Konsep Pengembangan Kampung Nelayan Pasa

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Konsep Pengembangan
Kampung Nelayan Pasar Bengkulu
Sebagai Kawasan Wisata
Rozy Ismariandi1), Purwanita Setijanti2), Putu Gde Ariastita3)
1) Mahasiswa Pascasarjana Permukiman dan Lingkungan - Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia
60111, email: rozyismariandi@yahoo.com
2) Dosen Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email: psetijanti@arch.its.ac.id
3) Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah Kota FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email:
ariastita@urplan.its.ac.id

Abstrak
Pola dasar pembangunan Kota Bengkulu menggariskan bahwa pembangunan
kepariwisataan diarahkan pada pengembangan pariwisata sebagai sektor andalan yang
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi terutama di permukiman kampung nelayan.
Namun, terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata dilakukan
masih berdasarkan inisiatif dari pemerintah setempat. Secara umum masyarakat kurang
dilibatkan dalam pengembangan kampung pariwisata, sehingga tidak memberikan kontribusi
bagi masyarakat. Adapun pokok permasalahan penelitian adalah apa penyebab kampung
nelayan Pasar Bengkulu tidak berkembang sebagai potensi wisata.

Dalam penelitian pendekatan yang digunakan adalah positivistik dengan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Analisis yang dilakukan dalam penelitian adalah analisis
penentuan faktor penyebab belum berkembangnya kampung nelayan sebagai kawasan wisata
dengan teknik analisa delphi. Sedangkan analisis potensi pengembangan kampung nelayan
berdasarkan standar Ditjen Cipta Karya. Untuk merumuskan konsep pengembangan
kampung nelayan dilakukan dengan analisis triangulasi yang hasilnya sebagai konsep
pengembangan kampung nelayan sebagai kawasan wisata.
Hasil dari penelitian ini adalah meningkatkan sumberdaya manusia melalui dukungan
pemerintah yang memberikan peluang melibatkan masyarakat dalam program
pengembangan kampung nelayan, guna memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah yang berpandangan obyektif dan
luas, dalam pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu.
Kata Kunci: Kampung Nelayan, Kawasan Wisata, Pesisir.

Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 1

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010


Development Concept
of Pasar Bengkulu Fishermen Kampung
as Tourism Area
Rozy Ismariandi 1), Purwanita Setijanti 2), Putu Gde Ariastita3)
1) Student Departement of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email :
rozyismariandi@yahoo.com
2) Lecture Departement of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email :
psetijanti@arch.its.ac.id
3) Lecture Regional Planning Study Programme FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email :
ariastita@yahoo.com

ABSTRACT
Basic pattern of Bengkulu City development stated that tourism development directed
to tourism developing as main sector which be able in boosting economic growth particularly
in fishermen kampung. However, community participation in tourism development still done
based on local government initiative. In general, the lack of community involvement in
tourism kampung development, make it no contribution for the society. This research tried to
know what causes made Pasar Bengkulu fisherman kampung undeveloped as tourism
potential.
This research used positivistic approach with qualitative descriptive research type.

Analysis performed in the research is Delphi analysis to determine factor that caused
underdevelop of fisherman kampung as tourism area. While a potential analysis used to
compare fisherman kampung with Ditjen Cipta Karya standard. To formulate development
concept of fishermen kampong, triangulation analysis has been used.
The research result indicates that increasing human resource through government
support to give an opportunity for communities to involve in fishermen kampung development
programme, use to given benefit for community prosperity. This research could give
contribution for government in developing Pasar Bengkulu fishermen kampung.
Keyword : fishermen kampung, tourism area, coastal bay

Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 2

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

I. PENDAHULUAN

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Propinsi Bengkulu tahun
2006, pariwisata menjadi sektor urutan pertama, karena dinilai sebagai sektor strategis dan

dianggap mampu untuk membangun kemandirian daerah sebagai pendorong pertumbuhan
sektor-sektor lain. Pola dasar pembangunan Kota Bengkulu menggariskan bahwa
pembangunan kepariwisataan diarahkan pada pengembangan pariwisata sebagai sektor
andalan pertumbuhan ekonomi, terutama di daerah permukiman kampung nelayan. Potensi
yang dimiliki kawasan pantai Kota Bengkulu telah disadari oleh pemerintah daerah dan
kemudian dijadikan salah satu kebijakan yang strategis oleh Gubernur Bengkulu, yaitu
menjadikan kawasan pantai tersebut sebagai kawasan wisata. Pengembangan wisata kawasan
pantai Kota Bengkulu ini diharapkan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan kesejahteraan masyarakat Kota Bengkulu dan sekitarnya, (Santoso, 2008).
Pemerintah daerah telah menetapkan program-program pembangunan di kawasan
pesisir dengan menempuh kebijakan mengenai pengembangan wilayah melalui pendekatan
penataan ruang. Salah satu programnya berada di Kelurahan Pasar Bengkulu. Keberadaan
perkampungan nelayan di Kelurahan Pasar Bengkulu, yakni lokasi studi yang diusulkan
mempunyai karateristik yang khas seperti keindahan pantai, kebudayaan dan tradisinya
memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan potensi wisata. Sektor kepariwisataan di
Kelurahan Pasar Bengkulu kedudukannya sangat strategis. Tinjauan tersebut dilihat dari segi
astronomis, geografis, sosial ekonomis, kultural historis, dan pola perkampungan. Berbatasan
dengan Samudera Indonesia dan Sungai Serut memungkinkan masyarakat Kelurahan Pasar
Bengkulu dapat untuk mengembangkan usaha perikanan yang sangat berharga dan fungsi
nilainya tinggi. Di kawasan ini pula akan dikembangkan kawasan wisata sejarah dan budaya,

(Santoso, 2008).
Namun, terkait dengan keterlibatan masyarakat dalam hal pengembangan dan
pembangunan sebagai kawasan pariwisata dilakukan masih berdasarkan inisiatif dari
pemerintah setempat. Secara umum masyarakat kurang dilibatkan dalam pengembangan
kampung sebagai kawasan pariwisata, sehingga tidak memberikan kontribusi bagi
pengembangan wilayah dan masyarakat kampung nelayan pada khususnya dimana potensi
objek wisata tersebut berada. Selain itu juga kegiatan pengelolaan yang dilaksanakan masih
sebatas pembangunan fisik fasilitas pariwisata tanpa memperhatikan keberadaan kampung
nelayan yang juga memberikan dampak potensi wisata tersebut berada. Adapun hal yang
terpenting adalah pemerintah setempat juga belum memperhatikan pengelolaan SDM dan
kelembagaan lokal yang ada di Kelurahan Pasar Bengkulu. Kualitas sumberdaya manusia juga
menjadi masalah yang serius, karena dalam mendukung industri pariwisata yang melibatkan
masyarakat perlu sejumlah SDM yang kompeten untuk menghasilkan industri pariwisata yang
handal.
Kampung nelayan Pasar Bengkulu sudah ada sejak dahulu, bahkan dari sanalah nama
Bengkulu terlahir, (Suharyanto, 2009). Akan tetapi kampung nelayan tersebut kurang
mendapat penanganan yang optimal dari pemerintah setempat. Kondisi kampung nelayan ini
sangat kontras dengan kawasan Wisata Pantai Pasar Bengkulu dan Wisata Tapak Paderi yang
letaknya bersebelahan. Pantai ini sebenarnya lebih merupakan kawasan nelayan masyarakat
Pasar Bengkulu dan sekitarnya. Seharusnya kampung nelayan ini dikelola dengan baik karena

mempunyai potensi yang luar biasa untuk dikembangkan menjadi objek wisata pesisir di Kota
Bengkulu. Meskipun sektor pariwisata merupakan sektor prioritas dalam pembangunan
daerah, namun kepariwisataan Kota Bengkulu sampai saat ini masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, terutama bila dibandingkan dengan destinasi
Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 3

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

wisata sekitarnya yakni Sumatera Barat dan Sumatera Utara, maka permasalahan
pengembangan pariwisata yang ada harus dapat dicari pemecahannya.
Kawasan pesisir Kota Bengkulu mempunyai potensi yang sangat besar untuk
berkembang menjadi kawasan wisata terdepan di Kota Bengkulu, kampung nelayan
merupakan bagian dari kawasan wisata pesisir. Akan tetapi potensi kampung nelayan tersebut
belum dapat mendukung pembangunan dan pengembangan pariwisata di Kota Bengkulu.
Adapun pertanyaan penelitiannya adalah :
a. Apa faktor-faktor penyebab kawasan Kampung Nelayan di Kelurahan Pasar Bengkulu
tidak berkembang sebagai potensi wisata?
b. Bagaimana merumuskan sebuah Konsep Pengembangan Kampung Nelayan Pasar

Bengkulu sebagai Kawasan Wisata?
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk merumuskan konsep pengembangan
kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai kawasan wisata. Sasaran dari penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi faktor penyebab belum berkembangnya kampung nelayan Pasar
Bengkulu sebagai kawasan wisata.
b. Mengindentifikasi potensi pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai
kawasan wisata.
c. Merumuskan konsep pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai kawasan
wisata.
Studi ini akan dilakukan di Kelurahan Pasar Bengkulu Kecamatan Sungai Serut Kota
Bengkulu. Penelitian ini akan mengangkat permasalahan pariwisata yang diharapkan dapat
meningkatkan taraf hidup penduduk, sehingga dapat memperbaiki kehidupan masyarakat
disekitarnya. Dasar-dasar pertimbangan yang nantinya dihasilkan, merupakan konsep
pengembangan yang sifatnya umum dan lebih pada bagaimana mewujudkan suatu kawasan
wisata kampung yang pemanfaatannya dapat optimal, terutama dalam menciptakan suatu
kawasan wisata dan meningkatkan nilai keberadaan dalam mengembangkan guna mengangkat
citra pariwisata sebagai indentitas Kota Bengkulu. Dalam pembahasan dan analisa pada
penelitian ini, digunakan teori-teori tentang perumahan dan permukiman dan pengembangan
kepariwisataan.
Kampung Nelayan Pasar Bengkulu merupakan Kelurahan yang terletak paling utara

dari Kecamatan Sungai Serut yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bengkulu Utara.
Lokasi daerah geografis Pasar Bengkulu memanjang diapit oleh Sungai Serut dan Samudera
Indonesia. Berdasarkan data monografi Kampung Nelayan Kelurahan Pasar Bengkulu ini
memiliki luas wilayah 7,50 Ha. Populasi penduduk Kampung Nelayan Pasar Bengkulu adalah
1621 jiwa dan jumlah kepala keluarga 412. Seperti halnya dengan daerah yang berada ditepi
pantai, maka Pasar Bengkulu merupakan daerah beriklim panas (tropis), sebagian dari
wilayahnya berbukit dan landai ditepi pantai.
II. KAJIAN TEORI

Disebutkan dalam Turner (1972) bahwa peran penghuni sangat dibutuhkan untuk
terlibat dalam peran pembangunan permukiman. Peran tersebut akan berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup sosial masyarakat dan lingkungan di dalamnya. Sebaliknya, lingkungan
permukiman justru dapat menjadi halangan dalam kelangsungan hidup manusia serta
bertambahnya beban biaya hidup jika penghuni tidak dilibatkan dalam pembangunan
permukiman untuk mereka. Pada akhirnya pembangunan permukiman dan lingkungan ini
bertujuan untuk mewujudkan permukiman yang layak untuk seluruh lapisan masyarakat.

Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 4

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.


Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Sejalan dengan teori John F.C. Turner ini, Johan Silas (1993) mengemukakan rumusan
umum mengenai perumahan yaitu bahwa rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman
dan bukan semata-mata hasil fisik yang sekali jadi. Perumahan bukan (kata) benda
melainkan merupakan suatu (kata) kerja yang berupa proses berlanjut dan terkait dengan
mobilitas sosial ekonomi penghuninya. Amos Rapoport (1969) juga memberikan
penjelasan hubungan antara bentuk rumah dan permukiman, yaitu bahwa bentuk rumah
dalam suatu permukiman merupakan gambaran fisik dari budaya, agama, material, dan
aspek sosial serta merupakan alam simbolik dari permukiman tersebut. Sebagaimana
dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman,
pada Bab I Ketentuan Umum, yang dimaksud dengan :
a. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga.
b. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
c. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

penghidupan.
d. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan
ukuran dengan penataan tanah dan ruang prasarana dan sarana lingkungan yang
terstruktur.
Sebagaimana dikemukakan oleh Johan Silas (1996), fungsi pokok rumah menurut
orang Indonesia ada tiga, yaitu sebagai tempat berlindung, membina keluarga, dan
mengusahakan kesejahteraan penghuninya. Secara umum Home Based Enterprises (HBEs)
atau Usaha yang Bertumpu pada Rumah Tangga (UBR) adalah kegiatan usaha rumah tangga
yang pada dasarnya merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang dijalankan oleh keluarga.
Konsep Home Based Enterprises (HBEs) atau Usaha yang Bertumpu pada Rumah Tangga
(UBR) pertama kali dicetuskan oleh Keith Hart (1973) pada sebuah seminar dimana Keith
menyatakan bahwa HBEs merupakan bagian dari sektor informal dan bagian dari kegiatan
ekonomi (Kellet, 1996 : 1).
Kampung merupakan bentuk permukiman yang unik, dihuni penduduk berpendapatan
menengah kebawah, dapat tersebar di seluruh wilayah kota seperti di pusat kantor dan
perdagangan, pusat pemerintah, pusat perbelanjaan, pusat sosial dan sebagainya. Kampung
juga dapat diartikan sebagai desa atau dusun, dapat pula sebagai kelompok rumah-rumah yang
merupakan bagian kota, dan biasanya yang rumahnya kurang bagus, (Silas, 1998).
Menurut Driyamedia (1996), partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai keterlibatan
atau keukitsertaan seseorang dalam kegiatan lingkungannya (bermasyarakat) untuk

kepentingan bersama, terutama melalui kegiatan-kegiatan lembaga di dalam masyrakat.
Secara ideal, partisipasi dipahami sebagai pelibatan orang atau pihak-pihak dalam
merumuskan, malaksanakan dan mengevaluasi suatu perencanaan yang akan mempengaruhi
(membawa akibat bagi) orang atau pihak-pihak tersebut (Alisjahbana, Penelitian ITS, 2001).
Hasil penelitian (Kusnadi, 2003), bahwa mobilitas vertikal nelayan dapat terjadi berkat
bantuan istri mereka yang memiliki kecakapan berdagang. Dalam pembagian sistem kerja ini
nelayan bertanggung jawab terhadap penangkapan ikan, sedangkan istri bertanggung jawab
terhadap urusan domestik dan publik. Jadi dapat diartilan bahwa, potensi pembangunan
masyarakat nelayan yang bisa dieksplorasi untuk mengatasi kemiskinan dan kesulitan
ekonomi lainnya adalah kaum perempuan dan pranata sosial yang ada. Menurut Brata (2005),
berdasarkan kegiatan yang dilakukan, nelayan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : nelayan
Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 5

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

pekerja, nelayan juragan, dan nelayan petani. Permukiman nelayan umumnya berada dipesisir
pantai, dan lokasi yang paling cocok sebagai kawasan permukiman didaerah pesisir adalah
backdune (McHarg, 1969). Beberapa permukiman pantai dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Refshauge, 2003): Kampung Kota Pantai / Coastal Towns, Kota Pantai/ Coastal
Cities, Daerah Berpusat di Pantai/Inland Coastal Centres, Desa Pantai/Coastal Villages,
Permukiman Berpusat di Pantai/New Coastal Settlements
Berdasarkan Undang – Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu dijelaskan bahwa Kawasan Pesisir adalah wilayah
pesisir tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria
tertentu, seperti karakteristik fisik, biologi, sosial dan ekonomi untuk dipertahankan
keberadaanya. Bila suatu wilayah pesisir dibangun untuk rekreasi, biasanya fasilitas-fasilitas
pendukung lainnya juga berkembang pesat (Dahuri R., 2001).
Permukiman yang baik dan tertata akan tercipta apabila memenuhi kriteria ideal
aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik meliputi letak geografis, lingkungan alam dan
binaan, serta sarana dan infrastruktur. Sedangkan aspek non fisik meliputi aspek politik,
ekonomi, sosial dan budaya (Silas, 1985). Penelitian Happy Santosa (2000) mengenai
permukiman lingkungan dalam pengembangan wilayah membahas mengenai kaidah-kaidah
permukiman yang dapat mendukung kehidupan penghuni digunakan untuk mengevaluasi
lingkungan yang akan ditata adalah cara menilai aspek fisik dan non fisik pada lingkungan
permukiman sesuai dengan standar Dinas Pekerjaan Umum.
Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. 16/2008, bahwa perencanaan pengelolaan wilayah pesisir merupakan suatu
proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur kepentingan
dalam pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya pesisir demi kesejahteraan sosial
masyarakat. Pengembangan kepariwisataan yang melibatkan masyarakat mengandung
pengertian bahwa, pembangunan kepariwisataan harus mampu mensejahterahkan masyarakat
dengan mendorong pemberdayaan masyarakat agar mampu berperan aktif untuk mendapatkan
manfaat sebesar-besarnya, dengan mengelola sumberdaya dan objek wisata pelestarian
warisan budaya dan alam, (Ardika, 2002).
Gunn (1994) mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil
secara optimal didasarkan pada empat aspek, antara lain : mempertahankan kelestarian
lingkungannya, menjamin kepuasan pengunjung, meningkatkan keterpaduan dan kesatuan
pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zone penataannya, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut. Dalam istilah-istilah di bidang perencanaan
dan perancangan kota di Indonesia (UU tentang Kepariwisataan No.10 Tahun 2009), jenis
obyek wisata hanya terbagi menjadi tiga (intisari dari gabungan kedua klasifikasi di atas),
antara lain : obyek dan daya tarik wisata alam, obyek dan daya tarik minat khusus, obyek dan
daya tarik wisata budaya. Potensi pariwisata menurut Deparpostel (1983) merupakan
perwujudan dari ciptaan manusia, tata kehidupan, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat
atau keadaan alam yang memungkinkan untuk dipublikasikan, dipasarkan, dikelola serta
dikembangkan untuk menjadi tempat bersenang-senang atau mengagumi alam dalam
sementara waktu. Menurut Yoeti, Oka A.(1997) prinsip-prinsip perencanaan dalam
kepariwisataan adalah : Pariwisata, walau bagaimanapun bentuknya, tujuan
pengembangannya tidak lain untuk meningkatkan kesejahteraan orang banyak tanpa
membedakan ras, agama dan bangsa. Karena itu pengembangan pariwisata perlu pula
memperhatikan kemungkinan peningkatan kerja sama dengan bangsa-bangsa lain yang saling
menguntungkan.

Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 6

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

III. METODE

Dalam konteks penelitian ini, jenis penelitian menurut tujuannya adalah penelitian
deskriptif eksploratif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini lebih banyak
melukiskan/memaparkan kondisi realitas di lokasi studi yang diamati sesuai dengan fenomena
yang ada, serta disusun berdasarkan kajian ilmu pengetahuan. Setelah itu dilakukan upaya
mengeksplorasi potensi wisata di lokasi studi yang menjadi nilai tambah konsep
pengembangannya ke depannya. Adapun data yang dibutuhkan untuk mencapi tujuan dan
sasaran penelitan adalah sosial budaya masyarakat setempat, kondisi kawasan penelitian,
aksebilitas wisatawan, potensi wisata dan faktor lain terkait dengan pengembangan kawasan
wisata, dan jenis data yang dibutuhkan berdasarkan sifatnya adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang mengidentifikasi kondisi
pengembangan kampung nelayan yang memiliki potensi wilayah wisata. Kondisi empiri
dilapangan merupakan faktor pertimbangan yang utama dalam penelitian ini. Sehingga dalam
pendekatan penelitian yang sesuai adalah dengan menggunakan paradigma positivistik.
Variabel dalam penelitian ini diambil dari kajian pustaka yang berkaitan dengan sasaran
penelitian yang akan meliputi ;
a. Faktor – faktor penyebab belum berkembangnya kampung nelayan Pasar Bengkulu
sebagai kawasan wisata,
b. Kriteria potensi pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai kawasan wisata,
c. Konsep pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai kawasan wisata.
Adapun variabel yang dianalisis, adalah:
a. Pemanfaatan sumberdaya lokal
b. Keterkaitan pengembangan wilayah
c. Institusi Lokal
d. Dukungan pemerintah
e. Keterlibatan dari stakeholder
Penelitian ini menggunakan ahli (expert) untuk diwawancarai. Proses pemilihan ahli
menggunakan analisis stakeholders. Untuk mengatasi faktor penyebab belum berkembangnya
kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai kawasan wisata Kota Bengkulu, maka digunakan
Metode Analisa Stakeholders, karena sifatnya suatu kegiatan yang saling berhubungan antara
satu dengan yang lainnya. Dengan menggunakan analisis ini dapat mengetahui orang-orang
yang terlibat dan mempunyai kompetensi dalam pengembangan suatu kawasan perkampungan
nelayan Kota Bengkulu.
Teknik pengumpulan data ini berupa daftar pertanyaan (kuesioner) yang disampaikan
kepada responden. Selain kuesioner yang dibutuhkan adalah peta dan kamera untuk
mendokumentasikan aspek-aspek penting yang menjadi konsentrasi penelitian. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah: survey data primer dengan metode observasi,
metode penyebaran kuesioner, dan metode wawancara. Dalam mencari data sekunder
diperoleh dari literatur yang berkaitan dengan studi yang diteliti. Studi literatur terdiri dari
tinjauan teoritis dan pengumpulan data instansi. Untuk tinjauan teoritis, kegiatan
pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari teori-teori pendapat para ahli yang
berkaitan dengan pembahasan studi. Untuk pengumpulan data dari instansi terkait guna
mendukung pembahasan studi yang disesuaikan dengan kebutuhan data yang diperlukan.
Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dan dari tujuan penelitian, teknik analisis yang
digunakan dalam menentukan konsep pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu
Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 7

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

sebagai kawasan wisata adalah analisis kualitatif diskriptif. Dari sasaran penelitian, analisis
yang dilakukan meliputi:
a. Analisis faktor-faktor penyebab belum berkembangnya kampung nelayan sebagai kawasan
wisata. Dalam analisa ini hasilnya adalah teridentifikasikan faktor penghambat atau
penyebab belum berkembangnya kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai kawasan
wisata, yang berlandaskan pada pendapat stakeholder. Untuk mencapai tujuan tersebut
Teknik Analisa Delphi dipilih karena merupakan prosedur sementara atau perkiraan
pendapat untuk memperoleh dan mencari opini atau pendapat-pendapat untuk yang akan
datang.
b. Analisis potensi pengembangan kampung nelayan sebagai kawasan wisata. Analisis ini
dilakukan secara diskriptif, yang hasilnya mendasari analisis berikutnya. Adapun aktivitas
pengembangan yang akan menjadi parameter adalah berdasarkan tahap pengembangan
yaitu perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan yang melibatkan masyarakat. Dapat
diuraikan aktivitas pengembangan kampung nelayan sebagai kawasan wisata yang
dianalisa antara lain: mengevaluasi kondisi eksisting perkampungan nelayan, mengevaluasi
kriteria pengembangan potensi secara umum, mengevaluasi kriteria perkampungan nelayan
dengan keterlibatan masyarakat.
c. Analisis triangulasi dalam merumuskan konsep pengembangan. Setelah melakukan analisis
untuk mencari faktor penyebab belum berkembangnya kampung nelayan dengan
menggunakan teknik delphi, langkah selanjutnya adalah merumuskan konsep
pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai kawasan wisata berdasarkan
faktor penyebab belum berkembangnya kampung nelayan sebagai kawasan wisata. Sumber
informasi dari analisis triangulasi tersebut adalah hasil dari pengamatan empiris peneliti,
studi empiris kawasan penelitian, dan refrensi-refrensi dari studi literatur. Analisis tersebut
dilakukan dengan cara mensintesakan dari ketiga sumber tersebut dan pada akhirnya
diperoleh suatu konsep pengembangan kampung nelayan sebagai kawasan wisata.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kampung Nelayan Pasar Bengkulu merupakan Kelurahan yang terletak paling utara
dari Kecamatan Sungai Serut yang mempunyai potensi sebagai daerah wisata alam, sejarah
dan budaya. Akan tetapi potensi tersebut belum berkembang secara optimal. Oleh karena itu
dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap faktor penyebab belum berkembangnya
potensi wisata di Kampung Nelayan Pasar Bengkulu.
Analisis faktor-faktor penyebab belum berkembangnya kampung nelayan sebagai
kawasan wisata. Pada analisis ini hasilnya adalah terumuskannya faktor penyebab belum
berkembangnya kampung nelayan sebagai kawasan wisata, yang berdasarkan pada pendapat
stakeholder pengembangan pariwisata setempat. Dalam mencapai tujuan tersebut Teknik
Analisis Delphi dipilih karena merupakan prosedur prediksi atau ramalan pendapat untuk
memperoleh, dan sebagai alat pembanding serta dalam mencari opini untuk yang akan datang.
Dalam analisis ini juga ditujukan untuk menghimpun pendapat tentang identifikasi faktor
tersebut yang berhubungan dengan pola partisipasi dalam pengembangan kampung nelayan
sebagai kawasan wisata terdepan.
Dari hasil beberapa tahapan (iterasi) melalui teknik analisa delphi, ditemukan beberapa
faktor yang disetujui dan disepakati oleh seluruh responden. Dari beberapa faktor ini yang
akan menjadi rekomendasi sebagai faktor penyebab belum berkembangnya kampung nelayan
sebagai kawasan wisata. Beberapa faktor tersebut dijadikan rekomendasi penyebab dari belum
berkembangnya kampung nelayan sebagai kawasan wisata, antara lain:
Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 8

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

a. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal, yaitu: Belum adanya peluang dan kesadaran
pengembangan sumberdaya lokal sebagai atraksi dari obyek wisata di kampung nelayan
Kelurahan Pasar Bengkulu.
b. Keterlibatan Masyarakat dalam Pengembangan Kampung Nelayan, yaitu: Masih
rendahnya kesadaran dan pengetahuan akan pentingnya keterlibatan masyarakat secara
intensif dan komprehensif dalam pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai
kawasan wisata.
c. Dukungan dari Pemerintah Setempat, yaitu: Koordinasi secara intensif dan komprehensif
antar instansi terkait dalam pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai
kawasan wisata belum terlaksana secara optimal.
d. Penguatan Institusi Lokal, yaitu: Belum adanya lembaga yang menangani dalam kegiatan
pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai kawasan wisata secara
komprehensif dan profesional.
e. Keterkaitan terhadap Pengembangan Wilayah, yaitu: Keterkaitan dalam pengembangan
potensi kawasan wisata kampung nelayan di Pasar Bengkulu masih belum secara
menyeluruh turut meningkatkan potensi-potensi lain untuk berkembang.
Analisis Potensi Pengembangan Kampung Nelayan sebagai Kawasan Wisata. Analisis
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi-potensi dalam pengembangan
kampung nelayan sebagai kawasan wisata. Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen
pengembangan kampung nelayan sebagai kawasan wisata, antara lain :
a. Akomodasi, sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat yaitu kampung nelayan
Pasar Bengkulu dan unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.
b. Atraksi, seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi
kampung nelayan yang memungkinkan berintegerasinya wisatawan sebagai partisipasi
aktif, dapat dicontohkan seperti, kursus tari, kerajinan tangan sebagai cinderamata, ritual
adat, dan lain-lain yang lebih spesifik.
Penilaian kondisi fisik dan non fisik eksisting perkampungan nelayan di Kelurahan
Pasar Bengkulu sebagai identifikasi potensi. Adapun identifikasi ini adalah dengan
mengevaluasi dari kondisi eksisting fisik dan non fisik perkampungan nelayan berdasarkan
standar Ditjen Cipta Karya. Setelah melakukan evaluasi kondisi eksisting fisik dan non fisik
pada kampung nelayan secara umum maka dapat disimpulkan bahwa, kampung nelayan Pasar
Bengkulu secara kondisi eksisting fisik dinyatakan baik, karena:
a. Kondisi eksisting permukiman perumahan perkampungan nelayan Pasar Bengkulu hampir
keseluruhan mempunyai luasan rata-rata 7 M² / orang.
b. Air bersih cukup tersedia di setiap perumahan penduduk, dengan rata-rata penggunaan
50 L / hari / orang.
c. Terdapat jalan setapak dan jalan aspal dilingkungan permukiman penduduk kampung
nelayan Pasar Bengkulu serta pematusan sesuai dengan panjang jalan.
d. Sampah atau limbah rumah tangga diangkut setiap hari dan untuk penggunaan MCK
dipakai 2 keluarga.
e. Fasilitas umum atau sarana lingkungan dalam perkampungan nelayan Pasar Bengkulu,
yaitu balai desa dapat menampung 90 %.
f. Sarana lingkungan dalam kegiatan perekonomian masyarakat kampung nelayan Pasar
Bengkulu, adanya pasar didalam perkampungan dengan jarak < 3 KM.
Sedangkan dalam kondisi eksisting non fisik kampung nelayan Pasar Bengkulu
dinyatakan cukup baik, karena:

Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 9

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

a. Lahan perkampungan nelayan Pasar Bengkulu yang terbangun mendekati < 60 % dari
seluruh luas wilayah perkampungan nelayan, yaitu 7.50 Ha yang terdiri dari 6 RT dan 2
RW dengan populasi penduduk 1621 jiwa yang memiliki 412 KK.
b. Kecuraman pantai dari perkampungan nelayan Pasar Bengkulu < 10% dari kondisi fisik
lingkungan alam dan untuk penutupan pada terumbu karang yang ada dipantai Pasar
Bengkulu lebih dari 50 %, yang merupakan satu potensi dari wisata pantai.
Analisis triangulasi dalam merumuskan konsep pengembangan. Konsep pengembangan
kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai kawasan wisata dalam hal ini dirumuskan untuk
menangani faktor-faktor yang menyebabkan belum berkembangnya kampung nelayan sebagai
kawasan wisata. Perumusan konsep pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai
kawasan wisata dilakukan dengan triangulasi antara preferensi masyarakat Kelurahan Pasar
Bengkulu dan referensi mengenai konsep pengembangan kampung nelayan sebagai kawasan
wisata, serta studi empiri kawasan kampung nelayan sebagai kawasan wisata lain. Faktorfaktor yang menyebabkan belum berkembangnya kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai
kawasan wisata tersebut dapat diatasi melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menangani faktor-faktor yang menyebabkan belum berkembangnya kampung nelayan
Pasar Bengkulu sebagai kawasan wisata dengan menggunakan prinsip konsep
pengembangan yang sesuai dengan melibatkan masyarakat setempat, sehingga menemukan
konsep penanganan kampung nelayan sebagai kawasan wisata.
b. Dengan mengkombinasikan dari prinsip konsep pengembangan kampung nelayan sebagai
kawasan wisata yang sejenis melalui proses triangulasi, sehingga dapat ditemukan konsep
umum pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai kawasan wisata.
Secara sistematis hasil penggabungan beberapa konsep pengembangan kampung
kawasan wisata yang disesuaikan dalam menangani faktor penyebab belum berkembangnya
kampung nelayan sebagai kawasan wisata di Kelurahan Pasar Bengkulu berdasarkan variabel
penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pemanfaatan Sumber Daya Lokal, hasil triangulasi konsep pengembangan kampung
nelayan sebagai kawasan wisata adalah:
• Menetapkan prioritas pengembangan potensi wilayah yang lebih mendominasi (seperti
potensi pantai dan sungai serut) dengan membangun kios-kios penjualan ikan olahan
masyarakat setempat
• Meningkatkan pengembangan kegiatan pariwisata dengan sektor lainnya
(pengembangan kerajinan batik basurek dan produk olahan : ikan kering, pendap,
gelamai)
• Mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lokal yang belum dimanfaatkan, seperti
keberadaan Sungai Serut yang memiliki potensi ekonomi, dengan menciptakan suatu
tempat wisata kuliner (warung-warung apung) disepanjang Sungai Serut melalui
penataan ruang yang dilakukan berdasarkan pendekatan secara terkoordinasi,
berwawasan lingkungan, dengan memaksimalkan kondisi alam serta budaya sebagai
atraksi wisata.
• Pemeliharaan secara berkala pada infrastruktur (jalan yang terbangun) serta fasilitas
yang sudah ada guna akses pendukung perkembangan kampung.
b. Keterlibatan Masyarakat, hasil triangulasi konsep pengembangan kampung nelayan
sebagai kawasan wisata adalah:
• Merumuskan program-program dalam pengembangan kampung untuk menarik minat
dan keinginan masyarakat setempat, yang bertujuan memberikan manfaat ekonomi bagi
kesejahteraan masyarakat kampung nelayan (seperti bantuan dana dalam peluang usaha
home industri dan koperasi nelayan).
Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 1 0

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

• Memberikan insentif yang sesuai bagi masyarakat untuk dapat lebih tertarik dalam
berpartisipasi secara intensif dengan memberikan program atau kegiatan rutin dalam
pemeliharaan aset wisata dan peluang usaha.
c. Penguatan Institusi Lokal, hasil triangulasi konsep pengembangan kampung nelayan
sebagai kawasan wisata adalah:
• Penguatan institusi lokal atau kelembagaan yang profesional, dalam mengatur peluang
usaha dibidang kepariwisataan pada masyarakat dengan atau tanpa adanya program
perbaikan kampung
• Meningkatkan keterampilan dan kemampuan sumberdaya manusia dalam pengelolaan
program-program pariwisata dengan memberikan pelatihan yang sesuai kebutuhan
pengembangan kampung nelayan (seperti manajemen pariwisata), baik yang formal
atau non formal agar dapat merumuskan kebijakan-kebijakan terkait pengembangan
kampung sebagai kawasan wisata.
• Peningkatan sumberdaya manusia dan pembinaan kualitas pendidikan masyarakat
kampung nelayan melalui anggota masyarakat lain yang memiliki pendidikan yang
lebih tinggi dan berwawasan luas.
d. Dukungan Pemerintah, hasil triangulasi konsep pengembangan kampung nelayan sebagai
kawasan wisata adalah:
• Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait untuk mendukung pengembangan
kampung nelayan baik dalam bentuk investasi modal, promosi, dan teknologi.
• Perbaikan kawasan kampung nelayan melalui penyediaan prasarana dan sarana untuk
desa-desa pesisir atau kampung nelayan.
• Menetapkan prioritas pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu dalam
perencanaan pembangunan daerah sebagai kawasan wisata yang berpotensial dengan
memberikan dukungan melalui kemudahan birokrasi bagi investor yang ingin
menanamkan modalnya.
e. Keterkaitan Pengembangan Wilayah, hasil triangulasi konsep pengembangan kampung
nelayan sebagai kawasan wisata adalah:
• Menciptakan sinergi keterkaitan antar wilayah kampung nelayan yang memiliki potensi
wisata alam untuk lebih komprehensif dalam mengembangkan kawasan wisata, agar
dapat lebih seimbang dalam memajukan dan mengendalikan kegiatan dalam
mempromosikan kawasan tersebut dibidang kepariwisataan.
• Menciptakan hubungan atau link langsung dengan pasar yang lebih luas, baik nasional
maupun internasional, sehingga peningkatan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan
pariwisata dengan sektor lainnya dapat memberikan nilai efisiensi yang tinggi dan laju
percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah.
• Pemberdayaan kaum wanita pesisir laut dalam produksi kerajinan tangan & manajemen
pemasaran hasil produksinya. (seperti batik basurek & pengembangan hasil produk
olahan ikan kering, ikan asin, abon, gelamai, pendap, ikan pais ).

V. KESIMPULAN

Melalui serangkaian tahapan penelitian dan analisis terdahulu dapat disimpulkan faktor
penyebab belum berkembangnya kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai kawasan wisata,
adalah: rendahnya keterlibatan masyarakat, belum adanya peluang dalam mengembangkan
sumberdaya lokal sebagai bagian dari pengembangan atraksi wisata, belum terlaksananya
koordinasi secara intensif dan komprehensif antar instansi terkait, belum adanya kelembagaan
Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 1 1

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

yang menangani dalam kegiatan pengembangan kampung nelayan, sosialisasi dan pelatihan
masih bersifat insidentil dan tidak menyeluruh, belum seimbangnya pemberdayaan dan
kualitas sumberdaya manusia yang profesional, keterkaitan dalam pengembangan potensi
kawasan wisata dengan potensi wilayah belum secara menyeluruh dan optimal, serta belum
efektifnya upaya dalam menciptakan link dengan pasar yang lebih luas.
Setelah didapatkan faktor penyebab belum berkembangnya kampung nelayan Pasar
Bengkulu, selain itu juga didapatkan potensi yang bisa dikembangkan di kampung nelayan
Pasar Bengkulu sebagai kawasan wisata. Kedua aspek ini dianalisis dengan metode triangulasi
yang menghasilkan konsep pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu sebagai
kawasan wisata, yaitu:
a. Menetapkan prioritas pengembangan potensi wilayah yang lebih mendominasi.
b. Meningkatkan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan pariwisata yang baik dengan
sektor lainnya.
c. Perbaikan dan pemeliharaan secara rutin pada kawasan kampung nelayan melalui
penyediaan prasarana dan sarana.
d. Pemanfaatan sumberdaya lokal yang merupakan potensi dari wilayah, seperti keberadaan
Sungai Serut memiliki potensi ekonomi.
e. Pemberdayaan kaum wanita pesisir laut dalam produksi kerajinan tangan dan manajemen
pemasaran hasil produksinya.
f. Memberikan insentif yang sesuai bagi masyarakat untuk dapat lebih tertarik dalam
berpartisipasi secara intensif dengan memberikan program atau kegiatan rutin dalam
pemeliharaan aset wisata dan peluang usaha.
g. Memberikan peluang seluas-luasnya kepada masyarakat lokal untuk dapat menjadi bagian
pengembangan kampung nelayan.
h. Pemeliharaan secara berkala pada infrastruktur (jalan yang terbangun) serta fasilitas yang
sudah ada guna akses pendukung perkembangan kampung.
i. Penguatan institusi lokal atau kelembagaan yang menangani pengembangan potensi
wilayah wisata.
j. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam pengelolaan program-program
pariwisata dengan memberikan pelatihan yang sesuai kebutuhan pengembangan kampung
nelayan seperti manajemen pariwisata.
k. Menciptakan sinergi keterkaitan pengembangan kampung sebagai kawasan wisata dengan
sektor lain.
l. Kelembagaan yang dibentuk oleh masyarakat secara berkala, agar dapat melakukan
regenerasi serta reorganisasi kelembagaan.
m. Menetapkan prioritas pengembangan kampung nelayan Pasar Bengkulu dalam
perencanaan pembangunan daerah sebagai kawasan wisata yang berpotensial.
Memperhatikan kesimpulan dan hasil analisis, maka disarankan perlu dilakukan kajian
terhadap prioritas pengembangan potensi wilayah pesisir dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Bengkulu dan melakukan perencanaan lebih mendetail tentang mekanisme
pengembangan kampung nelayan sebagai kawasan wisata. Beberapa aspek penting yang harus
diperhatikan dalam pengembangan kampung nelayan sebagai kawasan wisata adalah:
penguatan organisasi dan kelembagaan, pembinaan masyarakat di sekitar kawasan wisata
Pantai Kota Bengkulu, perbaikan dan pemeliharaan fasilitas penunjang atraksi, peningkatan
usaha jasa dan infrastruktur transportasi, perlu penekanan industri pariwisata yang akan
dikembangkan, melestarikan obyek wisata alam dan budaya, mengembangkan jalur wisata,
pemasaran dan promosi digencarkan, dan mutu dan citra pariwisata Bengkulu ditingkatkan.
Jur us an Ar s it ek t ur IT S – Mar et 2 0 1 0 | 1 2

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

VI. DAFTAR PUSTAKA

Alisjabana. 2001. Model Peran Serta Masyarakat dan Swasta serta Pemuda Dalam
Pengelolaan dan Pembangunan Kota Dalam Manajemen Lingkungan Perkotaan.
Lembaga Penelitian ITS, Surabaya.
Ardika, IG. Otonomi dan Pengembangan Pariwisata, diperoleh dari