TUGAS PENGEMBANGAN ORGANISASI PUBLIK UKD
TUGAS PENGEMBANGAN ORGANISASI PUBLIK
UKD 3
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh
Nilai Mata Kuliah Pengembangan Organisasi Publik
Disusun Oleh :
Nama
:
Petra Lugas N
Nim
:
D1112012
Nomor Ujian
:
12
Dosen
:
Drs. Sudarto M.Si
PROGRAM STUDI NON REG ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
SOAL
1. Dalam upaya melakukan pengembangan organisasi, berbagai variabel
yang ada dalam intern organisasi maupun berbagai kaitannya mutlak harus
dipertimbangkan. Deskripsikan secara singkat berbagai variabel tersebut
beserta transaksinya dengan kaitan.
2. Semakin disadari pula bahwa melakukan berbagai perubahan bukanlah
tugas yang mudah dan kadangkala organisasi sendiri belum tentu memiliki
kemampuan untuk mewujudkannya. Oleh sebab itu, organisasi kadangkadang
berpaling
pada
konsultan
yang
karena
pendidikan
dan
pengalamannya mampu membantu klien membuat rencana perubahan dan
program aksi dengan tepat. Deskripsikan secara singkat karakteristik gaya
konsultan yang dikenal dalam pengembangan organisasi. Menurut saudara,
gaya konsultan manakah yang paling signifikan digunakan ? Jelaskan !
3. Deskripsikan apakah yang dimaksud dengan analisis transaksi itu ?
Jelaskan pula mengapa analisis transaksi dapat digunakan untuk
melakaukan pengembangan organisasi ? Berikan contoh-contoh proses
analisis transaksi ! Dilihat dari prosesnya, bentuk analisis transaksi
manakah yang paling menguntungkan untuk ditumbuh kembangkan guna
pelaksanaan pengembangan organisasi ?
JAWAB
1. Berbagai variabel yang ada dalam intern organisasi maupun berbagai kaitannya
mutlak harus dipertimbangkan
a. Kepemimpinan
b. Doktrin
c. Program
Transaksi
d. Sumber daya
a.
Enabling linkages
b.
Functional linkages
c.
Normative linkages
d.
Diffused linkages
e. Struktur intern.
a.
Kepemimpinan menunjuk pada kelompok orang yang secara aktif
berkecimpung dalam merumuskan doktrin dan program dan yang
mengarahkan pelaksanaan dan interaksinya dengan lingkungan. Unsur ini
merupakan unsur yang paling kritis dalam pengembangan organisasi
karena proses perubahan yang dilakukan dengan sengaja itu memerlukan
manajamen yang intensif,
b.
Doktrin sebagai spesifikasi dari nilai-nilai, tujuan, dan metode operasional
yang mendasari tindakan. Doktrin dipandang sebagai sederetan kebijakan
yang memproyeksikan baik internal organisasi itu sendiri maupun
eksternal dari seperangkat citra dan harapan harapan mengenai
tujuan organisasi dan gaya-gaya tindakan,
c.
Program menunjuk kepada tindakan-tindakan tertentu yang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi dan jasa yang merupakan keluaran dari
organisasi tersebut. Program merupakan terjemahan dari kebijakan
kedalam pola tindakan yang nyata dan alokasi energi dan sumber daya
lainnya baik internal maupun lingkungan eksternal,
d.
Sumber daya adalah masukan: keuangan, fisik, manusia, teknologi dan
informasi. Pengerahan dan penyediaan sumber daya secara mantap dan
dapat diandalkan mempengaruhi tiap segi kegiatan organisasi.
e.
Struktur intern menunjuk kepada struktur dan proses-proses yang diadakan
untuk bekerjanya organisasi dan pemeliharaannya.
Transaksi kaitannya :
a. Enabling linkages
Hubungan aktif, dengan organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok
sosial yang mengontrol alokasi kewenangan dan sumber daya yang
dibutuhkan oleh institusi berfungsi yang biasanya memungkinkan lebih
tinggi, misalnya kementrian.
b. Functional linkages
Hubungan fungsional, dengan organisasi-organisasi menjalankan fungsi
dan layanan yang saling melengkapi dalam arti produksi, yang
menyediakan input dan yang menggunakan output dari lembaga.
c. Normative linkages
Hubungan normatif, dengan lembaga-lembaga yang menggabungkan
norma-norma dan nilai-nilai (positif atau negatif) yang relevan dengan
doktrin dan program lembaga, mengendalikan aturan yang tidak boleh
dilanggar.
d. Diffused linkages
Hubungan menyebar, dengan unsur-unsur dalam masyarakat yang tidak
jelas dapat diidentifikasi oleh keanggotaan dalam organisasi formal, tidak
bias terdeteksi organisasi formal.
2. Berdasarkan penelitian para ahli, tipologi gaya konsultan yang umum dikenal
dewasa ini ialah:
a. gaya stabilisator,
b. gaya penggembira,
c. gaya seorang analis,
d. gaya pembujuk,
e. gaya pandu,
yang ciri-cirinya dibahas berikut ini.
a.
Gaya Stabilisator
Konsultan yang menggunakan gaya ini biasanya bersikap lunak dan
merendahkan diri dalam arti bahwa tujuannya tidak terletak pada efektivitas
perubahan dan tidak pula penekanan pada kepuasan para pelakunya. Dalam
pelaksanaan tugasnya, konsultan tidak menyarankan hal-hal yang dapat menggoncangkan kehidupan organisasi, malahan sering hanya memperkuat atau
memberikan legitimasi pada keputusan manajemen. Artinya, sasaran utama kegiatannya adalah membuat organisasi sekadar mampu mempertahankan eksistensinya, bukan untuk meningkatkan efektivitas organisasi menghadapi mass
depan dengan segala tantangannya.
Jika konsultan menggunakan gaya ini, yang sesungguhnya terjadi
ialah bahwa manajemen melakukan penekanan terhadap para bawahannya yang
demi karier, nasib dan penghasilan mereka, mau tidak mau harus melakukan
penyesuaian yang diinginkan oleh manajemen. Dengan kata lain, konsultan
sebenarnya tunduk pada rekayasa dan atau manipulasi manajemen.
Dari ciri-ciri tersebut jelas terlihat bahwa gaya stabilisator hanya tepat
digunakan apabila manajemen ingin mempertahar-ikan status quo yang ada,
bukan untuk kepentingan perubahan yang bersifat transformasional.
b.
Gaya Penggembira
Konsultan yang menggunakan gaya penggembira ini memberi
penekanan pada kepuasan para anggota organisasi. Oleh karena itu sorotan
perhatiannya ditujukan pada peningkatan motivasi dan semangat kerja para
pelaku yang terlibat. Karena penekanan demikian, hubungan yang akrab dan
serasi mendapat sorotan datlam pelaksanaan tugasnya dan berupaya menghindari
situasi yang konfronta sional. Gaya ini ditujukan pada peningkatan semangat
kerja, memelihara keserasian hubungan dengan menghindari penonjolan
perbedaan yang mungkin teerdapat di antara para anggota organisasi.
Konsultan yang menggunakan gaya ini tidak menekankan pentingnya
efektivitas organisasi. Gaya berpikir konsultan didasarkan pada asumsi bahwa
apabila kepuasan para pelaku tinggi, efektivitas kerjanya pun akan tinggi pula.
Apakah asumsi tersebut didukung oleh kenyataan dalam praktek merupakan hal
yang memang masih dapat diperdebatkan. Yang dapat dipastikan ialah bahwa
ada situasi organisasional di mana gaya ini bermanfaat untuk diterapkan.
c.
Gaya Analis
Ciri utama seorang analis adalah rasionalitasnya. Oleh karena itu
konsultan yang menggunakan gaya ini biasanya sangat peka terhadap pentingnya
penekanan pendekatan efisiensi, tetapi sangat kurang memperhatikan kepuasan
para pelaku yang terlibat. Dengan pendekatan demikian, sering seorang
konsultan dengan gaya ini menunjukkan sikap yang; konfrontasional dalam arti
bahwa jika dalam pemecahan masalah secara rasional timbul konflik,
manajemenlah yang limits penyelesaikannya. Dengan perkataan lain, dalam hal
timbulnya konflik, konsultan bergaya analis berpendapat bahwa tugasnya adalah
memecahkan masalah yang mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan dalam
organisasi klien dan bukan menyelesaikan konflik yang bukan ciptaannya.
d.
Gaya Pembujuk
Ciri utama konsultan yang menggunakan gaya pembujuk ialah
kemampuannya menggabungkan dua dimensi pelaksanaan tugas yang sudah
disebut
di
muka,
yaitu
peningkatan
efektivitas
organisasi
sekaligus
membangkitkan semangat kerja, tetapi tanpa optimalisasi keduanya. Dengan ciri
utama demikian, konsultan seperti ini akan menggunakan strategi dengan risiko
rendah dan akan berupaya untuk menghindari situasi konfrontasional dengan
semua pihak terhadap siapa perubahan akan diberlakukan. Dengan gaya
demikian, pemecahan masalah pun akan dilakukan dengan penggunaan model
pengambilan keputusan yang dikenal dengan istilah asal cukup memadai
(satisficing model). Dalam interaksinya dengan berbagai pihak, is cenderung
menggunakan sikap yang kompromistik karena konsultan yang bersangkutan
ingin memuaskan semua pihak yang terlibat.
Dengan perkataan lain, perhatiannya ditujukan pada perolehan
dukungan yang seluas mungkin terhadap saran-saran perubahan yang dibuatnya.
Meskipun gaya ini mengandung kekuatan yaitu kecilnya kemungkinan
penolakan terhadap perubahan, baik pada tingkat individual maupun pada
tingkat organisasi penggunaan gaya ini bukannya tanpa kelemahan, hahkan
cukup mendasar, yaitu bahwa perubahan yang disarankan begitu lemahnya
sehingga peningkatan kemampuan organisasi menghadapi tantangan lingkungan
yang bergerak dinamis sangat mungkin tidak terjadi.
e.
Gaya pandu
Konsultan benar-benar mampu membantu organisasi kliennya
memusatkan perhatian pada pemecahan masalah secara mendasar dan mampu
menemukan jawaban yang tepat terhadap berbagai pertanyaan fundamental yang
dihadapi oleh organisasi.
Manajemen yang sungguh-sungguh menginginkan terjadinya transformasi organisasi menyenangi gaya ini karena konsultan berupaya mewujudkan
efektivitas organisasi sekaligus memuaskan berbagai pihak yang terlibat. Konsultan yang menggunakan gaya ini bekerja atas dasar keyakinan bahwa tingkat
efektivitas yang semakin tinggi dapat diwujudkan apabila semua pihak yang
berkepentingan ikut terlibat secara aktif memikirkan, memutuskan dan melaksanakan perubahan yang dirasa perlu dan bahwa melalui pendekatan tim pemecahan suatu masalah akan semakin tepat pada sasarannya. Konsultan dengan
gaya pandu menganut pandangan bahwa suatu permasalahan harus dihadapi
bersama secara terbuka dan tidak menutup-nutupinya dengan berbagai cara dan
dalih.
Gaya konsultan yang paling signifikan yaitu gaya konsultan pandu,
karena menonjol dalam tiga hal, :
1. merupakan pendengar yang baik, yang berarti bersedia mendengar pendapat
orang lain yang mungkin lain atau baru baginya dan mempertimbangkan
pendapat yang berbeda itu dalam memilih bentuk intervensi yang akan
diterapkan dan dalam menyusun rencana perubahan yang akan disarankan
kepada kliennya;
2. keterampilannya melakukan diagnosis secara tepat sehingga ia baru puas jika
akar permasalahan yang dihadapi kliennya tercabut dan tidak mau hanya
mengobati gejala-gejala yang segera terlihat dan dirasakan.
3. integritas profesionalnya yang tinggi yang tercermin antara lain pada
kesediannya memantau hasil perubahan yang disarankannya dan tidak
menganggap tugasnya telah selesai pada waktu ia menyerahkan laporan akhir
tentang pelaksanaan tugas yang diserahkan kepadanya untuk dikerjakan.
Jadi gaya ini tidak menampilkan sikap menggurui dan menyadari benar
bahwa solusi yang diperlukan oleh setiap klien haruslah yang bersifat customized
atau taylor-made mengingat bahwa setiap organisasi bersifat khas, termasuk
dalam hal jumlah, bentuk, intensitas dan jenis permasalahan yang dihadapinya.
Gaya
pandu
sangat
memperhitungkan
kemampuan
individu
melakukan
penyesuaian.
3. Analisis transaksi adalah
Transcational Analysis (TA); TA berkonsentrasi pada gaya komunikasi
antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas dan
bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA
dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk dan
menyesatkan.
Analisis transaksi dapat digunakan untuk melakukan pengembangan
organisasi karena dalam kegiatannya melakukan penilaian terhadap struktur
kepribadian, cara orang berinteraksi, cara orang mempolakan waktu dari respon
dan tanggapan yang terjadi.
Proses Analisa Transaksi ada 3 :
a. Transaksi komplimenter/paralel:
Berita yg dikirim dari suatu ego mendapat jawaban yang diharapkan dari
ego orang lain yg sesuai.
Contoh :
Bawahan : “Pak, saya minta ijin pulang lebih awal karena istri saya
kecelakaan”
Atasan
: “Silahkan, urus sebaik-baiknya sampai sembuh
b. Transaksi bersilang:
Berita yg dikirim dari suatu ego mendapat jawaban yang tidak sesuai dari
ego yg lain
Contoh :
Bawahan : “Pak, saya minta ijin pulang lebih awal karena istri saya
kecelakaan”
Atasan
: “Sakit / tidak, bukan urusan saya !!!
c. Transaksi terselubung:
Melibatkan lebih dari dua ego yg berlangsung secara simultan
Contoh :
Penjual
: “Barang ini kualitasnya prima, harganya mahal utk ibu !”
Atasan
: “Nah, itu yg saya cari dan tolong siapkan dua unit !!!
Yang
pelaksanaan
paling
menguntungkan
pengembangan
untuk
organisasi
ditumbuh
yaitu
kembangkan
proses
guna
Transaksi
komplimenter/parallel, karena di dalam proses ini terjadi komunikasi dua arah
yang saling toleransi dan simpati sehingga mampu meredam ego yang ada demi
kelangsungan organisasi.
Sumber
Materi Perkuliahan Pengembangan Organisasi Publik oleh Drs. Sudarto M.Si
http://pakpurba.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html diakses pada 31 Mei 2014; Pukul 19.30 WIB
UKD 3
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh
Nilai Mata Kuliah Pengembangan Organisasi Publik
Disusun Oleh :
Nama
:
Petra Lugas N
Nim
:
D1112012
Nomor Ujian
:
12
Dosen
:
Drs. Sudarto M.Si
PROGRAM STUDI NON REG ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
SOAL
1. Dalam upaya melakukan pengembangan organisasi, berbagai variabel
yang ada dalam intern organisasi maupun berbagai kaitannya mutlak harus
dipertimbangkan. Deskripsikan secara singkat berbagai variabel tersebut
beserta transaksinya dengan kaitan.
2. Semakin disadari pula bahwa melakukan berbagai perubahan bukanlah
tugas yang mudah dan kadangkala organisasi sendiri belum tentu memiliki
kemampuan untuk mewujudkannya. Oleh sebab itu, organisasi kadangkadang
berpaling
pada
konsultan
yang
karena
pendidikan
dan
pengalamannya mampu membantu klien membuat rencana perubahan dan
program aksi dengan tepat. Deskripsikan secara singkat karakteristik gaya
konsultan yang dikenal dalam pengembangan organisasi. Menurut saudara,
gaya konsultan manakah yang paling signifikan digunakan ? Jelaskan !
3. Deskripsikan apakah yang dimaksud dengan analisis transaksi itu ?
Jelaskan pula mengapa analisis transaksi dapat digunakan untuk
melakaukan pengembangan organisasi ? Berikan contoh-contoh proses
analisis transaksi ! Dilihat dari prosesnya, bentuk analisis transaksi
manakah yang paling menguntungkan untuk ditumbuh kembangkan guna
pelaksanaan pengembangan organisasi ?
JAWAB
1. Berbagai variabel yang ada dalam intern organisasi maupun berbagai kaitannya
mutlak harus dipertimbangkan
a. Kepemimpinan
b. Doktrin
c. Program
Transaksi
d. Sumber daya
a.
Enabling linkages
b.
Functional linkages
c.
Normative linkages
d.
Diffused linkages
e. Struktur intern.
a.
Kepemimpinan menunjuk pada kelompok orang yang secara aktif
berkecimpung dalam merumuskan doktrin dan program dan yang
mengarahkan pelaksanaan dan interaksinya dengan lingkungan. Unsur ini
merupakan unsur yang paling kritis dalam pengembangan organisasi
karena proses perubahan yang dilakukan dengan sengaja itu memerlukan
manajamen yang intensif,
b.
Doktrin sebagai spesifikasi dari nilai-nilai, tujuan, dan metode operasional
yang mendasari tindakan. Doktrin dipandang sebagai sederetan kebijakan
yang memproyeksikan baik internal organisasi itu sendiri maupun
eksternal dari seperangkat citra dan harapan harapan mengenai
tujuan organisasi dan gaya-gaya tindakan,
c.
Program menunjuk kepada tindakan-tindakan tertentu yang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi dan jasa yang merupakan keluaran dari
organisasi tersebut. Program merupakan terjemahan dari kebijakan
kedalam pola tindakan yang nyata dan alokasi energi dan sumber daya
lainnya baik internal maupun lingkungan eksternal,
d.
Sumber daya adalah masukan: keuangan, fisik, manusia, teknologi dan
informasi. Pengerahan dan penyediaan sumber daya secara mantap dan
dapat diandalkan mempengaruhi tiap segi kegiatan organisasi.
e.
Struktur intern menunjuk kepada struktur dan proses-proses yang diadakan
untuk bekerjanya organisasi dan pemeliharaannya.
Transaksi kaitannya :
a. Enabling linkages
Hubungan aktif, dengan organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok
sosial yang mengontrol alokasi kewenangan dan sumber daya yang
dibutuhkan oleh institusi berfungsi yang biasanya memungkinkan lebih
tinggi, misalnya kementrian.
b. Functional linkages
Hubungan fungsional, dengan organisasi-organisasi menjalankan fungsi
dan layanan yang saling melengkapi dalam arti produksi, yang
menyediakan input dan yang menggunakan output dari lembaga.
c. Normative linkages
Hubungan normatif, dengan lembaga-lembaga yang menggabungkan
norma-norma dan nilai-nilai (positif atau negatif) yang relevan dengan
doktrin dan program lembaga, mengendalikan aturan yang tidak boleh
dilanggar.
d. Diffused linkages
Hubungan menyebar, dengan unsur-unsur dalam masyarakat yang tidak
jelas dapat diidentifikasi oleh keanggotaan dalam organisasi formal, tidak
bias terdeteksi organisasi formal.
2. Berdasarkan penelitian para ahli, tipologi gaya konsultan yang umum dikenal
dewasa ini ialah:
a. gaya stabilisator,
b. gaya penggembira,
c. gaya seorang analis,
d. gaya pembujuk,
e. gaya pandu,
yang ciri-cirinya dibahas berikut ini.
a.
Gaya Stabilisator
Konsultan yang menggunakan gaya ini biasanya bersikap lunak dan
merendahkan diri dalam arti bahwa tujuannya tidak terletak pada efektivitas
perubahan dan tidak pula penekanan pada kepuasan para pelakunya. Dalam
pelaksanaan tugasnya, konsultan tidak menyarankan hal-hal yang dapat menggoncangkan kehidupan organisasi, malahan sering hanya memperkuat atau
memberikan legitimasi pada keputusan manajemen. Artinya, sasaran utama kegiatannya adalah membuat organisasi sekadar mampu mempertahankan eksistensinya, bukan untuk meningkatkan efektivitas organisasi menghadapi mass
depan dengan segala tantangannya.
Jika konsultan menggunakan gaya ini, yang sesungguhnya terjadi
ialah bahwa manajemen melakukan penekanan terhadap para bawahannya yang
demi karier, nasib dan penghasilan mereka, mau tidak mau harus melakukan
penyesuaian yang diinginkan oleh manajemen. Dengan kata lain, konsultan
sebenarnya tunduk pada rekayasa dan atau manipulasi manajemen.
Dari ciri-ciri tersebut jelas terlihat bahwa gaya stabilisator hanya tepat
digunakan apabila manajemen ingin mempertahar-ikan status quo yang ada,
bukan untuk kepentingan perubahan yang bersifat transformasional.
b.
Gaya Penggembira
Konsultan yang menggunakan gaya penggembira ini memberi
penekanan pada kepuasan para anggota organisasi. Oleh karena itu sorotan
perhatiannya ditujukan pada peningkatan motivasi dan semangat kerja para
pelaku yang terlibat. Karena penekanan demikian, hubungan yang akrab dan
serasi mendapat sorotan datlam pelaksanaan tugasnya dan berupaya menghindari
situasi yang konfronta sional. Gaya ini ditujukan pada peningkatan semangat
kerja, memelihara keserasian hubungan dengan menghindari penonjolan
perbedaan yang mungkin teerdapat di antara para anggota organisasi.
Konsultan yang menggunakan gaya ini tidak menekankan pentingnya
efektivitas organisasi. Gaya berpikir konsultan didasarkan pada asumsi bahwa
apabila kepuasan para pelaku tinggi, efektivitas kerjanya pun akan tinggi pula.
Apakah asumsi tersebut didukung oleh kenyataan dalam praktek merupakan hal
yang memang masih dapat diperdebatkan. Yang dapat dipastikan ialah bahwa
ada situasi organisasional di mana gaya ini bermanfaat untuk diterapkan.
c.
Gaya Analis
Ciri utama seorang analis adalah rasionalitasnya. Oleh karena itu
konsultan yang menggunakan gaya ini biasanya sangat peka terhadap pentingnya
penekanan pendekatan efisiensi, tetapi sangat kurang memperhatikan kepuasan
para pelaku yang terlibat. Dengan pendekatan demikian, sering seorang
konsultan dengan gaya ini menunjukkan sikap yang; konfrontasional dalam arti
bahwa jika dalam pemecahan masalah secara rasional timbul konflik,
manajemenlah yang limits penyelesaikannya. Dengan perkataan lain, dalam hal
timbulnya konflik, konsultan bergaya analis berpendapat bahwa tugasnya adalah
memecahkan masalah yang mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan dalam
organisasi klien dan bukan menyelesaikan konflik yang bukan ciptaannya.
d.
Gaya Pembujuk
Ciri utama konsultan yang menggunakan gaya pembujuk ialah
kemampuannya menggabungkan dua dimensi pelaksanaan tugas yang sudah
disebut
di
muka,
yaitu
peningkatan
efektivitas
organisasi
sekaligus
membangkitkan semangat kerja, tetapi tanpa optimalisasi keduanya. Dengan ciri
utama demikian, konsultan seperti ini akan menggunakan strategi dengan risiko
rendah dan akan berupaya untuk menghindari situasi konfrontasional dengan
semua pihak terhadap siapa perubahan akan diberlakukan. Dengan gaya
demikian, pemecahan masalah pun akan dilakukan dengan penggunaan model
pengambilan keputusan yang dikenal dengan istilah asal cukup memadai
(satisficing model). Dalam interaksinya dengan berbagai pihak, is cenderung
menggunakan sikap yang kompromistik karena konsultan yang bersangkutan
ingin memuaskan semua pihak yang terlibat.
Dengan perkataan lain, perhatiannya ditujukan pada perolehan
dukungan yang seluas mungkin terhadap saran-saran perubahan yang dibuatnya.
Meskipun gaya ini mengandung kekuatan yaitu kecilnya kemungkinan
penolakan terhadap perubahan, baik pada tingkat individual maupun pada
tingkat organisasi penggunaan gaya ini bukannya tanpa kelemahan, hahkan
cukup mendasar, yaitu bahwa perubahan yang disarankan begitu lemahnya
sehingga peningkatan kemampuan organisasi menghadapi tantangan lingkungan
yang bergerak dinamis sangat mungkin tidak terjadi.
e.
Gaya pandu
Konsultan benar-benar mampu membantu organisasi kliennya
memusatkan perhatian pada pemecahan masalah secara mendasar dan mampu
menemukan jawaban yang tepat terhadap berbagai pertanyaan fundamental yang
dihadapi oleh organisasi.
Manajemen yang sungguh-sungguh menginginkan terjadinya transformasi organisasi menyenangi gaya ini karena konsultan berupaya mewujudkan
efektivitas organisasi sekaligus memuaskan berbagai pihak yang terlibat. Konsultan yang menggunakan gaya ini bekerja atas dasar keyakinan bahwa tingkat
efektivitas yang semakin tinggi dapat diwujudkan apabila semua pihak yang
berkepentingan ikut terlibat secara aktif memikirkan, memutuskan dan melaksanakan perubahan yang dirasa perlu dan bahwa melalui pendekatan tim pemecahan suatu masalah akan semakin tepat pada sasarannya. Konsultan dengan
gaya pandu menganut pandangan bahwa suatu permasalahan harus dihadapi
bersama secara terbuka dan tidak menutup-nutupinya dengan berbagai cara dan
dalih.
Gaya konsultan yang paling signifikan yaitu gaya konsultan pandu,
karena menonjol dalam tiga hal, :
1. merupakan pendengar yang baik, yang berarti bersedia mendengar pendapat
orang lain yang mungkin lain atau baru baginya dan mempertimbangkan
pendapat yang berbeda itu dalam memilih bentuk intervensi yang akan
diterapkan dan dalam menyusun rencana perubahan yang akan disarankan
kepada kliennya;
2. keterampilannya melakukan diagnosis secara tepat sehingga ia baru puas jika
akar permasalahan yang dihadapi kliennya tercabut dan tidak mau hanya
mengobati gejala-gejala yang segera terlihat dan dirasakan.
3. integritas profesionalnya yang tinggi yang tercermin antara lain pada
kesediannya memantau hasil perubahan yang disarankannya dan tidak
menganggap tugasnya telah selesai pada waktu ia menyerahkan laporan akhir
tentang pelaksanaan tugas yang diserahkan kepadanya untuk dikerjakan.
Jadi gaya ini tidak menampilkan sikap menggurui dan menyadari benar
bahwa solusi yang diperlukan oleh setiap klien haruslah yang bersifat customized
atau taylor-made mengingat bahwa setiap organisasi bersifat khas, termasuk
dalam hal jumlah, bentuk, intensitas dan jenis permasalahan yang dihadapinya.
Gaya
pandu
sangat
memperhitungkan
kemampuan
individu
melakukan
penyesuaian.
3. Analisis transaksi adalah
Transcational Analysis (TA); TA berkonsentrasi pada gaya komunikasi
antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas dan
bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA
dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk dan
menyesatkan.
Analisis transaksi dapat digunakan untuk melakukan pengembangan
organisasi karena dalam kegiatannya melakukan penilaian terhadap struktur
kepribadian, cara orang berinteraksi, cara orang mempolakan waktu dari respon
dan tanggapan yang terjadi.
Proses Analisa Transaksi ada 3 :
a. Transaksi komplimenter/paralel:
Berita yg dikirim dari suatu ego mendapat jawaban yang diharapkan dari
ego orang lain yg sesuai.
Contoh :
Bawahan : “Pak, saya minta ijin pulang lebih awal karena istri saya
kecelakaan”
Atasan
: “Silahkan, urus sebaik-baiknya sampai sembuh
b. Transaksi bersilang:
Berita yg dikirim dari suatu ego mendapat jawaban yang tidak sesuai dari
ego yg lain
Contoh :
Bawahan : “Pak, saya minta ijin pulang lebih awal karena istri saya
kecelakaan”
Atasan
: “Sakit / tidak, bukan urusan saya !!!
c. Transaksi terselubung:
Melibatkan lebih dari dua ego yg berlangsung secara simultan
Contoh :
Penjual
: “Barang ini kualitasnya prima, harganya mahal utk ibu !”
Atasan
: “Nah, itu yg saya cari dan tolong siapkan dua unit !!!
Yang
pelaksanaan
paling
menguntungkan
pengembangan
untuk
organisasi
ditumbuh
yaitu
kembangkan
proses
guna
Transaksi
komplimenter/parallel, karena di dalam proses ini terjadi komunikasi dua arah
yang saling toleransi dan simpati sehingga mampu meredam ego yang ada demi
kelangsungan organisasi.
Sumber
Materi Perkuliahan Pengembangan Organisasi Publik oleh Drs. Sudarto M.Si
http://pakpurba.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html diakses pada 31 Mei 2014; Pukul 19.30 WIB