t ips 0909614 chapter3

(1)

69 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian ini mempergunakan pendekatan kualitatif yaitu sebuah konsep besar yang meliputi beberapa bentuk penyelidikan yang membantu dalam memahami dan menjelaskan makna fenomena sosial yang alami dengan tanpa dilakukan sebuah perlakuan. Menurut Merriam (1998: 5) ada beberapa istilah yang sering dipergunakan dalam pendekatan ini secara bergantian yaitu naturalistic inquiry, field study, participant observation, inductive research, case study, dan ethnography. Menurut Creswell dalam bukunya Educational Research penelitian kualitatif adalah jenis penelitian dimana peneliti sangat tergantung terhadap informasi dari objek/partisipan pada: ruang lingkup yang luas, pertanyaan yang bersifat umum, pengumpulan data yang sebagian besar terdiri atas kata-kata/teks dari partisipan, menjelaskan dan melakukan analisa terhadap kata-kata dan melakukan penelitian secara subyektif (Creswell, 2008: 46). Menurut Gay (2006: 399) penelitian kualitatif adalah pengumpulan, analisis, dan interpretasi narasi secara komprehensif pada data visual untuk mendapatkan wawasan terhadap fenomena tertentu yang menarik.

Alasan dipergunakannya metode ini berkaitan dengan obyek yang akan diteliti yaitu masyarakat manusia (social). Berdasarkan pendapat dari Anselm Strauss (1998: 9) yang dipengaruhi oleh pendapat Park, Thomas, Dewey, Meade, Hughes dan Blumer dalam bukunya Basics of Qualitative Research bahwa penelitian social harus menggunakan pendekatan kulitatif . Menurut Anselm (1998: 9-10) hal ini dilakukan dengan alasan


(2)

70

(a) peneliti harus turun kelapangan untuk menemukan apa yang sebenarnya terjadi, (b) relevansi teori didasarkan pada data untuk pengembangan disiplin dan untuk aksi social, (c) kompleksitas fenomena dan tindakan manusia, (d) keyakinan bahwa manusia adalah actor yang mengambil peran aktif dalam merespon suatu situasi problematic, (e) keasadaran bahwa manusia bertindak atas dasar makna, (f) pengertian bahwa makna didefinisikan dan definisikan ulang melalui interaksi, (g) suatu kepekaan terhadap alam akan mengungkap suatu peristiwa, (h) suatu kesadaran akan keterkaitan antara kondisi (struktur), tindakan (proses) dan konsekuensi.

Penelitian yang penulis lakukan tentang konflik kerusuhan pasca pilkada yang terjadi di kabupaten Tuban Jawa Timur mengikuti pendapat Anselm diatas berkaitan dengan tindakan masyarakat Tuban sebagai actor yang mengambil peran aktif dalam peristiwa tersebut. Dengan memfokuskan pada para pelaku kerusuhan yang telah ditahan dikarenakan tindakan yang mereka lakukan diharapkan dapat diperoleh informasi sekitar kerusuhan tersebut dan latar belakang dari tindakan yang mereka lakukan. Kemudian punulis juga akan berusahan menguak makna dari tidakan yang telah dilakukan atas dasar kesadaran masing-masing pelaku.

Strategi yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang menurut Creswell (2010: 20) merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktifitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Merriam (1998: 27) studi kasus adalah suatu upaya penyelidikan empiris yang menyelidiki fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata yang belum jelas. Desain studi kasus dipergunakan untuk memperoleh pemahaman mendalan tentang situasi dan makna bagi mereka yang terlibat dalam bentuk analisis


(3)

71

deskriptif, holistic dan intensif. Menurut Meriam (1998: 29-30) terdapat tiga ciri strategi studi kasus dalam penelitian kualitatif yaitu: (1) partikularistik, bahwa studi kasus difokuskan pada keadaan tertentu sebuah situasi, kegiatan ataupun fenomena; (2) deskriptif, bahwa semua hasil akhir dari sebuah studi kasus dideskripsikan secara “kaya” dari sebuah fenomena.; (3) heuristik, bahwa studi kasus memberikan penjelasan kepada pembaca untuk memahami tentang fenomena.

Dalam proses penelitian kualitatif, Creswell (2008: 52) dan Gay, Mills (2006: 400) memaparkan beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seorang peneliti kualitatif yaitu:

a. Mengidentifikasi topik penelitian: Peneliti mengidentifikasi topik atau studi yang menarik bagi penelitian. Seringkali topik awal dipersempit menjadi lebih mudah dikelola.

b. Meninjau literatur: Peneliti meneliti ada penelitian untuk mengidentifikasi informasi yang bermanfaat dan strategi untuk melaksanakan penelitian. c. Memilih peserta/obyek: Peneliti harus memilih peserta untuk menyediakan

pengumpulan data. Peserta sengaja dipilih (yaitu, tidak secara acak dipilih) dan biasanya lebih sedikit jumlahnya dari pada sampel kuantitatif.

d. Pengumpulan data: Peneliti mengumpulkan data dari peserta. Data kualitatif cenderung akan dikumpulkan dari wawancara, observasi, dan artefak.

e. Menganalisis dan menafsirkan data: Peneliti menganalisis tema dan hasil data yang dikumpulkan dan menyediakan interpretasi data.

f. Pelaporan dan mengevaluasi penelitian: Peneliti merangkum dan mengintegrasikan data kualitatif dalam narasi dan bentuk visual.

Enam langkah ini yang nantinya akan kami jadikan sebuah desain penelitian yang akan kami lakukan terhadap fenomena social pasca kerusuhan pilkada langsung 2006 di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Untuk langkah pertama dan kedua dalam penelitian kualitatif ini telah dijabarkan dalam bab sebelumnya. Sedangkan langkah ketiga sampai keenam akan di jelaskan selanjutnya.


(4)

72 B. Penentuan Obyek Penelitian

Dalam memilih peserta/menentukan obyek dilakukan dengan secara sengaja (purposeful) tidak secara acak untuk mengumpulkan data yang kita inginkan. Menurut Creswell (2008: 214), dalam penelitian kualitatif, obyek/peserta yang akan diteliti ditentukan oleh peneliti (purposeful sampling) yaitu melakukan pemilihan/seleksi terhadap orang atau tempat yang terbaik yang dapat membantu kita dalam memahami sebuah fenomena. Noeng Muhajir (1991: 48) juga menyatakan bahwa penelitian kualitatif umumnya mengambil sampel lebih kecil dan pengambilannya cenderung memilih yang purposive daripada acak. Cara ini bertujuan untuk membangun sebuah pemahaman yang detail guna membangun pemahaman yang berguna, membantu peneliti memahami fenomena, dan mengungkap rahasia yang terpendam.

Dalam penelitian ini obyek yang akan penulis teliti adalah masyarakat Tuban yang terlibat dalam konflik kerusuhan pasca pilkada langsung 2006 di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Untuk membantu penulis dalam pengambilan data, perlu dilakukan langkah pengambilan sampel. Dalam mengambil sampel dari sebuah obyek yang penulis teliti, ada dua tahapan yang dapat lakukan yaitu sebelum melakukan pengumpulan data dan setelah pengumpulan data dimulai. Pengambilan sampel data menurut Creswell (2008: 216-217) ada sembilan cara beserta tujuan yang dapat kita lakukan dalam menentukan yaitu:

1. Typical sampling dengan tujuan untuk menggambarkan sesuatu yang khas dan tidak biasa terhadap sebuah kasus.

2. Extreme case sampling dengan tujuan untuk menjelaskan sebuah keadaan yang merugikan atau bermanfaat.

3. Maximal variation sampling dengan tujuan untuk mengembangkan berbagai sudut pandang (perspektif)


(5)

73

4. Critical sampling dengan tujuan untuk menjelaskan sebuah kasus yang menggambarkan situasi yang dramatis.

5. Homogeneous sampling dengan tujuan untuk menggambarkan beberapa sub kelompok secara mendalam

6. Theory or Concept Sampling dengan tujuan untuk menghasilkan teori atau mengeksplorasi konsep.

7. Opportunistic sampling yaitu sampel yang diambil untuk mengambil manfaat dari kasus yang terungkap

8. Snowball sampling yaitu sampel yang diambil dengan tujuan untuk menentukan orang atau tempat yang akan dipelajari

9. Confirming / disconfirming sampling yaitu sampel yang diambil untuk mengungkap kasus yang jelas maupun tidak jelas.

Dalam meneliti masyarakat Tuban yang terlibat konflik kerusuhan pasca pilkada langsung 2006, penulis akan memfokuskan pada masyarakat Tuban yang saat itu terlibat dalam aksi demonstrasi yang berakhir rusuh khususnya yang tertangkap dan dihukum. Terdapat 120 orang yang dijadikan tersangka dan dihukum saat itu. Tentunya tidak semua eks-tapol tersebut yang akan penulis jadikan obyek / sumber penelitian. Oleh karena itu penulis akan mengambil beberapa orang tersebut sebagai sampel dalam penelitian ini. Langkah penentuan sample yang akan penulis lakukan sebagaimana telah dipaparkan diatas yaitu dengan menggunakan critical sampling. Critical sampling dengan tujuan untuk menjelaskan sebuah kasus yang menggambarkan situasi yang dramatis.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kerusuhan tersebut, penulis akan mengambil beberapa eks-tapol tersebut yang akan kami jadikan sampel yaitu koordinator aksi, koordinator kendaraan, pengurus cabang partai, pengurus anak cabang partai, orator, dan masyarakat nelayan. Beberapa orang ini kami pilih dengan asumsi agar dapat memberikan informasi yang akurat tentang kronologis kerusuhan, latar belakang peristiwa baik dari kacamata elit partai maupun


(6)

74

simpatisan dan dari warga masyarakat biasa. Beberapa orang yang akan kami jadikan sampel antara lain:

1. M : Mantan ketua DPRD Kab Tuban fraksi PKB periode 2004-2009 , saat kerusuhan dan sekarang menjadi sekretaris DPC PKB Tuban yang sempat menjalani hukuman selama 9 bulan.

2. R S : Koordinator lapangan yang pada waktu itu aktif di LSM Tuban Peduli, SIROS, dan menjalani hukuman paling lama yaitu 2 tahun 1 bulan. 3. Er : Ketua Anak Cabang PKB Kecamatan Merakurak saat terjadi

kerusuhan dan menjalani hukuman paling ringan 2 bulan kurang 1 hari. 4. SH : Anggota PKB yang saat itu menjadi koordinator kendaraan dan

sempat menjalani hukuman 4 bulan 12 hari.

5. SL : Warga kecamatan Jenu yang berprofesi sebagai nelayan dan petani dan sempat menjalani hukuman selama 4 bulan 21 hari.

6. D : Pedagang pasar baru Tuban dan ikut demonstrasi tetapi tidak sampai tertangkap. Darmuji oleh penulis dijadikan key person yang menunjukkan siapa saja yang terlibat saat itu.

7. AK : Pemuda asal kelurahan King-king kecamatan Tuban yang saat itu mengikuti demo dan tidak tertangkap

8. RN : Aktivis GMNI dan pengurus PDIP Tuban yang saat kerusuhan tahun 2006 menjadi orator dan berhasil melarikan diri.

9. SI : Kepala Tata Usaha Yayasan mabarot Sunan Bonang saat kerusuhan sampai sekarang.


(7)

75

11. R : Pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shomadiyah Tuban 12. SK : Ketua KPUD Tuban Saat itu dan saat ini

13. AC : Warga Kecamatan Senori Tuban

14. K : Warga Kecamatan Semanding pengurus PNPM dan pendukung He-li C. Teknik Pengumpulan Data

Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data yang menurut Creswell (2009: 266); Gay (2006: 413-423) merupakan usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara baik terstruktur maupun tidak, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang protocol untuk merekam dan mencatat informasi. Langkah-langkah dalam pengumpulan data antara lain

1. Identifikasi lokasi-lokasi atau individu yang sengaja dipilih. Untuk langkah ini sebagaimana telah dipaparkan dalam penentuan obyek diatas tentang individu-individu yang akan dipilih dalam penelitian yaitu eks-tapol dan para demonstran yang tidak tertangkap. Adapun lokasi-lokasi yang akan peneliti observasi diantaranya puing-puing bangunan pasca kerusuhan 2006 yang sampai sekarang ada yang masih belum tersentuh dari renovasi. Disamping itu beberapa lokasi yang menjadi pendukung dalam penelitian ini juga akan diteliti diantaranya terminal wisata, trotoar keramik, pasar besar yang mangkrak dan sebagainya.

2. Strategi pengumpulan data yang dilakukan antara lain: a. Observasi


(8)

76

Observasi adalah langkah pengumpulan data dengan turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktifitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam langkah ini peneliti merekam/mencatat baik secara terstruktur maupun semistruktur. Peneliti juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai partisipan maupun non-partisipan hingga partisipan utuh. Observasi yang akan peneliti lakukan sebagai non-partisipan antara lain mengamati perilaku masyarakat Kabupaten Tuban pasca konflik tahun 2006.

b. Wawancara

Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to face

interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan,

mewawancarai mereka dengan telephon atau terlibat langsung dalam focus group interview yang terdiri atas enam sampai delapan partisipan per kelompok. Wawancara-wawancara ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan-pandangan dan opini dari para partisipan. Secara garis besar materi wawancara yang akan penulis lakukan dalam bentuk pertanyaan antara lain:

(1) Bagaimana kronologi demonstrasi pasca pilkada pada tahun 2006 yang berakhir rusuh tersebut?


(9)

77

(3) Apa yang menjadi latar belakang ikut demonstrasi yang berakhir rusuh tersebut?

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan dokumen-dokumen public seperti Koran, makalah, laporan kantor ataupun dokumen privat seperti buku harian, diary, surat dan email. Dalam studi dokumentasi pada penelitian ini akan difokuskan pada laporan Koran Surya, Jawa Pos, Bhirawa, Duta Masyarakat, Memo dan majalah Teropong, Akbar yang terbit mulai bulan Maret, April, Mei tahun 2006. Disamping laporan Koran tersebut, penulis juga meneliti laporan dari Koran online dan news online diantaranya: detik.com, metrotv news, kotatuban.com. Selain dari laporan Koran, peneliti juga akan mengambil data kondisi Kabupaten Tuban secara ekonomis, politis, pendidikan, dan budaya melalui catatan laopran dari kantor BPPS kabupaten Tuban. Peneliti juga akan mengambil data dari dokumen privat yaitu buku putih yang dikeluarkan oleh tim Non-stop dari Sabda Ronggolawe yang berjudul 71 Alasan Haeny Relawati Tidak Pantas Menjadi Bupati Tuban.

d. Materi audio visual

Materi audio visual yang akan peneliti pergunakan dalam penelitian ini antara lain rekaman video tentang kerusuhan yang didapat dari peserta demonstaran, video laporan dari media elektronik terutama Metro TV dan foto-foto kerusuhan saat itu.


(10)

78 D. Reliabilitas dan Validitas

Dalam penelitian kualitatif, validitas tidak memiliki konotasi yang sama dengan validitas dalam penelitian kuantitatif, tidak pula sejajar dengan reliabilitas (yang berarti pengujian stabilitas dan konsistensi respon) ataupun dengan generalisabilitas (yang berarti validitas eksternal atas hasil penelitian yang dapat diterapkan pada setting, orang atau sampel yang baru). Menurut Creswell (2009: 285) Validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu. Terdapat delapan prosedur yang sering diterapkan dalam penelitian kualitatif yaitu: trianggulasi, member checking, membuat deskripsi padat, mengklarifikasi bias, menyajikan informasi yang berbeda (negatif), menggunakan waktu yang lama, melakukan tanya jawab dengan rekan, mengajak seorang auditor luar. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan strategi trianggulasi yaitu melakukan pemeriksaan dari bukti-bukti lain. Menurut Burhan Bungin (2009: 257) triangulasi memberi kesempatan untuk dilaksanakannya beberapa hal diantaranya: (1) penilaian hasil penelitian oleh responden; (2) mengoreksi kekeliruan oleh sumber data; (3) menyediakan tambahan informasi secara sukarela; (4) memasukkan informan dalam kancah penelitian; (5) menilai kecukupan data. Pada penelitian ini, hasil wawancara dari narasumber akan peneliti croscek dengan laporan dari Koran dan data buku putih.


(11)

79

Gambar 3.1: Triangulasi

Reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain. Dalam penelitian ini pendekatan yang peneliti pergunakan telah dipergunakan dalam meneliti kasus “Pemberontakan Petani Banten” oleh Sartono serta telah dipergunakan oleh saudara Sriyanto dalam meneliti kasus kerusuhan Tasikmalaya tahun 1996.

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data dan Interpretasi

a. Analisis data menurut Gay (2006: 480) adalah upaya peneliti kualitatif untuk meringkas data yang dikumpulkan secara akurat dan dapat di andalkan. Hal ini adalah penyajian temuan penelitian dengan cara yang lazim dilakukan. Creswell (2009: 276-283) memberikan enam tahapan dalam proses analisis data antara lain

1) Mengolah data dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini termasuk transkripsi wawancara, men-scaning materi, mengetik data lapangan, memilih dan menyusun data berdasarkan sumber informasi

Hasil wawancara

Laporan Koran Kronologis, latar


(12)

80

2) Membaca keseluruhan data dengan merefleksikan makna secar keseluruhan dan memberikan catatan pinggir tentang gagasan umum yang diperoleh

3) Menganalisis lebih detail dengan men-coding data. Creswell (2009: 279) mengutip pendapat Bogdan dan Biklen dalam tahapan coding yaitu: a) Konteks setting dan konteks

b) Perspektif-perspektif subyek

c) Kecenderungan berfikir subyek tentang orang lain d) Kode proses

e) Kode aktivitas f) Kode strategi

g) Kode relasi dan struktur social. Adapun langkah konkrit coding sebagaimana di lampiran

4) Menerapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang, kategori-kategori dan tema-tema yang akan ditulis

5) Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan ditulis dalam narasi atau laporan kualitatif.

6) Menginterpretasikan data


(13)

81

Gambar 3.2: analisis data

b. Interpretasi data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dalam data dan menjawab pertanyaan penelitian sebagai implikasi dari temuan penelitian. Menurut Gay (2006: 482) interpretasi data meliputi:

1) Interpretasi data didasarkan pada keeratan hubungan, aspek umum, dan keterkaitan antara bagian-bagian data, kategori, dan pola. Interpretasi bermakna dapat dicapai jika peneliti mengetahui data dengan sangat rinci. Dalam hal ini peneliti menghubungkan antara data yang didapat dari wawancara, laporan Koran dan video.

Memvalidasi keakuratan

informasi

Data mentah (transkripsi, data tangan, gambar dan sebagainya Mengolah dan mempersiapkan

data untuk dianalisis Membaca keseluruhan data Men-coding data (tangan atau

computer)

Tema-tema

deskripsi Menghubungkan tema-tema/deskripsi (studi kasus)

Menginterpretasikan tema-tema/deskripsi-deskripsi

Transkrip wawancara dengan pelaku, video kerusuhan dan

laporan media masa Memilah data dalam kategori, kronologi, penyebab, nilai dan kondisi pasca sampai sekarang Membaca keseluruhan data Memberi tanda dengan di blok

untuk transkrip dan ditandai bolpoin untuk koran Menghubungkan tema-tema/deskripsi (studi kasus)

Menginterpretasikan tema-tema/deskripsi-deskripsi

Kronologi,peny ebab, nilai dan kondisi skr


(14)

82

2) Tujuan interpretasi adalah untuk menjawab pertanyaan yaitu: bagaimana kronologi peristiwa?; apa yang yang menjadi latar belakang peristiwa?; nilai-nilai apa yang terkandung?; dan kerangka konseptual penerapan dalam pendidikan IPS?

3) Memperluas analisis adalah strategi interpretasi data dimana peneliti hanya memperpanjang analisis data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang studi ini, mencatat implikasi yang mungkin ditarik tanpa mempengaruhi data. Pertanyaan yang dimunculkan peneliti dalam interpretasi ini antara lain mengapa mereka terlibat dalam konflik kerusuhan tersebut? Apa posisinya mereka pada peristiwa tersebut? Apa keuntungannya? Dan sebagainya.

4) Menghubungkan temuan dengan pengalaman pribadi adalah strategi yang mendorong peneliti untuk melakukan personalisasi interpretasi berdasarkan pengetahuan yang mendalam dan pemahaman tentang setting penelitian. Peneliti menghubungkan pengalaman peneliti saat itu (tahun 2006) dengan hasil wawancara dan laporan media masa.

5) Mencari saran kritis dari teman-teman adalah strategi untuk melibatkan dan mengundang seorang rekan terpercaya untuk menawarkan wawasan tentang penelitian yang mungkin telah terlewatkan karena kedekatan peneliti dalam meneliti. Penulis mengambil saran kritik dari teman penulis yaitu saudara Najib.

6) Mengontekstualisasikan temuan penelitian dalam literatur terkait merupakan strategi untuk menggunakan tinjauan literatur terkait guna


(15)

83

memberikan dukungan bagi temuan penelitian dan mendorong peneliti untuk melakukan hubungan dengan "otoritas eksternal". Dalam strategi ini telah penulis lakukan pada bab I dengan mengakaitkan kodisi kerusuhan Tuban dengan kerusuhan yang

7) Mengalihkan kepada teori adalah strategi yang mendorong peneliti untuk menghubungkan temuan mereka dengan isu-isu yang lebih luas. Dengan demikian, untuk mencari dan meningkatkan tingkat abstraksi dan untuk mengembangkan deskriptif yang melampaui perhitungan asal. Hal ini sudah penulis lakukan di bab I.

8) Mengatur interpretasi dengan bijaksana dan menghindari evangelis tentang penafsiran Anda. Memberikan hubungan yang jelas antara pengumpulan data, pengumpulan, dan interpretasi.

F. Lokasi Penelitian


(1)

78

D. Reliabilitas dan Validitas

Dalam penelitian kualitatif, validitas tidak memiliki konotasi yang sama dengan validitas dalam penelitian kuantitatif, tidak pula sejajar dengan reliabilitas (yang berarti pengujian stabilitas dan konsistensi respon) ataupun dengan generalisabilitas (yang berarti validitas eksternal atas hasil penelitian yang dapat diterapkan pada setting, orang atau sampel yang baru). Menurut Creswell (2009: 285) Validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu. Terdapat delapan prosedur yang sering diterapkan dalam penelitian kualitatif yaitu: trianggulasi, member checking, membuat deskripsi padat, mengklarifikasi bias, menyajikan informasi yang berbeda (negatif), menggunakan waktu yang lama, melakukan tanya jawab dengan rekan, mengajak seorang auditor luar. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan strategi trianggulasi yaitu melakukan pemeriksaan dari bukti-bukti lain. Menurut Burhan Bungin (2009: 257) triangulasi memberi kesempatan untuk dilaksanakannya beberapa hal diantaranya: (1) penilaian hasil penelitian oleh responden; (2) mengoreksi kekeliruan oleh sumber data; (3) menyediakan tambahan informasi secara sukarela; (4) memasukkan informan dalam kancah penelitian; (5) menilai kecukupan data. Pada penelitian ini, hasil wawancara dari narasumber akan peneliti croscek dengan laporan dari Koran dan data buku putih.


(2)

79

Gambar 3.1: Triangulasi

Reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain. Dalam penelitian ini pendekatan yang peneliti pergunakan telah dipergunakan dalam meneliti kasus “Pemberontakan Petani Banten” oleh Sartono serta telah dipergunakan oleh saudara Sriyanto dalam meneliti kasus kerusuhan Tasikmalaya tahun 1996.

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data dan Interpretasi

a. Analisis data menurut Gay (2006: 480) adalah upaya peneliti kualitatif untuk meringkas data yang dikumpulkan secara akurat dan dapat di andalkan. Hal ini adalah penyajian temuan penelitian dengan cara yang lazim dilakukan. Creswell (2009: 276-283) memberikan enam tahapan dalam proses analisis data antara lain

1) Mengolah data dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini termasuk transkripsi wawancara, men-scaning materi, mengetik data lapangan, memilih dan menyusun data berdasarkan sumber informasi

Hasil wawancara

Laporan Koran Kronologis, latar


(3)

80

2) Membaca keseluruhan data dengan merefleksikan makna secar keseluruhan dan memberikan catatan pinggir tentang gagasan umum yang diperoleh

3) Menganalisis lebih detail dengan men-coding data. Creswell (2009: 279) mengutip pendapat Bogdan dan Biklen dalam tahapan coding yaitu: a) Konteks setting dan konteks

b) Perspektif-perspektif subyek

c) Kecenderungan berfikir subyek tentang orang lain d) Kode proses

e) Kode aktivitas f) Kode strategi

g) Kode relasi dan struktur social. Adapun langkah konkrit coding sebagaimana di lampiran

4) Menerapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang, kategori-kategori dan tema-tema yang akan ditulis

5) Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan ditulis dalam narasi atau laporan kualitatif.

6) Menginterpretasikan data


(4)

81

Gambar 3.2: analisis data

b. Interpretasi data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dalam data dan menjawab pertanyaan penelitian sebagai implikasi dari temuan penelitian. Menurut Gay (2006: 482) interpretasi data meliputi:

1) Interpretasi data didasarkan pada keeratan hubungan, aspek umum, dan keterkaitan antara bagian-bagian data, kategori, dan pola. Interpretasi bermakna dapat dicapai jika peneliti mengetahui data dengan sangat rinci. Dalam hal ini peneliti menghubungkan antara data yang didapat dari wawancara, laporan Koran dan video.

Memvalidasi keakuratan

informasi

Data mentah (transkripsi, data tangan, gambar dan sebagainya Mengolah dan mempersiapkan

data untuk dianalisis Membaca keseluruhan data Men-coding data (tangan atau

computer)

Tema-tema

deskripsi Menghubungkan tema-tema/deskripsi (studi kasus)

Menginterpretasikan tema-tema/deskripsi-deskripsi

Transkrip wawancara dengan pelaku, video kerusuhan dan

laporan media masa Memilah data dalam kategori, kronologi, penyebab, nilai dan kondisi pasca sampai sekarang Membaca keseluruhan data Memberi tanda dengan di blok

untuk transkrip dan ditandai bolpoin untuk koran Menghubungkan tema-tema/deskripsi (studi kasus)

Menginterpretasikan tema-tema/deskripsi-deskripsi

Kronologi,peny ebab, nilai dan kondisi skr


(5)

82

2) Tujuan interpretasi adalah untuk menjawab pertanyaan yaitu: bagaimana kronologi peristiwa?; apa yang yang menjadi latar belakang peristiwa?; nilai-nilai apa yang terkandung?; dan kerangka konseptual penerapan dalam pendidikan IPS?

3) Memperluas analisis adalah strategi interpretasi data dimana peneliti hanya memperpanjang analisis data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang studi ini, mencatat implikasi yang mungkin ditarik tanpa mempengaruhi data. Pertanyaan yang dimunculkan peneliti dalam interpretasi ini antara lain mengapa mereka terlibat dalam konflik kerusuhan tersebut? Apa posisinya mereka pada peristiwa tersebut? Apa keuntungannya? Dan sebagainya.

4) Menghubungkan temuan dengan pengalaman pribadi adalah strategi yang mendorong peneliti untuk melakukan personalisasi interpretasi berdasarkan pengetahuan yang mendalam dan pemahaman tentang setting penelitian. Peneliti menghubungkan pengalaman peneliti saat itu (tahun 2006) dengan hasil wawancara dan laporan media masa.

5) Mencari saran kritis dari teman-teman adalah strategi untuk melibatkan dan mengundang seorang rekan terpercaya untuk menawarkan wawasan tentang penelitian yang mungkin telah terlewatkan karena kedekatan peneliti dalam meneliti. Penulis mengambil saran kritik dari teman penulis yaitu saudara Najib.

6) Mengontekstualisasikan temuan penelitian dalam literatur terkait merupakan strategi untuk menggunakan tinjauan literatur terkait guna


(6)

83

memberikan dukungan bagi temuan penelitian dan mendorong peneliti untuk melakukan hubungan dengan "otoritas eksternal". Dalam strategi ini telah penulis lakukan pada bab I dengan mengakaitkan kodisi kerusuhan Tuban dengan kerusuhan yang

7) Mengalihkan kepada teori adalah strategi yang mendorong peneliti untuk menghubungkan temuan mereka dengan isu-isu yang lebih luas. Dengan demikian, untuk mencari dan meningkatkan tingkat abstraksi dan untuk mengembangkan deskriptif yang melampaui perhitungan asal. Hal ini sudah penulis lakukan di bab I.

8) Mengatur interpretasi dengan bijaksana dan menghindari evangelis tentang penafsiran Anda. Memberikan hubungan yang jelas antara pengumpulan data, pengumpulan, dan interpretasi.

F. Lokasi Penelitian