Karakteristik Pelaksanaan Seksio Sesarea Berulang di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2012

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Seksio sesarea didefinisikan sebagai suatu jalan untuk melahirkan janin

dengan cara melakukan insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding
rahim (histerotomi) (Williams, 2010).
Pada tahun 1916, Cragin membuat suatu pernyataan yang terkenal di dunia
obstetrik-ginekologik bahwa “Once a cesarean, always a cesarean”, dimana pada
saat itu juga, insisi uteri klasik secara vertikal untuk melakukan seksio sesarea
digunakan secara universal. Namun, J. Whitridge Williams (1917) beranggapan
bahwa pernyataan Cragin merupakan suatu pernyataan yang berlebihan,
sebagaimana tercantum di dalam Williams Obstetrics edisi ke-empat. Institusi
obstetrik ternama secara subsekuens melaporkan bahwa ruptura uteri terjadi pada
minimal 4 persen kejadian seksio sesarea dengan insisi klasik dan 0,5 persen
kejadian seksio sesarea dengan insisi di segmen bawah rahim (Williams, 2010).
Angka kejadian seksio sesarea di dunia sudah meningkat sejak tiga dekade
belakangan ini sehingga menimbulkan peringatan dan perlu studi yang lebih

mendalam (Mukherjee, 2006). Menurut WHO (1985) dalam Mukherjee (2006),
persetujuan umum untuk angka optimal pelaksanaan seksio sesarea dari WHO
adalah 10-15%. Menurut Sachs (1999) dalam Mukherjee (2006), usaha mencapai
angka rekomendasi dengan menurunkan jumlahnya bisa berbahaya. Angka seksio
sesarea pada setiap negara berbeda-beda. Di Amerika, menurut Zelop (2004)
dalam Mukherjee (2006) lebih dari seperempat (26,1%) dari seluruh kelahiran
dilakukan dengan seksio sesarea. Sama halnya dengan Thailand, selama tahun
2003 hingga 2005, adanya peningkatan kasus seksio sesarea secara berurutan
dimulai dari 27,31 % , 27,94% dan terakhir mencapai 29,26% (Chanthasenanon
dkk, 2007). Di Indonesia, seksio sesarea umumnya dilakukan karena adanya
indikasi medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan
komplikasi. Di RSU Kisaran, pada tahun 2000 – 2004, proporsi persalinan dengan
seksio sesarea tercatat 51,13%, sebanyak 723 kasus dari 1414 persalinan, dengan

Universitas Sumatera Utara

indikasi medis 93,4% dan indikasi sosial 6,6% (Harahap, 2006). Jelas bahwa
rekomendasi WHO tidak tercapai dengan angka rata-rata kejadian seksio sesarea
diatas 20%. Namun, menurut Wagner (2000) dalam Mukherjee (2006) masih ada
negara dengan angka seksio sesarea tidak jauh dari 10% seperti Swedia, Denmark

dan Belanda.
Pada dasarnya, ada 4 indikasi umum untuk dilakukannya seksio sesarea
yaitu : saat kelahiran bayi harus dilakukan secepatnya namun tidak dapat
diinduksi; bila persalinan membahayakan ibu dan janin; dalam situasi gawat
darurat yang membutuhkan persalinan segera dan saat persalinan pervaginam
tidak memungkinkan. Secara spesifik, indikasi untuk seksio sesarea termasuk
partus tak maju, disproporsi pelvik, malpresentasi, gawat janin, hipertensi pada
kehamilan, ibu dengan gangguan plasenta, prolaps tali pusar, diabetes mellitus,
partus gagal diinduksi, infeksi herpes, gangguan Rh, partus forcep gagal, dan juga
seksio sesarea berulang.
Menurut Shamsad (2008) dalam penelitiannya mengenai indikasi seksio
sesarea pada ibu hamil di Pakistan, dijumpai indikasi paling sering adalah akibat
seksio sesarea berulang dengan nilai sebesar 20,5 %. Tidak jauh berbeda dengan
penelitian di Thailand, indikasi seksio karena seksio berulang didapati hingga
29% pada 4252 kasus, diikuti dengan disproporsi sefalopelvik (24,64%). Dari
gambaran diatas, kontribusi terbesar dalam angka seksio sesarea didapati dari
seksio sesarea berulang dan didukung juga oleh indikasi lain. Terkhusus pada
seksio sesarea berulang, menurut Thomas (2001) dalam Mukherjee (2006),
sebenarnya hal ini dapat dicegah dengan vaginal birth after a previous CS
(VBAC). Bahkan dikatakan lebih aman daripada seksio sesarea berulang secara

rutin. Namun, pada kenyataan, antusiasme pelaksanaan VBAC sangatlah kurang.
Menurut Leveno (1999) dalam Williams (2010), terjadi peningkatan angka
kejadian ruptura uteri dan morbiditas dan mortalitas perinatal pada pasien yang
melakukan proses kelahiran secara pervaginam setelah menjadi proses seksio
sesarea pada proses kelahiran sebelumnya, sehingga menyiratkan bahwa proses
kelahiran secara pervaginam memiliki risiko lebih tinggi daripada dugaan
sebelumnya. Namun, menurut Silver dkk. (2006) dalam Williams (2010), jika

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan dengan proses kelahiran secara pervaginam, proses kelahiran secara
seksio sesarea juga memiliki banyak risiko. Beberapa diantaranya adalah
komplikasi anestesi, perdarahan, kerusakan pada kandung kemih dan organ
lainnya, infeksi pelvis, dan formasi adhesi, dimana risiko-risiko ini akan semakin
berbahaya seiring dengan semakin berulangnya suatu kejadian seksio sesarea pada
seorang ibu hamil. Meskipun berisiko tinggi, seksio sesarea berulang yang
terencana tetap menjadi pilihan bagi banyak ibu hamil dengan alasan-alasan
tertentu seperti rasa nyaman yang timbul karena sang ibu mengetahui dengan pasti
kapan proses kelahiran terjadi dan adanya rasa takut dari ibu hamil akan
kemungkinan terjadi perpanjangan proses kelahiran yang dapat berakibat fatal.

Berdasarkan uraian data di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian
tentang gambaran karakteristik pelaksanaan seksio sesarea berulang di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Kota Medan pada Tahun 2012.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut : Bagaimana gambaran karakteristik pelaksanaan seksio
sesarea berulang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dan Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan pada Tahun 2012.

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui angka kejadian seksio sesarea berulang dan indikasi

pelaksanaan seksio sesarea berulang di RSUP H. Adam Malik dan RSUD
Dr. Pirngadi, Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kecenderungan kunjungan ibu bersalin dengan
seksio sesarea berulang berdasarkan data per bulan tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang mengalami persalinan
seksio sesarea berulang berdasarkan faktor sosiodemografi yang
meliputi : umur, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sumber
biaya.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang mengalami persalinan
seksio sesarea berulang berdasarkan faktor mediko-obstetri yang
meliputi : paritas, jarak persalinan, riwayat obstetri jelek.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang mengalami persalinan
seksio sesarea berulang berdasarkan indikasi seksio sesarea.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang mengalami persalinan
seksio sesarea berulang berdasarkan lama rawatan rata-rata.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang mengalami persalinan
seksio sesara berulang berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi yang lahir melalui
persalinan seksio sesarea berulang berdasarkan keadaan bayi sewaktu
pulang.

1.4.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni :

1.4.1. Bagi Peneliti
a) Sebagai tambahan wawasan serta kesempatan penerapan ilmu yang
telah diperoleh selama mengikuti pendidikan di FK USU.
b) Sebagai pemenuhan tugas akhir pendidikan di FK USU.
1.4.2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat menjadi bahan masukan untuk mempertimbangkan pelaksanaan
seksio sesarea berulang pada ibu hamil.

1.4.3. Bagi Masyarakat

a) Sebagai bahan masukan agar lebih memahami proses kelahiran seksio
sesarea yang berulang.

Universitas Sumatera Utara

b) Dapat

menjadi

masukan

bagi

pembaca

tentang

karakteristik

pelaksanaan seksio sesarea berulang.

c) Dapat mempengaruhi pembaca untuk membuat pertimbangan dalam
menentukan proses kelahiran selanjutnya secara seksio sesarea.
1.4.4. Bagi Dunia Pendidikan
a) Sebagai bahan referensi atau sumber data untuk penelitian sejenis
berikutnya yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan
metode dan variabel yang lebih kompleks.
b) Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dokter, keperawatan
dan kebidanan dalam proses belajar mengajar yang berhubungan
dengan kejadian seksio sesarea berulang.

Universitas Sumatera Utara