Studi Komparatif Mengenai Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa yang Berasal dari Daerah Metropolitan dan Non-Metropolitan di Universitas Kristen Maranatha Bandung.

(1)

ABSTRAK

Perilaku konsumtif terlihat semakin tinggi pada masyarakat saat ini terutama pada kota-kota metropolitan yang ada di Indonesia. Penelitian ini menggunakan Teori CIFE atau Consumption Impulse Formation and Enactment (Dholakia, 2000) untuk mengetahui perbedaan perilaku konsumtif antara mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan dan non-metropolitan pada mahasiswa Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Terdapat 150 mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini yang dipilih berdasarkan teknik convenience sampling. Setiap responden melengkapi kuisioner yang disusun oleh peneliti dan terdiri atas 51 item. Skor rata-rata dari masing-masing kelompok responden dibandingkan dengan menggunakan uji T dan dikorelasikan juga dengan faktor-faktor yang berpengaruh dan data-data penunjang.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik, didapatkan jumlah skor total rata-rata perilaku konsumtif mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan sebesar 11,9850 dan jumlah skor total rata-rata perilaku konsumtif mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan sebesar 11,8491.

Kesimpulan yang diperoleh adalah mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan sama konsumtif dengan mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan. Peneliti mengajukan saran kepada mahasiswa saat berperan sebagai konsumen agar lebih menyadari lagi adanya peran strategi marketing, situasional dan trait impulsif serta hambatan-hambatan dalam pembelian sehingga mahasiswa dapat mengambil keputusan secara bijaksana agar terhindar dari perilaku konsumtif. Selain itu, bagi peneliti lain yang ingin meneliti perilaku konsumtif untuk meneliti pada jumlah sample yang lebih banyak serta pada jenjang usia yang lebih bervariasi serta meneliti lebih jauh mengenai perilaku mindless pada konsumen serta perbedaannya dengan perilaku konsumtif.


(2)

ABSTRACT

Consumptive behaviour becomes more higher in today’s society, especially in the metropolitan cities in Indonesia. This study uses CIFE or Consumption Theory of Impulse Formation and Enactment (Dholakia, 2000) to determine differences in consumptive behaviour between students who come from metropolitan areas and non-metropolitan areas in Maranatha Christian University Bandung.

The results of this study shows that the students from metropolitan areas in Indonesia are as consumptive as students from non-metropolitan areas in Indonesia. Researchers make suggestions to the students to be more aware of marketing strategy, situational factors and trait impulsivity and also the obstacles in the purchase as consumers so that students can take wise decisions in order to avoid consumptive behavior. In addition, for other researchers who want to investigate consumptive behavior can also examine it in the larger amount of sample and more varied age level. It can also do further researchs on mindless behavior on consumers and the differences in consumer behavior.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul…...……….………....….………... i

Lembar Pengesahan...……..………....….………... ii

Kata Pengantar...………..……….……….……... iii

Abstrak... v

Abstract... ... vi

Daftar Isi...………...…...………..………….………..…... vii

BAB I PENDAHULUAN…...………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Identifikasi Masalah………... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………... 8

1.3.1 Maksud Penelitian... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Kegunaan Penelitian………... 9

1.4.1 Kegunaan Teoretis………...……... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis………... 9

1.5 Kerangka Pemikiran………... 9

1.6 Asumsi Penelitian...………... 19

1.7 Hipotesis... 20

BAB II TINJAUAN TEORI...……….…... 21

2.1 Perilaku Konsumen... 21

2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen... 21

2.1.2 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen... 21


(4)

2.1.3.1 Faktor Internal... 25

2.1.3.2 Faktor Eksternal... 29

2.1.4 Pandangan Mengenai Pengambilan Keputusan Konsumen... 31

2.2 Perilaku Konsumtif... 33

2.2.1 Definisi... 33

2.2.2 Perilaku Konsumtif, Goal Directed, dan Perilaku Mindless... 35

2.2.3 Proses Perilaku Konsumtif... 37

2.2.4 Model Consumption Impulse Formation and Enactment (CIFE)... 39

2.2.5 Tipe Perilaku Konsumtif... 45

2.3 Kota Metropolitan...……… 46

2.3.1 Pengertian kota...……...……….... 46

2.3.2 Pengertian Kota Metropolitan...………... 46

2.3.3 Ciri Kota Metropolitan... 47

2.3.4 Kawasan Metropolitan Di Indonesia... 49

2.4 Perilaku Konsumtif pada Masyarakat Berdasarkan Perbedaan Daerah...… 51

2.4.1 Perilaku konsumtif pada Masyarakat di Daerah Metropolitan... 51

2.4.2 Perilaku konsumtif pada Masyarakat di Daerah Non-Metropolitan.. 52

2.5 Mahasiswa...……… 53

2.5.1 Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa...…...……….... 55

2.5.2 Ciri Mahasiswa yang Berasal dari Daerah Metropolitan...…... 56

2.5.3 Ciri Mahasiswa yang Berasal dari Daerah Non-Metropolitan..…... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 58

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian...………. 58

3.2 Bagan Prosedur Penelitian...………...…… 58


(5)

3.3.1 Variabel Penelitian………... 58

3.3.2 Definisi Konseptual………... 59

3.3.3 Definisi Operasional………...……….. 59

3.4 Alat Ukur………...……….. 60

3.4.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 60

3.4.2 Sistem Penilaian...…... 61

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang... 62

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 62

3.4.4.1 Uji Validitas... 62

3.4.4.2 Uji Reliabilitas... 63

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel... 64

3.5.1 Populasi sasaran... 64

3.5.2 Karakteristik sampel... 64

3.5.3 Teknik Penarikan sampel... 65

3.6 Teknik dan Analisis Data... 65

3.6.1 Uji Hipotesis... 66

3.7 Hipotesis Penelitian... 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 69

4.1 Gambaran Responden... 69

4.2 Hasil Penelitian... 75

4.2.1 Uji Perbandingan Perilaku Konsumtif... 75

4.2.2 Uji Perbandingan Faktor ... 76

4.2.3 Uji Korelasi Data Penunjang dengan Skor Perilaku Konsumtif.... 77

4.3 Pembahasan... 79


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 86

5.1 Kesimpulan... 86

5.2 Saran... 87

5.2.1 Saran Teoritis... 87

5.2.2 Saran Praktis... 87

DAFTAR PUSTAKA………... 89

DAFTAR RUJUKAN………... 93 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Metropolitan... 49

Tabel 3.1 Kisi-kisi Skala Perilaku Konsumtif dengan Item Valid... 60

Tabel 3.2 Tabel Skor Skala Perilaku Konsumtif... 61

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden... 69

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden... 70

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Uang Bulanan Responden... 70

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Uang Belanja Responden per bulan... 71

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jumlah Uang Kuliner Responden per bulan... 71

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jumlah Uang Kegiatan Hiburan Responden per bulan.... 72

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Waktu Ke Tempat Perbelanjaan per bulan... 73

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Waktu Kuliner per bulan... 73

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Waktu Kegiatan Hiburan per bulan... 74

Tabel 4.10 Hasil Perbandingan Perilaku Konsumtif... 75

Tabel 4.11 Hasil Perbandingan Faktor... 76


(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir ………... 18

Bagan 2.1 Model Pengambilan Keputusan Konsumen... 24

Bagan 2.2 Proses Perilaku Konsumtif... ……….…... 38

Bagan 2.3 Model CIFE... 39


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Letter of Consent Lampiran 2 Alat Ukur

Lampiran 3 Kisi-kisi Alat Ukur Lampiran 4 Tabulasi Silang

Lampiran 5 Data Mentah Kuesioner Perilaku Konsumtif Lampiran 6 Gambaran Responden

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Alat Ukur


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap universitas memiliki sejumlah mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Ada mahasiswa yang berasal dari kota tempat universitas yang dimasukinya berada, ada pula mahasiswa yang berasal dari luar kota atau yang biasa disebut mahasiswa perantau. Mahasiswa yang berasal dari luar kota perlu melakukan penyesuaian diri lebih dari mahasiswa yang berasal dari dalam kota, misalnya dalam hal pengaturan keuangan. Mereka yang berasal dari luar kota perlu mengeluarkan dana lebih banyak untuk biaya kos, makanan dan kebutuhan sehari-hari dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal dengan orang tuanya di dalam kota yang sama.

Pada umumnya, baik kelompok mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan maupun non-metropolitan memiliki sumber dana yang sama yaitu orang tua serta berkewajiban untuk mengatur keuangan yang diberikan oleh orang tua. Mereka perlu mengatur keuangan sedemikian rupa sehingga uang yang diperoleh dapat mencukupi kebutuhan dalam sebulan atau bahkan menyisakan dana lebih.

Setiap orang, khususnya mahasiswa, lazimnya pernah melakukan kegiatan konsumsi dan tertarik terhadap hal-hal yang berbau konsumtif ketika seseorang hampir selalu memiliki keinginan untuk membeli barang yang sebelumnya belum pernah ia miliki. Seiring berkembangnya zaman, manusia semakin dimudahkan untuk dapat berbelanja terutama dengan adanya peran internet yang mudah diakses sehingga seseorang dapat mengetahui barang trend terbaru ataupun berbelanja secara online. Masyarakat Indonesia khususnya para


(11)

remaja sebagai konsumen tumbuh beriringan dengan perubahan konsumsi ekonomi secara global yang ditandai dengan menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan bergaya semacam shopping mal, industri kuliner, industri mode atau fashion, industri gossip, berdirinya sekolah-sekolah berlabel “plus”, telepon seluler dan tentu saja serbuan gaya hidup melalui industri iklan dan televisi. Hal tersebut dapat terlihat lebih jelas pada kota-kota metropolitan yang ada di Indonesia contohnya di Jakarta. Beberapa mahasiswa di salah satu daerah metropolitan tersebut mengatakan bahwa mereka cenderung menggunakan uang tabungannya untuk berbelanja barang-barang pribadi seperti sepatu, baju dan tas (okezone.com).

Pola konsumsi setiap seseorang dapat berbeda-beda satu sama lain. Demikian pula halnya dengan mahasiswa. Mahasiswa yang sedang mengalami peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa masih berada dalam upaya menemukan identitas diri yang seutuhnya. Mangkunegara (dalam Tiurma Yustisi Sari, 2009) menyebutkan bahwa remaja merupakan salah satu target pasar yang potensial karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada masa remaja. Pada umumnya remaja lebih mudah terbujuk rayuan iklan, ikut-ikutan dengan teman, tidak realistis dalam mempertimbangkan harga barang dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Demikian pula pada mahasiswa, mereka pun ingin diakui eksistensinya dalam lingkungan. Oleh karena itu, mereka akan melakukan konformitas atau berusaha menyatu dengan lingkungan melalui cara menyamakan pendapat atau pola tingkah laku terhadap orang yang mempengaruhinya (Prayitno dalam Utami S.S.H., 2013). Mahasiswa cenderung akan mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi dalam masyarakat seperti menggunakan atribut maupun model pakaian yang sedang in, membuat akun dalam media sosial terbaru dan mendatangi tempat-tempat yang banyak diperbincangkan banyak orang. Masalah dapat muncul ketika kecenderungan mahasiswa untuk menjadi bagian dari lingkungan yang sebenarnya wajar menjadi berlebihan. Misalnya, ketika seseorang ingin membeli setiap barang yang terlihat menarik di matanya.


(12)

Merupakan hal yang lumrah dan sama sekali bukan suatu masalah bagi seseorang yang membeli sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, selama membeli itu benar-benar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau kebutuhan primer. Permasalahan akan muncul ketika dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut seseorang atau lebih khususnya pada mahasiswa mulai membeli barang-barang bukan berdasarkan kebutuhannya melainkan berdasarkan keinginan dan ketertarikannya semata terhadap barang tersebut. Dalam keadaan demikian, dapat dikatakan bahwa orang atau mahasiswa tersebut sedang mengembangkan perilaku yang mengarah ke pola konsumtif.

Menurut Bayley dan Nancarrow (dalam Internasional Journal of Marketing Studies, 2013) mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai sebuah perilaku yang tiba-tiba, bersifat memaksa dan pembelian yang berlebihan dimana kecepatan dari proses pengambilan keputusan dapat mengakibatkan konsumen menjadi tidak mampu membuat keputusan yang bijaksana melalui informasi dan pilihan yang ada. Dengan adanya jumlah uang saku yang besar, akan muncul keinginan yang kuat untuk mencoba hal –hal baru dan sifatnya cepat bosan dan lebih menitik beratkan pada persoalan barang atau produk yang bergengsi. Faktor trend ditempatkan sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan untuk membeli suatu produk dan hampir tidak memperhatikan masalah harga ataupun kebutuhan serta membuat seseorang berperilaku konsumtif (Wahyudi, 2013).

Dalam sebuah penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

konsumtif di kalangan mahasiswa di Jakarta (Aldo Enrico ;dkk, 2011) didapatkan kesimpulan bahwa kegunaan produk dan daya beli, status sosial, prestise dan kepuasan dalam pembelian barang turut berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk berperilaku konsumtif.

Dalam bidang kajian ilmiah, perilaku konsumtif dapat disebut sebagai perilaku pembelian impulsif (impulsive buying) atau perilaku pembelian kompulsif (compulsive consumption). Rook dan Gardner (dalam Internasional Journal of Marketing Studies, 2013),


(13)

mendefinisikan impulse buying behavior sebagai pembelian yang tidak direncanakan, yang ditandai dengan pengambilan keputusan yang relatif cepat. Sedangkan konsep perilaku pembelian kompulsif oleh O’Guinn dan Faber (dalam jurnal Applied Bussiness and Economics vol 14, 2013) diartikan sebagai sebuah pembelian berulang yang berlebihan sebagai respon terhadap pengalaman atau perasaan negatif.

Edward (dalam Letty Workman, 2010) menyatakan bahwa perbedaan antara impulsive buying dan compulsive consumption terletak pada asal motivasi pembelian barang. Pemicu impulsive buying berasal dari luar diri individu (eksternal trigger) sedangkan pemicu compulsive consumption berasal dari dalam diri individu (internal trigger). Perilaku pembelian impulsif terlihat ketika seseorang melihat tampilan produk yang dijual dinilai begitu menarik baginya dan ia memutuskan untuk membeli barang tersebut. Sedangkan perilaku pembelian kompulsif dapat berawal dari kecemasan atau stres dalam diri individu yang membuatnya memutuskan untuk melakukan pembelian. Dengan demikian, perilaku konsumtif yang menjadi landasan dari penelitian ini merupakan impulsive buying dari Dholakia yang terlihat pada mahasiswa angkatan 2015 Universitas Kristen Maranatha.

Dalam penelitian ini populasi sampel yang digunakan sebagai respon merupakan mahasiswa angkatan 2015. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa angkatan baru masih merasakan perubahan-perubahan baru dalam menjalankan perannya sebagai mahasiswa, terutama pada mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan. Mahasiswa angkatan 2015 yang berasal dari daerah non-metropolitan tengah mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan yang baru baginya.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Perusahaan Kadence International didapatkan hasil bahwa lebih dari seperempat masyarakat Indonesia masuk dalam kelompok dengan total pengeluaran lebih besar dari pendapatannya. Peter dan Olson (2010) menyatakan bahwa tingkat konsumsi masyarakat turut dipengaruhi oleh perbedaan budaya pada daerah yang


(14)

berbeda-beda. Disamping itu, perubahan struktur ekonomi dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang pernah dicapai Indonesia tidak merata. Tidak semua daerah memperoleh manfaat yang setara dari strategi pembangunan yang diterapkan. Dengan adanya perbedaan pembangunan perekonomian antara wilayah, maka akan terlihat pula perbedaan konsumsi pada masyarakat di masing-masing wilayah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Imam Hoyri (2014) turut menyatakan bahwa siswa SMA yang sekolahnya dekat dengan mall menunjukkan perilaku konsumtif yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMA yang letak sekolahnya lebih jauh dari keberadaan mall. Penelitian lain menunjukkan adanya perbedaan antara masyarakat kota dan desa berdasarkan karakteristik konsumen, namun tidak terdapat perbedaan antara masyarakat desa dan masyarakat kota berdasarkan status kependudukan dan jumlah pengeluarannya (Dini Pratiwi, 2011). Dari kedua hasil penelitian tersebut terlihat adanya perbedaan mengenai tingkat konsumsi masyarakat desa dan masyarakat kota. Hal tersebut dapat semakin jelas terlihat ketika daerah kota yang dimaksud merupakan kota metropolis.

Jean Bastie dan Bernard Dezert (dalam Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006) pernah menyusun definisi dari metropolis modern yang didasarkan dari fungsi sebuah kota yang salah satunya yaitu sebagai pusat aktivitas keuangan di tingkat atas. Angotti (dalam Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006) pun berpendapat bahwa sebuah metropolis bukan saja sebuah kota yang sangat besar, tetapi juga sebuah bentuk dari masyarakat, lebih besar, lebih kompleks dan memiliki peran kekuasaan yang lebih sentral, baik dari sisi ekonomi, politik maupun budaya. Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) menyebutkan sedikitnyat terdapat 7 kawasan metropolitan yang ada di Indonesia yakni kawasan metropolitan Jakarta dan sekitarnya (disebut juga kawasan metropolitan Jabodetabekjur), Bandung dan sekitarnya (disebut juga kawasan metropolitan Cekungan Bandung), Semarang dan sekitarnya (disebut juga kawasan


(15)

metropolitan Kedungsepur), Makassar dan sekitarnya (disebut juga kawasan metropolitan Mamminasata), Surabaya dan sekitarnya (disebut juga kawasan metropolitan Gerbangkertosusila), Bali dan sekitarnya (disebut juga kawasan metropolitan Sarbagita), serta Medan dan sekitarnya (disebut juga kawasan metropolitan Medibangro).

Dari survei yang dilakukan peneliti melalui kuesioner dalam 5 pertanyaan (contoh : kisaran dana yang diterima perbulan) terhadap 42 orang mahasiswa di Universitas Kristen Maranatha yang terbagi atas 21 orang berasal dari daerah metropolitan dan 21 orang berasal dari daerah non-metropolitan di Indonesia, didapatkan hasil bahwa 90,5% mahasiswa yang menerima dana kurang dari 1 juta perbulan hingga lebih dari 4 juta perbulan, merasa memiliki dana lebih yang dapat mereka pergunakan untuk keperluan lain di luar kebutuhan pokok. Namun ada pula yang menerima dana lebih dari 4 juta perbulan merasa tidak cukup atas dana yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar dari mahasiswa tersebut (54%) menerima dana sebesar 1 hingga 2 juta perbulan. Mereka yang merasa memiliki dana berlebih menggunakannya untuk membeli barang-barang untuk menunjang penampilan, menonton film di bioskop, pergi ke kafe, beli novel dan ada pula yang ditabung.

Biaya kuliah mahasiswa Universitas Kristen Maranatha dalam 1 semester berkisar dari 2 juta rupiah hingga 8 juta rupiah (kebanyakan 7 juta rupiah). Tujuh dari 42 mahasiswa tersebut melaporkan dirinya berasal dari keluarga menengah ke atas dan mereka semua berasal dari daerah non-metropolitan. Sedangkan sisanya merasa bahwa dirinya berasal dari keluarga menengah. 4 orang diantaranya mendapat dana 1 hingga 2 juta rupiah dalam sebulan dan 3 orang lainnya mendapat dana lebih dari 2 juta sebulan. Kebanyakan dari mereka selalu memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan kesenangan setiap bulan meskipun terkadang keinginan tersebut tidak selalu terpenuhi. Keinginan mahasiswa untuk selalu membeli barang atau jasa di luar kebutuhan pokok setiap bulannya terlihat muncul lebih besar pada mahasiswa


(16)

yang berasal dari daerah non-metropolitan (85%) dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan (61%).

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Iis Aisyah dan Eeng Ahman (2011) terhadap mahasiswa pada Universitas Kristen Maranatha, didapatkan hasil bahwa mahasiswa kos menghabiskan dana lebih besar untuk kebutuhan primer dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak kos. Sebaliknya, mahasiswa yang tidak kos menghabiskan dana lebih besar untuk kebutuhan kesenangan (seperti pulsa, jalan-jalan, nonton bioskop dan beli barang baru/shopping), kebutuhan pendidikan (transportasi, beli buku dan biaya pengerjaan tugas) dan tabungan dibandingkan mahasiswa kos. Dari survei tersebut juga dapat terlihat bahwa pengeluaran konsumsi kedua kelompok mahasiswa tersebut untuk kebutuhan kesenangan lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan pendidikan dan tabungan.

Disamping itu, Iis Aisyah dan Eeng Ahman (2011) juga melakukan survei mengenai frekuensi aktivitas mahasiswa dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan yang bersifat kesenangan terhadap 80 orang mahasiswa yang berasal dari beberapa universitas yang ada di Bandung dan didapatkan hasil bahwa kebanyakan mahasiswa melakukan aktivitas yang bersifat kesenangan seperti jalan-jalan, nonton bioskop dan belanja barang baru sebanyak minimal 1 hingga 2 kali dalam satu bulan.

Dapat terlihat adanya perbedaan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti dengan survei yang dilakukan oleh Iing Aisyah dan Eeng Ahman (2011) pada kota yang sama dimana peneliti menemukan bahwa mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan lebih banyak yang memiliki keinginan untuk selalu membeli barang di luar kebutuhan pokok dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan. Sebaliknya Iing Aisyah dan Eeng Ahman (2011) menemukan bahwa pengeluaran mahasiswa yang tidak kos (daerah asal Bandung yang merupakan salah satu daerah metropolitan) untuk kebutuhan kesenangan lebih besar dibandingkan mahasiswa yang kos.


(17)

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan perilaku konsumtif pada mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan dan mahasiwa yang berasal dari daerah non-metropolitan.

1.2 Identifikasi Masalah

Melalui penelitian ini ingin diketahui perbedaan perilaku konsumtif pada mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan dan mahasiwa yang berasal dari daerah non-metropolitan.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh data dan gambaran mengenai perilaku konsumtif pada mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan dan mahasiwa yang berasal dari daerah non- metropolitan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Ingin mengetahui perbedaan perilaku konsumtif pada mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan dan mahasiwa yang berasal dari daerah non- metropolitan.


(18)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi khususnya mengenai perilaku konsumtif pada mahasiswa.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi teori Perilaku Konsumen dan juga teori impulsive buying.

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang berniat melakukan penelitian lanjutan mengenai perilaku konsumtif.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan insight mendalam mengenai konsumen saat melakukan transaksi secara impulsif terutama bagi para mahasiwa agar dapat lebih menahan diri untuk tidak melakukan perilaku konsumtif.

1.5 Kerangka Pemikiran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mahasiswa adalah individu yang belajar di jenjang perguruan tinggi. Mereka adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang telah menjalani 12 tahun pendidikan di sekolah dasar dan sekolah lanjutan sehingga umur mereka berkisar antara 16-20 tahun pada waktu memasuki perguruan tinggi (Daldiyono, 2009). Sarlito (2013) mengatakan bahwa proses perubahan dari masa anak-anak ke masa dewasa berawal dari umur 10 atau 11 tahun dan berakhir pada awal usia 20-an. Santrock (2002) berpendapat bahwa kisaran usia remaja sekitar 10-12 tahun hingga 18-22 tahun. Sedangkan Stanley Hall (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa usia remaja


(19)

berkisar antara 12 sampai 23 tahun. Dari kisaran umur tersebut dapat terlihat bahwa mahasiswa masih berada dalam kelompok remaja akhir.

Mahasiswa memiliki minat yang kuat terhadap diri sendiri dimana minat tersebut merupakan minat yang terkuat di kalangan kawula muda sebab dimana mereka menyadari bahwa penampilan diri berpengaruh pada dukungan sosial yang didapatkannya dan kelompok sosial dapat menilai dirinya berdasarkan benda-benda yang dimilikinya, kemandirian, sekolah, keanggotaan, dan banyaknya uang yang dibelanjakan. Dalam usia remaja, uang dapat dianggap sebagai kunci kebebasan.

Salah satu ciri mahasiswa yang berada dalam masa remaja adalah sikap yang tidak realistik dalam melihat diri sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya. Seorang remaja akan merasa sakit hati dan kecewa apabila ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri. Sifat dan ciri mahasiswa sebagai kelompok remaja tersebut memperlihatkan adanya kemungkinan bahwa mahasiswa dapat berperilaku yang mengarah pada pola perilaku konsumtif.

Pada umumnya, sebuah universitas terletak dalam daerah metropolitan. Setiap universitas umumnya memiliki mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan maupun mahasiwa yang berasal dari daerah non-metropolitan. Ciri mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan pada umumnya memiliki keluarga yang banyak mengeluarkan uang untuk keperluan rekreasi atau hiburan dan pendidikan, berasal dari sekolah dengan status sosial menengah, menggunakan mobil pribadi, lebih memperhatikan harga, model dan merek dalam memilih barang, menghabiskan waktu dua hingga tiga jam di dalam mall, cenderung menggunakan uang tunai dalam melakukan pembayaran dan dapat menghabiskan uang sebesar lima ratus ribu hingga lebih dari satu juta rupiah dengan tujuan mengisi waktu luang dan bersosialisasi dengan teman. Mereka lebih memilih berbelanja di mall dengan alasan utama banyaknya pilihan. Mereka juga menggunakan media elektronik dengan akses internet


(20)

sebagai media utama dan majalah menjadi media cetak yang paling sering digunakan (Wagner, 2009).

Disamping itu, terdapat ciri mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan yaitu mahasiswa memiliki keingintahuan terhadap apa yang ada di lingkungan barunya, cenderung melihat kelas sosial diantara teman kampus atau teman di sekitar lingkungan kosan, dapat pula timbul persepsi jika tidak mengikuti gaya yang ada, maka akan dikucilkan serta anggapan “selagi ada di kota, dinikmati apa yang ada”. Akan dapat terlihat adanya perubahan gaya hidup yang pada awalnya sederhana menjadi lebih memperhatikan dan memilih barang dengan merek-merek ternama dan sering berwisata kuliner. Pada awalnya mereka banyak berdiam diri di dalam rumah namun karena merasa memiliki kebebasan baru mereka pun dapat keluar di malam hari tanpa batasan waktu. Segi bahasa dan karakter mahasiswa daerah daerah non-metropolitan pun dapat mengalami pergeseran (Latifah dan Pambudi, 2004). Ciri-ciri tersebut sedikit banyak menyerupai arti dari pepatah “seperti rusa masuk kampung” yang menggambarkan seseorang yang terkagum-kagum akan sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya. Ketika mahasiswa dari daerah non-metropolitan memasuki daerah metropolitan, mereka akan menemukan keadaan dimana ketersediaan produk dan fasilitas berbelanja lebih baik dari daerah asalnya. Hal tersebut membentuk hipotesis penelitian ini yaitu mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan dapat berperilaku konsumtif lebih tinggi daripada mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan.

Kedua kelompok mahasiswa tersebut tentunya memiliki tingkat penyesuaian diri yang berbeda pada saat memasuki bangku perguruan tinggi. Mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan perlu menyesuaikan diri terhadap pendidikan di perguruan tinggi, sedangkan mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan tidak hanya perlu menyesuaikan diri terhadap pendidikan di perguruan tinggi melainkan juga harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru dimana terdapat situasi daerah metropolitan yang


(21)

tidak terdapat pada daerah tempat tinggal sebelumnya yang merupakan daerah non-metropolitan. Beberapa perubahan dapat terjadi pada mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan, misalnya perubahan gaya hidup. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Latifah dan Pambudi (2004) di Surabaya menyatakan bahwa terdapat perubahan gaya hidup yang terjadi pada mahasiswa yang berasal dari desa. Perubahan yang terjadi terletak pada perubahan gaya hidup konsumtif terhadap produk branded dan wisata kuliner. Kondisi demikian dapat terjadi karena proses pergeseran budaya dari daerah yang cenderung sederhana menjadi budaya kota yang identik dengan kehidupan mall dan nongkrong, sehingga bukan hanya cara berpakaian yang berubah namun juga pola kebiasaan mahasiswa daerah juga mengalami perubahan.

Dalam bidang kajian ilmiah, perilaku konsumtif dapat disebut sebagai perilaku pembelian impulsif (impulsive buying) atau perilaku pembelian kompulsif (compulsive consumption). Edward (dalam Letty Workman, 2010) menyatakan bahwa perbedaan antara impulsive buying dan compulsive consumption yaitu pemicu impulsive buying berasal dari luar diri individu (eksternal trigger) sedangkan pemicu compulsive consumption berasal dari dalam diri individu (internal trigger). Perilaku konsumtif yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan impulsive buying.

Perilaku konsumtif (Rook, 1987) merupakan pembelian yang terjadi ketika konsumen mengalami desakan tiba-tiba yang biasanya sangat kuat dan menetap untuk membeli sesuatu dengan segera. Rook (dalam Internasional Journal of Marketing Studies, 2013) juga mengkarakteristikkan perilaku konsumtif sebagai suatu dorongan yang muncul tiba-tiba untuk membeli; memiliki kekuatan, kompulsi, dan intensitas; memiliki stimulasi dan kegairahan; terdapat sinkronisitas dalam keseluruhan aspek situasi; terdapat konflik penentuan antara baik-buruk dan terkontrol atau tidak dan perasaan baik atau buruk selama proses pembelian.


(22)

Selain itu, konsumen juga berfantasi mengenai barang yang dilihat dan ia tidak peduli akan akibat apabila ia melakukan pembelian.

Berdasarkan model CIFE yang dikemukan oleh Dholakia (2000), perilaku konsumtif diawali dengan terbentuknya impuls pembelian dalam diri mahasiswa. Impuls pembelian dapat muncul pada setiap mahasiswa dari kedua kelompok mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan dan non- metropolitan melalui adanya peran faktor penyebab yang terdiri dari stimulus pemasaran, trait impulsif dan faktor situasional.

Stimulus pemasaran dapat mempengaruhi mahasiswa melalui pendekatan fisik dan pendekatan temporal. Melalui pendekatan fisik, mahasiswa dipengaruhi melalui tampilan toko atau produk maupun hal-hal yang dapat terlihat oleh mahasiswa. Sedangkan pendekatan temporal mempengaruhi mahasiswa melalui ketersediaan barang dan bentuk-bentuk promo yang menarik bagi mahasiswa. Stimulus pemasaran ini menjadi hal yang baru bagi mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan. Mahasiwa dari daerah non-metropolitan melihat pemasaran di daerah metropolitan yang telah berjalan dan berkembang lebih baik dari daerah asalnya pada daerah metropolitan yang merupakan tempat dimana kampus dan tempat tinggal yang baru baginya.

Disamping itu terdapat faktor situasional yang melingkupi faktor personal dan sosial pada mahasiswa. Faktor situasional dapat berupa keadaan saat mahasiswa berada di tempat perbelanjaan atau tempat hiburan lainnya. Misalnya, saat mahasiswa pergi bersama temannya dan menemukan promo yang menguntungkan bila ia membeli bersama temannya tersebut, maka keadaan demikian dapat mendorong mahasiswa untuk melakukan transaksi secara impulsif. Selain itu, faktor situasional lainnya juga dapat berupa kondisi suasana hati mahasiswa yang mendorongnya untuk melakukan pembelian. Misalnya, mahasiswa yang sedang stres karena tugas memutuskan untuk pergi berbelanja atau minum di cafe. Atau


(23)

mahasiswa yang merasa sangat senang karena suatu hal memutuskan untuk melakukan kegiatan yang sejalan dengan suasana hatinya yaitu dengan berbelanja.

Faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya impuls pembelian pada mahasiswa adalah trait impulsif yang ada dalam diri masing-masing mahasiswa. Trait impulsif ini dapat terlihat dari cara mahasiswa memberikan respon terhadap stimulus-stimulus di lingkungan yang mendorongnya untuk berperilaku impulsif. Trait impulsif ini dikarakteristikan dengan waktu reaksi yang cepat, bertindak tanpa berpikir jauh ke depan, dan cenderung bertindak tanpa perencanaan, dimana hal-hal tersebut mungkin saja dilakukan oleh setiap mahasiswa. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa mahasiswa yang berada dalam masa remaja memiliki sikap yang tidak realistik dalam melihat diri sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya. Mahasiswa dapat merasa sakit hati dan kecewa apabila ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.

Kehadiran satu atau lebih dari ketiga faktor ini terpenuhi dalam derajat tertentu berujung pada pembentukan impuls pembelian berupa sebuah dorongan yang tidak terkendali untuk membeli. Ketiga faktor penyebab tersebut dapat memberikan pengaruh yang beragam terhadap mahasiswa dengan cara yang berbeda pada setiap mahasiswa dan juga dapat berinteraksi satu sama lain secara positif menjadi penyebab utama munculnya impuls pembelian.

Ketika mahasiswa merasakan impuls pembelian, proses mental secara otomatis terpicu untuk mengevaluasi kehadiran penghambat yang memungkinkan untuk berperilaku impulsif (Loewenstein dalam Dholakia, 2000). Penghambat impuls perilaku pembelian secara umum terbagi menjadi tiga kategori, yaitu kemungkinan mahasiswa menyadari adanya halangan saat akan melakukan perilaku konsumtif (current impediments), pertimbangan jangka panjang (consideration of long-term deleterious consequences) saat mahasiswa akan berperilaku dan adanya emosi-emosi antisipatif (anticipatory emotions) yang dirasakan mahasiswa. Kesadaran


(24)

akan adanya halangan saat akan melakukan perilaku konsumtif (current impediments) dapat menahan terjadinya perilaku yang sejalan dengan impuls pembelian. Misalnya, mahasiswa tidak memiliki waktu atau uang yang cukup. Pertimbangan jangka panjang (consideration of long-term deleterious consequences) saat akan berperilaku juga dapat menjadi penghambat mahasiswa dalam melakukan perilaku konsumtif. Misalnya, mahasiswa menahan diri untuk membeli barang yang diinginkannya karena ia teringat bahwa ia lebih baik tidak membelinya jika tidak ingin ia kehabisan uang menjelang akhir bulan. Selain itu, emosi-emosi antisipatif (anticipatory emotions) yang dapat berupa bayangan atau pemikiran bahwa mahasiswa dapat mengalami emosi positif jika ia berhasil mengatasi dorongan atau emosi negatif jika melakukan perilaku konsumtif dapat menahan mahasiswa untuk melakukan perilaku konsumtif.

Faktor penghambat dikatakan mirip dengan sebuah bentuk interupsi terhadap mahasiswa yang mengingatkan mereka untuk berpikir terlebih dulu secara kognitif. Jika mahasiswa tidak menyadari adanya faktor-faktor penghambat, maka impuls pembelian dipandang sebagai hal yang sejalan dengan tujuan, pemikiran dan situasinya. Kemudian mahasiswa akan memberikan respon reflektif terhadap impuls tanpa pertimbangan lebih panjang. Keadaan tersebut dinamakan dengan kondisi konsonan impuls pembelian. Dalam kondisi tersebut, intensitas dan interaksi dari faktor-faktor penyebab mendorong pembentukan perilaku lebih lanjut dari impuls pembelian dan evaluasi kognitif dari perilaku impusif beserta konsekuensinya pun menjadi lebih kecil.

Sebaliknya, jika mahasiswa menyadari adanya faktor penghambat, mahasiswa akan mengalami konflik dan kebingungan. Konflik psikologis ini merupakan pertentangan antara keinginan dan strategi dari pengaturan sistem kehendak dalam diri mahasiswa. Kondisi ini dinamakan dengan kondisi disonan impuls pembelian. Perbedaan antara konsonan dan disonan impuls pembelian sejalan dengan perbedaan yang ada dalam teori motivasi antara


(25)

sistem motivasional dengan pengalaman positif atau menyenangkan dan pengalaman negatif atau menyakitkan (Higgins, dalam Dholakia 2000).

Berdasarkan model CIFE, pengalaman impuls pembelian disonan menghasilkan adanya evaluasi mengenai konsekuensi dalam melakukan impuls pembelian dan perkembangan dari dominasi impuls hedonis dari bentuk fungsional ke bentuk yang lebih evaluatif. Dengan kata lain, mahasiswa mempertimbangkan pro dan kontra terkait dengan impuls pembelian. Proses ini terjadi secara cepat, menghasilkan evaluasi positif atau negatif mengenai perilaku impulsif yang menjadi petunjuk bagi mahasiswa. Jika evaluasinya positif, maka faktor penghambat bukan hal yang signifikan baginya, sehingga akan berujung pada perilaku konsumtif. Dalam keadaan tersebut, mahasiswa mungkin saja merasakan beberapa konflik atau ketidakyakinan namun pada akhirnya akan tetap melakukan perilaku konsumtif. Sebaliknya, jika evaluasinya negatif, sistem kehendak dalam diri mahasiswa menjalankan fungsinya dengan menggunakan berbagai strategi penolakan terhadap impuls pembelian.

Strategi pertahanan dapat dikatakan sebagai mekanisme kehendak yang digunakan mahasiswa sebagai usaha untuk melawan impuls pembelian disonan setelah perilaku terevaluasi secara negatif. Cara-cara penolakan tersebut seringkali melibatkan regulasi keadaan dan proses mental dalam diri melalui mekanisme atau strategi yang beragam. Strategi penolakan tersebut dapat berupa pembelajaran dan pembentukan aturan eksplisit misalnya dengan mencatat pengeluaran perminggu. Selain itu mahasiswa juga dapat melakukan perhatian selektif, dimana mahasiswa cenderung menerima informasi yang mendukung sistem strategi kehendak dan menolak informasi yang berlawanan. Pemikiran yang tertutup tersebut dapat menjauhkan mahasiswa dari impuls pembelian atau melakukan pengaturan encoding dengan cara melakukan seleksi terhadap hal-hal di lingkungan yang tidak terkait dengan impuls pembelian.


(26)

Mahasiswa juga dapat mengatur arah perhatiannya, dimana mahasiswa secara aktif memanipulasi lingkungan untuk mengurangi efek stimulus, atau untuk meningkatkan efektivitas strategi pertahanan lainnya. Selain itu juga dapat dilakukan pembatasan pengolahan informasi terkait dengan kapan dan bagaimana mahasiswa berhenti memproses informasi. Perlu dilakukan pembatasan terhadap durasi evaluasi kognitif setelah satu atau dua faktor penghambat ditemukan, agar terhindar dari pemikiran berkepanjangan terkait impuls pembelian. Strategi ini sangat berguna ketika muncul informasi-informasi baru yang mendukung impuls pembelian, seperti ketika stimulus pemasaran terus menyerang indera mahasiswa. Strategi lainnya yaitu dengan pengaturan emosi yang mengarah pada seperangkat kemampuan pengaturan diri yang ditujukan untuk menghambat emosi negatif dan menghindari hal-hal emosional terkait dengan pemikiran-pemikiran yang mungkin melemahkan efisiensi fungsi pertahanan. Pengaturan emosi juga dapat berupa pengembangan emosi positif yang mendukung pertahanan terhadap impuls pembelian. Strategi terakhir yaitu pengaturan motivasi, mengarah pada seperangkat aktivitas pengaturan diri yang ditujukan untuk dapat memfokuskan diri terhadap tugas-tugas perlawanan terhadap impuls pembelian.

Mahasiswa dapat menggunakan satu atau beberapa strategi pertahanan sekaligus sampai kesempatan terhadap masuknya impuls pembelian tertutup. Seiring dengan berjalannya proses pertahanan kehendak, kekuatan impuls pembelian akan berkurang karena perhatian mahasiswa terhadap faktor-faktor penyebab munculnya impuls mulai terlupakan. Dalam keadaan demikian, mahasiswa dapat dikatakan berhasil menolak impuls pembelian.

Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumtif tersebut akan dapat terlihat ada perbedaan tinggi maupun rendahnya perilaku konsumtif yang ditunjukkan oleh mahasiswa yang berasal dari mahasiswa yang berasal dari daerah kota metropolitan dan mahasiwa yang berasal dari daerah non-kota metropolitan.


(27)

konsonan disonan nonbehavior konsonan disonan nonbehavior

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Faktor penyebab munculnya

impuls pembelian : a. Stimulus Pemasaran b. Trait Kepribadian c. Faktor Situasional

Mahasiswa UKM dari daerah metropolitan dengan ciri lebih memilih menghabiskan waktu di mall dapat menghabiskan uang lebih dari lima ratus ribu rupiah serta ciri lain dari lingkungan seperti keluarga dan media massa.

Skor perilaku konsumtif perilaku konsumtif

Mahasiswa UKM dari daerah non- metropolitan dengan ciri adanya perubahan gaya hidup yang meliputi cara berpakaian, kebiasaan baru, segi bahasa dan karakter.

Skor perilaku konsumtif Faktor penghambat :

a. Halangan saat akan melakukan perilaku konsumtif

b. Pertimbangan jangka panjang c. Emosi antisipatif

perilaku konsumtif Faktor penghambat :

a. Halangan saat akan melakukan perilaku konsumtif

b. Pertimbangan jangka panjang c. Emosi antisipatif

Yes No

Evaluasi Kognitif

(+)

(-) Sistem Kehendak Strategi pertahanan Penolakan Yes No Evaluasi Kognitif (+)

(-) Sistem Kehendak Strategi pertahanan


(28)

1.6 Asumsi penelitian

1. Mahasiswa sebagai remaja memiliki karakteristik yang dapat mengarahkan mahasiswa untuk melakukan perilaku konsumtif.

2. Mahasiswa memiliki derajat perilaku konsumtif yang berbeda-beda dan hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab seperti stimulus pemasaran, kondisi situasional dan trait impulsif dalam diri masing-masing mahasiswa.

3. Mahasiswa dapat pula berespon secara positif terhadap faktor-faktor penghambat seperti halangan saat akan melakukan perilaku konsumtif, pertimbangan jangka panjang dan emosi-emosi antisipatif.

4. Mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan pada umumnya lebih memperhatikan harga, model dan merek dalam memilih barang, lebih memilih berbelanja di mall dan dapat menghabiskan uang lebih dari lima ratus ribu rupiah untuk mengisi waktu luang dan bersosialisasi dengan teman. Mereka dapat menghabiskan waktu dua sampai 3 jam di dalam mall. Mereka juga cenderung menggunakan media elektronik dengan akses internet dan majalah (Wagner, 2009). Ciri tersebut dapat mengarahkan dan mempermudah mereka untuk berperilaku konsumtif.

5. Ciri mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan yaitu mahasiswa cenderung melihat kelas sosial diantara teman, memiliki perubahan gaya hidup yang awalnya sederhana dan lebih banyak berdiam di rumah menjadi lebih memperhatikan dan memilih barang dengan merek-merek ternama dan sering berwisata kuliner serta pergi tanpa batasan waktu. Segi bahasa dan karakter mereka pun dapat mengalami pergeseran (Latifah dan Pambudi, 2004). Ciri tersebut dapat mengarahkan mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan untuk berperilaku konsumtif.


(29)

1.7Hipotesis

Mahasiswa yang berasal dari daerah nonmetropolitan menunjukkan perilaku konsumtif lebih besar dari mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan perilaku konsumtif antara mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan yang berjumlah 75 orang dan mahasiswa yang berasal dari daerah nonmetropolitan yang berjumlah 75 orang di Universitas Kristen Maranatha, dapat disimpulkan hal-hal berikut :

1. Mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan memiliki perilaku konsumtif yang sama dengan mahasiswa yang berasal dari daerah nonmetropolitan.

2. Faktor strategi marketing merupakan faktor yang paling berperan dari antara faktor lainnya. Berbeda dengan faktor lainnya, faktor trait impulsif memiliki peran lebih besar bagi kelompok mahasiswa yang berasal dari daerah non-metropolitan dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari daerah metropolitan.

3. Seluruh data penunjang yang berupa usia, jenis kelamin, jumlah uang bulanan, jumlah uang dan waktu yang digunakan saat pergi ke tempat perbelanjaan, kuliner dan kegiatan hiburan berkorelasi secara signifikan (dengan taraf signifikansi 0.01) terhadap perilaku konsumtif pada mahasiswa Universitas Kristen Maranatha.

4. Usia merupakan satu-satunya data penunjang yang berkorelasi secara negatif terhadap perilaku konsumtif mahasiswa Universitas Kristen Maranatha.


(31)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran Teoritis

 Penelitian ini mengukur perbandingan perilaku konsumtif terhadap mahasiswa Universitas Kristen Maranatha namun tidak menggambarkan perilaku konsumtif pada mahasiswa secara umum. Oleh karena keterbatasan tersebut, maka bagi peneliti lain yang ingin meneliti perilaku konsumtif dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi dapat melakukan penelitian lebih lanjut, yaitu dengan meneliti perilaku konsumtif pada populasi mahasiswa yang lebih luas dan pada jenis profesi atau tingkat pendidikan lainnya.

 Berdasarkan kekurangan lainnya dari penelitian ini, disarankan juga bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti mengenai perilaku konsumtif untuk meneliti pada produk atau jasa tertentu.

 Selain itu, disarankan juga bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai perilaku konsumtif pada usia remaja dan melihat hubungan atau perbedaannya dengan perilaku mindless.

5.2.2 Saran Praktis

 Berdasarkan penelitian ini, faktor strategi marketing merupakan faktor yang paling mempengaruhi mahasiswa UKM dalam berperilaku konsumtif. Oleh karena itu, disarankan bagi mahasiswa UKM untuk lebih menyadari adanya strategi marketing (tampilan fisik, harga-arga diskon, dll) yang diatur sedemikian rupa oleh pemasar


(32)

untuk menarik minat mahasiswa sebagai konsumen sehingga dapat mencegah terjadinya perilaku konsumtif.

 Selain faktor di atas, mahasiswa UKM juga diharapkan untuk menyadari adanya faktor-faktor situasional (keadaan lingkungan saat akan melakukan pembelian secara impulsif) dan trait impulsif dalam diri tiap mahasiswa yang dapat menyebabkan mereka berperilaku impulsif sehingga mahasiswa UKM dapat meminimalisir kemungkinan mereka untuk berperilaku konsumtif.

 Selain itu, diharapkan mahasiswa juga dapat melakukan pertimbangan-pertimbangan ulang terhadap halangan saat akan berperilaku konsumtif, pertimbangan jangka panjang dan emosi antisipatif (perasaan yang mungkin muncul jika setelah melakukan pembelian) sebagai faktor yang menghambat mereka untuk berperilaku konsumtif sehingga mahasiswa dapat menolak dorongan untuk melakukan perilaku konsumtif.


(33)

STUDI KOMPARATIF MENGENAI PERILAKU KONSUMTIF

PADA MAHASISWA YANG BERASAL DARI DAERAH

METROPOLITAN DAN NON-METROPOLITAN DI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

FETRIN ALNY TALENTA NRP : 1130231

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(34)

(35)

(36)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan bimbingan-Nya, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir masa pembelajaran di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Selama penyusunan tugas ini, peneliti cukup banyak mengalami kesulitan. Namun akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan ini karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini, yaitu:

1. Tuhan Yesus Kristus yang terus memberikan pertolongan, berkat dan karunia sehingga saya dimampukan untuk menyelesaikan masa perkuliahan dan tugas akhir ini.

2. Dr. Yuspendi, M.Psi., Psikolog, M.Pd selaku Dekan Fakultas Psikologi.

3. Dr. Henndy Ginting, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing, memberi masukan, mengoreksi, serta memberikan perhatian dan pengertian selama penyusunan laporan ini.

4. Yoga Hardianto, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, memberikan masukan, mengoreksi, serta memberikan perhatian dan pengertian selama penyusunan laporan ini.

5. Orang tua dan kedua abang saya yang selalu memberikan dukungan berupa doa, semangat, kasih sayang serta materil sehingga saya dapat menyelesaikan masa perkuliahan ini hingga akhir.


(37)

6. Dra. Endeh Azizah M.SI., Psikolog selaku dosen wali yang telah bersedia membimbing dan memberi masukan serta memberikan perhatian dan pengertian selama saya menjalani masa perkuliahan.

7. Sahabat-sahabat saya, Fitri Lestari, Jessica Veronia dan Rini yang telah memberikan semangat dan dukungan doa bagi saya sehingga saya bisa menyelesaikan laporan ini.

8. Teman-teman terdekat saya, Sophie Widyatami Djajadi, Nadya Salsabila, Megi Sukmagini, Catur Octowibowo, Claudya Cicilia dan Septiyani yang selalu bersama-sama dengan saya sejak awal hingga akhir masa perkuliahan.

9. Teman-teman, mahasiswa dan seluruh pihak yang telah bersedia membantu dan meluangkan waktunya untuk membantu serta berkontribusi dalam penyelesaian laporan penelitian ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Dalam menyusun tugas ini, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penyusun bersedia menerima masukan-masukan yang konstruktif dari pembaca mengenai hasil laporan ini. Akhir kata, penyusun mengucapkan terimakasih banyak kepada seluruh pembaca dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta pihak-pihak yang memerlukannya.

Bandung, Juni 2016


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Daldiyono. (2009). How to be a Real and Successful Student. Jakarta : Kompas Gramedia.

Dholakia U. M. (2000). Temptation and resistance : An integrated model of consumption impulse formation and enactment. Journal of Psychology & Marketing,17. Diunduh dari http://dx.doi.org/10.1002/1520-6793(200011)17:11<955::AID-MAR3>3.0.CO;2-J

Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. (2006). Metropolitan di Indonesia: kenyataan dan tantangan dalam penataan ruang.

Engel, James F., Paul W. Miniard, & Roger D. Blackwell. (2001). Consumer Behaviour : Ninth Edition. Southwestern : Thomson Learning.

Enrico A., Ritchie A., & Weriyen O. (2014). The factors that influenced consumptive behavior: A survey of university students in Jakarta. International Journal of Scientific and Research Publications, 4, Issue 1. Diunduh dari http://www.ijsrp.org/research-paper-0114/ijsrp-p2518.pdf

Gupta, S. (2013). A literature review of compulsive Buying (A marketing perspective). Journal of Applied Bussiness and Economics, 14, pages 43-48.


(39)

Harefa, Mandala. (___). Periset Ekonomi Kebijakan Publik pada Pusat Pengkajian Pengolahan data dan Informasi Sekretarian Jenderal DPR RI. Bagian 1 : Kebijakan Pembangunan dan Kesenjangan Ekonomi antar Wilayah.

Hoyri, I.S. (2014). Kontrol diri dan perilaku konsumtif pada siswa SMA ditinjau dari lokasi

sekolah. Jurnal Online Psikologi. Diunduh dari

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jop/article/download/1818/1919

Kementerian / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2014). Rancangan Awal : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 - 2019. Buku III : Agenda Pembangunan Wilayah.

Muruganantham G., & Ravi S.B. (2013). A review of impulse buying behaviour. International Journal of Marketing Studies, 5. Diunduh dari http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijms/article/download/24570/16339

Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial, Edisi 10 buku 1. Jakarta : Salemba Humanika.

Notivasani L., & Pambudi H. (2004). Perubahan gaya hidup konsumtif pada mahasiswa urban di unesa. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Diunduh dari http://r.search.yahoo.com/_ylt=A2oKmNCq2rFW8CYAtcH3RQx.;_ylu=X3oDMTBy

N2RnanRxBHNlYwNzcgRwb3MDMQRjb2xvA3NnMwR2dGlkAw--/RV=2/RE=1454525226/RO=10/RU=http%3a%2f%2fejournal.unesa.ac.id%2farticle %2f12122%2f39%2farticle.pdf/RK=0/RS=j1ZArFT17ofNhqis_U3q629hnzg-


(40)

Peter J.Paul, & Jerry C. Olson. (2010). Consumer Behaviour & Marketing Strategy: Ninth Edition. Mc-Graw Hill, Singapore.

Philip, Kotler. (2000). Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid 1&2. Prenhalindo : Jakarta.

Rook, D. W. (1987). The buying impulse. The Journal of Consumer Research, 14, 189-199. Diunduh dari http://www.psych.ualberta.ca/~msnyder/p486/read/files/R1987.pdf

Rook, D., & Fisher R.J. (1995). Normative Influences on Impulsive Buying Behavior. The Journal of Consumer Research, 22.

Rook, D., & Hoch, S. (1985). Consuming impulses. Advances in Consumer Research, 7(1), 23-27.

Santrock, J.W (2002). Life Span Development.Perkembangan Masa Hidup, Jilid 1. Terjemahan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. (2013). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Depok : Kharisma Putra Utama Offset.

Schiffman, L., & Kanuk, L. (2010). Consumer Behavior. New Delhi: Prentice Hall


(41)

Sugiyono.(2003). Statistika dalam Penelitian. Bandung : IKAPI

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi.Bandung : Alfabeta.

Swastha, Basu Dharmmesta, Hani Handoko. (1987). Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen. Yogyakarta : Liberty.

Swastha, Basu Dharmmesta, Hani Handoko. (2000). Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen. Yogyakarta : BPFE.

Wahyudi. (2013). Tinjauan tentang perilaku konsumtif remaja pengunjung mall Samarinda Central Plaza. eJournal Sosiologi, 1, 26 – 36. Diunduh dari http://ejournal.sos.fisip- unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/11/Jurnal%20wahyudi%20PDF%20(11-07-13-07-45-39).pdf


(42)

DAFTAR RUJUKAN

Aisyah, I., & Eeng A. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen (Studi pada Mahasiswa di kota Bandung). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Astuti, E.D. (2013). Perilaku konsumtif dalam membeli barang pada ibu rumah tangga di kota Samarinda. eJournal Psikologi, 1, 148-156. Samarinda : Universitas Mulawarman. Diunduh dari http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/09/Jurnal%20(09-06-13-04-35-44).pdf

Cara mahasiswa habiskan uang tabungan . Diunduh dari news.okezone.com

Eka, Larasati.S. (2013). Pengaruh servicescapes dan hedonic shopping value terhadap keputusan pembelian impulsif pada konsumen wanita di Giant Hypermarket Mall

Olympic Garden (MOG) Malang. Diunduh dari

file:///C:/Users/ACER/Downloads/812-1581-1-SM%20.pdf

Foreword by President Nelson Mandela. The urban development strategy- remaking South Africa’s cities and town. Diunduh dari polity.org

Ilmanala. (2012). Analisis motivasi konsumen online dalam melakukan impulse buying pada transaksi C2C Commerce (Studi pada forum jual beli kaskus). Depok : Universitas Indonesia. Diunduh dari : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320030-S-Ilmalana.pdf


(43)

J.P Kurnia, Lumbanbatu. (2013). Perbedaan penyesuaian sosial remaja tuna rungu ditinjau

dari metode komunikasi. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42952/7/Cover.pdf

Karakteristik konsumen dan citra merek private label dan minimarket : Perbandingan antara masyarakat desa dan masyarakat kota di kabupaten Sleman. Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDeta il&act=view&typ=html&buku_id=53422

Kim J. (2003). College students’ apparel impulsive buying behaviors in relation to visual

merchandising. Georgia. Diunduh dari

http://athenaeum.libs.uga.edu/handle/10724/21084

Pengaruh perilaku konsumtif terhadap gaya hidup mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP Untan. Diunduh dari portalgaruda.org

Pola konsumtif remaja di mal sebagai bentuk refleksi gaya hidup . Diunduh dari www.siperubahan.com

S, Hotpascaman. (2010). Hubungan antara Perilaku Konsumtif dengan Konformitas pada Remaja.Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14510/1/10E00397.pdf

Survey terbaru pola belanja pengeluaran masyarakat Indonesia. Diunduh dari adnfinansia.com.


(44)

Tiurma, Y.S. (2009). Hubungan antara perilaku konsumtif dengan body image pada remaja

putri. Diunduh dari

http://www.library.gunadarma.ac.id/repository/view/3797897/hubungan-antara-body-image-dan-perilaku-konsumtif-produk-bermerek-pada-remaja-putri.html/

Utami, Sih S. H. (2013). Hubungan bentuk konformitas teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan di SMAN 97, Jakarta. Universitas

Islam Negeri. Diunduh dari

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH%20UTAMI% 20SRI%20HARTATI-fkik.pdf

Varerina, T.H. (2010). Perilaku pembelian impulsif produk pakaian masyarakat urban di Jakarta dan Bandung. Universitas Indonesia. Diunduh dari

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/136499-T%2028284-Perilaku%20pembelian-full%20text.pdf

Wagner. (2009). Gaya hidup “shopping mall” sebagai bentuk perilaku konsumtif pada remaja di perkotaan. Kasus: Konsumen Remaja di Tiga One Stop Shopping Mall di

Jakarta. Diunduh dari

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12504/I09wag.pdf

Workman L. (2010). The Essential Structure of Compulsive Buying: A Phenomenological

Inquiry. Diunduh dari


(1)

90

Harefa, Mandala. (___). Periset Ekonomi Kebijakan Publik pada Pusat Pengkajian Pengolahan data dan Informasi Sekretarian Jenderal DPR RI. Bagian 1 : Kebijakan Pembangunan dan Kesenjangan Ekonomi antar Wilayah.

Hoyri, I.S. (2014). Kontrol diri dan perilaku konsumtif pada siswa SMA ditinjau dari lokasi

sekolah. Jurnal Online Psikologi. Diunduh dari

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jop/article/download/1818/1919

Kementerian / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2014). Rancangan Awal : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 - 2019. Buku III : Agenda Pembangunan Wilayah.

Muruganantham G., & Ravi S.B. (2013). A review of impulse buying behaviour. International Journal of Marketing Studies, 5. Diunduh dari http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijms/article/download/24570/16339

Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial, Edisi 10 buku 1. Jakarta : Salemba Humanika.

Notivasani L., & Pambudi H. (2004). Perubahan gaya hidup konsumtif pada mahasiswa urban di unesa. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Diunduh dari http://r.search.yahoo.com/_ylt=A2oKmNCq2rFW8CYAtcH3RQx.;_ylu=X3oDMTBy

N2RnanRxBHNlYwNzcgRwb3MDMQRjb2xvA3NnMwR2dGlkAw--/RV=2/RE=1454525226/RO=10/RU=http%3a%2f%2fejournal.unesa.ac.id%2farticle %2f12122%2f39%2farticle.pdf/RK=0/RS=j1ZArFT17ofNhqis_U3q629hnzg-


(2)

91

Peter J.Paul, & Jerry C. Olson. (2010). Consumer Behaviour & Marketing Strategy: Ninth Edition. Mc-Graw Hill, Singapore.

Philip, Kotler. (2000). Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid 1&2. Prenhalindo : Jakarta.

Rook, D. W. (1987). The buying impulse. The Journal of Consumer Research, 14, 189-199. Diunduh dari http://www.psych.ualberta.ca/~msnyder/p486/read/files/R1987.pdf

Rook, D., & Fisher R.J. (1995). Normative Influences on Impulsive Buying Behavior. The Journal of Consumer Research, 22.

Rook, D., & Hoch, S. (1985). Consuming impulses. Advances in Consumer Research, 7(1), 23-27.

Santrock, J.W (2002). Life Span Development.Perkembangan Masa Hidup, Jilid 1. Terjemahan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. (2013). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Depok : Kharisma Putra Utama Offset.

Schiffman, L., & Kanuk, L. (2010). Consumer Behavior. New Delhi: Prentice Hall


(3)

92

Sugiyono.(2003). Statistika dalam Penelitian. Bandung : IKAPI

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi.Bandung : Alfabeta.

Swastha, Basu Dharmmesta, Hani Handoko. (1987). Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen. Yogyakarta : Liberty.

Swastha, Basu Dharmmesta, Hani Handoko. (2000). Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen. Yogyakarta : BPFE.

Wahyudi. (2013). Tinjauan tentang perilaku konsumtif remaja pengunjung mall Samarinda Central Plaza. eJournal Sosiologi, 1, 26 – 36. Diunduh dari http://ejournal.sos.fisip- unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/11/Jurnal%20wahyudi%20PDF%20(11-07-13-07-45-39).pdf


(4)

DAFTAR RUJUKAN

Aisyah, I., & Eeng A. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen (Studi pada Mahasiswa di kota Bandung). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Astuti, E.D. (2013). Perilaku konsumtif dalam membeli barang pada ibu rumah tangga di kota Samarinda. eJournal Psikologi, 1, 148-156. Samarinda : Universitas Mulawarman. Diunduh dari http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/09/Jurnal%20(09-06-13-04-35-44).pdf

Cara mahasiswa habiskan uang tabungan . Diunduh dari news.okezone.com

Eka, Larasati.S. (2013). Pengaruh servicescapes dan hedonic shopping value terhadap keputusan pembelian impulsif pada konsumen wanita di Giant Hypermarket Mall

Olympic Garden (MOG) Malang. Diunduh dari

file:///C:/Users/ACER/Downloads/812-1581-1-SM%20.pdf

Foreword by President Nelson Mandela. The urban development strategy- remaking South

Africa’s cities and town. Diunduh dari polity.org

Ilmanala. (2012). Analisis motivasi konsumen online dalam melakukan impulse buying pada transaksi C2C Commerce (Studi pada forum jual beli kaskus). Depok : Universitas Indonesia. Diunduh dari : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320030-S-Ilmalana.pdf


(5)

J.P Kurnia, Lumbanbatu. (2013). Perbedaan penyesuaian sosial remaja tuna rungu ditinjau

dari metode komunikasi. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42952/7/Cover.pdf

Karakteristik konsumen dan citra merek private label dan minimarket : Perbandingan antara masyarakat desa dan masyarakat kota di kabupaten Sleman. Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDeta il&act=view&typ=html&buku_id=53422

Kim J. (2003). College students’ apparel impulsive buying behaviors in relation to visual

merchandising. Georgia. Diunduh dari

http://athenaeum.libs.uga.edu/handle/10724/21084

Pengaruh perilaku konsumtif terhadap gaya hidup mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP Untan. Diunduh dari portalgaruda.org

Pola konsumtif remaja di mal sebagai bentuk refleksi gaya hidup . Diunduh dari www.siperubahan.com

S, Hotpascaman. (2010). Hubungan antara Perilaku Konsumtif dengan Konformitas pada

Remaja.Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14510/1/10E00397.pdf


(6)

Tiurma, Y.S. (2009). Hubungan antara perilaku konsumtif dengan body image pada remaja

putri. Diunduh dari

http://www.library.gunadarma.ac.id/repository/view/3797897/hubungan-antara-body-image-dan-perilaku-konsumtif-produk-bermerek-pada-remaja-putri.html/

Utami, Sih S. H. (2013). Hubungan bentuk konformitas teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan di SMAN 97, Jakarta. Universitas

Islam Negeri. Diunduh dari

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH%20UTAMI% 20SRI%20HARTATI-fkik.pdf

Varerina, T.H. (2010). Perilaku pembelian impulsif produk pakaian masyarakat urban di Jakarta dan Bandung. Universitas Indonesia. Diunduh dari

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/136499-T%2028284-Perilaku%20pembelian-full%20text.pdf

Wagner. (2009). Gaya hidup “shopping mall” sebagai bentuk perilaku konsumtif pada remaja di perkotaan. Kasus: Konsumen Remaja di Tiga One Stop Shopping Mall di

Jakarta. Diunduh dari

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12504/I09wag.pdf

Workman L. (2010). The Essential Structure of Compulsive Buying: A Phenomenological

Inquiry. Diunduh dari