Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Tindakan Penanganan Diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2009.

(1)

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN KARAKTERISTIK IBU TERHADAP TINDAKAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI

KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN DELI KOTA MEDAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh : NIM. 041000301

RENDITA H.S

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 0 9


(2)

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN KARAKTERISTIK IBU TERHADAP TINDAKAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI

KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN DELI KOTA MEDAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 041000301 RENDITA H.S

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 0 9


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN KARAKTERISTIK IBU TERHADAP TINDAKAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI

KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN DELI KOTA MEDAN TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh: NIM. 041000301

RENDITA H.S

Telah Diuji dan Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 4 Juli 2009

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Heldy B.Z, MPH dr. Fauzi, SKM NIP. 19520601-198203-1-003 NIP.

Penguji II Penguji III

Prof. Dr. Ida Yustina, MSi Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes NIP. 19680320-199308-2-001 NIP. 19730803-199903-2-001

Medan, Agustus 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 19531018-198203-2-00


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rendita Herditiya Surachman Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/27 Juni 1985

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 3 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Komplek Citra Wisata Blok XII/50 Medan. Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1991-1997 : SD IBA Palembang

2. Tahun 1997-2000 : SLTP Negeri 4 Palembang 3. Tahun 2000-2003 : SMU Negeri 1 Medan

4. Tahun 2004-2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap

Tindakan Penanganan Diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2009” yang merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Prof. Dr. Ida Yustina, MSi, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus dosen penguji I yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.


(6)

5. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku dosen penguji III yang telah banyak memberikan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen khususnya dosen-dosen peminatan AKK dan seluruh staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani pendidikan. 7. Kepala Puskesmas Medan Deli dan Kepala Lurah Kelurahan Kota beserta seluruh

staf yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, Ir. Royke Surachman Kertanegara dan Ibunda Herma Gusnida yang telah memberikan kasih sayang, motivasi hidup, perhatian, dan doa restu yang tiada henti kepada ananda serta adikku Dina dan Agi.

9. Teman-teman tersayang, Fira, Fiqa, Imel, Wiwid, Yana, Erly, Nury, Fina, Dini dan Dini Citra yang telah memberikan banyak bantuan dan semangat kepada penulis

10.Teman-teman seperjuangan di AKK (Nia, Niniet, Tina Fitri, Laina, Imron, Komala, Mita, Roni, Abang Zai, Abang Telpa, Kakak Cepti, Kakak Nelly, Abang Supri dan lain-lain) serta adik-adik junior di AKK yang telah memberikan semangat kepada penulis.

11.Teman-teman yang telah banyak memberikan semangat, saran dan bantuan kepada penulis Yuli, Indri, Aina, Ayu, Giffany, Frenky, Yudha, Ari, Ivan, kakak rina dan teman-teman lainnya.

12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(7)

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 4 Juli 2009 Penulis,

Rendita Herditya


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Diare ... 9

2.1.1. Jenis Diare ... 9

2.1.2. Penyebab Diare ... 10

2.1.3. Gejala Diare ... 10

2.1.4. Penanganan Diare ... 10

2.1.5. Upaya Kegiatan Pencegahan Diare ... 13

2.2. Hubungan faktor lingkungan dengan kejadian diare ... 16

2.2.1. Sumber air bersih ... 17

2.2.2. Jamban ... 18

2.2.3. Pengelolaan sampah ... 19

2.3. Peran Karakteristik Individu dalam perilaku Kesehatan ... 20

2.4. Perilaku Kesehatan ... 21

2.4.1. Determinan perilaku kesehatan ... 22

2.5. Pengetahuan ... 23

2.6. Sikap (attitude) ... 23

2.7. Praktek atau Tindakan (Practice) ... 24

2.8. Kerangka Konsep ... 25

2.9. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27


(9)

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.5. Defenisi Operasional ... 28

3.5.1. Variabel Independen ... 28

3.5.2. Variabel Lingkungan ... 30

3.5.3. Variabel Dependen ... 30

3.6. Aspek Pengukuran ... 31

3.7. Teknik analisa data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian... 33

4.1.1. Geografis dan Demografis ... 33

4.2. Karakteristik Responden ... 35

4.2.1. Variabel Pengetahuan ... 36

4.2.2. Variabel Sikap ... 40

4.2.3. Variabel Tindakan Penanganan... 44

4.2.4. Variabel Faktor Lingkungan ... 48

4.3. Hasil Uji Analisis Bivariat ... 52

4.4. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 53

BAB V PEMBAHASAN ... 55

5.1. Variabel yang Berpengaruh Terhadap Tindakan Penanganan Diare Pada Balita ... 55

5.1.1. Variabel Umur ... 55

5.1.2. Variabel Pendidikan ... 56

5.1.3. Variabel Pengetahuan ... 57

5.2. Variabel Yang Tidak Berpengaruh Terhadap Tindakan Penanganan Diare Pada Balita ... 58

5.2.1. Variabel Sikap... 58

5.2.2. Variabel Status Pekerjaan... 58

5.2.3. Variabel Pendapatan ... 59

5.2.4. Variabel Faktor Lingkungan ... 60

5.3. Tindakan penanganan Diare Pada Balita... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

6.1. Kesimpulan ... 63


(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Kuesioner 2. Master Data 3. Hasil Statistik 4. Surat Izin Penelitian


(11)

ABSTRAK

Di Kota Medan tahun 2007 jumlah kasus diare sebesar 35.952 kasus, yakni kasus yang terdaftar di Puskesmas, rumah sakit negeri, dan rumah sakit swasta, 30 anak balita di antaranya meninggal. Di Kecamatan Medan Deli, diare tersebar di 5 kelurahannya, dan kasus tertinggi terdapat di Kelurahan Kota Bangun dengan 1010 kasus. Berdasarkan golongan umur maka kasus tertinggi terdapat pada golongan umur 0–4 tahun dengan jumlah 809 kasus.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik ibu terhadap tindakan penanganan diare. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita yang bertempat tinggal di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli yaitu sebanyak 770 ibu dan sampel yang diteliti sebanyak 89 responden yang diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi linier berganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap tindakan penanganan diare adalah variabel umur (p=0,000), variabel pendidikan (p=0,001) dan variabel pengetahuan (p=0,000). Variabel yang tidak berpengaruh terhadap tindakan penanganan diare adalah variabel status pekerjaan, variabel pendapatan dan variabel sikap.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pada pihak puskesmas khususnya petugas kesehatan penanggung jawab program pencegahan dan pemberantasan diare agar lebih mensosialisasikan lagi mengenai penyakit diare dan cara penanganannya dengan meningkatkan penyuluhan mengenai diare.

Kata kunci : karakteristik, diare, tindakan penanganan dan balita.


(12)

ABSTRACT

In 2007 at Medan City, diarrhea were 35.952 cases, which registered in Health Center, Government Hospital and Private Hospital, 30 of them who children under five died. At Medan Deli Sub District, diarrhea spread in its 5 village and there were 1.010 cases in Kota Bangun Village. Based on the age, the highest cases was in the age of 0-4 year group, with the number of 809 cases.

This type of research was explanatory survey that aimed to explain the influence of maternal characteristics on her action of diarrhea. Population in this research were mother who have children under five who live in Kota Bangun village, Medan Deli Sub District. The number of population were 770 mothers and 89 were selected to be sample by using simple random sampling technique. Data were analized by using multiple linier regression at α=5%.

Results of research showed that the variables which had influence on mother’s action of diarrhea were age (p=0.000), education (p=0.001) and knowledge (p=0.000). Variables that didn’t have influence on mother’s action of diarrhea were employment status, income and attitude.

Based on the results of the research, it is expected to the health centers, particularly the responsible health prevention and eradication program to socialize diarrhea disease by improving health promotion about diarrhea.


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Distribusi Penyakit Diare Di Kota Medan Per Kecamatan

Tahun 2007 ... 3

Tabel 1.2. Distribusi Penyakit Diare Di Kecamatan Medan Deli Per Kelurahan Tahun 2007 ... 5

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen, Variabel Kontrol Dan Variabel Dependen ... 31

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 33

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian …………... 34

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………... 34

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku ……… 35

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pekerjaan, Pendidikan Dan Pendapatan Di Kelurahan Kota Bangun Tahun 2008 ………... 36

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Diare …. 38 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Penyakit Diare Di Kelurahan Kota Bangun Tahun 2009 … 39 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Diare Di Kelurahan Kota Bangun Tahun 2009 ……….. 42

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Tentang Penyakit Diare Di Kelurahan Kota Bangun Tahun 2009 ………….. 44

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Penanganan Penyakit Diare Di Kelurahan Kota Bangun Tahun 2009 …………... 46

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan Penanganan Penyakit Diare Di Kelurahan Kota Bangun Tahun 2009 ………….. 48


(14)

Tabel 4.13. Distribusi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kategori ……… 51 Tabel 4.14. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson Hubungan Karakteristik

Ibu Dan Faktor Lingkungan Dengan Tindakan Penanganan Ibu

Terhadap Diare Pada Balita ………. 53 Tabel 4.15. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Karakteristik

Ibu Dan Faktor Lingkungan Terhadap Tindakan Penanganan Diare Pada Balita ……….. 54


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(16)

ABSTRAK

Di Kota Medan tahun 2007 jumlah kasus diare sebesar 35.952 kasus, yakni kasus yang terdaftar di Puskesmas, rumah sakit negeri, dan rumah sakit swasta, 30 anak balita di antaranya meninggal. Di Kecamatan Medan Deli, diare tersebar di 5 kelurahannya, dan kasus tertinggi terdapat di Kelurahan Kota Bangun dengan 1010 kasus. Berdasarkan golongan umur maka kasus tertinggi terdapat pada golongan umur 0–4 tahun dengan jumlah 809 kasus.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik ibu terhadap tindakan penanganan diare. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita yang bertempat tinggal di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli yaitu sebanyak 770 ibu dan sampel yang diteliti sebanyak 89 responden yang diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi linier berganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap tindakan penanganan diare adalah variabel umur (p=0,000), variabel pendidikan (p=0,001) dan variabel pengetahuan (p=0,000). Variabel yang tidak berpengaruh terhadap tindakan penanganan diare adalah variabel status pekerjaan, variabel pendapatan dan variabel sikap.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pada pihak puskesmas khususnya petugas kesehatan penanggung jawab program pencegahan dan pemberantasan diare agar lebih mensosialisasikan lagi mengenai penyakit diare dan cara penanganannya dengan meningkatkan penyuluhan mengenai diare.

Kata kunci : karakteristik, diare, tindakan penanganan dan balita.


(17)

ABSTRACT

In 2007 at Medan City, diarrhea were 35.952 cases, which registered in Health Center, Government Hospital and Private Hospital, 30 of them who children under five died. At Medan Deli Sub District, diarrhea spread in its 5 village and there were 1.010 cases in Kota Bangun Village. Based on the age, the highest cases was in the age of 0-4 year group, with the number of 809 cases.

This type of research was explanatory survey that aimed to explain the influence of maternal characteristics on her action of diarrhea. Population in this research were mother who have children under five who live in Kota Bangun village, Medan Deli Sub District. The number of population were 770 mothers and 89 were selected to be sample by using simple random sampling technique. Data were analized by using multiple linier regression at α=5%.

Results of research showed that the variables which had influence on mother’s action of diarrhea were age (p=0.000), education (p=0.001) and knowledge (p=0.000). Variables that didn’t have influence on mother’s action of diarrhea were employment status, income and attitude.

Based on the results of the research, it is expected to the health centers, particularly the responsible health prevention and eradication program to socialize diarrhea disease by improving health promotion about diarrhea.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang dimaksud meliputi kegiatan perbaikan gizi, kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular maupun penyakit tidak menular dan sebagainya (Depkes RI, 2004).

Indonesia merupakan kawasan endemik berbagai penyakit menular, salah satunya adalah diare. Setiap tahun rata-rata 100.000 anak meninggal dunia karena diare dan diare menjadi penyebab kematian kedua terbesar setelah malnutrisi di Indonesia. Penyebab utama diare yaitu kurangnya perilaku hidup bersih masyarakat dan sanitasi yang buruk (Dinkes Jatim, 2006).

Diare pada Balita (Bawah lima tahun) sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan cairan. Balita rentan terhadap diare karena perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuhnya yang belum optimal menyebabkan mereka mudah terserang diare akibat bakteri atau virus (Medicastore.com, 2007).


(19)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2000–2003, diare merupakan penyebab kematian nomor tiga pada Balita di dunia. Di Asia Tenggara juga menempati urutan ketiga penyebab kematian pada Balita (WHO, 2005) dan di Indonesia menurut Surkesnas (Survei Kesehatan Nasional) 2001 diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada Balita.

Diare merupakan penyakit dengan frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang cukup tinggi. Tahun 2006 dilaporkan 11 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara; Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Nias, Dairi, Padang Sidempuan, Serdang Bedagai, Samosir dan Nias Selatan mengalami KLB diare dengan jumlah penderita 2.110 kasus dan jumlah kematian 62 orang dengan

Case Fatality Rate (CFR) = 2,94%. Jumlah penderita terbanyak di Kabupaten Nias

yaitu 613 penderita dan terendah di Kabupaten Asahan yaitu 24 penderita, sedangkan CFR tertinggi terjadi di Kabupaten Nias Selatan yaitu 10% dan terendah di Kabupaten Langkat yaitu 0%. Berdasarkan laporan diperoleh bahwa jumlah penderita diare di Sumatera Utara tahun 2006 adalah 182.922 penderita, dengan Incidence Rate (IR) 6,9/1.000 penduduk dan angka kematian (CFR) 0,016% lebih rendah dari angka nasional yaitu 1,2%. Walaupun angka IR dan CFR rendah namun data tersebut belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya di masyarakat, karena pencapaian target penemuan kasus diare masih sangat rendah yaitu 23,11% dari target 358.814 orang pada tahun 2006. Ini mengandung arti bahwa masih banyak kasus-kasus yang tidak terlaporkan (under-reporting) yang terjadi di tengah masyarakat. Diketahui juga bahwa 52,50% dari penderita adalah kelompok umur Balita (Profil Kesehatan Sumut, 2006).


(20)

Di Kota Medan tahun 2007 jumlah kasus diare sebesar 35.952 kasus, yakni kasus yang terdaftar di Puskesmas, rumah sakit negeri, dan rumah sakit swasta, 30 anak Balita di antaranya meninggal

Data dari Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai distribusi penyakit diare di Kota Medan per kecamatan tahun 2007 secara rinci dapat di lihat pada Tabel 1.1. berikut ini :

Tabel 1.1. Distribusi Penyakit Diare di Kota Medan Per Kecamatan Tahun 2007

No Kecamatan Puskesmas Jumlah

Diare

Jumlah Diare Pada Balita

1 Medan Tuntungan

- Pusk. Tuntungan

490 238

- Pusk. Simalingkar 1.000 365 2 Medan Johor - Pusk. Medan Johor 1.536 758 - Pusk. Kedai Durian 714 425 3 Medan Amplas - Pusk. Amplas 1.468 916 4 Medan Denai - Pusk. Desa Binjei 658 263 - Pusk. Tegal Sari 681 385 - Pusk. Medan Denai 598 254

- Pusk. Bromo 1.508 746

5 Medan Area - Pusk. Kota Matsum 830 282 - Pusk. Sukaramai 709 352 - Pusk. M. Area Selatan 779 441 6 Medan Kota - Pusk. Teladan 829 544 - Pusk. Pasar Merah 591 514 - Pusk. Sp. Limun 886 380 7 Medan Maimun - Pusk. Kp. Baru 648 283 8 Medan Polonia - Pusk. Polonia 558 288 9 Medan Baru - Pusk. Pd. Bulan 889 342 10 Medan Selayang - Pusk. PB.Selayang 293 95 11 Medan Sunggal - Pusk. Desa Lalang 725 268

- Pusk. Sunggal 1.108 509 12 Medan Helvetia - Pusk. Helvetia 1.274 534 13 Medan Petisah - Pusk Petisah 372 116


(21)

Tabel. 1.1. (Lanjutan)

- Pusk.Darussalam 488 167

- Pusk.Rantang 296 92

14 Medan Barat - Pusk.Glg. Kota 759 334 - Pusk.Pulo Brayan 1.062 447 - Pusk.Sei Agul 1.114 554 15 Medan Timur - Pusk.Glugur Darat 1.321 744 16 Medan

Perjuangan

- Pusk.Sentosa Baru

1.339 619

17 Medan Tembung - Pusk. Mandala 1.243 587

- Pusk. Sering 448 173

18 Medan Deli - Pusk. Mdn Deli 2.235 1000 - Pusk. Titi Papan 671 370 19 Medan Labuhan - Pusk. Medan Labuhan 1.013 317 - Pusk Pekan Labuhan 1.071 548 - Pusk. Martubung 940 480 20 Medan Marelan - Pusk. Terjun 1.983 1,191 21 Medan Belawan - Pusk. Belawan 1.990 1,007

Jumlah Kasus 37.117 17.928

Sumber : Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2007

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kasus diare tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Deli. Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Medan Deli, diare termasuk ke dalam 10 penyakit terbesar dan selama 3 tahun terakhir kasus diare di Medan Deli mengalami peningkatan. Tahun 2006 kasus diare di Kecamatan Medan Deli mengalami peningkatan dari 1.758 kasus menjadi 2.056 kasus dan pada balita dari 856 menjadi 1.025 balita kemudian tahun 2007 kasus meningkat lagi menjadi 2235, namun kasus pada balita menurun 2,5 % dari tahun sebelumnya. Tahun 2008 jumlah kasus diare bulan Januari-Juni sebesar 937 kasus.

Di Kecamatan Medan Deli, diare tersebar di 5 kelurahannya, dan kasus tertinggi terdapat di Kelurahan Kota Bangun dengan 1010 kasus. Berdasarkan golongan umur maka kasus tertinggi terdapat pada golongan umur 0–4 tahun dengan


(22)

jumlah 809 kasus. Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Medan Deli, tingginya kasus diare di Kelurahan Kota Bangun dibandingkan dengan 4 kelurahan lainnya di Kecamatan Medan Deli disebabkan daerah tersebut sanitasinya jelek dan masih banyak yang tidak mempunyai jamban keluarga. Persediaan air bersih di Kecamatan Kota Bangun menggunakan PAM (Perusahaan Air Minum) dan sumur gali (SGL), dari 1.514 KK (Kepala Keluarga) yang ada di Kelurahan Kota Bangun, yang menggunakan PAM 33,86 % (510 KK) dan SGL 66,14% (1004 KK) dan dari 1514 KK, 60% KK (921 KK) menggunakan jamban leher angsa, 15% (223 KK) menggunakan WC (Water Closet) cemplung dan 25% (370 KK) tidak memiliki jamban. KK yang tidak memiliki jamban memilih untuk BAB (Buang Air Besar) di sungai atau terkadang menumpang di WC tetangga terdekatnya. Kualitas sumur gali di Kelurahan Kota Bangun bervariasi,ada yang sudah memenuhi syarat kesehatan dan ada juga yang kurang memenuhi syarat kesehatan.

Data mengenai distribusi penyakit diare tiap kelurahan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 1.2. berikut ini:

Tabel. 1.2. Distribusi Penyakit Diare di Kecamatan Medan Deli Per Kelurahan Tahun 2007

No Kelurahan Kasus Diare Kepadatan Penduduk

1 Kota Bangun 1010 47,87 jiwa/km2

2 Mabar 307 72,55 jiwa/km2

3 Mabar Hilir 287 70,50 jiwa/km2 4 Tanjung Mulia 316 65,47 jiwa/km2 5 Tanjung Mulia Hilir 315 113,87 jiwa/km2


(23)

Adapun upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Medan Deli untuk mengatasi peningkatan kasus diare setiap tahunnya yaitu: penyuluhan diare, pemberian oralit, kaporisasi, cakupan Balita dengan diare, dan home visit (Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli, 2007). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan petugas puskesmas dapat diketahui bahwa puskesmas hanya bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota dan tidak berkerjasama dengan sektor lain (Petugas umum & Dinas Kebersihan) untuk mengatasi peningkatan diare. Bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota yaitu dengan menyediakan oralit dan kaporit untuk puskesmas yang kemudian akan diberikan kepada masyarakat yang diketahui menderita diare dan mpunyai kualitas air yang buruk.

Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku kesehatan merupakan suatu respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor–faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi setiap orang, namun respons setiap orang berbeda. Faktor yang membedakan terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku terbagi dua yakni: determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya dan determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering


(24)

merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Derajat kesehatan terutama kesehatan dalam keluarga, sangat ditentukan oleh perilaku hidup sehat ibu. Dalam keluarga, ibu memegang peranan besar karena ibu merupakan penggerak/motivator utama keluarga dalam membentuk, membina dan meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan lingkungan yang bersih bagi anggota keluarga (Zaahara, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Zaahara (2002) di Kecamatan Tanjung Periok diketahui bahwa tingginya angka diare pada balita disebabkan karena sikap ibu dalam mengasuh balita yang kurang memperhatikan tindakan pencegahan diare.

Hasil penelitian Erniliana (2006) menunjukkan bahwa karakteristik individu mempunyai hubungan dengan tindakan ibu dalam pencegahan diare pada bayi dan berdasarkan hasil penelitian Akhar (2008), diketahui bahwa pengetahuan ibu memberikan kontribusi paling kuat dibandingkan faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam memengaruhi kejadian diare akut pada Balita. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Penelitian Kamaruddin (2004) menunjukkan bahwa ada hubungan kejadian diare dengan faktor lingkungan yaitu ketersediaan jamban, sumber air bersih, tempat pembuangan sampah dan higiene perorangan.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin meneliti pengaruh faktor lingkungan dan karakteristik ibu terhadap tindakan penanganan diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan tahun 2009.


(25)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh faktor lingkungan dan karakteristik ibu terhadap tindakan penanganan diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan tahun 2009”.

1.3. Tujuan Penelitian

Menjelaskan pengaruh faktor lingkungan dan karakteristik ibu (umur, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap) terhadap tindakan penanganan diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan tahun 2009

1.4. Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan peran serta masyarakat terutama ibu dalam penanganan penyakit diare.

2. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan.

3. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Medan Deli dalam upaya menangani penyakit diare.

4. Sebagai masukan bagi peneliti lain dan bahan referensi di perpustakaan FKM-USU.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare

Diare adalah BAB (Buang Air Besar) lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali dalam sehari) (Depkes RI, 2000).

2.1.1. Jenis Diare

1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.

3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

4. Diare dengan masalah lain

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti: demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.


(27)

2.1.2. Penyebab Diare

Penyebab diare dapat digolongkan dalam 6 besar, yaitu infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab-sebab lain. Penyebab diare yang sering terjadi di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.

2.1.3. Gejala Diare

Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, tidak nafsu makan dan ada darah dan lendir dalam kotoran (Medicastore.com, 2007).

2.1.4. Penanganan Diare

Menurut Depkes RI (1999), terapi dirumah adalah bagian terpenting dari penanganan diare. Anak harus menerima pengobatan yang benar di rumah agar dehidrasi dan kekurangan gizi dapat dicegah.

Ada tiga dasar terapi yang dapat dilakukan oleh ibu di rumah, yaitu: 1. Memberi anak cairan lebih banyak dari biasanya.

Anak yang diare membutuhkan lebih banyak cairan dari biasanya untuk mengganti cairan yang hilang karena muntah dan BAB yang lebih dari biasanya. Bila anak yang menderita diare diberikan cairan yang tepat dalam jumlah yang memadai, dehidrasi dapat dicegah.

2. Memberikan cairan yang tepat.

Meskipun komposisinya tidak setepat larutan oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan lain seperti air tajin, sup, minuman yoghurt dan air biasa bisa juga


(28)

digunakan. ASI (Air Susu Ibu) juga merupakan cairan yang penting dan harus diberikan.

Komposisi cairan yang dapat diberikan adalah: a. Air

Meskipun air tidak mengandung garam atau sumber glukosa, biasanya air harus diberikan dalam jumlah yang besar karena air lebih cepat diabsorbsi di usus, dan bila diberikan dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang dimasak, terutama bila ditambah garam, akan menjadi pengobatan yang tepat bagi Balita yang mengalami diare.

b. Cairan makanan

Contoh cairan makanan ini adalah larutan sup yang dibuat di rumah, air tajin atau air yang telah digunakan untuk memasak biji-bijian.

c. Larutan gula garam

Komposisi larutan gula garam mendekati ideal untuk mencegah diare, namun begitu untuk menyiapkannya membutuhkan takaran yang tepat yaitu gula, garam dan air.

Cara membuat larutan gula-garam:

Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 ml) air matang. Lalu diaduk rata (www.dunia-kesehatan.com, 2008).


(29)

3. Memberikan makanan yang cukup pada anak.

Pada saat anak diare berikan anak makan sebanyak yang dia mau. Tawarkan makanan setiap 3-4 jam (enam kali sehari). Pemberian makanan yang sedikit– sedikit dan sering dapat diterima daripada diberikan dalam jumlah besar tapi jarang. ASI harus tetap diberikan. Susu formula juga tetap harus diberikan seperti biasanya. Anak umur 6 bulan atau lebih (bagi yang sudah mendapat makanan pendamping ASI) juga harus tetap diberikan makanan lunak atau setengah padat (Depkes RI, 1999).

Terdapat 3 keadaan akibat dehidrasi, yaitu:

1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan). Tandanya anak tetap aktif, keinginan untuk minum seperti biasa karena rasa haus tidak meningkat, kelopak mata tidak cekung, BAK (Buang Air Kecil) sering.

2. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan). Tandanya anak gelisah atau rewel, anak ingin minum terus karena rasa haus meningkat, kelopak mata cekung, BAK mulai berkurang.

3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% berat badan). Tandanya anak lemas atau tidak sabar, tidak dapat minum, kelopak mata sangat cekung, pada uji cubit kulit kembali lebih dari 2 detik. Agar lebih mudah gunakan kulit perut.

Untuk menilai kondisi dehidrasi pada anak ada 5 parameter yang bisa digunakan yaitu aktivitas, rasa haus, kelopak mata, buang air kecil (BAK), dan uji turgor atau uji cubit. Lihat kelopak mata anak, apakah cekung atau tidak. Anak harus kencing dalam waktu 6-8 jam, jika lebih dari 8 jam tidak kencing maka dehidrasi ringan. Untuk anak yang lebih besar batas kencingnya 12 jam. Uji cubit paling


(30)

gampang dilakukan pada kulit perut, kulit harus kembali dalam 2 detik. Jika tanpa dehidrasi, anak tidak perlu buru-buru dibawa ke dokter. Meskipun tergolong dehidrasi ringan tapi jika anak muntah setiap kali minum, sebaiknya langsung dibawa ke dokter karena akan menjadi dehidrasi berat. Anak juga harus segera dibawa ke dokter jika ada demam, muntah setiap kali makan dan minum, adanya darah dan lendir dalam tinja. Hal ini karena ada kemungkinan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang memerlukan pertolongan dokter.

Antibiotik diberikan hanya pada kasus yang terbukti ada infeksi bakteri misalnya penyakit kolera yang disebabkan Vibrio cholerae, penyakit disentri yang disebabkan parasit yaitu amuba dengan ciri-ciri fesesnya bau sekali, ada lendir, darah, anaknya merasa sakit sekali saat mau BAB.

Perlu dicermati, jika diare hanya berupa air saja dan ampasnya sedikit, itu menunjukkan ke arah infeksi virus sehingga tidak perlu antibiotik (Medicastore, 2006).

2.1.5. Upaya Kegiatan Pencegahan Diare

Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa cara pencegahan diare yang benar-benar efektif yang dapat dilakukan adalah:

1. Memberikan ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai berumur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.


(31)

ASI memiliki khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare.

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan risiko mendapat diare adalah 30 kali lebih besar. Penggunaan botol untuk pemberian susu formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

2. Memperbaiki makanan pedamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada bayi secara bertahap. Mulailah dibiasakan dengan makanan orang dewasa yang dihaluskan. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya meningkatkan risiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebakan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu: a) Berikan makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan, b) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi, c) Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran bewarna hijau kedalam makanannya, d) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak.


(32)

Suapi anak dengan sendok yang bersih dan e) Masak atau rebus makanan dengan benar.

3. Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal

oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau

benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Hal-hal yang harus diperhatikan keluarga: a) Ambil air dari sumber yang bersih, b) Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air, c) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan lain-lain, d) Gunakan air yang direbus dan e) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih.

4. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan mempunyai dampak dalam kejadian diare.

5. Menggunakan jamban

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah: a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga, b) Bersihkan secara teratur dan c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak–anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya


(33)

jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.

6. Membuang tinja bayi yang benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga: a) Tinja bayi atau anak kecil sebaiknya dibuang ke jamban, b) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun dan c) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya dengan sabun.

7. Memberikan imunisasi campak

Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2000).

2.2. Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Diare

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan minuman, maka dapat menimbulkan penyakit diare.


(34)

2.2.1. Sumber air bersih

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air menetapkan bahwa kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan bakteriologis, fisika, kimia dan radioaktif.

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air minum seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang dapat membahayakan manusia (Slamet, 2002).

Pada umumnya untuk keperluan sehari-hari masyarakat menggunakan sumber air antara lain:

1. PAM (Perusahaan Air Minum)

PAM adalah perusahaan air yang menangani air bersih dengan sistem perpipaan. Menurut Biro Pusat Statistik (1995), status perusahaan air minum di Indonesia terdiri dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan yang merupakan prasarana air bersih (air minum) untuk kebutuhan lebih dari 60 liter/orang/hari yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Air dari PAM dianggap memenuhi syarat sebagai sumber air bersih.

2. Sumur Gali

Persyaratan sumur gali:

a. Lokasi: a) Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban, tempat pembuangan air kotor, lubang resapan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat–tempat pembuangan kotoran lainnya, b) Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya mengandung air


(35)

sepanjang musim dan c) Lokasi sumur gali diusahakan terletak pada daerah yang bebas banjir.

b. Konstruksi: a) Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan, b) Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian kedalam sumur, c) Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian rupa sehingga dapat mencegah masuknya kotoran kembali melalui alat yang dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan dan sebagainya, d) Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai dan tepi luar dinding sumur minimal 1 meter dengan kemiringan kearah tepi lantai dan e) Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus kedap air sepanjang minimal 10 meter dihitung dari tepi sumur.

2.2.2. Jamban

Pembuangan tinja manusia yang terinfeksi yang dilaksanakan secara tidak layak tanpa memenuhi persyaratan sanitasi dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah dan sumber–sumber penyediaan air. Disamping itu serangga– serangga seperti lalat dapat menyebarkan tinja dan kadang–kadang menimbulkan bau yang tidak dapat ditolerir.

Jamban yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebagai berikut: 1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut, 2) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya, 3) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa,


(36)

dan binatang–binatang lainnya, 4) Tidak menimbulkan bau dan 5) Mudah digunakan dan dijaga kebersihannya.

Apabila persyaratan–persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan antara lain hal–hal sebagai berikut: a) Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga–serangga dan binatang– binatang lain, terlindung dari pandangan orang dan sebagainya, b) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya, c) Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya dan d) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih (Notoatmodjo, 2003).

2.2.3. Pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Definisi pengelolaan sampah disini meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara–cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut:

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah. Pengumpulan sampah adalah tanggung jawab dari masing–masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing–masing tempat


(37)

pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA). 2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah

Pemusnahan dan atau pengolahan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut: a) Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah, b) Dibakar (inceneration), yaitu pemusnahan sampah dengan membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator) dan c) Dijadikan pupuk (composting) Yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk, khususnya untuk sampah organik daun–daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk (Notoatmodjo, 2003).

2.3. Peran Karakteristik Individu dalam perilaku Kesehatan

Para ahli telah merumuskan berbagai faktor karakteristik individu yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatannya. Menurut Notoatmodjo (2003), beberapa faktor individu (person) terkait kesehatan antara lain:

1. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.

2. Status Pekerjaan

Status pekerjaan adalah suatu kegiatan/aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Anderson


(38)

menyatakan bahwa struktur sosial yang salah satu diantaranya adalah pekerjaan menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2004). 3. Penghasilan

Merupakan variabel yang dinilai hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan penyakit.

4. Pendidikan

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa orang dengan pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan pendidikan formal lebih rendah, karena akan lebih mampu memahami arti dan pentingnya kesehatan.

2.4. Perilaku Kesehatan

Masalah kesehatan masyarakat terutama di negara–negara berkembang pada dasarnya menyangkut dua aspek utama, yaitu fisik, seperti misalnya tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, dan nonfisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat (Ali, 2003).

2.4.1. Determinan perilaku kesehatan

Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam atau luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku disebut determinan. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Green (1980).


(39)

Green menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni: 1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal–hal yang berkaitan dengan kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. 2. Faktor–faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas–fasilitas atau sarana–sarana kesehatan, misalnya Puskesmas, obat–obatan, alat–alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.5. Pengetahuan

Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.


(40)

2.6. Sikap (attitude).

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan dari motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.

2.7. Praktek atau Tindakan (Practice)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia dapat melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan.

1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit.

Tindakan atau perilaku ini mencangkup: a) Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat yang berdebu, dan sebagainya dan b) Penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran–anjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya.


(41)

2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengkonsumsi makan dengan gizi yang seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba.dan sebagainya.

3. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan.

Perilaku ini antara lain mencakup: membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah, mengunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya (Notoatmodjo,2003).

2.8. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Faktor Lingkungan

Gambar 2.1: Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Ibu

1. Umur 2. Pendidikan 3. Status Pekerjaan 4. Pendapatan 5. Pengetahuan 6. Sikap

Tindakan penanganan (meliputi pencegahan dan pengobatan) diare pada Balita.

Faktor Lingkungan 1. Ketersediaan Jamban 2. Penyediaan Air Bersih 3. Tempat Pembuangan


(42)

Berdasarkan kerangka konsep di atas, dapat dirumuskan variabel yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Karakteristik individu adalah ciri dari seseorang yang melekat pada diri mereka, yang dapat membedakan satu individu dengan individu lainnya, yang berhubungan dengan tindakan penanganan penyakit diare

2. Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat di lingkungan masing-masing ibu yang dapat memengaruhi tindakan ibu dalam menangani diare meliputi ketersediaan jamban, penyediaan air bersih (PAB) dan tempat pembuangan sampah (TPS).

3. Tindakan penanganan adalah setiap kegiatan/upaya responden dalam mencegah (memberikan ASI, memperbaiki makanan pedamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban, membuang tinja bayi yang benar dan memberikan imunisasi campak) dan pengobatan diare pada Balita.

2.9. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh faktor lingkungan (ketersediaan jamban, penyediaan air bersih dan tempat pembuangan sampah) dan karakteristik ibu (umur, pendidikan, satus pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap) terhadap tindakan penanganan diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun tahun 2009.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survey dengan tipe explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan selama tiga tahun terakhir (2006-2008) jumlah kasus diare yang tertinggi ada di kelurahan tersebut.

Waktu penelitian pada bulan Maret 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki Balita berumur 0-4 tahun di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli yang berjumlah 770 orang dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu sebagian dari seluruh ibu yang memiliki Balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli dengan menggunakan teknik pengambilan sampel simple

random sampling. Berdasarkan buku metode penelitian kesehatan Notoatmodjo maka

perhitungan sampel untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 menggunakan rumus :


(44)

Keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,1) maka :

n = 88,51= 89 Sampel sebanyak 89 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data. 1. Data Primer

Untuk pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dari laporan Puskesmas Medan Deli dan kantor Kecamatan Medan Deli.

3.5. Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen 3.5.1.1. Karakteristik Responden

1. Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir, yang dikategorikan atas tiga (3) kategori berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Medan tahun 2008 yaitu :


(45)

2) Dewasa : 25-49 tahun 3) Orang tua : ≥ 50 tahun

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di capai oleh responden berdasarkan ijazah terakhir. Di kategorikan atas :

1) Tidak tamat SD 2) Tamat SD 3) Tamat SLTP 4) Tamat SLTA 5) Tamat PT/Akademi

3. Status pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan responden secara tetap untuk menghasilkan pendapatan. Dikategorikan atas: 1) Bekerja, 2) Tidak bekerja.

4. Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh responden (dalam nilai rupiah) dalam satu bulan. Pendapatan diukur memakai skala ordinal dan berdasarkan Upah Minimun Sektoral Kota (UMSK) sesuai Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.561/1096.K/Tahun 2008 yaitu sebesar Rp.898.438,- per bulan. Pendapatan dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu:

1) < Rp.898.438,-

2) ≥ Rp 898.438,-

5. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh responden sehubungan dengan tindakan penanganan (meliputi pencegahan dan pengobatan) diare.

6. Sikap adalah kecenderungan responden untuk berespons (secara positif atau negatif) dalam penanganan diare.


(46)

3.5.2. Variabel Lingkungan

Faktor lingkungan (ketersediaan jamban, penyediaan air bersih dan tempat pembuangan sampah).

a. Ketersediaan jamban adalah kepemilikan jamban atau ada tidaknya jamban yang memenuhi syarat kesehatan untuk setiap rumah tangga. Dikategorikan sebagai berikut: 1) Ada, memenuhi syarat dan 2) Ada, tidak memenuhi syarat 3) Tidak ada

b. Penyediaan air bersih adalah penyediaan air yang digunakan untuk keperluan kehidupan sehari–hari. Dikategorikan sebagai berikut: 1) Ada, memenuhi syarat dan 2) Ada, tidak memenuhi syarat 3) Tidak ada

c. Ketersediaan tempat pembuangan sampah adalah sarana yang dipergunakan untuk membuang sampah dari rumah tangga responden, dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Ada, memenuhi syarat dan 2) Ada, tidak memenuhi syarat 3) Tidak ada.

3.5.3. Variabel Dependen

Tindakan penanganan diare adalah upaya responden dalam melakukan penanganan diare (meliputi pencegahan yaitu: memberikan ASI, memperbaiki makanan pedamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban, membuang tinja bayi yang benar, memberikan imunisasi campak dan pengobatan diare).


(47)

3.6. Aspek Pengukuran

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen

Variabel Indikator Kriteria Bobot

Nilai

Skor Skala Ukur

Umur Rasio

Pendidikan 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA 5. Tamat PT/Akademi

Ordinal

Status Pekerjaan

1. Bekerja 2. Tidak bekerja

Nominal Pendapatan 1. < Rp.898.438,-

2. ≥ Rp 898.438,-

Ordinal Pengetahuan 8 1. Tinggi

2. Sedang 3. Rendah 3 2 1 19-24 13-18 8- 12 Interval

Sikap 12 1. Baik

2. Sedang 3. Buruk 3 2 1 27-36 20-26 12-19 Interval Ketersediaan Jamban

4 1. Ada, memenuhi syarat 2. Ada, tidak memenuhi

syarat 3. Tidak ada

Ordinal

Penyediaan Air Bersih

5 1. Ada, memenuhi syarat 2. Ada, tidak memenuhi

syarat 3. Tidak ada

Ordinal

Ketersediaan TPS

2 1. Ada, memenuhi syarat 2. Ada, tidak memenuhi

syarat 3. Tidak ada

Ordinal

Tindakan Penanganan

11 1. Baik 2. Buruk

17-22 11-16


(48)

3.7. Teknik analisa data

Penelitian yang akan dilakukan bersifat kuantitatif dengan menggunakan analisa statistik dengan uji regresi linier berganda, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Data yang diperoleh, dianalisa dan dimanfaatkan sebagai pedoman pembahasan, penarikan kesimpulan dan pemberian saran.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1. Geografis dan Demografis

Kelurahan Kota Bangun berada di wilayah kecamatan Medan Deli. Kecamatan Medan Deli memiliki 5 kelurahan, yaitu: Kota Bangun, Mabar, Mabar Hilir, Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir.

Luas wilayah kelurahan Kota Bangun adalah 2,50 Km2

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Titi Papan

dengan batas-batas wilayah:

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mabar

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Manunggal Kabupaten Deli Serdang 4. Sebelah Timur berbatasan dengan PTP Deli Serdang.

Kelurahan Kota Bangun terdiri dari 8 lingkungan dengan jumlah penduduk sebanyak 10.879 jiwa yang terdiri atas penduduk laki-laki sebanyak 7.091 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3788 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin. No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Perempuan 3.788 34,82

2 Laki-laki 7.091 65,18

Jumlah 10.879 100

Sumber: Data Potensi Kelurahan Kota Bangun Kec. Medan Deli tahun 2008.

Pada umumnya mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli adalah buruh yaitu sebanyak 4.227 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2


(50)

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian. No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 27 0,58

2 Nelayan 2 0,04

3 TNI/Polri 95 2,03

4 Buruh 4.227 90,07

5 Pengusaha 8 0,17

6 Pedagang 142 3,03

7 Sopir 22 0,46

8 Peternak 10 0,21

9 Pengrajin 8 0,16

10 Tukang Kayu 2 0,04

11 Pengemudi Becak 25 0,53

12 Montir 5 0,11

13 Petani 120 2,57

Jumlah 4.693 100

Sumber: Data Potensi Kelurahan Kota Bangun Kec. Medan Deli tahun 2008.

Berdasarkan penggolongan tingkat pendidikan, diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Kota Bangun paling banyak adalah SLTP, dengan jumlah 4.530 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan. No Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 SD 2.760 25,37

2 SLTP 4.530 41,64

3 SLTA 2.915 26,79

4 D3 25 0,23

5 S1 32 0,29

6 Tidak Tamat SD 265 2,44 7 Belum sekolah 352 3,24

Jumlah 10.879 100

Sumber: Data Potensi Kelurahan Kota Bangun Kec. Medan Deli tahun 2007.

Distribusi penduduk menurut suku, diketahui bahwa suku terbanyak adalah suku Melayu yaitu 33.23% dengan jumlah 3.623 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4


(51)

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku

No Suku Jumlah Persentase (%)

1 Melayu 3.623 33,30

2 Batak 2.360 21,69

3 Jawa 1.271 11,68

4 Cina 3.378 31,05

5 India 12 0,11

6 Suku Lain 235 2,17

Jumlah 10.879 100

Sumber: Data Potensi Kelurahan Kota Bangun Kec. Medan Deli tahun 2008. 4.2. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita dan bertempat tinggal di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli. Dari hasil penelitian pada 89 orang responden dapat digambarkan karakteristik berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap.

Berdasarkan hasil penelitian, umur responden paling banyak pada kategori umur 25-49 tahun dan tidak terdapat responden yang berumur lebih dari 50 tahun dan dari 89 responden, 63 (70,8%) responden tidak bekerja dan 26 reponden bekerja. Responden paling banyak pada kategori lulusan SLTA yaitu 33 responden (37,1%) dan hanya 1 responden (1,1%) yang tidak tamat SD dan pendapatan responden paling banyak pada kategori > UMSK yaitu 67 responden (75,3%) dan 22 responden (24,7%) pendapatannya < UMSK. Uraian mengenai distribusi responden berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.


(52)

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pekerjaan, Pendidikan Dan Pendapatan Di Kelurahan Kota Bangun Tahun 2008

No Karakteristik responden Jumlah %

1 Umur (tahun)

15–24 37 41,57

25-49 52 58,43

>50 0 0

Jumlah 89 100

2 Status Kerja Ibu

Bekerja 26 29,2

Tidak bekerja 63 70,8

Jumlah 89 100

3 Pendidikan

Tidak sekolah/Tidak tamat SD 1 1,1

SD 25 28,1

SLTP 30 33,7

SLTA 33 37,1

D3/Sarjana 0 0

Jumlah 89 100 4 Pendapatan

< UMSK 22 24,7

≥ UMSK 67 75,3

Jumlah 89 100

4.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur dengan 8 indikator, meliputi: pengertian diare, penyebab diare, gejala diare, tindakan yang dapat mencegah diare, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare, kondisi air bersih, tanda-tanda dehidrasi berat pada Balita dan komposisi cairan yang dapat diberikan pada Balita yang terkena diare

Hasil penelitian mengenai pengetahuan tentang diare pada tabel 4.6 tentang pengertian diare menunjukkan bahwa responden paling banyak menjawab kurang benar yaitu mencret dan muntah sebanyak 79 responden (88,8%), 10 responden (11,2%) menjawab dengan benar dan tidak ada yang menjawab tidak tahu.


(53)

Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 89 responden yang mengetahui penyebab diare yang menjawab dengan benar yaitu 27 responden (30,3%). 46 responden (51,7%) menjawab kurang benar dan 16 responden (18%) sama sekali tidak tahu mengenai penyebab diare.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu sebanyak 66 responden (74,2%) mengatakan bahwa gejala diare yaitu mencret dan badan lesu dan 3 responden (3,4%) tidak tahu mengenai gejala diare.

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 46 responden (51,7%) menjawab salah satu cara untuk mencegah diare yaitu dengan cara mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, 11 responden (12,4%) tidak tahu mengenai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah diare.

Hasil penelitian menunjukkan hanya 36 responden (40,4%) yang mengetahui bahwa lingkungan yang kurang bersih dan kekurangan gizi juga berhubungan dengan kejadian diare dan 20 responden (22,5%) tidak tahu faktor-faktor yang berhubungan dengan diare.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden yaitu 89 responden mengetahui kondisi air yang bersih, 59 responden (66,3%) benar-benar mengetahui mengenai kondisi air yang bersih dan 30 responden (33,7%) kurang mengetahuinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui tanda-tanda dehidrasi berat pada Balita yaitu 52 responden (58,4%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui komposisi cairan yang dapat diberikan pada Balita yang terkena diare yaitu 50 responden (56,2%).


(54)

Uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi tentang pengetahuan responden mengenai diare dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Diare

No Pengetahuan Responden Jumlah %

1 Pengertian diare

1. BAB lembek/cair lebih dari dari 3 kali yang

berlangsung selama 7 hari atau lebih 10 11,2

2. Mencret dan muntah 79 88,8

3. Tidak tahu 0 0

Jumlah 89 100

2 Penyebab Diare

1. Infeksi, alergi dan keracunan makanan 27 30,3

2. Keracunan makanan 46 51,7

3. Tidak Tahu. 16 18,0

Jumlah 89 100

3 Gejala Diare

1. BAB lembek/cair lebih dari 3 kali sehari, muntah,

badan lesu dan tidak nafsu makan. 20 22,5

2. Mencret dan badan lesu 66 74,2

3. Tidak Tahu. 3 3,4

Jumlah 89 100

4 Tindakan Untuk Mencegah Diare

1. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk balita, memasak air sampai mendidih, menutup makanan.

32 36,0 2. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan. 46 51,7

3. Tidak Tahu. 11 12,4

Jumlah 89 100

5 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Diare

1. Lingkungan yang kurang bersih, air yang digunakan

tidak bersih dan gizi yang kurang 36 40,4 2. Air yang digunakan tidak bersih 33 37,1

3. Tidak Tahu. 20 22,5


(55)

Tabel 4.6. (lanjutan) 6 Kondisi Air Yang Bersih

1. Tidak bewarna, tidak berbau, tidak berasa. 59 66,3

2. Jernih 30 33,7

3. Tidak Tahu. 0 0

Jumlah 89 100

7 Tanda - Tanda Dehidrasi Pada Anak

1. BAB encer semakin sering dalam jumlah banyak, ada muntah berulang, rasa haus yang nyata, tidak dapat minum atau makan, demam tinggi dan ada darah dalam tinjanya

16 18,0

2. BAB encer semakin sering. 21 23,6

3. Tidak Tahu. 52 58,4

Jumlah 89 100

8 Komposisi cairan yang dapat diberikan pada balita

1. Air,larutan gula garam dan larutan oralit 50 56,2

2. Air 39 43,8

3. Tidak Tahu. 0 0

Jumlah 89 100

Berdasarkan pengetahuan tentang diare, responden rata-rata memiliki pengetahuan yang sedang mengenai diare yaitu 57 responden (64,01%), yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai diare yaitu 23 responden (25,8%) dan yang memiliki pengetahuan yang buruk mengenai diare yaitu 9 responden (10,1%)

Distribusi responden mengenai pengetahuan tentang diare dapat dilihat dari Tabel 4.7. berikut ini.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Diare Di Kelurahan Kota Bangun Tahun 2009

No Kategori Pengetahuan Jumlah

f %

1 Baik 23 25,8

2 Sedang 57 64,0

3 Buruk 9 10,1


(56)

4.2.2. Variabel Sikap

Sikap adalah kecenderungan responden untuk berespons (secara positif atau negatif). Berikut merupakan uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi variabel sikap responden tentang tindakan penanganan diare.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 72 responden (80,9%) mengatakan setuju bahwa ASI dapat memperkecil risiko terkena diare pada Balita.

Tabel 4.17. menunjukkan distribusi responden terbanyak mengenai sikap tentang pemberian makanan tambahan pada bayi sebaiknya diberikan setelah berumur 4-6 bulan berada pada kategori setuju yaitu 66 responden (74,2%), yang kurang setuju 20 responden (20,4%) dan yang tidak setuju hanya 3 responden (3,4%)

Tabel 4.17. menunjukkan seluruh responden yaitu 89 responden (100%) mengatakan setuju mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dapat mencegah terkena diare.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden yaitu 89 responden (100%) setuju bahwa memasak air sampai mendidih dapat mencegah terkena diare.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden yaitu 89 responden (100%) setuju bahwa peralatan makanan Balita harus dicuci dengan air bersih sebelum digunakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar reponden yaitu 63 responden (70,8%) setuju bahwa ibu harus tetap memberikan ASI/susu pada Balita yang sedang diare, 12 responden (13,5%) mengatakan kurang setuju dan 14 responden (15,7%) mengatakan tidak setuju.


(57)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 78 responden (87,6) setuju bahwa makanan harus disimpan/ditutup agar tidak dihinggapi oleh serangga dan 11 responden (12,4%) mengatakan kurang setuju.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 40 responden (44,9%) setuju bahwa ibu sebaiknya memberikan oralit saat Balita sedang diare. 45 responden (50,6%) mengatakan kurang setuju dan 4 responden (4,5%) mengatakan tidak setuju.

Hasil penelitian menunjukkan 80 responden (89,9%) mengatakan setuju bahwa Balita yang sedang diare harus diberikan cairan lebih banyak dari biasanya untuk mencegah terjadinya dehidrasi, 9 responden (10,1%) mengatakan kurang setuju dan tidak ada yang tidak setuju.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden yaitu 89 responden setuju bahwa Balita yang terkena diare sebaiknya dibawa ke sarana Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden yaitu 89 repsonden (100%) setuju bahwa salah satu cara untuk mencegah diare yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan

Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak mengenai botol susu harus ditutup setelah digunakan berada pada kategori kurang setuju yaitu 63 responden (70,8%), 11 responden (2,4%) mengatakan setuju dan 15 responden (16,9%) mengatakan tidak setuju.


(58)

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Diare Di Kelurahan Kota Bangun Tahun 2009

No Sikap f %

1 ASI Dapat Memperkecil Risiko Terkena Diare

1. Setuju. 72 80,9

2. Kurang Setuju. 7 7,9

3. Tidak Setuju 10 11,2

Jumlah 89 100

2 Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Sebaiknya Diberikan Setelah Anak Berusia 4-6 Bulan

1. Setuju. 66 74,2

2. Kurang Setuju. 20 22,5

3. Tidak Setuju 3 3,4

Jumlah 89 100

3 Mencuci Tangan Sebelum Menyiapkan Makanan Dapat Mencegah Terkena Diare

1. Setuju. 89 100

2. Kurang Setuju. 0 0

3. Tidak Setuju 0 0

Jumlah 89 100

4 Memasak Air Sampai Mendidih Dapat Mencegah Terkena Diare

1. Setuju. 89 100

2. Kurang Setuju. 0 0

3. Tidak Setuju 0 0

Jumlah 89 100

5 Peralatan Makanan Balita Harus Dicuci dengan Air Bersih Terlebih Dahulu Sebelum Digunakan

1. Setuju. 89 100

2. Kurang Setuju. 0 0

3. Tidak Setuju 0 0

Jumlah 89 100

6 Ibu harus tetap memberikan ASI/susu kepada Balita yang sedang diare

1. Setuju. 63 70,8

2. Kurang Setuju. 12 13,5

3. Tidak Setuju 14 15,7


(59)

Tabel 4.8 (lanjutan)

7 Makanan Harus Disimpan Didalam Lemari atau Ditutup Agar Tidak Dihinggapi Lalat Atau Serangga Lainnya

1. Setuju. 78 87, 6

2. Kurang Setuju. 11 12,4

3. Tidak Setuju 0 0

Jumlah 89 100

8 Ibu sebaiknya Memberikan Oralit Saat Balita Sedang Diare

1. Setuju. 40 44,9

2. Kurang Setuju. 45 50,6

3. Tidak Setuju 4 4,5

Jumlah 89 100

9 Balita yang Sedang Diare Harus diberikan Cairan Lebih Banyak dari Biasanya Untuk Mencegah Terjadinya Dehidrasi

1. Setuju. 80 89,9

2. Kurang Setuju. 9 10,1

3. Tidak Setuju 0 0

Jumlah 89 100

10 Balita Yang Terkena Diare Sebaiknya Dibawa ke sarana Puskesmas atau Sarana Kesehatan Lainnya

1. Setuju. 89 100

2. Kurang Setuju. 0 0

3. Tidak Setuju 0 0

Jumlah 89 100

11 Salah Satu Cara Untuk Mencegah Diare yaitu dengan Menjaga Kebersihan Lingkungan

1. Setuju. 89 100

2. Kurang Setuju. 0 0

3. Tidak Setuju 0 0

Jumlah 89 100

12 Botol susu harus ditutup setelah digunakan

1. Setuju. 11 12,4

2. Kurang Setuju. 63 70,8

3. Tidak Setuju 15 16,9


(60)

Distribusi responden berdasarkan kategori sikap tentang diare dapat dilihat pada Tabel 4.9. berikut ini.

Berdasarkan Tabel 4.9. seluruh responden yaitu 89 responden (100%) berada pada kategori baik mengenai penyakit diare.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Tentang Diare Di Kelurahan Kota Bangun Tahun 2009

No Kategori Sikap Jumlah

F %

1 Baik 89 100

2 Sedang 0 0

3 Buruk 0 0

Jumlah 89 100

4.2.3. Variabel Tindakan Penanganan

Tindakan penanganan diare meliputi tindakan pencegahan dan pengobatan diare.

Berikut merupakan uraian hasil penelitian dalam mengenai tindakan penanganan diare.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 67 responden (75,3%) selalu menutup botol susu setelah digunakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 47 responden (52,8%) mengatakan selalu menutup makanan atau menyimpan makanan di lemari supaya tidak dihinggapi lalat atau serangga lainnya dan 42 responden (47,2%) tidak selalu menutup atau menyimpan makanannya di lemari.


(61)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 77 responden (86,5%) selalu memasak air sampai mendidih dan 12 responden (13,5%) tidak selalu memasak air sampai mendidih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden yaitu 89 responden (100%) selalu menggunakan air bersih untuk mengolah makanan Balita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 39 responden (43,8%) yang selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan untuk Balita dan 50 responden (56,2%) tidak selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan untuk Balita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 responden (73,0%) selalu mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan 84 responden (27%) mengatakan tidak selalu mencuci tangan dengan sabun setelah BAB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden yaitu 89 responden selalu mencuci peralatan makan Balita sebelum digunakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 70 responden (78,7%) tetap memberikan ASI/susu saat Balita sedang diare dan 19 responden (22,3%) tidak selalu memberikan ASI/susu saat Balita sedang diare.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62 responden (69,7%) memberi Balita cairan lebih banyak dari biasanya dan memberikan makanan yang cukup pada Balita sebagai pengobatan diare pada Balita di rumah dan 27 responden (30,3%) tidak memberi Balita cairan atau makanan lebih banyak dari biasanya sebagai pengobatan awal diare pada Balita di rumah.


(1)

Master Data

No Umr Umr Pddkn Sts Pdptn Pgthn Pgthn Skp Skp Jmbn Jmbn PAB PAB TPS TPS Tndkn Tndkn

K krj K K K K K K

1 37 2 2 2 1 17 2 33 1 7 1 8 1 3 1 22 2

2 32 2 3 1 2 18 2 30 1 7 1 8 1 3 1 20 2

3 21 1 4 2 1 16 2 34 1 7 1 6 2 4 1 23 2

4 32 2 3 1 2 18 2 30 1 7 1 8 1 3 1 20 2

5 27 2 3 2 2 19 1 34 1 7 1 7 1 3 1 21 2

6 29 2 4 2 2 18 2 34 1 8 1 9 1 3 1 23 2

7 36 2 2 2 2 15 2 33 1 8 1 9 1 3 1 23 2

8 21 1 4 2 1 16 2 34 1 7 1 6 2 4 1 23 2

9 22 1 4 2 2 18 2 35 1 8 1 9 1 3 1 21 2

10 37 2 2 2 1 17 2 33 1 7 1 8 1 3 1 22 2

11 31 2 3 2 2 15 2 34 1 7 1 9 1 4 1 22 2

12 22 1 4 2 2 18 2 35 1 8 1 9 1 3 1 21 2

13 22 1 4 2 2 24 1 33 1 7 1 8 1 3 1 20 2

14 32 2 3 1 2 18 2 30 1 7 1 8 1 3 1 20 2

15 21 1 4 2 2 23 1 35 1 8 1 9 1 3 1 22 2

16 31 2 3 2 2 15 2 34 1 7 1 9 1 4 1 22 2

17 22 1 4 2 2 24 1 33 1 7 1 8 1 3 1 22 2

18 36 2 2 2 2 15 2 33 1 8 1 9 1 3 1 23 2

19 27 2 4 2 2 22 1 34 1 7 1 6 2 3 1 24 2

20 29 2 4 2 2 18 2 34 1 8 1 9 1 3 1 23 2

21 22 1 4 2 2 18 2 35 1 8 1 9 1 3 1 21 2

22 25 2 3 1 2 15 2 35 1 7 1 7 1 3 1 22 2

23 27 2 3 2 2 19 1 34 1 7 1 7 1 3 1 21 2

24 24 1 4 1 2 17 2 32 1 6 1 7 1 4 1 22 2

25 22 1 4 2 2 24 1 33 1 7 1 8 1 3 1 20 2

26 27 2 4 2 2 22 1 34 1 7 1 6 2 3 1 24 2

27 21 1 4 2 1 16 2 34 1 7 1 6 2 4 1 23 2

28 23 1 2 2 2 19 1 33 1 7 1 9 1 4 1 22 2

29 23 1 3 2 1 16 2 32 1 7 1 8 1 4 1 21 2

30 26 1 4 2 1 14 2 30 1 7 1 7 1 4 1 21 2

31 24 1 3 2 1 18 2 35 1 8 1 8 1 3 1 21 2

32 23 1 2 2 2 19 1 33 1 7 1 9 1 4 1 22 2

33 22 1 4 2 2 18 2 35 1 8 1 9 1 3 1 21 2


(2)

35 33 2 3 1 2 17 2 35 1 8 1 9 1 3 1 24 2

36 23 1 3 2 1 16 2 32 1 7 1 8 1 4 1 21 2

37 37 2 2 2 1 17 2 33 1 7 1 8 1 3 1 22 2

38 19 1 2 2 1 18 2 33 1 8 1 9 1 3 1 19 2

39 33 2 3 1 2 17 2 35 1 8 1 9 1 3 1 24 2

40 36 2 2 2 2 15 2 33 1 8 1 9 1 3 1 23 2

41 31 2 3 2 2 15 2 34 1 7 1 9 1 4 1 22 2

42 24 1 3 2 1 18 2 35 1 8 1 8 1 3 1 21 2

43 28 2 2 2 2 11 3 31 1 7 1 7 1 4 1 17 1

44 28 2 4 1 2 21 1 35 1 7 1 8 1 4 1 24 2

45 27 2 3 2 2 19 1 34 1 7 1 7 1 3 1 21 2

46 28 2 2 2 1 14 2 31 1 7 1 7 1 3 1 16 1

47 28 2 2 1 2 12 2 31 1 7 1 7 1 3 1 19 2

48 23 1 2 2 2 19 1 33 1 7 1 9 1 4 1 22 2

49 30 2 3 1 2 11 3 31 1 7 1 8 1 3 1 17 1

50 22 1 4 2 2 24 1 33 1 7 1 8 1 3 1 20 2

51 26 2 3 1 2 11 3 31 1 7 1 8 1 3 1 17 1

52 30 2 4 2 2 20 1 34 1 7 1 7 1 4 1 24 2

53 26 2 2 2 2 11 3 31 1 7 1 7 1 4 1 17 1

54 24 1 4 1 2 17 2 32 1 6 1 7 1 4 1 22 2

55 24 1 4 2 1 14 2 30 1 7 1 7 1 4 1 21 2

56 23 1 2 2 2 19 1 33 1 7 1 9 1 4 1 22 2

57 29 2 4 2 2 18 2 34 1 8 1 9 1 3 1 23 2

58 28 2 2 2 1 14 2 31 1 7 1 7 1 3 1 16 1

59 27 2 3 2 2 11 3 31 1 7 1 7 1 4 1 17 1

60 33 2 3 1 2 17 2 35 1 8 1 9 1 3 1 24 2

61 30 2 2 2 2 11 3 31 1 7 1 7 1 4 1 17 1

62 27 2 3 2 2 15 2 34 1 7 1 8 1 3 1 22 2

63 24 1 3 2 1 18 2 35 1 8 1 8 1 3 1 21 2

64 28 2 2 2 1 14 2 31 1 7 1 7 1 3 1 16 1

65 24 1 4 1 2 17 2 32 1 6 1 7 1 4 1 22 2

66 23 2 3 1 2 11 3 31 1 7 1 8 1 3 1 17 1

67 21 1 4 2 2 23 1 35 1 8 1 9 1 3 1 22 2

68 27 2 2 2 2 15 2 33 1 7 1 8 1 3 1 20 2


(3)

73 32 2 3 1 2 16 2 28 1 7 1 8 1 3 1 22 2

74 19 1 2 2 1 18 2 33 1 8 1 9 1 3 1 19 2

75 31 2 3 2 2 15 2 34 1 7 1 8 1 3 1 22 2

76 24 2 3 1 2 11 3 31 1 7 1 8 1 3 1 17 1

77 21 1 4 2 2 23 1 35 1 8 1 9 1 3 1 22 2

78 29 2 2 1 2 12 2 31 1 7 1 7 1 3 1 19 2

79 28 2 4 1 2 21 1 35 1 7 1 8 1 4 1 24 2

80 25 2 3 1 2 15 2 35 1 7 1 7 1 3 1 22 2

81 30 2 4 2 2 20 1 34 1 7 1 7 1 4 1 24 2

82 23 1 3 2 1 16 2 32 1 7 1 8 1 4 1 21 2

83 19 1 2 2 1 18 2 33 1 8 1 9 1 3 1 19 2

84 25 2 3 1 2 15 2 35 1 7 1 7 1 3 1 22 2

85 22 2 1 1 2 12 2 31 1 7 1 7 1 3 1 19 2

86 24 1 4 1 2 17 2 32 1 6 1 7 1 4 1 22 2

87 25 2 2 1 2 12 2 31 1 7 1 7 1 3 1 19 2

88 26 1 4 2 1 14 2 30 1 7 1 7 1 4 1 21 2


(4)

Regresi Linier Berganda

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables

Entered

Variables

Removed

Method

1

Pengetahuan

Ibu, Umur Ibu,

Pendidikan

Ibu(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Tindakan Ibu

Model Summary(b)

Mode

l

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1

.717(a)

.514

.497

1.554

1.811

a Predictors: (Constant), Pengetahuan Ibu, Umur Ibu, Pendidikan Ibu

b Dependent Variable: Tindakan Ibu

ANOVA(b)

Mode

l

Sum of

Squares

df

Mean

Square

F

Sig.

1

Regressio

n

217.187

3

72.396

29.979

.000(a)

Residual

205.263

85

2.415

Total

422.449

88

a Predictors: (Constant), Pengetahuan Ibu, Umur Ibu, Pendidikan Ibu

b Dependent Variable: Tindakan Ibu

Coefficients(a)

Mode

l

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t

Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error

Beta

Toler

ance

VIF

B

Std.

Error

1

(Constant)

8.287

1.484

5.585

.000

Umur Ibu

.188

.038

.387

4.932

.000

.929

1.076

Pendidikan Ibu

.791

.235

.302

3.369

.001

.711

1.407

Pengetahuan

Ibu

.318

.056

.499

5.676

.000

.738

1.355


(5)

Collinearity Diagnostics(a)

Mode

l

Dimensio

n

Eigenvalu

e

Condition

Index

Variance Proportions

(Constant

)

Umur Ibu

Pendidika

n Ibu

Pengeta

huan Ibu (Constant)

Umur Ibu

1

1

3.902

1.000

.00

.00

.00

.00

2

.066

7.716

.01

.17

.34

.02

3

.024

12.882

.00

.08

.59

.80

4

.009

21.355

.99

.75

.07

.18

a Dependent Variable: Tindakan Ibu

Residuals Statistics(a)

Minimu

m

Maximu

m

Mean

Std.

Deviation

N

Predicted Value

17.04

23.54

21.08

1.571

89

Std. Predicted Value

-2.572

1.565

.000

1.000

89

Standard Error of

Predicted Value

.191

.527

.321

.076

89

Adjusted Predicted

Value

16.78

23.52

21.08

1.580

89

Residual

-3.596

2.502

.000

1.527

89

Std. Residual

-2.314

1.610

.000

.983

89

Stud. Residual

-2.350

1.650

-.001

1.007

89

Deleted Residual

-3.708

2.627

-.002

1.603

89

Stud. Deleted

Residual

-2.416

1.667

-.005

1.019

89

Mahal. Distance

.344

9.124

2.966

1.864

89

Cook's Distance

.000

.081

.013

.019

89

Centered Leverage

Value

.004

.104

.034

.021

89


(6)

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Expect

ed

Cum

Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2 -3

Frequency

20 15 10 5 0

Histogram Dependent Variable: Tindakan Ibu

Mean =1.76E-15฀ Std. Dev. =0.983฀

N =89

Regression Standardized Predicted Value

2 1

0 -1

-2 -3

Regressi

on

St

udent

ized

Resi

dual

2

1

0

-1

-2

-3 Scatterplot Dependent Variable: Tindakan Ibu


Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Ibu dan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012”.

0 101 83

Hubungan Perilaku Gizi Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2002

1 57 78

Pengaruh Persepsi Ibu Tentang Program Pemberantasan Diare Terhadap Tindakan Pemberantasan Penyakit Diare Pada Balita Di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009.

3 54 105

Pengaruh Persepsi Ibu Balita Tentang Penyakit Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

2 41 80

Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

1 45 64

Perilaku Higinitas Ibu balita Dalam Penanggulangan Resiko Diare Pada Keluarga Di Bantaran Sungai Deli Kota Medan

0 32 129

Hubungan Perilaku Ibu Rumah Tanggan dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Sumatera Utara Tahun 2015

0 4 106

Hubungan Perilaku Ibu Rumah Tanggan dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 13

Pengaruh Faktor Lingkungan dan Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

0 0 18

Hubungan Karakteristik Ibu dan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012”.

0 0 12