Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Terhadap Waktu Aplikasi Pupuk Kandang Sapi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia. Tanpa makan (dan minum)
manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah
pangan di Indonesia yaitu kualitas dan nilai gizi yang relatif masih rendah perlu
dilakukan usaha peningkatan gizi pangan masyarakat antara lain dengan
penganekaragaman pola makan sehari-hari terutama dengan bahan nabati seperti
kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau. Yaitu dalam upaya menanggulangi krisis
protein pilihan utama jatuh pada tanaman kacang-kacangan. Seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk serta kesadaran masyarakat akan gizi, dan makin
beragamnya produk olahan berbahan baku kacang tanah, baik skala industri
maupun rumah tangga, maka permintaan kacang tanah terus meningkat.
Pemintaan yang meningkat ini umumnya diiringan oleh peningkatan harga,
terutama pada hari-hari bersar keagamaan.
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan komoditas pertanian
yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dunia, baik sebagai bahan makanan
maupun bahan baku industri. Selain itu merupakan sumber utama pangan yang
cukup penting yaitu sebagai sumber protein nabati. Pada masyarakat Indonesia
banyak menggunakan kacang tanah sebagai bahan pangan dan industri, sebab biji
kacang tanah banyak mengandung lemak dan protein. Indonesia mengimpor
kacang tanah selain dari komuditas unggulannya yaitu kacang kedelai dalam

bentuk kupas dan bungkil kacang tanah. Namun volume impor kacang tanah
semakin berkurang, dikarenakan produksinya juga meningkat dan diduga
permintaan kacang tanah menurun. Sebaliknya selama kurun waktu 1990-1998,

Universitas Sumatera Utara

2

volume ekspor kacang tanah berkulit meningkat sebesar 20,0 persen per tahun
(Vademekum Pemasaran, Direktorat Bina Usahatani dan Pengolahan Hasil, 1999)
Kacang tanah merupakan salah satu komoditas palawija yang sangat
penting untuk dikembangkan (Zuraida dan Qomariah, 2007) dan tanaman yang
memiliki nilai ekonomi tinggi (Azzahru dan Koesrini, 2007) serta mempunyai
peranan besar dalam mencukupi kebutuhan bahan pangan jenis kacang-kacangan.
Kacang tanah memiliki kandungan protein 25-30%, lemak 40-50%, karbohidrat
12% serta vitamin B1 (Suwardjono, 2003).
Produksi kacang tanah secara nasional masih tergolong rendah yaitu
sekitar 0.8-0.9 ton/ha (Sumarno, 1996 dalam Suwardjono, 2003), sedangkan
tingkat produktivitas hasil yang dicapai baru setengah dari hasil riil dibandingkan
dengan negara USA, Cina, Argentina yang sudah mencapai produksi lebih dari

2.0 ton/ha (Kasno, 2005). Untuk menutupi kekurangan produksi sebanyak 0.9-1.0
juta ton, pada tahun 1999 Indonesia masih mengimport kacang tanah sekitar 150
ribu ton dari Vietnam (57.63%), India (7.45%), RRC (28.22%) dan Thailand
(1.48%) (Jatmiko, dkk., 2007). Produksi nasional kacang tanah di Indonesia pada
tahun 2010 adalah 779.228 ton. Pada tahun 2011 terjadi penurunan produksi
menjadi 691.289 ton lalu mengalami peningkatan hingga tahun 2012 menjadi
709.061 ton. Namun, peningkatan produksi tersebut belum mampu memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Hal ini ditunjukkan dengan masih besarnya nilai impor
kacang tanah pada tahun 2012 sebesar 125.636 ton (Deptan, 2013).
Di Indonesia kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara,
Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia. Saat ini luas lahan kacang
tanah di Sumatera Utara berkisar 11.417 Ha, dengan lahan terluas di Simalungun,

Universitas Sumatera Utara

3

yaitu sekitar 4.124 Ha. Selain luas lahan produktif yang semakin menyusut,
produksi kacang tanah Sumatera Utara juga menurun. Pada tahun 2007 produksi
20.329 ton dengan produktivitas 11,49 Kw/Ha, produksi pada tahun 2008 turun

menjadi 19.316 ton dengan produktivitas 11,62 Kw/Ha, produksi kembali turun
pada tahun tahun 2009 menjadi 16.771 ton dengan produktivitas 11,73 Kw/Ha,
hal serupa terjadi pada tahun 2010 dengan produksi 16.449 ton dengan
produktivitas 11,33 Kw/Ha. Sedangkan pada tahun 2011, hanya mencapai angka
produksi

sekitar

12.110

ton

dengan

produktivitas

10,61

Kw/Ha


(BPS Sumatera Utara, 2011).
Perbedaan tingkat produktivitas kacang tanah sebenarnya bukan sematamata hanya disebabkan oleh perbedaan teknologi produksi yang sudah diterapkan
petani, tetapi karena adanya pengaruh faktor-faktor lain yaitu sifat atau karakter
agroklimat, intensitas jenis hama dan penyakit, varietas yang ditanam, umur
panen serta usaha taninya. Sehubungan dengan hasil tersebut upaya ke arah
perbaikan tanaman kacang tanah perlu dilakukan, khususnya menciptakan
lingkungan tumbuh yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah.
Terdapat beberapa cara dalam kaitannya dengan upaya tersebut salah satunya
yaitu dengan pengaplikasian pupuk organik dan sistem pengolahan tanah
(Suwardjono, 2003).
Pemupukan dengan pupuk kimia hanya menambah unsur hara tanah tanpa
memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah, bahkan dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap tanah. Berpedoman kepada tingginya pemakaian pupuk kimia
ditingkat petani, peningkatan harga pupuk dan kelangkaan pupuk buatan
akhir-akhir ini, maka kita perlu mencari alternatif menggantikan pemakaian pupuk

Universitas Sumatera Utara

4


kimia tanpa menurunkan hasil (Murni dan Arief, 2008). Alternatif tersebut adalah
melalui penggunaan pupuk organik seperti pemakaian pupuk kandang sapi.
BOA (2008) melaporkan bahwa penggunaan bahan organik tidak hanya
menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman, tetapi juga menciptakan kondisi
yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki aerasi, mempermudah penetrasi
akar dan memperbaiki kapasitas menahan air. Limbah yang dihasilkan dari sektor
peternakan apabila tidak dikelola dengan baik maka limbah tersebut akan
berpotensi menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Limbah tersebut
barasal dari kotoran ternak yang dihasilkan setiap harinya. (Christianto 2008).
Maka dari itu untuk mengurangi/menghindari terjadinya pencemaran lingkungan
dapat dikelola dengan bijak sebagai pupuk organik.
Limbah ternak apabila dikelola akan memberikan banyak manfaat.
Pengolahan limbah ternak akan memberikan keuntungan finansial karena akan
menghasilkan produk yang mempunyai daya jual. Untuk menghindari dan
mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh
kotoran ternak (feces) maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengolahnya menjadi pupuk bokashi. Pupuk bokashi sangat menguntungkan
karena dapat memperbaiki produktivitas dan kesuburan tanah, selain itu juga akan
memberikan keuntungan finansial karena mempunyai daya jual (Siburian, 2007).
Tetapi feces tidak dapat langsung dimanfaatkan sebagai pupuk bokashi, selain itu

pula dalam merubah feces menjadi pupuk bokashi juga sangat menentukan,
sehingga perlu digunakan aktivator. Aktivator merupakan bahan yang terdiri dari
enzim dan mikroorganisme yang dapat mempercepat proses pengomposan.

Universitas Sumatera Utara

5

Tujuan dari penggunaan aktivator ini adalah untuk mempercepat proses
pengomposan feces sehingga dapat dimanfaatkan (Wididana, 1998).
Menurut ISJD (1994) hasil dari penelitian menunjukkan adanya
kecenderungan bahwa makin lama masa inkubasi pupuk kandang makin besar
pertumbuhan dan produksi hijauan sorghum. Angka menunjukkan bahwa
perlakuan dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
dan produksi hijauan sorghum yang diamati, pada semua perlakuan masa
inkubasi. Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2011) pupuk kandang sapi yang
termasuk ke dalam pupuk dingin, pemakaian atau pembenamannya ke dalam
tanah sebaiknya dilakukan tiga atau empat minggu sebelum masa tanam.
Peningkatan produksi kacang tanah tidak terbatas hanya pada pengolahan
tanah dan pemupukan saja tetapi juga dengan menggunakan varietas yang sesuai

pada tanah, karena varietas kacang tanah ada yang tidak sesuai pada daerah
tertentu yang kondisi tanahnya kurang subur. Selain itu Hidajat et al. (2000)
menyatakan bahwa akan terjadi kesenjangan produksi kacang tanah antara potensi
hasil dari setiap varietas tanaman dengan produksi yang dihasilkan dari
penanaman petani. Hingga saat ini melalui teknologi budidaya yang dilakukan
petani, potensi hasil dari kacang tanah jarang dapat tercapai. Padahal dengan
budidaya yang tepat produktivitas kacang tanah akan mampu tercapai potensi
optimalnya, bahkan beberapa varietas dapat mencapai 4 ton/ha.
Penampilan pertumbuhan tiap jenis varietas kacang tanah berbeda tanggap
responnya akibat adanya faktor genetik yang mengendalikan dan sifat-sifat
agronomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pada akhirnya akan menentukan

Universitas Sumatera Utara

6

pembentukan polong di dalam tanah. Rendahnya kesuburan lahan tidak diimbangi
dengan pemupukan yang optimum oleh petani. Petani umumnya memupuk
tanaman kacang tanah menggunakan urea saja dalam dosis yang tidak tepat dan
menggunakan kotoran sapi kemudian disebar seadanya pada saat pengolahan

tanah, tanpa adanya upaya fermentasi kotoran sapi sebelumnya. Berdasarkan
uraian tersebut penulis tertarik untuk mendapatkan varietas kacang tanah yang
memiliki produksi tertinggi dan kualitas terbaik terhadap pemberian pupuk
kandang sapi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan
produksi dua varietas kacang tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap waktu
aplikasi pupuk kandang sapi.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh terhadap varietas dan waktu aplikasi pupuk kandang sapi
serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang
tanah.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan untuk mendapatkan
informasi tentang pemberian takaran dosis pada masa inkubasi yang berbeda serta
pemanenan polong-polong kacang tanah yang optimal.

Universitas Sumatera Utara