Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu, Kabupaten Deli Serdang

LAPORAN PENELITIAN
DANA PNBP PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS KEPERAWATAN USU

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa
Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu

Oleh :
Ketua Tim Pengusul

:Nur Asnah Sitohang,S.Kep.Ns.M.Kep

NIDN

:0005057405

Anggota Tim Pengusul :Nurbaiti, S.Kep,Ns.M.Biomed

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi
di Desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu. Kabupaten Deli Serdang
Abstrak
Nur Asnah Sitohang1, Nurbaiti2
Dosen Fakultas Keperawatan USU
Email:[email protected]
HP.081381329541
Latar belakang : Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif
dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan pemberian imunisasi
terhadap seorang bayi dapat memberikan perlindungan pada bayi dan mengurangi penyebaran
infeksi. Dalam hal ini, dukungan keluarga sangat penting diberikan agar status imunisasi dasar
bayi dapat terpenuhi sejak usia 0-9 bulan. Dukungan keluarga ini berasal dari keluarga besar
(extended family) yaitu suami, mertua maupun anggota keluarga yang lain yang berperan dalan
mengambil keputusan keluarga. Dukungan tersebut berupa dukungan instrumental,
informasional, penilaian dan dukungan emosional.
Tujuan penelitian : mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap status imunisasi
dasar pada bayi.
Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik korelasi. Jumlah sampel

dalam penelitian ini adalah 54 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total
sampling. Penelitian ini dilakukan di Desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu. Analisa
data digunakan uji fisher exact.
Hasil : berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mayoritas responden berusia 20-30 tahun
87,27%, jenis kelamin perempuan 100%, pendidikan perguruan tinggi 58,18%, penghasilan >
Rp 1000.000 sebanyak 89,1%, mayoritas usia bayi > 6 bulan sebanyak 83,64%. mayoritas
responden mendapatkan dukungan keluarga 72.7% , mayoritas responden status imunisasinya
sesuai dengan usia 76.4%. Hasil uji statistik dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi
dukungan keluarga terhadap status imunisasi bayi (ada hubungan signifikan dukungan keluarga
terhadap status imunisasi bayi). Dari hasil analisis juga diperoleh OR = 22.2,artinya responden
yang mendapat dukungan keluarga mempunyai peluang 22.2 kali status imunisasi bayinya
sesuai dibandingkan responden yang tidak mendapat dukungan keluarga
Kesimpulan : Penelitian ini membuktikan bahwa dukungan keluarga sangat penting diberikan
agar status imunisasi dasar pada bayi dapat sesuai dengan usianya. Oleh karena itu, diharapkan
bagi pelayanan kesehatan agar dapat melibatkan keluarga dalam memberikan motivasi serta
informasi tentang imunisasi guna tercapainya status imunisasi dasar yang sesuai pada bayi.
Kata kunci : dukungan, keluarga, status imunisasi,bayi

Relationships family support for basic immunization status in infants
in Desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu. Kabupaten Deli Serdang

Abstrak
Nur Asnah Sitohang1, Nurbati2
Dosen Fakultas Keperawatan USU
Email:[email protected]
HP.081381329541

Background: Immunization is one form of medical intervention is very effective in reducing the
mortality rate of infants and toddlers. With immunization against a baby can provide protection
to infants and reduce the spread of infection. In this case, family support is very important given
that the basic infant immunization status can be met from the age of 0-9 months. Family support
comes from a large family (extended family), the husband, mother in laws and other family
members that plays a role in family decisions. Support in the form of instrumental support,
informational, appraisal and emotional support.
Aim: to know the relationship between family support for basic immunization status in infants.
Method : it was a correlation design. The are 54 samples involved by using total sampling
technique. The data were analyzed by Fisher's exact test.
Results : the findings showed that mostly 87.27 % were 20-30 years old, 100 % were female
gender , 58.18 % were college education , income > Rs 1000.000 were 89.1 % , > 6 months
83.64 % were infants age, mostly 72.7 % were supported family, mostly 76.4 % according to
age immunization status. The statistical test indicated that there was a significant family support

for infant immunization status. From the analysis results are also obtained OR = 22.2 that
respondents who have received family support had 22.2 times the odds of immunization status
according babies than those who did not receive family support
Conclusion : the findings verify that family support is very important for basic immunization
status in infants. Therefore, it is expected for health care in order to involve the family in
providing motivation and information about immunization to achieve the appropriate basic
immunization in infants .
Keywords : support , family , immunization status , infant

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji bagi allah yang telah memberikan kekuatan, waktu,
kemampuan dan kesempatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
penelitian ini dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Status Imunisasi Dasar
pada Bayi di Desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu” dengan baik.
Penelitian ini dilakukan melibatkan berbagai pihak kepala desa Gudang Garam
Kecamatan Bintang Bayu, Bidan desa

Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu, Kader


posyandu Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu, Mahasiswa DIV Kebidanan Program
Pendidik dan seluruh responden yang sudah berpartisipasi dalam kegiatan ini. Terselenggaranya
kegiatan dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu kami
mengucapkan terimakasih kepada Ketua LP3M Bidang Penelitian USU, Dekan Fakultas
Keperawatan USU yang telah memberikan izin pelaksanaan ini. Dan semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Akhirnya penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk
Mahasiswa DIV Kebidanan Program Pendidik. Demi kesempurnaan dan perbaikan laporan ini
pada masa yang akan datang penyusun menerima masukan atau saran yang bersifat kondusif
dan positif.

Medan,
Penulis

Oktober 2013

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………
Halaman Pengesahan Laporan Akhir……………………………………………….

Abstrak………………………………………………………………………………
Prakata………………………………………………………………………………
DaftarIsi……………………………………………………………………………..
Daftar Tabel…………………………………………………………………………
Daftar Lampiran…………………………………………………………………….

i
ii
iii
iv
v
vi
vii

BAB 1 : Pendahuluan………………………………………………………………

1

BAB 2 : Tinjauan Pustaka…………………………………………………………..
BAB 3 : Metode Penelitian…………………………………………………………

BAB 4 : Hasil dan Pembahasan…………………………………………………….
BAB 5 : Kesimpulan dan Saran…………………………………………………….
Daftar Pustaka……………………………………………………………………… .
Lampiran

DAFTAR TABEL

4
10
13
20
21

Hal
Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3


Tabel 5.4

Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi di
Posyandu desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu Tahun
2013
Distribusi pertanyaan dukungan keluarga terhadap satus imunisasi
dasar pada bayi di desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu
Tahun 2013
Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga di Gudang
Garam Kecamatan Bintang Bayu Tahun 2013
Distribusi responden berdasarkan status imunisasi dasar pada bayi
di Posyandu desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu Tahun
2013
Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga terhadap
status imunisasi dasar pada bayi di Gudang Garam Kecamatan
Bintang Bayu Tahun 2013

DAFTAR LAMPIRAN

13


14

16
16

17

Lampiran 1

: Personalia Peneliti

Lampiran 2

: Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 3

: Surat izin Penelitian


Lampiran 4

: From Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5

: Instrumen Penelitian

Lampiran 6

: Riwayat Hidup Penelitian

Lampiran 7

: Berita Acara Seminar Hasil Penelitian

Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang

saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan
bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa (Kompas, 2006, dalam Hidayat,
2008, hal. 2). Jika angka kesakitan dan kematian anak dapat menurun, maka kualitas hidup
bangsa akan meningkat pula (Ranuh, et al. 2008)

Sistem Kesehatan Nasional imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang
sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan melakukan
imunisasi terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut
tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang
meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh, et al. 2008, hal.4).
Menurut KEPMENKES RI No. 482/MENKES/SK/IV tahun 2010, data dari beberapa hasil
survey menunjukkan bahwa akses masyarakat ke program imunisasi yang diukur dengan
cakupan BCG dan DPT 1 sudah cukup baik, tetapi yang menjadi persoalan umumnya adalah
tingginya angka drop out. Bayi yang sudah mendapat imunisasi pertama tidak melengkapi
imunisasi dasarnya, contohnya 20 % drop out dari BCG ke DPT3, 18 % drop out dari DPT 1
ke DPT3 (Data Hasil Survey, 2007). Angka ini menggambarkan terdapat sekitar 1 juta bayi
di Indonesia yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap setiap tahunnya.

WHO (World Helath Organization ) pada tahun 2008 menyatakan sampai saat ini Indonesia
masih merupakan negara keempat terbesar di dunia dengan jumlah anak yang tidak
mendapatkan imunisasi DPT 3. Hal ini mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara
prioritas yang diidentifikasi oleh WHO dan UNICEF (United Nations Emergency Childrens
Fund) untuk melaksanakan akselerasi dalam mencapai target 100% UCI Desa atau

Kelurahan. Universal Child Imunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi
dasar secara lengkap pada semua bayi (anak dibawah umur 1 tahun) dan berdasarkan RPJMN

(Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional) Pemerintah berkomitmen untuk
mencapai 100% desa mencapai UCI pada tahun 2014.
Untuk mencapai target tersebut diperlukan suatu gerakan percepatan dari seluruh komponen
masyarakat baik pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) maupun swasta
bersama-sama untuk menggerakkan masyarakat luas untuk berpartisipasi aktif mendorong
ibu untuk membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap (KEPMENKES
RI No. 482/MENKES/SK/IV, 2010,hal.4-5).

Namun demikian, ternyata masih banyak kontroversi dari faktor program imunisasi, vaksin
atau resipien yang menerima imunisasi. Dimasyarakat sering terdengar pendapat yang salah
mengenai imunisasi. Tidak jarang dijumpai orang tua yang ragu atau bahkan menolak
imunisasi dengan berbagai alasan. Ketakutan dan penolakan imunisasi mungkin berdasarkan
pandangan religi, filosofis tertentu, anggapan imunisasi sebagai intervensi pemerintah.
Alasan lain adalah behubungan dengan keamanan dan efikasi vaksin atau pandangan bahwa
penyakit yang dapat dicegah oleh vaksinasi tidak menimbulkan masalah kesehatan yang
berbahaya (Ranuh, et al. 2008, hal. 348).
Jika sikap seorang ibu sudah positif terhadap imunisasi, ia harus tetap mendapat dukungan
dari suami ataupun mertuanya. Bila terdapat salah satu dari anggota keluarga yang tidak
menyetujui anaknya diimunisasi, maka sikap positif ibu terhadap imunisasi tidak akan
terlaksana (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut, hingga 20 Desember
2011, pencapaian imunisasi hepatitis B di provinsi ini masih sangat rendah. Dari 33
kabupaten/kota di wilayah Sumut, baru 4 kabupaten/kota yang mencapai target tersebut,
yaitu Samosir, Asahan, Medan, dan Deli Serdang. Sedangkan sisanya masih di bawah 80
persen. Begitu juga dengan cakupan imunisasi BCG. Masih ada 18 kabupaten/kota yang
cakupannya di bawah 80 persen. “Sedangkan sisanya, cakupan lebih dari 80 persen.
Imunisasi lainnya yaitu

imunisasi campak, cakupan yang masih di bawah 80 persen

sebanyak 14 kabupaten/kota, seperti Labuhan Batu Selatan, Dairi, Gunung Sitoli, Padang
Lawas, Nias Utara, Nias, Tanjung Balai, Padang Lawas Utara, Nias Barat, Mandailing Natal,
Pak-pak Bharat, Tapanuli Selatan, Sibolga, Padang Sidimpuan, dan Nias Selatan. Pencapaian

untuk imunisasi polio 4, hanya 15 kabupaten/kota yang sudah mencapai cakupan di atas 80
persen. ,12 kabupaten/kota saja yang cakupan imunisasi di bawah 80 persen. Sedangkan
kabupaten/kota lainnya di atas 80 persen.
Pengetahuan keluarga tentang manfaat dan keamanan imunisasi perlu ditanggapi secara aktif.
Apabila orang tua mendapat jawaban akurat dan informasi yang benar, maka orang tua dapat
membuat keputusan yang benar tentang imunisasi (Ranuh, et al. 2008, hal. 349). Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan Yusnidar (2012) di Lingkungan IX Kelurahan Sidorame
Barat II Medan Perjuangan pada 39 sampel,diperoleh data pengetahuan ibu tentang imunisasi
dasar sebagian besar adalah cukup yaitu 20 orang (51,3%). Kelengkapan imunisasi dasar
pada bayi sebagian besar adalah lengkap yaitu 30 orang (76,9%). Terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia
0-12 bulan (p1 tahun), 0,05 ml
untuk untuk bayi kurang dari 1 tahun.Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3
bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu, vaksin BCG diberikan
apabila uji tuberkulin negatif. Vaksin BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas pada insersio M.deltoideus sesuai anjuran WHO, tidak ditempat lain
(bokong, paha). Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan. Vaksin BCG
tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2-8°C, tidak boleh beku.
Vaksin yang telah diencerkan harus dipergunakan dalam waktu 8 jam. Imunisasi BCG
ulangan tidak dianjurkan. (Ranuh, et al. 2008)

Pemberian vaksin BCG dapat menimbulkan efek samping berupa Penyuntikan BCG
secara intradermal akan menimbulkan ulkus lokal yang superfisial 3 minggu setelah
penyuntikan. Ulkus tertutup krusta, akan sembuh 2-3 bulan dan meniggalkan parut
bulat dengan diameter 4-8mm. Apabila dosis terlalu tinggi, maka ulkus yang timbul
akan lebih besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retracted) (Ranuh, et al. 2008, hal. 133).

Kontraindikasi pada BCG adalah reaksi uji tuberculin > 5 mm, menderita infeksi HIV
atau dengan resiko tinggi HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid,
obat imuno-supresif, mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai
sumsum tulang atau system limfe, menderita gizi buruk dan menderita demam tinggi
(Ranuh, et al. 2008, hal.133)

2. Imunisasi polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan pada anak.
Vaksin virus polio hidup oral berisi virus polio tipe 1,2 dan 3 yang merupakan suku
Sabin yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Vaksin ini digunakan
secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus vaksin kemudian
menempatkan diri di usus dan memacu pembentukan antibodi baik dalam darah
maupun epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus polio liar
yang datang masuk kemudian. Dengan cara ini, maka frekuensi ekskresi polio virus liar
dalam masyarakat dapat dikurangi (Ranuh, et al. 2008, hal. 163-164).
Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-8°C. Vaksin polio oral (OPV)
dapat tersimpan beku pada temperature 38,50°C), vaksinasi harus ditunda, muntahatau diare
vaksinasi ditunda, sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif yang
diberikan oral maupun suntikan, juga yang mendapat radiasi umum merupakan
kontraindikasi dari vaksin polio (Ranuh, et al. 2008, hal. 168)
3. Hepatitis
Pada dasarnya, individu yang belum pernah imunisasi hepatitis B atau yang tidak
memiliki antibodi anti-HBs, potensial terinfeksi virus hepatitis B. Vaksinasi hepatitis B
pada bayi baru lahir merupakan upaya yang paling efektif dalam menurunkan prevalens
virus hepatitis B (VHB). Yang harus mendapat imunisasi hepatitis B adalah semua bayi
baru lahir tanpa memandang status VHB

ibu; individu yang karena pekerjaannya

beresiko tertular VHB, serta pasien hemodialisis (Ranuh, et al. 2008, hal. 135, 136 &
138)
Pemberian imunisasi hepatitis B minimal diberikan sebanyak 3 kali dan imunisasi
pertama diberikan segera setelah lahir. Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah 0,1,6
bulan karena respon antibodi paling optimal. Interval antara dosis pertama dan dosis
kedua tidak akan mempengaruhi imunogenisitas atau titer antibodi sesudah imunisasi
selesai (dosis ketiga). Dosis ketiga merupakan penentu respon antibodi karena merupakan
dosis booster. Semakin panjang jarak antara imunisasi kedua dengan ketiga (4-12 bulan),
semakin tinggi titer antibodinya (Ranuh, et al. 2008, hal. 139)

10

Departemen Kesehatan pada tahun 2005 memberikan vaksin hep B-0 monovalen (dalam
kemasan uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwp/hepB pada umur
2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepB diberikan dalam kombinasi dengan DTwP untuk
mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan hepB-3 yang masih rendah
(Ranuh, et al. 2008, hal. 100)

Kejadian ikutan pasca imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi. Segera setelah imunisasi
dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan,
pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi (Ranuh, et al. 2008, hal. 69). Sampai
saat ini tidak ada indikasi kontra absolut pemberian vaksin Hepatitis B (Ranuh, et al.
2008, hal. 141)

4. Imunisasi DPT
Vaksinasi DTP (diptheria, tetanus, pertusis) merupakan imunisasi primer terhadap
difteria yang menggunakan toksoid difteria yang kemudian digabung dengan toksoid
tetanus dan vaksin pertusis dalam bentuk vaksin DTP(Ranuh, et al. 2008, hal. 148).
Imunisasi ini diberikan untuk mencegah tubuh dari penyakit diptheria, tetanus, pertusis.
5. Imunisasi Campak
Terdapat dua jenis vaksin campak, yaitu vaksin campak yang dilemahkan dan yang
dimatikan. Pada saat ini dinegara berkembang, angka kejadian campak masih tinggi dan
seringkali dijumpai penyulit, maka WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak
pada bayi berumur 9 bulan (Ranuh, et al. 2008, hal. 174).
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 0,5ml.
Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan sekali secara subkutan pada umur 9 bulan
(Ranuh, et al. 2008, hal. 175)

Gejala KIPI dari imunisasi campak berupa demam yang lebih dari 39,50°C yang terjadi
pada 5%-15% kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan
berlangsung selama 2 hari; ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 710 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan akibat
imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa
inkubasi penyakit alami.

Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti ensefalitis
dan ensefalopati pasca imunisasi, diperkirakan resiko terjadinya kedua efek samping
tersebut 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin (Ranuh, et
al. 2008, hal. 176)

Imunisasi campak tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi primer,
pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, mereka yang dapat
pengobatan imunosipresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi
HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa immunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan
terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak (Ranuh, et al. 2008, hal. 175).
2.1.4 Jadwal Imunisasi Dasar pada Anak
Jadwal imunisasi dasar lengkap berdasarkan buku KIA (2010)
Umur

Jenis Imunisasi

0-7 hari

HB 0

1 Bulan

BCG, Polio 1

2 Bulan

DPT/HB 1, Polio 2

3 Bulan

DPT/HB 2, Polio 3

4 Bulan

DPT/HB 3, Polio 4

9 Bulan

Campak

2.2. Dukungan keluarga
2.2.1.Defenisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, Bowden & Jones, 2010, hal. 9).

2.2.2.Bentuk Keluarga
Menurut Friedman, Bowden & Jones (2010, hal. 9 & 20), bentuk keluarga terbagi dalam:
1. keluarga inti (nuclear family)
2. keluarga besar (extended family). Keluarga inti adalah keluarga yang terbentuk karena
pernikahan, peran sebagai orangtua atau kelahiran. Keluarga inti terdiri atas suami,
istri dan anak-anak mereka yang berasal dari biologis, adopsi atau keduanya.
3. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga dengan pasangan yang berbagi
pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orangtua, kakak/adik dan
keluarga dekat lainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan oleh beberapa generasi dan
memiliki pilihan model pola perilaku yang akan membentuk perilaku mereka.
Extended family, yang secara lebih jelas didefinisikan oleh U.S Bureau of the Census

(1996) adalah keluarga yang didalamnya tinggal seorang anak dengan minimal salah
satu orangtua dan seseorang diluar anggota keluarga inti, baik memiliki hubungan
kekerabatan maupun tidak.
2.2.3. Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga adalah dukungan sosial yang dirasakan oleh anggota keluarga
ada atau dapat diakses (dukungan sosial dapat atau tidak dapat digunakan, tetapi anggota
keluarga menerima bahwa orang pendukung siap memberikan pertolongan jika
dibutuhkan) (Friedman, Bowden & Jones, 2010, hal. 9)
Dukungan keluarga untuk keluarga tidak menggantikan sumber dukungan profesional
tetapi lebih pada sumber peningkatan kekuatan keluarga yang unik melalui berbagai
pengalaman (Johnson, et al, 1992 dalam Wong, 2008, hal. 750)
Menurut Caplan (1976, dalam Friedman, Bowden & Jones, 2010, hal. 446-447), terdapat
empat dasar jenis dukungan keluarga yaitu :
a. Dukungan Emosional
Yaitu keluarga sebagai pelabuhan istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
emosional serta meningkatkan moral keluarga. Aspek-aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
b. Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan
mematarantai pemecahan masalah dan merupakan sumber serta validator identitas
anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan dan perhatian.
c. Dukungan Informasi
Keluarga berfungsi sebagai pencari dan penyebar informasi mengenai suatu masalah
tertentu. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat
digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat
menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam
dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
d. Dukungan Instrumental
Keluarga mencakup pemberian asuhan langsung atau berbagai bantuan yang nyata
berupa uang maupun bantuan pada pekerjaan rumah. Keluarga merupakan sebuah
sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya bantuan keluarga dalam merawat
anak serta bantuan praktis selama masa kritis.
Keluarga dapat memainkan peran vital dalam upaya peningkatan kesehatan dan
penurunan resiko, misalnya mengubah gaya hidup dari kurang sehat ke arah lebih sehat
(berhenti merokok, latihan yang teratur, mengatur pola makan yang sehat), perawatan
pra- dan pasca-partum, imunisasi, dll. Salah satu peran penting keluarga terhadap
kesehatan adalah keluarga sebagai faktor penentu penggunaan pelayanan kesehatan(Ali,
2009, hal.20).

Pratt (1982, dalam dalam Friedman, Bowden & Jones, 2010, hal.400-401)menunjukkan
beberapa alasan keluarga mengalami kesulitan memberikan perawatan kesehatan bagi
anggota keluarga mereka, yaitu struktur keluarga dan pelayanan kesehatan. Saat
keluarga memiliki asosiasi yang luas dengan organisasi, terlibat dalam aktifitas umum
dan menggunakan sumber komunitas, mereka memanfaatkan pelayanan perawatan
kesehatan dengan lebih tepat. Selain itu praktik kesehatan personal meningkat saat
suami secara aktif terlibat dalam urusan internal keluarga termasuk masalah yang
berkenaan dengan sistem pelayanan kesehatan.

Adapun faktor penyulit yang dapat menghambat minat keluarga untuk bekerjasama
melakukan tindakan kesehatan yaitu keluarga memperoleh informasi yang kurang jelas
atau mendapatkan informasi kesehatan yang keliru; keluarga mendapatkan informasi
tidak lengkap sehingga mereka hanya melihat sebagian masalah; keluarga tidak dapat
mengaitkan antara informasi yang diterima dengan situasi yang dihadapi; keluarga
tidak mau menghadapi situasi; anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari
keluarga atau sosial; keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku; keluarga
gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran/tujuan upaya keperawatan dan kurang
percaya dengan tindakan yang dianjurkan oleh perawat (Ali, 2009, hal.80).

Bab 3
Metodologi Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif analitik korelasi
yaitu mencari hubungan antara variabel dukungan keluarga dengan variabel status
imunisasi dasar pada bayi.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah seluruh orang tua yang memiliki bayi yang
mengunjungi Posyandu desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu . Dari data yang
didapat selama 1 bulan terakhir (Agustus 2013), jumlah keseluruhan bayi 0-12 bulan
yang berkunjung adalah 54 orang. Sumber data diperoleh dari Bidan desa di desa
Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu.
3.2.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling sehingga jumlah
sampel adalah 54 orang. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Orangtua yang memiliki anak usia 0-12 bulan
2. Bersedia menjadi responden.
3. Anak pernah diimunisasi dan memiliki KMS
4. Menguasai bahasa Indonesia dan dapat berkomunikasi dengan baik.
5. Dapat membaca dan menulis

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Posyandu desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu
dengan pertimbangan didesa tersebut belum pernah dilakukan penelitian, jumlah
sampel cukup memadai.

3.4 Pertimbangan Etik
Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan
Sumatera Utara dan izin dari Kepala Puskesmas dan Kepala desa Gudang Garam
Kecamatan Bintang Bayu. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan
dengan prinsip etik penelitian, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden
tentang tujuan penelitian, menjelaskan manfaat penelitian dan prosedur pelaksanaan
penelitian. Prinsip etika penelitian diberikan kepada responden dalam bentuk informed
consent yaitu kesediaan yang disadari oleh subjek penelitian (responden) secara sosial.

Responden yang bersedia dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.
Tetapi responden yang tidak bersedia berhak untuk menolak dan mengundurkan diri.

Peneliti menjelaskan bahwa identitas subjek penelitian akan dirahasiakan dengan cara
tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi dengan menggunakan inisial.
Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang
disusun telah diuji validitas dan realibilitasnya. Instrumen ini terdiri dari: data
demografi responden terdiri dari 4 pertanyaan yaitu usia, jenis kelamin, penghasilan
dan pendidikan orangtua bayi. Pada kuesioner dukungan keluarga berisi 18 pertanyaan,
yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dukungan keluarga terhadap status
imunisasi dasar pada bayi. Instrumen penelitian menggunakan pertanyaan dikotomi,
yaitu responden menjawab ya dan tidak. Apabila bentuk pertanyaan positif, maka
jawaban “tidak“ mendapat nilai 0 (nol), dan jawaban “ya” mendapat nilai 1 (satu).
Sedangkan untuk pertanyaan negatif, jawaban “ya” mendapat nilai 0 (nol), dan untuk
jawaban “tidak” mendapat nilai 1 (satu). Pada status imunisasi dasar pada bayi, peneliti

menggunakan KMS yang dimiliki orangtua untuk melihat kesesuaian status imunisasi
dengan usia bayi saat ini.

3.6 Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013. Setelah
mendapatkan izin penelitian dari Kepala desa Gudang Garam Kecamatan Bintang
Bayu, maka dari mulai tanggal 11 sampai dengan tanggal 15 Oktober peneliti dengan
dibantu oleh 2 orang mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Wulandari dan Azizah
Marleni dengan didampingi Kader Posyandu mengumpulkan data responden dengan
mendatangi responden dari rumah kerumah setelah memperoleh data nama dan alamat
responden dari bidan desa desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu.

Setelah mendapatkan calon responden, peneliti kemudian menjelaskan kepada calon
responden tersebut tentang tujuan penelitian serta prosedur penelitian ini. Selanjutnya
peneliti meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed
consent), sebelum pengisian kuesioner dilakukan.

Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti kemudian memberikan lembar kuesioner
yang telah disusun untuk diisi oleh calon responden tersebut. Waktu yang peneliti
berikan kepada responden untuk mengisi kuesioner adalah 15 menit. Peneliti
mendampingi responden selama proses pengisian kuesioner, untuk menjelaskan cara
mengisi pertanyaan kuesioner. Kemudian seluruh data dikumpulkan untuk di analisa.
3.7 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, dengan dibantu oleh Mahasiswa Program D-IV pendidik
dilakukan pemeriksaan kuesioner dengan melihat data dan jawaban apakah sudah
lengkap dan benar (editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan
peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data. Selanjutnya peneliti
memasukkan data yang telah diperiksa dan diberi kode, ini disebut dengan entry data

dengan menggunakan bantuan program komputerisasi yang disesuaikan, melalui
langkah berikut :
1. Statistik univariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel
yang diteliti. Data demografi responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin,
pendidikan dan penghasilan ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi. Sedangkan
data yang bersifat kategorik yaitu dukungan keluarga dan status imunisasi dasar pada
bayi dicari frekuensi dan proporsinya, kemudian hasil disajikan dalam bentuk tabel.
2. Statistik bivariat
Statistik ini digunakan oleh peneliti untuk menguji hubungan antara dua variabel,
yaitu dukungan keluarga dan status imunisasi dasar pada bayi yang diuji dengan
menggunakan uji statistic fisher exact dengan derajat kepercayaan 95%. Pedoman
dalam menerima hipotesis adalah apabila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak, apabila p >
0,05 maka Ho gagal ditolak

Bab 4
Hasil Penelitian
4.1. Karakteristik Demografi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mayoritas responden berusia 20-30 tahun
87,27%, jenis kelamin perempuan 100%,pendidikan perguruan tinggi 58,18%, penghasilan > Rp
1000.000 sebanyak 89,1%, mayoritas usia bayi > 6 bulan sebanyak 83,64%.Dapat dilihat pada
tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Di Desa Gudang Garam.Kec.
Bandar Bayu.Kab. Serdang Bedagai Tahun 2013 (n= 54)
No. Karakteristik Demografi
1.

3.

 20-30 tahun

 Perempuan

87,27%

6

12,73%

54

100%

1

1,8%

2

2,6%

20

36,36%

31

58,18%

6

10,9%

48

89,1%

9

16,36%

45

83,64%

Pendidikan
 SD

 SMA
 PT

Penghasilan

 Rp.1.000.000

5.

48

Jenis Kelamin

 SMP

4.

Persentase

Usia Responden
 30-40 tahu

2.

Frekuensi

Usia Bayi

 0 – 6 bulan
 > 6 bulan

4.2. Distribusi Jawaban responden

Tabel 2
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga terhadap Status Imunisasi
Dasar pada Bayi di Desa Gudang Garam.Kec. Bandar Bayu.Kab. Serdang Bedagai
Tahun 2013 (n= 54)
Pilihan Jawaban
Pertanyaan

Ya
f

Tidak

Jumlah

%

f

%

f

%

72,73

14

27,27

54

100

Dukungan Informasional
memberitahukan 40

1. Keluarga
bahwa

anak

saya

harus

diimunisasi sesuai jadwal yang
ditentukan.
2. Keluarga

mengatakan

imunisasi tidak dapat mencegah 7
anak

saya

dari

100

bahwa
14,55

47

85,45

50,90

26

50,10

54

penyakit

berbahaya.
3. Keluarga menunjukkan dimana 28

100
54

tempat untuk imunisasi anak
saya.

100

4. Keluarga mengatakan imunisasi
dapat diberikan jika anak saya 46

85,45

8

14,55

54

sehat.
5. Keluarga

mengatakan

tidak

100

perlu khawatir jika imunisasi 38
dapat

menyebabkan

70,9

16

29,1

54

anak

demam.
100

Dukungan Penilaian
6. Keluarga

bahwa 41

menilai

74,59

13

25,45

45,45

29

54,55

54

imunisasi harus diberikan untuk
anak saya.
7. Keluarga merasa ragu tentang 25

54

manfaat imunisasi.
8. Alasan

tidak 23

keluarga

mengizinkan

100

anak

41,82

31

58,18

100
54

saya

diimunisasi karena takut sakit.
9. Walaupun anak sedang sehat, 0

0

54

100

100
54

keluarga tidak menyetujui anak
saya diimunisasi.
10. Bagi keluarga imunisasi tidak 54

100

0

0

100
54

terlalu penting diberikan kepada
anak saya.

30

Pilihan Jawaban
Pertanyaan

Ya

Dukungan Instrumental

Jumlah

Tidak

f

%

f

%

7

14,55%

47

85,45%

11. Keluarga pernah mengantarkan

f

%

54

100

54

100

anak saya imunisasi.
12. Jika

saya

mengantar

tidak
anak

keluarga
mengantarkannya.

sempat 19
imunisasi,
bersedia

45,45%

35

54,55%

13. Keluarga menolak mengantarkan 8
anak

saya

imunisasi

14,55%

46

84,45%

100
54

karena

merasa malu.
14. Apabila setelah imunisasi anak 54
saya

sakit,

keluarga

100%

0

0

100
54

juga

membantu merawatnya.
14

Dukungan Emosional
15. Keluarga

yang

27,27%

40

72,73%
54

mengingatkan

100

saya jika saya lupa membawa
anak imunisasi.
16. Keluarga pernah menanyakan 15
apakah

anak

saya

27,27%

39

72,73%

100
54

sudah

mendapat imunisasi.
17. Keluarga perhatian jika anak 54

100%

0

0
54

sakit setelah imunisasi.
18. Keluarga menyalahkan saya jika 0
anak

saya

imunisasi.

sakit

100

setelah

0

54

100%

100
54

4.3.

Disitribusi responden berdasarkan dukungan keluarga
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden mendapatkan dukungan

keluarga 40 972.7%) untuk mendapatkan status imunisasi lengkap pada bayinya. Dapat
dilihat pada table 3 berikut.
Tabel 3
Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga di Desa Gudang Garam Kec.
Bintang Bayu .Kab. Serdang Bedagai tahun 2013
Variabel

Ya

Dukungan

Tidak

f

%

f

%

40

72.7

14

27.3

4.4. Distribusi responden berasarkan status imunisasi
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden status imunisasinya sesuai
dengan usia 42 (76.4%). Dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Distribusi responden berdasarkan status imunisasi di Desa Gudang Garam Kec. Bintang
Bayu .Kab. Serdang Bedagai tahun 2013

Variabel

Status
Imunisasi

Sesuai

Tidak Sesuai

f

%

f

%

42

76.4

12

23.6

4.5. Hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar pada bayi
Hasil penelitian diperoleh data responden yang mendapat dukungan status imunisasinya
sesuai 37(92.5%) dan tidak sesuai 3 (7.5%). Responden yang tidak mendapat dukungan status
imunisasi sesuai 5(35.7%) dan tidak sesuai 9(22.2). Hasil uji statistik dapat disimpulkan ada
perbedaan proporsi dukungan keluarga terhadap status imunisasi bayi (ada hubungan signifikan
dukungan keluarga terhadap status imunisasi bayi). Dari hasil analisis juga diperoleh OR =
22.2,artinya responden yang mendapat dukungan keluarga mempunyai peluang 22.2 kali status
imunisasi bayinya sesuai dibandingkan responden yang tidak mendapat dukungan keluarga.
Dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5
Hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar pada bayi di Desa Gudang Garam
Kec. Bintang Bayu .Kab. Serdang Bedagai tahun 2013
Status
imunisasi
Dukungan

Sesuai

Tidak

Total

Sesuai
n

%

n

%

n

%

Ya

37

92.5

3

7.5

40

100

Tidak

5

35.7

9

64.3

14

100

Jumlah

42

77.8

12

22.2

54

OR

p

95%CI

value

22.2

0.000

4.5. Pembahasan hasil
Imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian bayi. Namun program pengembangan imunisasi (PPI) ini akan efektif bila
cakupannya tinggi. Imunisasi yang diwajibkan pemerintah itu ada lima, yaitu BCG, hepatitis B,
polio, DTP, campak. Di Indonesia, cakupan imunisasi tidak merata ada yang 100 persen dan ada
juga yang 60 persen. Program imunisasi sudah rutin dilaksanakan di seluruh dunia. Program
Imunisasi berhasil menekan morbiditas dan mortalitas tujuh penyakit di Indonesia (Tuberkulosis,
Polio, Difteri, Tetanus, Pertusis, Campak, dan Hepatitis B), meskipun untuk eradikasi, eliminasi,
atau reduksi dari penyakit-penyakit ini masih diperlukan upaya keras dan cerdas. Pembasmian
penyakit ini bukan hanya menghilangkan penderitaan, morbiditas, mortalitas dan disabilitas pada
manusia yang diakibatkannya, tetapi juga menghilangkan kerugian moril dan materil. Indonesia
bersama seluruh negara anggota WHO di kawasan Asia Tenggara telah menyepakati tahun 2012
sebagai tahun Intensifikasi Imunisasi Rutin atau Intensification of Routine Immunization (IRI).
Hal ini sejalan dengan Gerakan Akselarasi Imunisasi Nasional atau GAIN UCI, yang bertujuan
meningkatkan cakupan dan pemerataan pelayanan imunisasi sampai ke seluruh desa di
Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian, dukungan keluarga terhadap status imunisasi dasar pada bayi 40
responden (72,7%) mendapatkan dukungan keluarga, sedangkan 14 responden (27.3%) tidak
mendapat dukungan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga di Posyandu Desa
Gudang Garam Kec. Bintang Bayu .Kab. Serdang Bedagai sebagian besar telah memiliki
pengetahuan tentang imunisasi dan menyadari akan pentingnya imunisasi bagi bayi. Mayoritas
keluarga memberikan dukungannya dalam bentuk dukungan penilaian, dimana setiap anggota
keluarga baik suami, mertua serta anggota keluarga lain yang berperan dalam mengambil
keputusan telah menganggap bahwa imunisasi merupakan hal yang penting yang harus diberikan
kepada bayi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Friedman, Bowden & Jones (2010) yang menyatakan bahwa
dukungan keluarga tidak menggantikan sumber dukungan profesional tetapi lebih pada sumber
peningkatan kekuatan keluarga yang unik melalui berbagai pengalaman.

Dukungan tersebut meliputi dukungan informasional, dimana keluarga memberikan nasehat,
usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi mengenai imunisasi, dukungan emosional yang
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan. Keluarga bertindak sebagai pemberi umpan balik, ini disebut
dengan dukungan penilaian dan keluarga menjadi pemberi asuhan langsung maupun tidak
langsung.
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas

responden memiliki bayi yang mendapat status

imunisasi yang sesuai dengan usianya yaitu 42 responden (76,4%). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar keluarga di Desa Gudang Garam Kec. Bintang Bayu .Kab. Serdang Bedagai telah
memberikan imunisasi kepada bayinya sesuai dengan usia bayi. Terdapat 12 responden (23,6%)
bayi mendapat status imunisasi yang tidak sesuai dengan usia bayinya. Ini disebabkan oleh
kurangnya dukungan informasional yaitu responden menyatakan bahwa keluarga mengatakan
bahwa imunisasi tidak dapat mencegah anak saya dari penyakit berbahaya 54 (100%). Dukungan
penilaian juga masih ada pendapat yang salah yaitu walaupun anak sedang sehat, keluarga tidak
menyetujui anak saya diimunisasi 54 (100%). Dukungan instrumental 47 (85.45) responden
mengatakan keluarga tidak pernah mengantarkan anak imunisasi dan 46(84.45%) keluarga
menolak mengantarkan anak imunisasi karena merasa malu. Dukungan emosional 54 (100%)
responden menyatakan keluarga menyalahkan saya jika anak saya sakit setelah imunisasi. Jika
keluarga lebih bersedia dalam memberikan bantuan dalam bentuk dukungan instrumental bagi
ibu, maka status imunisasi dasar pada bayi akan sesuai dengan usianya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Caplan (1976 dalam Friedman, Bowden & Jones, 2010) yang
menyatakan bahwa keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya bantuan keluarga dalam merawat anak termasuk memenuhi kebutuhan yang
diperlukan bagi kesehatan anak.

.
Bab 5
Kesimpulan dan saran
5.1. Kesimpulan
1. Dukungan keluarga terhadap status imunisasi dasar pada bayi mayoritas mendapat dukungan
yaitu 40 responden (72,7%)
2. Status imunisasi dasar pada bayi mayoritas sesuai dengan usia bayi yaitu 42 responden
(76,4%).
3. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, maka dapat disimpulkan ada hubungan antara
dukungan keluarga terhadap status imunisasi dasar pada bayi

5.2. Saran
Penelitian menujukkan bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap stauts imunisasi
bayi. Oleh karena itu diharapkan kepada petugas kesehatan agar memberikan informasi dan
motivasi kepada keluarga tidak hanya ibu tetapi juga seluruh anggota keluarga agar perduli
terhadap peningkatan kesehatan bayinya.

Daftar Pustaka

Ali, Z. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Kesehatan RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: DepKes
Eko, B. (2001). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Fathia .A.Zara (2012) Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Status Imunisasi Dasar pada
Bayi di Posyandu Kelurahan Merdeka Kecamatan Medan Baru Tahun
2012. Karya Tulis Ilmiah

Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga :
Riset, Teori Dan Praktik. Jakarta: EGC

Hasan, M.I. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Apikasinya. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika
Kepmenkes RI No. HK.03.01/VI/432. (2010). Data Sasaran Program Kementerian Kesehatan.
Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan . Jakarta: Trans Info Media
Muslihatun, W.F. (2010). Asuhan Neonatus,Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Notoatmodjo, S. (2002). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
-------------------- (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Prasetyo, B., Jannah, L.M. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Rukiyah, A.Y., Yulianti, L. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans
Info Media

Ranuh, I.G.N., Suyitno, H., Hadinegoro, S.R.S., Kartasasmita, C.B., Ismoedijatno.,
Soedjatmiko. (2008). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi- IDAI

Setiawati, S, Dermawan, A.C. (2008). Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.
Jakarta: Trans Info Media
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1 . Jakarta: EGC
Yulidar (2012) Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Lingkungan IX Kelurahan Sidorame
Barat II Medan Perjuangan Tahun 2012. Karya Tulis Ilmiah
Zulnas, Elfa. (2009). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pencapaian Lima Imunisasi
Dasar Lengkap (LIL) Di Wilayah Kerja Puskesmas Limau Purut Kabupaten Padang
Pariaman. http://repository