this PDF file PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PENDIDIKAN IPS MODEL PEMBELAJARAN THINKING GLOBALLY ACTING LOCALLY | Filisyamala | Karya Ilmiah Dosen 1 PB
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR
MELALUI PENDIDIKAN IPS MODEL PEMBELAJARAN
THINKING GLOBALLY ACTING LOCALLY
Jihan Filisyamala
STKIP PGRI Trenggalek
Email: jfilisya@gmail.com
Jl. Supriyadi 22 KP 66319 Trenggalek
Abstrak: Pentingnya pembentukan karakter pada tingkat sekolah dasar didasarkan pada
tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Undang-Undang
tersebut mengandung maksud bahwa selain membentuk siswa yang cerdas, pendidikan
juga perlu membentuk siswa yang berkarakter. Seiring dengan usaha mencapai tujuan
pendidikan nasional tersebut perlu penanaman nilai karakter pada siswa sekolah dasar
melalui suatu proses pembelajaran, salah satunya melalui pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang inovatif yaitu dengan menerapkan Model pembelajaran Thinking
Globally Acting Locally yaitu model pembelajaran yang di dalamnya mengajarkan siswa
untuk mampu menghadapi arus globalisasi secara bijak melalui penanaman nilai karakter
dan budaya. Hal ini dikarenakan pendidikan IPS bertujuan untuk menjadikan siswa warga
negara yang baik, diantaranya siswa dapat bijak dalam menghadapi arus global yang saat
ini berkembang sangat pesat. Melalui model pembelajaran Thinking Globally Acting
Locally siswa diajak untuk berfikir secara luas mengenai isu-isu global yang telah terjadi
maupun sedang terjadi dan berusaha menanggapi isu global tersebut dengan cara
bertindak berbasis budaya lokal. Model pembelajaran Thinking Globally Acting Locally
ini memberikan dasar pada siswa sekolah dasar nantinya untuk mampu menempatkan diri
dan bangsa kita setara dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia dengan tetap memiliki
karakter dan budaya bangsa Indonesia.
Kata Kunci: karakter, siswa sekolah dasar, pendidikan IPS, model pembelajaran
thingking globally acting locally.
Abstract: The importance of character building at the primary school level is based on
the national educational objectives in Law no. 20 of 2003. The law contains the intention
that in addition to forming intelligent students, education also needs to form students with
character. Along with the effort to achieve the goal of national education is necessary to
inculcate the value of character in elementary school students through a process of
learning, one of them through an innovative Social Science Education is to apply the
learning model of “Thinking Globally Acting Locally” is a learning model in which
students to be able to face the wise flow of globalization through the inculcation of
character and cultural values. This is because Social Science education aims to make
students good citizens, including students can be wise in the face of global currents that
are currently growing very rapidly. Through the learning model of "Thinking Globally
Acting Locally" students are invited to think broadly about the global issues that have
occurred or are happening and try to respond to global issues by acting on the basis of
local culture.This learning model of Thinking Globally Acting Locally provides a
foundation for elementary school students to be able to position ourselves and our nation
on a par with other nations in the world while maintaining the character and culture of the
Indonesian nation.
Keywords: character, elementary school students, IPS education, “thingking globally acting
locally” learning model
158
diantaranya adalah penyimpangan moral
PENDAHULUAN
Pentingnya pembentukan karakter
seperti: tawuran antar pelajar, perjudian,
yang baik bagi siswa melalui pendidikan
seks bebas, minuman keras, kasus korupsi,
karakter sangat disadari oleh pemerintah
dan baru-baru ini banyak terjadi kasus
Indonesia yang dinyatakan dalam Pasal 3
penggunaan narkoba yang pelakunya dari
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
para
Pendidikan Nasional bahwa pendidikan
masyarakat.
nasional berfungsi membentuk karakter
kalangan
artis
Globalisasi
sebagai
idola
ditandai
dengan
serta peradaban bangsa yang bermartabat
berbaurnya budaya antar bangsa, misalnya
dalam rangka mencerdaskan kehidupan
tatacara hidup yang hampir sama, baik
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
dalam hal pakaian, makanan dan setiap
potensi siswa agar menjadi manusia yang
aspek
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
seperti
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
hilangnya kepribadian asli suatu bangsa.
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Tidak terkecuali, bagi bangsa Indonesia
negara yang demokratis serta bertanggung
yang telah mempunyai budaya lokal
jawab.
sendiri, terpaksa harus menjadikan budaya
kehidupan
ini
manusia.
akan
Fenomena
membawa
dampak
Undang-undang di atas menyatakan
barat sebagai ukuran gaya hidupnya, untuk
bahwa fungsi dan tujuan pendidikan
bisa disebut sebagai masyarakat yang maju
nasional
atau modern.
di
mengembangkan
pendidikan
siswa
yang
Indonesia
selain
kecerdasan
siswa,
nasional
juga
berkarakter
Mudahnya budaya bangsa lain
membentuk
baik
masuk
akibat
dari
arus
globalisasi
dengan
mensyaratkan bahwa generasi muda perlu
memiliki akhlak mulia, bertakwa kepada
dibekali keterampilan menyaring hal-hal
Tuhan Yang Maha Esa, dan menjadi warga
yang
negara yang baik serta bertanggung jawab.
menentukan mana yang baik dan mana
Fenomena yang sekarang terjadi di
Indonesia
adalah
kuatnya
yang
dampak
positif
buruk.
agar
mereka
Kemampuan
dapat
menyaring
tersebut dapat dilakukan dengan cara
globalisasi yang sangat mempengaruhi
membekali
karakter siswa. Disatu sisi, arus globalisasi
karakter,
memberikan berbagai kemudahan bagi
mengetahui mana yang baik dan mana
kehidupan manusia. Namun disisi lain,
yang buruk bagi dirinya sendiri.
arus globalisasi juga memberikan dampak
siswa
sehingga
Karakter
yang sangat merugikan bagi Indonesia,
dengan
bisa
pendidikan
mereka
dibentuk
dapat
dan
diperkuat melalui proses pendidikan dan
159
sekolah diharapkan dapat menjadi tempat
Locally atau berpikir global bertindak
menanamkan nilai-nilai karakter yang baik
Lokal, model pembelajaran ini diharapkan
bagi siswanya. Pentingnya pendidikan
mampu
karakter di sekolah dikarenakan karakter
sekaligus pendidikan karakter dengan tetap
merupakan
dapat menyesuaikan arus globalisasi.
aspek
pembangunan
sebuah
penting
dalam
bangsa
niscaya
memuat
pendidikan
budaya
Karakter
bangsa Indonesia akan menjadi bangsa
Kata “karakter” sudah sering kita
yang tangguh (Sulistyowati, 2012). Siswa
dengar dalam dunia pendidikan. Karakter
sekolah dasar dimana siswanya berusia
dalam dunia pendidikan berkaitan dengan
antara 6 sampai 12 tahun sangat tepat
diberlakukannya pendidikan karakter di
sekali dibekali kerakter yang baik sejak
semua jenjang pendidikan mulai dari
dini, anak harus dapat memahami benar
tingkat
karakter-karakter yang baik agar ketika
menengah atas. Karakter dalam bahasa
dewasa karakter-karakter yang baik itu
Yunani yaitu “Charassian” yang berarti
sudah melekat pada diri mereka.
“to
Jadi,
dalam
mark”
atau
hingga tingkat
menandai
dan
pendidikan
memfokuskan bagaimana menerapkan nilai
diharapkan siswa dapat berdaya saing
kebaikan dalam bentuk tindakan, sehingga
global
meninggalkan
orang tersebut memiliki perilaku yang
Sehingga
sesuai dengan kaidah moral seperti jujur,
namun
bertanggung jawab, adil dan berprilaku
tindakannya tetap lokal. Melalui adanya
baik lainnya sehingga dikatakan orang
proses pendidikan tersebut dibutuhkan pula
tersebut
adanya
orang
tanpa
harus
kebudayaan
pemikiranya
proses
sekolah dasar
lokalnya.
secara
suatu
memberdayakan
global
pembelajaran
pendidikan
yang
karakter
berkarakter
baik.
yang perilakunya
Sebaliknya,
tidak
sesuai
dengan kaidah moral disebut dengan
dalam setiap materi yang diajarkan kepada
berkarakter
siswa di sekolah, sehingga nantinya peserta
menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah
didik akan mendapatkan pendidikan yang
“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
baik dari segi pemikiran, sikap dan juga
pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
tingkah lakunya. Salah satu hal yang
temperamen, watak”.
berperan dalam mengatasi permasalahan
pandangan Ki Hajar Dewantara (dalam
tersebut adalah melalui proses pendidikan
Wibowo, 2013: 34) yang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang
bahwa karakter itu sebagai budi pekerti
inovatif yaitu melalui penerapan model
atau watak.
pembelajaran Thinking Globally Acting
160
jelek.
Pengertian
karakter
Sejalan dengan
memandang
Karakter berasal dari nilai pada
Siswa Sekolah Dasar
perilaku seseorang. Karakter dapat dilihat
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
dari sudut perubahan tingkah laku dari
Sekolah Dasar (SD) merupakan
hasil pengalaman atau belajar, karakter
suatu institusi pendidikan dasar yang
juga merupakan sesuatu yang dimiliki
menyelenggarakan
individu sejak lahir, sehingga karakter
pendidikan bagi siswa beusia antara 6
dianggap
kepribadian
samapai 12 tahun. Hal tersebut tertuang
(Koesoema, 2007: 80). Sedangkan Suyanto
dalam PP (Peraturan Pemerintah) tentang
(dalam Zubaedi, 2011: 11) menyatakan
Pendidikan Dasar Bab VIII Pasal 15 ayat 1
bahwa karakter adalah cara berpikir dan
yang
berperilaku yang menjadi karakteristik atau
diterima sebagai siswa Sekolah Dasar
ciri khas seseorang untuk hidup dan
seseorang
bekerjasama,
kurangnya enam tahun.
sama
dengan
baik
dalam
lingkungan
dengan
pendapat
Samani
harus
bahwa
berusia
aktivitas
agar
dapat
sekurang-
Karakteristik siswa adalah segala
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sejalan
menyatakan
berbagai
tingkah laku, sikap dan kemampuan yang
&
Hariyanto (2013: 43) bahwa karakter
dimiliki
dipengaruhi
maupun
lingkungan sosialnya. Menurut Basset dkk
pengaruh lingkungan, yang diwujudkan
(dalam Sumantri & Permana, 2001: 11),
dengan
dalam
karaktersitik siswa sekolah dasar secara
kehidupan sehari-hari, sehingga karakter
umum adalah sebagai berikut: (1) memiliki
dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang
rasa keingintahuan yang kuat dan tertarik
membangun pribadis eseorang.
pada dunia sekitar yang mengelilingi diri
factor
prilaku
hereditas
dan
sikapnya
siswa
sebagai
hasil
dari
pengertian
mereka sendiri; (2) senang bermain dan
karakter yang telah dipaparkan oleh para
bergembira riang; (3) suka mengatur diri
ahli di atas, karakter merupakan nilai-nilai
untuk
yang terwujud dalam sikap dan perilaku
bergetarnya perasaan dan terdorong untuk
yang berkaitan dengan lingkungan sekitar
berprestasi sebagaimana mereka tidak suka
berdasarkan dengan norma yang ada dalam
mengalami ketidakpuasan dan menolak
masyarakat. Karakter juga dianggap sama
kegagaan-kegagalan; (5) belajar secara
dengan
kepribadian
efektif ketika merasa puas dengan situasi
merupakan karakteristik atau sifat khas
yang terjadi; dan (6) belajar dengan cara
dari diri seseorang yang bersumber dari
bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan
factor keturunan maupun lingkungan.
mengajar anak-anak lainnya.
Berkaitan
dengan
kepribadian,
161
menangani
berbagai
hal;
(4)
Hal
tersebut
didukung
oleh
tahap dari seluruh perkembangannya dan
pendapat Kurnia (dalam Astari, 2013)
tugas-tugas perkembangan tersebut harus
bahwa siswa sekolah dasar memiliki enam
dikuasai oleh siswa. Antara siswa yang
karakteristik yaitu: (1) usia bermain; (2)
satu dengan siswa yang lain mempunyai
usia bertengkar; (3) usia berkreatif; (4) usia
kecepatan
berkelompok; (5) usia dalam dorongan
masing.
berprestasi; dan (6) usia tidak rapi.
perkembangannya
masing-
Usia anak SD yakni berusia 6
Pada masa usia sekolah dasar siswa
sampai 12 tahun dapat dikatakan pada usia
sudah masuk dalam masa intelektual, masa
memasuki perkembangan masa kanak-
dimana siswa lebih mudah dididik dari
kanak akhir. Izzaty, R. E. (2008: 103)
pada masa sebelumnya yakni masa pra-
menjelaskan tugas-tugas perkembangan
sekolah, dimana masa pra-sekolah tekanan
pada masa kanak-kanak akhir yaitu usia 7
belajar lebih difokuskan pada kegiatan
tahun
bermain.
perkembangannya
sampai
12
adalah
tahun,
tugas
(1)
belajar
Setiap siswa memiliki karakteristik
ketrampilan fisik yang diperlukan untuk
yang berbeda-beda antara satu dengan
bermain; (2) belajar bergaul dengan teman
yang
sebaya;
lainnya.
Untuk
itu
diharapkan
(3)
mengembangkan
sikap
sebelum memulai pelaksanaan kegiatan
terhadap kelompok sosial dan lembaga; (4)
pembelajaran, seorang guru harus dapat
mulai mengembangkan peran sosial pria
mengenal dan memahami karakteristik
atau
masing-masing siswanya. Pembelajaran
keterampilan-keterampilan
akan berjalan dengan baik dan tepat
membaca, menulis dan berhitung; (6)
apabila
mengembangkan
gurunya
bisa
memahami
wanita;
(5)
mengembangkan
dasar
untuk
pengertian-pengertian
karakteristik masing-masing siswa. Selain
yang diperlukan untuk kehidupan sehari-
itu, guru juga harus kreatif dan inovatif
hari; (7) mengembangkan kata batin, moral
dalam
dan skala sikap; (8) sebagai makhluk yang
merancang
kegiatan
dan
melaksanakan
pembelajaran
bisa
sedang tumbuh, mengembangkan sikap;
menumbuhkan rasa senang dan tidak bosan
dan (9) mencapai kebebasan pribadi. Siswa
dalam
SD merupakan anak dengan katagori
diri
siswa
agar
pada
saat
proses
pembelajaran berlangsung.
dimana masa yang banyak mengalami
Tugas Perkembangan Siswa Sekolah
perubahan yang sangat drastis mental
Dasar
maupun fisik.
Siswa
sekolah
dasar
memiliki
tugas-tugas perkembangan pada setiap
162
ilmu-ilmu sosial dan humaniora seperti
Pendidikan IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
sosiologi,
sejarah,
geografi,
ekonomi,
adalah suatu program pendidikan yang
politik, hukum, dan budaya, dikarenakan
mempelajari
kehidupan
ilmu-ilmu sosial tersebut memiliki ciri-ciri
(2008:1)
yang sama, sehingga dapat dipadukan
sosial.
manusia
dan
Sumaatmadja
mengemukakan bahwa "Secara mendasar
pengajaran
IPS
berkenaan
dalam mata pelajaran IPS.
dengan
Melalui mata pelajaran IPS tidak
kehidupan manusia yang melibatkan segala
hanya mengembangkan pengetahuan siswa
tingkah laku dan kebutuhannya”. Hal
saja, tetapi keterampilan sosial siswa,
tersebut
sehingga
diperkuat
dengan
pendapat
diharapkan
siswa
dapat
masalah
sosial
Wiyono (dalam Mashudi, 2009: 50) bahwa
menyelesaikan
IPS
yang
dalam hidupnya. Menurut Sumaatmadja
mempelajari kehidupan manusia dalam
(2008: 1.12) IPS tidak hanya membekali
masyarakat atau interaksi antara manusia
siswa dengan pengetahuan sosial saja,
dengan
melainkan
merupakan
bidang
lingkungannya.
studi
Berdasarkan
segala
juga
menjadikan
siswa
beberapa pendapat para ahli tersebut dapat
berketerampilan sosial dan intelektual
disimpulkan bahwa IPS merupakan bidang
sebagai warga negara yang memiliki
ilmu yang mengkaji kehidupan sosial
kepedulian sosial yang bertanggung jawab
manusia berserta lingkungannya untuk
merealisasikan
kepentingan pendidikan.
Sebagaimana
IPS
adalah
oleh
Sapriya
(2009:161) bahwa melalui mata pelajaran
pelajaran yang mempunyai cara pandang
IPS, siswa diarahkan untuk menjadi warga
bersifat terpadu. Hal tersebut dijelaskan
negara
oleh Trianto (2007:124) bahwa “IPS
tanggungjawab, dan menjadi warga dunia
merupakan integrasi dari berbagai cabang
yang cinta damai. Jadi, IPS bertujuan agar
ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah,
siswa
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
keterampilan sosialnya, sehingga menjadi
budaya”. Sebagaimana dengan pendapat
warga negara negara yang baik dan dapat
Hassan (2010) yang menejelaskan bahwa
menyelesaikan masalah sosial yang terjadi
IPS
dalam kehidupannya sehari-hari.
kehidupan
satu
dijelaskan
nasional.
mata
adalah
salah
tujuan
studi
integratif
tentang
manusia
dalam
berbagai
dimensi ruang dan waktu dengan segala
kehidupannya.
Jadi,
IPS
merupakan
program pendidikan yang memadukan
163
yang
berkembang
demokratis,
pengetahuan
ber-
dan
Model Pembelajaran Thinking Globally
masalah mendunia atau masalah yang
Acting Locally
sudah
umum,
kemudian
menanggapi
Pada umumnya seorang guru sering
permasalahan tersebut secara lokal yaitu
mengalami berbagai masalah dalam proses
dengan bertindak berbasis budaya di
pembelajaran di kelas. Untuk mengatasi
daerah sekitar. Menurut Musriati, V.
berbagai masalah tersebut, maka perlu
(2013) berpendapat bahwa masyarakat di
adanya model-model pembelajaran yang
era
dipandang dapat membantu guru dalam
menerapkan kebijakan Thinking Globally
mengatasi
Act
berbagai
masalah
dalam
globalisai
diharapkan
dimana
Locally
di
mampu
satu
pihak
pembelajaran di kelas. Fungsi model
masyarakat
pembelajaran adalah sebagai acuan bagi
perkembangan global dunia dengan segala
perancang pengajar dan para guru dalam
kompleksitas perubahannya dan juga di sisi
melaksanakan
lain masyarakat mampu bertindak sesuai
pembelajaran
di
kelas
mampu
memahami
(Trianto, 2007:2). Sejalan dengan pendapat
dengan
Suprijono, A. (2011: 46) yang mengatakan
majemuk dan mempunyai ciri khasnya
bahwa “Model pembelajaran ialah pola
masing-masing.
yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan
pembelajaran
di
kebutuhan
masyarakat
Berdasarkan
kelas
pendapat
yang
diatas,
model pembelajaran Thinking Globally Act
maupun tutorial”. Berdasarkan beberapa
Locally
pendapat
dapat
pembelajaran yang menghadapkan siswa
disimpulkan bahwa model pembelajaran
pada situasi masalah-masalah global dan
merupakan
suatu
perencanaan
yang
menyelesaikan masalah tersebut secara
digunakan
sebagai
pedoman
dalam
lokal dengan melakukan tindakan berbasis
para
ahli
di
atas,
merupakan
suatu
model
merencanakan pembelajaran di kelas untuk
budaya
mencapai tujuan tertentu.
pembelajaran ini di dalamnya mampu
Istilah
Thinking
Globally
memuat
Act
di
daerah
sekitar.
pendidikan
Model
budaya
sekaligus
pendidikan karakter dengan tetap dapat
Locally pertama kali diperkenalkan oleh
beradaptasi dengan arus globalisasi atau
pemerhati lingkungan hidup pada tahun
lingkungan
1960-an (Musriati, V., 2013). Thinking
pembelajaran
Globally Acting Locally dapat diartikan
luar.
ini
Di
dalam
cukup
luas
model
basis
pendidikannya, antara lain yaitu isu global,
suatu pemikiran yang memandang secara
pendidikan
luas dan menghadapinya secara sederhana.
karakter,
berbasis budaya.
Secara luas disini mengenai masalah164
dan
pendidikan
Selanjutnya,
dalam
proses
membiasakan
pembelajaran tidak lepas dari kegiatan
pembelajaran
yang dilakukan sehingga menarik untuk
Misalnya guru membuat teks lagu yang
diikuti.
berisi materi pembelajaran secara singkat
Langkah-langkah
dalam
mengaitkan
dengan
materi
budaya
sekitar.
pembelajaran haruslah jelas dan mudah
dan
untuk dipahami. Langkah-langkah dalam
dinyanyikan dengan nada lagu daerah; (2)
model pembelajaran
Thinking Globally
Siswa mengamati media pembelajaran dan
Acting Locally terdapat pada kegiatan inti,
sumber belajar lainnya, agar siswa aktif
jenis kegiatan dibagi menjadi 2, yaitu
dalam kegiatan pembelajaran; (3) Guru
kegiatan Thinking Globally dan Acting
memfasilitasi siswa dengan pemberian
Locally.
tugas individu, tugas kelompok, berdiskusi,
Kegiatan
yang
teks
lagu
tersebut
yaitu
dan lain-lain, melalui kegiatan permainan
Thinking Globally dalam kegiatan ini guru
tradisional (permainan di fokuskan untuk
bersama
menjawab
siswa
pertama
nantinya
melakukan
beberapa
pertanyaan,
diskusi,
dan
kegiatan sebagai berikut: (1) Guru bersama
memberikan
siswa melakukan tanya jawab tentang
memfasilitasi siswa dengan pemberian
materi yang dikaitkan dengan isu-isu
tugas yaitu mengaitkan isu-isu global
global;
dengan aktivitasnya dan mengahadapinya
(2)
Siswa
mengamati
media
tugas);
(4).
Guru
pembelajaran dan sumber belajar lainnya
melalui
yang disediakan oleh guru; (3) Guru
memberi kesempatan pada siswa untuk
memfasilitasi terjadinya interaksi antar
berpikir kritis, kreatif, menganalisis, dan
siswa serta antara siswa dengan guru,
menyelesaikan
lingkungan, dan sumber belajar lainnya
diberikan; (6) Guru memfasilitasi siswa
(dalam kegaiatan ini siswa diharapkan
untuk berkompetisi secara sehat agar
kritis
yang
membentuk karakter yang suportif dan
disampaikan); (4) Guru menekankan pada
meningkatkan prestasi belajar siswa; (7)
siswa bahwa isu-isu global yang sedang
Guru
dibicarakan berkaitan dengam materi yang
memberikan tugas individu atau kelompok
dipelajari dan harus ditanggapi oleh siswa.
membuat laporan tentang isu-isu pada
menanggapi
isu
global
pemikiran
sendiri;
masalah
memfasilitasi
(5)
yang
siswa
Guru
telah
dengan
Kegiatan yang kedua yaitu Acting
kegiatan Thinking Globally; (8) Guru
Locally, dalam kegiatan ini guru bersama
memfasilitasi siswa untuk menyajikan
siswa
kegiatan
hasil kerja individual maupun kelompok;
sebagai berikut: (1) Guru memberi arahan
(9) Guru memfasilitasi siswa melakukan
kepada siswa dalam kegiatan belajar untuk
kegiatan
melakukan
beberapa
165
yang
sifatnya
menampilkan
presentasi
hasil;
dan
(10)
Guru
pola pengajaran pada dunia pendidikan.
memfasilitasi siswa melakukan kegiatan
Pengajaran yang bersifat konvensional
yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan
berubah menjadi pengajaran yang berbasis
rasa percaya diri peserta didik.
teknologi seperti komputer dan internet.
Pembentukan Karakter Siswa Sekolah
Selain
Dasar Melalui Pendidikan IPS Model
globalisasi
Pembelajaran Thinking Globally Acting
negatif
Locally
misalnya saja fasilitas internet selain
memberikan
juga
terhadap
dampak
positif,
memberikan
dampak
dunia
pendidikan,
Kualitas Sumber Daya Manusia
sebagai sarana untuk mengakses informasi
(SDM) Indonesia yang cerdas, berkarakter
dengan mudah dan cepat juga dapat
dan berbudaya merupakan kunci sukses
memberikan dampak negatif bagi siswa
dalam
contonya
menghadapi
tantangan
era
mudah
mengakses
situs
globalisasi. Karakter bangsa merupakan
pornografi, rasisme, kejahatan, kekerasan,
salah satu hal yang menentukan kemajuan
dan lain sebagainya. Dampak negatif dari
suatu bangsa, sehingga menjadi aspek
adanya globalisasi tersebut memberikan
penting dari kualitas SDM. Oleh karena
pengaruh buruk terhadap pembentukan
itu, peningkatan kualitas SDM melalui
karakter pada siswa.
pembentukan karakter seharusnya sejak
Berkaitan dengan kondisi karakter
dini sudah mulai ditingkatkan karena
bangsa Indonesia saat ini, maka guru harus
merupakan hal penting untuk menghadapi
meningkatkan
tantangan era globalisasi. Menurut Freud
senantiasa menanamkan nilai-nilai karakter
(dalam Muslich, 2011: 35), “kegagalan
yang baik kepada siswanya. Namun pada
penanaman kepribadian yang baik di usia
kenyataannya
dini
karakter yang baik kepada siswa masih
akan
membentuk
pribadi
yang
bermasalah dimasa dewasanya kelak”.
komitmennya
penanaman
untuk
nilai-nilai
rendah. Hal tersebut di dukung dengan
Fenomena yang saat ini terjadi
pendapat Dewangga (dalam Soetantyo,
bahwa globalisasi sangat berpengaruh
2013) yang mengatakan bahwa pendidikan
terhadap segala aspek kehidupan manusia.
di Indonesia saat ini cenderung lebih
Termasuk dunia pendidikan di Indonesia
mengedepankan
juga
keilmuan
terkena
dampak
akan
adanya
globalisasi, baik dari segi positif maupun
negatif.
Dampak
terhadap
dunia
positif
pendidikan
dan
penguasaan
kecerdasan
aspek
serta
mengabaikan pendidikan karakter.
globalisasi
Pendidikan
contohnya
untuk
adanya kemajuan teknologi yang merubah
mengubah
merupakan
jati
diri
wadah
dan
mengembangkan potensi seseorang kearah
166
yang lebih baik serta berlangsung secara
tidak hanya menyajikan pengetahuan saja,
terus menerus. Melalui pendidikan pula
tetapi
diharapkan dapat meningkatkan kualitas
karakter yang baik bagi siswa, kususnya
Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia
siswa
yang cerdas, berkarakter dan berbudaya
menanamkan nilai karakter pada siswa
sehingga diharapkan mampu menghadapi
semakin melekat pula nilai karakter yang
tantangan era globalisasi. Pendidikan yang
baik hingga mereka dewasa. Oleh karena
berkualitas ditentukan dari pembelajaran di
itu, pendidikan IPS sangat berperan dalam
dalam
yang
membantu pembentukan karakter pada
berkualitas merupakan pembelajaran yang
siswa sejak dini karena dalam pendidikan
mengembangkan segala aspek yaitu aspek
IPS tidak hanya menyajikan materi yang
kognitif,
bersifat pengetahuan saja, tetapi juga
kelas.
Pembelajaran
aspek
afektif,
dan
aspek
psikomotorik.
menanamkan
sekolah
dasar.
nilai-nilai
Semakin
dini
meliputi nilai-nilai karakter yang baik bagi
Pendidikan
pelajaran
harus
yang
IPS
adalah
menyajikan
mata
siswa.
materinya
Selain itu, tujuan dan arah dalam
secara terintegrasi, sehingga dalam materi
pendidikan IPS sama dengan pendidikan
tersebut
nilai-nilai
karakter yang dapat dimaknai pendidikan
IPS sebagai
moral, yakni sama-sama bertujuan agar
dapat
dimasukkan
karakter di dalamnya.
program
hanya
siswa menjadi warga negara yang baik dan
menyajikan pengetahuan sosial saja, tetapi
juga peduli terhadap masalah sosial dan
juga harus membina siswa menjadi warga
lingkungannya,
masyarakat
yang
nasional yang tinggi (Zuchdi, 2008: 5).
jawab
terhadap
Melalui pendidikan karakter dalam proses
dan
negara
memiliki
masyarakat,
pendidikan,
dan
tidak
warga
tanggung
bangsa
negara
pendidikan
serta
IPS
memiliki
dapat
rasa
memberikan
(Sumaatmadja, N., 2007: 1.17). Sedangkan
sumbangsih terhadap pendidikan karakter
menurut Suhardi (dalam Chotimah, 2010)
bangsa
IImu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai
membentuk pribadi anak, supaya menjadi
salah satu mata pelajaran yang harus
warga
mempraktekkan pendidikan budaya dan
keterampilan sosial dan memiliki rasa
karakter
kebangsaan
bangsa
dalam
proses
yakni
negara
diharapkan
yang
yang
baik,
tinggi
mampu
memiliki
dan
ikut
pembelajarannya, sehingga titik beratnya
mempertahankan jati diri bangsa, sehingga
bukan pada teori.
mampu mengantisipasi gejala krisis moral
Dari pendapat beberapa ahli di atas,
yang disebabkan dampak negatif dari arus
dalam pembelajaran IPS seorang guru
globalisasi.
167
Melalui
pembelajaran
penerapan
Thinking
Globally
model
yang bisa ditanamkan dan dikembangkan
Act
pada siswa SD adalah bukan bergaya dan
Locally dalam pendidikan IPS, diharapkan
bertingkah
mampu mengembangkan segi pemikiran,
global sehingga siswa bisa menempatkan
sikap dan juga tindakan siswa yaitu siswa
diri dan bangsa Indonesia setara dengan
mampu berfikir global (thinking globally)
negara-negara di dunia lainnya dengan
dan
tetap memiliki karakter dan budaya bangsa
mampu
bertindak
lokal
(acting
locally). Model pembelajaran Thinking
global,
melainkan
berpikir
Indonesia.
Globally Act Locally di dalamnya memuat
pendidikan budaya sekaligus pendidikan
SIMPULAN
karakter dengan tetap dapat beradaptasi
dengan
arus
globalisasi.
Pembentukan dan pengembangan
Penggunaan
karakter yang kuat pada siswa sangat
model ini dapat divariasikan menggunakan
diperlukan untuk membekali mereka dalam
metode pembelajaran lain sesuai mata
menghadapi tantangan yang berat yaitu
pelajaran dan kondisi siswa. Jadi, dalam
globalisasi.
penerapan
dampak
model
pembelajaran
ini,
Globalisasi
positif
dan
memberikan
negatif
kepada
diharapkan siswa dapat berdaya saing
masyarakat,
global
diakibatkan dari globalisasi merupakan
tanpa
harus
meninggalkan
kebudayaan lokalnya.
Pendidikan
segala
dampak
yang
sesuatu hal yang harus dihadapi bukan
karakter
merupakan
untuk dijauhi.
suatu fondasi bangsa yang sangat penting
Melalui
pendidikan
dapat
dan perlu ditanamkan sejak dini kepada
membangun dan mengembangkan karakter
anak-anak.
Sebagaimana
model
siswa yang baik dalam menghadapi era
pembelajaran
ini
dengan
globalisasi melalui proses pembelajaran di
karakteristik siswa sekolah dasar (SD),
kelas. Pembentukan dan pengembangan
dimana mereka perlu sekali fondasi berupa
karakter kepada anak sebaiknya dilakukan
penenanaman
dan
sejak dini, terutama pada jenjang sekolah
pendidikan budaya agar kelak mereka bisa
dasar. Siswa sekolah dasar berusia antara 6
secara bijak menghadapi arus global
sampai 12 tahun, dalam usia tersebut
dengan mempunyai karakter yang baik dan
sangat baik sekali apabila seorang anak
melestarikan
mendapatkan pondasi karakter yang baik.
nilai
budaya
sesuai
karakter
daerah
mereka
sendiri.
Dengan membentuk dan mengembangkan
Model Thinking Globally Acting
karakter pada anak sejak dini, karakter
Locally ini memberikan konsep bahwa hal
168
yang baik tersebut akan melekat pada
kemudian menanggapi isu-isu tersebut
kepribadian anak dan ia bawa hingga nanti.
disesuaikan dengan budayanya.
Fenomena yang sedang bangsa
DAFTAR RUJUKAN
Astari, A. C. 2015. Disiplin Diri Siswa
Sekolah Dasar (Studi Kasus di SDN
Sisir 03 Batu). Tesis tidak
diterbitkan. Malang: Program Studi
Pendidikan Dasar, Program
Pascasarjana Universitas Negeri
Malang.
Chotimah, U. 2010. Membangun Karakter
Bangsa yang Berbudaya dan
Berkarakter Melalui Penerapan
Model Pembelajaran IPS yang
Inovatif. Makasar: HISPISI
Hassan, S. H. 2010.Pendidikan IPS
(Definisi,Tujuan, SKL, Konten,
Proses dan Asesmen) Panduan.
Yogyakarta: HISPISI
Izzaty, R. E. 2008. Perkembangan Peserta
Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Koesoema, D. 2007. Pendidikan Karakter
Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: PT. Grasindo.
Mashudi, T. 2009. Bahan Ajar Cetak
Strategi Belajar Mengajar IPS.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Muslich, M. 2011. Pendidikan Karakter
Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta : Bumi
Aksara.
Musriati, V. 2013. Think Globally Act
Locally, (Inline),
(https://velanmusriati.wordpress.com
/2013/01/23/think-globally-actlocally-dalam-mengatasi-masalahglobal-perencanaan-wilayah/),
diakses 10 November 2016.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja.
Rosdakarya.
Samani, M & Hariyanto. 2013. Konsep dan
Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Soetantyo, S. P. 2013. Peranan Dongeng
dalam Pembentukan Karakter Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan,
(0nline),
14
(1):
44-51,
Indoensia alami yakni pendidikan karakter
yang masih rendah, untuk itu diperlukan
peran dari sektor pendidikan utamanya
pendidikan
IPS
dalam
mengatasi
permasalahan tersebut. IPS sebagai bidang
studi bertujuan membentuk karakter siswa
yang baik yaitu siswa dapat bertanggung
jawab terhadap kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Selain itu, dalam
penyajian materi pada bidang studi IPS
dapat
diintegrasikankan
dengan
memasukkan nilai-nilai karakter yang baik.
Sehingga diharapkan pendidikan karakter
melalui pendidikan IPS dapat membantu
pembentukan karakter yang baik pada
siswa.
Dalam
pembelajaran
pendidikan
yang
ada
pada
proses
akhirnya
diharapkan terjadi transformasi yang dapat
menumbuhkembangkan karakter positif,
serta mengubah watak dari yang tidak baik
menjadi baik. Melalui pendidikan IPS yang
inovatif
dengan
penerapan
model
pembelajaran Thinking Globally Acting
Localy. Langkah-langkah dalam model
pembelajaran Thinking Globally Acting
Localy sudah memuat pendidikan karakter
dan budaya, sehingga nantinya dengan
penerapan model pembelajaran ini siswa
dapat mengetahui berbagai macam isu-isu
global dikaitkan dengan aktivitasnya dan
169
(jurnal.ut.ac.id/JP/article/view/144),
diakeses 10 November 2016.
Sumaatmadja, N. 2007.Konsep Dasar IPS.
Jakarta: UT.
Sulistyowati, E. 2012. Implementasi
kurikulum pendidikan karakter.
Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
Sumantri, M. & Permana, J. 2001. Strategi
Belajar Mengajar . Bandung: CV
Maulana.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative
Learning. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wibowo, A. 2013. Pendidikan Karakter di
Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan
Karakter. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Zuchdi, D. 2008. Humanisasi Pendidikan:
Menemukan Kembali Pendidikan
yang Manusiawi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
170
MELALUI PENDIDIKAN IPS MODEL PEMBELAJARAN
THINKING GLOBALLY ACTING LOCALLY
Jihan Filisyamala
STKIP PGRI Trenggalek
Email: jfilisya@gmail.com
Jl. Supriyadi 22 KP 66319 Trenggalek
Abstrak: Pentingnya pembentukan karakter pada tingkat sekolah dasar didasarkan pada
tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Undang-Undang
tersebut mengandung maksud bahwa selain membentuk siswa yang cerdas, pendidikan
juga perlu membentuk siswa yang berkarakter. Seiring dengan usaha mencapai tujuan
pendidikan nasional tersebut perlu penanaman nilai karakter pada siswa sekolah dasar
melalui suatu proses pembelajaran, salah satunya melalui pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang inovatif yaitu dengan menerapkan Model pembelajaran Thinking
Globally Acting Locally yaitu model pembelajaran yang di dalamnya mengajarkan siswa
untuk mampu menghadapi arus globalisasi secara bijak melalui penanaman nilai karakter
dan budaya. Hal ini dikarenakan pendidikan IPS bertujuan untuk menjadikan siswa warga
negara yang baik, diantaranya siswa dapat bijak dalam menghadapi arus global yang saat
ini berkembang sangat pesat. Melalui model pembelajaran Thinking Globally Acting
Locally siswa diajak untuk berfikir secara luas mengenai isu-isu global yang telah terjadi
maupun sedang terjadi dan berusaha menanggapi isu global tersebut dengan cara
bertindak berbasis budaya lokal. Model pembelajaran Thinking Globally Acting Locally
ini memberikan dasar pada siswa sekolah dasar nantinya untuk mampu menempatkan diri
dan bangsa kita setara dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia dengan tetap memiliki
karakter dan budaya bangsa Indonesia.
Kata Kunci: karakter, siswa sekolah dasar, pendidikan IPS, model pembelajaran
thingking globally acting locally.
Abstract: The importance of character building at the primary school level is based on
the national educational objectives in Law no. 20 of 2003. The law contains the intention
that in addition to forming intelligent students, education also needs to form students with
character. Along with the effort to achieve the goal of national education is necessary to
inculcate the value of character in elementary school students through a process of
learning, one of them through an innovative Social Science Education is to apply the
learning model of “Thinking Globally Acting Locally” is a learning model in which
students to be able to face the wise flow of globalization through the inculcation of
character and cultural values. This is because Social Science education aims to make
students good citizens, including students can be wise in the face of global currents that
are currently growing very rapidly. Through the learning model of "Thinking Globally
Acting Locally" students are invited to think broadly about the global issues that have
occurred or are happening and try to respond to global issues by acting on the basis of
local culture.This learning model of Thinking Globally Acting Locally provides a
foundation for elementary school students to be able to position ourselves and our nation
on a par with other nations in the world while maintaining the character and culture of the
Indonesian nation.
Keywords: character, elementary school students, IPS education, “thingking globally acting
locally” learning model
158
diantaranya adalah penyimpangan moral
PENDAHULUAN
Pentingnya pembentukan karakter
seperti: tawuran antar pelajar, perjudian,
yang baik bagi siswa melalui pendidikan
seks bebas, minuman keras, kasus korupsi,
karakter sangat disadari oleh pemerintah
dan baru-baru ini banyak terjadi kasus
Indonesia yang dinyatakan dalam Pasal 3
penggunaan narkoba yang pelakunya dari
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
para
Pendidikan Nasional bahwa pendidikan
masyarakat.
nasional berfungsi membentuk karakter
kalangan
artis
Globalisasi
sebagai
idola
ditandai
dengan
serta peradaban bangsa yang bermartabat
berbaurnya budaya antar bangsa, misalnya
dalam rangka mencerdaskan kehidupan
tatacara hidup yang hampir sama, baik
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
dalam hal pakaian, makanan dan setiap
potensi siswa agar menjadi manusia yang
aspek
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
seperti
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
hilangnya kepribadian asli suatu bangsa.
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Tidak terkecuali, bagi bangsa Indonesia
negara yang demokratis serta bertanggung
yang telah mempunyai budaya lokal
jawab.
sendiri, terpaksa harus menjadikan budaya
kehidupan
ini
manusia.
akan
Fenomena
membawa
dampak
Undang-undang di atas menyatakan
barat sebagai ukuran gaya hidupnya, untuk
bahwa fungsi dan tujuan pendidikan
bisa disebut sebagai masyarakat yang maju
nasional
atau modern.
di
mengembangkan
pendidikan
siswa
yang
Indonesia
selain
kecerdasan
siswa,
nasional
juga
berkarakter
Mudahnya budaya bangsa lain
membentuk
baik
masuk
akibat
dari
arus
globalisasi
dengan
mensyaratkan bahwa generasi muda perlu
memiliki akhlak mulia, bertakwa kepada
dibekali keterampilan menyaring hal-hal
Tuhan Yang Maha Esa, dan menjadi warga
yang
negara yang baik serta bertanggung jawab.
menentukan mana yang baik dan mana
Fenomena yang sekarang terjadi di
Indonesia
adalah
kuatnya
yang
dampak
positif
buruk.
agar
mereka
Kemampuan
dapat
menyaring
tersebut dapat dilakukan dengan cara
globalisasi yang sangat mempengaruhi
membekali
karakter siswa. Disatu sisi, arus globalisasi
karakter,
memberikan berbagai kemudahan bagi
mengetahui mana yang baik dan mana
kehidupan manusia. Namun disisi lain,
yang buruk bagi dirinya sendiri.
arus globalisasi juga memberikan dampak
siswa
sehingga
Karakter
yang sangat merugikan bagi Indonesia,
dengan
bisa
pendidikan
mereka
dibentuk
dapat
dan
diperkuat melalui proses pendidikan dan
159
sekolah diharapkan dapat menjadi tempat
Locally atau berpikir global bertindak
menanamkan nilai-nilai karakter yang baik
Lokal, model pembelajaran ini diharapkan
bagi siswanya. Pentingnya pendidikan
mampu
karakter di sekolah dikarenakan karakter
sekaligus pendidikan karakter dengan tetap
merupakan
dapat menyesuaikan arus globalisasi.
aspek
pembangunan
sebuah
penting
dalam
bangsa
niscaya
memuat
pendidikan
budaya
Karakter
bangsa Indonesia akan menjadi bangsa
Kata “karakter” sudah sering kita
yang tangguh (Sulistyowati, 2012). Siswa
dengar dalam dunia pendidikan. Karakter
sekolah dasar dimana siswanya berusia
dalam dunia pendidikan berkaitan dengan
antara 6 sampai 12 tahun sangat tepat
diberlakukannya pendidikan karakter di
sekali dibekali kerakter yang baik sejak
semua jenjang pendidikan mulai dari
dini, anak harus dapat memahami benar
tingkat
karakter-karakter yang baik agar ketika
menengah atas. Karakter dalam bahasa
dewasa karakter-karakter yang baik itu
Yunani yaitu “Charassian” yang berarti
sudah melekat pada diri mereka.
“to
Jadi,
dalam
mark”
atau
hingga tingkat
menandai
dan
pendidikan
memfokuskan bagaimana menerapkan nilai
diharapkan siswa dapat berdaya saing
kebaikan dalam bentuk tindakan, sehingga
global
meninggalkan
orang tersebut memiliki perilaku yang
Sehingga
sesuai dengan kaidah moral seperti jujur,
namun
bertanggung jawab, adil dan berprilaku
tindakannya tetap lokal. Melalui adanya
baik lainnya sehingga dikatakan orang
proses pendidikan tersebut dibutuhkan pula
tersebut
adanya
orang
tanpa
harus
kebudayaan
pemikiranya
proses
sekolah dasar
lokalnya.
secara
suatu
memberdayakan
global
pembelajaran
pendidikan
yang
karakter
berkarakter
baik.
yang perilakunya
Sebaliknya,
tidak
sesuai
dengan kaidah moral disebut dengan
dalam setiap materi yang diajarkan kepada
berkarakter
siswa di sekolah, sehingga nantinya peserta
menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah
didik akan mendapatkan pendidikan yang
“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
baik dari segi pemikiran, sikap dan juga
pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
tingkah lakunya. Salah satu hal yang
temperamen, watak”.
berperan dalam mengatasi permasalahan
pandangan Ki Hajar Dewantara (dalam
tersebut adalah melalui proses pendidikan
Wibowo, 2013: 34) yang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang
bahwa karakter itu sebagai budi pekerti
inovatif yaitu melalui penerapan model
atau watak.
pembelajaran Thinking Globally Acting
160
jelek.
Pengertian
karakter
Sejalan dengan
memandang
Karakter berasal dari nilai pada
Siswa Sekolah Dasar
perilaku seseorang. Karakter dapat dilihat
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
dari sudut perubahan tingkah laku dari
Sekolah Dasar (SD) merupakan
hasil pengalaman atau belajar, karakter
suatu institusi pendidikan dasar yang
juga merupakan sesuatu yang dimiliki
menyelenggarakan
individu sejak lahir, sehingga karakter
pendidikan bagi siswa beusia antara 6
dianggap
kepribadian
samapai 12 tahun. Hal tersebut tertuang
(Koesoema, 2007: 80). Sedangkan Suyanto
dalam PP (Peraturan Pemerintah) tentang
(dalam Zubaedi, 2011: 11) menyatakan
Pendidikan Dasar Bab VIII Pasal 15 ayat 1
bahwa karakter adalah cara berpikir dan
yang
berperilaku yang menjadi karakteristik atau
diterima sebagai siswa Sekolah Dasar
ciri khas seseorang untuk hidup dan
seseorang
bekerjasama,
kurangnya enam tahun.
sama
dengan
baik
dalam
lingkungan
dengan
pendapat
Samani
harus
bahwa
berusia
aktivitas
agar
dapat
sekurang-
Karakteristik siswa adalah segala
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sejalan
menyatakan
berbagai
tingkah laku, sikap dan kemampuan yang
&
Hariyanto (2013: 43) bahwa karakter
dimiliki
dipengaruhi
maupun
lingkungan sosialnya. Menurut Basset dkk
pengaruh lingkungan, yang diwujudkan
(dalam Sumantri & Permana, 2001: 11),
dengan
dalam
karaktersitik siswa sekolah dasar secara
kehidupan sehari-hari, sehingga karakter
umum adalah sebagai berikut: (1) memiliki
dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang
rasa keingintahuan yang kuat dan tertarik
membangun pribadis eseorang.
pada dunia sekitar yang mengelilingi diri
factor
prilaku
hereditas
dan
sikapnya
siswa
sebagai
hasil
dari
pengertian
mereka sendiri; (2) senang bermain dan
karakter yang telah dipaparkan oleh para
bergembira riang; (3) suka mengatur diri
ahli di atas, karakter merupakan nilai-nilai
untuk
yang terwujud dalam sikap dan perilaku
bergetarnya perasaan dan terdorong untuk
yang berkaitan dengan lingkungan sekitar
berprestasi sebagaimana mereka tidak suka
berdasarkan dengan norma yang ada dalam
mengalami ketidakpuasan dan menolak
masyarakat. Karakter juga dianggap sama
kegagaan-kegagalan; (5) belajar secara
dengan
kepribadian
efektif ketika merasa puas dengan situasi
merupakan karakteristik atau sifat khas
yang terjadi; dan (6) belajar dengan cara
dari diri seseorang yang bersumber dari
bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan
factor keturunan maupun lingkungan.
mengajar anak-anak lainnya.
Berkaitan
dengan
kepribadian,
161
menangani
berbagai
hal;
(4)
Hal
tersebut
didukung
oleh
tahap dari seluruh perkembangannya dan
pendapat Kurnia (dalam Astari, 2013)
tugas-tugas perkembangan tersebut harus
bahwa siswa sekolah dasar memiliki enam
dikuasai oleh siswa. Antara siswa yang
karakteristik yaitu: (1) usia bermain; (2)
satu dengan siswa yang lain mempunyai
usia bertengkar; (3) usia berkreatif; (4) usia
kecepatan
berkelompok; (5) usia dalam dorongan
masing.
berprestasi; dan (6) usia tidak rapi.
perkembangannya
masing-
Usia anak SD yakni berusia 6
Pada masa usia sekolah dasar siswa
sampai 12 tahun dapat dikatakan pada usia
sudah masuk dalam masa intelektual, masa
memasuki perkembangan masa kanak-
dimana siswa lebih mudah dididik dari
kanak akhir. Izzaty, R. E. (2008: 103)
pada masa sebelumnya yakni masa pra-
menjelaskan tugas-tugas perkembangan
sekolah, dimana masa pra-sekolah tekanan
pada masa kanak-kanak akhir yaitu usia 7
belajar lebih difokuskan pada kegiatan
tahun
bermain.
perkembangannya
sampai
12
adalah
tahun,
tugas
(1)
belajar
Setiap siswa memiliki karakteristik
ketrampilan fisik yang diperlukan untuk
yang berbeda-beda antara satu dengan
bermain; (2) belajar bergaul dengan teman
yang
sebaya;
lainnya.
Untuk
itu
diharapkan
(3)
mengembangkan
sikap
sebelum memulai pelaksanaan kegiatan
terhadap kelompok sosial dan lembaga; (4)
pembelajaran, seorang guru harus dapat
mulai mengembangkan peran sosial pria
mengenal dan memahami karakteristik
atau
masing-masing siswanya. Pembelajaran
keterampilan-keterampilan
akan berjalan dengan baik dan tepat
membaca, menulis dan berhitung; (6)
apabila
mengembangkan
gurunya
bisa
memahami
wanita;
(5)
mengembangkan
dasar
untuk
pengertian-pengertian
karakteristik masing-masing siswa. Selain
yang diperlukan untuk kehidupan sehari-
itu, guru juga harus kreatif dan inovatif
hari; (7) mengembangkan kata batin, moral
dalam
dan skala sikap; (8) sebagai makhluk yang
merancang
kegiatan
dan
melaksanakan
pembelajaran
bisa
sedang tumbuh, mengembangkan sikap;
menumbuhkan rasa senang dan tidak bosan
dan (9) mencapai kebebasan pribadi. Siswa
dalam
SD merupakan anak dengan katagori
diri
siswa
agar
pada
saat
proses
pembelajaran berlangsung.
dimana masa yang banyak mengalami
Tugas Perkembangan Siswa Sekolah
perubahan yang sangat drastis mental
Dasar
maupun fisik.
Siswa
sekolah
dasar
memiliki
tugas-tugas perkembangan pada setiap
162
ilmu-ilmu sosial dan humaniora seperti
Pendidikan IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
sosiologi,
sejarah,
geografi,
ekonomi,
adalah suatu program pendidikan yang
politik, hukum, dan budaya, dikarenakan
mempelajari
kehidupan
ilmu-ilmu sosial tersebut memiliki ciri-ciri
(2008:1)
yang sama, sehingga dapat dipadukan
sosial.
manusia
dan
Sumaatmadja
mengemukakan bahwa "Secara mendasar
pengajaran
IPS
berkenaan
dalam mata pelajaran IPS.
dengan
Melalui mata pelajaran IPS tidak
kehidupan manusia yang melibatkan segala
hanya mengembangkan pengetahuan siswa
tingkah laku dan kebutuhannya”. Hal
saja, tetapi keterampilan sosial siswa,
tersebut
sehingga
diperkuat
dengan
pendapat
diharapkan
siswa
dapat
masalah
sosial
Wiyono (dalam Mashudi, 2009: 50) bahwa
menyelesaikan
IPS
yang
dalam hidupnya. Menurut Sumaatmadja
mempelajari kehidupan manusia dalam
(2008: 1.12) IPS tidak hanya membekali
masyarakat atau interaksi antara manusia
siswa dengan pengetahuan sosial saja,
dengan
melainkan
merupakan
bidang
lingkungannya.
studi
Berdasarkan
segala
juga
menjadikan
siswa
beberapa pendapat para ahli tersebut dapat
berketerampilan sosial dan intelektual
disimpulkan bahwa IPS merupakan bidang
sebagai warga negara yang memiliki
ilmu yang mengkaji kehidupan sosial
kepedulian sosial yang bertanggung jawab
manusia berserta lingkungannya untuk
merealisasikan
kepentingan pendidikan.
Sebagaimana
IPS
adalah
oleh
Sapriya
(2009:161) bahwa melalui mata pelajaran
pelajaran yang mempunyai cara pandang
IPS, siswa diarahkan untuk menjadi warga
bersifat terpadu. Hal tersebut dijelaskan
negara
oleh Trianto (2007:124) bahwa “IPS
tanggungjawab, dan menjadi warga dunia
merupakan integrasi dari berbagai cabang
yang cinta damai. Jadi, IPS bertujuan agar
ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah,
siswa
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
keterampilan sosialnya, sehingga menjadi
budaya”. Sebagaimana dengan pendapat
warga negara negara yang baik dan dapat
Hassan (2010) yang menejelaskan bahwa
menyelesaikan masalah sosial yang terjadi
IPS
dalam kehidupannya sehari-hari.
kehidupan
satu
dijelaskan
nasional.
mata
adalah
salah
tujuan
studi
integratif
tentang
manusia
dalam
berbagai
dimensi ruang dan waktu dengan segala
kehidupannya.
Jadi,
IPS
merupakan
program pendidikan yang memadukan
163
yang
berkembang
demokratis,
pengetahuan
ber-
dan
Model Pembelajaran Thinking Globally
masalah mendunia atau masalah yang
Acting Locally
sudah
umum,
kemudian
menanggapi
Pada umumnya seorang guru sering
permasalahan tersebut secara lokal yaitu
mengalami berbagai masalah dalam proses
dengan bertindak berbasis budaya di
pembelajaran di kelas. Untuk mengatasi
daerah sekitar. Menurut Musriati, V.
berbagai masalah tersebut, maka perlu
(2013) berpendapat bahwa masyarakat di
adanya model-model pembelajaran yang
era
dipandang dapat membantu guru dalam
menerapkan kebijakan Thinking Globally
mengatasi
Act
berbagai
masalah
dalam
globalisai
diharapkan
dimana
Locally
di
mampu
satu
pihak
pembelajaran di kelas. Fungsi model
masyarakat
pembelajaran adalah sebagai acuan bagi
perkembangan global dunia dengan segala
perancang pengajar dan para guru dalam
kompleksitas perubahannya dan juga di sisi
melaksanakan
lain masyarakat mampu bertindak sesuai
pembelajaran
di
kelas
mampu
memahami
(Trianto, 2007:2). Sejalan dengan pendapat
dengan
Suprijono, A. (2011: 46) yang mengatakan
majemuk dan mempunyai ciri khasnya
bahwa “Model pembelajaran ialah pola
masing-masing.
yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan
pembelajaran
di
kebutuhan
masyarakat
Berdasarkan
kelas
pendapat
yang
diatas,
model pembelajaran Thinking Globally Act
maupun tutorial”. Berdasarkan beberapa
Locally
pendapat
dapat
pembelajaran yang menghadapkan siswa
disimpulkan bahwa model pembelajaran
pada situasi masalah-masalah global dan
merupakan
suatu
perencanaan
yang
menyelesaikan masalah tersebut secara
digunakan
sebagai
pedoman
dalam
lokal dengan melakukan tindakan berbasis
para
ahli
di
atas,
merupakan
suatu
model
merencanakan pembelajaran di kelas untuk
budaya
mencapai tujuan tertentu.
pembelajaran ini di dalamnya mampu
Istilah
Thinking
Globally
memuat
Act
di
daerah
sekitar.
pendidikan
Model
budaya
sekaligus
pendidikan karakter dengan tetap dapat
Locally pertama kali diperkenalkan oleh
beradaptasi dengan arus globalisasi atau
pemerhati lingkungan hidup pada tahun
lingkungan
1960-an (Musriati, V., 2013). Thinking
pembelajaran
Globally Acting Locally dapat diartikan
luar.
ini
Di
dalam
cukup
luas
model
basis
pendidikannya, antara lain yaitu isu global,
suatu pemikiran yang memandang secara
pendidikan
luas dan menghadapinya secara sederhana.
karakter,
berbasis budaya.
Secara luas disini mengenai masalah164
dan
pendidikan
Selanjutnya,
dalam
proses
membiasakan
pembelajaran tidak lepas dari kegiatan
pembelajaran
yang dilakukan sehingga menarik untuk
Misalnya guru membuat teks lagu yang
diikuti.
berisi materi pembelajaran secara singkat
Langkah-langkah
dalam
mengaitkan
dengan
materi
budaya
sekitar.
pembelajaran haruslah jelas dan mudah
dan
untuk dipahami. Langkah-langkah dalam
dinyanyikan dengan nada lagu daerah; (2)
model pembelajaran
Thinking Globally
Siswa mengamati media pembelajaran dan
Acting Locally terdapat pada kegiatan inti,
sumber belajar lainnya, agar siswa aktif
jenis kegiatan dibagi menjadi 2, yaitu
dalam kegiatan pembelajaran; (3) Guru
kegiatan Thinking Globally dan Acting
memfasilitasi siswa dengan pemberian
Locally.
tugas individu, tugas kelompok, berdiskusi,
Kegiatan
yang
teks
lagu
tersebut
yaitu
dan lain-lain, melalui kegiatan permainan
Thinking Globally dalam kegiatan ini guru
tradisional (permainan di fokuskan untuk
bersama
menjawab
siswa
pertama
nantinya
melakukan
beberapa
pertanyaan,
diskusi,
dan
kegiatan sebagai berikut: (1) Guru bersama
memberikan
siswa melakukan tanya jawab tentang
memfasilitasi siswa dengan pemberian
materi yang dikaitkan dengan isu-isu
tugas yaitu mengaitkan isu-isu global
global;
dengan aktivitasnya dan mengahadapinya
(2)
Siswa
mengamati
media
tugas);
(4).
Guru
pembelajaran dan sumber belajar lainnya
melalui
yang disediakan oleh guru; (3) Guru
memberi kesempatan pada siswa untuk
memfasilitasi terjadinya interaksi antar
berpikir kritis, kreatif, menganalisis, dan
siswa serta antara siswa dengan guru,
menyelesaikan
lingkungan, dan sumber belajar lainnya
diberikan; (6) Guru memfasilitasi siswa
(dalam kegaiatan ini siswa diharapkan
untuk berkompetisi secara sehat agar
kritis
yang
membentuk karakter yang suportif dan
disampaikan); (4) Guru menekankan pada
meningkatkan prestasi belajar siswa; (7)
siswa bahwa isu-isu global yang sedang
Guru
dibicarakan berkaitan dengam materi yang
memberikan tugas individu atau kelompok
dipelajari dan harus ditanggapi oleh siswa.
membuat laporan tentang isu-isu pada
menanggapi
isu
global
pemikiran
sendiri;
masalah
memfasilitasi
(5)
yang
siswa
Guru
telah
dengan
Kegiatan yang kedua yaitu Acting
kegiatan Thinking Globally; (8) Guru
Locally, dalam kegiatan ini guru bersama
memfasilitasi siswa untuk menyajikan
siswa
kegiatan
hasil kerja individual maupun kelompok;
sebagai berikut: (1) Guru memberi arahan
(9) Guru memfasilitasi siswa melakukan
kepada siswa dalam kegiatan belajar untuk
kegiatan
melakukan
beberapa
165
yang
sifatnya
menampilkan
presentasi
hasil;
dan
(10)
Guru
pola pengajaran pada dunia pendidikan.
memfasilitasi siswa melakukan kegiatan
Pengajaran yang bersifat konvensional
yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan
berubah menjadi pengajaran yang berbasis
rasa percaya diri peserta didik.
teknologi seperti komputer dan internet.
Pembentukan Karakter Siswa Sekolah
Selain
Dasar Melalui Pendidikan IPS Model
globalisasi
Pembelajaran Thinking Globally Acting
negatif
Locally
misalnya saja fasilitas internet selain
memberikan
juga
terhadap
dampak
positif,
memberikan
dampak
dunia
pendidikan,
Kualitas Sumber Daya Manusia
sebagai sarana untuk mengakses informasi
(SDM) Indonesia yang cerdas, berkarakter
dengan mudah dan cepat juga dapat
dan berbudaya merupakan kunci sukses
memberikan dampak negatif bagi siswa
dalam
contonya
menghadapi
tantangan
era
mudah
mengakses
situs
globalisasi. Karakter bangsa merupakan
pornografi, rasisme, kejahatan, kekerasan,
salah satu hal yang menentukan kemajuan
dan lain sebagainya. Dampak negatif dari
suatu bangsa, sehingga menjadi aspek
adanya globalisasi tersebut memberikan
penting dari kualitas SDM. Oleh karena
pengaruh buruk terhadap pembentukan
itu, peningkatan kualitas SDM melalui
karakter pada siswa.
pembentukan karakter seharusnya sejak
Berkaitan dengan kondisi karakter
dini sudah mulai ditingkatkan karena
bangsa Indonesia saat ini, maka guru harus
merupakan hal penting untuk menghadapi
meningkatkan
tantangan era globalisasi. Menurut Freud
senantiasa menanamkan nilai-nilai karakter
(dalam Muslich, 2011: 35), “kegagalan
yang baik kepada siswanya. Namun pada
penanaman kepribadian yang baik di usia
kenyataannya
dini
karakter yang baik kepada siswa masih
akan
membentuk
pribadi
yang
bermasalah dimasa dewasanya kelak”.
komitmennya
penanaman
untuk
nilai-nilai
rendah. Hal tersebut di dukung dengan
Fenomena yang saat ini terjadi
pendapat Dewangga (dalam Soetantyo,
bahwa globalisasi sangat berpengaruh
2013) yang mengatakan bahwa pendidikan
terhadap segala aspek kehidupan manusia.
di Indonesia saat ini cenderung lebih
Termasuk dunia pendidikan di Indonesia
mengedepankan
juga
keilmuan
terkena
dampak
akan
adanya
globalisasi, baik dari segi positif maupun
negatif.
Dampak
terhadap
dunia
positif
pendidikan
dan
penguasaan
kecerdasan
aspek
serta
mengabaikan pendidikan karakter.
globalisasi
Pendidikan
contohnya
untuk
adanya kemajuan teknologi yang merubah
mengubah
merupakan
jati
diri
wadah
dan
mengembangkan potensi seseorang kearah
166
yang lebih baik serta berlangsung secara
tidak hanya menyajikan pengetahuan saja,
terus menerus. Melalui pendidikan pula
tetapi
diharapkan dapat meningkatkan kualitas
karakter yang baik bagi siswa, kususnya
Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia
siswa
yang cerdas, berkarakter dan berbudaya
menanamkan nilai karakter pada siswa
sehingga diharapkan mampu menghadapi
semakin melekat pula nilai karakter yang
tantangan era globalisasi. Pendidikan yang
baik hingga mereka dewasa. Oleh karena
berkualitas ditentukan dari pembelajaran di
itu, pendidikan IPS sangat berperan dalam
dalam
yang
membantu pembentukan karakter pada
berkualitas merupakan pembelajaran yang
siswa sejak dini karena dalam pendidikan
mengembangkan segala aspek yaitu aspek
IPS tidak hanya menyajikan materi yang
kognitif,
bersifat pengetahuan saja, tetapi juga
kelas.
Pembelajaran
aspek
afektif,
dan
aspek
psikomotorik.
menanamkan
sekolah
dasar.
nilai-nilai
Semakin
dini
meliputi nilai-nilai karakter yang baik bagi
Pendidikan
pelajaran
harus
yang
IPS
adalah
menyajikan
mata
siswa.
materinya
Selain itu, tujuan dan arah dalam
secara terintegrasi, sehingga dalam materi
pendidikan IPS sama dengan pendidikan
tersebut
nilai-nilai
karakter yang dapat dimaknai pendidikan
IPS sebagai
moral, yakni sama-sama bertujuan agar
dapat
dimasukkan
karakter di dalamnya.
program
hanya
siswa menjadi warga negara yang baik dan
menyajikan pengetahuan sosial saja, tetapi
juga peduli terhadap masalah sosial dan
juga harus membina siswa menjadi warga
lingkungannya,
masyarakat
yang
nasional yang tinggi (Zuchdi, 2008: 5).
jawab
terhadap
Melalui pendidikan karakter dalam proses
dan
negara
memiliki
masyarakat,
pendidikan,
dan
tidak
warga
tanggung
bangsa
negara
pendidikan
serta
IPS
memiliki
dapat
rasa
memberikan
(Sumaatmadja, N., 2007: 1.17). Sedangkan
sumbangsih terhadap pendidikan karakter
menurut Suhardi (dalam Chotimah, 2010)
bangsa
IImu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai
membentuk pribadi anak, supaya menjadi
salah satu mata pelajaran yang harus
warga
mempraktekkan pendidikan budaya dan
keterampilan sosial dan memiliki rasa
karakter
kebangsaan
bangsa
dalam
proses
yakni
negara
diharapkan
yang
yang
baik,
tinggi
mampu
memiliki
dan
ikut
pembelajarannya, sehingga titik beratnya
mempertahankan jati diri bangsa, sehingga
bukan pada teori.
mampu mengantisipasi gejala krisis moral
Dari pendapat beberapa ahli di atas,
yang disebabkan dampak negatif dari arus
dalam pembelajaran IPS seorang guru
globalisasi.
167
Melalui
pembelajaran
penerapan
Thinking
Globally
model
yang bisa ditanamkan dan dikembangkan
Act
pada siswa SD adalah bukan bergaya dan
Locally dalam pendidikan IPS, diharapkan
bertingkah
mampu mengembangkan segi pemikiran,
global sehingga siswa bisa menempatkan
sikap dan juga tindakan siswa yaitu siswa
diri dan bangsa Indonesia setara dengan
mampu berfikir global (thinking globally)
negara-negara di dunia lainnya dengan
dan
tetap memiliki karakter dan budaya bangsa
mampu
bertindak
lokal
(acting
locally). Model pembelajaran Thinking
global,
melainkan
berpikir
Indonesia.
Globally Act Locally di dalamnya memuat
pendidikan budaya sekaligus pendidikan
SIMPULAN
karakter dengan tetap dapat beradaptasi
dengan
arus
globalisasi.
Pembentukan dan pengembangan
Penggunaan
karakter yang kuat pada siswa sangat
model ini dapat divariasikan menggunakan
diperlukan untuk membekali mereka dalam
metode pembelajaran lain sesuai mata
menghadapi tantangan yang berat yaitu
pelajaran dan kondisi siswa. Jadi, dalam
globalisasi.
penerapan
dampak
model
pembelajaran
ini,
Globalisasi
positif
dan
memberikan
negatif
kepada
diharapkan siswa dapat berdaya saing
masyarakat,
global
diakibatkan dari globalisasi merupakan
tanpa
harus
meninggalkan
kebudayaan lokalnya.
Pendidikan
segala
dampak
yang
sesuatu hal yang harus dihadapi bukan
karakter
merupakan
untuk dijauhi.
suatu fondasi bangsa yang sangat penting
Melalui
pendidikan
dapat
dan perlu ditanamkan sejak dini kepada
membangun dan mengembangkan karakter
anak-anak.
Sebagaimana
model
siswa yang baik dalam menghadapi era
pembelajaran
ini
dengan
globalisasi melalui proses pembelajaran di
karakteristik siswa sekolah dasar (SD),
kelas. Pembentukan dan pengembangan
dimana mereka perlu sekali fondasi berupa
karakter kepada anak sebaiknya dilakukan
penenanaman
dan
sejak dini, terutama pada jenjang sekolah
pendidikan budaya agar kelak mereka bisa
dasar. Siswa sekolah dasar berusia antara 6
secara bijak menghadapi arus global
sampai 12 tahun, dalam usia tersebut
dengan mempunyai karakter yang baik dan
sangat baik sekali apabila seorang anak
melestarikan
mendapatkan pondasi karakter yang baik.
nilai
budaya
sesuai
karakter
daerah
mereka
sendiri.
Dengan membentuk dan mengembangkan
Model Thinking Globally Acting
karakter pada anak sejak dini, karakter
Locally ini memberikan konsep bahwa hal
168
yang baik tersebut akan melekat pada
kemudian menanggapi isu-isu tersebut
kepribadian anak dan ia bawa hingga nanti.
disesuaikan dengan budayanya.
Fenomena yang sedang bangsa
DAFTAR RUJUKAN
Astari, A. C. 2015. Disiplin Diri Siswa
Sekolah Dasar (Studi Kasus di SDN
Sisir 03 Batu). Tesis tidak
diterbitkan. Malang: Program Studi
Pendidikan Dasar, Program
Pascasarjana Universitas Negeri
Malang.
Chotimah, U. 2010. Membangun Karakter
Bangsa yang Berbudaya dan
Berkarakter Melalui Penerapan
Model Pembelajaran IPS yang
Inovatif. Makasar: HISPISI
Hassan, S. H. 2010.Pendidikan IPS
(Definisi,Tujuan, SKL, Konten,
Proses dan Asesmen) Panduan.
Yogyakarta: HISPISI
Izzaty, R. E. 2008. Perkembangan Peserta
Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Koesoema, D. 2007. Pendidikan Karakter
Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: PT. Grasindo.
Mashudi, T. 2009. Bahan Ajar Cetak
Strategi Belajar Mengajar IPS.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Muslich, M. 2011. Pendidikan Karakter
Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta : Bumi
Aksara.
Musriati, V. 2013. Think Globally Act
Locally, (Inline),
(https://velanmusriati.wordpress.com
/2013/01/23/think-globally-actlocally-dalam-mengatasi-masalahglobal-perencanaan-wilayah/),
diakses 10 November 2016.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja.
Rosdakarya.
Samani, M & Hariyanto. 2013. Konsep dan
Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Soetantyo, S. P. 2013. Peranan Dongeng
dalam Pembentukan Karakter Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan,
(0nline),
14
(1):
44-51,
Indoensia alami yakni pendidikan karakter
yang masih rendah, untuk itu diperlukan
peran dari sektor pendidikan utamanya
pendidikan
IPS
dalam
mengatasi
permasalahan tersebut. IPS sebagai bidang
studi bertujuan membentuk karakter siswa
yang baik yaitu siswa dapat bertanggung
jawab terhadap kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Selain itu, dalam
penyajian materi pada bidang studi IPS
dapat
diintegrasikankan
dengan
memasukkan nilai-nilai karakter yang baik.
Sehingga diharapkan pendidikan karakter
melalui pendidikan IPS dapat membantu
pembentukan karakter yang baik pada
siswa.
Dalam
pembelajaran
pendidikan
yang
ada
pada
proses
akhirnya
diharapkan terjadi transformasi yang dapat
menumbuhkembangkan karakter positif,
serta mengubah watak dari yang tidak baik
menjadi baik. Melalui pendidikan IPS yang
inovatif
dengan
penerapan
model
pembelajaran Thinking Globally Acting
Localy. Langkah-langkah dalam model
pembelajaran Thinking Globally Acting
Localy sudah memuat pendidikan karakter
dan budaya, sehingga nantinya dengan
penerapan model pembelajaran ini siswa
dapat mengetahui berbagai macam isu-isu
global dikaitkan dengan aktivitasnya dan
169
(jurnal.ut.ac.id/JP/article/view/144),
diakeses 10 November 2016.
Sumaatmadja, N. 2007.Konsep Dasar IPS.
Jakarta: UT.
Sulistyowati, E. 2012. Implementasi
kurikulum pendidikan karakter.
Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
Sumantri, M. & Permana, J. 2001. Strategi
Belajar Mengajar . Bandung: CV
Maulana.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative
Learning. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wibowo, A. 2013. Pendidikan Karakter di
Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan
Karakter. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Zuchdi, D. 2008. Humanisasi Pendidikan:
Menemukan Kembali Pendidikan
yang Manusiawi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
170