Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu dengan memberikan

gambaran tentang pola pemberian pisang awak, status gizi dan saluran pencernaan pada bayi
usia 0-6 bulan. Penelitian ini juga menggunakan desain penelitian dengan cross-sectional.
Penelitian cross-sectional yaitu dilakukan pada suatu waktu dan satu kali atau penelitiannya
dengan mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat.

3.2

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa SungaI Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

Adapun pertimbangan kenapa peneliti memilih lokasi penelitian dilokasi tersebut karena dari
survei awal yang dilakukan oleh peneliti, mayoritas penduduk terutama ibu-ibu di Desa
Sungai Pauh tersebut masih memberikan makanan pendamping atau MP-ASI berupa pisang

awak kepada bayinya yang masih berusia dini.
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan
Desember 2016.

3.3

Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI dan
MP-ASI berupa pisang awak dan MP-ASI berupa makanan lain yang ada di Desa Sungai
Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa tahun 2016 sebanyak 32 bayi.

Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI dan
MP-ASI berupa pisang awak dan MP-ASI berupa makanan lain yang ada di Desa Sungai
Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa tahun 2016 sebanyak 32 bayi.


3.4

Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Kuisioner dalam instrumen penelitian ini untuk mewawancarai ibu atau yang
mengasuh bayi usia 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota
Langsa dengan pertanyaan mengenai data ibu, data bayi, pola pemberian ASI, pola
pemberian MP-ASI (pisang awak) atau ada makanan lain yang diberikan ibu kepada
bayinya sebagai MP-ASI dan gangguan saluran pencernaan.
2. Alat ukur panjang bayi
Alat ukur panjang bayi dalam instrumen penelitian ini digunakan untuk
melihat panjang bayi pada usia 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa
Barat Kota Langsa normal atau tidak. Bayi akan di ukur panjang badannya setelah
pengisian kuesioner selesai.
3. Timbangan bayi
Timbangan bayi dalam instrumen penelitian ini digunakan untuk melihat berat
badan bayi pada usia 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota
Langsa normal atau tidak. Bayi akan di timbang berat badannya setelah pengisian
kuesioner selesai.


Universitas Sumatera Utara

3.5

Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan koesioner yang berisi
daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang dilakukan dengan metode wawancara. Data
primer meliputi :
1. Identitas responden.
2. Pola pemberian ASI (mengenai waktu pemberian, frekuensi pemberian, dan durasi
pemberian)
3. Pola pemberian MP-ASI berupa pisang awak (mengenai waktu pemberian,
frekuensi pemberian, cara pemberian, kuantitas pemberian dan umur pertama kali
diberikan).
4. Berat badan dan panjang badan bayi serta gangguan saluran pencernaan yang
terjadi pada bayi.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder meliputi data demografi penduduk yang diperoleh dari kantor kepala

Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.
3.6

Definisi Operasional

1. Pola pemberian ASI adalah tindakan ibu dalam memberikan ASI kepada bayi yang
meliputi waktu pemberian, frekuensi pemberian, dan durasi pemberian.
a. Waktu pemberian ASI adalah jadwal pemberian ASI pada bayi.
b. Frekuensi pemberian ASI adalah keacapan pemberian ASI kepada bayi dalam satu hari.
c. Durasi pemberian ASI adalah lamanya pemberian ASI kepada bayi setiap kali
menyusui.

Universitas Sumatera Utara

2. Pola pemberian MP-ASI (pisang awak) adalah tindakan ibu atau keluarga dalam
memberikan pisang awak kepada bayi yang meliputi waktu pemberian, frekuensi
pemberian, cara pemberian, kuantitas pemberian dan umur pertama kali diberikan.
a. Waktu pemberian pisang awak adalah jadwal pemberian pisang awak kepada bayi
dalam sehari.
b. Frekuensi pemberian pisang awak adalah pemberian pisang awak kepada bayi dalam

satu hari.
c. Cara pemberian pisang awak adalah tindakan ibu dalam mengolah pisang awak sebelum
diberikan kepada bayi (dikerok, disaring, dilumat).
d. Kuantitas pemberian pisang awak adalah banyaknya pisang awak yang diberikan
kepada bayi dalam satu kali pemberian.
e. Umur pertama kali diberikan adalah usia bayi pada saat pertama kali diberikan pisang
awak.
3. Status gizi bayi yaitu suatu keadaan yang dapat menunjukkan keadaan gizi bayi yang dapat
diukur secara antropometri dengan indeks BB/U, PB/U, dan BB/PB
4. Gangguan saluran pencernaan pada bayi adalah kondisi ketidak laziman yang dialami oleh
bayi sehingga mengganggu saluran pencernaan bayi seperti diare, muntah, sembelit.
a. Diare adalah bayi buang air besar dengankonsistensi tinja yang lembek atau cair yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (Neonatus) dikatakan diare bila frekuensi buang
air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berusia lebih dari satu bulan
dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali dalam sehari.
b. Muntah adalah keluarnya kembali seluruh atau sebagian makanan yang masuk ke
lambung melalui mulut.
c. Sembelit adalah keadaan dimana bayi mengalami kesulitan untuk buang air besar
dalam waktu 2 hari yang berhubungan dengan konsistensi tinja yang keras.


Universitas Sumatera Utara

5. Bayi adalah anak yang usianya 0-6 bulan pada saat penelitian.

3.7

Aspek Pengukuran

1. Pola pemberian ASI dilihat dari waktu pemberian, frekuensi pemberian, dan durasi
pemberian.
a.Waktu pemberian :
-Terjadwal
- Tidak terjadwal atau sesuka bayi
b. Frekuensi pemberian :
- ≥ 8 kali sehari
- < 8 kali sehari
c. Durasi pemberian :
- ≥ 15 menit
- < 15 menit
2. Pola pemberian MP-ASI (pisang awak) kepada bayi dilihat dari waktu pemberian,

frekuensi pemberian, cara pemberian, kuantitas pemberian, dan umur pertama kali bayi
diberikan.
a.Waktu pemberian :
- Pagi hari
- Siang hari
- Sore hari
- Malam hari
b.Frekuensi pemberian:
-≥ 3 kali sehari
-< 3 kali sehari
c. Cara pemberian :

Universitas Sumatera Utara

-Pisang awak dikerok dan langsung diberikan kepada bayi
-Pisang awak dilumatkan
-Pisang awak dilumatkan dan disaring
-Pisang awak dilumatkan dan dicampur dengan nasi
d. Kuantitas pemberian :
-1 buah pisang awak setiap 1 kali pemberian

-2 buah pisang awak setiap 1 kali pemberian
-≥ 3 buah pisang awak setiap 1 kali pemberian
e.Umur pertama kali bayi diberikan pisang awak.
3. Status gizi bayi dilakukan dengan menggunakan pengukuran antropometri, berat badan
menurut umur (BB/U), panjang badan menurut umur (PB/U), dan berat badan menurut
panjang badan (BB/PB) dengan menggunakan standar WHO 2005 dalam skor simpangan
baku (standar deviation score = Z-Score) dengan rumus sebagai berikut :
Ƶ-Score =

������������������ � −����������������������
�������������������������

a. Kategori berdasarkan indeks BB/U:
1. Normal : ≥ - 2 SD s/d < 1 SD
2. Kurang : ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD
3. Sangat Kurang : < - 3 SD
4. Bila Z – Score > + 1 tidak ada kategori, langsung gunakan BB/PB
b. Kategori berdasarkan indeks PB/U :
1. Sangat tinggi : > 3 SD
2. Normal : ≥ - 2 SD s/d ≤ 3 SD

3. Pendek : ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD
4. Sangat Pendek : < - 3 SD
c. Kategori berdasarkan indeks BB/PB :

Universitas Sumatera Utara

1. Sangat Gemuk : > 3 SD
2. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD
3. Resiko Gemuk : > 1 SD s/d ≤ 2 SD
4. Normal : ≥ - 2 SD s/d ≤ 1 SD
5. Kurus : ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD
6. Sangat Kurus : < - 3 SD

3.8

Mekanisme Pelaksanaan Penelitian
Mekanisme penelitian yang akan dilakukan di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa

Barat Kota Langsa adalah sebagai berikut :
1. Peneliti akan mendatangi rumah yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang diberikan ASI

dan makanan pendamping berupa pisang awak dan makanan lain. Setelah itu, peneliti
akan meminta kesediaan responden untuk memberikan keterangan atau penjelasannya
tentang pola pemberian pisang awak dan kejadian gangguan saluran pencernaan yang
pernah dialami oleh bayinya tersebut dalam waktu satu bulan terakhir. Kemudian,
peneliti akan melakukan wawancara kepada responden tersebut sesuai dengan
pertanyaan yang sudah ada dikuesioner.
2. Setelah pengisian kuesioner selesai, peneliti akan mengukur berat badan bayinya
dengan timbangan serta mengukur panjang badan bayi dengan alat ukur panjang
badan.

3.9

Pengolahan Data dan Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan menggunakan komputer ataupun
laptop dengan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Editing, yaitu memeriksa kembali data-data yang sudah dikumpulkan.

Universitas Sumatera Utara


2. Tabulating, mempermudah analisis data dan pengambilan kesimpulan dimana data
tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Data akan dianalisis secara deskriptif dan akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel
distribusi dengan melihat persentasenya dari data tersebut dengan bantuan program komputer
SPSS.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1

Gambaran Umun Lokasi Penelitian

4.1.1 Geografis
Desa Sungai Pauh terletak diwilayah Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa dengan
luas wilayah 630,53 Ha.
Batas administratif wilayah Desa Sungai Pauh menurut arah mata angin adalah sebagai
berikut :
Utara

: Desa Kuala Langsa

Selatan

: Desa Meutia

Barat

: Desa Matang Seulimeng

Timur

: Selat Sungai Pauh Pusaka

Kondisi demografi yang menggambarkan tentang kependudukan Desa Sungai Pauh
dari jumlah penduduk laki-laki 1.216 orang dan perempuan 1.311 orang.

4.2

Gambaran Umum Responden
Berdasarkan hasil wawancara dengan 32 responden, maka diperoleh karakteristik

responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan.

4.2.1 Umur
Gambaran distribusi responden berdasarkan umur ibu dari usia 17 tahun sampai 42
tahun di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa dapat diliat pada tabel
berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Desa Sungai Pauh
Tahun 2016

Umur Ibu (Tahun)
< 20
>20 – 30
>30
Total

Jumlah
1
24
7
32

Persentase (%)
3,1
75,0
21,9
100

Berdasarkan hasil wawancara dengan 32 responden diperoleh sebagian besar ibu
(75%) berumur 20-30 tahun dan hanya 3,1% .berumur dibawah 20 tahun dan 21,9% berumur
diatas 30 tahun.
4.2.2 Pendidikan
Gambaran distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu di Desa Sungai Pauh
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Sungai Pauh
Tahun 2016
Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
SD
6
18,8
SMP
4
12,5
SMA
11
34,4
Perguruan Tinggi
11
34,4
Total
32
100
Berdasarkan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh sebagian besar ibu
(34,4%) menamatkan pendidikannya pada jenjang SMA dan Perguruan Tinggi dan hanya
12,5% pendidikan ibu pada jenjang pendidikan SMP.

4.2.3 Pekerjaan
Gambaran distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan ibu di Desa Sungai Pauh
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa Sungai Pauh
Tahun 2016
Pekerjaan Ibu
Jumlah
Persentase (%)
Ibu rumah tangga
24
75,0
Pegawai Negeri Sipil
5
15,6
Honorer
3
9,4
Total
32
100

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar ibu (75%) pekerjaannya adalah
ibu rumah tangga. Artinya sebagian ibu tidak bekerja dan hanya 9,4% ibu yang pekerjaannya
adalah honorer.

4.3

Gambaran Umum Bayi

4.3.1 Usia dan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian maka usia bayi berdasarkan jenis kelamin seperti yang
ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 4.4

Distribusi Jenis Kelamin Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Sungai Pauh
Tahun 2016
Usia Bayi
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
n
%
n
%
0 Bulan
4
12,5
3
9,4
1 Bulan
1
3,1
1
3,1
2 Bulan
5
15,6
3
9,4
3 Bulan
2
6,3
3
9,4
4 Bulan
3
9,4
1
3,1
5 Bulan
1
3,1
2
6,3
6 Bulan
1
3,1
2
6,3
Total
17
53,1
15
46,9
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 32 bayi. Distribusi bayi berdasarkan

jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 15 bayi (46,9%) dan perempuan sebanyak 17 bayi
(53,1%). Dari tabel tersebut jenis kelamin yang paling banyak terdapat pada bayi berjenis
kelamin perempuan.

4.4

Pola Pemberian Pisang Awak pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Gambaran distribusi bayi usia 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh yang diberikan makan

pisang awak dapat dilihat pada tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5

Distribusi Diberikan Pisang Awak Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa
Sungai Pauh Tahun 2016
Usia Bayi
Diberikan Pisang Awak
Ya
Tidak
n
%
n
%
0 Bulan
7
21,9
0
,0
1 Bulan
2
6,3
0
,0
2 Bulan
3
9,4
5
15,6
3 Bulan
3
9,4
2
6,3
4 Bulan
3
9,4
1
6,3
5 Bulan
1
3,1
2
6,3
6 Bulan
2
6,3
1
3,1
Total
21
65,6
11
34,4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi di Desa Sungai Pauh yang diberikan makan

pisang awak yaitu sebanyak 21 bayi (65,6%) dan bayi yang tidak diberikan makan pisang
awak sebanyak 11 bayi (34,4%). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa bayi
sudah diberikan makanan pendamping ASI sejak usia dini. Bayi yang tidak diberikan makan
pisang awak karena ibu memberikan ASI Eksklusif. Bayi yang diberikan makan pisang awak
dimiliki pola pemberian yang meliputi waktu pemberian, frekuensi pemberian, cara
pemberian, kuantitas pemberian dan alasan ibu memberikan pisang awak.

4.4.1 Waktu Pemberian Pisang Awak
Gambaran waktu pemberian pisang awak pada bayi usia 0-6 bulan dapat dilihat pada
tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6
Usia Bayi

Distribusi Waktu Pemberian Pisang Awak Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di
Desa Sungai Pauh 2016
Waktu Pemberian Pisang Awak
Pagi dan Sore
Pagi
Siang
Sore
n
%
n
%
n
%
n
%

0 Bulan

7

33,3

0

,0

0

,0

0

,0

1 Bulan

1

4,8

0

,0

0

,0

1

4,8

2 Bulan

2

9,5

0

,0

0

,0

1

4,8

3 Bulan

2

9,5

0

,0

0

,0

1

4,8

4 Bulan

0

,0

1

4,8

2

9,5

0

,0

5 Bulan

0

,0

1

4,8

0

,0

0

,0

6 Bulan
Total

0
12

,0
57,1

0
2

,0
9,5

0
2

,0
9,5

2
5

9,5
23,8

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi (33,3%) pada usia 0 bulan
diberikan makan pisang awak pada waktu pagi dan sore hari.

Dari keseluruhan waktu

pemberian pisang awak yang banyak dilakukan ibu yaitu memberikan pisang awak pada
waktu pagi dan sore hari, dari usia 0-6 bulan (57,1%).

4.4.2 Frekuensi Pemberian Pisang Awak
Gambaran frekuensi pemberian pisang awak pada bayi usia 0-6 bulan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Pemberian Pisang Awak Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
di Desa Sungai Pauh Tahun 2016
Usia Bayi
Frekuensi Pemberian Pisang Awak
≥ 3 Kali
≤ 3 Kali
n
%
n
%
0 Bulan
0
,0
7
33,3
1 Bulan
0
,0
2
9,5
2 Bulan
1
4,8
2
9,5
3 Bulan
0
,0
3
14,3
4 Bulan
3
14,3
0
,0
5 Bulan
1
4,8
0
,0
6 Bulan
2
9,5
0
,0
Total
7
33,3
14
66,7

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi (66,7%) pada usia 0-6
bulan, frekuensi diberikan makan pisang awaknya sebanyak kurang dari 3 kali. Menurut hasil
wawancara terhadap responden rata-rata ibu memberikan makan pisang awak pada bayinya
sebanyak ≤ 3 kali dalam sehari, biasanya ibu-ibu memberikan makan pisang awak pada
bayinya sebanyak 2 kali dalam sehari. Usia yang sering diberikan makan pisang awak 2 kali
dalam sehari terdapat pada bayi usia 0 bulan.

4.4.3 Cara Pemberian Pisang Awak
Gambaran cara pemberian pisang awak pada bayi usia 0-6 bulan dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.8

Distribusi Cara Pemberian Pisang Awak Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di
Desa Sungai Pauh Tahun 2016
Usia Bayi
Cara Pemberian Pisang Awak
Pisang Awak
Pisang Awak
Pisang Awak
Dilumatkan dan
Dilumatkan dan
Dikerok
Disaring
Dicampur Nasi
n
%
n
%
n
%
0 Bulan
1
4,8
6
28,6
0
,0
1 Bulan
0
,0
2
9,5
0
,0
2 Bulan
1
4,8
2
9,5
0
,0
3 Bulan
0
,0
3
14,3
0
,0
4 Bulan
1
4,8
0
,0
2
9,5
5 Bulan
0
,0
0
,0
1
4,8
6 Bulan
0
,0
0
,0
2
9,5
Total
3
14,3
13
61,9
5
23,8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi (61,9%) pada usia 0-6 bulan

diberikan pisang awak dalam bentuk pisang dilumatkan dan disaring, dan hanya (14,3%)
yang diberikan pisang awak dalam bentuk pisang dikerok. Hasil penelitian menunjukkan bayi
yang diberikan pisang awak dengan cara pisang awak dilumatkan dan disaring paling banyak
terdapat pada bayi usia 0 bulan.

Universitas Sumatera Utara

4.4.4 Kuantitas Pemberian Pisang Awak
Gambaran Kuantitas Pemberian Pisang Awak Pada Bayi Usia 0-6 bulan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.9

Distribusi Kuantitas Pemberian Pisang Awak Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
di Desa Sungai Pauh Tahun 2016
Usia Bayi
Kuantitas Pemberian Pisang Awak
1 buah
2 buah
n
%
n
%
0 Bulan
1 Bulan
2 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
5 Bulan
6 Bulan
Total

7
2
3
3
0
0
0
15

33,3
9,5
14,3
14,3
,0
,0
,0
71,4

0
0
0
0
3
1
2
6

,0
,0
,0
,0
14,3
4,8
9,5
28,6

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi (71,4%) pada usia 0-6 bulan
diberikan pisang awak sebanyak 1 buah setiap 1 kali pemberian dan hanya 28,6% bayi yang
diberikan 2 buah pisang awak. Bayi yang paling banyak diberikan pisang awak 1 buah setiap
1 kali pemberian adalah bayi yang usianya 0 bulan.

4.4.5 Umur Pertama Kali Bayi Diberikan Pisang Awak
Gambaran umum pertama kali bayi diberikan pisang awak dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.10

Distribusi Umur Pertama Kali Bayi Diberikan Pisang Awak di Desa
Sungai Pauh Tahun2016
Umur Pemberian Pisang
Jumlah
Persentase (%)
Awak Pertama Kali
0 bulan
9
42,9
1 bulan
1
4,8
2 bulan
3
14,3
3 bulan
3
14,3
4 bulan
2
9,5
5 bulan
3
14,3
Total
21
100

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar bayi (42,9%) sudah diberikan
makan pisang awak sejak umur 0 bulan, sementara yang paling sedikit (4,8%) pada umur 1
bulan.

4.4.6 Alasan Ibu Memberikan Pisang Awak
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas bayi sudah diberikan pisang
awak sejak usia dini. Adapun alasan ibu memberikan pisang awak pada bayinya dapat
diketahui pada tabel berikut :
Tabel 4.11

Distribusi Alasan Ibu Memberikan Pisang Awak di Desa Sungai Pauh
Tahun 2016
Alasan ibu memberikan pisang awak
Jumlah
Persentase (%)
Bayi nangis atau rewel dianggap lapar
3
14,3
Tradisi turun menurun
11
52,9
Agar bayi cepat gemuk
3
14,3
ASI tidak cukup
3
14,3
Pisang awak mudah diperoleh
1
4,8
Total
21
100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan yang paling banyak ibu memberikan

pisang awak karena sudah merupakan tradisi turun temurun yaitu sebesar (52,9%). Mulai
sejak itu ibu jadi mulai sering memberikan bayinya pisang awak secara rutin. Hanya 1
responden (4,8 %) alasan ibu memberikan pisang awak kepada bayi karena pisang awak
mudah diperoleh.

4.5

Pola Pemberian ASI
Gambaran umum distribusi pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Sungai

Pauh yaitu sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.12

Distribusi Pemberian ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Sungai Pauh
Tahun 2016
Usia Bayi
Diberikan ASI
Ya
Tidak
n
%
n
%
0 Bulan
6
18,8
1
3,1
1 Bulan
2
6,3
0
,0
2 Bulan
8
25,0
0
,0
3 Bulan
5
15,6
0
,0
4 Bulan
3
9,4
1
3,1
5 Bulan
2
6,3
1
3,1
6 Bulan
1
3,1
2
6,3
Total
27
84,4
5
15,6
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 27 bayi (84,4%) pada usia 0-6 bulan

yang diberikan ASI oleh ibunya. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap
responden ada beberapa alasan ibu tidak memberikan ASI pada bayinya seperti ASI tidak
keluar, bayi tidak mau, ibu bekerja dan ibu mengalami baby syndrom. Bayi yang tidak
minum ASI, setiap harinya diberikan susu formula atau air tajin secara rutin. Pola pemberian
ASI yang disajikan berikut ini meliputi waktu pemberian, frekuensi pemberian, dan durasi
pemberian.

4.5.1 Waktu Pemberian ASI
Gambaran waktu pemberian ASI berdasarkan usia bayi dapat dilihat pada tabel
berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.13

Distribusi Waktu Pemberian ASI Pada Bayi Usia
Sungai Pauh Tahun 2016
Usia Bayi
Waktu Pemberian ASI
Terjadwal
Tidak terjadwal
n
%
n
0 Bulan
2
7,4
4
1 Bulan
0
,0
2
2 Bulan
1
3,7
7
3 Bulan
1
3,7
4
4 Bulan
0
,0
3
5 Bulan
1
3,7
1
6 Bulan
1
3,7
0
Total
6
22,2
21

0-6 Bulan di Desa

%
14,8
7,4
25,9
14,8
11,1
3,7
,0
77,8

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (77,8%) bayi usia 0-6 bulan diberikan ASI
dengan waktu pemberian tidak terjadwal artinya ibu-ibu di Desa Sungai Pauh tidak
membatasi waktu uuntuk menyusui atau kapan saja saat si bayi mau. Secara keseluruhan
hanya 6 bayi (22,2%) yang waktu pemberian ASI dibatasi oleh ibunya, hal ini dikarenakan si
ibu bekerja.

4.5.2

Frekuensi Pemberian ASI
Gambaran frekuensi pemberian ASI berdasarkan usia bayi dapat dilihat pada tabel

berikut :
Tabel 4.14

Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa
Sungai Pauh Tahun 2016
Usia Bayi
Frekuensi Pemberian ASI
≥ 8 kali
≤ 8 kali
n
%
n
%
0 Bulan
5
18,5
1
3,7
1 Bulan
2
7,4
0
,0
2 Bulan
7
25,9
1
3,7
3 Bulan
4
14,8
1
3,7
4 Bulan
3
11,1
0
,0
5 Bulan
1
3,7
1
3,7
6 Bulan
0
,0
1
3,7
Total
22
81,5
5
18,5

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi usia 0-6 bulan (81,5%)
frekuensi menyusui lebih dari 8 kali dalam sehari dan hanya 18,5% bayi yang frekuensi
menyusui kurang dari 8 kali.

4.5.3 Durasi Pemberian ASI
Durasi pemberian ASI adalah lamanya waktu ibu dalam menyusui bayinya. Pada tabel
dapat dilihat gambaran distribusi durasi pemberian ASI sebagai berikut :
Tabel 4.15

Distribusi Durasi Pemberian ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa
Sungai Pauh Tahun 2016
Usia Bayi
Durasi Pemberian ASI
≥ 15 menit
≤ 15 menit
n
%
n
%
0 Bulan
5
18,5
1
3,7
1 Bulan
2
7,4
0
,0
2 Bulan
7
25,9
1
3,7
3 Bulan
4
14,8
1
3,7
4 Bulan
3
11,1
0
,0
5 Bulan
1
3,7
1
3,7
6 Bulan
0
,0
1
3,7
Total
22
81,5
5
18,5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar durasi pemberian ASI pada bayi
yaitu lebih dari 15 menit (81,5%) dan hanya 18,5% bayi yang disusui oleh ibunya kurang dari
15 menit dan umumnya ibu-ibu tersebut menyusui sekitar 10 menit.

4.6

Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan
Status gizi bayi usia 0-6 bulan diukur dengan membandingkan berat badan dan umur

bayi pada saat penelitian, membandingkan berat badan dan panjang badan bayi. Bayi yang
bergizi akan tumbuh sesuai dengan potensi genetisnya, namun sebaliknya bayi yang
kekurangan gizi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya.

Universitas Sumatera Utara

4.6.1 Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut
Umur
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal,
dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi
terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertumbuhan usia. Hasil pengukuran
status gizi bayi berdasarkan indeks BB/U dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.16

Distribusi Status Gizi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Berdasarkan Indeks
Berat Badan Menurut Umur di Desa Sungai Pauh Tahun 2016
Usia Bayi
Status Gizi (BB/U)
Sangat Kurang
Normal
n
%
n
%
0 Bulan
0
,0
4
22,2
1 Bulan
0
,0
2
11,1
2 Bulan
0
,0
3
16,7
3 Bulan
1
5,6
2
11,1
4 Bulan
1
5,6
3
16,7
5 Bulan
0
,0
1
5,6
6 Bulan
0
,0
1
5,6
Total
2
11,1
16
88,9

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 bayi yang diteliti diperoleh 2 bayi yang
berstatus gizi sangat kurang. Status gizi sangat kurang pada usia 0-6 bulan sebesar 11,1%
yaitu pada bayi usia 3 bulan dan bayi usia 4 bulan. Dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata bayi usia 0-6 bulan berstatus gizi baik berdasarkan indeks berat
badan menurut umur. Dalam standar WHO-2005 untuk pengkategorian status gizi
berdasarkan indeks BB/U yang nilai Z-Scorenya lebih dari +1 maka kategori status gizinya
langsung dilihat pada indeks BB/PB. Maka dari hasil penelitian ada 14 bayi yang nilai ZScorenya lebih dari +1 maka kategori status gizinya dapat dilihat pada indeks BB/PB
dibawah.

Universitas Sumatera Utara

4.6.2 Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan Berdasarkan Indeks Panjang Badan Menurut
Umur
Panjang badan merupakan hasil pertumbuhan secara kumulatif semenjak lahir. Pada
keadaan normal, panjang badan tumbuh seiring dengan pertumbuhan umu. Berdasarkan hasil
pengukuran panjang badan menurut umur, maka status gizi bayi dapat dikategorikan seperti
pada tabel berikut :
Tabel 4.17
Usia Bayi

0 Bulan
1 Bulan
2 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
5 Bulan
6 Bulan
Total

Distribusi Status Gizi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Berdasarkan Indeks
Panjang Badan Menurut Umur di Desa Sungai Pauh Tahun 2016
Status Gizi (PB/U)
Pendek
Normal
Sangat Tinggi
n
%
n
%
n
%
3
9,4
3
9,4
1
3,1
0
,0
2
6,3
0
,0
2
6,3
4
12,5
2
6,3
1
3,1
4
12,5
0
,0
0
,0
3
9,4
1
3,1
0
,0
3
9,4
0
,0
1
3,1
2
6,3
0
,0
7
21,9
21
65,6
4
12,5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh bayi yang diteliti diperoleh status
gizi pendek berdasarkan panjang badan menurut umur sebanyak 7 bayi. Status gizi pendek
pada usia 0-6 bulan yaitu sebanyak 21,9% dari 32 bayi. Dan terdapat pada bayi usia 0 bulan,
2 bulan, 3 bulan dan 6 bulan. Sebagian besar bayi (65,6%) tergolong memiliki panjang badan
yang normal dan 12,5% memiliki panjang badan sangat tinggi terdapat pada bayi usia 0
bulan, 2 bulan dan 4 bulan.

4.6.3 Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut
Panjang Badan
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan panjang badan. Penentuan status
gizi berdasarkan indeks berat badan menurut panjang badan merupakan indikator yang baik
untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). Hasil pengukuran status gizi berdasarkan
indeks berat badan menurut panjang badan dapat dilihat pada tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.18

Distribusi Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan Berdasarkan Indeks Berat
Badan Menurut Panjang Badan di Desa Sungai Pauh Tahun 2016
Usia Bayi
Status Gizi (BB/PB)
Normal
Resiko Gemuk
Sangat Kurus
n
%
n
%
n
%
0 Bulan
4
12,5
3
9,4
0
,0
1 Bulan
2
6,3
0
,0
0
,0
2 Bulan
3
9,4
5
15,6
0
,0
3 Bulan
2
6,3
2
6,3
1
3,1
4 Bulan
3
9,4
0
,0
1
3,1
5 Bulan
1
3,1
2
6,3
0
,0
6 Bulan
1
3,1
2
6,3
0
,0
Total
16
50,0
14
43,8
2
6,3
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 bayi yang diteliti diperoleh persentase

status gizi tertinggi ditemukan 50% pada status gizi bayi normal. Bayi yang memiliki status
gizi resiko gemuk sebanyak 43,8%. Bayi yang memiliki status gizi sangat kurus sebanyak
6,3%, hanya 2 bayi pada usia 3 bulan dan 4 bulan yang memiliki status gizi sangat kurus.
Secara keseluruhan, bayi di Desa Sungai Pauh berstatus gizi normal berdasarkan indeks
BB/PB.

4.6.4 Status Gizi Bayi (BB/U) Berdasarkan Pemberian Pisang Awak
Gambaran hasil antara pemberian pisang awak dengan status gizi bayi (BB/U) dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.19

Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Pemberian Pisang Awak Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Sungai Pauh Tahun 2016 :
Pemberian Pisang
Status Gizi (BB/U)
Total
%
Awak
Sangat
Normal
Resiko
Kurang
Gemuk
N
%
n
%
n
%
0-6 Bulan
Diberikan pisang
1
9,1
10
90,9
10
47,6
21
100
awak
Tidak diberikan
pisang awak

1

14,3

6

85,7

4

36,4

11

100

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi sangat kurang pada bayi usia 0-6
bulan yang diberikan makan pisang awak yaitu sebesar 9,1%. Dari keseluruhan bayi usia 0-6
bulan rata-rata memiliki status gizi normal berdasarkat berat badan menurut umur yang
diberikan pisang awak (90,9%). Dalam pengkategorian berdasarkan indeks BB/U apabila ZScore > +1 tidak ada kategori, langsung gunakan BB/PB.
4.6.5 Status Gizi Bayi (PB/U) Berdasarkan Pemberian Pisang Awak
Gambaran hasil antara pemberian pisang awak dengan status gizi bayi (PB/U) dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.20

Distribusi Status Gizi (PB/U) Berdasarkan Pemberian Pisang Awakdi
Desa Sungai Pauh Tahun 2016
Pemberian
Status Gizi (PB/U)
Total
%
Pisang Awak
Pendek
Normal
Sangat tinggi
n
%
n
%
n
%
0-6 bulan
Diberikan pisang
4
19,0
15
71,4
2
9,5
21
100
awak
Tidak diberikan
pisang awak
3
27,3
6
54,5
2
18,2
11
100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi pendek pada bayi usia 0-6 bulan yang

diberikan makan pisang awak yaiu sebanyak 19%. Umumnya bayi yang diberikan makan
pisang awak memiliki status gizi normal berdasarkan indeks BB/U (71,4%).
4.6.6 Status Gizi Bayi (BB/PB) Berdasarkan Pemberian Pisang Awak
Gambaran hasil antara pemberian pisang awak dengan status gizi bayi (BB/PB) dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.21

Distribusi Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Pemberian Pisang Awak di
Desa Sungai Pauh 2016
Pemberian Pisang Awak
Status Gizi (BB/PB)
Total
%
Normal
Resiko Gemuk
n
%
n
%
0-6 Bulan
Diberikan pisang awak
11
52,4
10
47,6
21
100
Tidak diberikan pisang awak
7
63,6
4
36,4
11
100

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi bayi dengan kategori resiko gemuk
pada bayi 0-6 bulan yang diberikan makan pisang awak yaitu sebesar 47,6%. Rata-rata bayi
usia 0-6 bulan yang diberikan pisang awak memiliki status gizi normal berdasarkan berat
badan menurut panjang badan (52,4%).

4.7

Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Pemberian makanan tambahan pada bayi sebaiknya diberikan setelah usia bayi lebih

dari enam bulan atau setelah pemberian ASI Eksklusif karena usia tersebut kebutuhan nutrisi
masih terpenuhi melalui ASI. Bayi yang terlalu cepat diberi makanan padat akan
menanggung sejumlah resiko masalah kesehatan pada usia dini maupun usia dewasa kelak.
Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan saluran pencernaan pada bayi.Gangguan
saluran pencernaan yang umumnya terjadi pada bayi meliputi diare, muntah dan sembelit
(susah buang air besar). Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa bayi yang mengalami
gangguan saluran pencernaan dalam 1 bulan terakhir. Gangguan saluran pencernaan pada
bayi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.22

Distribusi Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di
Desa Sungai Pauh Tahun 2016
Usia Bayi
Gangguan Saluran Pencernaan
Ya
Tidak
n
%
N
%
0 Bulan
2
6,3
5
15,6
1 Bulan
1
3,1
1
3,1
2 Bulan
7
21,9
1
3,1
3 Bulan
4
12,5
1
3,1
4 Bulan
1
3,1
3
9,4
5 Bulan
2
6,3
1
3,1
6 Bulan
3
9,4
0
,0
Total
20
62,5
12
37,5
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20 bayi (62,5%) yang mengalami

gangguan saluran pencernaan dalam 1 bulan terkhir dan sebanyak 12 bayi (37,5 %) tidak
mengalami gangguan saluran pencernaan. Bayi yang mengalami saluran pencernaan banyak
dialami pada bayi usia 2 bulan 21,9%.

Universitas Sumatera Utara

4.7.1 Jenis Gangguan Saluran Pencernaan
Bayi yang terlalu dini diberikan makanan pendamping ASI akan beresiko mengalami
gangguan saluran pencernaan. Gagguan saluran pencernaan yang umumnya dialami oleh bayi
adalah diare, muntah, sembelit. Gambaran distribusi jenis gangguan saluran pencernaan pada
bayi usia usia 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.23
Usia Bayi

0 Bulan
2 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
5 Bulan
6 Bulan
Total

Distribusi Jenis Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
di Desa Sungai Pauh Tahun 2016
Jenis Gangguan Saluran Pencernaan
Diare
Sembelit
Diare dan Sembelit
n
%
n
%
n
%
1
5,0
1
5,0
2
10,0
2
10,0
3
15,0
1
5,0
0
,0
3
15,0
0
,0
0
,0
2
10,0
0
,0
1
5,0
0
,0
1
5,0
2
10,0
1
5,0
0
,0
6
30,0
10
50,0
4
20,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis gangguan saluran pencernaan yang paling
banyak terjadi dalam 1 bulan terakhir yaitu sembelit (50,0%), yang paling banyak dialami
bayi usia 2 bulan dan 3 bulan. Dari hasil wawancara dengan ibu bayi mengatakan bayinya
sering susah buang air besar dan apabila bayi buang air besar tinjanya tampak keras.
Gangguan saluran pencernaan lain yang dialami bayi yaitu diare sebanyak 30,0%. Bayi yang
mengalami diare yaitu pada bayi usia 1 bulan dan 6 bulan, hasil wawancara dengan ibu bayi
menyatakan bayinya sering diare apabila diberikan susu dan ada juga bayi yang mengalami
gangguan saluran pencernaan diare dan sembelit.

4.7.2 Frekuensi Gangguan Saluran Pencernaan
Gambaran distribusi frekuensi gangguan saluran pencenaan pada bayi usia 0-6 bulan
dapat dilihat pada tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.24
Usia Bayi

0 Bulan
2 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
5 Bulan
6 Bulan
Total

Distribusi Frekuensi Gangguan Saluran Pencernaan pada Bayi Usia 0-6
Bulan di Desa Sungai Pauh Tahun 2016
Frekuensi Gangguan Saluran Pencernaaan
1 kali
2 kali
(dalam 1 bulan)
(dalam 1 bulan)
n
%
n
%
3
15,0
1
5,0
4
20,0
2
10,0
3
15,0
0
,0
2
10,0
0
,0
1
5,0
1
5,0
2
10,0
1
5,0
15
75,0
5
25,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15 bayi (75,0%) yang mengalami
gangguan saluran pencernaan dalam 1 bulan terakhir dan sebanyak 5 bayi (25,0%) tidak
mengalami gangguan saluran pencernaan. Bayi yang mengalami saluran pencernaan pada 1
kali dalam 1 bulan banyak dialami pada bayi usia 2 bulan dan 3 bulan.

4.7.3 Gangguan Saluran Pencernaan Berdasarkan Pemberian Pisang Awak
Gambaran pemberian pisang awak dengan gangguan saluran pencernaan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.25

Distribusi Gangguan Saluran Pencernaan Berdasarkan Pemberian
Pisang Awak di Desa Sungai Pauh Tahun 2016
Pemberian Pisang
Gangguan Saluran Pencernaan
Total
%
Awak
Ya
Tidak
n
%
n
%
0-6 Bulan
Diberikan pisang awak
20
95,2
1
4,8
21
100
Tidak diberikan pisang
0
,0
11
100
11
100
awak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 95,2% bayi usia 0-6 bulan yang
diberikan makan pisang awak pernah mengalami gangguan saluran pencernaan dalam 1 bulan
terakhir.

Universitas Sumatera Utara

4.8

Kaitan Pola Pemberian Pisang Awak dan Gangguan Saluran Pencernaan

4.8.1 Waktu Pemberian Pisang Awak Berdasarkan Gangguan Saluran Pencernaan
Dari hasil penelitian dari gambaran waktu pemberian pisang awak dengan gangguan
saluran pencernaan terjadi pada bayi usia 0-6 bulan yang paling banyak dialami yaitu pada
waktu pagi dan sore hari sebanyak 57,1%. Waktu pemberian pisang awak yang paling sedikit
dialami pada waktu pemberian pagi dan siang hari dengan persentase sama-sama 9,5% dan
ada juga ibu yang memberikan pisang awak pada bayinya pada waktu sore hari hanya
sebanyak 5 bayi dengan persentase 23,8%.

4.8.2 Frekuensi Pemberian Pisang Awak Berdasarkan Gangguan Saluran Pencernaan
Dari hasil penelitian gambaran frekuensi pemberian pisang awak dengan gangguan
saluran pencernaan terjadi pada bayi usia 0-6 bulan pada frekuensi pemberian pisang awak
kurang dari 3 kali dalam sehari ada 14 bayi dengan persentase yaitu sebesar 66,7%,
sedangkan pada frekuensi pemberian pisang awak lebih dari 3 kali hanya ditemukan ada 7
bayi dengan persentase 33,3%.

4.8.3 Cara Pemberian Pisang Awak Berdasarkan Gangguan Saluran Pencernaan
Dari hasil penelitian gambaran cara pemberian pisang awak dengan gangguan saluran
pencernaan terjadi pada bayi usia 0-6 bulan dengan cara yang paling banyak terjadi yaitu
pisang awak dilumatkan dan disaring (61,9%), pisang awak dikerok 14,3% dan pisang awak
dilumatkan serta dicampur dengan nasi lembek dengan persentae 23,8%.

4.8.4 Kuantitas Pemberian Pisang Awak Berdasarkan Gangguan Saluran Pencernaan
Dari hasil penelitian gambaran kuantitas pemberian pisang awak dengan gangguan
saluran pencernaan pada bayi usia 0-6 bulan banyak ditemukan pada kuantitas pemberian
pisang awak 1 buah setiap 1 kali pemberian dengan persentase 71,4% dan kuantitas
pemberian pisang awak 2 buah setiap 1 kali pemberian dengan persentase 28,6%.

Universitas Sumatera Utara

4.8.5 Usia Pemberian Pisang Awak Berdasarkan Gangguan Saluran Pencernaan
Dari hasil penelitian gambaran antara usia pemberian pisang awak dengan gangguan
saluran pencernaan pada bayi usia 0-6 bulan yang mengalami gangguan saluran pencernaan
persentasenya sebesar 52,4% dan usia bayi 0-6 bulan yang tidak mengalami saluran
pencernaan sesesar 47,6%.

4.9

Kaitan Gangguan Saluran Pencernaan dan Status Gizi
Pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat kepada bayi dapat beresiko

terjadinya gangguan saluran pencernaan. Jika gangguan saluran pencernaan berlangsung
dalam waktu lama maka dapat memengaruhi status gizi bayi.

4.9.1 Gangguan Saluran Pencernaan Berdasarkan Status Gizi Bayi (BB/U)
Dari hasil penelitian gambaran gangguan saluran pencernaan dengan status gizi bayi
usia 0-6 bulan berdasarkan indeks BB/U yaitu bayi yang berstatus gizi normal 88,9% dan
yang berstatus gizi sangat kurang persentasenya hanya mencapai 11,1%. Dalam
pengkategorian berdasarkan indeks berat badan menurut umur apabila Z-Score > +1 tidak ada
kategori, langsung gunakan BB/PB maka terdapat 14 bayi yang nilai Z-Scorenya > +1 maka
langsung menggunakan BB/PB dan dikategorikan dalam status gizi resiko gemuk.

4.9.2 Gangguan Saluran Pencernaan Berdasarkan Status Gizi Bayi (PB/U)
Dari hasil penelitian gambara gangguan saluran pencernaan dengan status gizi bayi
usia 0-6 bulan berdasarkan indeks PB/U yaitu bayi yang berstatus gizi sangat tinggi yaitu
persentasenya hanya 12,5%, status gizi pendek persentasenya hanya 21,9%, dan bayi rata-rata
memiliki status gizi normal berdasarkan panjang badan menurut umur dengan persentasenya
yaitu 65,6%.

Universitas Sumatera Utara

4.9.3 Gangguan Saluran Pencernaan Berdasarkan Status Gizi (BB/PB)
Dari hasil penelitian gambaran gangguan saluran pencernaan dengan status gizi bayi
usia 0-6 bulan berdasarkan indeks BB/PB yaitu bayi yang berstatus gizi resiko gemuk
terdapat 14 bayi dengan persentasenya 43,8%, status gizi sangat kurus hanya 6,3% dan bayi
rata-rata memiliki status gizi normal berdasarkan berat badan menurut panjang badan dengan
persentasenya sebesar 50%.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN

5.1

Pola Pemberian Pisang Awak pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar bayi (65,6%) diberikan

makan pisang awak. Pisang menjadi pilihan bagi ibu untuk diberikan pada bayi karena
struktur daging buahnya yang lembut dan harganya yang terjangkau. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitin Widodo (2003), mengungkapkan bahwa di Indonesia jenis MP-ASI yang
umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang mencapai 57,3%.
Pada umumnya bayi usia 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh telah diberikan makanan lain
selain ASI berupa pisang awak yang dilumatkan dan disaring serta ada juga yang
memberikan bayinya dengan pisang dilumatkan dan dicampur dengan nasi lembek. Hanya 11
bayi dari keseluruhan 32 bayi 0-6 bulan yang masih mendapatkan ASI saja. Hal ini tidak
sesuai dengan anjuran pemberian ASI Eksklusif, dimana ibu dianjurkan memberikan hanya
ASI saja dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi (Dinkes Prop SU, 2006). Hal yang sama juga
diperoleh dari penelitian Sufnidar (2010) yang dilakukan di Kecamatan Pada Tiji, Kabupaten
Pidie Provinsi Aceh, dimana susunan makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI atau
susu formula yaitu pisang awak yang dilumatkan.
Waktu pemberian pisang awak pada bayi di Desa Sungai Pauh umumnya pada waktu
pagi dan sore hari yaitu sebanyak 57,1%. Biasanya ibu memberikan makan pisang awak pada
pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB. Frekuensi pemberian pisang awak pada bayi usia 0-6
bulan yang paling banyak adalah kurang dari 3 kali dalam sehari. Berdasarkan hasil
wawancara dengan ibu bayi diketahui bahwa ibu biasanya memberikan pisang awak
sebanyak 2 kali saja dalam sehari, baik itu pagi dan siang ataupun pagi dan sore. Bayi yang
diberikan makan pisang awak sebanyak 2 kali saja, diwaktu lain ibu juga memberikan nasi
tim, biskuit susu, air tajin, dan sari buah. Hal ini dilakukan ibu agar bayi tidak bosan.

Universitas Sumatera Utara

Cara pemberian pisang awak dilakukan ibu berbeda-beda, paling banyak melakukan
dengan cara pisang matang dilumatkan dan disaring. Namun ada juga ibu memberikan pisang
awak yang dilumatkan dan dicampur dengan nasi lembek. Dalam setiap kali pemberian,
sebagian besar ibu memberikan pisang awak sebanyak 1 buah. Namun ada juga ibu yang
memberikan pisang awak 2 buah. Bagian dari pisang awak yang diambil hanya daging
buahnya saja. 1 buah pisang awak memiliki berat mencapai 67,5 gram sampai 100 gram, hal
ini tergantung dari ukuran buahnya. Pisang awak yang diberikan kepada bayi adalah pisang
yang sudah cukup matang dengan tekstur daging buah yang lembek.
Sebagian besar bayi (42,9%) sudah diberikan makan pisang awak sejak umur 0 bulan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu bayi dikatakan bahwa rata-rata ibu mulai
memberikan pisang sejak bayi berumur 1 minggu. Praktek pemberian makanan tersebut
sangatlah tidak baik bagi bayi, seharusnya bayi yang berusia dibawah 6 bulan hanya
diberikan ASI saja dan pemberian makanan pendamping ASI baru boleh dilakukan setelah
bayi berusia 6 bulan. Menurut Depkes RI (2005), pemberian makanan lain selain ASI pada
usia 0-6 bulan dapat membahayakan bayi karena bayi belum mampu memproduksi enzim
untuk mencerna makanan bukan ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan. Hasil yang
sama juga diperoleh dari penelitian Pardosi (2009) di Perumnas Simalingkar Medan yang
menunjukkkan bahwa pemberian makanan tambahan sudah dimulai sejak bayi berusia 0-1
bulan. Penelitian Saragih (2008) di Kabupaten Nias juga ditemukan praktek pemberian
makan pada bayi sudah dilakukan sejak usia bayi dibawah 2 bulan. Hasil penelitian Puspita
(2011) di Kabupaten Aceh Utara juga menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan
pada bayi sudah dimulai sejak bayi berusia dibawah 6 bulan.
Memberikan pisang awak ini sudah menjadi tradisi turun temurun. Alasan ibu terlalu
cepat memberikan makan pisang awak kepada bayi dikarenakan memberikan bayinya pisang
sudah biasa dilakukan dari dulu dan sudah merupakan tradisi turun-temurun dan hal tersebut

Universitas Sumatera Utara

dianggap biasa dilakukan sehingga tidak mengkhawatirkan ibu dalam memberikan MP-ASI
tersebut pada bayinya dan alasan lain dikarenakan bayi sering menangis atau rewel yang
dianggap oleh si ibu bahwa bayi lapar. Mulai sejak itu ibu menjadi mulai sering memberikan
bayinya pisang awak secara rutin. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari
(2010) yang menyatakan bahwa umumnya ibu memberikan pisang awak dikarenakan anak
selalu menangis dan dianggap lapar. Alasan lain ibu memberikan pisang awak yaitu ibu yang
menginginkan bayinya cepat gemuk sehingga bayi sudah diberikan makan sejak dini. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Boedihardjo (1994) yang menyatakan bahwa
kelompok masyarakat yang menganut pandangan bahwa bayi sehat adalah bayi gemuk akan
terus menerus memberikan makanan tambahan secara berlebihan. Ada juga yang
memberikan pisang awak karena alasan pisang awak ini mudah diperoleh dan harganya
relatif murah, setiap sisir pisang dijual dengan harga berkisar Rp. 5.000,00.
Di Desa Sungai Pauh masih memiliki adat peucicap, dimana bayi berumur tujuh hari
diperkenalkan makanan dengan mencampur berbagai macam rasa makanan seperti diberikan
sari buah (pisang, apel, jeruk), gula, madu yang dioleskan pada bibir bayi disertai dengan doa
dan pengharapan dengan kata-kata agar si bayi kelak tumbuh menjadi anak yang shaleh,
berbakti kepada kedua orang tua, agama, nusa dan bangsa. Setelah adat peucicap selesai
berarti bayi sudah boleh diberikan makanan. Adanya adat peucicap ini dapat menghambat
pemberian ASI Eksklusif.

5.2

Pola Pemberian ASI
Pada umumnya bayi di Desa Sungai Pauh diberikan ASI. Berdasarkan hasil penelitian

hanya 15,6% bayi yang tidak diberikan ASI. Alasan ibu tidak memberikan ASI karena ASI
tidak mau keluar sejak si ibu melahirkan. Selain itu, karena ASI tidak mau keluar, bayi tidak
mau, ibu bekerja dan ibu mengalami baby syndrom. Sebagai pengganti ASI, ibu
menggantikannya dengan memberikan susu formula atau air tajin setiap hari. ASI merupakan

Universitas Sumatera Utara

makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karena itu, salah satu upaya
untuk memperoleh tumbuh kembang yang baik adalah dengan pemberian ASI secara
eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan, selanjutnya pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi
berumur 24 bulan (Dinkes Prop SU, 2006). Pemberian ASI Eksklusif adalah tidak
memberikan bayi makanan atau minumman lain termasuk air putih. ASI Eksklusif adalah
bayi masih disusui sejak lahir, tidak pernah mendapatkan makanan atau minuman selain ASI
(Riskesdas, 2010). Setiap ibu yang melahirhan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi
yang dilahirkan (PP RI, 2012).
ASI juga mengandung zat penolak atau pencegah penyakit serta dapat memberikan
kepuasan dan mendekatkan hati ibu dan bayi sebagai sarana menjalin hubungan kasih
sayang. Oleh karena itu WHO dan UNICEF telah merekomendasikan standar emas
pemberian makan pada bayi yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan
umur 6 bulan didahului IMD segera setelah lahir, mulai umur 6 bulan berikan MP-ASI dan
teruskan menyusui hingga anak berumur 2 tahun (Kemenkes, 2015). Dari hasil penelitian
diketahui bahwa pada bayi usia 0-6 bulan sudah diberikan makanan yaitu berupa pisang
awak. Hal ini menunjukkan bahwa bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Rata-rata bayi
sudah diperkenalkan dengan makanan sejak usia dini.
Waktu pemberian ASI yang benar adalah tidak terjadwal atau sesuka bayi, artinya ibu
tidak membatasi kapan waktunya memberikan ASI kepada bayi. Sebagian besar ibu di Desa
Sungai Pauh tidak membatasi waktu pemberian ASI kepada bayinya. Ibu yang dapat
memberikan ASI secara tidak terjadwal pada umumnya adalah ibu yang tidak bekerja diluar
rumah. Bila bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif maka sebaiknya bayi disusui dengan
waktu pemberian ASI yang tidak terjadwal atau sesuka bayi. Dalam penelitian ini terlihat
bayi usia 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh mendapatkan frekuensi pemberian ASI sebanyak

Universitas Sumatera Utara

lebih dari 8 kali dalam sehari. Hal ini dapat dilakukan karena umumnya ibu tidak bekerja.
Namun, untuk durasi pemberian ASI sebagian besar ibu (81,5%) menyusui bayinya selama
lebih dari 15 menit. Hanya sekitar 18,5% bayi yang disusui selama kurang dari 15 menit,
diantara ibu yang menyusui kurang dari 15 menit memiliki alasan bayi sudah mulai tertidur
dan tidak dapat melakukan aktivitas lain. Indikator lama menyusui
≥ 15 menit didasarkan
pada kajian WHO untuk prediksi jumlah ASI yang dihasilkan ibu yaitu setara 60 ml ASI.
Lama menyusui diasumsikan apakah produksi lancar dan cukup.

5.3

Status Gizi dan Pemberian Pisang Awak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi bayi berdasarkan indeks BB/U

umumnya berada pada kategori normal. Bayi usia 0-6 bulan ditemukan 88,9% bayi berstatus
gizi normal dengan pola pemberian pisang awak dan pemberian ASI yang cukup. Namun,
ada juga ditemukan yang diberikan makan pisang awak tetapi status gizinya sangat kurang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui bayinya sering mengalami sakit
seperti demam dan diare, selain itu disebabkan karena bayi tidak minum ASI. Kebutuhan
gizinya diperoleh dari susu formula dan makanan tambahan berupa pisang awak dilumatkan.
Studi-studi dibanyak negara berkembang mengungkap bahwa penyebab utama terjadinya gizi
kurang dan hambatan pertumbuhan pada anak-anak usia 3-15 bulan berkaitan dengan
rendahnya pemberian ASI dan buruknya praktek pemberian makanan pendamping ASI
(Shrimpton, 2001). Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Mengingat
karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat ini (Supariasa, 2002).
Menurut World Health Organization (WHO), lebih kurang 1,5 juta anak meninggal
karena pemberian makanan tidak benar, kurang dari 15% bayi diseluruh dunia diberi ASI
Eksklusif selama 4 bulan dan sering kali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai
dan tidak aman (Humairon, 2010 dalam jurnal Baharuddin, Rosmawar, Munazar, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Angka kematian anak dan balita 51 % disebabkan oleh diare dan lebih dari separuh kematian
tersebut 54 % erat hubungannya dengan status gizi (Wargiana, dkk, 2012).
Berdasarkan indeks PB/U diketahui bahwa bayi dengan kategori status gizi normal
diperoleh sebesar 65,6%, artinya hampir semua bayi usia 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh
memiliki panjang badan yang normal dan hanya 21,9% yang berstatus gizi pendek, pada bayi
usia 0-6 bulan dengan pola pemberian pisang awak ditemukan ada yang berstatus gizi pendek
dan 12,5% berstatus gizi sangat tinggi.
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan panjang badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan panjang badan dengan
kecepatan tertentu. Indeks BB/PB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
saat kini (sekarang). Di Desa Sungai Pauh ditemukan bayi yang memiliki status gizi resiko
gemuk. Bayi usia 0-6 bulan ada ditemukan yang berstatus gizi resiko gemuk, hal ini dapat
disebabkan oleh praktek pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini sehingga
berat badan bayi cepat mengalami kenaikan. Hal ini sejalan menurut pernyataan Irianto dan
Waluyo (2004), apabila dalam pemberian makanan pendamping ASI terlalu berlebihan maka
sisa bahan makanan yang tidak digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan sel, dan energi
akan diubah menjadi lemak, sehingga apabila anak kelebihan lemak dalam tubuhnya,
dimungkinkan akan mengakibatkan alergi atau infeksi dalam organ tubuhnya dan bisa
mengakibatkan kelebihan berat badan.
5.4

Gangguan Saluran Pencernaan pada Bayi Usia 0-6 bulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia bayi 0-6 bulan ditemukan 62,5%

bayi mengalami gangguan saluran pencernaan. Hal ini menggambarkan bahwa praktek
pemberian makanan yang terlalu dini menimbulkan gangguan pada pencernaan. Bayi yang
berusia 0-6 bulan seharusnya masih diberikan ASI saja karena ASI mengandung zat gizi yang
lengkap dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi sampai dengan umur 6 bulan. Selain

Universitas Sumatera Utara

itu ASI mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
(Depkes RI, 2005). Menurut Hayati (2009), pemberian makanan terlalu dini dapat
menimbulkan gangguan pada pencernaan seperti diare, muntah, dan sulit buang air besar.
Masih banyak ibu yang memberikan makanan tambahan pengganti ASI (MP-ASI) kepada
bayi yang berumur kurang dari 4 bulan. Pemberian MP-ASI terlalu dini mempunyai resiko
kontaminasi yang sangat tinggi yaitu terjadinya gastroenteritis yang sangat berbahaya bagi
bayi dan dapat mengurangi pemberian ASI lantaran bayi yang jarang menyusui (Prasetyono,
2014).
Gangguan salu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terhadap Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas

16 130 108

Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Pada Anak Usia 0-6 Bulan Di Kota Langsa

3 47 108

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

1 11 111

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 5

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 2 13

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 2 3

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 30

STUDI KOMPARASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMBERIAN MP–ASI DINI TERHADAP STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6–8 BULAN DI DESA CATURHARJO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Studi Komparasi Pemberian Asi Eksklusif dan Pemberian Mp–Asi Dini terhadap Status Gizi pada Bayi U

0 0 14