Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi, dan Insider Ownership Terhadap Nilai Perusahaan

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial maupun potensi non finansial dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi perusahaan dalam jangka panjang. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang berarti juga dapat memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham.

Pemegang saham menunjuk manajer perusahaan untuk mengelola perusahaan, dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah karena tujuan perusahaan bertentangan dengan tujuan pribadi manajer. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun di sisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan manajer. Penyatuan kepentingan pihak - pihak ini seringkali menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan (agency problem).

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa konflik keagenan disebabkan antara lain oleh pembuatan keputusan aktivitas pencarian dana (financing decision) dan pembuatan keputusan bagaimana dana tersebut diinvestasikan. Ada beberapa tahap yang dapat dilakukan oleh pemegang saham untuk mengurangi kekhawatiran atas sumber daya perusahaan yang berada


(2)

dibawah kendali manajemen. Pertama menggunakan rasio profitabilitas yang didasarkan pada alasan, bahwa rasio profitabilitas menunjukan efektifitas atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan tingkat keuntungan dengan menggunakan aset yang dimilikinya. Rasio ini mencerminkan seberapa efektif perusahaan yang dikelola dan mencerminkan hasil bersih dari serangkaian kebijakan pengelolaan aset perusahaan tersebut. Profitabilitas merupakan daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) karena profitabilitas adalah hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan para pemegang saham dan juga mencerminkan pembagian laba yang menjadi haknya yaitu seberapa banyak yang diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai dividen tunai ataupun dividen saham kepada mereka (pemegang saham) (Jusriani dan Shiddiq, 2013).

Kedua yang dilakukan adalah menelaah informasi kebijakan hutang. Hutang adalah instrumen yang sangat sensitive terhadap perubahan nilai perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya.

Para pemilik perusahan lebih suka perusahaan menciptakan hutang pada tingkat tertentu untuk menaikkan nilai perusahaan. Agar harapan pemilik dapat dicapai, perilaku manajer dan komisaris harus dapat dikendalikan melalui keikutsertaan dalam kepemilikan saham perusahaan. Dengan demikian perimbangan kepemilikan dapat menciptakan kehati – hatian para insider dalam mengelola perusahaan. Kebangkrutan perusahaan bukan hanya menjadi


(3)

tanggungan pemilik utama, namun juga para insider ikut menanggungnya. Konsekuensinya para insider akan bertindak hati – hati termasuk dalam menentukan hutang perusahaan (Jusriani dan Shiddiq, 2013). Oleh karena itu kepemilikan manajerial (insider ownership) menjadi pertimbangan penting ketika hendak meningkatkan nilai perusahaan dan juga dapat membantu mengendalikan masalah keagenan.

Ketiga yang dapat digunakan oleh pemegang saham adalah melihat informasi kebijakan dividen. Kebijakan dividen merupakan kebijakan untuk membagikan sejumlah laba yang diperoleh perusahaan dalam bentuk dividen. Kebijakan dividen bukan ditentukan oleh manajemen tetapi oleh pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sehingga besar kecilnya dividen yang dibagikan sangat tergantung pada keinginan pemegang saham.

Pembagian dividen yang tinggi kurang disukai oleh manajemen karena akan mengurangi keperluan manajemen yang disebabkan oleh semakin kecilnya dana yang berada dalam pengendalian manajemen, akan tetapi manajemen lebih suka diperlakukan sebagai laba ditahan. Kecuali manajemen tahu bahwa dana tersebut tidak memberikan net present value (NPV) yang positif pada tambahan investasi. Laba ditahan dapat dipergunakan untuk reinvestasi atau membayar hutang perusahaan.

Timbulnya konflik keagenan ini memaksa pihak prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap manajemen dengan tujuan meminimalkan kecurangan - kecurangan (moral hazard) yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen. Untuk mengurangi kesempatan pihak agen melakukan tindakan yang merugikan prinsipal, Jensen dan Meckling (1976) mengidentifikasikan ada dua


(4)

cara yaitu investor melakukan pengawasan (monitoring) dan manajer sendiri melakukan pembatasan atas tindakan - tindakannya (bonding).

Pada satu sisi, kedua kegiatan tersebut akan mengurangi kesempatan penyimpangan oleh manajer sehingga nilai perusahaan meningkat sedangkan pada sisi lain keduanya akan memunculkan biaya sehingga akan mengurangi nilai perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa calon investor akan mengantisipasi adanya kedua biaya tersebut ditambah dengan kerugian yang masih muncul meskipun sudah ada monitoring dan bonding yang disebut residual loss.

Tabel 1.1. Data Pergerakan Indeks Harga Sektoral di Berbagai Sektor Pada Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2009 – 2012

SECTOR

HARGA SAHAM

2009 2010 2011 2012 Rata - Rata

Agriculture 1,753.090 2,284.320 2,146.040 2,062.940 2,061.597

Mining 2,203.480 3,274.160 2,532.380 1,863.670 2,468.422

Basic Industry 273.932 387.254 408.273 526.551 399.002

Miscellaneous Industry 601.469 967.023 1,311.150 1,336.520 1,054.040

Consumer Goods 671.305 1,094.650 1,315.960 1,565.880 1,161.949

Property, Realestate &

Bulding Construction 146.800 203.097 229.254 326.552 226.426

Infrastructure 728.523 819.209 669.446 907.524 781.175

Finance 301.424 466.669 491.776 550.097 452.491

Trade & Service 275.758 474.080 582.186 740.949 518.243 Sumber: Tri Wahyuni 2013

Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa harga saham perusahaan manufaktur mengalami kenaikan setiap tahunnya dimana pada tahun 2009 terlihat bahwa harga saham setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup besar. Menurut Jusriani dan Shiddiq (2013) semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai


(5)

perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya.

Menurut Wahyuni et. al. (2013) jika investasi perusahaan bagus maka akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, dan hal ini direspon positif oleh investor yaitu dengan membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga saham akan naik. Begitu juga sebaliknya jika investasi perusahaan tidak bagus maka kinerja perusahaan juga akan menurun, sehingga akan direspon negatif oleh investor dan akhirnya akan menimbulkan penurunan harga saham.

Menurut Hermuningsih dan Dewi (2009) menyatakan bahwa perusahaan didirikan dan dijalankan untuk mencapai tujuan kesejahteraan pemilik, yang ditunjukkan oleh harga saham. Harga pasar saham juga menunjukkan nilai perusahaan. Bila harga saham meningkat berarti nilai perusahaan meningkat dan kesejahteraan pemilik meningkat.

Nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan ditambah nilai pasar hutang. Dengan demikan, penambahan dari jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan, diantaranya: profitabilitas, kebijakan hutang, kebijakan dividen, keputusan investasi, pertumbuhan perusahaan, dan insider ownership. Beberapa faktor tersebut memiliki hubungan dan pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tidak konsisten, contohnya:

1. Profitabilitas: menurut Soliha dan Taswan (2002) profitabilitas mempengaruhi nilai perusahaan. Menurut Ayuningtias (2013) profitabilitas berpengruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.


(6)

Sedangkan menurut Gusaptono (2010) profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Kebijakan hutang: menurut Mardiyati et. al. (2012) menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Miller dan Modigliani (1961) dan penelitian Soliha dan Taswan (2002). Akan tetapi menurut Jusriani dan Shiddiq (2013) menyatakan kebijakan hutang yang diproksikan ke Debt to Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Kebijakan dividen: menurut Myers dan Majluf (1984) menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Jusriani dan Shiddiq (2013) menyatakan bahwa kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa kebijakan dividen dalam penelitian ini menggunakan indikator DPR (Dividend Payout Ratio) dan Dividend Yield berpengaruh terhadap nilai perusahaan tetapi tidak signifikan. Akan tetapi menurut Mardiyati et. al (2012) menyatakan bahwa kebijakan dividen yang diproksikan ke

Dividend Payout Ratio (DPR) secara partial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

4. Keputusan Investasi: menurut Rakhimsyah dan Barbara (2011) menyatakan bahwa keputusan investasi mempengaruhi nilai perusahaan. Sedangkan menurut Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa


(7)

keputusan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

5. Insider Ownership: Menurut Soliha dan Taswan (2002) menyatakan bahwa insider ownership (kepemilikan manajerial) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Akan tetapi menurut Hermuningsih (2009) menyatakan bahwa insider ownership berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Nilai perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, profitabilitas, kebijakan hutang, kebijakan dividen, keputusan investasi dan

insider.

Faktor pertama yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah profitabilitas. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan diminati sahammnya oleh para investor. Dengan demikian profitabilitas dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Soliha dan Taswan, 2002).

Faktor kedua yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah kebijakan hutang. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang dilakukan perusahaan untuk menandai operasinya dengan menggunakan hutang keuangan atau yang biasa disebut financial leverage (Brigham dan Houston, 2009).


(8)

Faktor ketiga yang mempengaruhi nilai perusahaan yaitu kebijakan dividen. Miller dan Modigliani menyusun teori ketidakrelevanan dividen, yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai sahamnya ataupun terhadap biaya modalnya. Teori bird-in-the-hand menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimumkan oleh rasio pembayaran dividen yang tinggi, karena investor menganggap bahwa dividen tunai lebih kecil risikonya dibandingkan keuntungan modal potensial. Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, mungkin diartikan oleh pemodal sebagai sinyal harapan manajemen mengenai membaiknya kinerja perusahaan di masa yang akan datang, sehingga kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan (Myers dan Majluf, 1984)

Faktor keempat yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah keputusan investasi. Pada umumnya investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan peningkatan nilai investasi dimasa yang akan datang (Jogiyanto, 2010). Keputusan investasi merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan perusahaan. Semakin tinggi keputusan investasi yang dilakukan perusahaan semakin tinggi peluang perusahaan untuk mendapatkan return yang besar.

Kepercayaan investor yang tinggi terhadap perusahaan untuk membuat keputusan investasi, akan menyebabkan naiknya permintaan terhadap saham perusahaan. Hal ini berdampak pada semakin meningkatnya investor yang berinvestasi pada perusahaan. Dengan adanya peningkatan terhadap keputusan investasi yang dilakukan, akan membawa dampak terhadap meningkatnya nilai perusahaan.


(9)

Faktor kelima yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah insider ownership. Insider ownership (kepemilikan manajerial) adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen di suatu perusahaan (Jansen dan Meckling, 1976). Menurut Soliha dan Taswan, tahun 2002 Insider Ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan oleh insider akan menaikan nilai perusahaan adalah terbukti.

Dari hasil pembahasan dan beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan di atas, maka peneliti tertarik untuk menguji secara parsial dan simultan semua faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Karena hasil penelitian sebelumnya masih ada yang tidak konsisten sehingga peneliti tertarik untuk menguji faktor di atas kembali. Sehingga proposal ini berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi dan Insider Ownership Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012?”.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh Profitabilitas (ROA), Kebijakan Hutang (DER), Kebijakan Dividen (DPR), Keputusan Investasi (PER) dan Insider Ownership (Dummy1) secara simultan dan parsial terhadap Nilai Perusahaan?


(10)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Profitabilitas (ROA), Kebijakan Hutang (DER), Kebijakan Dividen (DPR), Keputusan Investasi (PER) dan Insider Ownership (Dummy1) secara simultan dan parsial terhadap Nilai Perusahaan (PBV).

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, diharapkan dapat ,memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan untuk memperbaiki nilai perusahaan.

2. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai pelatihan intelektual dan menambah pengetahuan mengenai pengaruh profitabilitas, kebijakan hutang, kebijakan dividen dan insider ownership terhadap nilai perusahaan (pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode tahun 2009 - 2012).

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan refrensi bagi pihak – pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai permasalahan ini.


(11)

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mardiyati, et. al, tahun 2012 yang berjudul Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Periode 2005-2010.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Mardiyati, et. al, (2012) adalah: 1. Variabel independen yang digunakan Mardiyati, et. al, Kebijakan

Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi, dan Insider Ownership.

2. Penelitian ini menggunakan tahun pengamatan selama 4 tahun dari tahun 2009 – 2012 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia, sedangkan Mardiyati, et. al, menggunakan tahun pengamatan mulai 2005 – 2010.

3. Penelitian ini menambah variabel independen yaitu Keputusan Investasi dan Insider Ownership karena peneliti telah melihat beberapa sumber (jurnal penelitian) bahwa variabel tersebut terjadi perbedaan (gap) dalam penelitian.

4. Penelitian ini menggunakan rentang waktu 4 tahun (2009 – 2012) karena jika seandainya peneliti menambah tahun pengamatan mulai tahun 2008, hanya 5 (lima) perusahaan saja yang mempunyai insider ownership yaitu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Tempo Scan Pasifik Tbk, dan PT. Unilever Indonesia Tbk.


(1)

Sedangkan menurut Gusaptono (2010) profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Kebijakan hutang: menurut Mardiyati et. al. (2012) menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Miller dan Modigliani (1961) dan penelitian Soliha dan Taswan (2002). Akan tetapi menurut Jusriani dan Shiddiq (2013) menyatakan kebijakan hutang yang diproksikan ke Debt to Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Kebijakan dividen: menurut Myers dan Majluf (1984) menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Jusriani dan Shiddiq (2013) menyatakan bahwa kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa kebijakan dividen dalam penelitian ini menggunakan indikator DPR (Dividend Payout Ratio) dan Dividend Yield berpengaruh terhadap nilai perusahaan tetapi tidak signifikan. Akan tetapi menurut Mardiyati et. al (2012) menyatakan bahwa kebijakan dividen yang diproksikan ke Dividend Payout Ratio (DPR) secara partial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

4. Keputusan Investasi: menurut Rakhimsyah dan Barbara (2011) menyatakan bahwa keputusan investasi mempengaruhi nilai perusahaan. Sedangkan menurut Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa


(2)

keputusan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

5. Insider Ownership: Menurut Soliha dan Taswan (2002) menyatakan bahwa insider ownership (kepemilikan manajerial) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Akan tetapi menurut Hermuningsih (2009) menyatakan bahwa insider ownership berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Nilai perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, profitabilitas, kebijakan hutang, kebijakan dividen, keputusan investasi dan insider.

Faktor pertama yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah profitabilitas. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan diminati sahammnya oleh para investor. Dengan demikian profitabilitas dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Soliha dan Taswan, 2002).

Faktor kedua yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah kebijakan hutang. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang dilakukan perusahaan untuk menandai operasinya dengan menggunakan hutang keuangan atau yang biasa disebut financial leverage (Brigham dan Houston, 2009).


(3)

Faktor ketiga yang mempengaruhi nilai perusahaan yaitu kebijakan dividen. Miller dan Modigliani menyusun teori ketidakrelevanan dividen, yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai sahamnya ataupun terhadap biaya modalnya. Teori bird-in-the-hand menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimumkan oleh rasio pembayaran dividen yang tinggi, karena investor menganggap bahwa dividen tunai lebih kecil risikonya dibandingkan keuntungan modal potensial. Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, mungkin diartikan oleh pemodal sebagai sinyal harapan manajemen mengenai membaiknya kinerja perusahaan di masa yang akan datang, sehingga kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan (Myers dan Majluf, 1984)

Faktor keempat yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah keputusan investasi. Pada umumnya investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan peningkatan nilai investasi dimasa yang akan datang (Jogiyanto, 2010). Keputusan investasi merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan perusahaan. Semakin tinggi keputusan investasi yang dilakukan perusahaan semakin tinggi peluang perusahaan untuk mendapatkan return yang besar.

Kepercayaan investor yang tinggi terhadap perusahaan untuk membuat keputusan investasi, akan menyebabkan naiknya permintaan terhadap saham perusahaan. Hal ini berdampak pada semakin meningkatnya investor yang berinvestasi pada perusahaan. Dengan adanya peningkatan terhadap keputusan investasi yang dilakukan, akan membawa dampak terhadap meningkatnya nilai perusahaan.


(4)

Faktor kelima yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah insider ownership. Insider ownership (kepemilikan manajerial) adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen di suatu perusahaan (Jansen dan Meckling, 1976). Menurut Soliha dan Taswan, tahun 2002 Insider Ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan oleh insider akan menaikan nilai perusahaan adalah terbukti.

Dari hasil pembahasan dan beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan di atas, maka peneliti tertarik untuk menguji secara parsial dan simultan semua faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Karena hasil penelitian sebelumnya masih ada yang tidak konsisten sehingga peneliti tertarik untuk menguji faktor di atas kembali. Sehingga proposal ini berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi

dan Insider Ownership Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012?”.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh Profitabilitas (ROA), Kebijakan Hutang (DER), Kebijakan Dividen (DPR), Keputusan Investasi (PER) dan Insider Ownership (Dummy1) secara simultan dan parsial terhadap Nilai


(5)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Profitabilitas (ROA), Kebijakan Hutang (DER), Kebijakan Dividen (DPR), Keputusan Investasi (PER) dan Insider Ownership (Dummy1) secara simultan dan parsial terhadap Nilai

Perusahaan (PBV).

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, diharapkan dapat ,memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan untuk memperbaiki nilai perusahaan.

2. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai pelatihan intelektual dan menambah pengetahuan mengenai pengaruh profitabilitas, kebijakan hutang, kebijakan dividen dan insider ownership terhadap nilai perusahaan (pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode tahun 2009 - 2012).

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan refrensi bagi pihak – pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai permasalahan ini.


(6)

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mardiyati, et. al, tahun 2012 yang berjudul Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Periode 2005-2010.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Mardiyati, et. al, (2012) adalah: 1. Variabel independen yang digunakan Mardiyati, et. al, Kebijakan

Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi, dan Insider Ownership.

2. Penelitian ini menggunakan tahun pengamatan selama 4 tahun dari tahun 2009 – 2012 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia, sedangkan Mardiyati, et. al, menggunakan tahun pengamatan mulai 2005 – 2010.

3. Penelitian ini menambah variabel independen yaitu Keputusan Investasi dan Insider Ownership karena peneliti telah melihat beberapa sumber (jurnal penelitian) bahwa variabel tersebut terjadi perbedaan (gap) dalam penelitian.

4. Penelitian ini menggunakan rentang waktu 4 tahun (2009 – 2012) karena jika seandainya peneliti menambah tahun pengamatan mulai tahun 2008, hanya 5 (lima) perusahaan saja yang mempunyai insider ownership yaitu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Tempo Scan Pasifik Tbk, dan PT. Unilever Indonesia Tbk.