S PLS 1107563 Chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Belajar sepanjang hayat merupakan proses pembelajaran yang lahir sejak manusia itu terlahir mulai dari pangkuan ibunya hingga kembali ke pangkuan ilahi. Pendidikan disini yang dimaksud adalah pendidikan anak usia dini yang dewasa ini mulai gencar digalakkan oleh pemerintah Indonesia yang mengacu pada peraturan kementerian pendidikan nasional melalui UU Sisdiknas No 20 tahun 2003.

Pendidikan Anak Usia dini bertujuan untuk menggali dan mengembangkan potensi anak sejak dini. Supaya menjadi manusia seutuhnya dan mengenalkan norma-norma yang ada melalui pengalamannnya dalam proses belajar mengajar melalui bermain, dan agar memiliki kemampuan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya demi bekal di kehidupan masyarakat kelak.

Fungsi lain dari pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan secara optimal otak yang dimiliki anak, karena pada masa-masa itu merupakan masa golden age, sehingga memerlukan stimulus yang tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran di kelas, akan tetapi mencakup aspek di lingkungan juga atau sekitar lingkungan lembaga pendidikan itu sendiri.

Sebagaimana hasil dari pertemuan Dakkar tahun 2000 telah mendeklarasikan enam target pencapaian untuk pendidikan diantaranya : 1) memperluas dan memperbaiki keeluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, 2) menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan dalam keadaan yang sulit termasuk etnik minoritas mempunyai akses dan menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan wajib dengan kualitas yang baik, 3) menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada program keterampilan hidup, 4) perbaikan mencapai 50% bagi kaum perempuan, 5) menhapus disparatis gender di pendidikan dasar dan menengah, 6) memperbaiki semua aspek kualitas


(2)

pendidikan. (Murtadlo, 2004, hlm. 14. Diakses di http: //www. jogja bangkit kembali news.com tersedia di diknaspolman. blogspot. com)

Guru harus memiliki kreativitas di dalam proses pembelajaran terutama pada tingkat pendidikan anak usia dini karena hal tersebut merupakan perna penting bagi guru dalam meningkatkan mutu kualitas siswanya. Kreativitas menurut Semiawan (2009, hlm. 44) “adalah memodifikasi sesuatu produk yang sudah jadi menjadi suatu yang baru. Atau terdapat konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru.

Menurut Munandar (2009, hlm.12), mengemukakan bahwa kreativitas adalah: “Hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat’. Dalam hal ini kaitannya dengan guru dan kreativitasnya, guru harus mampu menciptakan hal atau sesuatu yang baru atau benar-benar baru ketika proses pembelajaran. Atau sesuatu yang orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru. Oleh karena itu untuk menunjang proses belajar dalam kegiatan belajar mengajar maka diperlukan kreativitas guru dalam menyajikan proses belajar mengajar terkait dengan metode, media dan cara-cara penanganan anak didik yang memiliki masalah. Seperti contoh untuk mendukung kegiatan belajar mengajar guru yang kreatif dituntut untuk membuat media pembelajaran baik berupa alat peraga yang serba guna dengan tujuan agar pembelajaran lebih menraik dan dapat mengembangkan secara optimal perkembangan otak anak didik. Perlu adanya peningkatan kualitas guru dalam pemahaman tentang anak didik dan perkembangannya, dengan maksud untuk menganalisa anak didik yang mengalami kesulitan dalam belajar sampai dimana tingkat kesulitannya dalam proses pembelajaran. Dengan demikian tutor bagi pendidikan anak usia dini dapat mengembangkan, merencanakan dan menerapkan pemanfaatannya dalam penggunaan media ajar seperti Alat Permainan Edukatif yang lebih dikenal dengan APE.


(3)

Selain peran guru orang tua juga memiliki peranan yang sangat penting seperti yang diungkapkan oleh Starko (2010, hlm. 17) “Over 30 years’ research has proven beyond dispute the positive connection between parent involvement and student success. Effectively engaging parents and families in the education of their children has the potential to be far more transformational than any other type of educational reform (Lebih dari 30 tahun penelitian in 'telah membuktikan terdapat hubungan positif antara keterlibatan orang tua dan keberhasilan siswa. Efektifitas melibatkan orang tua dan keluarga dalam pendidikan anak-anak mereka memiliki potensi untuk menjadi jauh lebih transformasional daripada jenis lain dari reformasi pendidikan."

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 bagian 14 Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkemban gan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (dalam Visimedia, 2005, hlm 11).

Selanjutnya ada lima point tentang Pendidikan Anak Usia Dini yang dicantumkan pada Bab IV bagian ketujuh tentang Pendidikan Anak Usia Dini Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (1) pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. (4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KOBER), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. (5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan dalam Visimedia, 2005, hlm 11).

Para ahli psikoanalisa berkeyakinan bahwa lingkungan memberi peran yang sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan pengembangan


(4)

kemampuan anak secara optimal. Anak yang tidak mendapat lingkungan baik untuk merangsang pertumbuhan otak, misalnya jarang disentuh, jarang diajak bermain, jarang diajak berkomunikasi, maka perkembangan otaknya akan lebih kecil 20%-30% dari ukuran normal seusianya. (Fendik Setyawan, 2013, hlm. 1 di akses di www.imadiklus.com, tanggal :13 September 2014).

Di dalam otak memiliki tiga fungsi yang disebut tiga dalam satu otak (three in one brain) Paul Maclean (Fendik Setyawan, 2013, hlm. 1) yaitu batang otak, limbik dan kortek. Hubungan ketiganya dalam pendidikan adalah bahwa jika anak dalam merasa terancam, Maka batang otak akan bereaksi melawan atau menghindar, namun apabila anak merasa nyaman dan diterima maka system limbiknya (emosi) terbuka maka pengetahuan dalam hal ini topi berfikir (korteks) akan mudah mendapatkan pengetahuan dan seorang anak dapat berfikir. Hasil penelitian mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai 80 %, sehingga para ahli menyebut periode perkembangan masa kanak-kanak sebagai masa emas (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Oleh sebab itu pada usia 3-6 tahun merupakan periode terpenting untuk merangsang pertumbuhan otak anak melalui penyediaan Alat Permainan Edukatif (APE)’.

Berdasarkan observasi awal, fenomena yang terjadi di lingkungan pendidikan anak usia dini (PAUD) banyak ditemukan bahwa rendahnya pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) dan kreatifitas guru dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dapat terlaksana tanpa APE, dan aspek-aspek sarta kecerdasan-kecerdasan yang ada pada diri anak pun dapat berkembang, misalnya dengan permainan ataupun memanfaatkan alam.

Aspek perkembangan anak dapat berkembang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, apabila ditunjang oleh media pembelajaran dalam hal ini APE. Karena dunia anak-anak penuh dengan imajinasi dan permainan, oleh karena itu salah satu yang berperan penting dalam hal ini adalah lembaga pendidikan usia dini, oleh sebab itu lembaga PAUD harus memiliki sarana dan prasarana yang menunjang untuk berlangsungnya proses pembelajaran guna meningkatkan dan


(5)

mengoptimalkan sebagai suatu lembaga dalam menumbuh kembangkan perkembangan otak anak sejak dini.

Lebih jauh Nursalam (2005, hlm. 17) menyatakan bahwa : “Pengaruh alat permainan edukatif terhadap aspek perkembangan sebelum dan sesudah perlakuan adalah pengembangan aspek fisik melalui kegiatan yang dapat merangsang pertumbuhan fisik anak (motorik kasar dan motorik halus), aspek bahasa melatih berbicara dengan menggunakan kalimat yang benar, aspek sosial dilakukan dengan cara berhubungan/berinteraksi dengan orang tua, keluarga, saudara dan masyarakat. Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-sistem, perolehan ketrampilan, kemampuan yang lebih siap untuk beradaptasi terhadap stres dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal dan memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas anak”.

Penilaian Tumbuh Kembang anak dideteksi dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang disesuaikan dengan usia anak. Apabila dideteksi perkembangan anak hasilnya sesuai dengan usia perkembangan berarti anak berhasil menyesuaikan diri dengan tahap perkembangan secara normal, dan jika dideteksi diperoleh keterlambatan (meragukan) dan penyimpangan pada perkembangan anak, maka diberikan intervensi stimulasi alat permainan edukatif selama 2 minggu per 3-4 jam setiap hari (DepKes RI, 2006)

Dalam mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini peran orang tua dan masyarakat sangat dibutuhkan artinya pendidikan itu tidak hanya dibebankan pada lembaga pendidikan tertentu saja. Karena kita ketahui bahwa pendidikan utama adalah pendidikan informal yaitu pendidikan dalam lingkungan terdekat yakni keluarga. Peran orang tua dalam keluarga merupakan tingkat pertama dalam dunia pendidikan, karena orang tua merupakan orang yang pertama kali paham terhadap anak-anak. Dalam keluarga inilah yang nantinya melahirkan kepribadian-kepribadian anak-anak baik atau buruk tergantung pada pendidikan keluarganya.

Selain perkembangan kepribadian perubahan yang menjadi hal penting adalah kreativitas anak. Menurut Semiawan (2009, hlm. 44) “kreativitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru”.


(6)

Menurut Utami Munandar (2009, hlm. 12) mengemukakan bahwa: “Kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat.

Creativitas is the process by which each person uses his/her own creative ability in a given situation to achieve a desired result. The word process entails a sequence of actions, steps, or activities that are necessary to help achieve this desired result. (Kreativitas adalah proses dimana setiap orang menggunakan atau kemampuan kreatif sendirinya dalam situasi tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Proses Kata memerlukan urutan tindakan, langkah-langkah, atau kegiatan yang diperlukan untuk membantu mencapai hasil ini diinginkan) (Starko, 2010, hlm. 17)

Supaya keluarga dan lembaga pendidikan tidak melakukan kesalahan dalam mendidik anak-anakya, maka mesti terjalin hubungan dan kerja sama antara orang tua dengan pihak lembaga. Keluarga mendidik anaknya di rumah, sedangkan lembaga pendidikan melakukan tugas mendidik anak dilembaga. Agar proses pendidikan yang dilakukan dilembaga sejalan dengan pendidikan dirumah maka perlu adanya kerja sama yang baik antara orang tua anak dengan pihak lembaga pendidikan. Oleh karenanya keduanya harus berada dalam suatu rel agar dapat seiring, sejalan, seirama dalam memperlakukan anak sehari-hari sesuai dengan kesepakatan bersama. Apabila anak di didik hanya berdasarkan kemauan salah satu pihak maka kemungkinan proses pendidikan tidak akan berjalan dengan baik bahkan mungkin dapat mengganggu perkembangan anak.(Achmad Rafiq, 2014 dalam tribunnews.com. diakses pada hari Jum’at, 23 Oktober 2014).

Mencermati permasalahan tersebut, peneliti menyimpulkan dan bermaksud untuk meneliti tentang “Peran Tutor dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) di lingkungan KOBER Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat”.


(7)

B. Rumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Merujuk pada permasalahan tersebut di atas maka peneliti dapat mengidentifikasi permasalahannya diantaranya sebagai berikut :

a. Tutor masih kurang optimal menerapkan permainan edukatif dalam pembelajaran.

b. Pembelajaran yang dilakukan di lembaga PAUD sama seperti pembelajaran SD sehingga kurang menarik dan kurang menyenangkan bagi anak.

c. Pembelajaran tidak sesuai dengan dokumen rencana pembelajaran yang jelas sehingga dalam pembelajaran yang dilakukan kurang berjalan dengan hasil yang maksimal.

d. Pembelajaran berjalan sebagaimana adanya dan apa yang teringat saat dimulai pembelajaran.

e. Pekerjaan tutor hanya sebagai pengisi waktu luang dan kosong sehingga komitmen terhadap tugas kurang maksimal.

f. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar tutor PAUD tentang teori dan konsep pembelajaran anak usia dini yang baik dan benar karena kebanyakan tutor latar belakang pendidikannya kurang relevan.

g. Keberadaan sarana-prasarana pembelajaran yang ada di lembaga PAUD sudah perlu diupgrade, sementara dana dari masyarakat atau pemerintah untuk itu sangat kurang bahkan tidak.

h. Pengalaman, wawasan dan kemampuan tutor PAUD dalam menerapkan model pembelajaran melalui permainan edukatif, khususnya permainan edukatif relative terbatas, sehingga frekuensi pembelajaran yang menerapkan alat permainan edukatif daur ulang barang bekas dan lingkungan masih relative rendah.

i. Pembelajaran yang diakukan tutor kurang menarik, sehingga membuat peserta didik merasa kurang senang, dan hal ini disebabkan dangkalnya penghayatan tutor dalam mengajar.


(8)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti merumuskan permasalahannya sebagai berikut :

a. Bagaimana peran tutor dalam proses pembelajaran dengan menggunakan alat pemainan edukatif di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat ?

b. Bagaimana pemanfaatan alat pemainan edukatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan aspek perkembangan anak di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat?

c. Bagaimana kreativitas anak setelah menggunakan alat permainan edukatif di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan jawaban terhadap rumusan masalah di atas. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk mendeskripsikan sebagai berikut :

1. Mengungkapkan data tentang peran tutor dalam proses pemanfaatan alat pemainan edukatif di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

2. Mengungkapkan data tentang pemanfaatkan APE dalam proses pembelajaran di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

3. Mengungkapkan data tentang kreativitas anak setelah menggunakan alat permainan edukatif di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk meningkatkan memanfaatkan APE dan lingkungan untuk meningkatkan kreativitas anak kepada pemdidikan, terutama pendidikan anak usia dini.


(9)

2. Manfaat secara praktis a. Bagi tutor

1) Dapat mengetahui pengaruh APE dalam meningkatkan aspek perkembangan anak dan mengetahui kreativitas tutor dalam mengajar.

2) Memberikan pengalaman sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini.

b. Bagi penulis sendiri diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman mengenai cara mengembangkan aspek perkembangan anak, khususnya dengan alat permainan edukatif.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Secara garis besar uraian skripsi ini dibagi lima bab yang terdiri dari : Bab I Pendahuluan, merupakan uraian mengenai latar belakang penelitian; rumusan masalah penelitian; tujuan penelitian; manfaat/signifikansi penelitian; Struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, merupakan konteks yang jelas terkait konsep-konsep, teori-teori yang mengambarkan tentang permasalahan yang akan dikembangkan terkait dengan kreativitas, pendidikan anak usia dini, dan kompetensi pendidik dn tenaga kependidikan anak usia dini.

Bab III Metode Penelitian, bagian ini merupakan bagian yang prosedural yang terdiri dari : Desain penelitian, Partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, analisis data, Isu etik.

BAB IV Temuan dan Pembahasan, yang di dalamnya mengulas mengenai hasil temuan di Kober Kartika X-4 Padalarang.

BAB V Simpulan dan Rekomendasi, simpulan, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut.


(1)

kemampuan anak secara optimal. Anak yang tidak mendapat lingkungan baik untuk merangsang pertumbuhan otak, misalnya jarang disentuh, jarang diajak bermain, jarang diajak berkomunikasi, maka perkembangan otaknya akan lebih kecil 20%-30% dari ukuran normal seusianya. (Fendik Setyawan, 2013, hlm. 1 di akses di www.imadiklus.com, tanggal :13 September 2014).

Di dalam otak memiliki tiga fungsi yang disebut tiga dalam satu otak (three in one brain) Paul Maclean (Fendik Setyawan, 2013, hlm. 1) yaitu batang otak, limbik dan kortek. Hubungan ketiganya dalam pendidikan adalah bahwa jika anak dalam merasa terancam, Maka batang otak akan bereaksi melawan atau menghindar, namun apabila anak merasa nyaman dan diterima maka system limbiknya (emosi) terbuka maka pengetahuan dalam hal ini topi berfikir (korteks) akan mudah mendapatkan pengetahuan dan seorang anak dapat berfikir. Hasil penelitian mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai 80 %, sehingga para ahli menyebut periode perkembangan masa kanak-kanak sebagai masa emas (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Oleh sebab itu pada usia 3-6 tahun merupakan periode terpenting untuk merangsang pertumbuhan otak anak melalui penyediaan Alat Permainan Edukatif (APE)’.

Berdasarkan observasi awal, fenomena yang terjadi di lingkungan pendidikan anak usia dini (PAUD) banyak ditemukan bahwa rendahnya pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) dan kreatifitas guru dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dapat terlaksana tanpa APE, dan aspek-aspek sarta kecerdasan-kecerdasan yang ada pada diri anak pun dapat berkembang, misalnya dengan permainan ataupun memanfaatkan alam.

Aspek perkembangan anak dapat berkembang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, apabila ditunjang oleh media pembelajaran dalam hal ini APE. Karena dunia anak-anak penuh dengan imajinasi dan permainan, oleh karena itu salah satu yang berperan penting dalam hal ini adalah lembaga pendidikan usia dini, oleh sebab itu lembaga PAUD harus memiliki sarana dan prasarana yang menunjang untuk berlangsungnya proses pembelajaran guna meningkatkan dan


(2)

mengoptimalkan sebagai suatu lembaga dalam menumbuh kembangkan perkembangan otak anak sejak dini.

Lebih jauh Nursalam (2005, hlm. 17) menyatakan bahwa : “Pengaruh alat permainan edukatif terhadap aspek perkembangan sebelum dan sesudah perlakuan adalah pengembangan aspek fisik melalui kegiatan yang dapat merangsang pertumbuhan fisik anak (motorik kasar dan motorik halus), aspek bahasa melatih berbicara dengan menggunakan kalimat yang benar, aspek sosial dilakukan dengan cara berhubungan/berinteraksi dengan orang tua, keluarga, saudara dan masyarakat. Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-sistem, perolehan ketrampilan, kemampuan yang lebih siap untuk beradaptasi terhadap stres dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal dan memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas anak”.

Penilaian Tumbuh Kembang anak dideteksi dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang disesuaikan dengan usia anak. Apabila dideteksi perkembangan anak hasilnya sesuai dengan usia perkembangan berarti anak berhasil menyesuaikan diri dengan tahap perkembangan secara normal, dan jika dideteksi diperoleh keterlambatan (meragukan) dan penyimpangan pada perkembangan anak, maka diberikan intervensi stimulasi alat permainan edukatif selama 2 minggu per 3-4 jam setiap hari (DepKes RI, 2006)

Dalam mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini peran orang tua dan masyarakat sangat dibutuhkan artinya pendidikan itu tidak hanya dibebankan pada lembaga pendidikan tertentu saja. Karena kita ketahui bahwa pendidikan utama adalah pendidikan informal yaitu pendidikan dalam lingkungan terdekat yakni keluarga. Peran orang tua dalam keluarga merupakan tingkat pertama dalam dunia pendidikan, karena orang tua merupakan orang yang pertama kali paham terhadap anak-anak. Dalam keluarga inilah yang nantinya melahirkan kepribadian-kepribadian anak-anak baik atau buruk tergantung pada pendidikan keluarganya.

Selain perkembangan kepribadian perubahan yang menjadi hal penting adalah kreativitas anak. Menurut Semiawan (2009, hlm. 44) “kreativitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan kata lain,


(3)

Menurut Utami Munandar (2009, hlm. 12) mengemukakan bahwa: “Kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat.

Creativitas is the process by which each person uses his/her own creative ability in a given situation to achieve a desired result. The word process entails a sequence of actions, steps, or activities that are necessary to help achieve this desired result. (Kreativitas adalah proses dimana setiap orang menggunakan atau kemampuan kreatif sendirinya dalam situasi tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Proses Kata memerlukan urutan tindakan, langkah-langkah, atau kegiatan yang diperlukan untuk membantu mencapai hasil ini diinginkan) (Starko, 2010, hlm. 17)

Supaya keluarga dan lembaga pendidikan tidak melakukan kesalahan dalam mendidik anak-anakya, maka mesti terjalin hubungan dan kerja sama antara orang tua dengan pihak lembaga. Keluarga mendidik anaknya di rumah, sedangkan lembaga pendidikan melakukan tugas mendidik anak dilembaga. Agar proses pendidikan yang dilakukan dilembaga sejalan dengan pendidikan dirumah maka perlu adanya kerja sama yang baik antara orang tua anak dengan pihak lembaga pendidikan. Oleh karenanya keduanya harus berada dalam suatu rel agar dapat seiring, sejalan, seirama dalam memperlakukan anak sehari-hari sesuai dengan kesepakatan bersama. Apabila anak di didik hanya berdasarkan kemauan salah satu pihak maka kemungkinan proses pendidikan tidak akan berjalan dengan baik bahkan mungkin dapat mengganggu perkembangan anak.(Achmad Rafiq, 2014 dalam tribunnews.com. diakses pada hari Jum’at, 23 Oktober 2014).

Mencermati permasalahan tersebut, peneliti menyimpulkan dan bermaksud untuk meneliti tentang “Peran Tutor dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) di lingkungan KOBER Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat”.


(4)

B. Rumusan Masalah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Merujuk pada permasalahan tersebut di atas maka peneliti dapat mengidentifikasi permasalahannya diantaranya sebagai berikut :

a. Tutor masih kurang optimal menerapkan permainan edukatif dalam pembelajaran.

b. Pembelajaran yang dilakukan di lembaga PAUD sama seperti pembelajaran SD sehingga kurang menarik dan kurang menyenangkan bagi anak.

c. Pembelajaran tidak sesuai dengan dokumen rencana pembelajaran yang jelas sehingga dalam pembelajaran yang dilakukan kurang berjalan dengan hasil yang maksimal.

d. Pembelajaran berjalan sebagaimana adanya dan apa yang teringat saat dimulai pembelajaran.

e. Pekerjaan tutor hanya sebagai pengisi waktu luang dan kosong sehingga komitmen terhadap tugas kurang maksimal.

f. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar tutor PAUD tentang teori dan konsep pembelajaran anak usia dini yang baik dan benar karena kebanyakan tutor latar belakang pendidikannya kurang relevan.

g. Keberadaan sarana-prasarana pembelajaran yang ada di lembaga PAUD sudah perlu diupgrade, sementara dana dari masyarakat atau pemerintah untuk itu sangat kurang bahkan tidak.

h. Pengalaman, wawasan dan kemampuan tutor PAUD dalam menerapkan model pembelajaran melalui permainan edukatif, khususnya permainan edukatif relative terbatas, sehingga frekuensi pembelajaran yang menerapkan alat permainan edukatif daur ulang barang bekas dan lingkungan masih relative rendah.

i. Pembelajaran yang diakukan tutor kurang menarik, sehingga membuat peserta didik merasa kurang senang, dan hal ini disebabkan


(5)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti merumuskan permasalahannya sebagai berikut :

a. Bagaimana peran tutor dalam proses pembelajaran dengan menggunakan alat pemainan edukatif di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat ?

b. Bagaimana pemanfaatan alat pemainan edukatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan aspek perkembangan anak di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat?

c. Bagaimana kreativitas anak setelah menggunakan alat permainan edukatif di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan jawaban terhadap rumusan masalah di atas. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk mendeskripsikan sebagai berikut :

1. Mengungkapkan data tentang peran tutor dalam proses pemanfaatan alat pemainan edukatif di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

2. Mengungkapkan data tentang pemanfaatkan APE dalam proses pembelajaran di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

3. Mengungkapkan data tentang kreativitas anak setelah menggunakan alat permainan edukatif di Kober Kartika X-4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk meningkatkan memanfaatkan APE dan lingkungan untuk meningkatkan kreativitas anak kepada pemdidikan, terutama pendidikan anak usia dini.


(6)

2. Manfaat secara praktis a. Bagi tutor

1) Dapat mengetahui pengaruh APE dalam meningkatkan aspek perkembangan anak dan mengetahui kreativitas tutor dalam mengajar.

2) Memberikan pengalaman sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini.

b. Bagi penulis sendiri diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman mengenai cara mengembangkan aspek perkembangan anak, khususnya dengan alat permainan edukatif.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Secara garis besar uraian skripsi ini dibagi lima bab yang terdiri dari : Bab I Pendahuluan, merupakan uraian mengenai latar belakang penelitian; rumusan masalah penelitian; tujuan penelitian; manfaat/signifikansi penelitian; Struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, merupakan konteks yang jelas terkait konsep-konsep, teori-teori yang mengambarkan tentang permasalahan yang akan dikembangkan terkait dengan kreativitas, pendidikan anak usia dini, dan kompetensi pendidik dn tenaga kependidikan anak usia dini.

Bab III Metode Penelitian, bagian ini merupakan bagian yang prosedural yang terdiri dari : Desain penelitian, Partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, analisis data, Isu etik.

BAB IV Temuan dan Pembahasan, yang di dalamnya mengulas mengenai hasil temuan di Kober Kartika X-4 Padalarang.

BAB V Simpulan dan Rekomendasi, simpulan, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut.