EFEKTIFITAS PENDEKATAN CTL DENGAN PEMODE (1)

EFEKTIFITAS PENDEKATAN CTL DENGAN PEMODELAN
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SURAT DINAS
Oleh: Siti Nuyani
SMP Negeri 1 Temayang
Jalan Raya Temayang Km. 25 Bojonegoro (0353)7711706
e-mail: [email protected]
Abstrak: Kemampuan siswa SMP dalam menulis surat dinas masih rendah. Siswa masih
belum menulis surat sesuai dengan ketentuan terutama pada penulisan maupun
penggunaan bahasa. Hal ini disebabkan guru dalam melaksanakan pembelajaran masih
konvensional. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
surat dinas melalui pendekatan CTL dengan pemodelan. Kelebihan pendekatan ini adalah
guru dapat mengaitkan pembelajaran dengan peristiwa nyata yang dialami siswa. Selain
itu, dengan mengamati model, siswa mampu mengkonstruksi sendiri penulisan surat yang
benar. Pendekatan CTL ini mencakup tujuh komponen utama. yang meliputi: pembentukan
kelompok belajar (masyarakat belajar), memberikan model (modeling), melalui diskusi
siswa membahas contoh surat (bertanya), dari model, siswa menemukan sistematika dan
penulisan surat dinas (inkuiri), siswa menyusun surat dinas (konstruktivisme), terakhir
guru melakukan penilaian (penilaian yang sebenarnya). Setelah diberikan tindakan
sebanyak dua siklus, kemampuan menulis surat dinas siswa mengalami peningkatan yang
signifikan. Pada refleksi awal 8 siswa (25,8%) yang memperoleh nilai sesuai KKM atau 75
ke atas dengan rata-rata 67,26. Setelah dilaksanakan tindakan, maka dari 31, yang

memperoleh nilai 75 ke atas 28 siswa atau 90,32% dengan rata-rata sebesar 87,26. Dengan
demikian, pendekatan ini mampu meningkatkan kemampuan siswa sebesar 64,52%. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan CTL dengan pemodelan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis surat dinas.
Kata kunci: CTL, pemodelan, surat resmi
Menurut Soedjito, surat adalah sarana komunikasi tulis untuk menyampaikan
informasi kepada pihak lain (2009:1). Sedangkan menurut Marjo dalam Warsiman
(2010:73), surat adalah salah satu alat komunikasi tertulis dari salah satu pihak yang
ditujukan kepada pihak lain untuk menyampaikan pesan atau warta. Selain itu, surat juga
diartikan sebagai salah satu alat komunikasi tertulis untuk mengadakan hubungan dengan
pihak lain (Warsiman, 2010:74). Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa surat adalah bentuk komunikasi tertulis yang disampaikan dari satu pihak kepada
pihak lain yang berisi pesan atau informasi.
Jenis surat sangat banyak, baik berdasarkan isi dan asal, menurut maksud dan
tujuan, wujud, sasaran, dan sebagainya. Depdiknas (2004:39) menyebutkan bahwa jenis
surat berdasarkan bentuk, isi, dan bahasanya digolongkan atas tiga jenis, yaitu surat
pribadi, surat dinas, dan surat niaga.
Surat mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
itu, surat harus ditulis dengan bahasa yang komunikatif sehingga apa yang disampaikan
oleh penulis dapat dipahami oleh penerima surat. Namun, kenyataannya masih banyak

instansi yang belum menulis surat dinas dengan benar. Hal ini seperti yang dikemukakan
oleh Warsiman, bahwa masih banyak dijumpai kekeliruan orang dalam menggunakan
bahasa tulis terutama dalam bentuk surat (2010:73). Demikian juga masih banyak peserta
didik yang belum mampu menulis surat dinas dengan benar.

Rendahnya kemampuan siswa ini disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya
karena guru dalam melaksanakan proses pembelajaran masih melaksanakan pembelajaran
yang konvensional. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan tidak melibatkan
semua siswa dalam pembelajaran.
Situasi pembelajaran ini, mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah. Hal ini
diketahui dari hasil tes. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM hanya 8 dari 31 siswa atau
hanya 25,8%.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis surat dinas tersebut,
peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning dengan pemodelan surat dinas.
Peneliti menggunakan pendekatan CTL karena dianggap cocok untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Menurut Trianto (2010:107), pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari. Sedangkan menurut Nur dalam Tim Unesa (2012:34) menyatakan,
bahwa pengajaran kontekstual memungkinkan siswa mengaitkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka agar siswa dapat
memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Jadi, pengajaran dan pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang
membantu guru untuk mengaitkan materi pelajarannya dengan situasi nyata dan untuk
memotivasi siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti menerapkan tujuh komponen CTL. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Trianto (2010:111) bahwa pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu
konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian
sebenarnya (authentic assessment). Lebih lanjut Trianto menyatakan bahwa sebuah kelas
dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam
pembelajarannya. Menurut Depdiknas dalam Trianto (2010:111), CTL dapat diterapkan
dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimana pun
keadaannya.
Dalam proses pembelajaran, peneliti menerapkan ketujuh komponen CTL tersebut.
Salah satu komponen CTL yang ditekankan adalah pemodelan. yaitu dengan
menghadirkan model beberapa surat dinas sebagai contoh dalam pembelajaran. Dengan

mengamati model yang dicontohkan, diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami dan
menirukan model yang ditampilkan.
Seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2010:53) bahwa ada dua alasan yang
mendasari penerapan pemodelan. Pertama adalah untuk mengubah perilaku baru peserta
didik melalui pengamatan model dan yang kedua untuk mendorong perilaku peserta didik
tentang apa yang dipelajari memperkuat atau memperlemah hambatan. Lebih lanjut
Trianto juga menjelaskan bahwa pemodelan merupakan salah satu langkah penting
pelatihan peserta didik dalam melatihkan keterampilan proses (2010:53)
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Temayang karena
sekolah ini merupakan tempat tugas peneliti. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti
dibantu oleh seorang kolaborator yang bertindak sebagai observator. Sedangkan yang

menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-D Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2012/2013.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2012-2013, mulai bulan Agustus hingga bulan Desember 2012. Pelaksanaan tindakan
dilakukan setelah pelaksanaan Ulangan Tengah Semester selama satu bulan, yaitu mulai
tanggal 22 Oktober 2012 sampai tanggal 17 November 2012.

Prosedur Penelitian
Kegiatan tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dan setiap siklus terdiri
dari 3 pertemuan. Kegiatan setiap siklus dimulai dengan perencanaan lalu melaksanakan
tindakan. Selama pelaksanaan tindakan, dilakukan pengamatan. Selanjutnya peneliti
bersama kolaborator mengadakan refleksi.
Siklus pertama merupakan tindakan atas ketidakpuasan hasil pembelajaran saat
pra-PTK. Peneliti menggunakan pendekatan CTL dalam kegiatan pembelajarannya dengan
penekanan pemberian model surat dinas. Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan.
Pada siklus berikutnya pendekatan pembelajaran yang digunakan sama, perbedaannya
terletak pada pengembangan pembelajaran sebagai hasil refleksi dari siklus sebelumnya.
Prosedur tindakan penelitian kelas dilaksanakan sebagai berikut:
Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan peneliti menyusun perencanaan yang meliputi:
1) Menyusun skenario pembelajaran bersama guru kolaborator
2) Menyiapkan instrumen penelitian, yang meliputi Lembar Observasi Kegiatan
Guru dan Lembar Observasi Aktivitas Siswa
3) Menyiapkan materi ajar, media pembelajaran, dan LKS
4) Menyiapkan soal untuk menguji kemampuan siswa menyusun surat dinas.
Tindakan
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan RPP. Kegiatan ini untuk memperoleh data

tentang peningkatan kemampuan siswa dalam menulis surat dinas. Pelaksanaan pemberian
tindakan pada setiap siklus dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Siswa dikelompokkan mejadi 6 kelompok (masyarakat belajar).
b) Guru memberikan model surat dinas kepada setiap kelompok (pemodelan).
c) Siswa mencermati sistematika maupun penggunaan bahasa surat dinas (inkuiri).
d) Siswa berdiskusi (bertanya, inkuiri, konstruktivisme)
e) Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya dan kelompok lain menanggapi
(bertanya).
g). Guru bersama siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
dan meluruskan kesalahan pemahaman (bertanya, penilaian).
f) Guru memberi penghargaan kepada siswa/kelompok yang kinerjanya bagus.
g) Siswa bersama guru atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran
(konstruktivisme).
h) Guru bersama siswa melakukan refleksi (refleksi)
i) Selama pembelajaran guru melakukan penilaian (penilaian yang sebenarnya)
Observasi
Obsevasi dilaksanakan dengan bantuan kolaborator. Observasi dilakukan terhadap
langkah-langkah kegiatan yang dilakukan guru selama melakukan tindakan apakah sudah
sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan. Observasi juga dilakukan


terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan pedoman lembar
observasi aktivitas siswa.

Refleksi
Selesai melaksanakan tindakan, peneliti bersama kolaborator melakukan refleksi dari
semua data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan. Data tersebut dari hasil observasi
kegiatan guru dan aktivitas siswa, hasil LKS, hasil tes, dan hasil penilaian diri. Kegiatan
refleksi meliputi kegiatan mengkaji, melihat, mempertimbangkan, hasil atau dampak dari
pelaksanaan tindakan. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti melakukan revisi atau perbaikan
terhadap rencana pembelajaran untuk siklus berikutnya.
Jika hasil LKS dan hasil tes siswa tersebut belum memenuhi target atau indikator
yang telah ditetapkan, akan dilakukan tindakan siklus II. Masalah-masalah yang timbul,
dicarikan alternatif pemecahannya pada siklus II. Sedangkan kelebihan-kelebihannya akan
dipertahankan dan ditingkatkan lagi pada siklus II.
Pengumpulan Data
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes
dan non tes.
Bentuk instrumen berupa tes. Pada siklus I berupa soal jawaban benar salah yang
berjumlah 20. Setiap soal diberi skor 1. Sedangkan pada siklus II berupa tes pilihan ganda

dengan jumlah soal 20. Setiap soal diberi skor 1. Tes ini digunakan untuk mengukur
tingkat kemampuan siswa secara perorangan dalam menulis surat dinas. Nilai siswa
diperoleh dengan menggunakan rumus:
Jumlah skor yag diperoleh siswa
Nilai siswa
=
---------------------------------------X 100
Skor maksimal
Instrumen nontes digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data kualitatif.
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a). Lembar observasi kegiatan guru.
Lembar observasi kegiatan guru digunakan oleh observator untuk mengamati guru
selama pelaksanaan tindakan berlangsung apakah sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran CTL.
b). Lembar observasi kegiatan siswa
Lembar observasi kegiatan siswa dipakai untuk mengamati perilaku, sikap, dan respon
siswa dalam proses pembelajaran secara klasikal.
c). Lembar penilaian diri
Penilaian diri (self assessment) ini dipakai untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi menulis surat dinas.

Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data dengan mengadakan tes. Tes dilakukan sebanyak dua
kali, yaitu pada siklus I dan siklus II. Bentuk tes pada siklus I adalah tes memilih jawaban
benar salah sejumlah 20 butir soal, sedangkan pada siklus II berupa tes pilihan ganda
sejumlah 20 soal. Skor penilaiannya adalah setiap jawaban benar mendapat skor 1.

Teknik pengumpulan data nontes dilakukan melalui observasi kegiatan guru,
observasi terhadap aktivitas siswa, dan penilaian diri. Observasi kegiatan guru dan
aktivitas siswa dilakukan oleh obsrvator selama proses pembelajaran berlangsung dengan
berpedoman pada lembar observasi. Pengumpulan data melalui penilaian diri dilaksanakan
setelah kegiatan pemberian tindakan berakhir.
Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis. Analisis adalah proses
penelaahan permasalahan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif dari data
yang telah dikumpulkan dari instrumen yang ada.
Analisis data secara kuantitatif diperoleh dari hasil tes. Kemampuan siswa dalam
menulis surat dinas dihitung dari jumlah nilai dalam satu kelas dibagi jumlah siswa, lalu
ditentukan presentase tingkat ketuntasan siswa secara klasikal. Hasil presentase ini,
dibandingkan antara tes awal dengan hasil siklus I. Hasil ini akan memberikan gambaran

mengenai presentase peningkatan kemampuan siswa dalam menulis surat dinas.
Sedangkan analisis data secara kualitatif dilakukan dengan cara menelaah seluruh
data yang telah dikumpulkan melalui observasi dan penilaian diri. Penelaahan dilakukan
dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan.
Kegiatan penelaahan ini dilakukan sejak awal data dikumpulkan. Analisis ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan metode CTL dengan memberikan model
surat dinas yang diterapkan oleh guru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Siklus I
Setelah dilaksanakan tindakan dan observasi pada siklus I, maka dapat diketahui
bahwa tingkat kemampuan siswa dalam menulis surat dinas mengalami peningkatan yang
sangat signifikan dan peningkatannya sudah melebihi indikator yang ditetapkan peneliti.
Dari 31 siswa yang mengikuti tes, yang memperoleh nilai di atas KKM atau di atas 75
sebanyak 26 siswa atau sebesar 83.87% atau meningkat dari 8 siswa (25.8%). Nilai ratarata siswa juga meningkat, dari 67.26 pada refleksi awal meningkat menjadi 78.23 pada
siklus I.
Dari hasil penilaian diri dapat diketahui bahwa siswa yang memahami menulis
surat dinas sebanyak 10 siswa dan yang sangat memahami sejumlah 21 siswa.
Dari hasil observasi kegiatan siswa dapat diketahui bahwa keaktifan siswa
memperoleh skor 73 atau 78,5% dengan kriteria baik; keberanian siswa mendapat skor 67
atau 72% dengan kriteria baik; kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran hanya

memperoleh skor 60 atau 64,5% dengan kriteria cukup baik; sedangkan kerja sama siswa
dalam berdiskusi memperoleh skor 70 atau 75,3% dengan kriteria baik.
Sedangkan dari hasil observasi aktivitas guru menujukkan hasil yang baik.
Pertemuan I dengan skor 70,45%, pertemuan II 77,27%, dan pertemuan III dengan jumlah
skor 81,82%.
Peneliti bersama observer berkesimpulan bahwa pemberian tindakan pada siklus I
sudah baik dan telah memenuhi bahkan telah melampaui indikator yang telah ditetapkan.
Namun, peneliti masih ingin meningkatkan lagi kemampuan siswa dalam menulis surat
dinas dengan melakukan tindakan siklus II.
Hasil Penelitian Siklus II

Setelah menyusun rencana tindakan pada siklus II, peneliti melaksanakan tindakan.
Observer melakukan pengamatan selama pemberian tindakan berlangsung. Setelah
pemberian tindakan, peneliti bersama observer melakukan refleksi.
Dari hasil refleksi diketahui bahwa tingkat kemampuan siswa dalam menulis surat
dinas mengalami peningkatan meskipun peningkatannya sedikit. Dari 31 siswa yang
mengikuti tes, yang memperoleh nilai di atas KKM atau di atas 75 sebanyak 28 siswa,
meningkat 2 siswa dari siklus I, atau sejumlah 90,3% dengan rata-rata nilai 87,26.
Dari hasil penilaian diri dapat diketahui bahwa siswa yang memahami menulis
surat dinas sebanyak 6 siswa dan yang sangat memahami menulis surat dinas sejumlah 25
siswa.
Dari hasil observasi kegiatan siswa dapat diketahui bahwa keaktifan siswa
memperoleh skor 78 atau 83,9% dengan kriteria baik; keberanian siswa mendapat skor 79
atau 84,9% dengan kriteria sangat baik; kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran
hanya memperoleh skor 81 atau 87,1% dengan kriteria sangat baik; sedangkan kerja sama
siswa dalam berdiskusi memperoleh skor 81 atau 87,1% dengan kriteria sangat baik..
Sedangkan dari hasil observasi aktivitas guru menujukkan hasil yang sangat baik.
Pertemuan I dengan skor 86,36%, pertemuan II 88,63%, dan pada pertemuan III jumlah
skor 93,18%.
Peneliti bersama observer berkesimpulan bahwa pemberian tindakan pada siklus II
sudah baik dan mengalami peningkatan meskipun sedikit.
Pembahasan
Setelah siswa diberikan materi tentang menulis surat dinas, serta dilakukan
penilaian, maka dari hasil penilaian atau refleksi awal dapat diketahui bahwa kemampuan
menulis surat dinas siswa masih rendah. Hal ini bisa diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai sesuai KKM hanya berjumlah 8 atau 25,8% dengan nilai rata-rata 67,26.
Untuk lebih jelasnya seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Penjawab Benar pada Refleksi Awal
Jumlah
Frekuensi
Jumlah Tes Jawaban
Nilai
F
F%
CF
CF%
Benar
20
100
0
0
0
0
19
95
0
0
0
0
18
90
0
0
0
0
17
85
1
3.23
1
3.23
16
80
3
9.68
4
12.90
20
15
75
4
12.90
8
25.81
14
70
7
22.58
15
48.39
13
65
7
22.58
22
70.97
12
60
5
16.13
27
87.10
11
55
3
9.68
30
96.77
10
50
1
3.23
31
100
Jumlah
31
100
Keterangan:
F
= Frekuensi Penjawab Benar
CF
= Frekuensi Meningkat
CF% = Presentase Frekuensi Meningkat

Setelah diadakan tindakan pada siklus I, hasil penilaiannya sudah mengalami
peningkatan yang sangat signifikan. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sejumlah
26 siswa atau sebesar 83.87% dengan nilai rata-rata 78.23, seperti yang tergambar pada
tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Penjawab Benar pada Tes Siklus I
Jumlah
Frekuensi
Jumlah Tes Jawaban
Nilai
F
F%
CF
CF%
Benar
20
100
0
0
0
0
19
95
0
0
0
0
18
90
7
22.58
7
22.58
17
85
10
32.26
17
54.83
20
16
80
6
19.35
23
74.19
15
75
3
9.67
26
83.87
14
70
2
6.45
28
90.32
13
65
2
6.45
30
96.77
12
60
1
3.23
31
100
Jumlah
31
100
Keterangan:
F
= Frekuensi Penjawab Benar
CF
= Frekuensi Meningkat
CF% = Presentase Frekuensi Meningkat
Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dan diadakan tes, maka dapat diketahui
bahwa tingkat kemampuan siswa dalam menulis surat dinas mengalami peningkatan,
meskipun peningkatannya tidak terlalu signifikan. Dari 31 siswa yang mengikuti tes, siswa
yang memperoleh nilai 75 ke atas sebanyak 28 siswa atau sebesar 90.32% dengan nilai
rata-rata 87.26. Untuk lebih jelasnya seperti yang tertera pada tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Penjawab Benar pada Siklus II
Jumlah
Frekuensi
Jumlah Tes Jawaban
Nilai
F
F%
CF
CF%
Benar
20
100
2
6.45
2
6.45
19
95
9
29.03
11
35.48
18
90
8
25.81
19
61.29
17
85
3
9.67
22
70.97
20
16
80
4
12.90
26
83.87
15
75
2
3.23
28
90.32
14
70
2
3.23
30
96.77
13
65
1
3.23
31
100
Jumlah
31
100
Keterangan:
F
= Frekuensi Penjawab Benar
CF
= Frekuensi Meningkat
CF% = Presentase Frekuensi Meningkat
Dari data yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus I dan II, telah terjadi peningkatan terhadap kemampuan
menulis surat dinas siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Temayang. Untuk mengetahui

peningkatan dan penurunan kemampuan siswa yang diperoleh pada refleksi awal, siklus I
dan siklus II, maka dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Peningkatan dan Penurunan Penjawab Benar pada
Refleksi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Jumlah
Tes

Jumlah
Refleksi
Peningkatan/
Nilai
Siklus I
Siklus II
Jwb Benar
Awal
Penurunan
20
100
0
0
2
0+/2+
19
95
0
0
9
0+/9+
18
90
0
7
8
7+/1+
17
85
1
10
3
9+/716
80
3
6
4
3+/ 220
15
75
4
3
2
1-/114
70
7
2
2
5-/013
65
7
2
1
5-/112
60
5
1
0
4-/111
55
3
0
0
3-/010
50
1
0
0
1-/0Dari tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa siswa yang mampu menulis surat dinas
mengalami peningkatan yang sangat signifikan, terutama pada siklus I. Siswa yang tuntas
pada refleksi awal hanya berjumlah 8 siswa atau sebesar 25.8%, siklus I berjumlah 26
siswa atau sebanyak 83.87%, dan siklus II sebanyak 28 siswa atau sebesar 90.32%.
Sementara itu, siswa yang belum tuntas atau belum mampu menulis surat dinas cenderung
mengalami penurunan. Pada refleksi awal, siswa yang tidak tuntas sebanyak 23 atau
sebesar 74.19%, pada siklus I, siswa yang tidak tuntas sebanyak 5 siswa atau 16.13%, dan
siklus II turun lagi menjadi 3 siswa atu 9.67%. Jika hasil peningkatan dan penurunan
jumlah siswa yang mampu menulis surat dinas dibuat grafik, maka dapat dilihat pada
grafik di bawah ini.
Grafik 4.5
Peningkatan Siswa yang Mampu Menulis Surat Dinas

Grafik 4.6

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dengan pemodelan mampu meningkatkan kemampuan menulis surat dinas
siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Temayang Tahun Pelajaran 2012/2013. Kemampuan
siswa dalam menulis surat dinas meningkat 64,12%. Pada refleksi awal siswa yang tuntas
hanya 8 siswa atau 25,8%, setelah diadakan tindakan sebanyak dua siklus maka jumlah
siswa yang tuntas menjadi 28 atau 90,32%.
Saran
Dalam melaksanakan pembelajaran menulis surat resmi, guru Bahasa Indonesia
hendaknya menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan
pemodelan kepada siswanya. Dengan demikian siswa memiliki kemampuan menulis surat
dinas dengan bahasa dan sistematika yang benar.
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. 2004. Panduan Materi SMP/MTs Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004.
Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Peelitian dan Pengembangan Depdiknas.
Soedjito. 2010. Terampil Menulis Surat Resmi Bahasa Indonesia. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Universitas Negeri Surabaya. 2012. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Bahasa
Indonesia. Surabaya.
Warsiman. 2010. Bahasa Indonesia: Teori dan Aplikasi. Surabaya: Surabaya University Press.