PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS (1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN INKUIRI GURU
KIMIA DI KABUPATEN DEMAK
Saptorini
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

Abstract. Teachers’ difficulties to design and implement inquiry-based chemistry learning cause the
low students’ ability in preparing concept maps for a discussed-material. As a result, students’
understanding in chemistry were still low. The objective of this activity is to inform and train high
school chemistry teachers in Demak regency to be able to design and implement inquiry-based
chemistry learning and able to give an inquiry experience to their students so that there would be an
increase mastery of chemical concepts, which in turn can improve students’ chemistry outcomes. The
method used in this activity included the giving of information about the importance of inquiry in
teaching chemistry, workshop on the design and implementation of inquiry-based chemistry learning,
evaluation and feedback between the trainees and teams. The results showed that the development of
inquiry-based chemistry learning in Demak regency shows the positive progress toward the
development and implementation this learning model in the wider scope. The implementation of
inquiry-based chemistry learning on reduction-oxidation reaction and electrochemistry topic showed the
increase in students’ motivation and outcomes.
Abstrak. Kesulitan guru dalam mendesain dan mengimplementasikan pembelajaran kimia berbasis
inkuiri berakibat pada rendahnya kemampuan siswa dalam menyusun peta konsep untuk suatu materi

bahasan. Sebagai akibatnya, pemahaman kimia siswa masih rendah. Kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini bertujuan untuk menginformasikan dan melatih guru-guru kimia di Kabupaten Demak
agar mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran kimia berbasis inkuiri dan mampu melatihkan
inkuiri kepada siswanya sehingga terjadi peningkatan penguasaan konsep kimia, yang selanjutnya dapat
meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi
penyuluhan tentang pentingnya aspek inkuiri dalam pembelajaran kimia, workshop tentang desain dan
implementasi pembelajaran kimia berbasis inkuiri, evaluasi program dan umpan balik antara para
peserta pelatihan dan tim pelaksana. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pengembangan model
pembelajaran kimia berbasis inkuiri di Kabupaten Demak menunjukkan kemajuan yang positif menuju
ke arah penerap-kembangan model ini secara lebih luas. Selain itu, penerapan model pembelajaran
kimia berbasis inkuiri pada pokok bahasan redoks dan elektrokimia memberikan peningkatan motivasi
dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: pembelajaran kimia berbasis inkuiri

PENDAHULUAN
Pendidikan
sains
di
era
modern

memfokuskan pada kemampuan peserta didik
untuk aktif dalam proses pembelajaran melalui
proses eksplorasi. Secara spesifik, pendidikan masa
kini mencoba membantu peserta didik belajar
untuk mengorganisasi dan mengkonstruksi
pendapat, merumuskan masalah, menyusun
hipotesis, dan mencari pembuktian sendiri. Prosesproses tersebut dapat membantu peserta didik
menyusun kemampuan berfikir mereka dan
mengelola
kemampuan
mereka
dalam
memecahkan masalah sehingga memfasilitasi
pembelajaran konsep sains (Tabak, dkk., 1996).
Peningkatan kualitas pembelajaran kimia di
SMA/MA masih perlu dilaksanakan terus menerus

untuk menyesuaikan perkembangan ipteks. Di sisi
lain, pengembangan pembelajaran kimia saat ini
masih dirasa kurang membekali siswa dalam

kemampuan inkuiri, padahal konsep kimia
merupakan konsep yang walaupun abstrak namun
kasat logika. Kemampuan inkuiri ini sangat penting
dan harus dimiliki oleh siswa untuk menemukan
sendiri konsep yang dipelajarinya dengan melihat
fenomena-fenomena yang tersaji di sekitarnya.
Pembelajaran inkuiri merupakan suatu
strategi mengenai eksplorasi pengetahuan peserta
didik. Meskipun para peneliti memiliki definisi
berbeda tentang inkuiri (Suthers, 1996; Looi, 1998;
White dan Frederiksen, 1998), namun pada
umumnya mereka sepakat bahwa setidaknya ada
empat tahap penting dalam pelaksanaan
pembelajaran inkuiri yaitu membuat hipotesis,

mengumpulkan data, menginterpretasikan bukti,
dan menarik kesimpulan. Penelitian terdahulu
menemukan
bahwa
pembelajaran

inkuiri
meningkatkan hasil belajar peserta didik,
khususnya dalam aspek keterampilan pemecahan
masalah, kemampuan menjelaskan data, berfikir
kritis, dan memahami konsep-konsep dalam
pembelajaran sains (Chiappetta dan Russel, 1982;
Saunders dan Shepardson, 1987; Haury, 1993).
Target pembelajaran berbasis inkuiri adalah
membantu siswa dalam mengembangkan disiplin
intelektual yang diperlukan dalam meneliti data.
Inkuiri merupakan seni mengajukan pertanyaanpertanyaan sains tentang fenomena alam dan
menemukan jawaban
tentang pertanyaanpertanyaan tersebut. Berbagai teori di atas
menggambarkan
pentingnya
menerapkan
pembelajaran
berbasis
inkuiri
untuk

mengorganisasi pengetahuan sebagaimana yang
biasa dilakukan oleh para ilmuwan.
Pembelajaran kimia berbasis inkuiri
merupakan upaya untuk melatihkan inkuiri kepada
siswa mengenai bagaimana ilmuwan menemukan
dan mengungkap gejala alam. Kenyataannya,
berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan
khalayak sasaran, sebagian besar pembelajaran
kimia yang diselenggarakan di SMA/MA
Kabupaten Demak belum dirancang sebagai
pembelajaran berbasis inkuiri.
Hasil pengamatan dan wawancara yang
dilakukan oleh tim pelaksana menunjukkan bahwa
guru seringkali kesulitan untuk membekali dan
melatihkan inkuiri kepada siswanya karena
rendahnya kemampuan inkuiri para guru kimia
tersebut. Hal ini juga terlihat dari rendahnya
kemampuan siswa dalam menyusun peta konsep
untuk suatu materi bahasan. Sebagai akibatnya,
siswa belum mampu melakukan inkuiri pada

pembelajaran kimia. Hal tersebut dimungkinkan
terjadi selain karena kurangnya latihan inkuiri
siswa, juga karena rendahnya kemampuan inkuiri
guru kimia sehingga berakibat pada kualitas
pembelajaran yang kurang bermakna serta
menyentuh akar permasalahan.
Dalam kegiatan ini akan dilatihkan dan
dikembangkan suatu inovasi model pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan inkuiri siswa
calon guru kimia melalui pelatihan dan lokakarya
yang mengangkat tema pembelajaran kimia
SMA/MA berbasis inkuiri. Beberapa hasil
penelitian menyebutkan bahwa kemampuan inkuiri
siswa (Sudarmin, 2007), yaitu dengan nilai N-gain
sebesar 0,431 dan masih terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok prestasi tinggi dan

rendah dalam pengusaannya. Siswa sering salah
dalam merumuskan kesimpulan dari suatu bahasan
kimia, serta kurang mampu dalam menetapkan

konsep, teori, prinsip, dan aturan-aturan yang
mendasari suatu konsep kimia. Hal ini juga terjadi
dalam pembelajaran kimia di SMA/MA yang akan
berakibat pada rendahnya tingkat pemahaman
siswa terhadap pokok bahasan yang disajikan guru.
Model
pembelajaran
yang
dapat
membangun kemampuan berpikir logis, analisis,
sistematis dan membangun sikap ilmiah, yang
banyak direkomendasikan para ahli adalah model
pembelajaran
inkuiri
yang
memberikan
kesempatan peserta didik untuk belajar
menemukan dan tidak hanya menerima (Heuvelen
dalam Wiyanto, 2005). Kesempatan belajar
menemukan dapat dikembangkan dalam bentuk

pembelajaran kimia berbasis inkuiri. Namun
kenyataannya, sebagian besar pembelajaran kimia
berbasis inkuiri di SMA/MA belum terlaksana.
Pembelajaran kimia yang berlangsung selama ini
masih bersifat doktrinasi, yaitu hanya menerima
konsep atau prinsip dan menelannya tanpa tahu dari
mana konsep tersebut diperoleh.
Pentingnya kegiatan ini dilakukan, juga
bertolak dari beberapa kondisi pembelajaran kimia
yang berlangsung selama ini antara lain (a)
pembelajaran kimia dilaksanakan hanya dalam
jumlah waktu yang terbatas (beberapa jam
pelajaran tiap minggunya), (b) pelaksanaan
pembelajaran bersifat doktrinasi, dan (c) kurang
melibatkan siswa dalam latihan inkuiri. Beberapa
kontradiksi pembelajaran kimia tersebut harus
segera diatasi sebagai antisipasi menghadapi
semakin beratnya pencapaian nilai UN yang
disyaratkan oleh kementerian pendidikan nasional.
Guru kimia diharapkan memiliki kemampuan

inkuiri serta kemampuan merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis
inkuiri. Kegiatan ini terfokus pada peningkatan
kemampuan inkuiri guru kimia melalui pelatihan
dan lokakarya tentang pengembangan model
pembelajaran berbasis inkuiri yang dapat
ditumbuhkan melalui topik-topik pembelajaran
kimia.
Lawson (2001) menyatakan seorang guru
agar mampu mengajar dengan metode inkuiri,
maka mereka harus pernah menerima contoh
model pembelajaran dengan berbasis inkuiri.
Kegiatan ini akan memberikan bekal kemampuan
melatihkan inkuiri bagi guru kimia SMA/MA,
meningkatkan
kemampuan
merancang
pembelajaran kimia berbasis inkuiri sehingga akan

meningkatkan penguasaan konsep-konsep kimia

siswa.
Sebanyak 98% guru kimia SMA/MA di
Kabupaten Demak merupakan sarjana pendidikan
kimia namun sebanyak 87,6% dari mereka merasa
kesulitan dalam merancang pembelajaran kimia
berbasis inkuiri serta melatihkan inkuiri kepada
para siswanya. Sebagai akibatnya, seringkali siswa
mengalami kesulitan dalam penguasaan konsepkonsep kimia. Dari gambaran tersebut, maka perlu
dilakukan pelatihan kepada guru kimia untuk
merancang pembelajaran kimia berbasis inkuiri dan
melatihkan inkuiri kepada siswanya dalam
penguasaan konsep -konsep kimia.
Tujuan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini adalah untuk menginformasikan dan
melatih guru-guru kimia SMA/MA di Kabupaten
Demak agar mampu merancang dan melaksanakan
pembelajaran kimia berbasis inkuiri dan mampu
melatihkan inkuiri kepada siswanya sehingga
terjadi peningkatan penguasaan konsep kimia, yang
selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar kimia

siswa.
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan
pengabdian ini adalah para guru kimia SMA/MA di
Kabupaten Demak mampu merancang dan
melaksanakan pembelajaran kimia berbasis inkuiri,

dan mampu melatihkan inkuiri kepada siswanya
agar terjadi peningkatan penguasaan konsep kimia.
METODE
Dari permasalahan yang teridentifikasi di
atas, diperlukan langkah konkrit yang terintegrasi
yaitu: (1) penyuluhan tentang pentingnya aspek
inkuiri dalam pembelajaran kimia bagi siswa dalam
rangka penguasaan konsep kimia, (2) workshop
tentang pembelajaran kimia berbasis inkuiri, dari
bagaimana
merancang
dan
melaksanakan
pembelajaran berbasis inkuiri hingga melatihkan
inkuiri kepada siswa dilanjutkan dengan praktik
langsung oleh peserta, evaluasi program dan
umpan balik antara para peserta pelatihan dan tim
pengabdian masyarakat. Kegiatan ini menampung
segala aspirasi dari peserta pelatihan dan dicarikan
solusi terbaik dengan cara diskusi secara terbuka.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini
dilaksanakan pada pertemuan Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) Kimia di Kabupaten
Demak. Untuk tahap awal dipilih sebagai khalayak
sasaran antara yang strategis yaitu para guru kimia
SMA/MA anggota MGMP Kimia khususnya yang
mampu dan berpotensi untuk mengembangkan dan
menyebarluaskan keterampilan ini.

Guru kimia SMA/MA
Kabupaten Demak

Belum mampu merancang
pembelajaran kimia berbasis inkuiri
dan melatihkan inkuiri pada siswa

Peningkatan kemampuan merancang
pembelajaran kimia berbasis inkuiri dan
melatihkan inkuiri pada siswa

Workshop dengan materi “pengembangan model berbasis
inkuiri bagi guru kimia SMA/MA di Kabupaten Demak”

Peningkatan kemampuan dalam merancang pembelajaran
kimia berbasis inkuiri dan melatihkan inkuiri pada siswa

Berimplikasi

Peningkatan penguasaan konsep kimia siswa, yang berdampak
pada peningkatan hasil belajar siswa

Gambar 1. Kerangka pemecahan masalah

Berdasarkan hasil pendaftaran, ada sekitar
20 guru Kimia SMA/MA di Kabupaten Demak
yang akan mengambil bagian pada kegiatan ini.
Untuk selanjutnya para peserta pelatihan tersebut
diharapkan dapat mempraktikkan secara langsung
dalam pembelajaran di kelas khususnya bagi guru–
guru Kimia yang mengajar di kelas imersi maupun
RSBI dan dapat menularkan pengetahuan dan
keterampilannya pada lingkup yang lebih luas.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini,
evaluasi akan dilakukan dalam dua bentuk utama
yaitu kegiatan penyuluhan dan praktik pelaksanaan
pembelajaran berbasis inkuiri dan bagaimana
melatihkan inkuiri kepada siswa. Evaluasi ini
sangat penting karena program ini mempunyai
tujuan lain yaitu untuk meningkatkan penguasaan
konsep kimia siswa yang direpresentasikan oleh
peningkatan hasil belajar kimia siswa untuk pokok
bahasan terkait. Keberhasilan pelatihan dan praktik
dievaluasi dengan penyebaran angket kepada
peserta yang berisi tentang sikap atau tanggapan
mengenai kegiatan ini, serta keberhasilan praktik
guru model yang ditunjuk untuk mempraktikkan
keterampilan ini.
Pengumpulan Guru-Guru Kimia SMA/MA
Kabupaten Demak melalui Pertemuan MGMP

Perancangan pembelajaran
kimia berbasis inkuiri

Penyuluhan tentang pembelajaran kimia
berbasis inkuiri, dilanjutkan dengan
pemberian contoh kepada khalayak sasaran
tentang pembelajaran dimaksud

Lokakarya tentang pembelajaran kimia berbasis
inkuiri diikuti oleh seluruh peserta dibimbing oleh
Tim Pelaksana dimulai dari perancangan dan
pelaksanaan oleh guru

Diskusi antara guru
praktikan, peserta kegiatan,
dan tim pelaksana

Praktik pembelajaran kimia berbasis iinkuiri di
SMAN 3 Demak oleh guru praktikan, dengan
observasi oleh peserta lain dan tim pelaksana

EVALUASI DAN
REFLEKSI

Gambar 2. Materi IPTEKS yang diberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kegiatan
Kegiatan ini didasarkan atas kurangnya
pemahaman dan upaya guru untuk melaksanakan
pembelajaran kimia berbasis inkuiri di sekolah.

Padahal paradigma pendidikan di era global ini
menuntut adanya inovasi guru sebagai fasilitator
pembelajaran
untuk
selalu
memberikan
pembaharuan-pembaharuan
dalam
bidang
pendidikan dalam rangka menghasilkan lulusan
yang berkualitas. Hasil angket evaluasi kegiatan
menunjukkan sebesar 97% khalayak sasaran yang
hadir belum dan enggan melaksanakan
pembelajaran kimia berbasis inkuiri, dan ingin
mengetahui apa dan bagaimana
model
pembelajaran tersebut apabila diterapkan di
sekolah.
Kurangnya pemahaman dan upaya guru
dalam mendesain pembelajaran kimia berbasis
inkuiri di sekolah telah diatasi oleh tim kegiatan
pengabdian
kepada
masyarakat
dengan
mengadakan workshop dengan tema pembelajaran
kimia di sekolah berbasis inkuiri. Dengan kegiatan
workshop tersebut, peserta yang terdiri atas guruguru kimia SMA/MA Kabupaten Demak diberikan
pengetahuan tentang apa itu pembelajaran kimia
berbasis inkuiri, bagaimana mendesainnya, dan apa
manfaat yang dapat dihasilkan. Tim kegiatan selain
memberikan materi atau teori, juga diberikan
contoh-contoh materi yang dapat di-inkuiri-kan,
disertai dengan penyampaiannya kepada siswa.
Antusiasme peserta sangat terlihat saat
dibuka sessi tanya-jawab. Banyak peserta
mengajukan pertanyaan, diantaranya topik apa saja
yang dapat diinkuirikan, apakah yang selama ini
peserta lakukan dalam pembelajaran sudah
termasuk inkuiri, serta bagaimana menyikapi dan
menyampaikan topik yang akan disampaikan
dengan model inkuiri.
Peserta merasa bahwa kegiatan ini sangat
bermanfaat bagi pembelajaran kimia di sekolah
khususnya di Kabupaten Demak. Peserta sangat
ingin mulai mendesain pembelajaran kimia
berbasis inkuiri dan menyebarluaskan pengetahuan
ini kepada guru-guru kimia maupun ilmu-ilmu lain.
Untuk itu, peserta diminta untuk melakukan desain
pembelajaran kimia berbasis inkuiri sesuai dengan
kelas yang diampu secara berkelompok dalam satu
sekolah. Desain yang dimaksud berupa Rancangan
Rencana Pembelajaran (RPP), Rancangan
Praktikum/Demonstrasi, dilengkapi dengan media
pembelajaran. Desain yang telah disusun oleh
kelompok peserta diperiksa dan diberikan score
oleh tim pelaksana, dan selanjutnya diranking.
Pada pertemuan ke dua kegiatan workshop
ini, peserta dengan peringkat tiga besar diminta
untuk mempresentasikan temuannya. Presentasi
mendiskusikan tentang RPP dan rancangan
percobaan terkait topik yang diambil, media yang

digunakan, serta implementasi dan evaluasinya.
Evaluasi terhadap hasil desain peserta dilakukan
secara bersama-sama dengan dibuka sessi tanya
jawab. Dari hasil presentasi tersebut diperoleh
berbagai masukan baik dari peserta lain maupun
tim pelaksana. Dengan demikian, peserta
presentator lebih kaya wacana dan informasi akan
model pembelajaran kimia berbasis inkuiri beserta
desain dan implementasinya.
Pembahasan
Sebagaimana telah diungkapkan dalam
tinjauan pustaka yang dirujuk oleh tim pelaksana,
pembelajaran inkuiri merupakan suatu strategi
mengenai eksplorasi pengetahuan peserta didik.
Jelas bahwa dalam rangka eksplorasi pengetahuan
peserta didik, diperlukan keja keras dan upaya yang
tidak henti-hentinya dari guru sebagai fasilitator
untuk berinovasi dalam menyajikan pembelajaran.
Demikian juga pembelajaran kimia.
Hasil belajar siswa untuk topik yang
dibelajarkan secara inkuiri dari hasil wawancara
dengan guru bidang studi kimia mengalami
peningkatan, meskipun tidak drastis. Hal itu tidak
terlepas dari peningkatan motivasi siswa dalam
pembelajaran kimia selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal itu sesuai dengan salah satu
keuntungan dari model pembelajaran inkuiri, yaitu
mampu meningkatkan mutu pembelajaran kimia
dengan meningkatnya penguasaan konseptual dan
prosedural pada siswa.
Fase inkuiri yang meliputi (1) pertanyaan
umpan, (2) hipotesis, (3) peragaan, (4) evaluasi
hipotesis, (5) membuat kesimpulan, dan (6)
penerapan (Wilkins, 1982) sebagaimana telah
dicontohkan
oleh
tim
pelaksana,
telah
diterapkembangkan oleh guru-guru bidang studi
kimia, meskipun tidak semua. Siswa terlihat cukup
antusias dengan model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru. Namun, kemampuan guru
untuk membuat pertanyaan umpan masih perlu
diasah agar mampu mendorong siswa untuk
berpikir komprehensif dalam menyusun hipotesis.
Beberapa
karakteristik
pembelajaran
berbasis inkuiri yang diantaranya (a) mampu
memvisualisasikan konsep; (b) siswa mampu
merepresentasikan dan memanipulasikan konsep
secara mudah; dan (c) representasi terhadap
fenomena dan konsep kimia terjadi secara
multilevel dan berkelanjutan (Hickey dkk., 2000),
telah teramati pada proses pembelajaran kimia di
SMA Negeri 3 Demak pada pokok bahasan redoks
dan elektrokimia. Meskipun karakteristik ke tiga,
yaitu representasi terhadap fenomena dan konsep

kimia yang seharusnya terjadi secara multilevel dan
berkelanjutan, masih teramati sebatas muncul dan
belum terjadi secara massal.
Sangat dapat dipahami bahwa peningkatan
motivasi dan hasil belajar siswa tidak begitu
signifikan. Hal itu karena pembelajaran berbasis
inkuiri harus dilakukan secara terus menerus dan
dalam waktu yang lama, sebagaimana yang
dilakukan oleh Lynch dkk. (2005). Untuk itu,
MGMP sebagai organisasi profesi guru kimia di
Kabupaten Demak sangat berperan dalam
mewadahi aktivitas, kreativitas, dan pengembangan
profesi guru, dan diharapkan mampu bekerja sama
dengan
tim
dalam
menerapkembangkan
pembelajaran kimia berbasis inkuiri.
Hambatan yang Dihadapi
Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini bisa dikatakan tidak ada
hambatan berarti. Hanya masalah waktu
pelaksanaan yang sering bertepatan dengan jadwal
guru-guru kimia, sehingga persentase kehadiran
dosen tidak mencapai 85% untuk tiap pertemuan.
Namun, hal tersebut tidak membuat tim pelaksana
dan peserta yang hadir tidak patah semangat untuk
melaksanakan kegiatan dan berbagi wawasan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari
pelaksanaan
kegiatan
pengabdian
kepada
masyarakat ini adalah (1) pengembangan model
pembelajaran kimia berbasis inkuiri di SMA/MA
Kabupaten Demak dilakukan melalui workshop
bagi guru-guru bidang studi kimia. Hasilnya
menunjukkan kemajuan yang positif menuju ke
arah penerap-kembangan model ini secara lebih
luas. (2) Penerapan model pembelajaran kimia
berbasis inkuiri pada pokok bahasan redoks dan
elektrokimia memberikan peningkatan motivasi
dan hasil belajar siswa.
Saran
Hal-hal yang dapat disarankan oleh tim
pelaksana
terkait
dengan
implementasi
pembelajaran kimia berbasis inkuiri adalah (1)
perlu dilakukan pemilihan topik dan desain
pembelajaran yang tepat agar model ini dapat
diterapkan, (2) perlu adanya optimalisasi MGMP

kimia di setiap Kabupaten untuk meningkatkan
profesionalisme guru-guru bidang studi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
(2006). Panduan penyusunan kurikulum
tingkat satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Jakarta:
Depdiknas.
____. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan
mata pelajaran Kimia SMA. Jakarta:
Depdiknas.
Chiappetta, E.L. dan Russell, J.M. 1982. The
relationship among logical thinking,
problem solving instruction, and
knowledge and application of earth
science
subject
matter.
Science
Education, 66, 1, 85–93.
Hickey, D. T.,Wolfe, E.W., dan Kindfield, A. C. H.
(2000). Assessing learning in a
technology-supported
genetics
environment:
Evidential
and
consequential
validity
issues.
Educational Assessment, 6, 155–196.
Lawson, A.E. (2001). Science Teaching and The
Devopment of Thinking, California:
Wadsworth Company.
Looi,
C.K.
(1998)
Interactive
learning
environments for promoting inquiry
learning. Journal of Educational
Technology Systems, 27, 1, 3–22.
Lynch, S., Kuipers, J., Pyke, C., dan Szesze, M.
(2005). Examining the effects of a highly
rated science curriculum unit on diverse

students: Results from a planning grant.
Journal of Research in Science Teaching,
42, 921–946.
Saunders, W.L. dan Shepardson, D. 1987. A
comparison of concrete and formal
science instruction upon science
achievement and reasoning ability of
sixth grade students. Journal of Research
in Science Teaching, 24, 1, 39–51.
Sudarmin.
2007.
Pengembangan
Model
Pembelajaran Kimia Organik dan
Keterampilan Generik Sains Bagi Calon
Guru Kimia . Disertasi Pend. IPA.
Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.
Tidak diterbitkan.
Suthers, D. 1996. Distributed tools for collaborative
learning and coached apprenticeship
approaches to critical inquiry. ITS′96,
June 12–14, Montreal.
Tabak, I., Smith, B.K., Sandoval, W.A. dan
Reiser, B.J. 1996. Combining General
and Domain-Specific Strategic Support
for Biological Inquiry. ITS′96, June 12–
14, Montreal.
White, B.Y. dan Frederiksen, J.R. 1998. Inquiry,
modeling, and metacognition: Making
science accessible to all students.
Cognition and Instruction, 16, 3–118.
Wiyanto, 2005. Pengembangan Kemampuan
Merancang dan melaksanakan Kegiatan
Laboratorium Fisika Berbasis Inkuiri
Bagi Siswa Calon Guru, Rangkuman
Disertasi, PPS-UPI, Bandung.