Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata Kulia

Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Proyek Pengembangan Perangkat Lunak

Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata Kuliah
Proyek Pengembangan Perangkat Lunak
Indra Kharisma
Program Studi Sistem Informasi
Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo, Surabaya – 60115, Indonesia
[email protected]
Abstract— Tujuan dari makalah ini adalah memberikan
alternatif bagi pendidik untuk menilai hasil kerja
mahasiswanya pada mata kuliah proyek pengembangan
perangkat lunak atau yang sejenis. Selama ini
kebanyakan penilaian pada proyek Pengembangan
perangkat lunak hanya berdasarkan pada artifak yang
dihasilkan (misalnya use case, rancangan basis data,
produk perangkat lunak) tanpa memperhitungkan
proses yang dilakukan.
Dengan
mengadopsi
metodologi

agile
dalam
pengembangan perangkat lunak yang mewajibkan
mahasiswa melakukan stand ups yaitu menceritakan apa
yang telah ia kerjakan, apa yang hendak ia kerjakan dan
hambatan yang ia hadapi. Selain itu mahasiswa
mengunakan
version
control
untuk
sarana
mendistribusikan serta melacak perubahan terhadap
hasil kerja, selain itu bisa juga digunakan untuk melihat
keaktifan mahasiswa mengerjakan proyek perangkat
lunak.
Proses yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
pengembangan perangkat lunak dapat dilacak serta
dapat digunakan sebagai acuan untuk elemen penilaian.
Dengan mengetahui detail proses yang dilakukan
mahasiswa dapat dipetakan beban kerja tiap anggota

kelompok serta efektifitas kerja dalam kelompok
tersebut.
Keywords— Proyek Pengembangan Perangkat Lunak,
Agile methodology, Stand Ups, Version Control

I. PENDAHULUAN
Mata kuliah proyek pembuatan perangkat lunak
menuntut mahasiswa mampu membuat sistem
informasi secara berkelompok mengunakan prinsip
software development life cycle (SDLC), mahasiswa
dituntut untuk bisa mengelola pembagian tugas
masing-masing anggota kelompoknya sehingga
menghasilkan produk perangkat lunak yang siap
dipakai [1]. Mata kuliah proyek pembuatan perangkat
lunak pada tiap jurusan/program studi terkadang
memilik nama-nama yang berbeda, misalnya disebut
mata kuliah proyek sistem informasi, pengembangan

perangkat lunak, pengembangan sistem informasi atau
mata kuliah sejenis.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana
menakar usaha tiap anggota kelompok tersebut dalam
menjalankan tugasnya, selama ini penilaian kelompok
cenderung menyama-ratakan nilai untuk semua
anggota kelompok berdasarkan hasil akhir kelompok,
pengunaan metode ini berdampak pada kurang
meratanya beban kerja yang dilakukan oleh anggota
kelompok dan memungkinkan beban kerja kelompok
hanya didominasi oleh beberapa mahasiswa saja dalam
kelompok tersebut.
Selain itu terkadang dosen
pembina mempunyai persepsi bahwa mahasiswa
tertentu mempunyai kontribusi yang besar dalam
kelompok berdasarkan penampilan presentasi atau sesi
sejenis yang diadakan pada saat perkuliahan, padahal
belum tentu persepsi dosen pembina tersebut sesuai
dengan fakta dilapangan, karena memang proses
pembuatan perangkat lunak tidak bisa secara utuh
didampingi oleh dosen pembina.
Metode penilaian yang sering digunakan dalam

mata kuliah proyek perangkat lunak adalah
mengunakan metode black-box, yaitu hanya
berdasarkan pada hasil akhir saja berdasarkan artifak
yang dihasilkan, misalnya use case, rancangan basis
data, produk perangkat lunak, serta dokumentasi. Jika
penilaian mengunakan metode black-box ini, maka
usaha mahasiswa hanya bisa dilihat berdasarkan usaha
kelompok, sedangkan usaha individu tiap anggota
kelompok akan sulit untuk diukur. Untuk bisa
mengukur usaha tiap mahasiswa dalam kelompok
maka penilaian harus masuk melihat proses pembuatan
perangkat lunak, diperlukan mekanisme untuk
mengukur proses penilaian dengan metode white-box.
Makalah ini mencoba menawarkan cara mengukur
usaha
mahasiswa
dalam
kelompok
untuk
mengembangkan perangkat lunak, yaitu dengan

memperhitungkan proses yang dilalui oleh mahasiswa
dalam mengembangkan perangkat lunak. makalah ini
mengusulkan 2 cara untuk mengukur usaha mahasiswa,
yaitu dengan memanfaatkan version control serta
mewajibkan mahasiswa melakukan stand-up.

Indra Kharisma, “Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Proyek Pengembangan Perangkat Lunak”,
Proceedings of Seminar Nasional Ilmu Komputer Universitas Diponegoro. Semarang , 15 September 2012.

Indra Kharisma

Biasanya version control digunakan dalam ruang
kelas untuk melakukan kolaborasi dalam kelompok [2]
[3]. Version control mampu mencatat sejarah hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh mahasiswa, selain itu
juga memudahkan mahasiswa untuk berkolaborasi
dengan anggota kelompoknya. Sedangkan stand-up
mampu mencatat klaim mahasiswa tentang pekerjaan
apa yang ia kerjakan, hambatan yang ia temui serta
rencana pekerjaan yang hendak ia lakukan [4]. Standup juga merupakan bentuk log pekerjaan yang telah

dilakukan oleh mahasiswa.
Makalah ini bertujuan memberikan alternatif bagi
pendidik untuk menilai hasil kerja mahasiswanya pada
mata kuliah proyek pengembangan perangkat lunak
atau yang sejenis. Penilaian tidak hanya dilakukan
berdasarkan hasil akhir dari artifak namun juga
berdasarkan proses, sehingga penilaian yang dilakukan
lebih adil.
II. PENILAIAN MATA KULIAH PROYEK PENGEMBANGAN
PERANGKAT LUNAK

Ada
beberapa
metode
penilaian
proyek
pengembangan perangkat lunak yang selama ini sering
digunakan oleh dosen pengajar mata kuliah proyek
pengembangan perangkat lunak, yaitu :
A. Berdasarkan Hanya pada Produk Akhir

Cara ini merupakan cara yang paling sederhana dan
tidak membutuhkan usaha lebih bagi dosen sebagai
evaluator, dosen hanya perlu mengadakan sesi
presentasi akhir bagi kelompok mahasiswa untuk
menunjukkan hasil karya mereka.
Dengan
metode
ini,
penilaian
biasanya
memperhitungkan faktor fungsionalitas perangkat
lunak, error handling dan user interface. Dosen juga
bisa bertanya kepada kelompok mahasiswa yang
melakukan presentasi bagaimana mereka mengelola
proses SDLC.
Keuntungan metode ini adalah kemudahan bagi
dosen untuk menentukan nilai mahasiswa. Kelemahan
metode ini adalah tidak memperhitungkan proses yang
dilakukan oleh mahasiswa, sehingga dalam kelompok
tersebut tidak teridentifikasi mahasiswa mana yang

mempunyai usaha yang besar dan mana yang tidak,
selain itu juga tidak bisa diverifikasi pembagian tugas
dalam kelompok tersebut.
B. Memperhitungkan Proses berdasarkan Presentasi
Selain melihat produk hasil akhir, metode ini juga
mengadakan sesi pertemuan untuk melihat sejauh
mana perkembangan pembuatan perangkat lunak. Pada
sesi tersebut mahasiswa ditanya tentang perkembangan
perangkat lunak yang sedang dibuat serta kontribusi
yang dihasilkan oleh tiap-tiap anggota kelompoknya.
Biasanya fokus sesi pertemuan tersebut lebih
ditekankan kepada apakah proses pengembangan

perangkat lunak sudah dilakukan pada jalur yang benar,
belum sampai pada evaluasi beban kerja dan peran
mahasiswa dalam kelompok pengembangan perangkat
lunak.Kelemahan metode ini adalah melakukan
sulitnya melakukan verifikasi beban kerja mahasiswa
yang didasarkan pada pengakuan mahasiswa
C. Memperhitungkan Proses dengan Version Control

dan Stand-up
Untuk melihat beban kerja dan peran mahasiswa
dalam proyek pengembangan perangkat lunak, Paper
ini mengusulkan pengunakan kakas sehingga track
record mahasiswa ketika mengembangkan perangkat
lunak benar-benar bisa di validasi dan di verifikasi.
Kakas yang digunakan dalam paper ini adalah
subversion dan stand-up. Subversion digunakan untuk
mengetahui history pengerjaan perangkat lunak
dengan melacak source code dan dokumen pada saja
yang telah terunggah ke server, selain itu juga bisa
melacak perubahan untuk setiap file yang telah
terunggah di server tersebut.
Hipotesa paper ini, dengan mengunakan kakas
tersebut, usaha mahasiswa dalam bentuk beban kerja
bisa dilacak.
III. PERKULIAHAN
Paper
ini
merupakan

hasil
pengamatan
pembelajaran mata kuliah “Pengembangan Sistem
Informasi” pada program studi S1 Sistem Informasi
Universitas Airlangga. Mata kuliah “Pengembangan
Sistem Informasi” merupakan mata kuliah sejenis
dengan mata kuliah Proyek Pengembangan Perangkat
Lunak. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah
wajib yang diselengarakan pada semester enam.
Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini berjumlah
tiga puluh sembilan orang. Terdapat minimal enam
mahasiswa yang berstatus bekerja full time yang aktif
mengikuti mata kuliah ini.
Perkuliahan “Pengembangan Sistem Informasi” ini
disusun dengan mengadaptasi metode Agile untuk bisa
digunakan dalam ruang kelas[5] [6] [7]. Luaran dari
mata kuliah ini adalah produk perangkat lunak yang
dibuat berdasarkan proyek pengembangan perangkat
lunak [8].
Proyek

perangkat
lunak
dimulai
dengan
menentukan kelompok mahasiswa, disepakati ada
tujuh kelompok dalam kelas tersebut, artinya ada
empat kelompok yang memiliki enam anggota, dan
tiga kelompok memilik lima anggota. Metode
pembentukan kelompok adalah dengan menemukan
tujuh mahasiswa yang memiliki nilai paling bagus di
mata kuliah “algoritma dan pemrograman” dan
menempatkan mereka sebagai orang pertama pada
masing-masing kelompok. Kemudian tujuh mahasiswa
yang memiliki nilai paling bagus di mata kuliah
“analisa dan desain sistem informasi” diacak untuk

Menakar Usaha Mahasiswa Dalam
am Mata Kuliah Proyek Pengembangan Perangkat Lunak

menempatkan mereka pada kelompo
pok yang telah ada.
Ke empat belas mahasiswa tersebut
ut diberi kesempatan
untuk memilih masing-masing satu
atu mahasiswa untuk
bergabung pada kelompok mereka, tujuan langkah ini
agar tercipta suasana kondusiff dalam kelompok.
Mahasiswa yang belum mendapat
at kelompok dibagi
secara acak.
Tugas pertama dari masing-m
masing kelompok
adalah menentukan proyek perangk
gkat lunak apa yang
hendak dibuat. Tema pada perku
kuliahan ini adalah
“Start-Up Company”, artinya mereka diminta
membuat proyek perangkat lunak
nak yang memiliki
prospek bisnis. Mereka harus mempresentasikan
idenya didepan kelas untuk mendapa
apat umpan balik dari
mahasiswa lainnya yang pada pertemuan
pe
tersebut
berperan sebagai stakeholder.
Kuliah ini menentukan bahwa ada dua tahap iterasi,
tiap iterasi kelompok harus meng
enghasilkan working
software atau produk yang telah jjadi. Waktu setiap
tahap iterasi sebanyak empat minggu. Untuk
menentukan fungsionalitas apa saja
aja yang ditargetkan
selesai pada iterasi pertama dan
da kedua, setiap
kelompok membuat analisa kebutu
tuhan dalam bentuk
story card, kemudian story card ters
ersebut diprioritaskan
bersama oleh seluruh anggota kelom
lompok. Berdasarkan
prioritas tersebut setiap kelompok
k dapat menentukan
target dari tiap iterasi.
Setelah Iterasi pertama dilakuka
kan show case atau
presentasi kepada stakeholder, kelompok diberi
kesempatan untuk menampilkan produknya
p
didepan
stakeholder (yang diperankan olehh mahasiswa) untuk
mendapatkan respon. Setelah show
how case, kelompok
akan mengevaluasi hasil kerjanya
ya, jika diperlukan
menambah story card dan merev
evisi capaian target
untuk diraih pada iterasi ke dua.
Karena keterbatasan waktu pertem
rtemuan, pada kuliah
ini iterasi ke dua merupaka iterasi final.
fin Penilaian hasil
produk akhir dilakukan pada tahap
p ini.
in Pada show case
final ini mahasiswa selain mempresentasikan
produknya, diwajibkan juga untuk
tuk membuat poster
hasil karya mereka.
R
IV. MENGEVALUASI PROSES
Pada mata kuliah pengembangan
gan sistem informasi
ini saya mengevaluasi proses yan
ang dilakukan oleh
mahasiswa dengan mengunakan
n kakas subversion
serta situs assembla (http://www.as
.assembla.com) yang
menyediakan fitur untuk mencat
catat perkembangan
pembuatan perangkat lunak. Sayaa mewajibkan
m
setiap
mahasiswa untuk melakukan standnd-up minimal 1 kali
dalam satu minggu yaitu menulisk
iskan apa saja yang
telah mahasiswa kerjakan, hambata
atan yang dihadapi,
serta rencana yang hendak dikerjaka
akan. Selain itu saya
mewajibkan mahasiswa untuk meng
ngupload hasil kerja
yang ia lakukan pada server subve
bversion, hasil kerja

tersebut bisa berupa source code
de, dokumen analisa
desain, dan dokumen lainnya yang
ang berkaitan dengan
proyek yang ia kerjakan. Dengan
gan begitu saya bisa
mengetahui kontribusi individu sec
secara detail, sehingga
mahasiswa meniliki komitmen te
terhadap pengerjaan
tugas proyek mendapat penilaian
ian yang lebih baik
dibandingkan mahasiswa yang kura
urang berkomitmen.
A. Stand-up
pertemua
uan
harian
para
Stand-up
adalah
pengembang perangkat lunak untuk
tuk mengetahui status
perkembangan masing-masing anggota
an
tim. Tujuan
stand-up adalah berbagi komitm
itmen, berkomunikasi
tentang status harian, perkemban
bangan, dan rencana
kepada tim atau stakeholder,
er, mengidentifikasi
halangan sehingga tim bisa membantu untuk
mengatasinya, menentukan arah
ah dan tujuan serta
membangun tim. Sebaiknya stand
and-up harus dihadiri
oleh semua anggota tim pengemba
bang, sebaiknya ada
juga perwakilan dari stakeholder uta
utama [4].

Gambar 1 Contoh Stand-up mahasiswa

Sebaiknya percakapan dari stan
tand-up harus singkat,
tajam dan fokus. Selain itu haru
arus digunakan oleh
anggota tim untuk berbagi statuss level-tinggi
le
(detail bukan bersifat umum) dan mengide
identifikasi hambatan
untuk perkembangan tim.
Semua anggota tim harus m
memberikan status
pekerjaan mereka didepan rekan tim dengan menjawab
pertanyaan berikut “apa yang tela
elah saya capai sejak
pertemuan terakhir?”, “Apa rencana
ana pekerjaan saya?” ,
serta “Apa saja halangan (jika ada)
da) yang menghalangi
saya menyelesaikan tujuan saya?”.
say
kakas yang
digunakan dalam implementasi stand-up
sta
dalam kelas
adalah asembla.com (http://w
/www.assembla.com).
Contoh pengunaan kakas asembbla untuk stand-up
mahasiswa bisa dilihat pada Gamba
bar 1.
B. Version Control
Version control adalah manajema
man untuk mengelola
unit informasi (dokumen) deng
ngan banyak versi.
Biasanya digunakan untuk mengelo
elola perubahan yang
sedang terjadi dari dokumen digita
gital, misalnya source
code atau dokumen yang dikerja
rjakan oleh tim [9].
Perubahan pada dokumen ini Ve
Version control tidak

Indra Kharisma

memiliki arti kecuali versi darii obyek
o
yang sama
mempunyai perbedaan, karenaa pada dasarnya
mempunyai identitas yang sama,
a, maka harus ada
struktur pemisah untuk membedakan
kan versi dari obyek.

memasukkan stand-up, maka ni
nilai stand-up akan
dikurangi 0.2, misalnya mahasis
siswa pada minggu
tertentu melakukan satu kali stand--up namun terlambat,
maka nilai stand-up yang ia pe
peroleh adalah 0.8.
mahasiswa tidak bisa melak
lakukan perubahan
(menambah atau mengedit) stand--up untuk hari lain
(kemarin atau besok).
TABEL I
AND-UP
ATURAN PENILAIAN STAN
Jumlah Stand-up
0
1
2
3 atau lebih

Nila
ilai
0
1
2
3

2) Mengevaluasi Proses dengan
gan Version Control:
untuk mengevaluasi prose menguna
nakan version control
juga dengan memetakan jumlah com
commit dengan angka
(Tabel II).
TABEL III
ATURAN PENILAIAN VERSION
N CONTROL
Gambar 2 Contoh pengunaan sub version untuk
un
mahasiswa.

Biasanya , dua atau lebih program
ramer bekerja dalam
suatu proyek pada saat yang ber
ersamaan. Jika dua
programer mencoba merubah file
ile yang sama pada
waktu yang bersamaan. Tanpa ada
danya metode untuk
pengelolaan akses, bisa jadi progr
ogrammer file yang
programmer ubah menindih filee yyang sebelumnya.
beberapa sistem tidak mengijink
inkan akses secara
simultan / concurrent accesss dengan metode
penguncian, sehingga hanya satu programer
pr
yang bisa
mengakses suatu file dalam server/repository.
sementara sistem yang lain mengijinkan
me
banyak
programer untuk mengedit file yang
ng sama pada waktu
yang bersamaan, serta menyediaka
akan fasilitas untuk
mengabungkan perubahan[9].
Kakas yang digunakan dalam implementasi
imp
version
adalah kakas adalah subversion.. Contoh
C
pengunaan
subversion bisa dilihat pada Gambar
ar 2.
V. METODE EVALUA
UASI
Mahasiswa diwajibkan setiap minggunya untuk
melakukan stand-up dan melakuk
kukan commit hasil
kerjamya ke subversion. Metode
de evaluasi adalah
sebagai berikut :
1) Mengevaluasi Proses dengan
an Stand-up: metode
evaluasi untuk stand up adalah dengan
de
memetakan
jumlah stand-up dengan angka. Atu
turan pemetaan bisa
dilihat pada Tabel I. Di dalam kela
elas telah disepakati
bahwa stand-up dilakukan minggu
guan, artinya dalam
satu minggu minimal mahasiswaa harus melakukan
stand-up satu kali. Telah disepakati
ati juga bahwa pada
hari senin pukul 12.00 siang adala
alah waktu terakhir
memasukkan stand-up. Jika mah
ahasiswa terlambat

Jumlah Commit
0
1
2
3 atau lebih

Nila
ilai
0
1
2
3

VI. EVALUASI PROS
OSES
Evaluasi dilakuakan terhadapp dua iterasi, setiap
iterasi terdiri dari empat ming
inggu. Untuk setiap
minggunya dilakukan evaluasi terh
rhadap stand-up serta
evaluasi terhadap hasil pekerja
rjaan mahasiswa di
version control. Evaluasi minggua
guan ini mengunakan
aturan pada Tabel I dan Tabell II. Kemudian hasil
pemetaan tersebut dikumpulkann berdasarkan waktu
iterasi dan dicari reratanya.
TABEL IIIII
PEMETAAN USAHA MAHA
ASISWA
Iterasi 1

Iterasi 2
Stand
Up

Version
Control

Kelompok 1

Stand Up

Version
on
Control

Mahasiswa A

0.7

2.25

0.2

1.75

Mahasiswa B

1

1.25

0.25

0.25

Mahasiswa C

0.75

1.5

0.45

2.25

Mahasiswa D

0.75

0.75

0.25

0.75

Mahasiswa E

0.75

0.75

0.25

0.5

Mahasiswa F

0.5

0.5

0.25

0.25

Contoh hasil pemetaan ini bisa
isa dilihat pada Tabel
III, tabel ini memetakan usaha
ha mahasiswa yang
tergabung dalam satu kelompok.. Pada perkuliahan
yang diamati, terdapat dua iteras
rasi yang digunakan,
masing masing iterasi terdiri atas du
dua elemen penilaian

Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Proyek Pengembangan Perangkat Lunak

yaitu stand-up dan version control. Untuk membaca
usaha mahasiswa, digunakan aturan pengkonversian
(Tabel IV). Nilai nol artinya mahasiswa tidak
melakukan kegiatan dalam satuan waktu pekerjaan,
satu artinya mahasiswa telah melakukan tugasnya
sesuai dengan standar, dua sampai tiga artinya
mahasiwa telah melakukan tugasnya dengan komitmen
tinggi.
TABEL IVV
ATURAN KONVERSI

Nilai

Predikat

Konversi
ke
nilai
mahasiswa#
0
Buruk
40
1
Baik
70
2
Sangat baik
85
3
Sangat baik
100
#
Nilai rekomendasi, dosen pembina bisa merubah aturan ini
sesuai dengan kondisi di lapangan

Berdasarkan pemetaan usaha mahasiswa (Tabel III),
dibandingkan rerata tiap –tiap kelompok untuk iterasi
pertama (Gambar 3) dan iterasi kedua (Gambar 4).
2.5
2
1.5
1
0.5
0

Stand Up
Version
Control

Gambar 3 Usaha Mahasiswa pada Iterasi Pertama

Pada iterasi pertama, mahasiswa disiplin dalam
menuliskan stand-up serta mengupload hasil kerja
mereka di repository. Ada dua kelompok yang
memiliki rata-rata satu atau lebih. Artinya mahasiswa
yang tergabung dalam kelompok tersebut selalu
berbagi perkembangan tentang pekerjaan mereka.
Rerata kelas adalah 0.815 kali stand up per mahasiswa.
1.5

1
0.5
0

Stand
Up
Version
Control

Gambar 4 Usaha Mahasiswa pada Iterasi Kedua

Sedangkan pada kadar keaktifan mahasiswa
mengupdate hasil pekerjaan di version control sangat
tinggi, rerata kelas adalah 1.32 kali melakukan commit
pada version control setiap minggunya. Selain itu tidak

ada satupun kelompok yang memiliki rata-rata commit
dibawah 1.
Namun ketika iterasi kedua, keaktifan mahasiswa
mengalami penurunan. Rata-rata kelas untuk stand up
adalah 0.395 dan version control adalah 0.78. tidak ada
satupun kelompok yang memiliki rerata stand-up
diatas satu, sedangkan hanya ada dua kelompok yang
memiliki rerata diatas satu kali commit tiap minggu.
Berdasarkan pengelompokan usaha mahasiswa
secara total keseluruhan (rata-rata iterasi sat dan dua
untuk tiap mahasiswa), didapatkan pemetaan tingkat
kontribusi mahasiswa (Tabel V). mahasiswa yang
berkontribusi pada proyek berdasarkan elemen stand
up hanya 3 orang, sedangkan 24 mahasiswa hanya
memberikan kontribusi sedang. Berbeda dengan
elemen version control 18 mahasiswa berkontribusi
terhadap proyek yang mereka kerjakan, bahkan 10
mahasiswa berkontribusi tinggi.
TABEL V
PENGELOMPOKAN KONTRIBUSI MAHASISWA
Kontribusi
Nilai Angka

Predikat

Jumlah Mahasiswa
StandVersion
up
Control

1.5

Kontribusi tinggi

0

10

6

VII.
HASIL PENGAMATAN
Berikut ini merupakan hasil pengamatan terhadap
evaluasi usaha mahasiswa dalam mata kuliah proyek
pengembangan perangkat lunak.
1) Kurang Konsistennya Usaha Mahasiswa pada
elemen Stand Up dengan Version Control: hal ini
terlihat jelas pada Tabel V, ada 10 mahasiswa yang
berkontribusi tinggi pada elemen Version Control
namun pada elemen Stand Up tidak ada mahasiswa
yang dianggap berkontribusi tinggi.
Hal ini sebabkan belum terbiasanya mahasiswa
dengan pola pengabungan pola stand up dengan
version control, sehingga sering kali mahasiswa
melakukan commit terhadap suatu source code namun
tidak melakukan update pada stand-up.
Selain itu laporan stand up yang kurang detail
menjadi penyebab kontribusi usaha yang timpang
2) Kurang Konsistennya Usaha pada iterasi pertama
dengan kedua: pada iterasi pertama rerata usaha untuk
stand up dan version control sudah sangat bagus,
namun kondisi tersebut justru turun drastis ketika
tahap iterasi kedua. Menurut pengakuan mahasiswa di
dalam kelas, hal ini dikarenakan banyak tugas dari
mata kuliah lain yang juga menuntut terselesaikannya

Indra Kharisma

tugas besar. Hal tersebut memaksa mahasiswa untuk
membuat prioritas pekerjaan. Terlebih fungsionalitas
utama perangkat lunak kebayakan telah terselesaikan
pada tahap iterasi pertama, akhirnya mayoritas
mahasiswa mengedepankan tugas lain terlebih dahulu.
Aspek lainnya yang berperan adalah motivasi dari
dosen untuk mencatatkan perubahan. Pada saat tahap
iterasi pertama, dosen pembina pada setiap pertemuan
selalu mengingatkan untuk tidak lupa menuliskan
stand-up serta sering melakukan commit pada version
control. Sedangkan pada tahap iterasi ke dua dosen
pengajar hanya sesekali mengingatkan tentang
pentingnya menuliskan stand-up dan pengunaan
version control. Berdasarkan hal tersebut, fungsi sosial
untuk memotivasi sangat penting agar kontribusi usaha
mahasiswa terhadap proyek juga tinggi. Motivasi
tersebut bisa datang dari dosen maupun rekan
mahasiswa, baik yang satu kelompok maupun tidak.
3) Terlihatnya Usaha Mahasiswa dalam Pengerjaan
Proyek: dengan mengunakan stand-up serta kakas
version control, usaha dan upaya mahasiswa sangat
terlihat dan bisa diukur. Hal ini memudahkan dosen
pengajar untuk memberikan nilai yang adil kepada
mahasiswanya.
Walaupun demikian, dibutuhkan usaha yang lebih
dari dosen pengajar untuk menilai proses dalam
pembuatan perangkat lunak. Dalam makalah ini ,
perhitungan usaha mahasiswa pada elemen version
control mengunakan jumlah commit yang dilakukan
dalam satuan waktu (minggu), hal ini sebenarnya
mudah untuk manipulasi dengan melakukan commit
dokumen yang tidak diperlu diunggah ke repository.
Untuk itu pada penelitian selanjutnya dibutuhkan
elemen pembanding misalnya jumlah line of code dari
aktifitas pengembangan (dari file yang dibuat baru
maupun file yang dimanipulasi). Selain itu perlu
melakukan pengecekan konsistensi antara elemen
stand-up dan version control baik untuk jumlah
pengisian dan terutama pada semantiknya, sehingga
apa yang di akui pada stand-up bisa di cross check
dengan version control.
VIII.
KESIMPULAN
Makalah ini telah menunjukan bahwa usaha
mahasiswa dalam mengerjakan proyek pengembangan
perangkat lunak bisa ditakar, yaitu dengan dengan
mengunakan stand-up dan version control. Dengan
begitu
usaha
individu
mahasiswa
dalam
menyelesaikan tugas dalam kelompoknya bisa diukur
dan evaluasi oleh dosen pembina mata kuliah proyek
pengembangan perangkat lunak.

Dalam makalah ini, usaha mahasiswa dihitung
dengan berapa kali mereka memperbarui status standup dan melakukan commit pada repository. Walaupun
usaha mahasiswa sudah bisa diukur dari metode
tersebut, konsistensi antara stand-up dan version
control tidak mudah untuk diperiksa. Pada penelitian
selanjutnya hendak dibahas tentang bagaimana
menjaga konsistensi antara stand-up dan version
control baik sintak maupun semantik , dengan begitu
diharapkan selain usaha mahasiswa bisa terukur, juga
mendorong pembagian beban kerja yang seimbang
antara anggota kelompok dalam mengembangkan
perangkat lunak.
Makalah ini membahas tentang bagaimana menakar
usaha individu mahasiswa, untuk penentuan nilai akhir
disarankan evaluasi ini digabungkan dengan elemen
lain, misalnya dokumen usulan proyek, dokumen
desain, fungsionalitas produk dan antarmuka dan atau
elemen lain yang berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] GBBP Mata Kuliah Pengembangan Sistem Informasi.:
Program Studi S1 Sistem Informasi Universitas
Airlangga, 2011.
[2] Ivan Milentijevic, Vladimir Ciric, and Oliver Vojinovic,
"Version control in project-based learning," Computers
& Education, no. 50, pp. 1331–1338, 2008.
[3] Andrew Meneely and Laurie Williams, "On Preparing
Students for Distributed Software Development with a
Synchronous, Collaborative," in SIGCSE, Chattanooga,
2009.
[4] Jason Yip, It's Not Just Standing Up: Patterns of Daily
Stand-up Meetings.: ThoughtWorks.
[5] Sandra Cleland, "Agility in the classroom: Using Agile
Development Methods to foster team work and
adaptability amongst undergraduate programmers," in
Proceedings of the 16th Annual NACCQ, Palmerston,
New Zealand, 2003.
[6] Shweta Deshpande et al., "Teaching Students Software
Engineering Practices For Micro-Teams," in 41st
ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference, Rapid
City, 2011.
[7] Alfred Goldman, Fabio Kon, Paulo J. S. Silva, and
Joseph W. Yoder, "Being Extreme in the Classroom:
Experiences Teaching XP," in Journal of the Brazilian
Computer Society, 2004.
[8] Ita Richardson and Yvonne Delaney, "Problem Based
Learning in the Software Engineering Classroom," in
Conference on Software Engineering Education and
Training, 2009. CSEET '09. 22nd, 2009.
[9] Ben Collins Sussman, Brian W. Fitzpatrick, and C.
Michael Pilato, Version Control with Subversion For
Subversion 1.7., 2011.