PSIKOLOGI OLAHRAGA (SPORT PSYCHOLOGY) OPENCOURSEWARE UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Slide PSY 417 CH 03

M O T I V AT I N G AT H L E T E S

D H I FA F S YA F I Q A H R I A N T O
D W I P U T R I H I D AYAT I

WHAT IS MOTIVATION?
Motivasi berasal dari kata Latin yaitu movere, yang berarti “to move”.
Motivation is typically defined as the tendency for the direction and selectivity
of behavior to be controlled by its connection to consequences, and the
tendency of this behavior to persist until a goal is achieved.
The purpose of motivation is to prolong desirable feelings and actions of
athletes.

WHAT IS MOTIVATION? CONT’
Agar individu termotivasi, maka ia harus terlibat dalam tugas yang memiliki
goals jangka pendek dan jangka panjang.
The individual’s anticipation of meeting some goal is called motive.
Hal tersebut berguna untuk melihat seberapa penting atlet harus
mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya dan seberapa kuat
keinginannya (approach motive) atau justru menolak (avoidance motive)
konsekuensi tersebut.


SOURCES OF MOTIVATION
Participant-Centered View
• Keinginan
• Karakteristik individu
Situational View
• Pelatih, tim
• Keluarga dan lingkungan
Interaction View
• Kombinasi dari karakteristik individu
• Dan situasi

THEORIES OF MOTIVATION
1. Need Achievement
• Fokus utama dari teori ini >> beberapa individu memperoleh kepuasan
yang luar biasa dari keberhasilannya.
• Hasil kinerja (winning) >> ego goal orientation.

THEORIES OF MOTIVATION CONT’
• Ciri orang dengan high need achievement:

a. Mengalami kepuasan yang lebih akan keberhasilannya
b. Memiliki gairah fisiologis (heart rate, respiration rate, sweat) yang
sedikit/lemah
c. Merasa bertanggung jawab atas hasil dari tindakannya
d. Memilih untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan segera mungkin
e. Memilih situasi yang memiliki beberapa risiko.

THEORIES OF MOTIVATION CONT’
2. Competence Motivation (CM)
• Harter dalam teori CM, mengklaim bahwa individu termotivasi, dan
berusaha untuk menunjukkan skill matery dalam situasi prestasi
seperti olahraga.
• Faktor lain yang mempengaruhi motivasi kompetensi dan prestasi
adalah goal orientation.
• Goal orientation mengacu pada sejauh mana seorang atlet termotivasi
dengan menetapkan dan kemudian mencapai tujuan.
• Goal orientation dalam konteks olahraga mencerminkan 2 proses
berprikir, yaitu tujuan/sasaran prestasi yang dimiliki oleh atlet dan
kepekaan akan kemampuannya – self-evaluation.


THEORIES OF MOTIVATION CONT’

Sasaran dari CM adalah persepsi individu akan kemampuannya. Persepsi ini di pengaruhi oleh
peningkatan kemampuan seseorang dalam salah 1 dari 2 cara: peningkatan terus-menerus (selalu)
lebih baik daripada meningkatkan kemampuan saat ini (task involvement) atau menunjukkan
kompetensi berdasarkan pembuktian kemampuan saat ini dengan mengalahkan orang lain (ego
involvement).

COGNITIVE EVALUATION THEORY: INTRINSIC AND EXTRINSIC
MOTIVATION

• Teori kognitif dan motivasi berisikan tentang hubungan antara pikiran dan bagaimana pikiranpikiran tersebut memengaruhi tindakan.
• Pendekatan kognitif terhadap motivasi melibatkan pembuatan pilihan akan perilaku yang goaldirected.

COGNITIVE EVALUATION THEORY: INTRINSIC AND EXTRINSIC
MOTIVATION CONT’

• Teori Deci didasarkan pada 2 primary drives (or innate
needs) untuk mempersiapkan individu berperilaku goaldirected.
• Instrinsic Motivation (IM) : orang yang berpartisipasi dalam

kegiatan untuk kesenangan sendiri dan tanpa imbalan
eksternal.
• IM dibutuhkan pada olahraga karena bentuk motif individu
untuk berpartisipasi dalam olahraga

THE HIERARCHICAL MODEL OF INT. & EXT. MOTIVATION

• Konsep mengenai motivasi :
1. Motivasi manusia yang kompleks
2. Motivasi merupakan gabungan dari cerminan
kecenderungan intrapersonal seseorang untuk merasa
termotivasi dan juga pengaruh sosial yang ditentukan oleh
konteksnya, atau latarbelakang dimana orang tersebut
termotivasi.
3. Berdasrakan Vallerand's model, Motivasi mengarah ke
konsekuensi penting, yang masing-masing dapat terjadi
pada tiga tingkat umum.
4. Motivasi intrinsik situasional akan memfasilitasi motivasi
intrinsik kontekstual.


THE SCIENCE OF
GOAL SETTING
• Goal setting merupakan aspek motivasi yang bertujuan untuk memfokuskan upaya
seseorang dan menyediakan sarana untuk memantau kemajuan atau kesuksesan
orang tersebut (Burton)
• Goal setting memiliki 2 basic components :
1. Direction → fokus terhadap satu perilaku.
2.

Amount → menunjukkan standar minimal kinerja yang diantisipasi dan
diinginkan.

• Goal dapat mendeskripsikan personality traits.

• The Foundation of GSS :
1.

Menerima kompetensi dan kemampuan merupakan faktor penting yang bertanggung
jawab terhadap perilaku motivasi


2.

Personal’s goal diperkirakan dapat mempengaruhi bagaimana kemampuan seseorang
mengembangkan dan bagaimana hal itu mempengaruhi achivement behavior.

• Performance goal orientation mencerminkan kemampuan seorang atlet yang dirasakan
meningkat terhadap penguasaan tugas, dan juga peningkatan keterampilan baru.

Athletes should use the following goal
strategies:
1.
2.
3.
4.
5.

Use performance, not outcome
Be Realistic
Negotiate
Make goals challenging

Make goal spesific to the type and
demands of the task
6. Ensure goal ownership
7. Make goals short term and long term
8. Teach goal setting techniques to
coaches and athletes

TEAM GOALS

• Penetapan tujuan tim dapat membantu untuk meningkatkan kinerja
yang ditargetkan
• Penetapan tujuan tim dapat secara optimal efektif bila tugas sangat
saling bergantung
• Tujuan kelompok cenderung untuk meningkatkan kerjasama dan
komunikasi antara pemain

HOW NOT TO MOTIVATE ATHLETES
• 10 hal yang paling umum digunakan oleh
para pemimpin olahraga
• Hal tersebut adalah mitos, karena pelatih

menggunakan teknik ini dan percaya akan
efektivitas mereka, namun berbagai studi
menunjukkan bahwa hal tersebut cenderung
menurunkan motivasi

• Exercise for punishment → hukuman bertujuan untuk menghilangkan sebuah perilaku
• The Pregame Pep Talk → persiapan saat latihan, komunikasi antara pelatih dan atlet
• Cut ‘em Down to Put ‘em Down → sebagian besar pemain tidak nyaman mendengar
pelatih merendahkan lawan
• Our Goal is to Win → berfokus pada kinerja individu bukan pada hasil kompetisi akan
lebih produktif
• Treating Team Players Differently → setiap atlet harus diperlakukan dengan sama rata

• If They Don’t Complain, They’re Happy → pelatih menganggap atlet yang diam, berarti
merasa nyaman
• What Do Athletes Know, Anyway? → pelatih yang baik memantau dan berkomunikasi
secara konstruktif dengan atlet mereka selama latihan, tidak meremehkan atlet
• The Postgame Rampage → bukan saatnya untuk mendiskusikan strategi atau
menyampaikan amarah
• The Napoleon Complex → pelatih yang menikmati kekuatan posisi mereka cenderung

kurang percaya diri
• Fear! → pelatih yang dianggap sebagai ancaman lebih membuat cemas daripada
memberi motivasi pada atlet

STRATEGIES FOR MOTIVATING ATHLETES AND TEAMS

• Kemampuan pelatih untuk mempengaruhi perilaku, perasaan, dan sikap dari atlet
dimulai dengan hubungan antara pelatih-atlet
• Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan oleh pelatih untuk memotivasi
atlet agar mencapai potensi mereka

• Mengenal seluruh pemain

• Membentuk persepsi pada atlet

• Merencakan segalanya

• Membuat segalanya
menyenangkan


• Menyepakati tindakan masa
depan

• Konsisten

• Mengembangkan
keterampilan

• Kemenangan bukanlah satusatunya hal yang harus dirayakan

• Disiplin

• Mengerti atlet butuh pengakuan

MOTIVATING THE CHILD ATHLETE
• Pemain yang lebih tua memiliki keterampilan yang lebih unggul dan lebih baik dalam
menangani stres.
• Anak-anak seringkali tidak memiliki keterampilan yang memadai, mudah marah, dan
tidak mampu mengatasi stres.


• Mereka berolahraga untuk
bersenang-senang dan belajar
keterampilan baru

MOTIVATING THE NONSTARTER

• Membuat starters senang dan menjaga mereka tetap termotivasi lebih mudah dibandigkan
memberi efek yang sama pada substitutes
• Tugas pelatih adalah untuk membantu setiap substitutes merasa bahwa mereka ialah seorang
anggota tim yang penting.

Bagaimana pelatih dapat memotivasi atlet yang memiliki keterbatasan waktu bermain?
•Hindari labeling siapapun yang menjadi substitute. Setiap atlet harus merasa bahwa mereka
berkontribusi terhadap kesejahteraan tim
•Memberikan kesempatan belajar dan menunjukkan kemampuan bagi substitute, terutama
dalam kondisi praktek yang mensimulasikan kompetisi yang sebenarnya

• Compatible group and personal goals
• Agreement on team goals
• Dealing with group heterogeneity
• Awareness of role
• Planning interaction
• Allowing for team-coach communication
• Before the contest
• After the contest

DAFTAR PUSTAKA
Anshel, Mark H., 2003. Sport Psychology Fourth Edition. San Fransisco.