Panduan PPKP Penyusunan Rancangan Pembelajaran Semester RPS 2016
Enam Langkah
Merancang Mata Kuliah
Panduan Menyusun Rencana Pembelajaran Semester
(RPS) untuk Pengajar Perguruan Tinggi
(2)
Judul
: Enam Langkah Merancang Mata Kuliah:
Panduan Menyusun Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
Untuk Pengajar Perguruan Tinggi
Penulis
: Anindito Aditomo, Ph.D
Penerbit
: Pusat Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (PPKP)
Gedung Perpustakaan Lt. 4, Universitas Surabaya
Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya, Jawa Timur
Telp. 031-2981366, email: pembelajaran@unit.ubaya.ac.id
Website: learning.ubaya.ac.id
(3)
Daftar Isi
LANGKAH 1: MERUMUSKAN CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH ... 1
LANGKAH 2: MEMBUAT GAMBARAN UMUM DAN PRASYARAT ... 6
LANGKAH 3: MERUMUSKAN KOMPETENSI DASAR ... 8
LANGKAH 4: MEMBUAT INDIKATOR PENCAPAIAN DAN BAHAN KAJIAN ... 11
LANGKAH 5: MERANCANG PENILAIAN ... 14
(4)
Langkah 1: Merumuskan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
a.
CP mata kuliah merupakan kecakapan, kompetensi, atau kemampuan yang
seharusnya dimiliki mahasiswa sebagai hasil dari proses pembelajaran dalam
sebuah mata kuliah.
b.
Sebagai gambaran keseluruhan dari kecakapan akhir sebuah mata kuliah, CP mata
kuliah sebaiknya dinyatakan dalam kalimat yang utuh/integratif dan sebisa
mungkin mudah dipahami orang awam. Butir-butir yang lebih spesifik dan teknis
sebaiknya dituangkan sebagai kompetensi dasar dan/atau indikator tercapainya
kompetensi dasar.
Contoh 1.1
Mata kuliah “Manajemen Bisnis dan Teknologi” (4 sks, S1 Manajemen)
Cara penulisan yang TIDAK disarankan Cara penulisan yang disarankan
Mahasiswa dapat:
- Menjelaskan konsep dan elemen-elemen
kunci desain bisnis.
- Melakukan analisis SWOT pada sebuah
perusahaan.
- Menjelaskan dan merumuskan keunggulan
kompetitif perusahaan.
- Menjelaskan peran teknologi informasi
proses bisnis perusahaan.
- Merumuskan peran teknologi informasi
dalam memecahkan masalah dan/atau mencipatakan peluang bisnis.
Mahasiswa mampu membuat dan
mendemonstrasikan sebuah desain bisnis dengan dukungan teknologi informasi.
Contoh 1.2
Mata kuliah “Neraca Masa dan Energi” (2sks, S1 Teknik Kimia)
Cara penulisan yang TIDAK disarankan Cara penulisan yang disarankan
Mahasiswa mampu:
- Memahami prinsip kekekalan massa dan
mengklasifikasi sistem terbuka, tertutup, dan terisolasi.
- Menjelaskan perbedaan neraca diferensial
dan integral, serta dapat menerapkannya dalam nerasa massa tanpa reaksi.
Mahasiswa dapat menghitung dengan tepat kebutuhan massa dan energi dari suatu industri serta mampu mengkomunikasikan cara perhitungannya dengan jelas dan sistematis.
(5)
- Membuat diagram alir proses dan memberi
notasi yang tepat.
- Melakukan perhitungan neraca massa. - Menghitung analisa derajad kebebasan serta
menyelesaikan neraca massa pada sistem multiunit.
- Menjelaskan konsep hukum kekekalan energi
(hukum I termodinamika) dan penerapan neraca energi pada suatu sistem.
c.
CP mata kuliah harus menyumbang pada terbentuknya capaian pembelajaran
program studi. Dengan kata lain, CP mata kuliah harus relevan dengan
kompetensi lulusan program studi. Karena itu, perumusan CP mata kuliah harus
didasarkan pada CP program studi, yaitu penguasaan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang ada dalam kurikulum program studi.
d.
Lazimnya CP program studi dibentuk oleh lebih dari 1 mata kuliah. Karena itu CP
mata kuliah biasanya lebih sempit (menjadi bagian) dari CP program studi yang
disasar.
e.
CP mata kuliah bisa menyumbang pada lebih dari 1 CP program studi.
Contoh 1.3
(6)
f.
Selain pengetahuan dan keterampilan khusus (yang bisa disebut sebagai “hard
skill” spesifik pada program studi), sebuah mata kuliah sebaiknya juga
membentuk soft skill atau keterampilan yang lebih bersifat generik.
g.
Soft skill diturunkan (dispesifikkan) dari minimal 1 poin CP “sikap” dan/atau CP
“keterampilan umum” pada lampiran Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN
DIKTI) sesuai dengan jenjang pendidikan program studi.
h.
Berikut adalah poin-poin CP “sikap” menurut SN DIKTI:
1.
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius.
CP “penguasaan pengetahuan” program studi S1 psikologi adalah sebagai berikut:
1. Menguasai paradigma, teori, dan konsep terkait proses-proses mental dasar untuk melakukan analisis fenomena psikologis pada level individu.
2. Menguasai paradigma, teori, dan konsep terkait hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya dalam konteks keluarga, sekolah, dan industri/organisasi di wilayah perkotaan.
3. Menguasai prinsip dan teknik statistika dasar, tahapan penyusunan skala psikologis, konsep pengukuran psikologis, desain penelitian, dan kaidah penulisan ilmiah.
4. Menguasai prinsip-prinsip psikodiagnostik, konsep pendekatan behavioristik dan kognitif untuk melakukan observasi, wawancara, konseling, psiko-edukasi, dan pelatihan.
5. Menguasai prinsip-prinsip etika profesi dan penelitian dalam psikologi. Sedangkan CP “keterampilan khususnya” adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengembangkan instrumen pengukuran psikologis berlandaskan pada kaidah-kaidah teori tes klasik.
2. Mampu melakukan penelitian psikologi secara etis dengan pendekatan kualitatif generik dan kuantitatif (survei dan eksperimen), serta menganalisis data menggunakan statistika deskriptif dan inferensial.
3. Mampu mengidentifikasi permasalahan psikologis yang kerap muncul di masyarakat perkotaan dalam konteks keluarga, sekolah, industri, organisasi, serta komunitas sosial dengan melakukan asesmen menggunakan observasi, wawancara, dan skala psikologis secara etis.
4. Mampu menerapkan teknik konseling, psiko-edukasi, pelatihan, dan teknik intervensi lain berdasarkan pendekatan behavioristik dan kognitif sesuai kewenangannya yang relevan dengan masalah psikologis masyarakat perkotaan.
Mata kuliah Pengukuran Psikologis dirancang untuk membentuk sebagian dari CP program studi pengetahuan nomor 3 dan CP keterampilan khusus nomor 1.
Namun karena ada beberapa macam instrumen psikologis, mata kuliah ini difokuskan pada satu jenis, yaitu instrumen psikologis untuk mengukur hasil belajar di kancah pendidikan maupun luaran training di kancah bisnis/industri.
Dengan demikian, CP mata kuliah ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
“Mampu merancang dan mengevaluasi tes objektif yang akurat dan dapat diandalkan untuk mengukur penguasaan pengetahuan individu.”
(7)
2.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama, moral, dan etika.
3.
Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila.
4.
Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa.
5.
Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan,
serta pendapat atau temuan orisinal orang lain.
6.
Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan.
7.
Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
8.
Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik.
9.
Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya
secara mandiri.
10.
Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.
i.
Berikut adalah poin-poin CP “keterampilan umum” jenjang sarjana SN DIKTI:
1.
Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan
bidang keahliannya.
2.
Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur.
3.
Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah
dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni.
4.
Menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk skripsi
atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi.
5.
Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian
masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data.
6.
Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing,
kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya.
7.
Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang
ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya.
8.
Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada
dibawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara
mandiri.
9.
Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan
(8)
Contoh 1.4
Perumusan CP soft skill dari Sikap dan Keterampilan Umum
Keterampilan Umum (SN DIKTI) Contoh CP soft skill mata kuliah Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis,
sistematis, dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
keahliannya.
Mampu membuat esai 500 kata mengenai … yang memuat argumen yang didukung oleh data yang relevan dan memadai.
Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data.
Mampu menarik simpulan dan memilih pilihan yang tepat berdasarkan analisis data mengenai ....
Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing, kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya.
Mampu bekerja sama dalam kelompok kecil (4-6 mahasiswa) secara efektif untuk menghasilkan …
Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada dibawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri.
Mampu mengelola waktu sehingga dapat mengumpulkan semua tugas sebelum tenggat waktu yang telah ditentukan.
Mampu mendokumentasikan, menyimpan,
mengamankan, dan menemukan kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi.
Mampu membuat makalah 1500 kata mengenai … dengan memenuhi kaidah penulisan ilmiah dalam hal pengutipan dan penggunaan pustaka acuan.
j.
CP soft skill juga dapat dirumuskan dari daftar soft skill lulusan Ubaya sebagai
berikut:
Jenis soft skill Definisi
Manajemen diri Kemampuan untuk mengatur perilaku sesuai dengan tujuan dan standar pribadi serta perubahan tuntutan situasi yang disertai dengan sikap positif dalam menanggapi situasi yang dihadapi sehingga memungkinkannya untuk memotivasi diri agar dapat tetap mencapai tujuannya dengan percaya diri. Mencakup: pengendalian diri, percaya diri, motivasi diri, bersikap positif
Keterampilan berpikir
Keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk menggunakan pemahamannya terhadap pengalaman dan pengetahuannya dalam rangka menemukan masalah dan memecahkan masalah untuk menyelesaikan tugas akademis.
(9)
Belajar sepanjang hayat
Menggunakan kesempatan belajar formal maupun informal dalam kehidupan individu untuk memelihara pengembangan dan peningkatan dirinya secara berkelanjutan baik pengetahuan, keterampilan & kompetensi.
Mencakup dua komponen: (1) Mempelajari segala hal terkait dengan sistem dan pengetahuan secara komprehensif, dan (2) kemauan untuk terus belajar di sepanjang tahap kehidupan.
Keterampilan komunikasi
Kemampuan untuk menyampaikan dan menerima pendapat/ide/gagasan secara sistematis dan logis sesuai dengan konteks baik secara lisan maupun tulisan, antar individu ataupun di depan umum.
Keterampilan kerja sama dalam tim
Kemampuan untuk bekerja sama dengan anggota tim dengan berbagai macam karakter dan keunggulan serta melihat pentingnya peran masing-masing anggota demi tercapainya tujuan bersama.
Kemampuan berinteraksi dalam keberagaman
Sikap saling menghargai, toleransi, dan tidak diskriminatif terhadap orang lain yang berbeda suku bangsa, agama, latar belakang sosial ekonomi, gender, dll.
Integritas akademik Kemampuan untuk bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik akademis walaupun dalam keadaan yang sulit. Dengan kata lain, “menjalankan apa yang dikatakan”.
Keterampilan berorganisasi
(1) Kemampuan untuk mempelajari dan menerapkan serangkaian langkah, aturan atau panduan yang diperlukan (dalam organisasi) untuk melaksanakan suatu tugas, tanggung jawab atau peran tertentu, dan (2) kemampuan untuk menetapkan prioritas, membuat perencanaan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan kerja untuk menyelesaikan kerja secara efisien, dan mendapatkan serta mengelola sumber daya sehingga sasaran kerja tercapai tepat waktu dan tidak melebihi anggaran.
Keterampilan kepemimpinan
Memotivasi dan mempengaruhi orang (mahasiswa) lain untuk bekerja menuju suatu tujuan (goal) bersama, membantu orang lain mempelajari tugas-tugas baru, dan bertindak sebagai teladan yang positif.
(10)
Langkah 2: Membuat Gambaran Umum dan Prasyarat
a.
Gambaran umum mata kuliah dapat diawali dengan uraian tentang apa yang akan
dipelajari oleh peserta kuliah. Hal ini dapat dilakukan dengan menyatakan
kembali CP mata kuliah.
Contoh 2.1
Gambaran umum mata kuliah Neraca Massa dan Energi 1
CP Mata Kuliah Kalimat pengantar Gambaran Umum
“Mahasiswa dapat menghitung dengan tepat kebutuhan massa dan energi dari suatu industri serta mampu mengkomunikasikan cara perhitungannya dengan jelas dan sistematis.”
“Dalam mata kuliah ini, mahasiswa akan belajar menghitung kebutuhan massa dan energi dari suatu industri, serta cara mengkomunikasikan cara perhitungannya dengan jelas dan sistematis.”
b.
Selanjutnya, gambaran umum sebaiknya mendeskripsikan pentingnya CP mata
kuliah. Hal ini bisa dilakukan dengan mengaitkan CP tersebut dengan peran-peran
dan profesi yang dapat diambil oleh lulusan program studi (merujuk pada profil
lulusan). Selain itu, CP juga bisa dikaitkan dengan mata kuliah selanjutnya.
Contoh 2.2
Gambaran umum: pentingnya CP mata kuliah
CP Mata Kuliah Kalimat dalam Gambaran Umum
“Mampu merancang dan mengevaluasi tes objektif yang akurat dan dapat diandalkan untuk mengukur penguasaan pengetahuan individu.”
“Salah satu kelebihan lulusan psikologi adalah kemampuannya dalam mengidentifikasi masalah sosial-psikologis berdasarkan data yang akurat dan dapat dipercaya. Untuk bisa mendapat data yang berkualitas, diperlukan instrumen yang juga berkualitas. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari mata kuliah ini akan membantu lulusan untuk membuat instrumen yang digunakan secara luas di bidang pendidikan dan pelatihan.”
c.
Selain itu, gambaran umum sebaiknya juga memuat keterangan tentang proses
(11)
calon peserta kuliah bisa membayangkan komitmen waktu dan strategi belajar
yang diperlukan untuk berhasil di mata kuliah tersebut.
Contoh 2.3
Gambaran umum: proses pembelajaran mata kuliah Metode Riset Survei
Gambaran tugas dan ujian Gambaran komitmen waktu dan strategi belajar
“Ada dua tugas yang harus dikerjakan mahasiswa dalam mata kuliah ini. Yang pertama adalah tugas individual menulis ulasan kritis tentang 3 artikel jurnal, yang dikumpulkan pada pertengahan semester. Tugas kedua adalah membuat rancangan penelitian survei, mengambil data, melakukan analisis, dan membuat laporan. Tugas kedua dilakukan dalam kelompok dan
dikumpulkan pada akhir semester.”
“Peserta kuliah sebaiknya sejak awal semester memilih topik spesifik sebagai bahan latihan membuat proposal penelitian. Format proposal sudah disampaikan sejak awal. Manfaatkan hal ini untuk sedini mungkin mengisi bagian-bagian proposal yang dapat sudah mulai anda pahami. Jangan menunggu menjelang tenggat waktu untuk mengerjakannya.”
d.
Prasyarat formal (misalnya, kelulusan mata kuliah tertentu) dituliskan di
sub-bagian tersendiri. Bila tidak ada prasyarat formal, dosen dapat menuliskan
prasyarat informal berupa prior knowledge yang diasumsikan sudah dikuasai
calon peserta kuliah.
Contoh 2.4
Prasyarat formal dan informal
Prasyarat formal Prasyarat informal
“Calon peserta kuliah harus pernah menempuh mata kuliah ABC (nilai minimal D)”
“Calon peserta kuliah harus lulus mata kuliah XYZ dengan nilai minimal C.”
“Calon peserta kuliah sebaiknya sudah mengenal fungsi-fungsi dasar software Excel.”
“Calon peserta kuliah diasumsikan memahami prinsip statistika dasar seperti tendensi sentral dan variabilitas.”
(12)
Langkah 3: Merumuskan Kompetensi Dasar (KD)
a.
Sebuah CP mata kuliah lazimnya tersusun atas pengetahuan dan keterampilan
yang lebih spesifik. Dengan kata lain, untuk mencapai sebuah CP, mahasiswa
perlu memahami konsep/teori/prinsip/metode tertentu, serta perlu bisa
menggunakan keterampilan-keterampilan tertentu.
b.
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan spesifik ini disebut sebagai
“kompetensi dasar” atau KD. Perincian CP menjadi kompetensi-kompetensi dasar
perlu dilakukan untuk memandu perancangan metode penilaian, bahan ajar,
metode pembelajaran, dan komponen lain dalam RPS.
c.
Jumlah KD dalam sebuah mata kuliah biasanya berkisar antara 6 sampai 12 poin.
Bila jumlah KD jauh melebihi rentang tersebut, kemungkinan perumusannya
terlalu rinci, atau CP mata kuliah yang hendak dicapai terlalu kompleks (besar).
Contoh 3.1
Perincian CP mata kuliah menjadi kompetensi dasar
CP Mata Kuliah Kompetensi Dasar
“Mampu merancang dan mengevaluasi tes objektif yang akurat dan dapat diandalkan untuk mengukur penguasaan pengetahuan individu.”
1. Menjelaskan makna konstruk psikologis dalam konteks pengukuran psikologis.
2. Menjelaskan dan menerapkan konsep reliabilitas untuk mengevaluasi instrumen psikologis.
3. Menjelaskan dan menerapkan konsep validitas untuk merancang dan mengevaluasi instrumen psikologis. 4. Menerapkan teknik-teknik statistika dasar pada konteks
pengukuran psikologis. 5. ... dst. …
“Mahasiswa dapat menghitung dengan tepat kebutuhan massa dan energi dari suatu industri serta mampu mengkomunikasikan cara perhitungannya dengan jelas dan sistematis.”
1. Menjelaskan prinsip kekekalan massa.
2. Menyelesaikan problem neraca massa tanpa reaksi.
3. Melakukan perhitungan analisa derajad kebebasan/degree of freedom (DOF).
4. Memahami dan menerapkan prinsip dasar stoikhiometri. 5. … dst. …
d.
Dalam contoh di atas, tampak bahwa perumusan KD sudah menggunakan
kata-kata kerja kognitif (seperti “menjelaskan”, “menerapkan”, dan “mengevaluasi”),
serta memuat istilah-istilah teknis. Inilah yang membedakan KD dari CP.
(13)
e.
Namun demikian, perumusan KD belum terlalu spesifik dan belum operasional.
Misalnya, “menjelaskan makna konstruk psikologis” sudah memuat konsep
tertentu (“konstruk psikologis”), namun belum spesifik.
f.
Sebagai langkah opsional, dosen dapat menyusun peta kompetensi yang
menunjukkan hubungan antar KD. Hubungan ini dapat berbentuk serial, yakni
ketika satu KD menjadi syarat atau fondasi bagi KD berikutnya. Dalam hal ini,
urutan penyajian KD menjadi sangat penting.
Contoh 3.2
Peta kompetensi serial
g.
Hubungan antar KD juga dapat berbentuk paralel, yakni ketika KD memiliki
kedudukan yang sejajar dan relatif independen. Di sini urutan penyajian menjadi
relatif tidak terlalu penting.
Contoh 3.3
Peta kompetensi paralel
h.
Terakhir, tentu hubungan antar KD dapat mengombinasikan bentuk serial dan
paralel, ketika ada KD yang saling tergantung, dan ada yang independen.
Contoh 3.4
Peta kompetensi kombinasi
(14)
Langkah 4: Membuat Indikator Pencapaian dan Bahan Kajian
a.
Karena KD belum bersifat operasional, dosen perlu memerinci cara mengetahui
bahwa seorang mahasiswa telah menguasai sebuah KD. Perincian ini disebut
sebagai “indikator pencapaian”.
b.
Indikator bisa dibuat dengan memerinci konsep/teori/prinsip yang dimaksud
dalam tiap KD. Selain itu, indikator bisa dibuat dengan memerinci perilaku yang
perlu ditunjukkan terkait konsep-konsep tersebut.
c.
Bila dirumuskan dengan baik, indikator pencapaian seharusnya membantu dosen
merancang penilaian, bahkan sampai pembuatan soal-soal ujiannya.
Contoh 4.1
Indikator untuk KD mata kuliah Pengukuran Psikologis
Kompetensi Dasar Indikator Tercapainya KD Menjelaskan makna
konstruk psikologis dalam konteks pengukuran psikologis.
1. Menyebutkan dan menjelaskan perbedaan antar jenis-jenis konstruk psikologis (abilitas dan non-abilitas).
2. Menjelaskan dimensi-dimensi yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau membedakan instrumen psikologis (self report vs. proyektif; kognitif vs non-kognitif; skala vs inventori; kinerja maksimal vs tipikal).
3. Mengidentifikasi dan memberi contoh instrumen yang relevan untuk tiap golongan di atas.
Menjelaskan dan menerapkan konsep reliabilitas untuk mengevaluasi instrumen psikologis.
1. Menjelaskan definisi reliabilitas pengukuran psikologis. 2. Menguraikan konsekuensi dari pengukuran yang menggunakan
instrumen yang tidak reliabel.
3. Menjelaskan esensi dan perbedaan antara beberapa cara
mengevaluasi reliabilitas instrumen psikologis (antar waktu, antar penilai, antar bagian tes, antar tes paralel).
Menjelaskan dan menerapkan konsep validitas untuk merancang dan mengevaluasi instrumen psikologis.
1. Menyebutkan esensi dari definisi validitas pengukuran psikologis (yakni akurasi alias “mengukur apa yang memang hendak diukur”). 2. Menjelaskan mengapa validitas pengukuran psikologis bersifat
konteksual (tidak inheren sebagai sifat dari sebuah instrumen). 3. Menyebutkan 5 jenis sumber bukti validitas dalam pengukuran
psikologis (konten, struktur internal, korelasi dengan variabel lain, proses merespon, dan konsekuensi tes).
4. Menguraikan mengapa tiap sumber bukti tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi validitas.
(15)
Contoh 4.2
Indikator untuk KD mata kuliah Neraca Massa dan Energi I
Kompetensi Dasar Indikator Tercapainya KD Menjelaskan prinsip
kekekalan massa.
1. Menjelaskan sistem dan lingkungan pada satu atau beberapa unit proses.
2. Menuliskan persamaan umum neraca massa pada berbagai jenis proses (batch, kontinyu, semi batch, transient, steady-state dsb) 3. Mengklasifikasikan proses.
Menyelesaikan problem neraca massa tanpa reaksi.
1. Mengklasifikasikan persamaan neraca massa diferensial dan neraca massa integral untuk sistem yang ada.
2. Mengaplikasikan persamaan neraca massa untuk sistem tunggal. 3. Menyusun flowchart dengan notasi yang tepat serta memilih basis
perhitungan untuk penyelesaian neraca massa. Melakukan perhitungan
analisa derajad kebebasan/degree of freedom (DOF).
1. Menerapkan konsep DOF dan cara perhitungannya untuk sistem tunggal.
2. Menerapkan konsep DOF dan perhitungannya untuk sistem multiunit yang melibatkan recycle, bypass dan purge.
3. Menyelesaikan perhitungan neraca massa untuk sistem tunggal dan mutiunit.
Memahami prinsip dasar stoikhiometri.
1. Menjelaskan konsep stoikhiometri, limiting dan excess reactant, konversi, extent of reaction.
2. Menjelaskan konsep kesetimbangan reaksi kimia.
d.
Bahan kajian atau topik/konsep/teori/prinsip/metode seharusnya sudah termuat
dalam indikator. Namun agar lebih jelas, bahan kajian ini sebaiknya diidentifikasi
dan dituliskan di kolom tersendiri dalam RPS.
Contoh 4.3
Identifikasi bahan kajian dari indikator
Indikator pencapaian Bahan kajian
1. Menyebutkan dan menjelaskan perbedaan antar jenis-jenis konstruk psikologis (abilitas vs. non-abilitas, kognitif vs kepribadian). 2. Menjelaskan dimensi-dimensi yang dapat
digunakan untuk menggolongkan atau membedakan instrumen psikologis (self report vs. proyektif; kognitif vs non-kognitif; skala vs inventori; kinerja maksimal vs tipikal).
3. Mengidentifikasi dan memberi contoh instrumen yang relevan untuk tiap golongan
- Jenis-jenis konstruk (abilitas vs. non-abilitas,
kognitif vs kepribadian).
- Tipologi instrumen psikologis (self report vs.
proyektif; kognitif vs non-kognitif; skala vs inventori; kinerja maksimal vs tipikal).
(16)
e.
Level kedalaman kognitif harus sesuai dengan level yang disebutkan dalam KD
(tidak boleh melampaui, juga tidak boleh terlalu dangkal). Untuk membantu
mengidentifikasi kedalaman kognitif, dosen dapat menggunakan taksonomi
kognitif Bloom (atau taksonomi lain yang membedakan antar beberapa level
kedalaman berpikir).
f.
Sebagai contoh, jika KD-nya hanya menuntut mahasiswa bisa “menjelaskan”,
maka indikatornya tidak boleh menuntut mahasiswa bisa “mengevaluasi”,
“mensintesis”, atau “menciptakan”. Sebaliknya, indikator juga tidak boleh hanya
sampai pada level “menyebutkan” saja.
Contoh 4.4
Perbandingan kedalaman kognitif indikator dan KD.
Kompetensi Dasar Kurang Mendalam Terlalu Mendalam Menjelaskan makna konstruk
psikologis dalam konteks pengukuran psikologis.
1. Menyebutkan jenis konstruk psikologis. 2. Menyebutkan jenis
instrumen psikologis.
1. Menjelaskan perbedaan antar jenis konstruk psikologis.
2. Membuat usulan tipologi baru untuk mengklasifikasi tes-tes psikologis.
(17)
Langkah 5: Merancang Penilaian
a.
Penilaian dapat dilakukan melalui penugasan maupun ujian (masing-masing
dengan berbagai macam format/bentuk).
b.
Bentuk dan cara penilaian dipilih berdasarkan sifat dan kompleksitas (keluasan
dan kedalaman) KD pada sebuah mata kuliah. Di satu sisi, bentuk-bentuk
penilaian yang dipilih (secara bersama-sama) harus dapat mencakup keseluruhan
KD. Di sisi lain, penilaian seharusnya TIDAK mengukur pengetahuan,
keterampilan, atau kecakapan di luar KD.
Contoh 5.1
Mencocokkan sifat KD dan metode penilaian
Sifat KD Contoh Bentuk Penilaian
Pemahaman konseptual level rendah (lower order thinking).
- Tes tertulis menjawab singkat.
- Tes tertulis, closed-ended (pilihan ganda, benar-salah).
Pemahaman konseptual level tinggi (higher order thinking).
- Tes tertulis open-ended.
- Tes tertulis, closed-ended yang menggunakan vignette (uraian
kasus, problem, situasi yang mengandung informasi beragam, yang tidak semuanya relevan untuk menjawab soal).
- Tugas makalah.
- Ujian lisan mengenai makalah atau karya dari tugas
project-based.
Keterampilan praktis. - Observasi atas unjuk kinerja tersimulasi (role play). - Observasi atas unjuk kinerja dalam situasi nyata. - Tugas membuat karya.
c.
Untuk tiap bentuk penilaian, dosen sebaiknya menuliskan kriteria penilaian, yaitu
aspek-aspek spesifik yang dinilai. Misalnya, sebuah presentasi lisan mungkin
dinilai dari aspek efektivitas slide, kejelasan penyampaian, kelengkapan materi,
dan ketepatan konseptual.
Contoh 5.2
Merumuskan kriteria penilaian
Bentuk Penilaian Contoh Kriteria Penilaian Tes tertulis. - Akurasi jawaban (ketepatan konseptual).
(18)
- Kecepatan menyelesaikan. - Kecermatan atau kehati-hatian.
Makalah atau laporan tertulis. - Kerapian atau kesesuaian dengan format. - Kualitas bahasa/cara penyajian.
- Alur atau sistematika penyajian. - Jumlah konsep/teori yang digunakan. - Ketepatan penggunaan konsep/teori.
Presentasi lisan. - Kemenarikan slide presentasi. - Kejelasan slide presentasi.
- Kelancaran menyampaikan materi. - Kelancaran menjawab pertanyaan.
- Ketepatan konseptual materi yang disajikan.
d.
Untuk tiap kriteria, tetapkan
standar
nilai yang dianggap memadai untuk
mendapatkan nilai nisbi “B” sampai “A/B”. Artinya, mahasiswa yang berhasil
mencapai standar tersebut seharusnya mendapat skor akhir pada rentang nilai B
sampai dengan A/B (ini memberi ruang sekaligus membatasi subjektivitas dosen
penilai).
e.
Mahasiswa yang menunjukkan kecakapan yang melebihi standar nilai seharusnya
mendapat skor akhir pada rentang nilai “A”. Sebaliknya, mahasiswa yang gagal
mencapai standar nilai seharusnya mendapat skor akhir pada rentang nilai “BC”
atau “C”.
Contoh 5.3
Merumuskan standar nilai
Kriteria Penilaian Contoh Standar Nilai
Kelancaran mengerjakan (praktikum). Mengerjakan secara mandiri, tanpa melihat panduan. Ketepatan prosedur (praktikum). Memilih langkah dan alat yang sesuai tujuan.
Kecepatan menyelesaikan (praktikum). Menyelesaikan prosedur sebelum waktu yang ditentukan. Sistematika bahasa (makalah). Sebagian besar kalimat (>80%) dalam tiap paragraf memiliki
kesinambungan logis dengan kalimat-kalimat sebelum dan setelahnya.
Sebagian besar paragraf (>80%) memiliki kesinambungan logis dengan paragraf sebelum dan setelahnya.
Menggunakan ejaan yang benar (maksimal 10 kesalahan ketik).
Jumlah teori/konsep (makalah). Menggunakan setidaknya 2 konsep yang relevan untuk membahas topik yang dipilih.
(19)
Langkah 6: Menentukan Metode dan Waktu Pengajaran
a.
Ada berbagai metode pengajaran, termasuk ceramah, diskusi berpasangan, diskusi
kelompok kecil, analisis problem atau kasus, bermain peran, menggunakan
simulasi, perancangan karya (project-based), dan lain lain.
b.
Penerapan masing-masing metode ini dibahas dalam panduan tersendiri. Pada
prinsipnya, metode pengajar yang dipilih untuk membuat mahasiswa memproses
informasi secara aktif, serta yang cocok dengan sifat KD dan bahan ajar. Di RPS,
dosen cukup menuliskan judul metode yang dipilih.
Contoh 6.1
Perbandingan waktu antar metode pengajaran (dalam skala 1 sampai 5)
Kriteria Penilaian Contoh Standar Nilai
Kelancaran mengerjakan (praktikum). Mengerjakan secara mandiri, tanpa melihat panduan. Ketepatan prosedur (praktikum). Memilih langkah dan alat yang sesuai tujuan.
c.
Untuk menyusun RPS, dosen perlu mengingat bahwa semakin aktif dan interaktif
metode yang dipilih, semakin banyak waktu yang diperlukan. Sebagai gambaran
kasar, sebuah konsep yang bisa disampaikan dalam 5 sampai 10 menit melalui
ceramah, akan memerlukan 15 sampai 30 menit bila mahasiswa diminta
berdiskusi tentang penerapan konsep tersebut.
Contoh 6.2
Perbandingan waktu antar metode pengajaran (dalam skala 1 sampai 5)
Kriteria Penilaian Kebutuhan Waktu
Ceramah *
Diskusi berpasangan * * Diskusi kelompok * * *
Debat * * *
Bermain peran * * sampai * * * Simulasi * * sampai * * * Project-based * * * * sampai * * * * *
(1)
Langkah 4: Membuat Indikator Pencapaian dan Bahan Kajian
a.
Karena KD belum bersifat operasional, dosen perlu memerinci cara mengetahui
bahwa seorang mahasiswa telah menguasai sebuah KD. Perincian ini disebut
sebagai “indikator pencapaian”.
b.
Indikator bisa dibuat dengan memerinci konsep/teori/prinsip yang dimaksud
dalam tiap KD. Selain itu, indikator bisa dibuat dengan memerinci perilaku yang
perlu ditunjukkan terkait konsep-konsep tersebut.
c.
Bila dirumuskan dengan baik, indikator pencapaian seharusnya membantu dosen
merancang penilaian, bahkan sampai pembuatan soal-soal ujiannya.
Contoh 4.1
Indikator untuk KD mata kuliah Pengukuran Psikologis
Kompetensi Dasar Indikator Tercapainya KD
Menjelaskan makna konstruk psikologis dalam konteks pengukuran psikologis.
1. Menyebutkan dan menjelaskan perbedaan antar jenis-jenis konstruk psikologis (abilitas dan non-abilitas).
2. Menjelaskan dimensi-dimensi yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau membedakan instrumen psikologis (self report vs. proyektif; kognitif vs non-kognitif; skala vs inventori; kinerja maksimal vs tipikal).
3. Mengidentifikasi dan memberi contoh instrumen yang relevan untuk tiap golongan di atas.
Menjelaskan dan menerapkan konsep reliabilitas untuk mengevaluasi instrumen psikologis.
1. Menjelaskan definisi reliabilitas pengukuran psikologis. 2. Menguraikan konsekuensi dari pengukuran yang menggunakan
instrumen yang tidak reliabel.
3. Menjelaskan esensi dan perbedaan antara beberapa cara
mengevaluasi reliabilitas instrumen psikologis (antar waktu, antar penilai, antar bagian tes, antar tes paralel).
Menjelaskan dan menerapkan konsep validitas untuk merancang dan mengevaluasi instrumen psikologis.
1. Menyebutkan esensi dari definisi validitas pengukuran psikologis (yakni akurasi alias “mengukur apa yang memang hendak diukur”). 2. Menjelaskan mengapa validitas pengukuran psikologis bersifat
konteksual (tidak inheren sebagai sifat dari sebuah instrumen). 3. Menyebutkan 5 jenis sumber bukti validitas dalam pengukuran
psikologis (konten, struktur internal, korelasi dengan variabel lain, proses merespon, dan konsekuensi tes).
4. Menguraikan mengapa tiap sumber bukti tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi validitas.
(2)
12
Contoh 4.2
Indikator untuk KD mata kuliah Neraca Massa dan Energi I
Kompetensi Dasar Indikator Tercapainya KD
Menjelaskan prinsip kekekalan massa.
1. Menjelaskan sistem dan lingkungan pada satu atau beberapa unit proses.
2. Menuliskan persamaan umum neraca massa pada berbagai jenis proses (batch, kontinyu, semi batch, transient, steady-state dsb) 3. Mengklasifikasikan proses.
Menyelesaikan problem neraca massa tanpa reaksi.
1. Mengklasifikasikan persamaan neraca massa diferensial dan neraca massa integral untuk sistem yang ada.
2. Mengaplikasikan persamaan neraca massa untuk sistem tunggal. 3. Menyusun flowchart dengan notasi yang tepat serta memilih basis
perhitungan untuk penyelesaian neraca massa.
Melakukan perhitungan analisa derajad
kebebasan/degree of freedom (DOF).
1. Menerapkan konsep DOF dan cara perhitungannya untuk sistem tunggal.
2. Menerapkan konsep DOF dan perhitungannya untuk sistem multiunit yang melibatkan recycle, bypass dan purge.
3. Menyelesaikan perhitungan neraca massa untuk sistem tunggal dan mutiunit.
Memahami prinsip dasar stoikhiometri.
1. Menjelaskan konsep stoikhiometri, limiting dan excess reactant, konversi, extent of reaction.
2. Menjelaskan konsep kesetimbangan reaksi kimia.
d.
Bahan kajian atau topik/konsep/teori/prinsip/metode seharusnya sudah termuat
dalam indikator. Namun agar lebih jelas, bahan kajian ini sebaiknya diidentifikasi
dan dituliskan di kolom tersendiri dalam RPS.
Contoh 4.3
Identifikasi bahan kajian dari indikator
Indikator pencapaian Bahan kajian
1. Menyebutkan dan menjelaskan perbedaan antar jenis-jenis konstruk psikologis (abilitas vs. non-abilitas, kognitif vs kepribadian). 2. Menjelaskan dimensi-dimensi yang dapat
digunakan untuk menggolongkan atau membedakan instrumen psikologis (self report vs. proyektif; kognitif vs non-kognitif; skala vs inventori; kinerja maksimal vs tipikal).
3. Mengidentifikasi dan memberi contoh instrumen yang relevan untuk tiap golongan di atas.
- Jenis-jenis konstruk (abilitas vs. non-abilitas, kognitif vs kepribadian).
- Tipologi instrumen psikologis (self report vs. proyektif; kognitif vs non-kognitif; skala vs inventori; kinerja maksimal vs tipikal).
(3)
e.
Level kedalaman kognitif harus sesuai dengan level yang disebutkan dalam KD
(tidak boleh melampaui, juga tidak boleh terlalu dangkal). Untuk membantu
mengidentifikasi kedalaman kognitif, dosen dapat menggunakan taksonomi
kognitif Bloom (atau taksonomi lain yang membedakan antar beberapa level
kedalaman berpikir).
f.
Sebagai contoh, jika KD-nya hanya menuntut mahasiswa bisa “menjelaskan”,
maka indikatornya tidak boleh menuntut mahasiswa bisa “mengevaluasi”,
“mensintesis”, atau “menciptakan”. Sebaliknya, indikator juga tidak boleh hanya
sampai pada level “menyebutkan” saja.
Contoh 4.4
Perbandingan kedalaman kognitif indikator dan KD.
Kompetensi Dasar Kurang Mendalam Terlalu Mendalam
Menjelaskan makna konstruk psikologis dalam konteks pengukuran psikologis.
1. Menyebutkan jenis konstruk psikologis. 2. Menyebutkan jenis
instrumen psikologis.
1. Menjelaskan perbedaan antar jenis konstruk psikologis.
2. Membuat usulan tipologi baru untuk mengklasifikasi tes-tes psikologis.
(4)
14
Langkah 5: Merancang Penilaian
a.
Penilaian dapat dilakukan melalui penugasan maupun ujian (masing-masing
dengan berbagai macam format/bentuk).
b.
Bentuk dan cara penilaian dipilih berdasarkan sifat dan kompleksitas (keluasan
dan kedalaman) KD pada sebuah mata kuliah. Di satu sisi, bentuk-bentuk
penilaian yang dipilih (secara bersama-sama) harus dapat mencakup keseluruhan
KD. Di sisi lain, penilaian seharusnya TIDAK mengukur pengetahuan,
keterampilan, atau kecakapan di luar KD.
Contoh 5.1
Mencocokkan sifat KD dan metode penilaian
Sifat KD Contoh Bentuk Penilaian
Pemahaman konseptual level rendah (lower order thinking).
- Tes tertulis menjawab singkat.
- Tes tertulis, closed-ended (pilihan ganda, benar-salah).
Pemahaman konseptual level tinggi (higher order thinking).
- Tes tertulis open-ended.
- Tes tertulis, closed-ended yang menggunakan vignette (uraian kasus, problem, situasi yang mengandung informasi beragam, yang tidak semuanya relevan untuk menjawab soal).
- Tugas makalah.
- Ujian lisan mengenai makalah atau karya dari tugas project-based.
Keterampilan praktis. - Observasi atas unjuk kinerja tersimulasi (role play). - Observasi atas unjuk kinerja dalam situasi nyata. - Tugas membuat karya.
c.
Untuk tiap bentuk penilaian, dosen sebaiknya menuliskan kriteria penilaian, yaitu
aspek-aspek spesifik yang dinilai. Misalnya, sebuah presentasi lisan mungkin
dinilai dari aspek efektivitas slide, kejelasan penyampaian, kelengkapan materi,
dan ketepatan konseptual.
Contoh 5.2
Merumuskan kriteria penilaian
Bentuk Penilaian Contoh Kriteria Penilaian
Tes tertulis. - Akurasi jawaban (ketepatan konseptual).
Observasi atas unjuk kinerja (praktik). - Kelancaran mengerjakan.
(5)
Kecepatan menyelesaikan. - Kecermatan atau kehati-hatian.
Makalah atau laporan tertulis. - Kerapian atau kesesuaian dengan format. - Kualitas bahasa/cara penyajian.
- Alur atau sistematika penyajian. - Jumlah konsep/teori yang digunakan. - Ketepatan penggunaan konsep/teori.
Presentasi lisan. - Kemenarikan slide presentasi. - Kejelasan slide presentasi.
- Kelancaran menyampaikan materi. - Kelancaran menjawab pertanyaan.
- Ketepatan konseptual materi yang disajikan.
d.
Untuk tiap kriteria, tetapkan
standar
nilai yang dianggap memadai untuk
mendapatkan nilai nisbi “B” sampai “A/B”. Artinya, mahasiswa yang berhasil
mencapai standar tersebut seharusnya mendapat skor akhir pada rentang nilai B
sampai dengan A/B (ini memberi ruang sekaligus membatasi subjektivitas dosen
penilai).
e.
Mahasiswa yang menunjukkan kecakapan yang melebihi standar nilai seharusnya
mendapat skor akhir pada rentang nilai “A”. Sebaliknya, mahasiswa yang gagal
mencapai standar nilai seharusnya mendapat skor akhir pada rentang nilai “BC”
atau “C”.
Contoh 5.3
Merumuskan standar nilai
Kriteria Penilaian Contoh Standar Nilai
Kelancaran mengerjakan (praktikum). Mengerjakan secara mandiri, tanpa melihat panduan.
Ketepatan prosedur (praktikum). Memilih langkah dan alat yang sesuai tujuan.
Kecepatan menyelesaikan (praktikum). Menyelesaikan prosedur sebelum waktu yang ditentukan.
Sistematika bahasa (makalah). Sebagian besar kalimat (>80%) dalam tiap paragraf memiliki kesinambungan logis dengan kalimat-kalimat sebelum dan setelahnya.
Sebagian besar paragraf (>80%) memiliki kesinambungan logis dengan paragraf sebelum dan setelahnya.
Menggunakan ejaan yang benar (maksimal 10 kesalahan ketik).
Jumlah teori/konsep (makalah). Menggunakan setidaknya 2 konsep yang relevan untuk membahas topik yang dipilih.
(6)
16
Langkah 6: Menentukan Metode dan Waktu Pengajaran
a.
Ada berbagai metode pengajaran, termasuk ceramah, diskusi berpasangan, diskusi
kelompok kecil, analisis problem atau kasus, bermain peran, menggunakan
simulasi, perancangan karya (project-based), dan lain lain.
b.
Penerapan masing-masing metode ini dibahas dalam panduan tersendiri. Pada
prinsipnya, metode pengajar yang dipilih untuk membuat mahasiswa memproses
informasi secara aktif, serta yang cocok dengan sifat KD dan bahan ajar. Di RPS,
dosen cukup menuliskan judul metode yang dipilih.
Contoh 6.1
Perbandingan waktu antar metode pengajaran (dalam skala 1 sampai 5)
Kriteria Penilaian Contoh Standar Nilai
Kelancaran mengerjakan (praktikum). Mengerjakan secara mandiri, tanpa melihat panduan.
Ketepatan prosedur (praktikum). Memilih langkah dan alat yang sesuai tujuan.
c.
Untuk menyusun RPS, dosen perlu mengingat bahwa semakin aktif dan interaktif
metode yang dipilih, semakin banyak waktu yang diperlukan. Sebagai gambaran
kasar, sebuah konsep yang bisa disampaikan dalam 5 sampai 10 menit melalui
ceramah, akan memerlukan 15 sampai 30 menit bila mahasiswa diminta
berdiskusi tentang penerapan konsep tersebut.
Contoh 6.2
Perbandingan waktu antar metode pengajaran (dalam skala 1 sampai 5)
Kriteria Penilaian Kebutuhan Waktu
Ceramah *
Diskusi berpasangan * *
Diskusi kelompok * * *
Debat * * *
Bermain peran * * sampai * * *
Simulasi * * sampai * * *
Project-based * * * * sampai * * * * *