Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang
masih tinggi. Kasus diare di dunia sebanyak 1,7 miliar terjadi setiap tahunnya.
Sehingga, penyakit ini termasuk dalam target MDG’s ke-4 yaitu penurunan
kematian anak dari tahun 1990 menjadi 2/3 bagian sampai 2015. Salah satu
upaya menurunkannya adalah dengan menurunkan kematian karena diare
(Kemenkes RI, 2011).
Menurut World Health Organization / WHO (2013), penyakit diare adalah
suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai
dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai
pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak
bisa mengalami 1-3 episode diare berat.
Penyakit diare sering dijumpai pada anak-anak dan merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang harus ditangani secara bersama antara
masyarakat dengan pengelola masalah kesehatan masyarakat setempat. Penularan

penyakit diare dapat melalui kontaminasi agent (penyebab penyakit) seperti
virus, bakteri dan sebagainya dengan makanan, minuman yang kemudian

1
Universitas Sumatera Utara

2

dimakan oleh orang sehat. Penyakit diare dapat bersumber pada penyakit
menular yang disebarkan oleh air (water borne disease) penyakit ini hanya dapat
menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk dalam air yang digunakan
oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penyebab diare adalah
terjadinya peradangan usus yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau agent
penyebab penyakit diare lainnya. Penyebab lain yang dapat menimbulkan
penyakit diare adalah keracunan makanan, kurang gizi, alergi makanan tertentu,
kurang penyediaan air bersih serta faktor musim dan geografi tertentu. Penyebab
kematian pada penyakit diare adalah kehilangan cairan secara tiba-tiba
(dehidrasi) (Hiswani, 2003).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit (Sub Direktorat) Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens

naik. Pada tahun 2000 IR (Incidence Rate) penyakit diare 301/1000 penduduk,
tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR (Case Fatality Rate) yang
masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di 69
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94
%).Tahun 2009 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di 24 Kecamatan dengan
jumlah kasus 5756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),sedangkan
tahun 2010 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di 33 kecamatan dengan
jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR ,74%) (Kemenkes RI,
2011).

Universitas Sumatera Utara

3

Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang 4,2% - 18,9%), tertinggi di
provinsi Aceh (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,25%). Beberapa
provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (Provinsi Aceh, Sumatera Barat,
Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,
Papua Barat dan Papua) (Kemenkes RI, 2011).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2014), insiden diare berdasarkan gejala
sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar
6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan Period Prevalence diare
(berdasarkan gejala sebesar 7%). Pada tahun 2013 terjadi 8 Kejadian Luar Biasa
(KLB) yang tersebar di 6 Propinsi, 8 kabupaten dengan jumlah penderita 646
orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%). Sedangkan pada tahun 2014
terjadi 6 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare yang tersebar di 5 propinsi, 6
kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 2.549 orang dengan kematian 29 orang
(CFR 1,14%). Secara nasional angka kematian (CFR) pada Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare pada tahun 2014 sebesar 1,14%. Sedangkan target CFR pada
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare diharapkan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Tindakan Penanganan Diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2009.

0 36 93

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

2 27 161

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, SOSIAL EKONOMI DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEJADIAN DIARE DENGAN DEHIDRASI SEDANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKANG KOTA SEMARANG TAHUN 2015.

0 4 166

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 19

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 2

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

0 0 18

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

0 0 25

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015 Chapter III VI

0 0 56

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

0 0 3