Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Terhadap Waktu Aplikasi Pupuk Kandang Sapi

7

TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Tanah (Arachis hyogea L.)
Botani Tanaman
Sistematika kacang tanah (Arachis hypogea L.) menurut Kantor Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi

adalah

sebagai

berikut:

Kingdom:

Plantae;

Divisi: Spermatophyta; Sub Divisi: Angiospermae; Kelas: Dicotyledoneae;
Ordo:


Leguminales;

Famili:

Papilionaceae;

Genus:

Arachis;

Spesies: Arachis hypogea L. (http://www.ristek.go.id, 2015).
Di Asia, kacang tanah mula-mula ditanam di India dan Cina dan di
Indonesia diperkirakan di tanam sejak akhir abad ke-15 dan dikenal banyak nama
daerahnya yaitu kacang una, kacang jebroi, kacang bandung, kacang kole, kacang
tuban dan kacang banggala. Nama international kacang tanah disebut peanut dan
groundnut, morfologinya tersusun atas organ akar, batang, daun, bunga, buah dan
biji (Trustinah dkk., 2007).
Menurut Sumarno (1996) species Arachis hypogaea terbagi atas dua sub
species yaitu : sub species hypogaea disebut tipe Virginia dan sub species

Fastigiata yang terdiri dari tipe Valensia dan Spanish. Pembagian kacang tanah
menjadi dua sub species ini didasarkan atas perbedaan sifat-sifat morfologi
umum. Pertumbuhan kacang tanah berdasarkan pola percabangan dibedakan
menjadi dua tipe yaitu tipe tegak menjalar. Kacang tanah tipe tegak memiliki pola
percabangan sequencial yaitu buku subur terdapat pada batang utama dan panjang
batang utama antara 33 - 35 cm, berumur lebih genjah sekitar 90 - 110 hari dan
buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun serta kemasakan buah serempak.

Universitas Sumatera Utara

8

Kacang tanah memiliki sistem perakaran tunggang dengan akar primer
yang panjang dan akar-akar lateral memanjang ke samping. Pada perakaran
kacang tanah terdapat bintil akar yang berisi bakteri-bakteri penambat N2 dari
udara (Tajima, et al., 2008). Kacang tanah merupakan tanaman semusim dengan
sistem perakaran adalah akar tunggang dan akar lateral. Pertumbuhan dan
perkembangan kacang tanah sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Faktor lingkungan seperti keadaan tanah dan iklim serta cara
bercocok tanam tidak selalu berada pada kondisi optimum bagi pertumbuhan

tanaman sehingga seringkali tanaman tidak mampu berkembang sesuai dengan
potensi genetik yang dimiliki. Kendala faktor lingkungan produksi dapat berupa
kendala fisik dan kimia seperti kekeringan, suhu tinggi, keracunan dan
kekurangan hara serta kendala biologi seperti hama, penyakit dan gulma
(Nugrahaeni dan Kasno, 1992).
Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang
tumbuh menjalar dan ada yang tegak. Batang tanaman kacang tanah memiliki
panjang 50-120 cm, tumbuh tegak pada awalnya, tetapi kemudian tumbuh
menyamping memiliki cabang dengan bunga yang terdapat pada pangkal batang
atau cabang. Cabang lateral memiliki panjang 80-100 cm, batang semi silindris
dengan rambut-rambut halus 1.5-2 mm pada batang terdapat ruas (internodes)
dengan panjang ±4cm (Krapovickas, et al., 2007).
Daun kacang tanah adalah daun majemuk bersirip genap, terdiri atas
empat anak daun yang bentuknya bulat, elip atau agak lancip dan berbulu. Bunga
kupu-kupu, tajuk 4 daun berjumlah 5 dan 2 diantaranya bersatu berbentuk seperti
perahu. Mahkota bunga berwarna kuning kekuningan. Buah berbentuk polong

Universitas Sumatera Utara

9


berada di dalam tanah. Buah berisi sesuai varietas, kulit tipis ada yang berwarna
putih dan ada yang merah serta biji berkeping dua (Pajow, dkk. 2006).
Kacang tanah memiliki bunga berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning,
bertangkai panjang, dan tumbuh di ketiak daun. Bunga muncul setelah tanaman
berumur 4-6 minggu. Bunga menyerbuk sendiri self polination pada pagi hari atau
pada malam hari. Bunga tumbuh pada seluruh cabang dan setiap ruas dapat
membentuk bunga. Umumnya hanya sekitar 15-20% bunga mampu membentuk
polong,

tetapi

memungkinkan

menghasilkan

200

polong


per

tanaman

(Jones, 2007).
Jumlah polong isi dan jumlah polong hampa dipengaruhi secara nyata oleh
pemupukan kalium. Hal ini karena kalium berperan penting dalam pembentukan
buah pada jenis kacang-kacangan. Kekurangan kalium akan menyebabkan
gagalnya pengisian polong kacang tanah atau terbentuknya polong hampa
(Haridi dan Zulhidiani, 2009).
Biji matang memiliki dormansi singkat atau tidak dorman sama sekali dan
penundaan panen dapat berakibat biji berkecambah di dalam polong. Biji yang
ditanam tidak menunjukan perkecambahan epigeal atau hipogeal, tetapi kotiledon
terdorong ke permukaan tanah oleh hipokotil dan tetap pada permukaan tanah
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit
lembab, yaitu rata-rata 65-75% dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar
800-1300 mm/tahun. Pada waktu berbunga tanaman kacang tanah menghendaki


Universitas Sumatera Utara

10

keadaan yang cukup lembab dan cukup udara, sehingga kuncup buah dapat
menembus tanah dengan baik dan pembentukan polong dapat berjalan secara
leluasa, sedangkan pada saat buah kacang tanah menjelang tua, tanah harus
diupayakan menjadi kering (Wijaya, 2011).
Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 %.
Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di
sekitar pertanaman. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi
tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya
kacang. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu
tinggi di sekitar pertanaman. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat
dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama untuk kesuburan daun dan
perkembangan besarnya kacang (Prihatman, 2000).
Kacang tanah dapat tumbuh pada lahan dengan ketinggian 0-500 m di atas
permukaan laut. Tanaman ini tidak terlalu memilih tanah khusus. Diperlukan
iklim yang lembab. Kacang tanah termasuk tanaman yang memerlukan sinar

matahari penuh. Adanya keterbatasan cahaya matahari akibat naungan atau
halangan dan atau awan lebih dari 30% akan menurunkan hasil kacang tanah
karena cahaya mempengaruhi fotosintesis dan respirasi. Intensitas cahaya yang
rendah pada saat pembentukan ginofor akan mengurangi jumlah ginofor,
sedangkan rendahnya intensitas cahaya pada masa pengisian polong akan
menurunkan jumlah dan berat polong serta akan menambah jumlah polong hampa
(Oentari, 2008).

Universitas Sumatera Utara

11

Tanah
Persyaratan mengenai tanah yang cocok bagi tumbuhnya kacang tidaklah
istimewa. Syarat yang terpenting bahwa keadaan tanah tidak terlalu kurus dan
padat. Kondisi tanah yang mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Tanah
yang gembur ini mempermudah ketika masa penanaman, pemeliharaan tanaman,
dan pasca panen berlangsung. Kacang tanah menghendaki tanah lempung berpasir
dan kaya akan bahan organik serta tanah gembur mampu mempercepat
perkecambahan biji. Pemberian mulsa pada permukaan tanah dapat meningkatkan

kelembaban dan menjaga suhu tanah. pH yang dikehendaki kacang tanah berkisar
antara 6,0 – 6,5 (Beddes and Drost, 2010).
Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah
pH antara 6,0 – 6,5. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil,
layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau
sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan beraerasi
baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi
pertumbuhan kacang tanah (Prihatman, 2000).
Kacang tanah tumbuh terbaik di tanah yang gembur, bertekstur longar dan
juga tersedia kalsium, kalium dan fosfor. Tanah harus baik aerasinya dan
mengandung bahan organik. Tanah liat berat yang cenderung memiliki permukaan
keras tidak cocok karena polong akan sulit terbentuk. Kacang tumbuh baik di
tanah sedikit asam dengan pH 6,0 – 6,5 tetapi dengan pH 5,5 – 7,0 masih bisa
tumbuh. Tanah salin tidak cocok untuk kacang tanah karena kacang memiliki
garam yang sangat rendah (http://www.newgmc.com/gmc_docs, 2014)
.

Universitas Sumatera Utara

12


Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kacang Tanah
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting
dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup,
bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi
pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Gardner, dkk., 1991).
Faktor iklim mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Suhu,
cahaya dan curah hujan mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi sehingga
berimplikasi pada pertumbuhan dan perkembangbiakan kacang tanah, yang
berpengaruh pada komponen hasil. Intensitas cahaya yang rendah mengurangi
jumlah ginofor, jumlah polong dan berat polong (Andrianto dan Indarto, 2004).
Panjang, lebar dan luas daun umumnya meningkat kemudian berangsurangsur menurun ontogeni sampai ke suatu titik. Tipe dari profil ini merupakan
karakteristik banyak spesies (Gardner, dkk., 1991). Hasil berat kering total
merupakan akibat efisiensi penyerapan dan pemanfaatan radiasi matahari yang
tersedia sepanjang musim pertumbuhan oleh tajuk tanaman. Organ tanaman yang
utama dan yang menyerap radiasi matahari ialah daun. Untuk memperoleh laju
pertumbuhan tanaman yang maksimum, harus terdapat cukup banyak daun dalam
tajuk untuk menyerap sebagian besar radiasi matahari yang jatuh ke atas tajuk
tanaman. Agar diperoleh hasil panen yang tinggi, tanaman harus dapat

menghasilkan indeks luasdaun yang cukup dengan cepat untuk menyerap
sebagian besar cahaya guna mencapai produksi berat kering maksimum, juga hasil

Universitas Sumatera Utara

13

panen tanaman dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan berat kering total
yang dihasilkan atau dengan meningkatkan proporsi hasil panen ekonomis (indeks
panen) (Gardner, dkk., 1991).
Pertanian pada dasarnya merupakan sistem pemanfaatan energi matahari
melalui proses fotosintesis. Fotosintesis telah memasok energi untuk makanan dan
13 bahan bakar fosil yang memberikan tenaga untuk pembangkit tenaga listrik
dan banyak mesin lainnya. Untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
budidaya, matahari merupakan satu-satunya sumber energi. Daun berfungsi
sebagai organ utama fotosintesis pada tumbuhan, umur daun mempengaruhi
fotosintesis. Faktor utama yang mempengaruhi laju penuaan pada daun adalah
kandungan nutrisi mineral daun. Masukan nutrisi mineral yang cukup
memungkinkan daun muda maupun tua memenuhi kebutuhan mereka. Namun,
nutrisi yang terbatas lebih sering didistribusikan ke daun yang muda, dan hal ini

mengurangi laju fotosintesis pada daun yang tua, bahkan nutrisi ditranslokasikan
dari daun tua ke daun muda yang menyebabkan makin cepatnya proses penuaan
pada daun-daun sebelah bawah. Kalium dan besi dapat mengurangi fotosintesis
pada daun-daun muda, sedangkan pada daun-daun tua meningkatkan fotosintesis.
Fotosintesis mengakibatkan meningkatnya berat kering tanaman

karena

pengambilan CO2 sedangkan respirasi menyebabkan pengeluaran CO2, dan
mengurangi berat kering. Daun yang muda memiliki laju asimilasi CO2 yang
tinggi, dan mentranslokasikan sejumlah besar hasil amilasi ke bagian tanaman
yang lain. Sebaliknya, daun-daun yang lebih tua pada dasar tajuk dan terlindung
mempunyai laju asimilasi CO2 yang rendah dan memberikan lebih sedikit hasil
asimilasi kepada bagian tanaman yang lain (Gardner, dkk., 1991).

Universitas Sumatera Utara

14

Varietas Kacang Tanah
Varietas kacang tanah sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman
kacang tanah. Salah satu faktor yang menentukan kualitas bahan tanaman seperti
biji adalah jumlah substrat seperti karbohidrat yang tersedia bagi metabolisme
yang mendukung pertumbuhan awal tanaman. Hal ini menjadikan ukuran atau
bobot bahan tanam (biji) sering digunakan sebagai tolak ukur untuk mendapatkan
bahan tanam yang seragam (Sitompul dan Guritno, 1995). Menurut Sitompul dan
Guritno (1995) dalam Ali (2004), menyatakan bahwa berat 100 biji merupakan
salah satu parameter pengamatan yang erat hubungannya dengan produksi yang
dicapai. Bila berat 100 biji tinggi maka semakin banyak pula hasil yang akan
diperoleh. Namun semua itu sebagian masih dipengaruhi oleh genotipe dan
varietas tanaman itu sendiri.
Sumarno (1996) menyatakan bahwa 66 % kacang tanah di Indonesia
ditanam di lahan kering dengan rentang hasil antara 0,5 hingga 1,5 t/ha.
Nugrahaeni dan Kasno (1992) juga menyatakan bahwa kacang tanah sebagian
besar 66 % dihasilkan di lahan kering dan sisanya 34% dihasilkan di lahan basah.
Hasil kacang tanah di lahan kering masih jauh lebih rendah, hanya 2 t/ha
dibandingkan dengan hasil kacang tanah di lahan basah yang dapat mencapai
4,5 t/ha (BPPP, 1999). Produktivitas lahan dan produksi tanaman di lahan kering
masih rendah karena sebagian besar lahan kering mempunyai tingkat kesuburan
rendah dan sumber air terbatas hanya tergantung pada curah hujan yang
distribusinya

tidak

dapat

diatur

sesuai

dengan

kebutuhan

tanaman

(Andrianto dan Indarto, 2004).

Universitas Sumatera Utara

15

Menurut Sumarno (1996) adanya masalah sosial yang dihadapi petani
yaitu penanaman varietas lokal secara terus menerus akibat keterbatasan modal
disertai tidak adanya program bantuan dan bimbingan teknis yang ditangani oleh
pemerintah. Pengembangan kacang tanah merupakan salah satu usaha untuk
mencukupi pangan dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan petani
(Zuraida dan Qomariah, 2007). Selanjutnya menurut Arsana (2007) menyatakan
bahwa peluang peningkatan produksi kacang tanah dalam negeri masih terbuka
lebar, baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal.
Menurut
penggunaan

Rustinah,

varietas

dkk.

unggul

(2007)

dan

mengatakan

intensifnya

dengan

pemanfaatan

meluasnya
lahan

akan

memperbesar peluang tersingkirnya varietas lokal. Keragaman pertumbuhan
tanaman dapat disebabkan oleh beragamnya kualitas varietas yang ditanam dan
tingkat kesuburan tanahnya dan penggunaan varietas yang berbeda akan
menunjukkan respon yang berbeda pula terhadap perlakuan yang diberikan
(Erythrina, dkk., 2008).
Varietas Hypoma 2 merupakan hasil persilangan tunggal antara varietas
lokal Lamongan dengan varietas Tuban. Varietas unggul ini mempunyai daya
adaptasi umum yang baik, terutama di lingkungan dengan curah hujan terbatas
atau

pada

kondisi

kekeringan

pada

fase

generatif

(Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian).
Kacang tanah varietas Bima (varietas lokal dari Bima, NTB). Varietas ini
mempunyai daya adaptasi yaitu agak tahan terhadap penyakit layu, namun tidak
tahan akan penyakit bercak daun, dan karat daun. Untuk potensi hasilnya bisa

Universitas Sumatera Utara

16

mencapai 1,7 Ton/Ha biji bersih. Untuk ummur panen:

90 – 95 hari

(www.bpatp.litbang.pertanian.go.id).
Meskipun selama periode 1950-2012 telah dilepas sebanyak 34 varietas
unggul kacang tanah, ternyata penggunaannya masih rendah di tingkat petani.
Sebagian besar dari varietas unggul tersebut mempunyai daya hasil di atas 2 t/ha
dan memiliki sifat unggul lainnya seperti umur yang lebih genjah dan toleran
terhadap cekaman biotik dan abiotik (Balitkabi 2012). Area panen kacang tanah
dewasa ini relatif masih didominasi oleh varietas lokal, sedangkan varietas unggul
yang populer di kalangan petani pun masih didominasi oleh varietas unggul lama,
seperti Gajah dan Kelinci yang masing-masing dilepas pada tahun 1950 dan 1987
(Ditjentan 2012).
Berdasarkan beberapa sumber kajian adopsi teknologi pertanian, terutama
varietas unggul padi, Widowati dan Handayani (2012) menyimpulkan beberapa
kendala seperti kurangnya akses informasi, risiko gagal panen, luas lahan, human
capital (seperti umur, pendidikan, gender, dan hubungan individu dan kelompok
petani dengan teknologi), akses terhadap kredit, serta kurang tersedianya
infrastruktur daninput. Di antara berbagai kendala tersebut, informasi dan
ketersediaan benih bermutu varietas unggul baru yang tidak sampai ke petani dan
penyuluh tampaknya merupakan faktor utama yang memerlukan perhatian dari
pihak terkait. Rendahnya angka multiplikasi benih sehingga untuk satu hektar
pertanaman memerlukan benih kacang tanah sebesar 100-120 kg (bandingkan
dengan padi dan kacang hijau yang setiap hektar hanya memerlukan sekitar 25 kg
benih), menyebabkan rendahnya minat penangkar benih untuk mengusahakan

Universitas Sumatera Utara

17

komoditas ini. Apalagi kacang tanah termasuk komoditas yang daya tumbuhnya
cepat menurun, sedangkan minat petani untuk menggunakan benih berkualitas dan
pengelolaan tanaman yang optimal masih tergolong rendah. Selain itu, petani
kacang tanah biasanya hanya sekali membeli benih baru. Untuk pertanaman
selanjutnya, mereka menggunakan benih dari pertanaman sebelumnya.
Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani
biasanya bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang
tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: a) Daya hasil tinggi, b) Umur
pendek (genjah) antara 85-90 hari, c) Hasilnya stabil, d) Tahan terhadap penyakit
utama (karat dan bercak daun), e) Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.
Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu: a) Kacang Brul, berumur
pendek (3-4 bulan), b) Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan), c) Kacang
Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietas-varietas yang
ada (Deputi IPTEK MIG Corp).
Pupuk Kandang Sapi
Pemupukan adalah pemberian pupuk untuk menambah persediaan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman dalam meningkatkan produksi dan mutu hasil
tanaman yang dihasilkan. Aplikasi pupuk (pemupukan) sangat penting karena
memperkaya tanah sehingga unsur-unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan
tanaman dapat tersedia dan dimanfaatkan oleh tanaman untuk menjalankan proses
pertumbuhan dan perkembangannya (Samekto, 2006).
Menurut Samekto (2006) pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari
kandang ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan
maupun air kencing (urine), seperti sapi, kambing ayam dan jangkrik. Pupuk

Universitas Sumatera Utara

18

kandang tidak hanya mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fosfat (P) dan
kalium (K), namun pupuk kandang juga mengandung unsur mikro seperti kalsium
(Ca), magnesium (Mg), dan mangan (Mn) yang dibutuhkan tanaman serta
berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah, karena pupuk
kandang berpengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang
makanan bagi tanaman.
Pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki
kelebihan. Beberapa kelebihan pupuk kandang sehingga sangat disukai para
petani seperti, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap
tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai
sumber zat makanan bagi tanaman. Pada umumnya para petani menggunakan
pupuk kandang dalam budidaya tanaman (Wiryanta, 2003). Ditambahkan oleh
Soepardi (1983) bahwa pemberian pupuk kandang juga merupakan salah satu cara
untuk mencegah kehilangan unsur hara dari pencucian, dimana pupuk kandang
akan bertindak sebagai pengabsorbsi kation yang dapat diambil tanaman.
Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah,
menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan
mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu, pupuk kandang
berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah,
nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah (Syekhfani, 2000).
Jenis pupuk kandang berdasarkan jenis ternak atau hewan yang menghasilkan
kotoran antara lain adalah pupuk kandang sapi, pupuk kandang kuda, pupuk
kandang kambing atau domba, pupuk kandang babi, dan pupuk kandang unggas
(Hasibuan, 2006).

Universitas Sumatera Utara

19

Di antara jenis pukan, pukan sapilah yang mempunyai kadar serat yang
tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio
yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pukan sapi menghambat
penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan
tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan
menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut
sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan
pukan sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pukan sapi
dengan rasio C/N di bawah 20 (Hartatik dan Widowati, 2010).
Atmojo (2007) melaporkan bahwa kotoran sapi padat mengandung
1,1-1,5 % N, 0,5 % P, dan 0,9 % K. Kotoran sapi berbentuk cairnya mengandung
hara 1 % N, 0,50 % P, dan 1,50 % K. Namun apabila pupuk kandang ini
digunakan untuk pemupukan, ketersediaanya hara dalam tanah yang bisa
digunakan tanaman sangat bervariasi, yang tergantung oleh faktor: (a) sumber dan
komposisi pupuk kandang, (b) cara dan waktu aplikasi, (c) jenis tanah dan
iklimnya, dan (d) sistem pertaniannya.
Menurut ISJD (1994) hasil dari penelitian menunjukkan adanya
kecenderungan bahwa makin lama masa inkubasi pupuk kandang makin besar
pertumbuhan dan produksi hijauan sorghum. Angka menunjukkan bahwa
perlakuan dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
dan produksi hijauan sorghum yang diamati, pada semua perlakuan masa
inkubasi. Produksi berat kering tertinggi dicapai pada perlakuan M12 29,07 g/plot
meningkat 27,72% dibandingkan M4. Produksi berat kering yang tertinggi dicapai

Universitas Sumatera Utara

20

pada perlakuan M12D3 (22,5 ton/ha pada masa inkubasi 12 minggu), yaitu 34,169
g/plot meningkat 52,02% dibandingkan dengan kontrolnya.
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air
dan lendir sehingga menjadi berkerak dan keras bila terpengaruh udara.
Selanjutnya air tanah dan udara yang akan melapukkan pupuk tersebut menjadi
sukar untuk menembusnya. Dalam keadaan demikian peranan jasad renik untuk
mengubah bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat-zat hara yang
tersedia dalam tanah mengalami hambatan dan perubahannya berlangsung secara
perlahan. Pada perubahan ini kurang sekali terbentuk panas, dan keadaan ini
mencirikan bahwa pupuk kandang sapi merupakan pupuk dingin, sehingga
pemakaian atau pembenamannya ke dalam tanah dilakukan tiga atau empat
minggu sebelum masa tanam (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2011).
Menurut Anang (2011) pupuk kandang yang digunakan petani merupakan
campuran dari kotoran padatan, air kencing, amparan dan sisa pakan. Komposisi
amparan sangat mempengaruhi mutu dan harga terutama pada pupuk kandang
unggas, sebab makin anyak bahan amparan mengakibatkan bahan padatan kotoran
unggas makin sedikit. Agromedia (2007) menambahkan bahwa salah satu hasil
sampingan dari peternakan adalah kotoran ternak. kotoran ternak juga memiliki
nilai ekonomis karena dapat dijadikan pupuk kandang. Namun, pupuk kandang
perlu diuraikan terlebih dahulu agar unsur haranya siap untuk diserap oleh
tanaman. Pupuk kandang yang masih mentah akan mengakibatkan tanaman mati,
karena suhunya yang panas dapat membakar akar tanaman.
Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2011) pupuk kandang dapat
dikatakan sebagai pupuk lengkap di samping unsur N, P, dan K sebagai unsur

Universitas Sumatera Utara

21

makro utama juga mengandung Ca, Mg, dan S sebagai unsur makro sekunder dan
sejumlah kecil unsur mikro seperti Mn, Cu, dan B. Akan tetapi, pemanfaatan
pupuk kandang sebagai sumber hara yang tersedia harus mengalami dekomposisi
yang

sebagian

besar

harus

dilakukan

oleh

aktifitas

mikroorganisme

tanah.Kelebihan pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk buatan adalah
karena kandungan bahan organik yang tinggi berperan dalam meningkatkan
kesuburan tanah (Sarief, 1985). Sedangkan menurut Buckman dan Brady tahun
1961 (Hakim et al., 1986) pupuk kandang juga mempunyai kekurangan yaitu
lambat bereaksi karena sebagian besar zat-zat makanan harus mengalami
perubahan sebelum dapat diserap tanaman.

Universitas Sumatera Utara