia aplikasi itu menghendaki menjadi perusahaan angkutan
umum, maka ia wajib memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam UU LLAJ
dan PP Angkutan Jalan sebagaimana diwajibkan pemerintah.

28

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56739f735626d/apakah-perusahaanaplikasi-ojek-harus-berizin-perusahaan-angkutan-umum, (diakses 24 Juni 2016)

Universitas Sumatera Utara

Terlebih dahulu, perlu diketahui arti perusahaan angkutan umum
sebagaimana disebut dalam Pasal 1 angka 21 UU LLAJ dan Pasal 1 angka 13 PP
74/2014:
Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa
Angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum.
Syarat utama adalah berbadan hukum. Sebagai perusahaan angkutan
umum, maka Perusahaan Angkutan Umum yang menyelenggarakan angkutan
orang dan/atau barang wajib memiliki:29
1.

izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

2.

izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/ atau

3.

izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat
Berikut ketentuan-ketentuan yang wajib dipatuhi perusahaan angkutan

umum atau penyedia jasa angkutan umum, antara lain:
1.

2.

3.
4.

Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara,
badan, usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal
yang meliput keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan,
kesetaraan dan keteraturan, yang ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang
diberikan.
Tanda nomor kendaraan bermotor umum adalah dasar kuning, tulisan hitam.
Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan Angkutan orang baik dalam
Trayek maupun tidak dalam trayek adalah menggunakan Mobil Penumpang
Umum & Mobil Bus Umum
Pembangunan hukum tidak hanya menambah peraturan baru atau merubah

peraturan lama dengan peraturan baru tetapi juga harus dapat memberikan
kepastian dan perlindungan hukum bagi semua pihak yang terkait dengan sistem
transportasi terutama pengguna jasa transportasi. Mengingat penting dan

29

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan, Pasal 1 Angka 21

Universitas Sumatera Utara

strategisnya peran lalu-lintas dan angkutan jalan yang menguasai hajat hidup
orang banyak serta sangat penting bagi seluruh masyarakat, maka pembangunan
dan pengembangan prasarana dan sarana pengangkutan perlu di tata dan
dikembangkan dalam sistem terpadu30
Penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan juga perlu dilakukan secara
berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas jangkauan dan
pelayanannya kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan kepentingan
umum,

kemampuan masyarakat,

kelestarian lingkungan,

dan

ketertiban

masyarakat dalam penyelenggaraan lalu dan kepentingan masyarakat umum
sebagai pengguna jasa transportasi perlu mendapatkan prioritas dan pelayanan
yang optimal baik dari pemerintah maupun penyedia jasa transportasi, disamping
itu perlindungan hukum atas hak-hak masyarakat sebagai konsumen transportasi
juga harus mendapatkan kepastian.
Pembahasan pembangunan aspek hukum transportasi tidak terlepas dari
efektivitas hukum pengangkutan itu sendiri. Pengangkutan di Indonesia diatur
dalam KUH Perdata pada Buku Ketiga tentang perikatan, kemudian dalam KUH
Dagang pada Buku II titel ke V 31 . Selain itu pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan di bidang transportasi darat yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai pengganti undangundang lalu lintas angkutan jalan (yang selanjutnya disingkat dengan UULLAJ),
serta Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan yang
masih tetap berlaku meskipun PP No. 41 Tahun 1993 merupakan peraturan
pelaksanaan dari UU No. 14 tahun 1992 dikarenakan disebutkan dalam Pasal 324
30

Suwardjoko Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan , (Bandung: Penerbit
Institut Teknologi Bandung, 2002), hlm.13.
31
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25388/4/Chapter%20I.pdf (diakses 4
April 2016)

Universitas Sumatera Utara

UU No. 22 Tahun 2009 bahwa : Pada saat UU LLAJ ini mulai berlaku, semua
peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480)
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan
yang baru berdasarkan Undang-Undang ini. Pasal 2 dan pasal 3 UULLAJ
mengatur asas dan tujuan pengangkutan. Adapun Asas penyelenggaraan lalu lintas
adalah diatur dalam Pasal 2 UULLAJ yakni 32:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

asas transparan;
asas akuntabel;
asas berkelanjutan;
asas partisipatif;
asas bermanfaat;
asas efisien dan efektif;
asas seimbang;
asas terpadu; dan
asas mandiri.
Sedangkan Pasal 3 UULLAJ menyebutkan mengenai tujuan dari Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan yakni:33
1.

Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat,
tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong
perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat
bangsa;
2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Menurut Pasal 4 UULLAJ dinyatakan undang-undang ini berlaku untuk
membina dan menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yangaman,
selamat, tertib, dan lancar melalui:34
a. Kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang di Jalan;
b. Kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan

32

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan, Pasal 2
33
34

Ibid, Pasal 3
Ibid, Pasal 4

Universitas Sumatera Utara

c.

Kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi Kendaraan
Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu lintas, Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, serta penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.

Demikian juga dalam Pasal 9 UULLAJ tentang Tata Cara Berlalu Lintas
bagi pengemudi kendaraan bermotor umum serta Pasal 141 UULAJ tentang
standar pelayanan angkutan orang dan masih banyak pasal-pasal lainnya yang
terkait dengan adanya upaya memberikan penyelenggaraan jasa angkutan bagi
pengguna jasa atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pemakai jasa
angkutan. Dengan berlakunya UU LLAJ tersebut diharapkan dapat membantu
mewujudkan

kepastian

hukum

bagi

pihak-pihak

yang

terkait

dengan

penyelenggaraan jasa angkutan, baik itu pengusaha angkutan, pekerja (sopir/
pengemudi) serta penumpang. Secara operasional kegiatan penyelenggaraan
pengangkutan dilakukan oleh pengemudi atau sopir angkutan dimana pengemudi
merupakan

pihak

yang

mengikatkan

diti

untuk

menjalankan

kegiatan

pengangkutan atas perintah pengusaha angkutan atau pengangkut.
Pengemudi dalam menjalankan tugasnya mempunyai tanggung jawab
untuk dapat melaksanakan kewajibannya yaitu mengangkut penumpang sampai
pada tempat tujuan yang telah disepakati dengan selamat, artinya dalam proses
pemindahan tersebut dari satu tempat ke tempat tujuan dapat berlangsung tanpa
hambatan dan penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya, luka,
sakit maupun meninggal dunia. Sehingga tujuan pengangkutan dapat terlaksana
dengan lancar dan sesuai dengan nilai guna masyarakat35

35

http://apbisma.blogspot.co.id/2014/04/perlindungan-hukum-terhadap-penumpang.html
(diakses 26 April 2016)

Universitas Sumatera Utara

Transportasi umum berbasis aplikasi online merupakan suatu fenomena
baru dalam transportasi Indonesia, perkembangan teknologi turut berpengaruh
pada sistem transportasi dewasa ini, jenis transportasi ini memberikan kemudahan
berupa kemudahan untuk memesan jasa transportasi umum yang diinginkan
(mobil, motor dan pesawat), dari pemesanan itu pengguna layanan juga dapat
mengetahui lokasi armada terdekat yang akan menjemputnya dan biasanya biaya
yang ditawarkan relatif murah dibandingkan transportasi umum konvensional.
Bahkan ada penyedia layanan transportasi umum berbasis aplikasi online yang
memiliki kelebihan berbelanja kebutuhan rumah tangga sehingga pengguna
layanan tidak lagi harus beranjak dari tempat duduk hanya untuk berbelanja
kebutuhan sehari-hari, semua penggunaan fitur diatas hanya semudah menekan
layar smartphone saja.
Penggunaan

transportasi

umum

berbasis

aplikasi

online

pada

perkembangannya juga menuai banyak kecaman dan protes dari penyedia layanan
transportasi konvensional serta beberapa pihak terkait. Menurut penyedia layanan
transportasi umum konvensional dianggap illegal, secara garis besar beberapa
transportasi umum berbasis aplikasi online bertentangan dengan peraturan yang
ada di Indonesia, antara lain dalam Pasal 139 Ayat (4) UU LLAJ, yang
berbunyi36:
“Penyediaan jasa transportasi umum dilaksanakan oleh badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Serta melanggar Pasal 173 ayat (1) UU LLAJ, yakni 37 :
36

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan, Pasal 139 Ayat (4)
37
Ibid, Pasal 174 ayat (1)

Universitas Sumatera Utara

“Perusahaan Transportasi umum yang meyelenggarakan angkutan orang
dan/atau barang wajib memiliki :
1.

Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

2.

Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/ atau

3.

Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.
Perusahaan transportasi umum online wajib memenuhi standar pelayanan

minimal yang meliputi keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan,
kesetaraan dan keteraturan, yang ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang
diberikan (Pasal 141 UU LLAJ), Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 28
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas PM No.46 Tahun 2014 tentang SPM
Angkutan Orang dengan Kend. Bermotor Umum Tidak dalam Trayek; Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2015 tentang Peruubahan atas PM
No. 98 Tahun 2013 tentang SPM Angkutan Orang dengan Kend. Bermotor
Umum dalam Trayek.38
Sebagaimana menurut Pasal 139 Ayat (4) diatas bahwasannya dalam
menjalankan usaha transportasi umum online, driver haruslah berbentuk badan
usaha, baik badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah
(BUMD) dan atau badan hukum lain (PT, Yayasan dan Koperasi), beberapa
perusahaan Transportasi umum berbasis aplikasi online (Go-jek, Grabbike, dan
Grabtaxi) sudah berbentuk badan hukum PT, namun perusahaan tersebut adalah
perusahaan dibidang penyedia aplikasi dan bukan perusahaan penyedia
transportasi umum,39 bentuk perusahaan ini lebih berfokus sebagai penjembatan
yang menghubungkan antara pemilik transportasi umum dengan pengguna yang
38

http://jdih.dephub.go.id/index.php/produk_hukum/view/VUUwZ01qa2dWRUZJVl
U0Z01qQXhOUT09 (diakses 27 April 2016)
39
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56739f735626d/apakah-perusahaanaplikasi-ojek-harus-berizin-perusahaan-angkutan-umum (diakses 26 april 2016)

Universitas Sumatera Utara

membutuhkan transportasi sehingga perusahaan transportasi umum berbasis
aplikasi online dinilai ilegal karena perusahan tersebut pada dasarnya merupakan
perusahaan penyedia aplikasi namun pada operasionalnya bergerak dalam bidang
transportasi umum, Dan tidak berbadan hukum sebagai penyedia transportasi
umum sehingga transportasi umum berbasis aplikasi online berada di zona abuabu.
Menurut pengamat tata kota Nirwono joga dari Universitas Trisakti,
menyarankan agar perusahaan peranti lunak yang memberi layanan transportasi
tidak mengubah haluan tipe bisnis menjadi perusahaan transportasi,40 selain itu
driver transportasi umum online juga harus mematuhi Pasal 173 Ayat (1) UU

LLAJ, dimana ada beberapa izin-izin yang harus dimiliki dalam menjalankan
usahanya, serta harus mengikuti uji kelayakan, Perusahaan transportasi umum
berbasis aplikasi online juga wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang
meliputi keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan
keteraturan.
Dari penjelasan diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa Perusahaan
transportasi umum berbasis aplikasi online adalah legal, karena perusahaan ini
sedari

awal

hanya

merupakan

perusahaan

penyedia

aplikasi

yang

menghubungkan antara drive transportasi umum dengan konsumen pengguna
layanan transportasi umum berbasis aplikasi online, lebih lanjut perusahaan gojek
juga menyatakan perusahaannya adalah perusahaan yang hanya bersifat
penghubung yang berorientasi perusahaan teknologi sesuai pada term of use
Gojek Pasal 1.5 menyatakan bahwa41 :
40

http://www.arah.com/article/898/transportasi-online-boleh-jalan-jika-mendirikankoperasi.html (diakses 27 April 2016)
41
http://www.go-jek.com/terms (Diakses 20 April 2016)

Universitas Sumatera Utara

“Untuk menghindari keragu-raguan, kami adalah perusahaan teknologi,
bukan perusahaan transportasi atau kurir dan kami tidak memberikan
layanan transportasi atau kurir. Kami tidak mempekerjakan penyedia
layanan. Aplikasi ini hanya merupakan sarana untuk memudahkan
pencarian atas layanan. Adalah tergantung pada penyedia layanan untuk
menawarkan layanan kepada anda dan tergantung pada anda apakah anda
akan menerima tawaran layanan dari penyedia layanan”.
Kedudukan driver hanyalah sebagai mitra dalam operasional transportasi
umum online. Masyarakat awam umumnya menganggap bahwa para driver
aplikasi online mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan penyedia aplikasi.
Alasannya beragam, mulai dari adanya kewajiban driver menjaminkan surat
berharga seperti ijazah saat awal mendaftar hingga masalah upah atau asuransi
yang diberikan kepada para driver .
Pandangan seperti itu tidak seluruhnya salah. Karena pada praktiknya
banyak pekerja yang memang diminta perusahaan untuk menitipkan ijazahnya
sebelum memulai bekerja. Apalagi soal asuransi dan upah yang lazim dan
semestinya diberikan kepada pekerja. Dari sisi hukum, untuk melihat ada tidaknya
hubungan kerja, tidak hanya bisa dilihat dari ada tidaknya kewajiban penitipan
ijazah, upah dan asuransi seperti di atas.
Undang-Undang

Nomor

13

Tahun

2003

tentang

Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UU Ketenagakerjaan) sebenarnya sudah
memberi rambu-rambu untuk melihat ada tidaknya suatu hubungan kerja.
Menentukan ada tidaknya hubungan kerja ini penting untuk melihat apakah ada
hubungan „pekerja dan pengusaha‟ di sana. Kalau tidak ada hubungan kerja,
berarti tidak ada istilah pekerja dan pengusaha. Yang ada hanyalah mitra.
Undang-undang ketenagakerjaan mendefinisikan hubungan kerja sebagai
hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,
yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Dari pengertian itu terlihat

Universitas Sumatera Utara

tiga unsur hubungan kerja, yaitu pekerjaan, upah dan perintah. Namun bagian
Penjelasan UU Ketenagakerjaan tidak menjelaskan lebih jauh dan detil dari unsurunsur hubungan kerja tersebut.
Tidak adanya penjelasan lebih jauh mengenai unsur-unsur hubungan kerja
tersebut membuat setiap pihak memiliki penafsirannya masing-masing. Ini
misalnya terlihat dalam kasus antara puluhan sopir dan sebuah perusahaan di
bidang transportasi angkutan pelabuhan tanjung perak Surabaya, pada kasus
tersebut, para sopir berdalih memiliki hubungan kerja karena unsur-unsurnya
terpenuhi. Adanya pekerjaan berupa mengemudikan truk dan container ke tujuan
yang telah ditunjuk perusahaan, upah berupa gaji pokok setiap bulan dan perintah
berupa kewajiban untuk mengantar barang sampai tujuan. Sementara perusahaan
berpendapat sebaliknya 42 . Tidak ada pekerjaan karena pekerjaan digantungkan
pada order pengiriman dari customer perusahaan, tidak ada upah karena
pendapatan sopir dihitung dengan komisi dan diterima setelah selesai mengirim
barang dan tidak ada perintah karena yang memerintah adalah customer/pengguna
jasa pengiriman.
Oleh karena peraturan di bidang ketenagakerjaan tidak menjelaskan lebih
lanjut unsur hubungan kerja, maka penting untuk melihat bagaimana pandangan
pengadilan terhadap ketiga unsur tersebut. Pada putusan Mahkamah Agung
Nomor 841 K/Pdt.Sus/2009 dalam perkara antara sopir taksi dan perusahaan taksi
misalnya. Dalam perkara tersebut MA menyatakan tidak ada unsur upah karena
para sopir taksi hanya menerima komisi/persentase. Selain itu, tidak ada unsur
perintah karena sopir taksi diberi kebebasan mencari penumpangnya sendiri 43.
42

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50924dbf2ad1f/status-hubunganpengojek-dan-perusahaan-aplikasi-layanan-ojek (diakses 26 april 2016)
43
Ibid

Universitas Sumatera Utara

Sebaliknya, pada putusan Mahkamah Agung Nomor 276 K/Pdt.Sus/2013
dalam perkara antara perusahaan di bidang logistik dan sopir. Dalam perkara itu
MA mengamini putusan tingkat sebelumnya yang menyatakan ada hubungan
kerja antara perusahaan dan sopir tersebut. Alasannya adalah adanya unsur
pekerjaan karena sopir hanya mengangkut muatan yang disediakan perusahaan.
Bukan disediakan/dicari sendiri oleh sopir.
Dari dua putusan Mahkamah Agung di atas dapat ditarik kesimpulan
mengenai unsur-unsur hubungan kerja sebagai berikut:
1.
2.

3.

Pekerjaan: unsur ini terpenuhi jika pekerja hanya melaksanakan pekerjaan
yang sudah diberikan perusahaan.
Upah: unsur ini terpenuhi jika pekerja menerima kompensasi berupa uang
tertentu yang besar jumlahnya tetap dalam periode tertentu. Bukan
berdasarkan komisi/persentase.
Perintah: unsur ini terpenuhi jika pemberi perintah kerja adalah perusahaan.
Bukan atas inisiatif pekerja.
Berdasarkan

sumber

pemberitaan

media,

para

driver

ini

tidak

mendapatkan gaji dari perusahaan aplikasi. Justru para driver harus membagi 10
hingga 20 persen pendapatannya ke perusahaan. Berapa pendapatan driver
tergantung seberapa banyak penumpang yang bisa ia antar. Perintah mengantar
penumpang juga tidak datang dari perusahaan, melainkan dari penumpang dan
tentu atas kesediaan driver . Dalam kondisi itu terlihat tidak ada unsur hubungan
kerja pada relasi driver dan perusahaan penyedia aplikasi.44
Dengan demikian maka disimpulkan tidak ada hubungan kerja antara
driver dan perusahaan penyedia aplikasi. Driver dan perusahaan penyedia aplikasi

hanyalah bersifat mitra dan berdiri sendiri tanpa ada hubungan kerja

44

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50924dbf2ad1f/status-hubunganpengojek-dan-perusahaan-aplikasi-layanan-ojek#_ftn2 (diakses 20 April 2016)

Universitas Sumatera Utara

Driver yang bermitra dengan perusahaan aplikasi inilah yang sesunguhnya

ilegal dikarenakan berdiri sendiri-sendiri tanpa ada berbentuk badan hukum
dikarenakan driver adalah sebagai pelaku transportasi umum tersebut. Para driver
ini dapat menjadi legal apabila mereka mau bersatu dan membentuk badan hukum
seperti koperasi. Para driver yang bersatu dalam badan hukum koperasi ini akan
dinilai legal dimata hukum karena sudah sesuai dengan ketentuan pasal 173 ayat
(1) UU LLAJ, sehingga dalam kegiatan operasionalnya transportasi umum
berbasis aplikasi online tunduk dengan semua ketentuan yang ada dalam UU
LLAJ

E. Pengelolaan Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online
Pada pengelolaan transportasi umum berbasis aplikasi online terdapat 3
bagian penting, yaitu :
1.

Penyedia aplikasi (Penyelenggara sistem elektronik)
Menurut pasal 1 ayat 6 UU ITE menyatakan bahwa Penyelenggaraan

Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara
negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat

45

. Penyedia aplikasi

transportasi umum berbasis aplikasi online merupakan penyelenggara sistem
elektronik sebagai penghubung antara driver kendaraan dengan para pengguna
layanan, yang juga merupakan inti dari keberlangsungnya transportasi umum
berbasis aplikasi online, sebagai penyedia aplikasi memiliki peranan kunci dalam
keberhasilan sistem transportasi umum berbasis aplikasi online, dikarenakan
penyedia layanan aplikasi merupakan penghubung antara supply and demand

45

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, Pasal 1 ayat 6

Universitas Sumatera Utara

(permintaan dan penawaran) yakni Penyedia armada transportasi umum dengan
para pengguna, serta pengelola dari sistem elektronik.
Penyedia aplikasi transportasi umum berbasis aplikasi online selaku
penyelengara sistem elektronik memiliki tanggung jawab yang diatur Dalam pasal
15 UU ITE, yang berbunyi 46:
(1) Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan
Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab
terhadap beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana mestinya.
(2) Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap
Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam
hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau
kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik.
Memperhatikan uraian sebagaimana tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa
Penyedia aplikasi transportasi umum berbasis aplikasi online bertanggung jawab
terhadap kesalahan yang diakibatkan oleh perusahaan sehingga merugikan
pengguna transportsi umum berbasis aplikasi online, selain itu penyedia aplikasi
transportasi umum berbasis aplikasi online harus mematuhi persyaratan minimum
dalam menegelola usahanya sebagaimana yang diatur dalam pasal 16 UU ITE,
yakni47
(1) Sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang tersendiri, setiap
Penyelenggara Sistem Elektronik wajib mengoperasikan Sistem Elektronik
yang memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:

46
47

Ibid, Pasal 15
Ibid, pasal 16

Universitas Sumatera Utara

a. dapat menampilkan kembali Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan
dengan Peraturan Perundang-undangan;
b. dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan,
dan keteraksesan Informasi Elektronik dalam Penyelenggaraan Sistem
Elektronik tersebut;
c. dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam
Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;
d. dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan
bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang
bersangkutan dengan Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut; dan
e. memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan,
kejelasan, dan kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB V
Penyelengara sistem elektronik wajib melindungi data-data terkait
pengguna layanan dan mengelola sistem elektronik sebaik mungkin sehingga
data-data pengguna layanan transportasi umum berbasis aplikasi online tidak
berpindah tangan atau berubah bentuknya.
Dalam perkembangannya, Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan
bagian dari pengendalian internal aplikasi transportasi umum online yang meliputi
pengelolaan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh manajemen untuk
memecahkan masalah bisnis, seperti biaya produksi, layanan, atau suatu strategi
bisnis. SIM dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan

Universitas Sumatera Utara

untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas
operasional transportasi umum online. Secara akademis, istilah ini umumnya
digunakan untuk merujuk

pada

kelompok metode

manajemen informasi

yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan,
misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi
eksekutif.
Perkembangan sistem informasi manajemen telah menyebabkan terjadinya
perubahan yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh manajemen baik pada tingkat operasional (pelaksana teknis)
maupun pimpinan pada semua jenjang. Upaya

penyedia aplikasi transportasi

umum online dalam menghasilkan informasi yang handal harus dilakukan
dengan mengembangkan Sistem Informasi Manajemen. Sistem Informasi
Manajemen mencerminkan kemampuan perusahaan transportasi umum online
dalam mengelola informasi berbasis komputer secara

menyeluruh dan

terkoordinasi yang mampu mentransformasikan data menjadi informasi lewat
serangkaian cara yang dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan
dalam menjalankan aktivitasnya. Peran manajemen menjadi sangat penting dalam
menghasilkan informasi, terkait pemetaan kebutuhan informasi, penentuan jenis
dan kualifikasi informasi, dan penggunaan informasi tersebut yang didasarkan
kepada “core business” dan tujuan perusahaan. Dengan kata lain, Sistem
Informasi Manajemen memiliki cakupan lebih luas dari teknologi informasi yang
merupakan bagian dari Sistem Informasi Manajemen.
Tujuan SIM, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga
pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan penyedia aplikasi
transportasi umum online.
b. Menyediakan

informasi

yang dipergunakan

dalam

perencanaan,

pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
c. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah sistem informasi
melakukan pemrosesan data
informasi.

Menurut

dan

O‟brien, SIM

kemudian
merupakan

mengubahnya
kombinasi

yang

menjadi
teratur

antara people, hardware, software, communication network dan data resources
(kelima unsur ini disebut komponen sistem informasi) yang mengumpulkan,
merubah dan menyebarkan informasi dalam organisasi., dalam SIM terdapat
database dan prosedur pelaksanaan sistem manajemen perusahaan dan tentunya,
petugas yang mengoperasikan semua sistem tersebut48. Terdapat 3 peran utama
sistem informasi dalam bisnis yaitu49 :
a. Mendukung proses bisnis dan operasional.
b. Mendukung pengambilan keputusan.
c. Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif.
Peranan sistem informasi manajemen dalam bisnis transportasi umum
berbasis aplikasi online
Sistem informasi mempunyai 3 tugas utama dalam sebuah organisasi, yaitu 50:
a.

Mendukung Operasi Bisnis .

48

http://www.kembar.pro/2016/01/pengertian-fungsi-dan-contoh-sistem-informasimanajemen.html (diakses 8 April 2016)
49
http://sitirahmaprawitisari.blogspot.co.id/p/pengantar-sim.html (diakses 20 April 2016)
50
http://www.slideshare.net/jelitawidyastuti/peranan-sistem-informasi-manajemen-padagojek (diakses 26 April 2016)

Universitas Sumatera Utara

b.

Mendukung Pengambilan Keputusan Managerial.

c.

Mendukung Keunggulan Strategis.
Beberapa sistem informasi dapat diklasifikasikan sebagai sistem informasi

operasi atau manajemen, sementara yang lainnya menjalankan berbagai macam
fungsi, yaitu :
a.

Peranan Proses Bisnis Dan Operasional
Peranan sistem informasi untuk operasi bisnis adalah untuk memproses

transaksi bisnis, mengontrol proses industrial, dan mendukung komunikasi
serta produktivitas kantor secara efisien.
1) Transaction Processing Systems (TPS), TPS berkembang dari sistem
informasi manual untuk sistem proses data dengan bantuan mesin
menjadi sistem proses data elektronik ( electronic data processing
systems). TPS mencatat dan memproses data hasil dari transaksi

bisnis,

seperti

penjualan, pembelian,

dan

perubahan

persediaan/inventori. TPS menghasilkan berbagai informasi produk
untuk penggunaan internal maupun eksternal. Sebagai contoh, TPS
membuat pernyataan konsumen, cek gaji
penjualan,

order pembelian,

karyawan,

formulir pajak,

kuitansi

dan rekening

keuangan.
2) Process Control Systems (PCS), Sistem

informasi

operasi

secara rutin membuat keputusan yang mengendalikan proses
operasional, seperti keputusan pengendalian produksi. Hal ini
melibatkan

process

control

systems

(PCS)

yang

keputusannya mengatur proses produksi fisik yang secara otomatis

Universitas Sumatera Utara

dibuat oleh komputer. Kilang minyak petroleum dan assembly
lines dari pabrik-pabrik yang otomatis menggunakan sistem ini.
3) Office Automation Systems (OAS), OAS

mengumpulkan,

memproses, menyimpan, dan mengirim data dan informasi
dalam bentuk komunikasi kantor elektronik. Contoh dari office
automation (OA) adalah word processing, surat elektronik.
Electronic mail, teleconferencing, dan lain-lain.

b. Peranan Pengambilan Keputusan
Sistem

Informasi

Manajemen

menyediakan

informasi

untuk

mendukung pengambilan keputusan manajemen. Sistem ini terdiri atas beberapa
tipe, yaitu:
1) Laporan spesifikasi dan rencana awal untuk para manajer dikerjakan
oleh information reporting systems (Sistem pelaporan informasi).
2) Dukungan ad hoc dan interaktif untuk pengambilan keputusan oleh
manajer

dikerjakan

oleh decision

support

systems (sistem

pendukung keputusan).
3) Informasi kritikal untuk manajemen atas ditetapkan oleh executive
information systems (Sistem informasi eksekutif).
4) Nasehat pakar untuk pengambilan keputusan operasional atau
manajerial ditetapkan oleh

expert systems

(sistem pakar) dan

knowledge- based information systems (sistem informasi berbasis

pengetahuan lainnya).
5) Dukungan langsung dan terus untuk aplikasi operasional dan
manajerial dari end users ditetapkan oleh end user computing systems.

Universitas Sumatera Utara

6) Aplikasi operasional dan manajerial dalam mendukung fungsi bisnis
ditetapkan oleh business function information systems.
7) Produk dan layanan jasa yang bersaing untuk mencapai keuntungan
strategis ditetapkan oleh strategic information systems.
Dalam dunia kerja nyata, sistem informasi yang digunakan merupakan
kombinasi dari berbagai macam sistem informasi yang telah disebutkan
di

atas.

Pada prakteknya, berbagai peranan tersebut diintegrasi menjadi suatu

gabungan atau fungsi-silang.

Cross-functional

sistem

informasi

yang

menjalankan berbagai fungsi.51
c. Peranan Persaingan Keuntungan Strategis
Sistem informasi dapat memainkan peran yang besar dalam mendukung
tujuan strategis dari sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan dapat bertahan dan
sukses dalam waktu lama jika perusahaan itu sukses membangun strategi untuk
melawan kekuatan persaingan yang berupa :
1) Persaingan dari para pesaing yang berada di industri yang sama,
2) Ancaman dari perusahaan baru,
3) Ancaman dari produk pengganti,
4) Kekuatan tawar-menawar dari konsumen, dan
5) Kekuatan tawar-menawar dari pemasok.
Beberapa strategi bersaing yang dapat dibangun untuk memenangkan
persaingan adalah:
1) Cost leadership . Keunggulan biaya-menjadi produsen produk atau
jasa dengan biaya rendah.

51

Ibid

Universitas Sumatera Utara

2) Product differentiation . Perbedaan produk-mengembangkan cara
untuk menghasilkan produk atau jasa yang berbeda dengan pesaing.
3) Innovation. menemukan
termasuk

cara

baru

untuk

menjalankan

usaha,

di dalamnya pengembangan produk baru dan cara baru

dalam memproduksi atau mendistribusi produk dan jasa.
Dengan menerapkan program sistem informasi managemen (SIM) yang
telah dijelaskan diatas maka perusahaan penyedia layanan transportasi umum
berbasis aplikasi online dapat memberikan keunggulan, antara lain: 52

2.

a.

Menghemat waktu dengan tidak pergi ke pasar/toko

b.

Dapat bertransaksi setiap saat

c.

Menghindari keramaian dan kekacauan

d.

Kemungkinan menemukan harga yang lebih baik

e.

Dapat menemukan produk secara lebih mudah

f.

Dapat menemukan produk yang tidak tersedia di toko

g.

Lebih mudah membandingkan harga

Pengendara (driver )
Kedudukan pengendara (driver) adalah perseorangan yang berdiri sendiri

selaku pemilik kendaraan atau penanggung jawab terhadap kendaraan yang
digunakan.
Pada operasional transportasi umum berbasis aplikasi online driver adalah
memanfaatkan aplikasi yang disediakan oleh perusahaan penyedia aplikasi untuk
mendapatkan pesanan (orderan, pesanan yang diterima akan tercantum alamat
yang dituju, nama, nomor HP dan foto pengguna layanan, setelah mendapatkan
52

Ibid

Universitas Sumatera Utara

pesanan yang muncul pada aplikasi, pengendara akan berangkat menuju tempat
pengguna layanan transportasi umum yang memesan jasa tersebut. Driver
memiliki

kewajiban

dalam

memberikan

pelayanan,

berupa

keamanan,

keselamatan dan kenyaman.
Mengingat keselamatan lalu lintas jalan melibatkan banyak instansi dan
banyak pemangku kepentingan (stakeholder ), maka untuk itu diperlukan suatu
koordinasi oleh seluruh stakeholder , sehingga penanganannya dapat dilaksanakan
secara terpadu, efektif, efisien dan tepat sasaran, sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 203 ayat (1), UU LLAJ yang berbunyi :
“ Pemerintah bertanggung jawab atas terjaminnya keselamatan lalu lintas
dan angkutan jalan ‟‟,
Pasal 204 ayat (1) yang berbunyi
“Perusahaan

Transportasi

umum

wajib

membuat,

melaksanakan

dan menyempurnakan sistem manajemen keselamatan ”,
Pasal 138 ayat (1) yang berbunyi
“Transportasi umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan
angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau“
Pasal 141 ayat (1) yang berbunyi
“Perusahaan transportasi umum wajib memenuhi standard pelayanan
minimal

yang

meliputi

:

keamanan,

keselamatan,

kenyamanan,

keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan “
Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) sebagaimana diamanahkan oleh
UU LLAJ diatas dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja serta

Universitas Sumatera Utara

penerapan tata kelola keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan 53 , haruslah
dipatuhi oleh driver untuk menjamin keselamatan pengguna layanan tersebut
dimulai dari saat menjemput pengguna layanan sampai pada saat mengantarkan
pengguna layanan kepada tujuan.
Sebagaimana menurut UU LLAJ semua driver adalah harus berbentuk
badan hukum dan kegiatan operasional pengendara tunduk pada ketetapan yang
terkandung dalam UU LLAJ dan peraturan-peraturan lain yang berhubungan
dengan transportasi umum. Pengemudi yang tergabung dalam komuitas
transportasi umum berbasis aplikasi online masih dipandang ilegal dalam
memberikan pelayanannya, karena masih berdiri sendiri dan belum berbentuk
badan hukum. Sebagaimana dalam Ayat (4) Pasal 139 UU LLAJ :
“Penyediaan jasa transportasi umum dilaksanakan oleh badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Mengacu pada pasal tersebut driver seharusnya membentuk koperasi
dalam penyelenggaraannya.
3.

Pengguna layanan (konsumen)
Pengguna layanan transportasi umum berbasis aplikasi online adalah

masyarakat umumnya yang memiliki keperluan tertentu, seperti: untuk
transportasi, mengantar jemput barang keperluaan, dll.
Dalam melakukan pemesanan layanan transportasi umum berbasis aplikasi
online, pengguna layanan terlebih dahulu harus mengunduh aplikasi perusahaan
penyedia layanan, seteleh itu pengguna layanan dapat memesan armada

53

http://dephub.go.id/welcome/readPost/perusahaan-angkutan-umum-wajib-terapkansistem-manajemen-keselamatan-59572/ (Diakases 8 April 2016)

Universitas Sumatera Utara

transportasi yang terlebih dahulu harus mengisi data diri, baik berupa nama,
nomor telepon, email, foto serta informasi mengenai perbankan terkait transaksi
(informasi mengenai data dari bank terkait pengguna layanan)
Dalam menggunakan layanan transportasi umum online, pengguna layanan
memiliki beberapa kewajiban yaitu kewajiban untuk menyerahkan data diri yang
diperlukan, membayar sejumlah harga yang telah ditetapkan oleh penyedia
layanan disamping itu pengguna layanan memiliki hak untuk mendapatkan
keselamatan untuk sampai ketujuan serta penyedia layanan harus dapat menjamin
perlindungan kepada konsumen dalam bertransaksi, bentuk perlindungan terhadap
pengguna layanan ini pada saat terjadi pemesanan. Jika pemesanan sudah
dilakukan namun pengendara transportasi berbasis aplikasi online tersebut tidak
datang atau memenuhi pemesanan, telah masuk kategori wanprestasi hal ini
dikarenakan saat pemesanan dan pengendara menyanggupinya, telah terjadi
perikatan yang sah. Walaupun pemesanan menggunakan transaksi elektronik
namun pada saat pengguna layanan memberikan orderan dan diambil (disanggupi)
oleh driver maka sudah terjadi hubungan perjanjian namun apabila penggendara
tidak datang bisa dikatakan wanprestasi.54

F. Kedudukan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Transportasi Umum
Berbasis Aplikasi Online
Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan
kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi demografis
di beberapa wilayah juga memiliki pengaruh terhadap kinerja sistem transportasi

54

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55d41f0febd96/perlindungan-konsumentransportasi-berbasis-aplikasi-akan-dikaji (diakses 8 April 2016)

Universitas Sumatera Utara

di wiayah tersebut. Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah juga akan memiliki
pengaruh signifikan terhadap kemampuan sistem transportasi dalam melayani
kebutuhan masyarakat. Di perkotaan kecenderungan yang terjadi adalah
meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi karena tingkat kelahiran maupun
tingkat urbanisasi. Yang pada akhirnya berimplikasi pada kurangnya daya saing
dari transportasi wilayah sehingga sistem transportasi yang ada mengalami
kesulitan melayani kebutuhan masyarakat. Kerumitan persoalan itu menyatu
dengan variable pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat, jumlah
kendaraan bermotor yang bertambah melebihi kapasitas jalan yang ada, dan
perilaku masyarakat yang masih mengabaikan peraturan berlalu lintas di jalan
raya. Kegagalan sistem transportasi ini mengganggu perkembangan suatu
wilayah/kota, mempengaruhi efisiensi perekonomian perkotaan, bahkan kerugian
lainnya.
Melihat kondisi sebagian orang yang harus menempuh perjalanan sekitar
1,5 jam untuk menuju kantornya dengan menggunakan motor. Dengan waktu
tempuh yang begitu panjang dan tingkat polusi udara di atas ambang batas, bukan
tidak mungkin cepat atau lambat kondisi fisik sebagian orang tersebut terus dan
terus menurun. Kondisi fisik yang buruk tentu saja akan mengganggu
produktivitas mereka. Hal itu secara langsung ataupun tidak langsung juga
berpengaruh

terhadap

produktivitas

tempat

mereka

bekerja.

Dengan

mempertimbangkan akumulasi pelaku perjalanan tersebut, negara mengalami
kerugian dan produktivitas yang hilang karena masalah lalu lintas. Masalah lalu
lintas di indonesia sudah seperti benang kusut yang menimbulkan berjuta
permasalahan. Berawal dari kesalahan kebijakan dalam membangun sistem
transportasi kota, berbagai masalah di sektor ini terus bermunculan. Mulai dari

Universitas Sumatera Utara

masalah kemacetan lalu lintas, pemborosan konsumsi bahan bakar, buruknya
kualitas udara yang melahirkan banyak penyakit kronis, kematian, hingga
permasalahan kesetaraan hak dalam penggunaan ruang jalan yang terampas dari
tangan pengguna kendaraan tidak bermotor dan pejalan kaki. Ironisnya,
permasalahan ini tidak akan pernah selesai walaupun trilyunan rupiah telah
dihabiskan untuk melakukan studi ataupun proyek percontohan untuk membenahi
sistem transportasi kota, jika keadaan stakeholders-nya tetap seperti ini.55
Pemerintah daerah memiliki andil terbesar untuk menjamin beberapa hak
yang dimiliki masyarakat, salah satunya adalah memberikan pelayanan
transportasi umum yang layak. Pemerintah daerah dianggap paling mengerti apa
yang dibutuhkan oleh daerahnya sehingga pemerintah daerah harus sigap dalam
menyediakan transportasi umum, dengan begitu pemerindah daerah memiliki
kewenangannya sendiri untuk membangun daerahnya 56
Dengan adanya transportasi umum yang memadai maka masyarakat akan
beralih dari yang menggunakan kendaraan pribadi menjadi menggunakan
kendaraan transportasi umum.
Penyelenggaraan pelayan

Dokumen yang terkait

Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

1 77 107

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

9 67 123

Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

0 0 8

Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

0 0 1

Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

0 0 15

Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

1 1 35

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 0 8

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 0 1

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 0 14

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 1 3