this PDF file PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PENDIDIKAN IPS MODEL PEMBELAJARAN THINKING GLOBALLY ACTING LOCALLY | Filisyamala | Karya Ilmiah Dosen 1 PB

PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR
MELALUI PENDIDIKAN IPS MODEL PEMBELAJARAN
THINKING GLOBALLY ACTING LOCALLY
Jihan Filisyamala
STKIP PGRI Trenggalek
Email: jfilisya@gmail.com
Jl. Supriyadi 22 KP 66319 Trenggalek
Abstrak: Pentingnya pembentukan karakter pada tingkat sekolah dasar didasarkan pada
tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Undang-Undang
tersebut mengandung maksud bahwa selain membentuk siswa yang cerdas, pendidikan
juga perlu membentuk siswa yang berkarakter. Seiring dengan usaha mencapai tujuan
pendidikan nasional tersebut perlu penanaman nilai karakter pada siswa sekolah dasar
melalui suatu proses pembelajaran, salah satunya melalui pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang inovatif yaitu dengan menerapkan Model pembelajaran Thinking
Globally Acting Locally yaitu model pembelajaran yang di dalamnya mengajarkan siswa
untuk mampu menghadapi arus globalisasi secara bijak melalui penanaman nilai karakter
dan budaya. Hal ini dikarenakan pendidikan IPS bertujuan untuk menjadikan siswa warga
negara yang baik, diantaranya siswa dapat bijak dalam menghadapi arus global yang saat
ini berkembang sangat pesat. Melalui model pembelajaran Thinking Globally Acting
Locally siswa diajak untuk berfikir secara luas mengenai isu-isu global yang telah terjadi
maupun sedang terjadi dan berusaha menanggapi isu global tersebut dengan cara

bertindak berbasis budaya lokal. Model pembelajaran Thinking Globally Acting Locally
ini memberikan dasar pada siswa sekolah dasar nantinya untuk mampu menempatkan diri
dan bangsa kita setara dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia dengan tetap memiliki
karakter dan budaya bangsa Indonesia.
Kata Kunci: karakter, siswa sekolah dasar, pendidikan IPS, model pembelajaran
thingking globally acting locally.
Abstract: The importance of character building at the primary school level is based on
the national educational objectives in Law no. 20 of 2003. The law contains the intention
that in addition to forming intelligent students, education also needs to form students with
character. Along with the effort to achieve the goal of national education is necessary to
inculcate the value of character in elementary school students through a process of
learning, one of them through an innovative Social Science Education is to apply the
learning model of “Thinking Globally Acting Locally” is a learning model in which
students to be able to face the wise flow of globalization through the inculcation of
character and cultural values. This is because Social Science education aims to make
students good citizens, including students can be wise in the face of global currents that
are currently growing very rapidly. Through the learning model of "Thinking Globally
Acting Locally" students are invited to think broadly about the global issues that have
occurred or are happening and try to respond to global issues by acting on the basis of
local culture.This learning model of Thinking Globally Acting Locally provides a

foundation for elementary school students to be able to position ourselves and our nation
on a par with other nations in the world while maintaining the character and culture of the
Indonesian nation.
Keywords: character, elementary school students, IPS education, “thingking globally acting
locally” learning model

158

diantaranya adalah penyimpangan moral

PENDAHULUAN
Pentingnya pembentukan karakter

seperti: tawuran antar pelajar, perjudian,

yang baik bagi siswa melalui pendidikan

seks bebas, minuman keras, kasus korupsi,

karakter sangat disadari oleh pemerintah


dan baru-baru ini banyak terjadi kasus

Indonesia yang dinyatakan dalam Pasal 3

penggunaan narkoba yang pelakunya dari

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

para

Pendidikan Nasional bahwa pendidikan

masyarakat.

nasional berfungsi membentuk karakter

kalangan

artis


Globalisasi

sebagai

idola

ditandai

dengan

serta peradaban bangsa yang bermartabat

berbaurnya budaya antar bangsa, misalnya

dalam rangka mencerdaskan kehidupan

tatacara hidup yang hampir sama, baik

bangsa, bertujuan untuk mengembangkan


dalam hal pakaian, makanan dan setiap

potensi siswa agar menjadi manusia yang

aspek

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

seperti

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

hilangnya kepribadian asli suatu bangsa.

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Tidak terkecuali, bagi bangsa Indonesia

negara yang demokratis serta bertanggung


yang telah mempunyai budaya lokal

jawab.

sendiri, terpaksa harus menjadikan budaya

kehidupan
ini

manusia.

akan

Fenomena

membawa

dampak


Undang-undang di atas menyatakan

barat sebagai ukuran gaya hidupnya, untuk

bahwa fungsi dan tujuan pendidikan

bisa disebut sebagai masyarakat yang maju

nasional

atau modern.

di

mengembangkan
pendidikan
siswa

yang


Indonesia

selain

kecerdasan

siswa,

nasional

juga

berkarakter

Mudahnya budaya bangsa lain

membentuk
baik

masuk


akibat

dari

arus

globalisasi

dengan

mensyaratkan bahwa generasi muda perlu

memiliki akhlak mulia, bertakwa kepada

dibekali keterampilan menyaring hal-hal

Tuhan Yang Maha Esa, dan menjadi warga

yang


negara yang baik serta bertanggung jawab.

menentukan mana yang baik dan mana

Fenomena yang sekarang terjadi di
Indonesia

adalah

kuatnya

yang

dampak

positif

buruk.


agar

mereka

Kemampuan

dapat

menyaring

tersebut dapat dilakukan dengan cara

globalisasi yang sangat mempengaruhi

membekali

karakter siswa. Disatu sisi, arus globalisasi

karakter,

memberikan berbagai kemudahan bagi

mengetahui mana yang baik dan mana

kehidupan manusia. Namun disisi lain,

yang buruk bagi dirinya sendiri.

arus globalisasi juga memberikan dampak

siswa
sehingga

Karakter

yang sangat merugikan bagi Indonesia,

dengan

bisa

pendidikan

mereka

dibentuk

dapat

dan

diperkuat melalui proses pendidikan dan
159

sekolah diharapkan dapat menjadi tempat

Locally atau berpikir global bertindak

menanamkan nilai-nilai karakter yang baik

Lokal, model pembelajaran ini diharapkan

bagi siswanya. Pentingnya pendidikan

mampu

karakter di sekolah dikarenakan karakter

sekaligus pendidikan karakter dengan tetap

merupakan

dapat menyesuaikan arus globalisasi.

aspek

pembangunan

sebuah

penting

dalam

bangsa

niscaya

memuat

pendidikan

budaya

Karakter

bangsa Indonesia akan menjadi bangsa

Kata “karakter” sudah sering kita

yang tangguh (Sulistyowati, 2012). Siswa

dengar dalam dunia pendidikan. Karakter

sekolah dasar dimana siswanya berusia

dalam dunia pendidikan berkaitan dengan

antara 6 sampai 12 tahun sangat tepat

diberlakukannya pendidikan karakter di

sekali dibekali kerakter yang baik sejak

semua jenjang pendidikan mulai dari

dini, anak harus dapat memahami benar

tingkat

karakter-karakter yang baik agar ketika

menengah atas. Karakter dalam bahasa

dewasa karakter-karakter yang baik itu

Yunani yaitu “Charassian” yang berarti

sudah melekat pada diri mereka.

“to

Jadi,

dalam

mark”

atau

hingga tingkat

menandai

dan

pendidikan

memfokuskan bagaimana menerapkan nilai

diharapkan siswa dapat berdaya saing

kebaikan dalam bentuk tindakan, sehingga

global

meninggalkan

orang tersebut memiliki perilaku yang

Sehingga

sesuai dengan kaidah moral seperti jujur,

namun

bertanggung jawab, adil dan berprilaku

tindakannya tetap lokal. Melalui adanya

baik lainnya sehingga dikatakan orang

proses pendidikan tersebut dibutuhkan pula

tersebut

adanya

orang

tanpa

harus

kebudayaan
pemikiranya

proses

sekolah dasar

lokalnya.
secara

suatu

memberdayakan

global

pembelajaran
pendidikan

yang
karakter

berkarakter

baik.

yang perilakunya

Sebaliknya,
tidak

sesuai

dengan kaidah moral disebut dengan

dalam setiap materi yang diajarkan kepada

berkarakter

siswa di sekolah, sehingga nantinya peserta

menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah

didik akan mendapatkan pendidikan yang

“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi

baik dari segi pemikiran, sikap dan juga

pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

tingkah lakunya. Salah satu hal yang

temperamen, watak”.

berperan dalam mengatasi permasalahan

pandangan Ki Hajar Dewantara (dalam

tersebut adalah melalui proses pendidikan

Wibowo, 2013: 34) yang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang

bahwa karakter itu sebagai budi pekerti

inovatif yaitu melalui penerapan model

atau watak.

pembelajaran Thinking Globally Acting
160

jelek.

Pengertian

karakter

Sejalan dengan
memandang

Karakter berasal dari nilai pada

Siswa Sekolah Dasar

perilaku seseorang. Karakter dapat dilihat

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

dari sudut perubahan tingkah laku dari

Sekolah Dasar (SD) merupakan

hasil pengalaman atau belajar, karakter

suatu institusi pendidikan dasar yang

juga merupakan sesuatu yang dimiliki

menyelenggarakan

individu sejak lahir, sehingga karakter

pendidikan bagi siswa beusia antara 6

dianggap

kepribadian

samapai 12 tahun. Hal tersebut tertuang

(Koesoema, 2007: 80). Sedangkan Suyanto

dalam PP (Peraturan Pemerintah) tentang

(dalam Zubaedi, 2011: 11) menyatakan

Pendidikan Dasar Bab VIII Pasal 15 ayat 1

bahwa karakter adalah cara berpikir dan

yang

berperilaku yang menjadi karakteristik atau

diterima sebagai siswa Sekolah Dasar

ciri khas seseorang untuk hidup dan

seseorang

bekerjasama,

kurangnya enam tahun.

sama

dengan

baik

dalam

lingkungan

dengan

pendapat

Samani

harus

bahwa

berusia

aktivitas

agar

dapat

sekurang-

Karakteristik siswa adalah segala

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sejalan

menyatakan

berbagai

tingkah laku, sikap dan kemampuan yang

&

Hariyanto (2013: 43) bahwa karakter

dimiliki

dipengaruhi

maupun

lingkungan sosialnya. Menurut Basset dkk

pengaruh lingkungan, yang diwujudkan

(dalam Sumantri & Permana, 2001: 11),

dengan

dalam

karaktersitik siswa sekolah dasar secara

kehidupan sehari-hari, sehingga karakter

umum adalah sebagai berikut: (1) memiliki

dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang

rasa keingintahuan yang kuat dan tertarik

membangun pribadis eseorang.

pada dunia sekitar yang mengelilingi diri

factor

prilaku

hereditas

dan

sikapnya

siswa

sebagai

hasil

dari

pengertian

mereka sendiri; (2) senang bermain dan

karakter yang telah dipaparkan oleh para

bergembira riang; (3) suka mengatur diri

ahli di atas, karakter merupakan nilai-nilai

untuk

yang terwujud dalam sikap dan perilaku

bergetarnya perasaan dan terdorong untuk

yang berkaitan dengan lingkungan sekitar

berprestasi sebagaimana mereka tidak suka

berdasarkan dengan norma yang ada dalam

mengalami ketidakpuasan dan menolak

masyarakat. Karakter juga dianggap sama

kegagaan-kegagalan; (5) belajar secara

dengan

kepribadian

efektif ketika merasa puas dengan situasi

merupakan karakteristik atau sifat khas

yang terjadi; dan (6) belajar dengan cara

dari diri seseorang yang bersumber dari

bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan

factor keturunan maupun lingkungan.

mengajar anak-anak lainnya.

Berkaitan

dengan

kepribadian,

161

menangani

berbagai

hal;

(4)

Hal

tersebut

didukung

oleh

tahap dari seluruh perkembangannya dan

pendapat Kurnia (dalam Astari, 2013)

tugas-tugas perkembangan tersebut harus

bahwa siswa sekolah dasar memiliki enam

dikuasai oleh siswa. Antara siswa yang

karakteristik yaitu: (1) usia bermain; (2)

satu dengan siswa yang lain mempunyai

usia bertengkar; (3) usia berkreatif; (4) usia

kecepatan

berkelompok; (5) usia dalam dorongan

masing.

berprestasi; dan (6) usia tidak rapi.

perkembangannya

masing-

Usia anak SD yakni berusia 6

Pada masa usia sekolah dasar siswa

sampai 12 tahun dapat dikatakan pada usia

sudah masuk dalam masa intelektual, masa

memasuki perkembangan masa kanak-

dimana siswa lebih mudah dididik dari

kanak akhir. Izzaty, R. E. (2008: 103)

pada masa sebelumnya yakni masa pra-

menjelaskan tugas-tugas perkembangan

sekolah, dimana masa pra-sekolah tekanan

pada masa kanak-kanak akhir yaitu usia 7

belajar lebih difokuskan pada kegiatan

tahun

bermain.

perkembangannya

sampai

12
adalah

tahun,

tugas

(1)

belajar

Setiap siswa memiliki karakteristik

ketrampilan fisik yang diperlukan untuk

yang berbeda-beda antara satu dengan

bermain; (2) belajar bergaul dengan teman

yang

sebaya;

lainnya.

Untuk

itu

diharapkan

(3)

mengembangkan

sikap

sebelum memulai pelaksanaan kegiatan

terhadap kelompok sosial dan lembaga; (4)

pembelajaran, seorang guru harus dapat

mulai mengembangkan peran sosial pria

mengenal dan memahami karakteristik

atau

masing-masing siswanya. Pembelajaran

keterampilan-keterampilan

akan berjalan dengan baik dan tepat

membaca, menulis dan berhitung; (6)

apabila

mengembangkan

gurunya

bisa

memahami

wanita;

(5)

mengembangkan
dasar

untuk

pengertian-pengertian

karakteristik masing-masing siswa. Selain

yang diperlukan untuk kehidupan sehari-

itu, guru juga harus kreatif dan inovatif

hari; (7) mengembangkan kata batin, moral

dalam

dan skala sikap; (8) sebagai makhluk yang

merancang

kegiatan

dan

melaksanakan

pembelajaran

bisa

sedang tumbuh, mengembangkan sikap;

menumbuhkan rasa senang dan tidak bosan

dan (9) mencapai kebebasan pribadi. Siswa

dalam

SD merupakan anak dengan katagori

diri

siswa

agar

pada

saat

proses

pembelajaran berlangsung.

dimana masa yang banyak mengalami

Tugas Perkembangan Siswa Sekolah

perubahan yang sangat drastis mental

Dasar

maupun fisik.
Siswa

sekolah

dasar

memiliki

tugas-tugas perkembangan pada setiap
162

ilmu-ilmu sosial dan humaniora seperti

Pendidikan IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

sosiologi,

sejarah,

geografi,

ekonomi,

adalah suatu program pendidikan yang

politik, hukum, dan budaya, dikarenakan

mempelajari

kehidupan

ilmu-ilmu sosial tersebut memiliki ciri-ciri

(2008:1)

yang sama, sehingga dapat dipadukan

sosial.

manusia

dan

Sumaatmadja

mengemukakan bahwa "Secara mendasar
pengajaran

IPS

berkenaan

dalam mata pelajaran IPS.

dengan

Melalui mata pelajaran IPS tidak

kehidupan manusia yang melibatkan segala

hanya mengembangkan pengetahuan siswa

tingkah laku dan kebutuhannya”. Hal

saja, tetapi keterampilan sosial siswa,

tersebut

sehingga

diperkuat

dengan

pendapat

diharapkan

siswa

dapat

masalah

sosial

Wiyono (dalam Mashudi, 2009: 50) bahwa

menyelesaikan

IPS

yang

dalam hidupnya. Menurut Sumaatmadja

mempelajari kehidupan manusia dalam

(2008: 1.12) IPS tidak hanya membekali

masyarakat atau interaksi antara manusia

siswa dengan pengetahuan sosial saja,

dengan

melainkan

merupakan

bidang

lingkungannya.

studi

Berdasarkan

segala

juga

menjadikan

siswa

beberapa pendapat para ahli tersebut dapat

berketerampilan sosial dan intelektual

disimpulkan bahwa IPS merupakan bidang

sebagai warga negara yang memiliki

ilmu yang mengkaji kehidupan sosial

kepedulian sosial yang bertanggung jawab

manusia berserta lingkungannya untuk

merealisasikan

kepentingan pendidikan.

Sebagaimana

IPS

adalah

oleh

Sapriya

(2009:161) bahwa melalui mata pelajaran

pelajaran yang mempunyai cara pandang

IPS, siswa diarahkan untuk menjadi warga

bersifat terpadu. Hal tersebut dijelaskan

negara

oleh Trianto (2007:124) bahwa “IPS

tanggungjawab, dan menjadi warga dunia

merupakan integrasi dari berbagai cabang

yang cinta damai. Jadi, IPS bertujuan agar

ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah,

siswa

geografi, ekonomi, politik, hukum, dan

keterampilan sosialnya, sehingga menjadi

budaya”. Sebagaimana dengan pendapat

warga negara negara yang baik dan dapat

Hassan (2010) yang menejelaskan bahwa

menyelesaikan masalah sosial yang terjadi

IPS

dalam kehidupannya sehari-hari.

kehidupan

satu

dijelaskan

nasional.

mata

adalah

salah

tujuan

studi

integratif

tentang

manusia

dalam

berbagai

dimensi ruang dan waktu dengan segala
kehidupannya.

Jadi,

IPS

merupakan

program pendidikan yang memadukan
163

yang

berkembang

demokratis,

pengetahuan

ber-

dan

Model Pembelajaran Thinking Globally

masalah mendunia atau masalah yang

Acting Locally

sudah

umum,

kemudian

menanggapi

Pada umumnya seorang guru sering

permasalahan tersebut secara lokal yaitu

mengalami berbagai masalah dalam proses

dengan bertindak berbasis budaya di

pembelajaran di kelas. Untuk mengatasi

daerah sekitar. Menurut Musriati, V.

berbagai masalah tersebut, maka perlu

(2013) berpendapat bahwa masyarakat di

adanya model-model pembelajaran yang

era

dipandang dapat membantu guru dalam

menerapkan kebijakan Thinking Globally

mengatasi

Act

berbagai

masalah

dalam

globalisai

diharapkan

dimana

Locally

di

mampu

satu

pihak

pembelajaran di kelas. Fungsi model

masyarakat

pembelajaran adalah sebagai acuan bagi

perkembangan global dunia dengan segala

perancang pengajar dan para guru dalam

kompleksitas perubahannya dan juga di sisi

melaksanakan

lain masyarakat mampu bertindak sesuai

pembelajaran

di

kelas

mampu

memahami

(Trianto, 2007:2). Sejalan dengan pendapat

dengan

Suprijono, A. (2011: 46) yang mengatakan

majemuk dan mempunyai ciri khasnya

bahwa “Model pembelajaran ialah pola

masing-masing.

yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan

pembelajaran

di

kebutuhan

masyarakat

Berdasarkan

kelas

pendapat

yang

diatas,

model pembelajaran Thinking Globally Act

maupun tutorial”. Berdasarkan beberapa

Locally

pendapat

dapat

pembelajaran yang menghadapkan siswa

disimpulkan bahwa model pembelajaran

pada situasi masalah-masalah global dan

merupakan

suatu

perencanaan

yang

menyelesaikan masalah tersebut secara

digunakan

sebagai

pedoman

dalam

lokal dengan melakukan tindakan berbasis

para

ahli

di

atas,

merupakan

suatu

model

merencanakan pembelajaran di kelas untuk

budaya

mencapai tujuan tertentu.

pembelajaran ini di dalamnya mampu

Istilah

Thinking

Globally

memuat

Act

di

daerah

sekitar.

pendidikan

Model

budaya

sekaligus

pendidikan karakter dengan tetap dapat

Locally pertama kali diperkenalkan oleh

beradaptasi dengan arus globalisasi atau

pemerhati lingkungan hidup pada tahun

lingkungan

1960-an (Musriati, V., 2013). Thinking

pembelajaran

Globally Acting Locally dapat diartikan

luar.
ini

Di

dalam

cukup

luas

model
basis

pendidikannya, antara lain yaitu isu global,

suatu pemikiran yang memandang secara

pendidikan

luas dan menghadapinya secara sederhana.

karakter,

berbasis budaya.

Secara luas disini mengenai masalah164

dan

pendidikan

Selanjutnya,

dalam

proses

membiasakan

pembelajaran tidak lepas dari kegiatan

pembelajaran

yang dilakukan sehingga menarik untuk

Misalnya guru membuat teks lagu yang

diikuti.

berisi materi pembelajaran secara singkat

Langkah-langkah

dalam

mengaitkan
dengan

materi

budaya

sekitar.

pembelajaran haruslah jelas dan mudah

dan

untuk dipahami. Langkah-langkah dalam

dinyanyikan dengan nada lagu daerah; (2)

model pembelajaran

Thinking Globally

Siswa mengamati media pembelajaran dan

Acting Locally terdapat pada kegiatan inti,

sumber belajar lainnya, agar siswa aktif

jenis kegiatan dibagi menjadi 2, yaitu

dalam kegiatan pembelajaran; (3) Guru

kegiatan Thinking Globally dan Acting

memfasilitasi siswa dengan pemberian

Locally.

tugas individu, tugas kelompok, berdiskusi,

Kegiatan

yang

teks

lagu

tersebut

yaitu

dan lain-lain, melalui kegiatan permainan

Thinking Globally dalam kegiatan ini guru

tradisional (permainan di fokuskan untuk

bersama

menjawab

siswa

pertama

nantinya

melakukan

beberapa

pertanyaan,

diskusi,

dan

kegiatan sebagai berikut: (1) Guru bersama

memberikan

siswa melakukan tanya jawab tentang

memfasilitasi siswa dengan pemberian

materi yang dikaitkan dengan isu-isu

tugas yaitu mengaitkan isu-isu global

global;

dengan aktivitasnya dan mengahadapinya

(2)

Siswa

mengamati

media

tugas);

(4).

Guru

pembelajaran dan sumber belajar lainnya

melalui

yang disediakan oleh guru; (3) Guru

memberi kesempatan pada siswa untuk

memfasilitasi terjadinya interaksi antar

berpikir kritis, kreatif, menganalisis, dan

siswa serta antara siswa dengan guru,

menyelesaikan

lingkungan, dan sumber belajar lainnya

diberikan; (6) Guru memfasilitasi siswa

(dalam kegaiatan ini siswa diharapkan

untuk berkompetisi secara sehat agar

kritis

yang

membentuk karakter yang suportif dan

disampaikan); (4) Guru menekankan pada

meningkatkan prestasi belajar siswa; (7)

siswa bahwa isu-isu global yang sedang

Guru

dibicarakan berkaitan dengam materi yang

memberikan tugas individu atau kelompok

dipelajari dan harus ditanggapi oleh siswa.

membuat laporan tentang isu-isu pada

menanggapi

isu

global

pemikiran

sendiri;

masalah

memfasilitasi

(5)

yang

siswa

Guru

telah

dengan

Kegiatan yang kedua yaitu Acting

kegiatan Thinking Globally; (8) Guru

Locally, dalam kegiatan ini guru bersama

memfasilitasi siswa untuk menyajikan

siswa

kegiatan

hasil kerja individual maupun kelompok;

sebagai berikut: (1) Guru memberi arahan

(9) Guru memfasilitasi siswa melakukan

kepada siswa dalam kegiatan belajar untuk

kegiatan

melakukan

beberapa

165

yang

sifatnya

menampilkan

presentasi

hasil;

dan

(10)

Guru

pola pengajaran pada dunia pendidikan.

memfasilitasi siswa melakukan kegiatan

Pengajaran yang bersifat konvensional

yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan

berubah menjadi pengajaran yang berbasis

rasa percaya diri peserta didik.

teknologi seperti komputer dan internet.

Pembentukan Karakter Siswa Sekolah

Selain

Dasar Melalui Pendidikan IPS Model

globalisasi

Pembelajaran Thinking Globally Acting

negatif

Locally

misalnya saja fasilitas internet selain

memberikan
juga

terhadap

dampak

positif,

memberikan

dampak

dunia

pendidikan,

Kualitas Sumber Daya Manusia

sebagai sarana untuk mengakses informasi

(SDM) Indonesia yang cerdas, berkarakter

dengan mudah dan cepat juga dapat

dan berbudaya merupakan kunci sukses

memberikan dampak negatif bagi siswa

dalam

contonya

menghadapi

tantangan

era

mudah

mengakses

situs

globalisasi. Karakter bangsa merupakan

pornografi, rasisme, kejahatan, kekerasan,

salah satu hal yang menentukan kemajuan

dan lain sebagainya. Dampak negatif dari

suatu bangsa, sehingga menjadi aspek

adanya globalisasi tersebut memberikan

penting dari kualitas SDM. Oleh karena

pengaruh buruk terhadap pembentukan

itu, peningkatan kualitas SDM melalui

karakter pada siswa.

pembentukan karakter seharusnya sejak

Berkaitan dengan kondisi karakter

dini sudah mulai ditingkatkan karena

bangsa Indonesia saat ini, maka guru harus

merupakan hal penting untuk menghadapi

meningkatkan

tantangan era globalisasi. Menurut Freud

senantiasa menanamkan nilai-nilai karakter

(dalam Muslich, 2011: 35), “kegagalan

yang baik kepada siswanya. Namun pada

penanaman kepribadian yang baik di usia

kenyataannya

dini

karakter yang baik kepada siswa masih

akan

membentuk

pribadi

yang

bermasalah dimasa dewasanya kelak”.

komitmennya

penanaman

untuk

nilai-nilai

rendah. Hal tersebut di dukung dengan

Fenomena yang saat ini terjadi

pendapat Dewangga (dalam Soetantyo,

bahwa globalisasi sangat berpengaruh

2013) yang mengatakan bahwa pendidikan

terhadap segala aspek kehidupan manusia.

di Indonesia saat ini cenderung lebih

Termasuk dunia pendidikan di Indonesia

mengedepankan

juga

keilmuan

terkena

dampak

akan

adanya

globalisasi, baik dari segi positif maupun
negatif.

Dampak

terhadap

dunia

positif

pendidikan

dan

penguasaan
kecerdasan

aspek
serta

mengabaikan pendidikan karakter.

globalisasi

Pendidikan

contohnya

untuk

adanya kemajuan teknologi yang merubah

mengubah

merupakan
jati

diri

wadah
dan

mengembangkan potensi seseorang kearah
166

yang lebih baik serta berlangsung secara

tidak hanya menyajikan pengetahuan saja,

terus menerus. Melalui pendidikan pula

tetapi

diharapkan dapat meningkatkan kualitas

karakter yang baik bagi siswa, kususnya

Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia

siswa

yang cerdas, berkarakter dan berbudaya

menanamkan nilai karakter pada siswa

sehingga diharapkan mampu menghadapi

semakin melekat pula nilai karakter yang

tantangan era globalisasi. Pendidikan yang

baik hingga mereka dewasa. Oleh karena

berkualitas ditentukan dari pembelajaran di

itu, pendidikan IPS sangat berperan dalam

dalam

yang

membantu pembentukan karakter pada

berkualitas merupakan pembelajaran yang

siswa sejak dini karena dalam pendidikan

mengembangkan segala aspek yaitu aspek

IPS tidak hanya menyajikan materi yang

kognitif,

bersifat pengetahuan saja, tetapi juga

kelas.

Pembelajaran

aspek

afektif,

dan

aspek

psikomotorik.

menanamkan

sekolah

dasar.

nilai-nilai

Semakin

dini

meliputi nilai-nilai karakter yang baik bagi

Pendidikan
pelajaran

harus

yang

IPS

adalah

menyajikan

mata

siswa.

materinya

Selain itu, tujuan dan arah dalam

secara terintegrasi, sehingga dalam materi

pendidikan IPS sama dengan pendidikan

tersebut

nilai-nilai

karakter yang dapat dimaknai pendidikan

IPS sebagai

moral, yakni sama-sama bertujuan agar

dapat

dimasukkan

karakter di dalamnya.
program

hanya

siswa menjadi warga negara yang baik dan

menyajikan pengetahuan sosial saja, tetapi

juga peduli terhadap masalah sosial dan

juga harus membina siswa menjadi warga

lingkungannya,

masyarakat

yang

nasional yang tinggi (Zuchdi, 2008: 5).

jawab

terhadap

Melalui pendidikan karakter dalam proses

dan

negara

memiliki
masyarakat,

pendidikan,

dan

tidak

warga

tanggung
bangsa

negara

pendidikan

serta

IPS

memiliki

dapat

rasa

memberikan

(Sumaatmadja, N., 2007: 1.17). Sedangkan

sumbangsih terhadap pendidikan karakter

menurut Suhardi (dalam Chotimah, 2010)

bangsa

IImu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai

membentuk pribadi anak, supaya menjadi

salah satu mata pelajaran yang harus

warga

mempraktekkan pendidikan budaya dan

keterampilan sosial dan memiliki rasa

karakter

kebangsaan

bangsa

dalam

proses

yakni

negara

diharapkan

yang

yang

baik,

tinggi

mampu

memiliki

dan

ikut

pembelajarannya, sehingga titik beratnya

mempertahankan jati diri bangsa, sehingga

bukan pada teori.

mampu mengantisipasi gejala krisis moral

Dari pendapat beberapa ahli di atas,

yang disebabkan dampak negatif dari arus

dalam pembelajaran IPS seorang guru

globalisasi.
167

Melalui
pembelajaran

penerapan
Thinking

Globally

model

yang bisa ditanamkan dan dikembangkan

Act

pada siswa SD adalah bukan bergaya dan

Locally dalam pendidikan IPS, diharapkan

bertingkah

mampu mengembangkan segi pemikiran,

global sehingga siswa bisa menempatkan

sikap dan juga tindakan siswa yaitu siswa

diri dan bangsa Indonesia setara dengan

mampu berfikir global (thinking globally)

negara-negara di dunia lainnya dengan

dan

tetap memiliki karakter dan budaya bangsa

mampu

bertindak

lokal

(acting

locally). Model pembelajaran Thinking

global,

melainkan

berpikir

Indonesia.

Globally Act Locally di dalamnya memuat

pendidikan budaya sekaligus pendidikan

SIMPULAN

karakter dengan tetap dapat beradaptasi
dengan

arus

globalisasi.

Pembentukan dan pengembangan

Penggunaan

karakter yang kuat pada siswa sangat

model ini dapat divariasikan menggunakan

diperlukan untuk membekali mereka dalam

metode pembelajaran lain sesuai mata

menghadapi tantangan yang berat yaitu

pelajaran dan kondisi siswa. Jadi, dalam

globalisasi.

penerapan

dampak

model

pembelajaran

ini,

Globalisasi

positif

dan

memberikan

negatif

kepada

diharapkan siswa dapat berdaya saing

masyarakat,

global

diakibatkan dari globalisasi merupakan

tanpa

harus

meninggalkan

kebudayaan lokalnya.
Pendidikan

segala

dampak

yang

sesuatu hal yang harus dihadapi bukan

karakter

merupakan

untuk dijauhi.

suatu fondasi bangsa yang sangat penting

Melalui

pendidikan

dapat

dan perlu ditanamkan sejak dini kepada

membangun dan mengembangkan karakter

anak-anak.

Sebagaimana

model

siswa yang baik dalam menghadapi era

pembelajaran

ini

dengan

globalisasi melalui proses pembelajaran di

karakteristik siswa sekolah dasar (SD),

kelas. Pembentukan dan pengembangan

dimana mereka perlu sekali fondasi berupa

karakter kepada anak sebaiknya dilakukan

penenanaman

dan

sejak dini, terutama pada jenjang sekolah

pendidikan budaya agar kelak mereka bisa

dasar. Siswa sekolah dasar berusia antara 6

secara bijak menghadapi arus global

sampai 12 tahun, dalam usia tersebut

dengan mempunyai karakter yang baik dan

sangat baik sekali apabila seorang anak

melestarikan

mendapatkan pondasi karakter yang baik.

nilai

budaya

sesuai

karakter

daerah

mereka

sendiri.

Dengan membentuk dan mengembangkan
Model Thinking Globally Acting

karakter pada anak sejak dini, karakter

Locally ini memberikan konsep bahwa hal

168

yang baik tersebut akan melekat pada

kemudian menanggapi isu-isu tersebut

kepribadian anak dan ia bawa hingga nanti.

disesuaikan dengan budayanya.

Fenomena yang sedang bangsa

DAFTAR RUJUKAN
Astari, A. C. 2015. Disiplin Diri Siswa
Sekolah Dasar (Studi Kasus di SDN
Sisir 03 Batu). Tesis tidak
diterbitkan. Malang: Program Studi
Pendidikan Dasar, Program
Pascasarjana Universitas Negeri
Malang.
Chotimah, U. 2010. Membangun Karakter
Bangsa yang Berbudaya dan
Berkarakter Melalui Penerapan
Model Pembelajaran IPS yang
Inovatif. Makasar: HISPISI
Hassan, S. H. 2010.Pendidikan IPS
(Definisi,Tujuan, SKL, Konten,
Proses dan Asesmen) Panduan.
Yogyakarta: HISPISI
Izzaty, R. E. 2008. Perkembangan Peserta
Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Koesoema, D. 2007. Pendidikan Karakter
Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: PT. Grasindo.
Mashudi, T. 2009. Bahan Ajar Cetak
Strategi Belajar Mengajar IPS.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Muslich, M. 2011. Pendidikan Karakter
Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta : Bumi
Aksara.
Musriati, V. 2013. Think Globally Act
Locally, (Inline),
(https://velanmusriati.wordpress.com
/2013/01/23/think-globally-actlocally-dalam-mengatasi-masalahglobal-perencanaan-wilayah/),
diakses 10 November 2016.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja.
Rosdakarya.
Samani, M & Hariyanto. 2013. Konsep dan
Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Soetantyo, S. P. 2013. Peranan Dongeng
dalam Pembentukan Karakter Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan,
(0nline),
14
(1):
44-51,

Indoensia alami yakni pendidikan karakter
yang masih rendah, untuk itu diperlukan
peran dari sektor pendidikan utamanya
pendidikan

IPS

dalam

mengatasi

permasalahan tersebut. IPS sebagai bidang
studi bertujuan membentuk karakter siswa
yang baik yaitu siswa dapat bertanggung
jawab terhadap kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Selain itu, dalam
penyajian materi pada bidang studi IPS
dapat

diintegrasikankan

dengan

memasukkan nilai-nilai karakter yang baik.
Sehingga diharapkan pendidikan karakter
melalui pendidikan IPS dapat membantu
pembentukan karakter yang baik pada
siswa.
Dalam
pembelajaran

pendidikan
yang

ada

pada

proses
akhirnya

diharapkan terjadi transformasi yang dapat
menumbuhkembangkan karakter positif,
serta mengubah watak dari yang tidak baik
menjadi baik. Melalui pendidikan IPS yang
inovatif

dengan

penerapan

model

pembelajaran Thinking Globally Acting
Localy. Langkah-langkah dalam model

pembelajaran Thinking Globally Acting
Localy sudah memuat pendidikan karakter

dan budaya, sehingga nantinya dengan
penerapan model pembelajaran ini siswa
dapat mengetahui berbagai macam isu-isu
global dikaitkan dengan aktivitasnya dan
169

(jurnal.ut.ac.id/JP/article/view/144),
diakeses 10 November 2016.
Sumaatmadja, N. 2007.Konsep Dasar IPS.
Jakarta: UT.
Sulistyowati, E. 2012. Implementasi
kurikulum pendidikan karakter.
Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
Sumantri, M. & Permana, J. 2001. Strategi
Belajar Mengajar . Bandung: CV
Maulana.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative
Learning. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wibowo, A. 2013. Pendidikan Karakter di
Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan
Karakter. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Zuchdi, D. 2008. Humanisasi Pendidikan:
Menemukan Kembali Pendidikan
yang Manusiawi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.

170