Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah meningkatkan empat
hal penting kesadaran, keamanan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal, terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia yang ditandai dengan perilaku yang sehat dan memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal diseluruh Indonesia (Depkes RI, 2010). Salah
satu permasalahan gizi yang tergolong klasik di Indonesia sampai saat ini belum dapat
ditanggulangi secara tuntas adalah masalah gizi kurang atau lebih dikenal dengan Kurang
Energi Protein (KEP). Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900
ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 % dari jumlah balita Indonesia yakni 23 juta jiwa.
Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan
empat hal penting yang harus dilakukan untuk mencapai tumbuh kembang optimal pada anak
yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,
memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir
sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak
bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24
bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI
hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh didaerah setempat

(indigenous food) (Azwar, 2007).
Melalui penerapan perilaku Keluarga Sadar Gizi, keluarga didorong untuk
memberikan ASI Eksklusif pada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan
memberikan MP-ASI yang cukup dan bermutu kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan. Bagi
keluarga mampu, pemberian MP-ASI yang cukup dan bermutu relatif tidak bermasalah. Pada

Universitas Sumatera Utara

keluarga miskin, pendapatan yang rendah menimbulkan keterbatasan pangan dirumah tangga
yang berlanjut pada rendahnya jumlah dan mutu MP-ASI yang diberikan kepada bayi dan
anak (Depkes, 2006). Pemberian MP-ASI berarti memberikan makanan lain sebagai
pendamping ASI yang diberikan pada bayi dan anak usia 6-24 bulan. MP-ASI yang tepat dan
baik merupakan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi sehingga bayi dan anak dapat
tumbuh kembang dengan optimal. MP-ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan usia
anak, melalui dari MP-ASI jenis lumat sampai anak menjadi terbiasa dengan makanan
keluarga. Disamping MP-ASI, pemberian ASI terus dilanjutkan sebagai sumber zat gizi dan
faktor pelindung penyakit hingga mencapai anak usia dua tahun atau lebih (Kemenkes, 2012).
Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu MP-ASI, diantaranya
dapat dilakukan dengan pemberian MP-ASI kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan.
Pisang awak (Musa Paradisiaca Var. Awak) merupakan salah satu jenis pisang yang

sering diberikan ibu pada bayi sebagai makanan pendamping ASI didaerah Aceh. Namun,
sampai saat ini masih ditemukan pemberian pisang awak yang tidak tepat dan diberikan pada
bayi dibawah usia 6 bulan. Pemberian makanan terlalu dini pada bayi dapat menimbulkan
gangguan pada saluran pencernaan seperti diare, muntah, dan sembelit. Keberhasilan
pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki sifat yang tangguh, mental yang kuat,
kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini ditunjukkan
oleh status gizi yang baik. Oleh karena itu masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi
langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi serta tidak langsung oleh pola
asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik, dapat terjadi faktor
penghambat dalam pembangunan nasional (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2006).
Status gizi yang baik untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada
hakekatnya harus dimulai sedini mungkin yakni sejak manusia itu masih berada dalam

Universitas Sumatera Utara

kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah makanannya. Melalui makanan
manusia mendapatkan zat gizi yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk tumbuh dan
berkembang. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makan pada bayi dari jumlah, jenis dan
frekuensi makanan secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab terjadinya masalah

kurang gizi pada bayi (Husaini, 1999).
Bayi adalah anak yang berusia 0-12 bulan dan merupakan salah satu kelompok yang
rawan gizi, oleh sebab itu bayi memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar, tidak
saja cara perawatannya, namun pola pemberian makan juga sangat mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan bayi (Husaini, 1999). Disamping itu juga MP-ASI
disediakan berdasarkan bahan lokal bila memungkinkan, MP-ASI harus mudah dicerna, harus
disesuaikan dengan umur dan kebutuhan bayi dan MP-ASI harus mengandung kalori dan
mikronutrien yang cukup (Depkes RI, 2006). Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Puspita
(2011) kepada bayi dari hasil penelitian tersebut ditemukan gangguan saluran pencernaan
yang dialami oleh bayi adalah sembelit.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota
Langsa. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena masih banyaknya ibu-ibu menggunakan
pisang awak sebagai MP-ASI untuk bayinya bahkan bayi yang masih berumur 7 hari
sehingga peneliti ingin mengetahui masih banyak atau tidaknya bayi yang mengalami
gangguan saluran pencernaan akibat pemberian MP-ASI terlalu dini terutama MP-ASI berupa
pisang awak. Alasan ibu-ibu memberikan pisang awak ini beragam, karena kecukupan ASI
untuk bayinya belum cukup, apabila bayi yang masih menangis dianggap masih merasakan
kelaparan dan ibu-ibu banyak yang ingin anaknya cepat gemuk. Tradisi memberikan pisang
awak sebagai MP-ASI di Aceh sudah merupakan tradisi turun-temurun.
Di Aceh masih memiliki adat pemberian MP-ASI kepada bayi yang terlalu dini. Bayi

berumur tujuh hari dirayakan dengan adat peucicap yaitu bayi diperkenalkan makanan

Universitas Sumatera Utara

dengan mencampur berbagai macam rasa makanan seperti diberikan sari buah (pisang, apel,
jeruk, anggur, kates), gula, madu yang dioleskan pada bibir bayi disertai dengan doa dan
pengharapan dengan kata-kata agar si bayi kelak tumbuh menjadi anak yang sholeh, berbakti
kepada kedua orang tua, agama, nusa dan bangsa. Setelah adat peucicap selesai berarti bayi
sudah boleh diberikan makanan (Norman, 2010). Dalam pemberian makanan bayi perlu
diperhatikan ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, cara
pembuatannya. Kebiasaan pemberian makanan bayi yang tidak tepat salah satunya adalah
pemberian makanan yang terlalu dini.
Dari hasil survei pendahuluan yang peneliti lakukan, di Desa Sungai Pauh dijumpai
masih banyak ibu-ibu yang memberikan makanan berupa pisang awak yang dilumatkan dan
ada juga yang memberikan pisang awak dengan mencampurkan dengan nasi tim pada bayi
sejak usia dini. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Sungai Pauh
Kecamatan Kuala Langsa Kota Langsa menunjukkan bahwa 14 bayi diberikan makanan
tambahan pada usia dibawah 6 bulan dan 8 bayi diberikan pisang yang dihaluskan dan ada
juga yang dicampur dengan nasi tim, jenis pisang yang diberikan adalah pisang awak dan dari
survei pendahuluan tersebut diketahui bahwa ke 8 bayi tersebut mengalami gangguan saluran

pencernaan berupa sembelit dan dari hasil survei pendahuluan yang peneliti lakukan ada juga
ibu-ibu yang memberikan kepada bayinya MP-ASI berupa susu, madu, nasi tim, biskuit dan
lain sebagainya.
Mengacu dari uraian latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui pola pemberian
ASI dan MP-ASI, status gizi dan gangguan saluran pencernaan pada bayi usia 0-6 bulan di
Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
“Bagaimana gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI, status gizi dan gangguan saluran

Universitas Sumatera Utara

pencernaan pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota
Langsa tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola pemberian ASI dan MP-ASI, status gizi, dan gangguan
saluran pencernaan pada bayi 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh KecamatanLangsa Barat Kota
Langsa tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pola pemberian ASI pada bayi yang meliputi waktu pemberian,
frekuensi pemberian, dan durasi pemberian di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat
Kota Langsa tahun 2016.

1.4

Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada Institusi terkait yaitu Dinas Kesehatan, Rumah Sakit

dan Puskesmas di Kota Langsa tentang gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI, status
gizi dan gangguan saluran pencernaan pada bayi 0-6 bulan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terhadap Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas

16 130 108

Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Pada Anak Usia 0-6 Bulan Di Kota Langsa

3 47 108

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

1 11 111

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 2 13

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016 Chapter III VI

0 0 40

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 2 3

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 30

STUDI KOMPARASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMBERIAN MP–ASI DINI TERHADAP STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6–8 BULAN DI DESA CATURHARJO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Studi Komparasi Pemberian Asi Eksklusif dan Pemberian Mp–Asi Dini terhadap Status Gizi pada Bayi U

0 0 14