Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah survey dengan tipe explanatory research, yaitu
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok, yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat (Siswanto, dkk

2015).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
Alasan pemilihan lokasi dikarenakan jumlah kasus diare yang tertinggi ada di
kecamatan tersebut.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2016.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita
berumur 0-4 tahun di Kecamatan Banda Sakti yang berjumlah 5.286 orang dan
sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu sebagian dari

seluruh ibu yang memiliki balita di Kecamatan Banda Sakti. Pengambilan
sampel penelitian ini dilakukan dengan system random sampling, yaitu

34
Universitas Sumatera Utara

35

menghitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi yang akan dipilih
sampelnya (Siswanto,dkk, 2015).
dengan menggunakan rumus :

Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan (0,01)
maka :

n = 98.14 = 98


Sampel sebanyak 100 orang

Tabel 3.1 Pembagian Sampel Berdasarkan Desa Di Kecamatan Banda Sakti

NO

NAMA DESA

∑ IBU ∑ SAMPEL

1

MON GEUDONG

271

5

2


KEUDE ACEH

150

3

3

PUSONG LAMA

166

3

4

PUSONG BARU

160


3

5

LHOKSEUMAWE

50

2

6

SIMPANG EMPAT

166

3

7


LANCANG GARAM

89

2

8

KAMPUNG JAWA BARU

120

3

Universitas Sumatera Utara

36

9


TUMPOK TEUNGOH

1203

22

10

KUTA BLANG

250

5

11

UTEUN BAYI

119


2

12

BANDA MASEM

125

2

13

UJONG BLANG

339

6

14


ULEE JALAN

261

5

15

HAGU BARAT LAUT

200

4

16

HAGU TEUNGOH

340


6

17

HAGU SELATAN

211

2

18

KAMPUNG JAWA LAMA

1066

20

5286


100

TOTAL

3.4 Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Untuk pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada responden yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dari laporan
Puskesmas Banda Sakti dan kantor Kecamatan Banda Sakti.

Universitas Sumatera Utara

37

3.5 Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Independen
3.5.1.1 Karakteristik Responden

1. Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun
terakhir. Di kategorikan ≥ 20 tahun.
2. Status pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan responden secara
tetap untuk menghasilkan pendapatan. Di kategorikan atas :
1) PNS/Pensiunan/ABRI
2) Wiraswasta
3) Karyawan Swasta
4) Petani
5) Ibu Rumah Tangga
6) Buruh
3. Pendapatan adalah jumlah penghasilan responden yang diperoleh
responden (dalam nilai rupiah) dalam satu bulan. Pendapatan diukur
memakai skala ordinal dan berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP)
Aceh sesuai Peraturan Gubernur Aceh Nomor 60 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Upah Minimum Provinsi Aceh Tahun 2016 yaitu sebesar
Rp.2.118.500,- per bulan. Pendapatan dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu :
1) < Rp.2.118.500,2) ≥ Rp.2.118.500,4. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di capai oleh
responden berdasarkan ijazah terakhir. Menurut undang-undang nomor 2

Universitas Sumatera Utara

38

tahun 1999, pengukuran tingkat pendidikan formal digolongkan menjadi 4
yaitu:
1. Tingkat pendidikan sangat tinggi yaitu Perguruan Tinggi
2. Tingkat pendidikan tinggi yaitu pendidikan SLTA/sederajat
3. Tingkat pendidikan sedang yaitu SMP/sederajat
4. Tingkat pendidikan rendah yaitu pendidikan SD/sederajat.
Dalam penelitian ini, dari 4 kategori tersebut, peneliti menggolongkan
tingkat pendidikan ke dalam 2 kategori saja, yaitu dikategorikan atas :
1) Pendidikan tinggi yang merupakan gabungan pendidikan setingkat
SLTA/sederajat dan Perguruan Tinggi
2) Pendidikan rendah yang merupakan gabungan pendidikan setingkat
SMP/sederajat dan SD/sederajat.
5. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh responden sehubungan
dengan kejadian diare. Di kategorikan atas :
1) Baik
2) Kurang Baik
6. Sikap adalah reaksi atau respon ibu terhadap pencegahan diare. Di
kategorikan atas :
1) Setuju
2) Kurang Setuju
3) Tidak Setuju

Universitas Sumatera Utara

39

3.5.1.2 Variabel Lingkungan
Faktor lingkungan (penyediaan air bersih, ketersediaan jamban dan tempat
pembuangan sampah).
a. Penyediaan air bersih adalah penyediaan air yang digunakan untuk
keperluan kehidupan sehari-hari yang memenuhi syarat kesehatan. Di
kategorikan sebagai berikut :
1) Memenuhi syarat
2) Tidak memenuhi syarat
b. Ketersediaan jamban adalah kepemilikan jamban atau ada tidaknya
jamban yang memenuhi syarat kesehatan untuk setiap rumah tangga. Di
kategorikan sebagai berikut :
1) Memenuhi syarat
2) Tidak memenuhi syarat
c. Tempat pembuangan sampah adalah sarana yang dipergunakan untuk
membuang sampah dari rumah tangga responden. Di kategorikan sebagai
berikut :
1) Memenuhi syarat
2) Tidak memenuhi syarat
3.5.2 Variabel Dependen
penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam
sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.

Universitas Sumatera Utara

40

Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun
pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare
berat (WHO, 2013).
Penyebab diare adalah terjadinya peradangan usus yang disebabkan oleh
virus, bakteri, atau agent penyebab penyakit diare lainnya. Penyebab lain yang
dapat menimbulkan penyakit diare adalah keracunan makanan, kurang gizi,
alergi makanan tertentu, kurang penyediaan air bersih serta faktor musim dan
geografi tertentu. Penyebab kematian pada penyakit diare adalah kehilangan
cairan secara tiba-tiba (dehidrasi).

3.6 Aspek Pengukuran
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen
Skala
Variabel

Indikator

Bobot Nilai

Kriteria
Ukur

Umur

≥ 20 tahun

Rasio

1. PNS/Pensiunan/ABRI
2. Wiraswasta
Status

3. Karyawan Swasta
Nominal

Pekerjaan

4. Petani
5. Ibu Rumah Tangga
6. Buruh

Universitas Sumatera Utara

41

1. < Rp.2.118.500,Pendapatan

2. ≥ Rp.2118.500,-

Ordinal

1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
Pendidikan

Ordinal
4. Tamat SMA
5. Tamat PT/Akademi

Pengetahuan

Benar = 2

1.Baik

Salah = 1

2.Kurang Baik : 8-12

Ordinal

Setuju
Sikap

: 13-16

8

=3

1.Baik

: 25-36

12

Ordinal
Kurang Setuju = 2

2.Kurang Baik : 12-24

Tidak Setuju = 1

Penyediaan

Benar = 2

1.Memenuhi Syarat: 8-10

Air Bersih

Salah = 1

2.Tidak Memenuhi Syarat: 3-6

Ketersediaan

Benar = 2

1.Memenuhi Syarat: 12-14

Salah = 1

2.Tidak Memenuhi Syarat: 7-11

Benar = 2

1.Memenuhi Syarat: 6-8

Salah = 1

2.Tidak Memenuhi Syarat: 2-5

5

Ordinal

7
Jamban

Ordinal

Tempat
Pembuangan

4

Ordinal

Sampah

Universitas Sumatera Utara

42

Kejadian

Ya = 2

1.Tinggi

: 4-6

Tidak = 1

2.Rendah

: 1-3

3
Diare

Ordinal

3.7 Teknik Analisa Data
Penelitian yang akan dilakukan bersifat kuantitatif dengan menggunakan analisa
statistik dengan uji regresi logistik, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Data yang diperoleh, dianalisa dan
dimanfaatkan sebagai pedoman pembahasan, penarikan kesimpulan dan pemberian
saran.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Banda Sakti adalah puskesmas induk yang terletak di jalan

Teratai Putih Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Puskesmas Banda
Sakti memiliki 7 puskesmas pembantu (Pustu) meliputi Pustu Kuta Blang, Pustu
Banda Masen, Pustu Hagu Tengoh, Pustu Ulee Jalan, Pustu Kampung Jawa Lama,
Pustu Tumpok Teungoh, dan Pustu Ujong Blang. Puskesmas Banda Sakti
memiliki luas wilayah kerja sebagai berikut :
Luas Wilayah

: 8,67 km (867 Ha)

Luas Bangunan

: Depan 40m x 13m, belakang 18m x 6m

Geografis wilayah

: Dataran 25% dan pantai 75%

Jumlah Penduduk

: 80.769 jiwa

Sedangkan

batas

wilayah

kerja

puskesmas

Banda

Sakti

Kota

Lhokseumawe adalah :
 Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka
 Sebelah selatan berbatasan dengan Krueng Cunda
 Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Muara Dua
 Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Blang Mangat
Adapun beberapa unit pelayanan puskesmas yang telah tersedia di
puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumaawe pada tahun 2016, meliputi :

43
Universitas Sumatera Utara

44

1. Poli Perekam Medis
2. Poli UGD
3. Poli Umum
4. Poli Gigi
5. Poli Apotik
6. Poli Laboratorium
7. Poli Laboratorium TB Paru/ Kusta
8. Poli Usila
9. Poli Fisioterapi
10. Poli KIA
11. Poli Imunisasi
12. Poli Anak
13. Poli KB
14. Poli Gizi dan Posyandu
15. Poli Kesehatan Lingkungan dan Promkes, dan
16. Poli Administrasi
4.2

Gambaran Umum Balita
Responden Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang termasuk dalam

penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita dengan riwayat penyakit diare yang
tinggal di beberapa kecamatan yang berada di Banda Sakti Kota Lhokseumawe
diantaranya kecamatan Mon Geudong, Keude Aceh, Pusong Lama, Pusong Baru,
Lhokseumawe, Simpang Empat, Lancang Garam, Kampung Jawa Baru, Tumpok

Universitas Sumatera Utara

45

Teungoh, Kuta Blang, Uteun Bayi, Banda Masem, Ujong Blang, Ulee Jalan, Hagu
Barat Laut, Hagu Teungoh, Hagu Selatan, dan Kampung Jawa Lama.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada umumnya ibu yang
menjadi responden dalam penelitian ini memiliki anak dengan jumlah 3 orang
anak yaitu sebanyak 42 responden (42,0%) , ibu dengan jumlah anak 2 orang ada
sebanyak 40 ibu (40,0%) sedangkan yang memiliki jumlah anak sebanyak 1 orang
ada sebanyak 14 ibu (14,0%), dan 4 ibu sisanya (4,0%) memiliki anak dengan
jumlah 4 orang anak.
Dari 100 orang balita, sebanyak 43 bayi (43,0%) berumur 2 tahun.
Sebanyak 24 bayi (24,0%) berumur 3 tahun, sedangkan bayi dengan umur 1 tahun
ada sebanyak 19 bayi (19,0%), dan 14 bayi sisanya (14,0%) berumur 4 tahun.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah dan Umur Balita yang Memiliki
Riwayat penyakit Diare yang Berada di Banda Sakti Kota
Lhokseumawe
No
Balita
Jumlah
%
1
Jumlah Balita
1 anak
14
14,0
2
2 anak
40
40,0
3
3 anak
42
42,0
4
4 anak
4
4,0
Total
100
100,0
1
Umur Balita
1 tahun
19
19,0
2
2 tahun
43
43,0
3
3 tahun
24
24,0
4
4 tahun
14
14,0
Total
100
100,0
4.3

Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan masing-masing

variabel penderita diare pada balita yaitu untuk melihat distribusi frekuensi dari
variabel bebas dan terikat yang dalam penelitian ini meliputi: umur ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu,

Universitas Sumatera Utara

46

ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, tempat sampah serta angka kejadian
diare pada balita.
4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan
Pendapatan Responden
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada umumnya ibu yang
menjadi responden dalam penelitian ini berusia pada rentang umur 31 - 40 tahun,
yaitu sebanyak 51 orang (51,0%). Sebanyak 36 ibu berusia 20-30 tahun, dan 13
ibu sisanya berusia ≥41 tahun.
Berdasarkan pendidikan responden yang diteliti, umumnya ibu masih
berpendidikan rendah yaitu pendidikan setingkat SD dan tingkat SMP sebanyak
53 ibu (53,0%). Sedangkan ibu yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi yaitu
pendidikan setingkat SMA dan Perguruan Tinggi ada sebanyak 47 orang (47,0%).
Berdasarkan jenis pekerjaan ibu, sebagian ibu tidak bekerja, ibu hanya
bekerja mengurus rumah tangga yaitu sebanyak 46 ibu (46,0%). Sebanyak 24 ibu
(24,0%) bekerja sebagai PNS. Sebanyak 23 ibu (23,0%) bekerja sebagai buruh,
dan 7 ibu (7,0%) lainnya bekerja sebagai Wiraswasta.
Berdasarkan besarnya jumlah pendapatan ibu dalam satu bulan, pada
umumnya ibu memiliki pendapatan dibawah = Rp.2.118.500,-

100,0
47,0
53,0
100,0
24,0
7,0
46,0
23,0
100,0
66,0
34,0
100,0

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Pengetahuan responden yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi tinggi

rendahnya tingkat pengetahuan responden tentang pengertian diare pada balita,
penyebab dan gejala diare serta cara menangani dehidrasi pada balita yang
mengalami diare yang diukur menggunakan 8 pertanyaan dalam kuesioner
penelitian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, dari 8 pertanyaan variabel
pengetahuan tersebut ,pada umumnya responden menjawab pertanyaan dengan
jawaban yang kurang tepat, artinya sebagian besar responden banyak yang tidak
tahu akan bahaya diare pada balita. Seperti sebanyak 80 ibu (80,0%) tidak
mengetahui pengertian diare, kebanyakan responden tidak mengetahui arti diare
pada balita, begitupun dengan penyebab diare, sebanyak 85 ibu (85,0%) tidak
mengetahui penyebab diare pada balita.
Selain itu jika dilihat berdasarkan pengetahuan akan gejala diare, sebanyak
77 ibu (77,0%) tidak mengetahui gejala diare pada balita. Berdasarkan tindakan
pencegahan, sebanyak 78 ibu (78,)%) tidak mengetahui bagaimana tindakan
pencegahan diare yang harus dilakukan kepada balitanya. Serta dilihat dari faktor

Universitas Sumatera Utara

48

yang berhubungan dengan diare. Lebih dari setengah total responden menjawab
dengan jawaban yang kurang tepat yaitu sebanyak 73 ibu (73,0%).
Jika dilihat dari item pertanyaan air bersih, dehidrasi serta komposisi cairan
pada balita, pada umumnya responden juga tidak mengetahui dengan tepat
pengertian air bersih yaitu ada sebanyak 82 ibu (82,0%), serta responden tidak
mengetahui ciri dehidrasi pada balita yaitu ada sebanyak 81 responden (81,0%).
Responden juga banyak yang tidak mengetahui bagaimana komposisi cairan yang
tepat untuk balita yaitu ada sebanyak 73 ibu (73,0%). Berikut merupakan
distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban responden terhadap variabel
pengetahuan yang tergambar secara rinci pada Tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden terhadap
Variabel Pengetahuan
No
Pengetahuan
Tahu
Tidak tahu
Jumlah
N
%
n
%
n
%
1
Pengertian diare
20
20,0
80
80,0
100 100,0
2
Penyebab diare
15
15,0
85
85,0
100 100,0
3
Gejala diare
23
23,0
77
77,0
100 100,0
4
Tindakan pencegahan
22
22,0
78
78,0
100 100,0
diare
5
Faktor yang
27
27,0
73
73,0
100 100,0
berhubungan dengan
diare
6
7
8

Pengertian air bersih
Tanda dehidrasi berat
pada anak
Komposisi cairan
untuk balita yang
diare
Jumlah

18
19

18,0
19,0

82
81

82,0
81,0

100
100

100,0
100,0

27

27,0

73

73,0

100

100,0

100

100,0

Variabel pengetahuan dibagi menjadi 2 kategori yaitu berpengetahuan baik
dan kurang baik.Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa tingkat

Universitas Sumatera Utara

49

pengetahuan responden terhadap penyakit diare pada balita umumnya masih
kurang baik yaitu sebanyak 77 ibu (77,0%), sedangkan ibu yang memiliki
pengetahuan yang baik tentang diare pada balita ada sebanyak 23 orang ibu
(23,0%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden terhadap Penyakit
Diare pada Balita
No
Pengetahuan
Jumlah
%
1
2

4.3.3

Kurang baik
Baik
Jumlah

77
23
100

77,0
23,0
100,0

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap
Sikap responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana

sikap responden dalam menyikapi kejadian diare pada balita yang diukur
menggunakan 8 pertanyaan dalam kuesioner penelitian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, dari 8 pertanyaan
variabel sikap tersebut ,pada umumnya responden menjawab pertanyaan dengan
jawaban yang kurang tepat, artinya sebagian besar responden banyak yang
memiliki sikap yang kurang baik terhadap diare pada balita.
Kebanyakan responden memiliki sikap yang kurang setuju akan
pernyataan bahwa ASI dapat memperkecil risiko diare yaitu ada sebanyak 41 ibu
(41,0%). Lebih dari setengah jumlah responden mengatakan tidak setuju dengan
pernyataan bahwa diare merupakan penyebab kurang gizi pada balita yaitu ada
sebanyak 54 ibu (54,0%). Berdasarkan pernyataan bahwa mencuci tangan dapat
mencegah diare, banyak dari responden yang setuju dengan pernyataan tersebut
yaitu ada sebanyak 42 ibu (42,0%), sedangkan pernyataan tentang cara memasak

Universitas Sumatera Utara

50

air dapat mencegah diare, sebagian responden setuju yaitu ada sebanyak 39
responden (39,0%), sebagian lainnya menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut.
Hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan bahwa Peralatan
makanan balita harus dicuci dengan air bersih sebelum digunakan yaitu ada
sebanyak 97 responden (97.0%), sedangkan untuk pernyataan yang menyebutkan
bahwa ASI atau susu formula tetap diberikan saat balita diare, hampir seluruh
responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut yaitu ada sebanyak
79 ibu (79,0%). Seluruh responden yaitu 100 ibu (100,0%) setuju bahwa semua
makanan harus disimpan dalam lemari atau ditutup. Sebagian besar responden
kurang setuju apabila balita diberi obat saat diare yaitu sebanyak 77 ibu (77,0%),
dan lebih dari setengah responden tidak setuju jika balita diberi banyak cairan
untuk mencegah dehidrasi pada balita yaitu ada sebanyak 52 ibu (52,0%).
Responden juga banyak yang tidak setuju jika balita dibawa ke puskesmas
saat diare yaitu ada sebanyak 62 orang ibu (62,0%), serta banyak juga dari
responden yang tidak setuju bahwa menjaga kebersihan dapat mencegah diare
yaitu ada sebanyak 62 ibu (62,0%). Sebagian besar responden menjawab kurang
setuju jika botol susu balita harus dibersihkan untuk mencegah diare pada balita
yaitu sebnayk 72 ibu (72,0%). Berikut merupakan distribusi frekuensi responden
berdasarkan jawaban responden terhadap variabel sikap yang tergambar secara
rinci pada Tabel 4.5 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

51

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden terhadap
Variabel Sikap
No
Sikap
Tidak
Kurang
Setuju
Jumlah
Setuju
Setuju
n
%
n
%
n
%
n
%
1
ASI
35
35,0 41 41,0 24 24,0 100
100,0
memperkecil
risiko diare
2
Diare penyebab
54
54,0 27 27,0 19 19,0 100
100,0
kurang gizi
balita
3
Mencuci tangan
17
17,0 41 41,0 42 42,0 100
100,0
mencegah diare
4
Memasak air
39
39,0 23 23,0 38 38,0 100
100,0
sampai mendidih
mencegah diare
5
Peralatan
0
0,0 3
3,0
97 97,0 100
100,0
makanan balita
dicuci dengan
air bersih
sebelum
digunakan
6
ASI / susu
79
79,0 3
3,0
18 18,0 100
100,0
formula tetap
diberikan saat
balita diare
7
Makanan harus
0
0,0 0
0,0
100 100,0 100
100,0
disimpan
didalam lemari
atau ditutup
8
Balita diberikan
0
0,0 77 77,0 23 23,0 100
100,0
obat saat diare
9
Cairan lebih
52
52,0 34 34,0 14 14,0 100
100,0
banyak
diberikan untuk
mencegah
dehidrasi saat
balita diare
10 Balita dibawa ke
62
62,0 17 17,0 21 21,0 100
100,0
puskesmas saat
diare
11 Cara mencegah
62
62,0 18 18,0 20 20,0 100
100,0
diare adalah
dengan menjaga
kebersihan
perorangan

Universitas Sumatera Utara

52

12

Mencuci botol
susu balita setelah
digunakan dapat
mencegah balita
terkena diare
Jumlah

6

6,0

72

72,0

22

22,0

100

100,0

100

100,0

Variabel sikap dibagi menjadi 2 kategori yaitu sikap yang baik dan kurang
baik. Berdasarkan Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa tingkat sikap ibu terhadap
penyakit diare pada balita umumnya masih kurang baik. Sebanyak 74 ibu (74,0%)
memiliki sikap yang kurang baik. Sedangkan ibu yang memiliki sikap baik
terhadap diare pada balita hanya ada sebanyak 26 orang ibu (26,0%).
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap Penyakit Diare
pada Balita
No
Sikap
Jumlah
%
1
Kurang baik
74
74,0
2
Baik
26
26,0
Jumlah
100
100,0
4.3.4

Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Air Bersih
Ketersediaan air bersih dalam penelitian ini diukur menggunakan 5

pertanyaan dalam kuesioner penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dengan
responden, dari 5 pertanyaan variabel air bersih tersebut, pada umumnya
responden menjawab pertanyaan dengan jawaban yang baik, artinya sebagian
besar responden memiliki ketersediaan air bersih yang telah memenuhi syarat.
Umumnya air bersih di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe berasal
dari sumur, dari 100 responden yang diwawancarai keseluruhan responden
menggunakan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari. Namun dari 100 sumur
tersebut, masih banyak yang keadaan sumurnya retak yaitu ada sebanyak 54
sumur (54,0%) serta sumur yang dekat dengan sumber pencemaran seperti

Universitas Sumatera Utara

53

septictank sehingga tidak memenuhi syarat sumber air bersih yang baik,
setidaknya ada 79 rumah (79,0%) yang memilki kondisi tersebut. Kondisi sumur
telah banyak yang memiliki cincin sumur kedap air sedalam 3 meter yaitu ada
sebanyak 59 sumur (59,0%) namun kondisi fisik air didalamnya masih banyak
yang belum memenuhi syarat sumber air bersih yang baik yaitu sebanyak 60
sumur (60,0%). Berikut merupakan distribusi frekuensi jawaban ketersediaan Air
Bersih di Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden terhadap
Variabel Ketersediaan Air Bersih
No
Air Bersih
Memenuhi
Tidak
Jumlah
Syarat
Memenuhi
Syarat
n
%
n
%
n
%
1
Sumber air bersih
100 100,0
0
0,0
100
100,0
2
Kondisi keretakan
46
46,0
54
54,0
100
100,0
sumur
3
Sumber pencemaran
21
21,0
79
79,0
100
100,0
4
Sumur memiliki cincin
59
59,0
41
41,0
100
100,0
sumur kedap air
sedalam 3 meter
5
Kondisi fisik air sumur
40
40,0
60
60,0
100
100,0
Jumlah
100 100,0
Variabel ketersediaan air bersih dibagi menjadi 2 kategori yaitu memenuhi
syarat dan tidak memenuhi syarat.Berdasarkan Tabel 4.8, menunjukkan bahwa
secara umum air bersih yang tersedia di Banda Sakti Kota Lhokseumawe telah
memenuhi syarat yakni sebanyak 59 responden (59,0%) tergolong memiliki
sumber air bersih yang telah memenuhi syarat. Sedangkan 41 responden lainnya
(41,0%) menyatakan bahwa sumber air bersih yang tersedia disekitar rumahnya
termasuk kedalam sumber air bersih yang kurang memenuhi syarat.

Universitas Sumatera Utara

54

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Air Bersih di
Lhokseumawe
No
Ketersediaan Air bersih
f
1
Tidak memenuhi syarat
2
Memenuhi syarat
Jumlah

4.3.5

Banda Sakti Kota
%
41
59
100

41,0
59,0
100,0

Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Jamban
Ketersediaan jamban dalam penelitian ini diukur menggunakan 7

pertanyaan dalam kuesioner penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dengan
responden, dari 7 pertanyaan variabel jamban tersebut, pada umumnya responden
menjawab pertanyaan dengan jawaban yang belum tepat, artinya sebagian besar
responden memiliki ketersediaan jamban yang belum memenuhi syarat.
Berdasarkan 100 responden yang diwawancarai, sebanyak 82 responden
(82,0%) memiliki jamban yang tidak memenuhi syarat. Seluruh responden
memang telah memiliki jamban dirumahnya serta jenis jamban yang digunakan
juga telah memenuhi syarat yaitu sebanyak 84 jamban (84,0%), namun banyak
yang kondisi jambannya tidak tertutup yaitu sebanyak 81 jamban (81,0%) serta
jarak jamban dengan sumber air bersih kurang memenuhi syarat, setidaknya ada
62 rumah (62,0%) yang memiliki kondisi tersebut.
Fungsi jamban untuk balita masih kurang optimal, banyak diantara balita
tidak memanfaatkan jamban sebagai tempat BAK dan BAB yaitu sebanyak 60
balita (60,0%), hal tersebut dikarenakan tingginya penggunaan pampers pada
balita. Banyaknya penggunaan pampers tidak dibarengi dengan cara pembersihan
pampers yang baik, hampir seluruh ibu balita hanya membuang pampers tanpa
dibersihkan terlebih dahulu yaitu sebanyak 99 ibu (99,0%). Berikut merupakan

Universitas Sumatera Utara

55

distribusi frekuensi jawaban ketersediaan jamban secara rinci di Banda Sakti Kota
Lhokseumawe pada tahun 2015.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden terhadap
Variabel Jamban
No
Jamban
Memenuhi
Tidak
Jumlah
Syarat
Memenuhi
Syarat
n
%
n
%
N
%
1
Ketersediaan Jamban
100 100,0
0
0,0
100
100,0
2
Jenis Jamban
84
84,0
16
16,0
100
100,0
3
Keadaan jamban
19
19,0
81
81,0
100
100,0
tertutup
4
Balita menggunakan
40
40,0
60
60,0
100
100,0
jamban untuk BAK
dan BAB
5
Cara pembuangan
1
1,0
99
99,0
100
100,0
kotoran pada pempers
6
Jarak jamban
38
38,0
62
62,0
100
100,0
Jumlah
100 100,0
Variabel jamban dibagi menjadi 2 kategori yaitu memenuhi syarat dan
tidak memenuhi syarat.Berdasarkan Tabel 4.10, pada umunya jamban yang
tersedia di Banda Sakti Kota Lhokseumawe tidak memenuhi syarat yaitu ada
sebanyak 82 responden (82,0%) menggunakan jamban yang termasuk kedalam
jamban yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan 18 responden lainnya (18,0%)
menggunakan jamban yang telah memenuhi syarat pakai.
Tabel 4.10
No
1
2

4.3.6

Distribusi Frekuensi Ketersediaan Jamban di Banda Sakti
Kota Lhokseumawe
Ketersediaan Jamban
f
%
Tidak memenuhi syarat
82
82,0
Memenuhi syarat
18
18,0
Jumlah
100
100,0
Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Tempat Sampah

Ketersediaan tempat sampah dalam penelitian ini diukur menggunakan 4
pertanyaan dalam kuesioner penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Universitas Sumatera Utara

56

responden, dari 4 pertanyaan variabel tempat sampah tersebut, pada umumnya
responden menjawab pesrtanyaan dengan jawaban yang belum tepat, artinya
sebagian besar responden memiliki tempat sampah yang belum memenuhi syarat.
Berdasarkan 100 responden yang diwawancarai, sebanyak 89 responden (89,0%)
memiliki tempat sampah yang tidak memenuhi syarat.
Pada umumnya seluruh responden telah memiliki tempat sampah yaitu
100 responden (100,0%), Jenis tempat sampah yang digunakan responden banyak
yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 89 responden (89,0%), selain itu
banyaknya tempat sampah yang digunakan responden dalam keadaan tidak
tertutup yaitu sebanyak 94 rumah tangga (94,0%) yang menggunakan tempat
sampah tidak tertutup, serta cara pengolahan sampah yang dilakukan responden
masih tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 90 responden (90.0%). Berikut
merupakan distribusi frekuensi jawaban ketersediaan tempat sampah secara rinci
di Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.
Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden
terhadap Variabel Tempat Sampah
No
Tempat Sampah
Memenuhi
Tidak
Jumlah
Syarat
Memenuhi
Syarat
n
%
N
%
N
%
1
Ketersediaan tempat
100 100,0
0
0,0
100
100,0
sampah dirumah
2
Jenis tempat sampah
11
11,0
89
89,0
100
100,0
3
Keadaan tempat
6
6,0
94
94,0
100
100,0
sampah tertutup
4
Cara pengolahan
10
10,0
90
90,0
100
100,0
sampah
Jumlah
100 100,0
Variabel tempat sampah dibagi menjadi 2 kategori yaitu memenuhi syarat

dan tidak memenuhi syarat. Berdasarkan Tabel 4.12, dapat diketahui bahwa pada

Universitas Sumatera Utara

57

umumnya tempat sampah yang tersedia di Banda Sakti Kota Lhokseumawe belum
memenuhi syarat yaitu sebanyak 89 responden (89,0%) menggunakan tempat
sampah yang tidak memenuhi syarat pakai. Sedangkan 11 responden lainnya
(11,0%) menggunakan tempat sampah yang telah memenuhi syarat pakai.
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Tempat Sampah di Banda
Sakti Kota Lhokseumawe
No
Ketersediaan Tempat Sampah
f
%
1
Tidak memenuhi syarat
89
89,0
2
Memenuhi syarat
11
11,0
Jumlah
100
100,0

4.3.7

Distribusi Frekuensi Angka Kejadian Diare pada Balita
Angka Kejadian diare diukur menggunakan 5 pertanyaan dalam kuesioner

penelitian baik yang terdiri dari 3 pertanyaan tertutup dan 2 pertanyaan terbuka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, dari 5 pertanyaan variabel angka
kejadian diare, pada umumnya responden menjawab pertanyaan dengan jawaban
yang belum tepat, artinya angka kejadian diare pada balita di Banda Sakti Kota
Lhokseumawe tergolong tinggi.
Berdasarkan 100 responden yang diwawancarai, sebanyak 77 responden
(77,0%) angka kejadian diare pada balitanya tergolong tinggi. Berikut merupakan
distribusi frekuensi jawaban angka kejadian diare secara rinci di Banda Sakti Kota
Lhokseumawe pada tahun 2015.
Tabel 4.13
No
1
2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden
terhadap Variabel Kejadian Diare
Angka Kejadian Diare
Ya
Tidak
Jumlah
n
%
N
%
n
%
Balita pernah
75
75,0
25
25,0
100
100,0
mengalami diere
Pernah dehidrasi berat
20
20,0
80
80,0
100
100,0
saat diare

Universitas Sumatera Utara

58

3

Pernah dirawat di
pelayanan kesehatan
Jumlah

20

6,0

80

94,0

100
100

100,0
100,0

Variabel angka kejadian diare dibagi menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan
rendah. Berdasarkan Tabel 4.14, dapat diketahui bahwa angka kejadian diare di
daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe adalah sebagai berikut. Sebanyak 77
responden (77,0%) memiliki anak balita dengan angka kejadian diare pada balita
tersebut yang tergolong dalam angka kejadian diare tinggi. Sedangkan 23
responden lainnya (23,0%) memiliki balita yang tergolong dalam angka kejadian
diare yang rendah.
Tabel 4.14
No
1
2

Distribusi Frekuensi Angka kejadian Diare pada balita di
Banda Sakti Kota Lhokseumawe
Angka Kejadian Diare
f
%
Rendah
23
23,0
Tinggi
77
77,0
Jumlah
100
100,0

Berdasarkan Tabel 4.15, pada umumnya balita memiliki riwayat penyakit
diare pada 1 tahun yang lalu yaitu sebanyak 36 balita (36,0%), sebanyak 26 balita
(26,0%) memiliki riwayat penyakit diare pada 6 bulan yang lalu, sebanyak 25
balita (25,0%) tidak memiliki riwayat penyakit diare, 7 balita (7,0%) memiliki
riwayat penyakit diare pada 3 bulan yang lalu, 5 balita (5,0%) memiliki riwayat
penyakit diare 2 bulan yang lalu, sisanya yaitu 1 orang balita (1,0%) memiliki
riwayat penyakit diare 4 bulan yang lalu.
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Terakhir Kali Balita Mengalami Penyakit
Diare
No
Terakhir Mengalami Diare
f
%
1
0 bulan yang lalu
25
25,0
2
2 bulan yang lalu
5
5,0
3
3 bulan yang lalu
7
7,0
4
4 bulan yang lalu
1
1,0

Universitas Sumatera Utara

59

5
6

6 bulan yang lalu
1 tahun yang lalu
Jumlah

4.4

Analisis Bivariat

26
36
100

26,0
36,0
100,0

Berikut merupakan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel
terikat terhadap variabel bebasnya. Beberapa variabel bebas yang terlingkup
dalam penelitian ini meliputi karakteristik ibu ( umur, pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan,

pengetahuan

dan

sikap),

serta

variabel

faktor

lingkungan

(Ketersediaan Air bersih, Tempat Sampah dan Jamban). Sedangkan variabel yang
menjadi variabel terikatnya adalah angka kejadian diare pada balita di daerah
Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Pada pengujian bivariat, uji chi square
digunakan dalam penelitian ini dikarenakan jenis variabel terikat dan bebasnya
merupakan jenis kategorik, dan apabila ditemukan nilai sel yang berada kurang
dari 5 (expected count ≤ 25%) maka dilakukan pengujian alternatif dari chi square
yaitu uji fisher exact test. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik
jika diperoleh nilai p < 0,05.
Hubungan karakteristik responden yang terlingkup dalam penelitian ini
meliputi hubungan umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan
sikap responden terhadap angka kejadian diare pada balita yang berada di Banda
Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.
4.4.1

Hubungan Umur Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dilihat dari keeratan

hubungan antara umur ibu dan angka kejadian diare, tidak ditemukannya

Universitas Sumatera Utara

60

hubungan antara keduanya. Hal tersebut dilihat berdasarkan hasil uji chisquare
yang menunjukkan bahwa nilai p value yang lebih besar dari 0,05.
Berdasarkan Tabel 4.16, sebanyak 36 ibu (36,0%) berusia pada rentang
umur 20-30 tahun, dengan perincian 8 orang ibu (8,0%) memiliki balita dengan
angka kejadian diare yang rendah, 28 orang ibu (28,0%) memiliki angka kejadian
diare yang tinggi pada balitanya. Sedangkan pada 51 ibu (51,0%) dengan rentang
usia 31-40 tahun, 12 diantaranya (12,0%) memiliki balita dengan angka kejadian
diare yang rendah, dan 39 ibu lainnya (39,0%) memiliki balita dengan angka
kejadian diare yang tinggi. Sebanyak 13 ibu sisanya (13,0%0 berusia ≥41 tahun
dengan rincian 3 orang (3,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang
rendah, dan 10 ibu sisanya (10,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare
yang dialaminya merupakan angka kejadian diare yang tergolong tinggi.
Pada pengujian bivariat menggunakan chi square yang menunjukkan nilai
P.value sebesar 0,990>0,05, sehingga Ho diterima, artinya tidak ada hubungan
yang bermakna antara Umur Ibu dengan Angka Kejadian Diare pada Balita di
daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.
Tabel 4.16

Hubungan Umur Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada
Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015
Kejadian Diare
p.value
Jumlah
Umur
Rendah
Tinggi
f
%
f
%
f
%
20-30 tahun
8
8,0
28
28,0
36
36,0
31-40 tahun
12
12,0
39
39,0
0,990
51
51,0
≥41 tahun
3
3,0
10
10,0
13
13,0
Jumlah
23
23,0
77
77,0
100
100,0

Universitas Sumatera Utara

61

4.4.2

Hubungan Pendidikan dengan Angka Kejadian Diare pada Balita
Berdasarkan hubungan pendidikan dengan angka kejadian diare pada

balita, banyak dari responden yang berpendidikan rendah yakni setingkat SD dan
SMP, angka kejadian diare juga banyak ditemukan pada ibu dengan pendidikan
yang rendah. Jika dilihat berdasarkan keeratan hubungan antara keduanya yaitu
pendidikan ibu dan diare pada balita, terdapat hubungan antara keduanya.
Berdasarkan Tabel 4.17, sebanyak 47 responden (47,0%) berpendidikan
tinggi.

Sebanyak 15 responden (15,0%) diantaranya memiliki balita dengan

angka kejadian diare yang rendah, dan 32 responden sisanya (32,0%) memiliki
balita dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sebanyak 53 ibu (53,0%)
tergolong kedalam pendidikan yang rendah. Dengan rincian sebanyak 8 orang
diantaranya (8,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, dan
45 orang sisanya (45,0%) memiliki angka kejadian diare yang tinggi pada
balitanya.
Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, hasil menunjukkan nilai
P.value sebesar 0,046 < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan yang
bermakna antara Pendidikan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di
daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.
Tabel 4.17 Hubungan Pendidikan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare
pada Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun
2015
Kejadian Diare
Jumlah
Pendidikan
Rendah
Tinggi
p.value
f
%
f
%
f
%
Pendidikan tinggi
15
15,0
32
32,0
47
47,0
0,046
Pendidikan rendah
8
8,0
45
45,0
53
53,0
Jumlah
23
23,0
77
77,0
100 100,0

Universitas Sumatera Utara

62

4.4.3

Hubungan Pekerjaan dengan Angka Kejadian Diare pada Balita
Kebanyakan ibu tidak bekerja atau hanya berstatus sebagai ibu rumah

tangga, kejadian diare pada balita juga banyak ditemukan pada ibu dengan
kalangan tersebut. Diurutan kedua kejadian diare tertinggi pada balita banyak
ditemukan terjadi pada ibu yang berstatus PNS/Pensiunan/ABRI. Beberapa terjadi
juga pada ibu yang berstatus buruh dan paling sedikit terjadi pada ibu yang
berwiraswasta. Dilihat berdasarkan keeratan hubungan antara pekerjaan dan diare
pada balita, tidak ditemukan hubungan yang erat diantara keduanya.
Berdasarkan Tabel 4.18, sebanyak 24 ibu (24,0%) bekerja sebagai
PNS/Pensiunan ABRI, dengan rincian 4 orang ibu diantaranya (4,0%) memiliki
angka kejadian diare yang rendah, dan 20 ibu lainnya (20,0%) memiliki balita
dengan angaka kejadian diare yang tinggi. Sebanyak 7 orang ibu (7,0%) berstatus
wiraswasta, dengan rincian 3 orang ibu (3,0%) memiliki balita dengan angka
kejadian diare yang rendah, dan 4 ibu lainnya (4,0%) memiliki angka kejadain
diare yang tinggi pada balitanya. Sebanyak 46 orang ibu (46,0%) berstatus sebagai
ibu rumah tangga biasa, dengan rincian sebanyak 11 orang ibu (11,0%) memiliki
angka kejadian diare yang rendah pada balitanya, dan 35 ibu lainnya (35,0%)
memiliki balita dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sebanyak 23 ibu sisanya
(23,0%) bekerja sebagai buruh. Dengan rincian 5 orang diantaranya (5,0%)
memiliki angka kejadian diare yang rendah pada balitanya, dan 18 orang ibu
sisanya (18,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang tinggi pada
balitanya.

Universitas Sumatera Utara

63

Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, hasil menunjukkan nilai
P.value sebesar 0,543 > 0,05, sehingga Ho diterima, artinya tidak ada hubungan
yang bermakna antara Pekerjaan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita
di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.

Tabel 4.18 Hubungan Pekerjaan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada
Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015
Kejadian Diare
Jumlah
Pekerjaan
Rendah
Tinggi
p.value
f
%
f
%
f
%
PNS/Pensiunan/ABRI
4
4,0
20
20,0
24
24,0
Wiraswasta
3
3,0
4
4,0
7
7,0
0,543
IRT
11
11,0
35
35,0
46
46,0
Buruh
5
5,0
18
18,0
23
23,0
Jumlah
23
23,0
77
77,0
100 100,0

4.4.4

Hubungan Pendapatan dengan Angka Kejadian Diare pada Balita
Dilihat berdasarkan pendapatan perbulan ibu, kejadian diare pada balita

banyak terjadi pada ibu yang memiliki pendapatan bulanan lebih kecil. Namun
pada kalangan ibu yang pendapatannya lebih besar juga ditemukan angka kejadian
diare yang tinggi pada balitanya. Jika dinilai berdasarkan keeratan hubungan
antara keduanya yaitu antara pendapatan dan kejadian diare pada balita, tidak
ditemukan hubungan yang erat antara keduanya.
Berdasarkan Tabel 4.19, sebanyak 66 ibu (66,0%) mempunyai pendapatan
sebesar < Rp.2.118.500,- perbulannya. Dengan rincian 15 ibu diantaranya (15,0%)
memiliki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, dan 51 ibu lainnya
(51,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sebanyak 34

Universitas Sumatera Utara

64

ibu (34,0%) memiliki pendapatan bulanan sebesar ≥Rp.2.118.500,-. Dengan
rincian 8 orang ibu (8,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang
rendah, dan 26 ibu lainnya (26,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare
yang tinggi.
Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, hasil menunjukkan nilai
P.value sebesar 0,928 > 0,05, sehingga Ho diterima, artinya tidak ada hubungan
yang bermakna antara Pendapatan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita
di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.
Tabel 4.19 Hubungan Pendapatan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare
pada Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun
2015
Kejadian Diare
Jumlah
Pendapatan
Rendah
Tinggi
p.value
f
%
f
%
f
%
< Rp.2.118.500,15
15,0
51
51,0
66
66,0
0,928
≥Rp.2.118.500,8
8,0
26
26,0
34
34,0
Jumlah
23
23,0
77
77,0
100 100,0

4.4.5

Hubungan Pengetahuan dengan Angka Kejadian Diare pada Balita
Kejadian diare pada balita dilihat dari segi pengetahuan ibu, ditemukan

tingginya angka kejadian diare balita pada ibu yang berpengetahuan kurang baik,
sedangkan kejadian diare balita pada ibu yang berpengetahuan baik, tidak banyak
ditemukan.Berdasarkan keeratan hubungan antara keduanya yaitu pengetahuan
dan angka kejadian diare pada balita, ditemukan adanya hubungan yang sangat
kuat antara keduanya.
Berdasarkan Tabel 4.20, sebanyak 79 ibu (79,0%) memiliki pengetahuan
yang kurang baik terhadap diare pada balita. Dengan rincian 13 ibu diantaranya

Universitas Sumatera Utara

65

(13,0%) memiliki angka kejadian diare yang rendah pada balitanya. Sedangkan 66
ibu lainnya (66,0%) memiliki angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya.
Sebanyak 21 ibu (21,0%) memiliki pengetahuan yang baik terhadap diare pada
balita. Sebanyak 10 orang diantaranya (10,0%) memiliki angka kejadian diare
yang rendah pada balitanya, dan 11 ibu lainnya (11,0%) memiliki angka kejadain
diare yang tinggi pada balitanya.
Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, didapatkan nilai
expected count yang kurang dari 5 sebanyak 1 cell (25,0%) sehingga digunakan
uji alternatifnya yaitu fisher exact test dengan nilai P.value sebesar 0,007

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Tindakan Penanganan Diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2009.

0 36 93

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

2 27 161

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, SOSIAL EKONOMI DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEJADIAN DIARE DENGAN DEHIDRASI SEDANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKANG KOTA SEMARANG TAHUN 2015.

0 4 166

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 19

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 2

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

0 0 18

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

0 0 8

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

0 0 25

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

0 0 3