Analisis Ekonomi Ukiran Kayu di Jepara

A. Sejarah dan Perkembangan Seni Ukir Jepara
Jepara, sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukirnya, tak
dapat dilepaskan dari peranan Ratu Kalinyamat. Pada masa pemerintahannya ia memiliki
seorang patih yang bernama “Sungging Badarduwung” yang berasal dari Negeri Campa Patih ini
ternyata seorang ahli pahat yang dengan sukarela mengajarkan keterampilannya kepada
masyarakat disekitarnya Satu bukti yang masih dapat dilihat dari seni ukir masa pemerintahan
Ratu Kalinyamat ini adalah adanya ornament ukir batu di Masjid Mantingan.
Kemudian pada masa RA Kartini, para tukang kayu dan pengukir Jepara terangkat ke
dunia internasional. Melalui lembaga Oost en West, Kartini memamerkan dan memasarkan
produk-produk Jepara, termasuk ukir-ukiran dan patung, di Belanda. Kartini bahkan berupaya
melindungi produk-produk Jepara dengan mengkritik orang-orang yang meremehkan karya ukir
Jepara. ”...saya sakit hati kalau barang-barang yang sangat indah itu menjadi milik orang-orang
yang acuh tak acuh, yang tidak dapat atau sekurang-kurangnya tidak cukup menghargai barangbarang itu...” (Kartini, Pembaharu Peradaban, 2010).
Setelah banyak pesanan yang datang, hasil produksi para pengrajin Jepara bertambah
jenis kursi pengantin, alat panahan angin, tempat tidur pengantin dan penyekat ruangan serta
berbagai jenis kursi tamu dan kursi makan. Raden Ajeng Kartini juga mulai memperkenalkan
seni ukir Jepara keluar negeri. Caranya, Raden Ajeng kartini memberikan souvenir kepada
sahabatnya di luar negeri. Akibatnya ukir terus berkembang dan pesanan terus berdatangan.
Seluruh penjualan barang, setelah dikurangi dengan biaya produksi dan ongkos kirim, uangnya
diserahkan secara utuh kepada para pengrajin. Untuk menunjang perkembangan ukir Jepara yang
telah dirintis oleh Raden Ajeng Kartini, pada tahun 1929 timbul gagasan dari beberapa orang

pribumi untuk mendirikan sekolah kejuruan. Tepat pada tanggal 1 Juli 1929, sekolah
pertukangan dengan jurusan meubel dan ukir dibuka dengan nama “Openbare Ambachtsschool”
yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Teknik Negeri dan Kemudian menjadi Sekolah
Menengah Industri Kerajinan Negeri.
Dengan adanya sekolah kejuruan ini, kerajinan meubul dan ukiran meluas di masyarakat
dan makin banyak pula anak–anak yang masuk sekolah ini agar mendapatkan kecakapan di
bidang meubel dan meubel dan ukir. Di dalam sekolah ini agar diajarkan berbagai macam desain
motif ukir serta ragam hias Indonesia yang pada mulanya belum diketahui oleh masyarakat
Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 1

Jepara . Tokoh-tokoh yang berjasa di dalam pengembangan motif lewat lembaga pendidikan ini
adalah Raden Ngabehi Projo Sukemi yang mengembangkan motif majapahit dan Pajajaran serta
Raden Ngabehi Wignjopangukir mengembangkan motif Pajajaran dan Bali.
Semakin bertambahnya motif ukir yang dikuasai oleh para pengrajin Jepara, meubel dan
ukiran Jepara semakin diminati. Para pedagang pun mulai memanfaatkan kesempatan ini, untuk
mendapatkan barang-barang baru guna memenuhi permintaan konsumen, baik yang berada di
dalam di luar negeri.
Menurut Center For International Fouretry Research (CIFOR), industri furniture telah

menjadi sumber pendapatan di Jepara selama bertahun-tahun. Tetapi, berdasarkan survey tahun
2010 jumlah unit usaha mebel di Jepara terus mengalami penurunan sebesar 20 persen dari tahun
2005 yakni menjadi 11.597 unit.

B.Struktur Industri Kayu Ukir di Jepara

Indeks konsentrasi perusahaan ukir Jepara di Kabupaten Jepara

Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 2

Sebanyak 11.981 (Sumber: Pemerintah Jepara 2010) unit perusahaan dalam industri
kayu ukir di Jepara dimana setidaknya terdapat 10.801 unit kecil (92 %), 871 unit menengah
(6%), dan 309 unit besar (2 %). Usaha dalam industri kayu ukir ini rata-rata berdiri dari tahun
1980-2005. Terdapat 176.469 pekerja yang bekerja di bidang industri ini, dimana 63.462 pekerja
merupakan pekerja tidak tetap dan 113.007 merupakan pekerja tetap.
Jenis usaha
Usaha tunggal
Penjualan kayu di TPK (log park)

Penggergajian (sawmill)
Pengeringan (dry kiln)
Brak (workshop)
Toko perlengkapan (ironmongery)
Gudang (warehouse)
Ruang pamer (showroom)
Jumlah usaha tunggal
Usaha campuran
Penjualan kayu dan penggergajian
Brak dan ruang pamer
Brak dan pengeringan
Brak dan penjualan kayu
Brak dan gudang
Bisnis terpadu
Jumlah usaha campuran
Jumlah total

Jumlah

Mayoritas


726
101
20
8.080
168
528
1.974
11.597

Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Seimbang
Seimbang
Perempuan
Perempuan

137
78

71
37
15
46
384
11.981

Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Seimbang

Brak adalah tempat proses produksi mebel yang umumnya berskala kecil. Pada tahun
2010, terdapat 1.337 brak, dimana setiap unit mengkonsumsi 104,15 m3 per tahun. Brak berskala
kecil dan mikro mengkonsumsi 99,27 m3 per tahun, sedangkan skala menengah dan besar masing
-masing sebesar 282 m3 dan 1.115 m3 per tahun. Dengan demikian, total perkiraan konsumsi
kayu yang diserap oleh industri mebel dan kerajinan kayu Jepara adalah sebesar 863.147 m 3 per
tahun. Sejumlah 82% brak menjual produknya khusus untuk pasar domestik dan 9% untuk pasar

ekspor, sedangkan sisanya menjual untuk pasar ekspor dan pasar domestik.
Dari 82% penjualan untuk pasar domestik, juga terdapat kemungkinan dilakukan penjualan lebih
lanjut untuk pasar ekspor oleh mata rantai pemasaran yang lain. Sekitar 22% brak yang masih
beroperasi sekarang didirikan pada rentang tahun 1998–2000, di masa ketika terjadi boom
ekspor mebel kayu.
Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 3

Industri kayu ukir jepara ditekuni oleh hampir 75% masyarakat Jepara, setiap desa yang
ada di Jepara mayoritas mempunyai usaha dibidang furniture dan mebel Jepara. Industri ini
menggunakan bahan baku kayu jati sebagai bahan baku utama, 80% desain mebel merupakan
hasil pekerjaan tangan pengrajin (hand made), dan sekitar 20% pengerjaan komponen
mempergunakan mesin yang meliputi : pekerjaan pemotongan dan pembelahan, pekerjaan
penghalusan permukaan (sanders), dan pekerjaan finishing. Sebagian besar perusahaan membuat
satu produk akhir, yang menunjukkan adanya tingkat spesialisasi yang tinggi pada perusahaan di
Jepara. Hampir semua (95,5%) merupakan perusahaan keluarga yang dijalankan oleh saudara
sendiri. Sedikit perusahaan melibatkan dua (4,3%) atau tiga (0,2%) keluarga atau garis
keturunan. Hampir semua perusahaan mempunyai satu atau lebih perusahaan mitra. Singkatnya,
perusahaan di Jepara sangat terkait satu sama lain, namun umumnya tidak melalui kepemilikan

atau usaha patungan, melainkan dengan cara lain seperti ikatan bisnis murni.

Distribusi jumlah perajin kayu ukir per desa

Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 4

C. Bentuk & Motif Ukiran Jepara
Seni ukir Jepara telah mampu mengangkat Jepara menjadi dikenal baik di tingkat
nasional maupun internasional. Hasil seni ukir Jepara yang berupa kerajinan perabot rumah
tangga, dan hiasan bangunan rumah model ukirannya berbentuk ukiran cembung, ukiran cekung,
ukiran susun, ukiran garis, ukiran patokan, dan ukiran tembus. Budaya seni ukir Jepara dapat
diketahui berdasarkan ragam hias yang digunakan dari dahulu sampai sekarang. Seni ukir Jepara
mempunyai beberapa motif dasar yang lazim digunakan. Kelima motif dasar tersebut masingmasing mempunyai variasi tersendiri, motifnya yaitu : motif geometris, motif binatang, motif
pigural, motif tumbuhan, dan motif lain-lain.
Ukiran Jepara mempunyai ciri khas yang menunjukkan bahwa ukiran itu asli dari Jepara
atau tidak. Salah satu ciri khas yang terkandung didalamnya adalah bentuk corak dan motif.
Untuk motif sendiri bisa kita lihat dari : Daun Trubusan yang terdiri dari dua macam yaitu dilihat
dari yang keluar dari tangkai relung dan yang keluar dari cabang atau ruasnya.

Ukiran asli Jepara juga terlihat dari motif Jumbai atau ujung relung dimana daunnya
seperti kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing.Dan juga ada buah
tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun.Selain itu,tangkai relungnya memutar dengan gaya
memenjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang atau
memperindah. Ada beberapa bentuk motif dari ukiran jepara :


Daun pokok (Jumbai). Daun pokok motif ini mempunyai corak tersendiri, yaitu
merelung-relung dan melingkar. Pada penghabisan relung tersebut terdapat daun yang
menggerombol.



Bunga dan buah. Bunga dan buah pada motif jepara ini berbentuk cembung (bulatan)
seperti buah anggur atau buah wuni yang disusun berderet atau bergerombol. Bunga ini
sering terdapat pada sudut pertemuan relung daun pokok atau terdapat pada ujung relung
yang dikelilingi daun-daunnya,sedangkan bunganya mengikuti bentuk daunnya.




Pecahan. Pada pecahan ukiran daun motif ini terdapat 3 pecahan garis yang mengikuti
arah bentuk daun, sehingga tampak seperti sinar. Pecahan memang mempunyai arti
memecah antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya dalam satu bentuk objek
ukiran. Pecahan dalam istilah ukiran tradisional Jawa dapat dibagi menjadi 2 macam,
pecahan garis dan pecahan cawen.

Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 5

Ciri-ciri khas diatas sudah cukup mewakili sebagai
identitas

ukiran

Contoh motif ukiran Jepara

Jepara.

Bentuk motif ukiran


tersebut oleh para ahli pahat disisipkan di berbagai alat rumah tangga seperti contoh di kursi atau
meja yang diberikan ukiran khas Jepara, juga yang lain misal figura foto yang diberi khas Jepara
dengan ukiran.

D. Unsur Ekonomi dan Nilai Tambah Industri Ukiran Jepara
No

Jenis Komoditi

1.
2.
3.

Furniture Jepara
Kapok
Barang Dari Plastik
Kerajinan Batu, Semen,
Marmer, dll
Keramik / Terakota

Komoditas Lainnya
Jumlah

4.
5.
6

Data Ekspor Kabupaten Jepara 2011
Negara
Eksportir
Volume
Tujuan
268
101
34.000.761,46

(USD)

7
1

11
12

333.082,07
2.067.574,00

111.653.351,51
244.756,46
4.439.870,90

3
5
78
276

3
6
81
105

59.573,00
216.640,00
10.814.873
48.862.603,60

52.061,00
238.726,15
21.413.272
138.042.037,78

(Rp.000,-)
980.234.395,22
2.148.781,46
38.978.804,56
457.057,33
2.095.840,21
187.992.794
1.211.907.673,04

Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, identik dengan mebel dan ukirannya. Perekonomian dan
citra daerah di Semenanjung Muria ini benar-benar bertopang pada kayu dan seni mengolah
kayu. Sumbangan industri pengolahan terhadap PDRB Jepara juga merupakan yang terbesar,
yaitu 26,8 persen pada 2009 dan 27,51 persen pada 2010. Dari sisi penyerapan tenaga kerja serta
penyerapan devisa, sekitar 30% produk ekspor dan 60% dari volume perdagangan domestik
mebel Jawa Tengah berasal dari Jepara. Dapat dikatakan bahwa Industri mebel ini merupakan
tulang punggung perekonomian masyarakat Jepara, sehingga jika industri ini kolaps maka akan
berdampak besar pada perekonomian masyarakat Jepara. Ekspor Industri ini juga menyumbang
sekitar 80% dari seluruh ekspor Kabupaten Jepara tahun 2011, hal ini dapat dilihat pada tabel.
Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 6

Produk-produk mebel dan ukiran Jepara tidak hanya diminati pasar lokal dan nasional,
tetapi juga pasar internasional. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara mencatat,
pada 2012, Jepara mengekspor mebel ukiran Jepara ke 105 negara senilai US $ 102 juta, dan
kerajinan kayu dan handicraft senilai US$ 1 juta, menurun dibandingkan dengan tahun tahun
sebelumnya yang diakibatkan meningkatnya pangsa pasar China dalam industri ini.
Perdagangan mebel dunia pada tahun 2010 mencapai 135 miliar dolar AS atau sekitar 1%
dari total perdagangan dunia di bidang manufaktur. Sebesar 54% dari ekspor mebel berasal dari
negara sedang berkembang termasuk Indonesia, Malaysia, Meksiko, Polandia, dan Cina. Cina
dengan pangsa pasar 13,69%, mendominasi perdagangan mebel dunia dengan laju pertumbuhan
yang sangat tinggi. Pasar mebel dunia adalah pasar terbuka,di mana rasio impor dengan
konsumsi melebihi 31%. Pangsa pasar mebel di dunia masih dipegang oleh negara pengekspor
mebel terkemuka, antara lain: Italia yang menguasai pangsa pasar sebesar 14,18 %, disusul
China (13,69%), Jerman (8,43%), Polandia (6,38%), dan Kanada (5,77%). Sedangkan pangsa
pasar meubel Indonesia saat ini hanya mencapai 2,9%. Indonesia telah memertahankan pangsa
pasarnya lebih-kurang tetap selama lebih dari tiga tahun terakhir pada angka 2,5%, sekalipun
terjadi lonjakan tajam pangsa pasar yang direbut oleh China.

N
o

Data ekspor hasil industri ukiran kayu di Kabupaten Jepara
Keterangan
2010
2011
2012

1 Jumlah Eksportir
2 Negara Tujuan
3 Volume Ekspor

4

Furniture
Kerajinan kayu dan Handicraft
Total
Nilai Ekspor (US $)
Furniture
Kerajinan kayu dan Handicraft
Total

290
105

276
105

248
106

37.209.331

34.000.761

29.822.159

233.258

1.019.144

195.987

37,442,590

35,019,905

30,018,145

111,498,084.22

111,653,351.51

102,777,259.42

653,066.35

1,618,779.31

1,011,159.76

112,151,150.57

113,272,130.82

103,788,419.18

Pemerintah telah mengupayakan untuk mengembangkan industri meubel dan menetapkan
sektor ini sebagai salah satu dari 10 komoditas unggulan ekspor Tanah Air dimana Jepara
menguasai 10% pangsa ekspor nasional. Terdapat beberapa pasar utama diluar negeri, yaitu pasar

Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 7

Keterangan:
Orientasi pasar pada
industri ukiran jepara

Asia, serta pasar Eropa dan Amerika Serikat. Kontribusi industri mebel terhadap perekonomian
kabupaten ini mencapai 27% dengan nilai ekspor 110 juta dolar AS atau lebih dari satu triliun
rupiah. Mebel tidak hanya merupakan bagian sangat penting dari ekonomi Jepara, tetapi juga
merupakan denyut nadi dan budaya masyarakat Jepara. Mereka meyakini bahwa keahlian dan
keterampilan membuat mebel merupakan warisan sejarah yang harus dijaga kelestariannya.
Mereka mempunyai tugas mulia untuk tetap menghidupkan mebel Jepara di tengah persaingan
dunia. Mebel Jepara dikembangkan dalam sejarah penciptaan Para leluhur
mereka mewariskan ketrampilan itu secara turun-temurun dalam suatu sistem pewarisan
keterampilan dan proses pembelajaran yang unik. Tak dapat dipungkiri bila industri perabot serta
perlengkapan rumah tangga dari kayu ini menjadi jantung kegiatan ekonomi sekunder. Nilai
yang dihasilkan pun nyaris separuh (48,45 %) dari nilai total produksi kegiatan industri di Jepara.
Industri ukiran Jepara ini juga memberikan nilai tambah berupa alira tunai yang besar
kepada masyarakat Kabupaten Jepara. Daerah (dalam hal ini desa) yang mendapat nilai tambah
dari industri ini umumnya berada di sekitar pusat perkotaan dan kota tua Jepara. Menurut

Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 8

penelitian yang dilakukan oleh CIFOR (Center for International Forestry Research), desa-desa
di kota Jepara umumnya mendapat nilai tambah sekitar 100 milliar hingga 1 triliun per tahun,
dimana akumulasi aliran tunai Jepara adalah Rp 11.971 - 12.255 miliar/tahun), atau sekitar Euro
1 miliar/tahun. Pada tingkat kabupaten, rata-rata aliran tunai relatif adalah Rp 74 juta per
pekerja, namun tingkat dispersinya tinggi. Di beberapa desa, nilai tambah per pekerja adalah
kurang dari Rp 1 juta/tahun, sedangkan ada yang menghasilkan lebih dari Rp 600
juta/tahun/pekerja. Tidak ada alasan yang jelas untuk perbedaan ini, karena tidak ada hubungan
dengan konsentrasi industri atau konsentrasi spasial yang terlihat jelas. Pola ini barangkali
mencerminkan adanya usaha terspesialisasi yang tersebar di wilayah.
Usaha mebel Jepara memberikan kontribusi sekitar 27 persen perekonomian daerah yang
terkenal dengan seni ukir ini. Parahnya distribusi nilai tambah yang didapat para pelaku industri
mebel dikuasai oleh pemain asing yang menikmati sekitar 61 persen permeter kubik bahan baku,
sedangkan pemain lokal seperti petani hutan, penjual kayu, pengrajin mebel dan eksportir

Nilai tambah (berupa aliran tunai) pada industri mebel Jepara per desa per
tahun.

didalam negeri hanya memperoleh sekitar 38.9 persen.
Sementara pengrajin kecil sendiri hanya memperoleh sekitar 3,6 persen dari distribusi
nilai tambah tersebut. Walaupun lebih banyak pelaku industri mebel di tingkat pengrajin (UKM)
Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 9

tetapi distribusi nilai tambahnya tidak banyak dirasakan oleh pengrajin tapi lebih kepada
perusahaan besar yang menampung produk hasil pengrajin kecil. Investasi di bidang UMKM
mebel dan patung ukir itu Rp 164 miliar dan rata-rata nilai produksi per tahun mencapai Rp 1,24
triliun.

E. Potensi Pengembangan Ukiran Jepara Melalui Koperasi
Menurut pemerintah Kabupaten Jepara, jumlah usaha kecil pada industri ukiran jepara
mencapai 11.981 usaha atau sekitar 92% dari total usaha pada industri ukiran jepara di
Kabupaten Jepara. Usaha kecil ini adalah usaha yang modalnya sangat terbatas sehingga tidak
mampu bersaing dengan perusahaan besar yang sejenis, untuk itu perlu penguatan agar usaha
kecil tersebut bisa bersaing dan diharapkan lebih bisa berkembang, salah satu penguatan yang
dapat dilakukan adalah melalui koperasi.
Data simpanan anggota serta kekayaan koperasi non pertanian di Jepara
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kecamatan

Jumlah Koperasi Non
Pertanian

Kedung
Pecangaan
Kalinyamatan
Welahan
Mayong
Nalumsari
Batealit
Tahunan
Jepara
Mlonggo
Pakis Aji
Bangsri
Kembang
Keling
Donorojo
Karimunjawa
Total (2010)
2009
2008

28
37
18
12
17
10
19
30
124
27
2
34
22
57
13
3
453
441
427

Simpanan Uang
Anggota (Rp)
1.029.167.661
2.961.894.650
7.771.069.825
855.191.409
702.742.314
433.036.344
730.116.889
695.551.160
9.902.106.376
3.090.513.220
88.141.783
1.357.372.004
300.682.407
2.666.660.453
780.418.724
272.358.109
33.637.023.328
32.590.095.898
32.440.824.834

Kekayaan / Aset
(Rp)
2.118.921.653
6.400.567.684
11.356.282.715
1.222.714.438
2.014.669.622
990.409.062
2.026.697.385
1.238.899.285
27.511.767.458
5.016.999.818
216.295.377
3.235.212.077
490.457.574
3.939.103.640
2.197.068.602
648.886.113
70.624.952.503
68.357.919.560
68.017.830.409

Dapat dilihat dalam tabel, jumlah simpanan uang anggota koperasi tahun 2010
mencapai Rp. 33.637.023.328, jumlah yang cukup besar apabila uang simpanan tersebut dapat
Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 10

dikelola dengan baik untuk membantu mengembangkan usaha kecil ukiran di Jepara. Jumlah
yang besar tersebut juga masih dapat ditingkatkan apabila masyarakat khususnya pengrajin
ukiran Jepara sadar akan pentingnya koperasi. Masih banyak pengrajin yang mengandalkan
permodalan usaha mereka melalui pinjaman kepada rentenir yang memiliki bunga yang tinggi.
Seharusnya hal ini dapat diatasi dengan meminta permodalan kepada koperasi, walaupun
memang dana yang terdapat pada koperasi masih jauh dari cukup apabila dibandingkan dengan
jumlah usaha kecil yang mencapai 11.981 unit usaha itu.
Namun setidaknya ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh koperasi untuk
mengembangkan usaha kecil ukiran jepara. Misalnya, seperti yang telah dijelaskan diatas yaitu
kegiatan simpan pinjam. Dengan perkiraan kasar, apabila seluruh dana simpanan terserap
penuh untuk pembiayaan maka setiap satu unit usaha kecil akan mendapat pinjaman sebesar
Rp. 2.807.350, dengan asumsi bahwa seluruh unit usaha akan meminjam kepada koperasi.
Memang jumlah yang tidak terlalu besar, tetapi apabila koperasinya ikut dikembangkan, bukan
tidak mungkin dana simpanan akan melonjak beberapa kali lipat dan pembiayaan yang cukup
kepada usaha kecil ukiran jepara dapat dilakukan. Dan dengan masuk menjadi anggota
koperasi, para pengusaha kecil dapat berharap kelancaran usaha dapat relatif terjamin karena di
dalam kumpulan akan terjadi komunikasi informasi antara anggota yang berkaitan dengan
usaha yang dijalankan.
Lalu, kegiatan lain yang dapat dilakukan koperasi selain simpan pinjam adalah kegiatan
usaha bersama. Misalnya seperti kegiatan dalam bentuk pengadaan bahan baku secara
bersama-sama. Pembelian bahan baku secara bersama akan lebih murah jika dibandingkan
dengan membeli barang secara individual. Dengan demikian, biaya transportasi atau ongkos
kirim ditanggung bersama, bukan sendiri-sendiri.

F. Permasalahan & Isu Utama
Terdapat beberapa permasalahan dan isu utama yang menjadikan industri ini belum berjalan
secara maksimal, diantaranya :
1. Kualitas produk: permintaan pasar global untuk produk yang lebih berkualitas dan desain
yang menarik.

Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 11

2. Munculnya kompetitor baru: bermunculan kompetitor baik di pasar lokal maupun global
(China, Vietnam, Filipina dll)

3. Sertifikasi dan HaKI: ketentuan sertifikasi terkait dengan bahan baku yang ramah
lingkungan dari lembaga sertifikasi internasional dan kurangnya perlindungan HaKI
dipasar global mengakibatkan beberapa item produk furniture ditolak di beberapa negara.
Berbagai macam sertifikasi yang diterapkan oleh beberapa negara tujuan ekspor mebel
Jepara terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa, bisa merupakan sarana peningkatan nilai
tambah bagi produk mebel tetapi juga bisa sebagai penghambat laju perkembangan nilai
ekspor mebel Jepara dan seluruh Indonesia. Pada tahun 2008, hanya ada 2 orang pengusaha
di Jepara yang memiliki VLO atau sertifikasi furniture dunia.
4. Sumber Daya Manusia (SDM): regenerasi Sumber Daya Manusia, Peningkatan Kualitas
Sumber Daya manusia terampil masih sangat kurang.

5. Ketersediaan bahan baku: tingkat ketergantungan bahan baku dari luar daerah cukup tinggi,
sehingga dalam kondisi tertentu proses produksi terganggu dan kendali harga bahan baku
lemah sehingga dapat menurunkan daya saing produk, serta tidak adanya aturan pasar yang
jelas tentang harga.
6. Permodalan: terbatasnya akses permodalan dari perbankan.
7. Pemasaran: akses pemasaran baik melalui pameran produk maupun melalui media online
masih sangat kurang. Pengrajin kecil tidak pernah mengalokasikan anggaran promosi untuk
mengembangkan usahanya, sehingga yang dibutuhkan adalah bantuan pemerintah untuk
sarana promosi gratis bagi mereka.

Sumber kayu yang digunakan dalam produksi

Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 12

G. Peluang Usaha Ukiran Jepara
Ukiran Jepara terkenal mulai dari tingkat nasional hingga internasional. Hal ini tentu saja
memberikan kemudahan untuk pengenalan produk dan ada keuntungan titik awal karena sudah
mulai dikenal oleh kalangan luas. Industri ini dapat memperoleh peluang perdagangan yang
strategis dengan adanya perdagangan bebas antar Negara ASEAN atau Asean China Free
Trade Area ( ACFTA ).
Ukiran Jepara bisa lebih banyak dikenal di mata dunia dengan mengembangkan usaha
ukiran melalui peluang diatas. Tapi perlu diingat juga bahwa hal tersebut bisa juga menjadi
tantangan karena berlakunya kemitraaan dagang strategis melalui Trade Related Intellectual
Property Rights ( TRIPP ) karena dengan adanya pasar bebas dan hukum dagang international,
teknologi tradisional karya Jepara seperti ukiran perlu dilindungi hak patennya.
Peluang lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan pariwisata.
Pemerintah Daerah kota Jepara dapat mencontoh Yogyakarta, yang dapat menyatukan antara
industri pariwisata alam dan industri kerajinan atau sebaliknya. Yogyakarta menggabungkan
pariwisata alam dan juga industri perak, batik, kuliner, dan lain sebagainya. Jepara, dengan

Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 13

industri ukirannya dalam hal ini memiliki potensi akan hal tersebut. Memanfaatkan wisatawan
yang datang ke Jepara sebagai target pasar produk ukir, akan didapat beberapa keuntungan:
1. Keuntungan pengrajin
Tidak memerlukan biaya memindahkan barang untuk mengikuti pameran di daerah



yang menjadi tujuan pemasaran mebel Jepara.
Proses jual-beli langsung kepada pembeli, tanpa harus melalui tengkulak menjadikan



harga mebel relatif murah yang menjadikan daya beli masyarakat tinggi.
Adanya proses kerja yang efektif, pengrajin bekerja sesuai pesanan. Tidak



menghasilkan produk gagal jual.
2. Keuntungan pembeli


Pembeli dapat menentukan produk yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan.



Pembeli dapat bernegosiasi harga, kualitas, dan model yang diinginkan, sehingga akan
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Mendapatkan objek wisata tambahan, ketika pembeli datang ke sentra ukir.



H. Peran

Pemerintah

Jepara

dalam

Mengatasi

Permasalahan

&

Mengembangkan Potensi Industri Ukir Jepara
1. Penyediaan bahan baku, antara lain melalui:
 Pembudidayaan jenis kayu cepat tumbuh seperti Jati Unggul Nusantara (JUN)
 Gerakan penanaman pohon seperti Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM), Gerakan Rehabilitasi Hutan (GERHAN), Gerakan Penanaman Satu Milyar
Pohon, one man one tree, dsb;
 Suplementasi penggunaan bahan baku kayu jati dengan kayu jenis lain/diversifikasi
bahan baku dengan kayu mindi, mahoni, dsb.
 Mendorong pengolahan limbah kayu secara efisien melalui pelatihan pemanfaatan
limbah kayu.
2. Memfasilitasi permodalan, melalui bantuan modal Koperasi, hibah, maupun bantuan sarana
produksi/peralatan kerja.
3. Memfasilitasi pemasaran, antara lain melalui:

Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 14

 Branding, seperti “JEPARA The World Carving Center” untuk membentuk brand image
Jepara sebagai sentra ukir di dunia.
 Memfasilitasi hak patent katalog desain mebel.
 Memfasilitasi pameran baik tingkat regional, nasional maupun internasional serta
pameran produk unggulan Jepara di kota-kota besar di Indonesia.
4. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, melalui kegiatan-kegiatan pelatihan pada
Dinas/Instansi terkait, seperti: pelatihan pengembangan desain furniture, pelatihan
kewirausahaan, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan manajemen, pelatihan
ekspor, dsb.
5. Penguatan infrastruktur. Melalui:
 Penguatan dan pelebaran jaringan jalan dan jembatan untuk akses container
 Pembentukan dan penguatan sentra industri
 Pembentukan dan penguatan Desa Wisata Industri Kreatif di Jepara

Ekonomi Koperasi – Ukiran Jepara

Halaman 15