Gaya Hidup kaum Urban di tengah Arus Modernisasi : studi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya.

(1)

GAYA HIDUP KAUM URBAN DITENGAH ARUS MODERNISASI

(

Studi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial ( S. Sos ) Dalam Bidang Sosiologi

Disusun oleh:

Nama : Muhammad Deny Haris

NIM : B75213060

Oleh :

MUHAMMAD DENNY HARIS B75213060

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Muhammad Denny Haris, 2017, Gaya Hidup Kaum Urban Di Tengah Arus Modernisasi (studi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya), Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Gaya Hidup, Kaum Urban, Modernisasi

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana gaya hidp kaum urban dalam menghadapi berbagai problematia kehidupan di era modernisasi. Dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah yaitu apa yang menjadi alasan terdapat banyak kaum urban di Kelurahan Kedungdoro Surabaya, bagaimana gaya hidup kaum urban di tengah arus modernisasi dan apa saja yang mempengaruhi gaya hidup kaum urban di tengah arus modernisasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan tekhnik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang diguanakan sebagai alat analisis penelitian ini adalah teori modernitas Anthony Giddens.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa : (1) banyaknya kaum urban di Kelurahan Kedungdoro Surabaya adalah banyaknya lapangan pekerjaan yang di buuhkan dalam berbagai posisi serta kemudahan dalam memenuhi gaya hidup dengan berbagai bentuk fasilitas faktanya keramaian fasilitas hiburan khususnya hiburan malam di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. (2) dalam perkara problematika yang dihadapi oleh kaum urban adalah seputar perekonomian serta terjerumusnya mereka ke dalam gaya hidup yang hedonisme, konsumerisme, dan pergaulan bebas yang berbeda dengan nilai dan norma yang sudah mereka tanam saat tinggal di desa (3) dalam era modernisasi yang dinamis di Kelurahan Kedungdoro Surabaya saat ini. ditambah lingkungan Kelurahan Kedungdoro yang dekat dengan berbagai bentuk fasilitas hiburan yang menunjang gaya hidup kaum urban serta banyak kaum urban yang barasal dari bebagai daerah dan memiliki nilai dan norma yang berbeda. Dengan begitu kesuksesan kaum urban saat merintis karir di Kelurahan Kedungdoro Surabaya juga menjadikan alasan bagi mereka memiliki gaya hidup yang tinggi.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PENANGGUNGJAWABAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konsep ... 8

F.Sistematika Pembahasan ... ..12

BAB II GAYA HIDUP KAUM URBAN DALAM PERSPEKTIF TEORI MODERNITAS ANTHONY GIDDENS A. Penelitian Terdahulu ... 15

B. Modernitas Sebagai Bentuk Perkembangan Zaman ... 21

C. Gaya Hidup Masyarakat Urban dalam Perkembangan Modernisasi ... 29

D. Teori Modernitas Anthony Giddens Sebagai Analisis Penelitian Gaya Hidup Kaum Uban ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

C. Pemilihan Subjek Penelitian ... 45

D. Tahap-tahap penelitian ... 46

E.Tekhnik Pengumpulan Data ... 47

F. Tahap Analisis Data ... 49

G. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 50

BAB IV MODERNITAS DAN GAYA HIDUP KAUM URBAN DIKELURAHAN KEDUNGDORO SUARABAYA : TINJAUAN ANTHONY GIDDENS A. Deskripsi Umum Penelitian di Keluurahan Kedungdoro Surabaya ... 52


(8)

B. Deskripsi Hasil Penelitian di Kelurahan Kedungdoro Surabaya ... 70 1. Alasan Banyaknya Kaum Urban yang Tinggal di Kelurahan

Kedungdoro Surabaya ... 71 2. Bentuk Gaya Hidup Kaum Urban di Kelurahan Kedungdoro

Surabaya ... 80 3. Pengaruh Perubahan Gaya Hidup Kaum Urban di Kelurahan

Kedungdoro Surabaya ... 93 C. Gaya Hidup Kaum Urban di Kelurahan Kedungdoro Surabaya Ditinjau dengan

Teori Modernitas Anthony Giddens ... 100 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 103 B. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Dokumen Yang Relevan 3. Surat Bukti Penelitian 4. Jadwal Penelitian 5. Biodata Peneliti


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Toko Olahraga Sogo ... 65

Gambar 4.2 Toko Pakaian Eklusif Sogo ... 66

Gambar 4.3 Tempat Makan AW Tunjungan Plaza ... 66

Gambar 4.4 J.C di Dalam Tunjungan Plaza ... 67

Gambar 4.5 Hotel JW Marriott ... 69


(10)

Tabel 4.1 Batas Wilayah Kelurahan Kedungdoro Surabaya ... 53

Tabel 4.2 Geografis Kelurahan Kedungdoro Surabaya ... 53

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 55

Tabel 4.4 Penduduk Menurut Agama ... 55

Tabel 4.5 Penduduk Menurut Usia Kategori Pendidikan ... 56

Tabel 4.6 Penduduk Menurut Usia Kategori Pekerjaan ... 57

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan ... 57

Tabel 4.8 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal ... 58

Tabel 4.9 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Non Formal ... 59

Tabel 4.10 Tempat Ibadah di Kelurahan Kedungdoro Surabaya ... 59

Tabel 4.11 Lembaga Keagamaan di Kelurahan Kedungdoro Surabaya ... 60

Tabel 4.12 Lembaga Pemuda Keagamaan Tempat Ibadah di Kelurahan ... 59

Tabel 4.13 Sarana Kebudayaan di Kelurahan Kedungdoro Surabaya ... 60


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modernisasi merupakan perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Dapat dikatakan modernisasi merupakan suatu proses perubahan ketika masyarakat yang sedang memperbarui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat modern. Istilah modernisasi juga sering dikaitkan dengan istilah industrialisasi dan mekanisasi yang dicirikan dengan perkembangan teknologi.

Dari modernisasi yang terjadi disuatu kota dapat juga mempengaruhi tingkat urbanisasi. Jika kita lihat realitas di kehidupan masyarakat terlihat bagaimana setiap individu memilih jalan hidupnya untuk memenuhi kebutuhanya yang semakin hari semakin kompleks. Dengan begitu banyak kita jumpai masyarakat desa yang berbondong-bondong mengadu nasib dikota dengan harapan menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Tidak dapat

dipungkiri bahwa gaya hidup mayarakat kota yang “glamor” dan mewah menjadikan gambaran kehidupan masyarakat modern.

Jika kita lihat kota merupakan suatu tempat yang padat penduduknya, dengan karakteristik bangunan yang meninggi. Selain itu kota juga dijadikan suatu lokasi pusat dari berbagai bentuk aktivitas yang cukup padat. Contohnya


(12)

banyaknya perindustrian, bisnis, pendidikan, perbelanjaan, dan lain sebagainya. Kota memang menjadi pilihan kedua bagi orang desa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi faktanya pada arus modern kota juga dijadikan masyarakat desa sebagai ajang kemewahan yang meraka anggap sebagai suatu tingkat kesejahteran tersendiri.

Urbanisasi sebagian dari akibat Revolusi Industri, sejumlah besar orang pada abad kesembilan belas dan abad kedua puluh tercerabut dari tempat asalnya di pedesaan dan pindah ke latar perkokotaan migrasi besar-besaran itu, sebagian besar disebabkan oleh lapangan pekerjaan yang diciptakan oleh sistem industri di wilayah-wilayah perkotaan. Akan tetapi, migrasi menghadirkan banyak kesulitan bagi orang-orang yang harus menyesuaikan diri dengan kehidupan kota. Selain itu, perluasan kota-kota menghasilkan deretan persoalan perkotaan yang tampaknya tidak pernah berkhir1.

Dari pengertian tersebut urbanisasi menjadikan suatu pilihan yang perlu untuk di pertimbangkan. Selain jauh dari keluarga dan terlepas dari aturan dari nilai dan norma yang ada di desa setiap individu perlu mempertimbangkan segala sesuatu agar tidak terlepas dari nilai dan norma yang sudah di tanamkan sejak tinggal didesa. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam pembahasan skripsi saya kali ini saya akan membahas mengenai gaya hidup kaum urban di tengah arus modernisasi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya.

Terlihat bagaimana perpindahan penduduk dari desa kekota sebagian besar dan dominan diakibatkan dari faktor perekonomian yang tak terlepas dari ketersediaan lapangan kerja yang melimpah dikota, baik dari industrialisai, mall, dan pusat bisnis yang da di Jawa Timur. Dengan banyaknya kemudahan dalam memenuhi kebutuhan perekonomian, kota juga memiliki berbagai


(13)

3

permasalahan sosial seperti kebisingan, kemacetan, kepadatan, dan juga tingginya tingkat kejahatan yang ada dikota. Setiap individu yang tinggal didesa dan berpindah dikota dituntut untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan skitarnya. Selain itu juga semakin ketatnya persaingan dikota menjadikan kaum urban harus lebih siap dan sigap dalam menghadapi tekanan dari permasalahan yang menimpanya nanti.

Jika dilihat dengan cara sosiologis dapat ditelaah dari tradisi tempat tinggal yang lama yang menyangkut kewajiban tradisional serta ketergantungan secara ekonomis. Adapun stabilitas menyangkut kaum urbanisasi setelah mereka menetap di kota. Disitu diperiksa perkembangan adat serta pola kehidupan mereka yang baru. Berkaitan itu Mitchel lebih menuding pada menyimpangnya gaya hidup baru dari gaya hidup tradisional yang mereka miliki dan patuhi sebelum berurbanisasi2.

Berkaca dari arus modernisasi yang berkembang semakin cepat tentu juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dikota. Selain itu, semakin cepat pertumbuhan modernisasi disuatu kota juga menjadikan masyarakat desa yang tidak mau ketinggalan dan berharap dapat menggantungkan perekonomianya untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya yang ada didesa. Seperti yang dijelaskan diatas perpindahan penduduk atau yang disebut urbanisasi dapat mempengaruhi gaya hidup kaum urban. Kebiasaan-kebiasaan kaum urban yang sebelumnya tinggal didesa kemungkinan besar juga akan berubah seiring waktu dan sesering individu melakukan interaksi sosial disekelilingnya.

Berbicara dengan gaya hidup kaum urban yang notabenya masyarakat desa, tentunya juga terlihat bagaimana perbedaan yang signifikan. Dengan


(14)

latar belakang masyarakat desa yang identik dengan ikatan norma-norma yang ada dalam masyarakatnya. Hal itu bisa saja luntur ketika ia para kaum urban dihadapkan dengan germerlap kahidupan di kota yang “glamour”, komsumerisme, pergaulan bebas dan hedonisme.

Dilihat dari kaum urban yang ada di Kelurahan Kedungdoro Surabaya, perbedaan itu muncul ketika disaat tingkat perekonomiannya meningkat dan kemungkinan lebih banyak mereka gunakan uangnya untuk kebutuhan sekundernya demi menunjang kehidupan sehari-harinya dikota. Berbeda saat mereka didesa bagaimana mereka lebih mendahulukan kebutuhan primernya dan menyisihkan sebagian untuk kebutuhan sekundernya.

Dengan alasan mereka menetap lama di kota tentunya ditunjan penghasilan mereka yang lebi banyak ataupu meningkat dari sebelumnya. Dapat juga dikatakan bahwa pendapatan yang meraka dapatkan lebih banyak di keluarkan untuk kebutuhan tersiernya ketimbang kebutuhan primernya, dengan alasan untuk menunjang kebutuhan hidupnya saat mereka tinggal di Kota. dari situ terlihat bagaimana tujuan kaum urban yang awalnya berurbanisasi untuk meningkatkan tingkat perekonomianya yang ada didesa tidak semuanya bisa terealisasikan.

Dengan begitu dapat dikatakan bahwa gaya hidup merupakan suatu hal yang tidak bisa dipandang sebelah mata, dengan memilih gaya hidup yang baik juga akan menentukan masa depan yang lebih baik. Seperti yang sudah dibahas bagaimana kesejahteraan dikota menyimpan banyak persoalan bagi


(15)

5

kehidupan di masyarakat, namun berbanding terbalik jika kita lihat dari kebiasaan kaum urban sebalum bertempat tinggal di desa. Dengan pergaulan yang salah maka akan menjadikan jurang permasalah tersendiri bagi kaum urban yang bertempat tinggal di kota hal itu dikarenakan dari kebiasaan sehari-hari masyarakat desa yang didominasi oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Tak terlepas dengan gaya hidup, dimana lokasi Kelurahan Kedungdoro Surabaya yang letaknya sangat dekat dengan berbagai macam bentuk fasilitas hiburan dengan aktivitas yang cukup padat. Maka banyak juga kita jumpai masyarakat yang Hedonis, konsumerisme, dan pergaulan bebas. Hal itulah yang menjadikan semakin dinamis perubahan gaya hidup masyarakatnya, misalnya hedonisme yang bisa dikatakan mementingkan kepentingan duniawi, dimana masyarakatnya sangat terpacu dengan permasalahan dunia dan meraka anggap semua bisa dibeli dengan uang atau yang sering disebut orang jawa “kedonyan”. Hedonisme erat kaitanya dengan konsumerisme yaitu ke tidak terkontrolnya pola kosumsi. Tidak sampai disitu modernisasi juga mempunyai dampak lain diantaranya penyimpangan sosial yang meliputi : kenakalan remaja dan kriminalitas.

Dengan letaknya yang berada di tengah kota Surabaya tentunya dapat mempermudah dan membantu masyarakatnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Dengan begitu saya mengambil data untuk penelitian saya yang meneliti gaya hidup kaum urban khususnya bagi kaum urban yang


(16)

lokasinya yang berada ditengah kota, lokasinya juga tidak jauh dari tempat perbelanjaan yang terbesar dikota surabaya yaitu Tunjungan Plaza Mall dan tempat hiburan malam yang terbilang mewah.

Penalitian kali ini akan mengulas tetang bagaimana gaya hidup kaum urban hidup ditengah-tengah arus medernisasi masyarakat kota. Salain itu penulis juga ingin mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi masyarakat desa yang memilih bekerja dikota. Dari latar belakang yang ditulis diatas saya tertarik melakukan penelitian skripsi yang berjudul “Gaya Hidup Kaum Urban di Tengah Arus Modernisasi ( Stadi di Kelurahan Kedungdoro

Surabaya )”.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang menjadi alasan terdapat banyak kaum urban di Kelurahan Kedungdoro Surabaya ?

2. Bagaimana gaya hidup kaum urban di tengah arus modernisasi yang ada di kelurahan kedungdoro Surabaya ?

3. Apa saja yang mempengaruhi gaya hidup kaum urban di tengah arus modernisasi di kelurahan kedungdoro Surabaya ?


(17)

7

C. Tujuan Penelitian

Bersadarkan rumusan masalah yang telah dibuat diatas adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui alasan terdapatnya banyak kaum Urban di Kelurahan Kedungdoro Surabaya.

2. Untuk mengetahui bagaimana gaya hidup kaum urban ditengah arus modernisasi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya.

3. Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi gaya hidup kaum urban ditengah arus modernisasi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian mengenai gaya hidup kaum urban ditengah arus modernisasi diharapkan berdaya guna sebagai berikut :

1. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah keilmuan dalam bidang Sosiologi khususnya Sosiologi Perkotaan dan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan program studi Ilmu Sosiologi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan menambah wawasan bagi pembaca baik dari kalangan akademis maupun


(18)

masyarakat umum tentang gaya hidup kaum urban ditengah arus modernisasi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya.

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan penjelasan dari setiap kata dalam judul penelitian yang memebutuhkan penjelasan lebih lanjut. Definisi konsep berguna untuk menjelaskan judul kepada setiap pembaca. Karena hal tersebut berguna untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam mengartikan maksud dari judul penelitian.

Peneliti penuh kiranya membatasi sejumlah konsep yang diajukan

dalam penelitian yang berjudul “ Gaya Hidup Kaum Urban Ditengah Arus Modernisasi (Studi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya) adalah yang mempunyai konsep – konsep sebagai berikut:

1. Gaya Hidup

Menurut David Chaney, “gaya hidup adalah pola – pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain3”.

Gaya hidup yang dimaksud di Kelurahan Kedungdoro adalah perubahan sosial yang terjadi pada kaum urban yang sebelumnya tinggal di desa yang notabene memiliki nilai dan norma yang berbeda dari masyarakat kota. nilai dan norma disini misalya slidaritas sosial, aturan, dan pola konsumsi. Seperti halnya banyaknya kaum urban yang bertempat tinggal di Kelurahan Kedungdoro surabaya dengan


(19)

9

membawa berbagai bentuk kebudayaan dari tempat mereka tinggal dan mengalami perubahan yang menyerupai sifat dan karakteristik masyarakat perkotaan di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Dan menganggap bahwa itu identitas diri yang baru bagi mereka yang merasa nyaman untuk ditunjukkan kepada lingkungan disekitar mereka. Tek terlepas pula bagi kehidupan mereka selanjutnya.

2. Kaum Urban

“Secara etimologis, kata urbanisasi adalah bukan merupakan kata asli kata bahasa Indonesia, namun berasal dari kata bahasa Inggris

“urbanization”. Asal kata urbanization sendiri adalah kata “urban” yang merupakan kata sifat dan berarti sifat kekotaan4”.

Jika berbicara tentang kaum urban maka sangat erat hubungannya dengan masyarakat perkotaan yang bersifat kekota – kotaan. Kaum urban merupakan suatu kelompok atau individu yang bertempat tinggal dikota yang berasal dari desa dengan tujuan tertentu. Kaum urban yang dimaksud di Kelurahan Kedungdoro adalah masyarakat yang berasal dari desa baik itu yang hanya bekerja maupun sudah menetap di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Namun tidak keseluruhan kaum urban yang ada di Kelurahan Kedungdoro yang menjadi subjek penelitian. Karena tidak semua wilayah Kelurahan Kedungdoro menjadi tempat tinggal kaum urban.


(20)

Dengan mengklasifikasikan agar mempermudah memahami penelitian kali ini kaum urban yang saya maksudkan terbagi menjadi dua yaitu; pertama kaum urban remaja. Dimana kaum urban remaja yang dimaksudkan adalah kaum urban yang masih berumur antara sebelas sampai dua puluh satu tahun. Dimana seusia itu masih banyak yang duduk di bangku sekolahan dan sebagain yang masih baru bekerja maupun yang baru lulus dan dalam proses pencarian pekerjaan. Yang kedua, kaum urban dewasa dimana mereka yang sudah melewati masa pubertas dan yang berumur dua puluh tahun keatas dan yang sudah bekerja maupun belum bekerja dan banyak yang terlepas dari pengawasan orang tua. Hal itu merupakan suatu tanggung jawab yang harus dijalani selain itu ha itu juga menjadi suatu tantangan tersendiri bagi setiap inidividu yang sudah terlepas dari pantauan orang tua mereka.

3. Modernisasi

Modernisasi adalah proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat modern. Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern5.

Modernisasi mencakup proses yang sangat luas dan sifatnya sangat relatif, bergantung pada dimensi ruang dan waktu. Dimana modernisasi didukung dengan suatu perkembangan teknologi ataupun perindustrian, dengan berbagai dampak yang banyak berpengaruh bagi

5Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), hlm 172


(21)

11

kehidupan sosial. Penelintian ini melihat bagaimana lokasi di Kelurahan Kedungdoro yang mendapat pengaruh modernisasi paling cepat, karena berada ditengah-tengah kota. Kelurahan Kedungdoro juga berada di kawasan pusat perbelanjaan terbesar di Kota Surabaya.

Dalam pendapat George Ritzer di buku teori sosiologi modern bahwa Poggi mengambil tema tentang modernitas yang berkaitan dengan uang yaitu;

Poggi melihat tiga pandangan tentang modernitas yang ditanyakan dalam karya George Simmel itu. Pertama adalah bahwa modernisasi memberikan keuntungan bagi umat manusia, terutama fakta bahwa melalui modernisasi manusia mampu mengungkapkan berbagai potensi yang belum terungkapkan, tersembunyi, dan yang tertekan dalam masyarakat pramodern. Dalam hal ini Simmel melihat modernisasi sebagai “epiphany”dalam arti sebagai tanda manifestasi kekuuatan intrinsik manusia yang sebelumnya tak terjelmakan. Kedua, Simmel menguraikan besarnya pengaruh uang terhadap masyarakat modern. Ketiga, Simmel memusatkan perhatian pada upaya menjelaskan akibat merugikan dari uang terhadap modernitas, terutama alienasi. Masalah alienasi membawa kita kembali ke masalah sentral dalam teori sosiologi Simmel umumnya maupun dalam sosiologi tentang modernitas: “tragedi kultur”, melebarnya jurang pemisahan antara kuultur objektif dan kultur subjektif atau seperti dinyatakan Simmel, “terhentinya pertumbuhan kultur individual dan pesatnya pertumbuhal kultur

objektif”6 .

Hal itu Pogi melihat modernitas dengan dua paradikma dimana yang pertama pogi melihat pengaruh baik modernitas terhadap perkembang umat manusia yang mana modernitas banyak membantu mempermudah manusia dalam aktivitas manusia. Yang kedua, modernitas juga mempengaruhi bagi manusia baik dalam diri manusiaa maupun dalam manusia bermasyarakat.


(22)

F. Sistematika Pembahasan a. Bab I Pendahuluan

Peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang di teliti. Dengan melihat aktivitas masyarakat di Kelurahan Kedungdoro dengan gaya hidup yang modern. penelitian saya ini juga melihat bagaimana gaya hidup masyarakatnya menyangkut kenakalan remaja, hedonisme dan konsumerisme khususnya bagi kaum urban yang ada di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Dimana kaum urban sendiri merupakan penduduk pendatang yang bekerja dan bertempat tinggal sementara atau bahkan dalam waktu yang lama.

Dengan karakteristik kaum urban di Kelurahan Kedungdoro Surabaya yang sebelumnya tinggal di Desa, tidak dapat dipungkiri bahwa gaya hidup merekapun juga akan berubah seiring dengan perkembangan yang terjadi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya yang menjadi lokasi mereka bertempat tinggal sekarang ini. Adapun dalam BAB I ini membahas antara lain mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, metode penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, jenis dan sumberdata, tahap-tahap penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data dan tehnik keabsahan data dan sistematika pembahasan.


(23)

13

b. Bab II Gaya Hidup Kaum Urban dalam prespektif Teori Modernitas Anthony Giddens

Meliputi kajian pustaka yang terdiri dari beberapa referensi yang di gunakan untuk menelaah obyek kajian, kajian teori yaitu teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian. Saya menggunakan teori modernitas dikaranekan dapat membantu dalam menganalisa fenomena yang terjadi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Dengan mengunakan teori modernnitas Anthony Giddens sebagai pisau dalam melihat fenomena yang terjadi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya, dengan pertimbangan permasalahan-permasalahan yang menyangkut pengaruh dari perkembangan modernisasi.

c. BAB III Penyajian dan Analisis Data

Penyajian penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif, yakni suatu jenis penelitian dimana data yang diperoleh disajikan dalam bentuk kata-kata dan gambar, dan tidak menggunakan rumus dalam perhitungan angka. Analisis data yang dikumpulkan melalui penggalian data yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumen resmi lainnya.


(24)

d. Bab IV Analisis Data

Peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang di peroleh. Penyajian data dapat berupa tertulis atau dapat juga di sertakan gambar. Sedangkan analisis data dapat di gambarkan berbagai macam data-data yang kemudian di tulis dalam analisis deskriptif. Analisis data yang dilakukan peneliti ini menyangkut gaya hidup kaum urban ditengah arus modernisaasi. Analisis dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada, sesuai dengan yang sudah dilakukan dengan berbagai tahapan mulai dari observasi, wawancara, dokumentasi dan trianggulasi. Analisis dilakukan setelah data terkumpul dan menggabungkannya dengan teori yang sudah ada.

e. Bab V Penutup

Peneliti menuliskan kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian, dan memberikan rekomendasi atau saran. Kesimpulan diharapkan mampu memberikan gambaran yang luas mengenai gaya hidup dan juga modernisasi. Selain itu ucapan terimakasih bagi mereka yang telah yang telah berturut serta membantu dalam penulisan penelitiaan saya ini. tak terlepas pula dosen yang telah membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.


(25)

BAB II

GAYA HIDUP KAUM URBAN DALAM PERSPEKTIF TEORI MODERNITAS ANTHONY GIDDENS

A. Penelitian Terdahulu

Dalam judul yang diangkat mengenai “Gaya Hidup Kaum Urban Ditengah Arus Modernisasi (Studi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya)” peneliti berupaya membandingkan dengan penelitian yang sudah ada dan relevan supaya bisa mengetahui metode dan teori apa yang digunakan. Penelitian terdahulu juga berfungsi sebagai rujukan penelitian supaya sesuai dengan judul yang diangkat. Ada tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang diteliti sekarang diantaranya sebagai berikut:

a. Nur Khumala Yunita mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2013. Perubahan sosial dari masyarakat rural ke masyarakat urban (Studi Kasus Di Desa Angsawangi Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo). Penelitian ini membahas dua hal yang pertama, bagaimana bentuk perubahan yang ada di Desa Anggaswangi Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Yang kedua, bagaimana


(26)

dampak perubahan bagi masyarakat di desa anggaswangi Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo7.

Penelitian mengenai perubahan sosial dari masyarakat rural ke masyarakat urban. Penelitian ini terfokus kepada permasalahan sosial yang terjadi di Desa Anggaswangi, selain itu penelitian terdahulu ini lebih condong kepada perubahan sosial dari masyarakat rural ke masyarakat urban. Masuk dalam pembahasannya penelitian terdahulu ini banyak membahas bentuk perubahan yang terjadi dan dampak-dampak yang ditimbulkan.

Bentuk Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari Aspek Perilaku keagamaan dan juga perubahan pada aspek pendidikannya tapi lebih terfokus pada SDN Anggaswangi. Perubahan dari Aspek Perilaku keagamaan, di tunjukkan dengan melakukan diantaranya mengadakan selamatan di rumah, atau di mushollah dan juga Khatama Qur’an sebelum akhad nikah. Semuanya terlepas dari unsur-unsur mistis atau irasional. Dan prosesi itu masing-masing dilakukan berbeda oleh orang yang punya hajat. Kemudian perubahan pada SDN Anggaswangi II yang mana perubahannya terletak pada jumlah siswa dan perubahan pada aturan masuk serta adanya kelas pararel.

7

Nur Khumala Yunita, (Perubahan Sosial Dari Masyarkat Rural Ke Masyarakat Urban Studi Kasus di Desa Angsawangi Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo), skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2013


(27)

17

Dampak dari perubahan perilaku keagamaan diantaranya juga masyarakatnya bisa berfikir realistis sehingga masyarakatnya mempunyai semangat kerja yang lebih baik dan berdampak pada kehidupan ekonominya. Sedangkan dampak dari perubahan dari berubahnya jumlah siswa, jam masuk sekolah, dan adanya kelas pararel, itu membuat gurunya terbatas waktu dan tempat saat mengajar, menimbulkan kecemburuan sosial bagi warga asli terhadap warga pendatang yang sekolah di SDN tersebut. memberikan keuntungan ekonomis bagi pedagang yang berjualan di SDN Anggaswangi II, dan banyak yang membuka jasa tempat belajar atau (LBB). Perubahan sosial dalam penelitian terdahulu ini terfokus pada perubahan pola perilaku masyarakat dalam pertumbuhan kelembagaan di desa anggaswangi. Dengan begitu perubahan itu menjadikan masyarakatnya bisa memulai membuka diri dan pikiran mereka untuk menerima suatu hal yang baru yang lebih rasional dan berorientasi ke masa depan.

b. Muhamad Prasetyo mahasiswa Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2015. Buruh Dan Mobilitas Sosial (studi Tentang Mobilitas Sosial Buruh Urban Di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo). Penelitian ini membahas dua hal yang pertama, Bagaimana bentuk mobilitas sosial buruh urban di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Yang kedua, Apa yang


(28)

melatarbelakangi buruh urban melakukan mobilitas sosial di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo8.

Penelitian terdahulu yang kedua, membahas mengenai bentuk mobilitas sosial buruh urban di desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Dimana penelitian ini terfokus pada buruh urban yang melakukan mobilitas sosial yakni Faktor Ekonomi karena keadaan ekonomi buruh di daerah asal belum terpenuhi seutuhnya, dengan melakukan perpindahan atau migrasi ke Desa Tropodo maka keinginan buruh untuk memenuhi kebutuhan akan terpenuhi dan faktor geografis karena keadaan daerah Tropodo strategis untuk melakukan kegiatan ekonomi.

Di dalam penelitian terdahulu ini terlihat berbagai bentuk-bentuk mobilitas sosial. Mobilitas penduduk vertikal yakni perpindahan status yang tidak sederajat, mobilitas ini dibagi menjadi dua yakni mobilitas sosial vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal kebawah (social sinking). Mobilitas penduduk horizontal yakni perpindahan status yang sederajat, mobilitas sosial geografis, yakni perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain

8

Muhamad Prasetyo, (Buruh Dan Mobilitas Sosial Studi Tentang Mobilitas Sosial Buruh Urban di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo), skripsi Fisip, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya , 2015.


(29)

19

seperti transmigrasi, urbanisasi, migrasi dan Mobilitas antargenerasi mobilitas dua generasi atau lebih. Selain itu penelitian ini lebih membahas perubahan mobilitas yang artinya perubahan status sosial dalam peningkatan perekonomian buruh dengan membandingkan tingkat kesejahteraan buruh dari pabrik yang sebelumnya dan pabrik yang sekarang.

c. M. Sofiyan Arianto, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2016, Perilaku Konsumtif Dan Gaya Hidup Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Pengguna Online Shop Di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya).Penelitian ini membahas dari dua hal yaitu yang pertama, Bagaimana motif mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi dalam melakukan belanja online. Yang kedua Bagimana gaya hidup mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Penguna online shop9.

Penelitian ketiga, membahas tentang perilaku konsumtif dan gaya hidup mahasiswa. Dimana penelitian terdahulu ini membahas perilaku konsumtif terhadap penggunaan online shop dan gaya hidup mahasiswa terhadap cara mereka membeli untuk kebutuhan

9

M. SOFIYAN ARIANTO, Perilaku Konsumtif Dan Gaya Hidup Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Pengguna Online Shop Di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya), skripsi Fisip, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016.


(30)

penampilan saat di area dikampus. Diantaranya perilaku konsumtif dan gaya hidup penguna online shop yang dalam fenomena dewasa ini sedang boming di kalangan generasi muda khsusnya mahasiswa prodi ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. dimana salah satunya yaitu adanya sebuah motif dalam menggunakan sebuah media secara terus menerus. Media yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan media “online shop” yang termasuk dalam kategori media baru yaitu media internet.

Dari ketiga penelitian terdahulu yang sudah dikutip di atas, Maka penelitian saya ini membahas gaya hidup kaum urban ditengah arus modernisasi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya yang belum pernah diteliti sebelumnya. Dengan demikian dapat dibedakan bahwa penelitian kali ini membahas perubahan gaya hidup kaum urban dari yang awalnya tinggal di desa dan berpindah di kota. selain itu perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan gaya hidup kaum urban seiring berjalanya waktu mengikuti arus modernisasi yang semakin berkembang di Kelurahan Kedungdoro Surabaya, terutama perubahan nilai dan norma, prilaku, penampilan, dan interaksi sosial. Hal tersebut dipicu oleh pekerjaan dan perkonomian kaum urban yang berbeda dari sebelumnya.

Dengan melihat fenomena yang terjadi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya yang berubah seiring berkembangnya modernisasi. penelitian saya yang berjudul Gaya Hidup Kaum Urban Ditengah arus


(31)

21

Modernisasi (studi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya) belum pernah dieliti sebelumnya.

B. Modernitas Sebagai Bentuk Perkembangan Zaman

Perkembangan tentunya akan dialami bagi seluruh kehidupan di dunia, dari mulai masyarakat desa hingga masyarakat kota. Perkembangan zaman menyangkut berbagai macam perubahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik itu dari segi gaya hidup yang juga mencakup tentang teknologi, fashion, hiburan, perilaku menyimpang, dll. Selain itu juga penting bagi negara dalam memajukan mayarakatnya dalam bidang-bidang yang akan dikembang untuk mensejahterakan masyarakatanya, disisi lain saat ini indonesia ingin meningkatkan moral masyarakat khususnya bagi pemuda penerus bangsa baik dalam bidang pendidikan moral maupun sosialisasi yang gencar-gencar dilakukan oleh pemerintah. Hal itu merupakan suatu hal yang besar dalam melihat perkembangan zaman yang terjadi di masyarakat Indonesia. Jika didalam hal yang lebih kecil misalkan di lihat dari segi wilayah yaitu dalam jangkauan batas kelurahan sebagai cakupan yang diteliti dalam penelitian ini.

Modernisasi, dalam pengertian produktif infrastruktural, dimulai pada 1890-an dan 1900-an. Ketika itulah terjadi inovasi teknologi massal, gelombang pasang kedua dari Revolusi Industri yang dimulai hampir


(32)

seabad sebelumnya10. Dengan munculnya modernisme itu memulai munculnya berbagai bentuk produk-produk modernisme salah satunya dengan berkembangya teknologi, media massa dan hiburan, serta pemikiran-pemikiran yang menuju rasionalitas dengan landasan-landasan ilmu yang realistis.

Namun hal itu masih jauh dari modernisasi, namun dari situlah berbagai temuan-temuan baru akan teknologi, doktrin melalui media massa, dan juga ilmu pengetahuan yang realistis dengan mengeser mitos kepercayaan kuno itu mulai mempercepat perkembangan era modernisasi yang lebih dinamis. Dilihat di zaman sekarang yang saat ini sudah menggunakan teknologi dari berbagai bentuk buatan kapitalisme yang juga merupakan bentuk dari era modern yang saat ini banyak membantu beraktivitas.

Terlihat juga dalam buku yang melacak akar dari modernisme. Salah satunya di ambil dalam buku menggugat modernisme. Secara historis, semangat dan jiwa modernisme sebenarnya bisa ditelusuri semenjak era renaisans abad ke-16 M dan pencerahan abad ke-18 M.11 Dari munculnya indutrialisasi yang dimana sebelum itu barang diciptakan hanya untuk memenuhi kebutuhaan sendiri hingga beralih menjadi barang yang di buat secara massa.

10

Richard appignanesi, mengenal posmodernisme for beginners, (bandung : Mizan, 1998), hlm 11

11

Medhy Anginta Hidayat, Menggugat Modernisme, ( Yogyakarta : Jalasutra, 2012 ), hlm 20


(33)

23

Dilihat dalam awal mula munculnya modernisasi yang berarti proses berlangsungnya proyek mencapai kondisi modernitas yang digerakan oleh semangat rasionalitas instrumental modern. Modernisasi mencakup proses pengucilan karya-karya klasik, karena modernitas pada hakikatnya mengambil posisi yang berlawan dengan hal-hal lama demi terciptanya hal-hal baru12. Dengan begitu munculnya suatu yang baru, baik itu suatu budaya ataupun suatu barang yang menjadikan modernisasi terus berkembang dari yang ada sebelumnya.

Kelurahan Kedungdoro Surabaya merupakan suatu wilayah yang cukup padat di kawasan Surabaya pusat dengan karakteristik masyarakat yang beranekaragam, dengan keberadaanya yang berada ditengah kota itu, kawasan ini menjadikan masyarakatnya yang sensitif dari budaya baru. Dilihat dari aktifitas setiap harinya bagaimana setiap pagi ruas jalan utamanya yang menghubungkan dengan jalan raya utama Surabaya. Dengan lebar jalan yang kurang lebih lima meter itu terlihat dipadati oleh berbagai bentuk aktivitas masyarakatnya baik dari anak-anak hingga remaja yang mulai berangkat untuk pergi bersekolah hingga para pekerja yang khususnya bekerja di Tunjungan Plaza yang bertempat tinggal di sekitaran maupun diluar kawasan Kelurahan Kedungdoro Surabaya yang sangat mendominasi keramain dilokasi tersebut. Keramaian itu terkadang tak pernah surut hingga larut malam.

12


(34)

Dengan kepadatan dari aktivitas yang terjadi di kelurahan Kedungdoro Surabaya terlihat banyaknya perubahan-perubahan yang berdampak positif maupun negatif bagi masyarakat yang berada disekitar keramaian tersebut. Banyaknya pelaku-pelaku kapitalisme yang bersaing dalam berbagai strateginya, mereka memperkenalkan hasil dari produk-produk yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidup modern saat ini. Baik dalam kosumsi pola makan, konsumsi berpakaian, dan juga kosumsi hiburan. Dengan persaingan kapitalisme yang ketat itu pula setiap individu tanpa sadar telah masuk dalam belenggu-belenggu kapitalisme. Hakikat dari modernistas itu pula yang juga menjadikan suatu alasan yang kuat dalam perubahan suatu individu dalam suatu kelompok ataupun suatu wilayah. Suatu resiko bagi individu yang tidak mampu beradaptasi dalam era modernisasi.

Penyesuain terhadap perkembangan modernisasi sangat dibutuhkan dalam mejaga kesetabilan perubahan yang dinamis, tentunya penyesuain terhadap berbagai hal yang juga ditimbulkan dari modernitas itu sendiri. Jika individu dapat menyesuaikan diri dari modernisasi dalam suatu wilayah pada saat itu, belum tentu individu mampu bertahan dalam berbagai bentuk perubahan modernisasi yang akan mendatang. Berbicara dengan waktu, maka pentingnya individu dalam membedakan dampak bagi kehidupanya memiliki makna perubahan tersendiri.

Dapat diambil dari kasus perkembangan modernisasi dalam bentuk pembangunan yang terdapat di Kelurahan Kedungdoro Sarabaya.


(35)

25

Pembangunan Mall terbesar Surabaya yang sekarang sering disebut TP (Tunjungan Plasza). Tidak dapat dipungkiri bahwa TP juga merupakan produk kapitalisme yang dalam suatu strategi pemasaran terpusat dalam menjangkau kebutuhan konsumen. TP juga dapat disebut sebagai pasar modern dengan fasilitas yang tak lepas dari tehknologi terkini.

Melihat dari prespektif Berman yang mengatakan, menjadi modern berarti mendapati diri kita dari lingkungan yang menjajikan kita berpetualangan, kekuasaan, kegembiraan, pertumbuhan transformasi diri dan dunia kita sampai pada saat yang sama, dia mengancam dan merusak segala yang kita punya, segala yang kita ketahui, segalanya dari diri kita.13

Hal itulah yang perlu diperhatikan dalam memilih suatu produk yang benar-benar penting atau suatu produk yang seharusnya memang wajib dalam kosumsi sehari-hari atau yang kita sebut kebutuhan primer, dengan membedakan nilai guna pentingnya suatu yang akan dibeli dalam memenuhi kebutuhan hidup maka akan terhindarkan dari sifat hedonisme dan budaya konsumtif, namun hal tersebut bertolak belakang dari sistem kapitalis yang menuntut perubahan harus bersifat dinamis dengan menciptakan produk-produk inovasi yang bernilai ekonomi dan berguna dalam perkembangan modernisasi.

Modernisasi juga dapat dibandingkan dari nilai kemiskinan yang berada diwilayah itu sendiri. Kawasan Kelurahan Kedungdoro Surabaya termasuk kawasan dengan angka kemiskinan yang cukup tinggi, namun tidak sedikit masyarakatnya yang tidak mengenal akan adanya gadget.


(36)

Dari harga yang rendah sampai yang mahal, dari spesifiksi rendah hingga spesifikasi yang tinggi, dan juga dari merk yang kekinian sudah ada yang memilikinya. Selain itu pula bagaiman meraka bisa menikmati fasilitas hiburan dari yang sekelas cafe sampai diskotik.

Gambaran diatas merupakan salah satu contoh tingginya modernisasi diwilayah Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Dapat dikatakan bahwa modernisasi di wilayah Kelurahan Kedungdoro Surabaya ini bukan hanya menjadi suatu identitas kesejahteraan, namun juga memilki arti tersendiri bagi setiap individu yang hidup di era modernisasi selain itu modernisasi juga suatu wujud kebutuhan manusia dalam kehidupan sekarang ini.

Dibandingkan dengan para petani di abad ke-18, manusia modern memiliki cakupan hubungan, ruang dan tempat interaksi yang lebih luas. Termasuk ruang dan hubungan kerja, keluarga dan sahabat, namun sumber global ditelevisi, e-mail dan wisata14. Dengan perkembangan tehknologi yang dirasakan saat ini, itu adalah hasil dari produk-produk inovasi dari industrialisasi yang terlahir di era modern ini.

Dengan sistem kapitalisme yang merajalela di kawasan itu, tekhnologi memiliki peranan penting dalam membentuk suatu kebudayaan baru yang berkembang di masyarakat Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Dengan begitu maka terbentuk ruang dimensi yang cukup luas dan

14


(37)

27

membuat jalur yang bercabang bagi tujuan hidup individu dalam bermasyarakat.

Dengan begitu pentingnya dalam memilih gaya hidup juga dapat menentukan masa depan individu.George Ritzer & Douglas J. Goodman dalam buku teori sosiologi modern juga menjelaskan gagasan Anthony Giddens tentang Modernitas Juggernaut sebagai berikut :

“Modernitas memperoleh dinamismenya melalui tiga aspek penting teori strukturasi Giddens : pertama Pemisahan waktu dan ruang distanciation ( meski proses yang semakin memisah ini tidak unilinier, tetapi bersifat dialektik) .... Dalam hal ini baik waktu maupun ruang “dikosongkan” dari isinya; tak ada waktu dan ruang khusus yang istimewa; keduanya menjadi bentuknya yang murni .... Menurut Giddens, tempat semakin menjadi “phantasmagoric”, artinya “tempat terjadi peristiwa sepenuhnya ditembus dan di tentukan oleh pengaruh sosial yang jauh jaraknya dari tempat terjadinya peristiwa itu”15

.

Dengan demakin luas cakupan itu, tentunya juga membawa dampak yang lebih banyak bagi kehidupan manusia, dengan keinginan individu yang diluar dari batas kemampuanya itulah yang manjadikan setiap individu terjerumus dalam belenggu dari dampak modernisasi yang berujung kepada hedonisme dan kenakalan remaja maupun tindak kejahatan yang terselubung. Tanpa disadari hal itu merupakan beberapa imbas dari suatu modernisasi.

Perubahan-perubahan yang dinamis dalam modernisasi itu pula yang juga berpengaruh terhadap perkembangan sampai saat ini hingga

15


(38)

batas waktu yang mendatang. Dengan demikian tidak ada batasan dalam perkembangan zaman di kehidupan manusia, di era modern yang menuntut perubahan yang dinamis .

Selain itu dilihat dalam buku tulisan George Ritzer yang menyebutkan kepercayaan (trust) yang sangat penting dalam masyrakat modern dipengaruhi oleh sistem abstrk dan oleh pemisahan ruang-waktu yang sangat besar16. Ditambah dengan suatu perubahan dalam suatu hal yang dari dulu dianggap “lumrah” yaitu suatu kepercayaan. Diera modern ini suatu kepercayaan sangatlah langkah, dengan menilai suatu kepercayaan saja dizaman ini harus lebih dipertimbangkan. Degan beragam himpitan keluarga yang semakin mendesak diiringi keterbatasan ekonomi dan kebutuhan hidup yang semakin mahal.

Dengan melihat latar belakang seseorang dan melihat tujuan dan manfaat yang akan ditimbulkan adalah salah satu cara dalam memberi suatu pertibangan dalam memberikan kepercayaan kepada seeorang teruma bagi orang yang baru pertama kita kenal bahkan terhadap seseorang yang sudah lama kita kenal. Maraknya tidak kejahatan yang beragam yang diiringi berbagai alasan himpitan kehidupan yang menjadikan harus lebih waspada dalam menyikapinya.

16


(39)

29

C. Gaya Hidup Masyarakat Urban Dalam Perkembangan Modernisasi

Gaya hidup merupakan suatu yang penting untuk dipertimbangkan. Dalam pendangan setiap manusia tentunya memliki cara tersendiri dalam memaknai kehidupannya. Tentunya gaya hidup setiap seseorang pasti berbeda-beda dan memiliki tujuan tersendiri dari apa yang sudah ia ekspresikan keseharinya. Tentunya hal tersebut juga tidak hanya di dasari dari diri individu itu sendiri, tetapi dapat diadaptasi dari berbagai hal yang ada diluar baik itu dalam lingkungan maupun suatu hal yang sering dilihat. Hal itu pula ditunjukan dalam serbuan gaya hidup dari berbagai cara lewat industri iklan dan televisi yang sudah merasuk kedalam mineside pribadi para individu ditambah lagi dengan media sosial.

Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. dalam interaksi sehari-hari kita dapat menerapkan suatu gagasan megenai gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang kita maksud; dan kita benar-benar bertentanga serta sulit menemukan deskripsi umum mengenai hal-hal yang merujuk pada gaya hidup . oleh karena itu gaya hidup membantu memahami (yakni menjelaskan tapi bukan berarti membenarkan) apa yang orang lakukan, mengaa mereka melakukanya, dan apa yang mereka lakukan bermakna bagi dirinya maupun orang lain.17

Dewasa ini gaya hidup juga sering dijadikan suatu target dalam berbagai penjualan baik dalam suatu produk kesehatan, kecantikan, makanan, pakaian,dll. Gaya hidup dianggap umum bagi kebanyakan orang, namun jika diklasifikasikan gaya hidup mempunyai arti yang luas dan memiliki dampak yang berbeda-beda dari setiap gaya hidup yang akan dijalani.


(40)

Dilain sisi suatu hal yang menonjol adalah pandangan masyarakat tetang gaya hidup masyarakat kota sebagai bentuk atau ciri-ciri modernisasi. Dimana Kelurahan Kedungdoro Surabaya merupakan salah suatu daerah yang menunjukan daya tarik tersendiri bagi kalangan-kalangan yang mengkarakterkan akan gaya hidup perkotaan yang “glamour”.

Numun dari penelitian disini saya merespon akan dua hal diantaranya adalah modernitas banyak membantu mempermudah kehidupan manusia yang dapat menciptakan gaya hidup yang baik dalam perkembangannya kepada tehknologi, dimana modernitas juga menimbulkan gaya hidup yang tanpa sadar merubah pola kehidupan yang hedonisme, konsumerisme, dan juga kenakalan remaja.

Dalam buku George Ritzer teori sosiologi modern mengatakan pemahaman Gidens tentang dunia modern sebagai dunia reflektif salah satunya yaitu :

Kita tak hanya bertangung jawab merencanakan diri kita sendiri, tetapi juga tubuh kita. Yang penting untuk menciptaan refleksif dan pemeliharaan kedirian adalah penampilan tubuh dan kelakuannya yang tepat dalam berbagai macam keadaan dan tempat. Tubuh pun tunduk terhadap berbagai jenis “rezim” (contoh, buku diet dan gerak badan) yang tidak hanya membantu individu membentuk tubuh mereka, tetapi juga memberikan kontribusi terhadap refleksivitas kedirian maupun refleksivtas modernitas pada umumnya. Akibatnya adalah obsesi terhadap tubuh kita dan kedirian kita dalam dunia modern18.

18


(41)

31

Berkaca dalam pengertian diatas medernitas memiliki suatu sistem tatanan hidup dalam perubahan terhadap individu dalam melakukan, menciptakan, dan menempatkan diri terhadap situasi tertentu. Dalam hal ini modernitas juga memiliki suatu bentuk yang tidak dapat dilawan dan akan tertindas jika dilawan. Hal itu menjadikan individu harus menempatkan diri dalam situasi yang stabil dalam mengikuti perkembangan zaman.

Di Kelurahan Kedungdoro Surabaya yang berada di Tengah kota Surabaya itulah yang menjadikan lokasi ini menjadikan kepadatan dari berbagai individu yang ingin merintis keinginan dengan harapan dapat terwujudkan. Ditambah dengan Kota yang merupakan Ibu Kota Jawa Timur itulah yang turut menambah tingginya urbanisasi di wilayah tersebut.

“....Heterogenitas cenderung merusak struktur-struktur sosial yang kaku dan menciptkan mobilitas, ketidak setabilan, situasi tidak aman, yang terus meningkat dan afiliasi individu-individu dengan berbagai kelompok sosial plural dengan tingkat keanggotaan yang berubah-ubah. Hubungan material cenderung menggantikan hubungan-hubungan personal dan lembaga yang ada cenderung memenuhi kebutuhan massa dari pada kebutuhan individu. Oleh karena itu bisa efektif manakala ia bertindak melalui kelompok-kelompok yang teorganisir.19

Alasan-alasan itu masuk akal jika dilihat juga diwilayah Kelurahan Kedungdoro Surabaya banyak didirikan kost-kostan, kontrakan, dll. Dimana tempat yang disediakan bagi para pendatang yang bertempat

19


(42)

tinggal sementara maupun dengan waktu yang lama. Dengan begitu cukup banyak menarik kaum urban yang bertempat tinggal diwilayah itu.

Selain itu juga menarik ketertarikan juga bagi saya dalam mendalami penelitian saya yang mengambil objek para kaum urban dalam melihat gaya hidup kaum urban dengan perkembangan modernisasi. Gaya hidup perkotaan yang menjadi pioener dalam perkembangan modernisasi inilah yang juga berpengaruh bagi para kaum urban. Dimana kaum urban sendiri merupakan para pendatang atau pindahan dari suatu wilayah yang saat ini di tempati.

Kata urban sendiri diadopsi dari kata urbanisasi atau yang sering disebut perpindahan penduduk dari desa ke kota. dengan kata lain kaum urban adalah para individu yang berpindah kekota dan memiliki sifat kekotaan. Sifat kekotaan sendiri dimaksudkan bagi mereka kaum urban yang memiki sifat meyerupai mereka yang sudah lama bertempat tinggal di wilayah perkotaan dan memiliki sifat atau perilaku yang “glamor” penuh kemewahan.

“....Semua orang ingin menjadi penonton dan sekaligus ditonton. Ingin dilihat namun sekaligus dilihat. Disinilah gaya sudah mulai menjadi modus keberadaan manusia modern: kamu bergaya maka kamu ada! kalau


(43)

33

kamu tidak bergaya, siap-siaplah untuk dianggap “tidak ada”: diremehkan, diabaikan, atau mungkin dilecehkan”20

.

Maka dari itu perubahan terhadap gaya hidup saat ini menjadikan individu menjadi agresif dalam mengikuti arus modernisasi saat ini. Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk Kota Surabaya terutama yang diakibatkan dari urbanisasi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Terdapat banyaknya kaum urban yang bertempat tinggal diwilayah tersebut, tentunya menjadikan ruang dimana mereka para kaum urban juga menunjukan gaya hidupnya yang tak jauh beda dari gaya hidup perkotaan. Hal itu juga dapat dirasakan dari perkembangan remaja, dewasa, hingga orang tua. Dengan mengklasifikasikan berdasarkan ketiga tahapan itu bisa dijadikan untuk memahami dampak modernisasi yang tidak mengenal umur.

Pertama, kaum urban remaja merupakan salah satu yang paling rentan terhadap gaya hidup dari modernitas, remaja yang sering dikenal “darah muda” itulah yang mengambarkan ciri-ciri dari masa pubertas. Dari kebayakan remaja Kelurahan Kedungdoro Surabaya dapat di pastikan dalam HP (hand phone) terdapat vidio porno. Dengan kemudahan dalam mengakses situs-situs dewasa menjadikan remaja mudah melihat film yang

20


(44)

seharus tidak layak di tonton bagi remaja dibawah umur yang diukur dari nilai dan norma yang ada.

Kemudahan tehknologi yang kehadirannya banyak mempermudah komunikasi, disisi lain itu juga disalah gunakan bagi para remaja urban diwilayah tersebut. bagi mereka hal tersebut bukan lagi menjadi hal yang tabu dalam perbincangan sehari-hari dengan teman remajanya. Bahkan dalam observasi dilapangan pernah saya jumpai dimana seorang remaja saling barter film porno dengan remaja lain. gaya hidup seperti itu menjadikan akar dari pergaulan bebas bagi remaja-remaja diwilayah itu.

Dengan jangka waktu yang panjang tentunya hal tersebut dapat menggeser nilai dan norma. Selain itu akan menimbulkan presepsi suatu karakter gaya hidup remaja modern pada umumnya, yang sebelumnya dianggap melanggar nilai dan norma di wilayah tersebut. Hal inilah yang ditimbulkan dari gaya hidup yang tidak baik. Selain itu dalam perkembangannya kaum urban ini juga sangat labil dalam menentukan apa yang akan mereka pilih.

Tak bisa dilupakan pula globalisasi industri media dari mncanegara dengan modal besar yang mulai marak masuk ke Tanah Air sejak akhir 1990-an. Serbuan majalah-majalah mode dan gaya hidup transnasional yang terbit dalam edisi khusus bahasa Indonesia jelas menawarkan gaya hidup yang tak mungkin terjangkau oleh kebanyakan masyarakat. majalah-majalah yang diperuntukan bagi para pria dan wanita (berselera) kelas menengah keatas ini menaanamkan nilai, cita rasa, dan gaya yang terlihat jelas dari kemasan, rubrik, atau kolom, dan dengan ideologi. Yang bisa dilihat dari seloganya yang menawarkan fantasi hidup seperti, “Be Smater, richer, & sexier!” atau “Get Fun!” begitu pula berkembangnya industri penerbitan khusus anak-anak dan kawula muda yang telah menjadi ladang persemaian gaya hidup. Majalah-majalah anak


(45)

35

muda. Baik pria maupun wanita, yang diperuntukan khusus bagi para ABG (anak baru gede) yang mungkin tengah gelisah mencari identitas dan citra diri ini, kini banyak beredar dengan kemasan yng tak kalah luks dibandingkan dengan media transnasional. Bacaan kawula mud ini banyak menawarkan aya hidup dengan budaya selera sputar perkembangan tren busana, problem gaul, pacaran, shopping, dan acara mengisi waktu senggang yang jelas perlahan tapi pasti akan ikut membentuk budaya kawula muda (youth culture) yang berorientasi gaya hidup fun!21.

Dengan melihat fenomena berikutnya dimana meraka juga memberanikan diri dalam persaingan di dunia kerja yang mana mereka juga harus menanggung beban hidup keseharianya dengan hidup mandiri jauh dari keluarga dengan usia yang masih muda. Terlebih lagi jika mereka dihadapkan dengan pergaulan bebas yang ada di Kelurahan Kedungdoro Surabaya.

Seperti didefinisikan Giddens, ada dua tipe mekanisme keterlepasan yang penting peranya dalam masyarakat modern. yang pertama adalah tanda simbolik, yang paling terkenal adalah uang. Uang memungkinkan pemisahan ruang-waktu. Dengan uang kita mampu terlibat dalam transaksi dengan orang lain yang jauh dipisahkan dari kita oleh waktu22. Dengan mulainya bekerja dan memiliki penghasilan tetap hal itulah awal terbukanya pikiran mereka dalam mendewasakan diri dalam menentukan meraka kedepannya.

Kedua, kaum urban yang sudah melewati masa-masa pubertas atau yang sudah melewati masa-masa remaja juga tak luput dari pengaruh

21

David Chaney, Life styles (Jala Sutra : Yogyakarta, 1996), hlm 9.


(46)

modernisasi. Dimana mereka yang sudah menemukan jati diri meraka dalam menggambarkan gaya hidupnya, namun tidak menuntut kemungkinan mereka melepaskan diri dari perkembangan modernitas, mereka juga akan mengikuti perkembang modernitas dengan gaya hidup yang mereka maknai. Dengan sifat dewasa yang mereka miliki menjadikan diri merekan menjadi individu yang mandiri dan mulai meyadari beban yang harus dijalaninya.

Dilihat di Kelurahan Kedungdoro Surabaya yang kebayakan orang bekerja di tempat-tempat yang mengutamakan penampilan menarik dan trendi inilah yang menjadikan dampak bagi beberapa individu dalam memahami gaya hidup tidak menuntut kemungkinan juga perubahan gaya hidupnya yang dinamis. Tuntutan yang mengharuskan mereka berpenampilan menarik dalam lingkungan kerja itupun juga menjadikan suatu ruang dimana pergaulan mereka dengan sesama rekan kerjanya diluar ikatan kerja. Diliahat dari segi pola konsumsi setiap harinya, dimana kehadiran barang baru yang memberikan makna tersendiri bagi individu walau barang lama tidak bagus dari barang baru yang dibelinya.

“Selain itu pula ditambah dari, perubahan yang disebabkan oleh cara-cara baru dalam produksi dan tidak dapat dipishkan dari disintegrasi budaya religius kontinental yang menjadi wilayah-wilayah ekonomi baru, selain itu juga, selain itu juga bergantung pada perkembangan sikap positif dalam menilai barang-barang yang menjadi tren, peralatan rumah tangga, dan cara-cara dalam penyelidikan dan menentukan topik untuk diskusi”23.

23


(47)

37

Dengan gaya hidup yang tidak melihat nilai kegunaan suatu benda itu yang juga dapat menimbulkan gaya hidup yang boros. Kebanggaan akan pekerjaannya yang menuntut mereka berpenampilan menarik itu juga terbawa dan ditunjukan diluar lingkungannya. menggunakan aksesoris yang glamor, mewah dan kekinian yang mengambarkan suatu kelas sosial tinggi. Dimana meraka tetap berpenampilan menarik dengan terus mengikuti tren terkini, juga menjadikan keinginan menabung untuk memenuhi kebutuhan hidup jangka panjang terlupakan.

Dengan uang lebih yang biasanya ditabung sekarang mereka lebih memilih membeli barang untuk memenuhi gaya hidup mereka yang boros. Yang tanpa disadari itu merupakan bentuk dari pola-pola yang disusun dalam perkembangan industrialisasi. Hal itulah yang memunculkan salah satu sifat konsumerisme yang merugikan jika sudah ketergantungan.

Dalam buku life styles sebuah pengantar komprehensif David Chaney menulis gagasan Featherstone yang membagi menjadi tiga salah satunya yaitu mengenai hubungan antara penggunaan benda-benda dan cara-cara melukiskan status: “fokusnya di sini mengenai caara-cara yang berbeda ketika orang menggunakan benda-benda untuk menciptakan ikatan ataupum pembedaan sosial 24. Hal tersebut juga dapat menjadikan wawasan dalam pemilihan suatu barang yang berguna dalam pembelian


(48)

produuk-produk kapitalis. Dengan pemahaman tentang konsumerisme dapat menyadarkan diri dari pengaruh buruk bagi kehidupan.

David Chaney dalam buku life styles berpendapat bahwa Giddens juga menyebutkan perkembangan gaya hidup dan perubahan struktural modernitas saling terhubung melalui reflektivitas institusional; “karena ‘keterbukaan’(opennes) kehidupan sosial masa kini, pluralisasi konteks tindakan dan anekaragam ‘otoritas’, pilihan gaya hidup semakin penting dalam penyusunan identitas diri dan aktivitas keseharian25

D. Teori Modernitas Anthony Giddens Sebagai Analisis Penelitian Gaya Hidup Kaum Urban

Dalam penelitian kali ini mengenai gaya hidup kaum urban ditengah arus modernisasi peneliti menggunakan teori modernisasi Anthony Gidden. Peneliti menggunakan teori tersebut karena dirasa dapat membantu menganalisis kasus dari penelitian diatas. Adapun teori tersebut yaitu :

Giddens adalah teoritis sosial Ingris masa kini yang sangat penting dan salah seorang dari dari teoritis yang sangat berpengaruh didunia. Giddens lahir 18 januari 1938 (Clark, Modgil dan Modgil, 1990). Ia blajar di Universitas Hull, di the London School of Economic, dan di unoversitas London. Tahun 1961 ia diangkat menjadi dosen di Universitas Leicester. Karya awalnya bersifat empiris dan memusatkan masalah pada bunuh diri. Tahun 1969 ia beralih jabatan emnjadi dosen sosiologi di Universitas Cambridge dan sebagai anggota King’s College. Ia terlibat dalam studi percampuran culture, kemudian menghasilkan bukunya yang pertama yang mencappai penghargaan internasional, berjudul the Class Structure of Advenced Societis tahun 1975. Selama dekade beriktnya, ia menerbitkan

25


(49)

39

sejumlah karya teoritis penting. Dalam karya-karyanya selangkah demi selangkah ia memulai membangun tentang teoritisnya sendiri yang terkanal sebagai teori strukturasi. Tahun 1984 karir Gidden mencapai puncaknya dengan terbitnya buku The Constitution oh Soceity, yang merupakan pernyataan tunggal tentang terpenting perspektif Giddens.26

Giddens berpengaruh dalam teori sosiologi lebih dari dua dekade. Ia pun berperan penting dalam membentuk sosiologi Ingris masa kini. Salah satunya, ia menjadi konsultan editor dua perusahaan penerbitan. Sebagai teoritisi Giddens sanagt berpengaruh terutama di AS mupun di bergabagai bagain dunia lain, namun yang menarik karyanya agak kurang diterima di negerinya sendiri (Inggris). Hal ini mungkin disebabakan oleh sebagaian kenyataan bahwa ia telah berhasil memenangkan pelombaan mendapat pengikt teoritis di seluruh dunia 27

.

Gidden mendefinisikan modernitas menjadi empat dasar. Yang pertama, ialah kapitalisme, yang dicirikan secara akrab, olek produksi komoditas, kepemilikan pribadi atas modal, buruh upah yang tidak punya harta benda, dan suatu sistem kelas yang berasal dari karaterikstik-karateristik itu. Kedua, ialah industrialisme, yang melibatkan sumber-sumber tenaga tidak berjiwa dan peralatan mesin untuk menghasilkan barang-barang. Ketiga, kemampuan pengawasan, pengawasan mengacu kepada pengawasan kegitan-kegiatan populasi subjek (terutama tetapi tidak secara eksklusif) di dalam lingkungan politis. Keempat, dimensi kekuasaan militer, atau pengendalian atas alat-alat kekerasan, termasuk industrialisasi perang28.

Gaya hidup memang dimulai dengan adanya modernitas. Arus modernitas yang melaju cepat akan membuat masyarakat modern mengikuti perkembangannya. Berkitan dengan perekonomian, modernitas juga membawa pengaruh bagi masyarakat desa untuk menjadikan kota sebagai tempat tujuan untuk mencari uang. Tak jarang kaum urban yang lama menetap dikota terbawa arus modernitas kemudian menjadikan gaya hidupnya menyerupai gaya hidup masyarakat asli kota.

26

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, (jakarta : Prenada Media, 2005) hlm 554


(50)

George Ritzer & Douglas J. Goodman dalam buku teori sosiologi modern menjelaskan gagasan Anthony Giddens tentang Modernitas Juggernaut sebagai berikut :

Kehidupan kolektif modern ibarat panser raksasa yang tengah melaju hinggga taraf tertentu bisa dikemudikan, tetapi juga terancam akan lepas kendali hingga menyebabkan dirinya hancur-lebur. Panser rasaksa ini akan menghancurkan orang yang menentangnya dan meski kadang-kadang menempuh jalur yang teratur, namun juga sewaktu-waktu dapat berbelok kearah yang terbayangkan sebelumnya. Perjalanannya bukannya sama sekali tak menyenangkan dan berubah sesuaai yang diharapkan. Tetapi, sepanjang institusi modernitas ini terus berfungsi, kita takkan pernah mampu mengendalikan sepenuhnya baik arah maupun kecepatan perjalanannya. Kitapun takkan pernah merasa aman sama sekali karena kawasan yang dijelajahi penuh dengan bahaya29.

Kota yang identik dengan gemerlap dan pergaulannya yang berbeda dengan desa. Jika dilihat di Kelurahan Kedungdoro Surabaya dimana lokasi tersebut berada didekat pusat pembelanjaan, tentu menjadikan masyarakat Kedungdoro sangat rentan terbawa arus modernitas. Ditambah dengan sistem kapitalisme yang di kemukakan oleh Anthony Giddens kaum urban dapat dijadikan konsumen yang royal terhadap penjualan suatu produk di wilayah Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Anthony Gidden tentang modernitas ini sangat berkaitan dengan fenomena yang terjadi pada masyarakat urban di Kelurahan Kedungdoro Surabaya.

Namun dalam perkembangannya modernitas juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap masyarakatnya, dapat dikatakan

29

George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, ( Jakarta : Kencana, 2004), hlm 553


(51)

41

modernisasi juga mempunyai titik lemah yang dapat merusak sistem tatanan kehidupan masyarakatnya. Modernisasi adalah suatu kebudayaan resiko. Dengan hal itu saya tidak memaksudkan bahwa kehidupan sosial pada dasarnya lebih beresiko daripada biasanya; bagi sebagian besar orang bukan itu masalahnya. Lebih tepatnya, konsep resiko menjadi fundamental bagi cara aktor awam maupun spesialis teknis untuk mata dunia sosial.

Menurut George Ritzer, “Modernitas mereduksi keberesikoan wilayah-wilayah tertentu dan cara-cara kehidupan secara keseluruhan, namun pada saat yang sama memperkenalkan parameter-parameter resiko baru yang lebih besar, atau sama sekali, tidak dikenal pada era-era sebelumnya”30.

Dengan fenomena yang sudah dijelaskan diatas dapat dilihat dari karakter masyarakat yang terbuka akan hal baru baik dari segi kebudayaan yang dibawa dari luar atupun pengaruh yang masuk. Menjadikan masyarakat di Kelurahan Kedungdoro Surabaya dihadapkan pada parameter-parameter resiko baru yang semakin kompleks. dengan pembahasan masyarakat resiko yang dikemukakan oleh Anthony Giddens menggambarkan bagaimana resiko yang akan dihadapi oleh kaum urban dari belenggu kemewahan yang ada di Kelurahan Kedungdoro Surabaya.

George Ritzer mengangkat pendapat dari Anthony Giddens tentang masyarakat resiko yaitu ;

“Modernitas adalah kultur beresiko. Ini bukan berarti bahwa kehidupan sosial kini lebih berbahaya daripada dahulu; bagi


(52)

kebanyakan orang, itu bukan masalah. Konsep resiko menjadi masalah mendasar baik dalam cara mendapatkan aktor biasa maupun aktor yang berkemampuan spesialis-teknis dalam organisasi kehidupan sosial. Modernitas mengurangi resiko menyeluruh bidang dan gaya hidup tertentu, tetapi pada waktu bersamaan memperkenalkan parameter resiko baru yang sebagian besar atau seluruhnya tidak dikenal di era sebelumnya31.

Dengan belenggu kemewahan dan juga berbagai pilihan yang memiliki porsi-porsi resiko dari setiap parameter kehidupan. Dengan begitu mejadikan tantangan masyarakat urban dalam berurbansasi disuatu tempat. Tentunya membentuk tujuan yang kuat dalam berurbanisasi atau memperkuat niatanya agar tidak terbelenggu dalam hal yang tidak diinginkan.

31


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif, yakni suatu jenis penelitian dimana data yang diperoleh disajikan dalam bentuk kata-kata dan gambar, bukan angka-angka yang menggunakan rumus. Penggunaan jenis penelitian kualitatif karena ada pertimbangan. Pertama, jenis penelitian deskriptif merupakan bagian dari karakteristik pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kualitatif dibutuhkan deskriptif dengan kata-kata atau gambar, dan bukan data yang berupa perhitungan angka – angka yang yang menggunakan rumus seperti yang terdapat dalam penelitian kuantitatif

Data yang dikumpulkan melalui penggalian data yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam serta rinci. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan menggabungkan


(54)

antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan

metode diskriptif.32.

Kedua, relevansi penelitian deskriptif dengan obyek penelitian, yakni karakteristik latar belakang gaya hidup kaum urban yang bertempat tinggal di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Jenis penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan fakta-fakta yang akurat sesuai dengan fenomena sosial yang ada.

Namun terdapat perbedaan yang mendasar antara ‘masalah’ dalam penelitian kualititif maupun ‘masalah’ dalam penelitian kuantitatif. dalam penelitian kuantitatif masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian harus jelas, spesifik, dan dianggap tidak berubah, tetapi dalam penelitian kualitatif masalah yang dibawa peneliti masih remang-remang, bahkan gelap kompleks dan dinamis. Oleh karena itu masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau

berganti setelah peneliti berada di lapangan33.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kedungdoro Surabaya, penelitian meliputi masyarakat terutama para pemuda yang bekerja di Surabaya, penelitian ini terkait dengan gaya hidup mereka selama di bekerja di Surabaya. Peneliti mencari informan tambahan untuk mancapai

32

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm 131.

33 Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dab R&D, (Bandung : Alfabeta, 2011), hlm 205


(55)

45

validitas data. Penelitian dilakukan mulai tanggal 13 Januari – 06 Juli tahun 2017. Ditambah dengan rekomendasi surat izin dari Kecamatan Kedungdoro Surabaya mulai tanggal 9 Maret hingga penelitian selesai. Adapun lokasi yang menjadi subek penelitian adalah :

1. RW III Kelurahan Kedungdoro Surabaya 2. RW X Kelurahan Kedungdoro Surabaya 3. RW XI Kelurahan Kedungdoro Surabaya

Ketiga lokasi itu tersebut merupakan saran dari Bu lurah Kedungdoro yang didasari dari letak wilayah yang terdapat banyak kaum urban baik yang bertempat tinggal kontrak bulanan dan kontrak tahunan ataupun

bertempat tinggal permanen.

C. Pemilihan Subjek Penelitian

Dalam penelitian subjek peneilitian bisa disebut informan. Ada beberapa informan yang menjadi tujuan peneliti yaitu kaum urban yang ada di Kelurahan Kedungdoro Surabaya, subjek-subjek penelitian ini sepenuhnya diambil dari Warga Kelurahan Kedungdoro Surabaya, yaitu kaum urban yang bertempat tinggal di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Dalam Kelurahan Kedungdoro Surabaya ada 11 RW. Namun Informan dibatasi dari pemilihan beberapa informan yang ada di tiga RW dari sebelas RW yaitu RW 03, RW 10, dan RW 11 yang ada di Kelurahan Kedungdoro Surabaya yang terdapat banyak kaum urban. Selain itu untuk menunjang data-data mengenai gaya hidup kaum urban di Kelurahan Kedungdoro Surabaya.


(56)

Untuk mendapatkan informan, peneliti menggunakan presedur snowball yaitu di dalam penelitian ini informan dapat bertambah seiring berjalannya pengalian data di lapangan. Penambahan informan didasarkan pada pengenalan informan baru yang diperkenalkan oleh informan pertama. Dengan mengunakan prosedur ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam memperoleh informan yang lebih banyak lagi. Selain itu untuk menambah informan yang akan diteliti, peneliti juga akan

menggunakan data Kelurahan Kedungdoro Surabaya.

D. Tahap – tahap Penelitian a. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan ini meliputi penyusunan rancangan penelitian yaitu proposal lapangan, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan penelitian pada pihak yang terkait, menjajakan dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan sebagai sumber data yang akurat, menyiapkan perlengkapan penelitian baik perlengkapan fisik maupun non fisik, dan memahami etika penelitian.

b. Tahap Lapangan

Tahap lapangan ini setelah memperoleh izin penelitian, peneliti memulai mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, kemudian mengambil data melalui dokumentasi sebagai bukti bahwa penelitian benar-benar dilakukan. Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara visual dengan


(57)

47

melihat latar belakang informan. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada kaum urban di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Selanjutnya peneliti membuat laporan tentang kegiatan dan hasil wawancara yang sudah diperoleh dari hasil wawancara.

E. Tekhnik Pengumpulan data

Penelitian kualitatif manusia menjadi instrumen dalam penelitian. Ciri khas penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan

serta34. Maka peneliti dalam menggali sejumlah data penelitian ini menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data.

a. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah pengamatan berperan serta dan pengamatan tanpa peran serta35. Peneliti melakukan peran sebagai pengamat terhadap gaya hidup kaum urban ditengah arus modernisasi kususnya di Kelurahan Kedungdoro Surabaya, dengan begitu peneliti dapat melihat bagaimana gaya hidup kaum urban baik dalam segi fashion, hobi, makanan dan cara bersosialisasi. Berdasarkan cara peneliti berpartisipasi didalam kelompok yang ditelitinya dan melihat fenomena yang dapat dilihat secara langsung. Hal tersebut dilakukan agar saya mendapatkan informasi yang benar-benar murni dari suatu objek penelitian saya.

34

Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm 117

35


(58)

b. Interview ( wawancara )

Wawancara dilakukan kepada beberapa sampel yang telah ditetapkan. Bentuk wawancara yang akan digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur mirip dengan percakapan informal, sedangkan wawancara terstruktur menuntut pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang susunanya ditetapkan sebelumnya dengan kata-kata

yang persis pula36. Wawancara adalah bentuk komunikasi atanra dua orang atau lebih. Dengan melakukan wawancara peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan dengan menggunkan tekhnik

percakapan.

Percakapan tidak harus dilakukan berdasarkan pedoman wawancara. Karena, pada sebagian orang lebih nyaman wawancara dengan menggunkan bahasa sehari-hari. Untuk wawancara yang akan dilakukan oleh informan akan mengikuti permintan dari informan. Peneliti juga akan menyamarkan identitas informan jika informan meminta, agar dalam penggalian data yang di inginkan sesuai dengan apa yang dirasakan informan tanpa ada kecanggungan antara informan dan peneliti saat melakukan wawancara.

36 Deddy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif.,(Bandung :Pt Rosdakarya,2000), hlm182


(59)

49

c. Dokumentasi

Dokumentasi yakni pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Setelah dokumen itu diperoleh maka peneliti akan melakukan kajian isi terhadap dokumen-dokumen tersebut. Kajian isi yang dimaksudkan disini, sebagaimana pendapat Weber, adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan dari sebuah buku atau dokumen37

. Dokumen dapat dijadikan sebagai penunjang data yang sudah ada sebelumnya. Dokumentasi yang didapat dari kelurahan, kampus, maupun RW diharapakan dapat membantu peneliti untuk menguju keabsahan data. Dokumen juga dapat dijadikan sebagai bukti bahwa wawancara dilakukan secara nyata dan tidak ada rekayasa data sedikitpun.

F. Tekhnik Analisa Data

Setelah mengumpulkan seluruh data yang diperlukan maka pada tahap berikutnya adalah mengatur urutan data dan mengorganisasikan ke dalam suatu pola didasarkan pada fenomena gaya hidup kaum urban yang bertempat tinggal di Kelurahan Kedungdoro Surabaya, sebagaimana Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur. Peneliti memfokuskan kepada kaum urban yang bertempat tinggal di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Peneliti sengaja mengambil objek kaum urban yang bertempat tinggal di Kelurahan Kedungdoro Surabaya, karena menggunakan konsep

37

Deddy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif.,(Bandung :Pt Rosdakarya,2000), hlm, 183


(60)

gaya hidup kaum uraban ditengah arus globalisasi. Dimana lokasi Kelurahan Kedungdoro terletak di tengah kota Surabaya. Disinilah akan

diambil suatu hipotesis, kemudian menarik kesimpulan.

Tahap analisis data juga menggunakan tahap trianggulasi. trianggulasi diartikan sebagai tekhnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tekhnik pengumpulan data dan sumber data yang sudah ada. Dengan menggunakan teknik trianggulasi yang melibatkan beberapa informan pendukung sebagai pembanding dari data yang didapat. Bila peneliti mengumpulkan data dengan trianggulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data dan sekaligus menguji kreadibiltas data, yaitu mengecek kreadibilitas data dengan berbagai tekhnik pengumpulan data dan berbagai sumber data38.

G. Tekhnik Pemeriksa Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting dalam penelitian. Penelitian ini benar-benar dapat dipertanggung jawabkan dari segala sisi jika peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dengan tehnik yang akan diuraikan dalam subbab ini. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan tehnik pemeriksaan yang didasarkan atas empat kriteria, yaitu derajat kepercayaan, keahlian, kebergantungan dan kepastian. Peneliti menggunakan pemeriksa keabsahan data untuk membantu peneliti dalam menambah, mengulang,

38 Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dab R&D, (Bandung : Alfabeta, 2011), hlm241


(61)

51

atau mereview data untuk melengkapi penulisan. Dengan demikian penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang valid dan


(1)

102

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Kedungdoro Surabaya yang akan merugikan diri sendiri. Masyarakat resiko

Dalam perkembangan modernisasi itu pula yang juga menuntut kemampuan yang dimiliki bagi setiap individu. Dalam semakin banyaknya pengelompokan dan pembagian tugas dengan kemampuan-kemampuan tertentu. Tentunya menjadikan persaingan yang ketat dalam penyeleksian pekerja-pekerja yang profesional di bidangnya. Namun persaingan yang ketat itu tidak semerta-merta mengurungkan niat mereka para kaum urban yang ada dikelurahan Kedungdoro surabaya.


(2)

103

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh data yang telah peneliti paparkan di atas kesimpulan dari penelitian ini adalah banyaknya kaum urban di Kelurahan Kedungdoro disebabkan kelurahan ini masuk dalam kelurahan tengah kota dengan letak geografis yang strategis, kelurahan ini berdekatan dengan pusat perbelanjaan terbesar di Kota Surabaya, yaitu Tunjungan Plaza yang mempermuudah kaum urban dalam menjalani aktivitasnya. Selain itu banyaknya tempat hiburan malam yang ada di sekitaran Kelurahan Kedungdoro Surabaya juga memberikan kenyamanan bagi kaum urban. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum urban untuk memilih tinggal dan bekerja di dekat Kelurahan ini dibanding dengan daerah lain di Kota Surabaya.

Kaum urban yang telah lama tinggal di Kelurahan Kedungdoro Surabaya mempunyai gaya hidup yang sama dengan masyarakat kota pada umumnya. Banyak dari mereka yang terkontaminasi gaya hidup kota yang glamour dan mengikuti trend. Dengan cara mereka yang memilih suatu yang instan dengan gaya hidup mewah, dapat menjerumuskan mereka ke


(3)

104

dalam kehidupan yang hedonisme dan tidak jarang dari mereka yang mengikuti pergaulan bebas yang ada di kelurahan Kedungdoro Surabaya.

Lingkungan yang mereka tinggali selama tinggal di Kelurahan Kedungdoro Surabaya juga menjadi pengaruh bagi mereka untuk bergaya dan bergaul seperti yang lain. Dominasi orang kota yang lebih banyak tinggal di daerah tersebut juga berpengaruh untuk kaum urban. Tak jarang dari mereka yang mempunyai perilaku menyimpang dan pergaulan bebas karena lingkungan yang mereka tinggali.

Lingkungan memang mendominasi adanya perubahan budaya bagi kaum urban. Namun, yang sangat pokok bagi mereka jumlah penghasilan yang digunakan mereka sebagai alasan untuk mempunyai gaya hidup yang mewah. Bagi kaum urban dengan mempunyai gaya hidup yang sama dengan lingkungan akan membuat mereka diterima oleh lingkungan yang mereka tinggali walaupun harus melepaskan nilai dan norma yang sudah ditanam sejak tinggal didesa. Dengan penghasilan yang lebih dan dengan kemudahan memenuhi kebutahan hidup di Kelurahan Kedungdoro Surabaya membantu mereka tetap eksis bergaya sesuai dan mengikti trend maupun fasion di lingkunganya.

Ditambah kemudahan kaum urban dalam menjangkau kebutuhan hidup maupun kebutuhan gaya hidup mereka yang di tunjang dari fasilitas-fasilitas yang berkelas yang ada di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Selain itu adanya tempat-tempat hiburan malam yang memanjakan bagi


(4)

tersebut bisaa menjadikan suatu kemudahan dalam menikmati keindahan malam di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Pengaruh akan tingginya modernisasi yang ada di Kelurahan Kedungdoro Surabaya itu menjadikan alasan utama perkembangan gaya hidup kaum urban.

B. Saran

Dari hasil penelitian mengenai Gaya Hidup Kaum Urban di Tengah Arus Modernisasi (Studi di Kelurahan Kedungdoro Surabaya), maka saran yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi kaum urban hendaknya bijak dalam memlih pergaulan sehingga tidak terjadi penyimpangan perilaku dan gaya hidup yang glamour 2. Bagi kaum urban supaya diupayakan untuk tetap memperhatikan nilai

dan norma di masyarakat agar tetap mempunyai aturan dalam bersikap dalam masyarakat.

3. Bagi kaum urban hendaknya lebih bijaksana dalam memahami problematika kehidupan yang ada di Kelurahan Kedungdoro Surabaya. Baik dalam pergaulan baru maupun dalam perekonomiannya yang notabenya memiliki tuntutan kebutuhan hidup.

4. Bagi perangkat setempat hendaknya selalu mengawasi setiap perilaku remaja lokal atau kaum urban agar tidak berperilaku yang meresahkan masyarakat di Kelurahan Kedungdoro Surabaya.


(5)

106

5. Bagi pemuda asli Kota hendaknya tetap bersikap baik dalam lingkungan sehingga tidak berpengaruh buruk terhadap masyarakat pendatang.


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Arianto, Muhamad Sofiyan, Perilaku Konsumtif dan Gaya Hidup Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Pengguna Online Shop Di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya), skripsi Fisip Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016.

N Daldjoeni. Seluk Beluk Masyarakat kota, Bandung : P.T Alumni,1997. Mulyana Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Pt

Rosdakarya, 2000.

Ritzer George dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Terjamahan Alimandan. Jakarta: Kencana, 2007.

Ritzer George. Sosiologi Ilmu Berparacigma Ganda. Jakarta: Rajawali Press, 2013.

Ritzer George. Teori Sosiolog. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014.

Moleong J Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004.

Syam Nur. Tarekat Petani. Yogyakarta: LkiS, 2013.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dab R&D. Bandung : Alfabeta, 2011.

Prasetyo, Muhamad, (Buruh dan Mobilitas Sosial Studi Tentang Mobilitas Sosial Buruh Urban Di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo), skripsi Fisip Universitas Islam Negeri Sunan Ampal Surabaya, 2015.

Yunita, Nur Khumala, (Perubahan Sosial Dari Masyarakat Rural ke Urban Studi Kasus di Desa Angsawangi Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo), skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2013

Appignanesi Richard. Mengenal posmodernisme for beginners. Bandung : Mizan, 1998.

Hidayat Medhy Anginta. Menggugat Modernisme. Yogyakarta : Jalasutra, 2012.

Barker Chris, Cultural Studies. Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2013.

Ritzer George and Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana, 2004.

Gilbert Alan and Josef Gugler. Urbanisasi dan Kemiskinan. PT. Tiara Wacana Yogya : Yogyakarta, 1996.