Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pola Pemberian Makanan Pada Bayi

2.1.1 Makanan Bayi Umur 0-6 Bulan
Pada saat bayi berumur 0-6 bulan berikan ASI saja (ASI Eksklusif). Kontak fisik dan
hisapan bayi akan merangsang ASI pada saat 30 menit pertama setelah lahir. Berikan ASI
dari kedua payudara, berikan terlebih dahulu dari sebelah payudara, setelah kosong lalu
pindah ke payudara lainnya (Depkes RI, 2005). Pemberian ASI Eksklusif dapat membentuk
perkembangan emosional karena dalam dekapan ibu selama disusui, bayi bersentuhan
langsung dengan ibu sehingga mendapatkan kehangatan, kasih sayang, dan rasa aman.
Delapan puluh persen (80%) perkembangan otak anak dimulai sejak dalam kandungan
sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan periode emas, oleh karena itu diperlukan pemberian
ASI Eksklusif selama 6 bulan dan dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. ASI
mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan mineral yang dibutuhkan bayi dalam jumlah
yang seimbang. ASI juga kaya akan kandungan karotenoid dan selenium, sehingga ASI
berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah berbagai macam penyakit
(Kemenkes RI 2011).

Pemberian ASI sebaiknya tetap dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun. Waktu
dan lamanya menyusui sebaiknya jangan dibatasi dan frekuensinya tidak perlu dijadwal
(berikan saja saat pagi, siang, malam hari). Sebaiknya jangan memberikan minuman atau
makanan pendamping kepada bayi karena dapat mengganggu kelangsungan menyusui
(Depkes RI, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.2

Jenis Makanan Bayi

2.2.1 ASI Eksklusif
Bayi yang baru lahir tidak bisa diberikan makanan. Pemberian ASI secara Eksklusif
bagi bayi bukan sekedar untuk memberikan nutrisi pada bayi, tetapi lebih untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. ASI merupakan salah satu cara
dalam memberi nutrisi pada bayi karena ASI merupakan sumber makanan utama yang wajib.
Untuk memenuhi nutrisi yang diberikan kepada bayi melalui ASI, maka ibu haruslah
memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsinya. Mengatur pola makan untuk ibu juga akan
mempengaruhi nutrisi yang terkandung dalam ASI yang diberikan kepada bayi. ASI adalah

makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah, dan mengandung
berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan cairan ataupun makanan lain. WHO merekomendasikan ASI diberikan secara
Eksklusif hingga usia bayi 6 bulan. Dalam kajian WHO, melakukan penelitian menunjukkan
bahwa ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi. ASI adalah makanan bayi yang
paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan
cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 6 bulan (Khairuniyah,
2004). ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal
(Utami Roesli, 2004). Dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Kandungan Berbagai Zat Gizi Dalam ASI
Macam Zat Gizi
Protein
Lemak
Laktose
Kalori
Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C

Sumber : Moehyi, S, 2008

Kadar Gizi / 100 ml
1,2 g
3,8 g
7,0 g
75,0 kal
0,15 mg
53,0 k
0,11 mg
4,3 mg

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Susu Formula
Susu formula yaitu susu yang diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan gizi
yang diperlukan bayi. Susu formula kebanyakan tersedia dalam bentuk bubuk (WHO, 2004)
Pemberian susu formula diindikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan
ASI atau sebagai tambahan jika produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi (Nasar dkk,
2005). Selain susu bayi yang diberikan kepada bayi sehat, produsen susu bayi juga membuat

formula-formula khusus untuk diberikan kepada bayi dengan kelainan metabolisme tertentu
agar bayi tersebut tetap dapat tumbuh normal, baik fisik atau kejiwaannya. Susu formula
macam ini dikenal dengan formula diit atau spesial formula (Moehyi, 2008).

2.2.3 Makanan Pendamping ASI
Menurut Depkes RI (2006), makanan pendamping ASI adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Selain itu, WHO (2003) menegaskan bahwa MPASI harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan karena pada masa tersebut produksi ASI
semakin menurun sehingga suplai zat gizi dan ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak
yang semakin meningkat. Makanan pendamping ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi
persyaratan, seperti memenuhi kecukupan gizi, susunan hidangan memenuhi pola menu
seimbang dan memperhatikan selera terhadap makanan, bentuk dan porsi disesuaikan dengan
daya terima, toleransi, dan keadaan faali anak, serta memperhatikan sanitasi/higiene
(Pudijadi, 2005).
Tujuan memberikan makanan pendamping ASI adalah melengkapi zat gizi yang
kurang terdapat dalam ASI atau susu formula, mengembangkan kemampuan bayi untuk
menerima bermacam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa, mengembangkan
kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, serta melakukan adaptasi terhadap
makanan yang mengandung kalor energi yang tinggi (Persagi, 1992).


Universitas Sumatera Utara

2.3

Kebutuhan Zat Gizi Pada Bayi
Gizi pada bayi jelas berbeda dengan orang dewasa. Gizi yang cukup akan membuat

bayi sehat. Bayi membutuhkan energi yang relatif besar untuk menyokong pertumbuhan.
Bayi yang baru lahir membutuhkan energi 100-120 kkal/kg BB. Protein yang dibutuhkan
oleh bayi secara luas untuk membangun jaringan dengan rata-rata kebutuhan bayi hingga usia
6 bulan adalah 13 gram perhari dan pada usia 6-12 bulan adalah 14 gram dengan perhitungan
1,7 gram per 100 kkal yang diberikan atau setara dengan 6-12% total energi. Konsumsi lemak
pada bayi adalah minimal 3,8 gram setiap 100 kkal yang diberikan dan maksimum 6 gram
setiap 100 kkal yang diberikan atau setara dengan 30-54% total energi, sedangkan
karbohidrat diberikan 30-60% dari total energi yang diberikan. Vitamin dan mineral sangat
dibutuhkan oleh bayi dengan jumlah yang berbeda-beda, dapat dilihat pada AKG yang
dibutuhkan. Protein sebagai zat pembangun sangat diperlukan bayi untuk pembuatan sel-sel
baru dan merupakan unsur pembentukkan berbagai struktur organ tubuh (Asydhad, 2006).

2.4


Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan raksasa berdaun besar

memanjang dari suku Musaceae. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompokkelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan
sumber energi (karbohidrat) dan mineral terutama kalium.
Berdasarkan manfaatnya bagi kepentingan manusia, pohon pisang dibedakan atas 3
macam, yaitu :
1. Pisang Serat
Pisang serat adalah tanaman pisang yang tidak untuk diambil buahnya, tetapi diambil
seratnya. Serat pisang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pakaian.

Universitas Sumatera Utara

2. Pisang Hias
Pisang hias juga tidak dimanfaatkan untuk diambil buahnya. Jenis pisang ini memiliki
morfologi daun yang indah sehingga cocok dijadikan tanaman penghias halaman
rumah atau pinggir jalan.
3. Pisang Buah
Pisang jenis ini sudah tidak asing lagi karena paling banyak dijumpai. Pisang buah

ditanam dengan tujuan untuk memanfaatkan buahnya. Pisang buah dapat dibedakan
menjadi 4 golongan :
a. Golongan pertama adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak,
misalnya adalah pisang susu, pisang barangan, pisang mas dan pisang raja.
b. Golongan kedua adalah pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu,
misalnya pisang tanduk, pisang uli, pisang kapas dan pisang bangkahulu.
c. Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun
diolah terlebih dahulu, misalnya pisang kepok, pisang raja, dan pisang awak.
d. Golongan keempat adalah pisang yang dapat dikonsumsi sewaktu masih mentah,
misalnya pisang klutuk atau pisang batu yang sering dijadikan bahan untuk
membuat rujak (Supriyadi dan Suyanti, 2008).
Buah pisang yang sarat dengan beberapa nutrisi, gula alami seperti glukosa, fruktosa dan
sukrosa. Vitamin dan mineral seperti vitamin B6, vitamin C, vitamin A, kalium, serat makanan,
biotin, karbohidrat, magnesium, riboflavin dan mangan. Hasil penelitian Widodo (2003)
mengungkapkan bahwa di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum
usia 4 bulan adalah pisang 57,3%. Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian Saragih (2008)
yang dilakukan di Kabupaten Nias Selatan sebanyak 87,0 % jenis MP-ASI yang diberikan
kepada bayi adalah dalam bentuk bubur dan buah. Bubur yang diberikan berupa nasi tim dan
ditambah dengan lauk-pauk, dan buah yang sering diberikan adalah pisang.


Universitas Sumatera Utara

2.4.1 Pisang Awak
Pisang awak merupakan jenis pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak
maupun diolah terlebih dahulu. Pisang awak ini di Indonesia dikenal dengan pisang klotok.
Pisang awak ini juga ada yang berbiji dan ada yang tidak berbiji. Pisang jenis ini memiliki
panjang sekitar 15 cm dengan diameter 3,7. Dalam satu tandan, jumlah sisir ada 18 yang
masing-masing terdiri 11 buah. Bentuk buah lurus dengan pangkal bulat. Warna dagingnya
buah putih kekuningan dengan kulit yang tebalnya 0,3 cm. Lamanya buah masak dari saat
berbunga adalah 5 bulan (Supriyadi dan Suyanti, 2008).
Pisang awak ini juga mempunyai manfaat dan mengatasi gangguan kesehatan yaitu :
1. Mengatasi masalah buang air besar yang disertai dengan keluarnya darah.
Cara membuatnya yaitu dengan memanfaatkan bonggol dari pisang awak kemudian
diperas bagian airnya dan air perasaan dikonsumsi sebanyak tiga kali dalam sehari
dengan jumlah takaran satu gelas.
2. Mengatasi masalah diare
Caranya yaitu pisang awak sebanyak 3 buah yang masih mentah dan yang 3 buah lagi
yang sudah masak lalu bagian kulitnya dikupas kemudian diiris secara halus lalu
dipotong menjadi kecil-kecil dan diuleni hingga menjadi satu. Kemudian cairan yang
keluar dapat ditampung atau disaring dan dikonsumsi sebanyak dua kali dalam sehari.

3. Mengatasi ambeien atau wasir
Caranya yaitu dengan menggunakan daun jambu juga yang dicuci hingga bersih
kemudian pisang diparut dan bagian airnya diambil lalu daun jambu ditumbuk hingga
menjadi halus setelah itu dicampurkan kedalam air pisang. Air dari pisang dan daun
jambu ini dapat dikonsumsi selama berhari-hari hingga ambeien menghilang.
4. Mengatasi rambut yang rontok akibat sakit kepala saat hamil, menyusui, dan lain
sebagainya

Universitas Sumatera Utara

Caranya yaitu dengan menggunakan bonggol pisang awak yang air perasannya dapat
dibasahkan dikepala pada pagi dan sore hari. Setelah itu biarkan hingga beberapa
menit baru dapat dibilas dengan air bersih.

Gambar 2.1 Pisang Awak

Pada daerah Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu provinsi yang banyak
menghasilkan pisang. Di Aceh kebanyakan ibu-ibu menggunakan pisang awak ini sebagai
MP-ASI untuk bayinya bahkan bayi yang masih berumur 7 hari pun sudah diberikan pisang
awak. Alasan ibu-ibu memberikan pisang awak ini juga beragam-ragam ada yang karena

kecukupan ASI untuk bayinya belum cukup, bayi yang menangis dianggap masih merasakan
kelaparan dan ibu-ibu tersebut juga ingin anaknya cepat gemuk. Tradisi memberikan pisang
awak kepada bayi sebagai MP-ASI di Aceh sudah tradisi turun-temurun dan sulit untuk
dihilangkan.
Pisang ini di Aceh juga banyak digunakan untuk cemilan ringan dan oleh-oleh dari
Aceh apabila ada pengunjung yang berwisata ke Aceh. Misalnya pisang sale baik yang
goreng dan yang basah, serta dapat diolah menjadi keripik pisang. Harga pisang awak ini di

Universitas Sumatera Utara

Aceh dijual dengan harga yang relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakatnya yaitu
sekitar Rp. 5.000,00 per sisirnya. Para ibu-ibu memberikan pisang awak kepada bayinya
dengan cara dihaluskan atau dikerok terlebih dahulu. Pisang awak yang masih hijau kulitnya
tetapi cukup tua dagingnya mengandung 21-25 % zat tepung. Apabila diperam lagi atau
masak sendiri pada pohonnya, zat tepung itu sebagian besar berubah menjadi beberapa jenis
gula yaitu dextrose, levulosedan sucrose. Komposisi nilai gizi pisang awak dan beberapa
jenis pisang lainnya (setiap 100 gram) daging buah dapat dilihat pada Tabel 2.2berikut :
Tabel 2.2 Komposisi Nilai Zat Gizi Pisang Awak dan Beberapa Jenis Pisang (Setiap 100
gram Daging Buah)
Zat Gizi

Jenis Pisang
Awak
Ambon
Raja
Protein (g)
1,2
1,2
1,2
Lemak (g)
0,2
0,2
0,2
Karbohidrat (g)
22,2
25,8
31,8
Kadar Air (g)
75,6
72,0
65,8
Kalsium (mg)
8,0
8,0
10,0
Besi (mg)
0,8
0,5
0,8
Vitamin A (IU)
126,0
146,0
950,0
Energi (kal)
95,0
99,0
120,0
Sumber : Wunizar,1998

2.5

Status Gizi

2.5.1 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi anak sama dengan periode kehidupan lain. Pemeriksaan yang
perlu lebih diperhatikan tentu saja bergantung pada bentuk kelainan yang bertalian dengan
kejadian penyakit tertentu (Arisman, 2002). Menurut Khomsan (2010), acuan standar
penilaian status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U).
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut
1. Pemeriksaan penilaian status gizi secara langsung yaitu antropometri, biokimia, klinis,
biofisik.

Universitas Sumatera Utara

2. Pemeriksaan penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu survei konsumsi,
statistik vital, faktor ekologi.
Pada masyarakat cara yang sering digunakan untuk pemeriksaan status gizi adalah
secara langsung yaitu antropometri gizi. Antropometri adalah ukuran tubuh manusia
sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh, komposisi tubuh, tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi. Penilaian antropometri
dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan komposisi kasar tubuh. Penilaian dilakukan
terhadap berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar kepala, lingkar lengan atas (LILA) dan
tebal lemak kulit. Pada usia kurang dari 2 tahun pengukuran tinggi badan dilakukan dengan
mengukur panjang badan dalam keadaan tidur, sedangkan pada usia 2 tahun atau lebih
pengukuran dilakukan dalam keadaan berdiri. Tinggi badan juga dapat dilakukan dengan
pengukuran tinggi lutut dengan menggunakan kaki kiri dan sudut 90 derajat pada yang
memiliki kelainan tulang belakang atau tidak mampu berdiri tegak (Moesijanti, 2011).
Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk menginterprestasikannya dibutuhkan
ambang batas yang dapat disajikan kedalam tiga cara yaitu persen terhadap median, persentil,
dan standar deviasi unit. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan cara Standar
Deviasi (SD). Standar Deviasi (SD) disebut juga Z-Score. WHO memberikan gambaran
perhitungan SD unit terhadap baku 2005. Pertumbuhan nasional untuk sesuatu populasi
dinyatakan dalam positif dan negative 2 SD unit (Z-Score) dari median.

Universitas Sumatera Utara

Rumus perhitungan Z-Score adalah :
Ƶ-Score =

����� �������� ������ −����� ������ ���� �������
����� ��������� ���� �������

a. Kategori berdasarkan indeks BB/U:
1.

Normal : ≥ - 2 SD s/d < 1 SD

2.

Kurang : ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD

3.

Sangat Kurang : < - 3 SD

4.

Bila Z – Score > + 1 tidak ada kategori, langsung gunakan BB/PB

b. Kategori berdasarkan indeks PB/U :
1. Sangat tinggi : > 3 SD
2. Normal : ≥ - 2 SD s/d ≤ 3 SD
3. Pendek : ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD
4. Sangat Pendek : < - 3 SD
c. Kategori berdasarkan indeks BB/PB :
1. Sangat Gemuk : > 3 SD
2. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD
3. Resiko Gemuk : > 1 SD s/d ≤ 2 SD
4. Normal : ≥ - 2 SD s/d ≤ 1 SD
5. Kurus : ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD
6. Sangat Kurus : < - 3 SD

Universitas Sumatera Utara

2.6

Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi
Bayi yang cepat mendapatkan makanan pendamping atau MP-ASI sebelum waktunya

akan mengalami masalah gangguan pencernaan baik pada usia dini maupun usia dewasa
nantinya. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya berbagai macam penyakit termasuk
gangguan saluran pencernaan pada bayi. Biasanya bayi umur 6-9 bulan adalah usia bayi yang
cukup baik untuk diberikan makanan pendamping atau MP-ASI, usia tersebut baik secara
psikologis dan pertumbuhan. Gangguan saluran pencernaan pada bayi ini harus diperhatikan
oleh ibu-ibu karena akan menghambat kebutuhan nutrisi bayi, akibatnya akan terganggunya
tumbuh kembang bayi. Penting untuk menjaga kesehatan pencernaan dikarenakan 70-80 %
pembentukan sistem daya tahan tubuh dibentuk didalam saluran pencernaan.
Gangguan saluran pencernaan disebut dispepsia, yaitu kondisi ketidaknyamanan pada
bagian perut. Gangguan saluran pencernaan pada bayi disebabkan karena sistem pencernaan
yang belum sempurna atau konsumsi makanan dan minuman yang memicu terjadinya
gangguan saluran pencernaan. Oleh sebab itu bayi membutuhkan waktu penyesuaian untuk
dapat beradaptasi dengan makanan yang akan dikonsumsinya. Gangguan saluran pencernaan
pada bayi dapat dicegah dengan memberikan ASI Eksklusif karena ASI merupakan makanan
utama bayi yang dapat memberikan imunitas pada tubuh dan memberikan kelengkapan
nutrisi. ASI mengandung probiotik yang dapat menjaga proses metabolisme didalam tubuh,
dapat melindungi dinding usus dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Gangguan saluran pencernaan pada anak bermacam-macam, berikut ini adalah uraian
mengenai gangguan pencernaan pada bayi :
a. Gangguan seluruh fungsi sistem pencernaan
Gangguan yang berhubungan dengan sistem pencernaan anak atau irritable bowel
syndrome sehingga menyebabkan sembelit, sakit perut, ataupun diare. Cara mengatasi bayi
yang mengalami ini yaitu dengan memberhentikan makanan dan minuman yang memicu

Universitas Sumatera Utara

diare atau sembelit pada bayi. Akan tetapi gangguan saluran pencernaan yang sering pada
bayi yaitu diare. Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan buang air besar lembek atau
cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya, biasanya tiga
kali dalam sehari atau lebih (DepKes RI, 2002). Neonatus menyatakan diare bila frekuensi
buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan bayi berusia lebih dari satu bulan dikatakan
diare apabila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (Masri, 2004). Di Indonesia diare
merupakan penyebab kematian bayi dengan persentase mencapai 31,4 %. Sebesar 25 %
diantaranya adalah balita beumur satu sampai empat tahun akibat diare yang berujung kepada
kondisi dehidrasi.
b. Hipertroli pilorus stenosis
Pada bayi yang mengalami saluraan pencernaan ini akan mengalami penyempitan
saluran usus 12 jari yang disebabkan karena adanya penebalan otot dinding usus. Bayi akan
mengalami muntah saat mendapatkan ASI, biasanya ini terjadi pada bayi yang usianya 2-12
minggu.
c. Sembelit
Sembelit merupakan kesulitan untuk buang air besar yang berhubungan dengan
kekerasan tinja dan frekuensi buang air besar. Gangguan susah buang air besar pada bayi
biasanya terjadi pada umur 0-4 bulan, karena pencernaan bayi dan pembentukan enzim
pencernaan belum sempurna. Susah buang air besar pada bayi bisa disebabkan karena susu
formula yang diolah terlalu kental. Biasanya susu formula memiliki kandungan lemak tinggi
dan protein rendah. Pada bayi yang menerima ASI cenderung memiliki feses lembek karena
kandungan lemak dan protein yang sesuai fisiologinya. Gangguan buang air besar ini juga
dapat disebabkan karena makanan (Arty dan Nagiga, 2009). Bayi berumur 6 bulan yang
sudah diberi makanan pendamping sebaiknya diberikan asupan buah-buahan yang diolah
menjadi cair dan halus. Hindari buah pisang dan apel yang memiliki kadar serat tinggi. Apel

Universitas Sumatera Utara

memiliki daya serap air tinggi dalam saluran pencernaan sehingga dapat menyebabkan
kotoran mengeras.
Bayi dinyatakan sembelit apabila dalam dua hari tidak buang air besar dengan
konsistensi tinja keras (Nadesul, 2006). Untuk kasus sembelit yang cukup berat atau fase
akut, sembelit terjadi satu sampai empat minggu. Sedangkan untuk sembelit yang sudah
kronik terjadi hingga lebih dari 1 bulan (Arty dan Nagiga, 2009).

2.7

Kerangka Konsep Penelitian
Untuk mengetahui gambar pola pemberian pisang awak, status gizi dan gangguan

saluran pencernaan pada bayi 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh dapat disajikan dalam kerangka
konsep sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Pola Pemberian ASI
-Waktu Pemberian
- Frekuensi Pemberian
-Durasi Pemberian
Status Gizi
Bayi
Pola Pemberian MP-ASI
(Pisang Awak)
-Waktu Pemberian
-Frekuensi Pemberian
-Cara Pemberian
-Kuantitas Pemberian
-Umur Pertama Kali Pemberian

GANGGUAN
PENCERNAAN

Berdasarkan skema diatas dapat dijelaskan bahwa pola pemberian ASI dan pola
pemberian MP-ASI (pisang awak) akan menentukan kepada status gizi bayi, pola pemberian
pisang awak akan menentukan ada atau tidaknya gangguan saluran pencernaan, serta status
gizi bayi dan gangguan saluran pencernaan saling memengaruhi.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terhadap Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas

16 130 108

Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Pada Anak Usia 0-6 Bulan Di Kota Langsa

3 47 108

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

1 11 111

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 5

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016 Chapter III VI

0 0 40

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 2 3

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 30

STUDI KOMPARASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMBERIAN MP–ASI DINI TERHADAP STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6–8 BULAN DI DESA CATURHARJO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Studi Komparasi Pemberian Asi Eksklusif dan Pemberian Mp–Asi Dini terhadap Status Gizi pada Bayi U

0 0 14