Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemampulabaan Dikalangan Sayur Keliling di Pasar Ampel Kabupaten Boyolali T1 162008062 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang Masalah
Tujuan jangka pendek setiap usaha bisnis adalah umtuk memperoleh
laba. Perusahaan akan terus melakukan kegiatan bisnisnya jika ada laba atau
setidaknya pendapatan yang diperoleh, Perusahaan masih bisa menutup biaya
yang dikeluarkan. Perusahaan akan terus menghemat biaya yang dikeluarkan
agar diperoleh laba yang sebesar-besarnya. Dengan adanya laba yang terusmenerus, Perusahaan dapat mengembangkan usahanya, misalnya dengan
menambah jumlah produksinya dan dapat berinvestasi.
Kegiatan distribusi merupakan salah satu usaha bisnis
untuk
menciptakan atau memperoleh nilai guna barang dan tujuanya memenuhi
kebutuhan sehingga memperoleh keuntungan. Kegiatan
saluran distributor
terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan ( fungsi) yang
digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen ke
konsumen.
Ampel merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Boyolali yang
berada di kaki gunung Merbabu sebelah selatan berada diantara 500 m sampai
1300 m diatas permukaan air laut. Terdiri dari 20 desa dan berbatasan dengan
Kabupaten Semarang dan beberapa Kecamatan didaerah Kabupaten Boyolali
sendiri. Dengan luas 8.468,0571 Ha maka memperlukan sebuah pasar yang
mampu menapung apa yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat sendiri. Mulai
1
dari kebutuhan pokok, seperti bahan makanan, pakaian, alat bangunan sampai
kebutuhan yang sifatnya sekunder.
Kebutuhan bahan pokok khususnya pada makanan menyebabkan tidak
semuanya masyarakat di Ampel tidak membeli kebutuhanya ke pasar mereka
lebih memilih menunggu para pedangang keliling yang menjual sampai
kerumah-ruamh konsumen. Berbagai macam alasan yang mereka kemukakan
mulai malas kepasar karena panas ketika musim kemarau,becek ketika musim
penghujan atau tidak ada modal transportasi dan hal-hal lain yang menyebabkan
mereka engan pergi kepasar untuk berbelanja. Menjadikan kesempatan sebagian
orang untuk mendapatkan keuntungan dari sifat-sifat tersebut dengan
menjajakan sayur keliling kerumah-rumah.
Para pedagang sayur keliling membeli dagangnya kepasar Ampel mulai
pagi dini hari sampai menjelang siang.Para pedagang membeli barang-barang
yang dibutuhkan oleh pembeli yang sekiranya mereka butuhkan untuk para
konsumen. Para pedagang membeli barang langsung dari pedagang pasar Ampel
melalui system bayar di muka tanpa menuggu harus barang dagangnya habis
dahulu. Biasanya para pedagang membeli barang daganganya ada yang ukuran
per-kg tapi ada juga satuan per barang. Barang ukuran kg misalnya : daging
ayam, ikan segar, bumbu dapur dan lain sebagainya, Sedang mengunakan
ukuran per- satuan misalnya: tahu, tempe, gorengan, makanan ringan, roti dan
lain sebagainya. Ada pula dengan ukuran campuran ada yang ukuran per-kg dan
per-satuan misal:toge, sayuran dan lain sebaginya.
2
Para pedagang sayur keliling biasanya lebih mengharapkan barang yang
diinginkan sudah ada dibronjong sayur dari pada datang ke kios-kios pasar, bagi
pedagang sayur keliling yang mengunakan motor, yang mengunakan mobil atau
gendong. Sistem yang seperti ini lebih menguntungkan dan menghemat waktu.
Pedagang tinggal menunggu barang itu datang tapi jika belum maka pedagang
sayur keliling mendatangi ke kios- kios pedagang untuk mengambil barang itu.
Namun sistem ini tidak semuanya diterapkan oleh pedagang yang memiliki kios.
Sistem ini digunakan oleh pedagang kios jika ada suami, istri, anak atau
pembantu
yang ikut kepasar,
karena ini merupakan customer servis yang
dilakukan oleh para pendagang pasar.
Setelah semua barang terkumpul maka pedagang sayur keliling menata
barang dagangannya dengan rapi ketempat yang sudah tersediya ( bronjong,
mobil, atau keranjang). Barang yang cepat laku pasti diletakan pada posisi yang
mudah dijangkau dari pada barang yang jarang dicari pedagang seperti ayam, tak
semuanya membeli ayam tapi jika itu sayuran atau bumbu dapur atau makanan
ringan diletakkan pada tempat yang mudah jangkau. Ini sudah biasa dilakukan
tiap-tiap pedagang tidak hanya pedagang sayur keliling.
Setelah semua barang yang diinginkan telah dibeli dan terkumpul, maka
pedagang sayur keliling pergi untuk menjajakan dagangannya. Kepada
konsumen yang biasa membeli dari para pedagang sayur keliling. Sistem jual
beli yang dilakukan oleh pedagang sayur keliling biasanya jual beli langsung
atau beli ditempat, tapi ada juga pembeli dikarenakan sudah terbiasa akhirnya
mengutang dulu bahkan sampai menumpuk ratusan ribu.
3
Analisis kemampulabaan atau kemampuan menghasilkan laba digunakan
di berbagai bidang pedagang termasuk dibidang pedagang sayur keliling agar
dapat diketahui seberapa besar kemampulabaan pedagang dalam menghasilkan
laba.
1.2.Masalah penelitian
Seorang pedagang sayur keliling dalam mengeluarkan modal bervariatif,
disebabkan dari alat yang digunakan pedagang dalam berjualan dengan berbagai
cara diantaranya mengendong maka modal utama adalah badan sehat yang
selanjutnya memiliki keranjang untuk digunakan menaruh barang-barang
daganganya yang di inginkan oleh para konsumenya. Kalau di hitung maka
modal ini sangat sedikit. Bermodalkan keranjang dengan harga kisaran Rp
15.000,00 dan selendang seharga Rp 10.000. Modal untuk membeli barang
daganganya sekitar Rp 200.000,00 – Rp 300.000,00 untuk setiap kali jualan
dengan keuntungan sekitar 10% - 15 %. Sekitar Rp 20 000,00 sampai Rp 45
000,00.
Motor yang digunakan mualai dari motor yang keluaran tahun 1990-an
sampai yang terbaru 2013 semuanya ada, tinggal kemampuan dari para
pedagang itu sendiri. Sepada motor yang digunakan adalah motor bebek yang
keluaran sekitar tahun 2000 keatas sekitar 70% sedang dibawah tahun 2000
sekitar 30% ada juga yang mengunakan motor sejenis Mega-pro, Gl –pro, King
dan lain-lain yang sejenis kisaran tahun juga sama dengan botor bebek.. Kisaran
motor yang dibawah tahun 2000 adalah sekitar Rp.2 000.000,00 sampai Rp.5
000.000,00 sedang motor yang keluaran tahun 2000 ke atas berada di kisaran
4
Rp. Rp. 5.000.000,00 ke atas. Selain dari motor pedagang sayur keliling yang
mengunakan motor masih harus membuat bronjong yang dibuat rak-rak kecil
berbentuk almari. Biasanya ini terbuat dari kayu dan jaring alumunium atau
terbuat dari bambu atau kayu. Biaya untuk membuat ini berfariatif tergantung
dari besar kecilnya tempat sayur dan tingkat kerumitan dari pada bronjong sayur
itu sendiri. Tempat sayur yang terbuat dari kayu lebih mahal di sebabkan
kayunnya sudah malah sekitar Rp 300.000 sedang yang mengunakan bambu
memperlukan biaya sekitar Rp.12 000,00 sedang modal untuk sekali berjualan
adalah sekitar Rp 350.000 sampai Rp700.000 dengan keuntungan 10%-15%
adalah sekitar Rp 35 000 – Rp 105.000 untuk tiap kali jualan. Jika di ambil
pedagang mengunakan biaya yang menegah dengan motor tahun 2000 an sekitar
Rp 5 000 000 dan biaya bronjong Rp120 000 dan di tambah biaya modal dan
transport sekitar Rp 450 000 tambah transport Rp 10.000 jadi Rp 460.000 tiap
kali jalan. Maka pedagang sayur keliling mendapatkan keuntungan sekitar Rp 45
000.Ini merupakan penghasilan tiap harinya dari pedagang sayur keliling yang
mengunakan sepeda motor. Pedagang keliling yang mengunakan mobil
memperlukan biaya yang sangat besar dan resiko yang sangat besar pula
dikarenakan dari sisi harga mobil itu sendiri yang sudah besar sedang biaya
transportasi atau biaya bensin dan perbaikan memperlukan uang yang cukup
besar pula. Selain itu resiko mengunakan mobil pengontrolanya akan barang
dangangan sangat rawan.
Kemampuan laba yang di peroleh dari para pedagang jika digunakan tiap
bulan bagi pedagang gendong adalah pas-pasan sedang untuk pedangang yang
mengunakan sepeda motor bisa mendapatkan keuntungan lebih jika orang
5
tersebut mampu menjual diatas 12% tiap harinya atau sekitar Rp 60 .000 tiap
harinya. Biasanya para pedangang ini menjual kedaerah tempat tingal namun ada
yang keluar dari daerah perkampungannya .Kebanyakan para pedagang sayur
keliling yang mengambil dari pasar Ampel berasal Kab. Boyolali dan Kab
Semarang yakni dari Kec Ampel sendiri, Kec Tengaran, Kec. Susukan Kec.Kali
wungu, Kec. Cepogo dan Kec. Selo.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan ditemukan gejala
gejala peoblematis sebagai berikut :
1. Ada
pedagang
sayur
keliling
yang
mengatakan
bahwa
kemampulabaan berdagang sayur keliling tidak dapat maksimal.
2. Ada pedagang sayur keliling yang mengatakan bahwa adanya variasi
pekerjaan selain berdagang sayur keliling, kemampulabaan juga dirasa
tidak dapat maksimal.
Berdasarkan gejala problematik diatas maka penulis menetukan masalahmasalah sebagai berikut:
a) Berapakah kemampulabaan pedagang sayur keliling ?
b) Adakah perbedaan antara kemampulabaan pedagang sayur keliling
yang tidak mempunyai pekerjaan selain berdagang keliling dan
kemampulabaan pedagang yang mempunyai pekerjaaan selain
berdagang keliling?
6
1.3.Tujuan Penelitian
Brdasarkan masalah penelitian diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
a) Mengetahui kemampulabaan pedagang sayur keliling dipasar pagi
Ampel Boyolali, mengunakan ukuran ROI dan ROE.
b) Mengetahui perbedaan antara kemampulabaan pedagang sayur
keliling pasar Ampel Boyolali yang tidak mempunyai pekerjaan selain
berdagang sayur keliling dan kemampulabaan pedagang sayur keliling
yang mempunyai pekerjaan selain berdagang sayur keliling
Setelah
tujuan
penelitian
dirumuskan,
selanjutnya
penelitian
ini
diharapkan mempunyai signifikansi atau manfaat secara akademis maupun
praktis.
1.4. Signifikansi Penelitian
1.4.1 Signifikansi Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori yang dikemukakan oleh
Muhammad Firdaus (2008:60) tentang laba yang menyatakan bahwa laba sebagai
ganjaran karena orang yang berani menangung resiko. Berdasarkan teori ini
termasuk biaya akan menetukan besar kecilnya laba yang diperoleh pedagang.
Selain itu laba juga akan semakin besar jika biaya dapat ditekan sedemikian
mungkin.
7
1.4.2. Signifikansi Praktis
1.4.2.1. Umum
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan mengenai
kemampulabaan pedagang sayur keliling.
1.4.2.2. Khusus
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi rekomendasi pada
pedagang sayur keliling Ampel dalam mendapatkan harga jual kepada konsumen
agar memperoleh laba. Laba yang besar dan terus menerus akan memberi
peluang
pedagang
sayur
keliling
di
pasar
Ampel
Boyolali.
Untuk
mengembangkan usahanya.
1.5.Keterbatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis mengalami beberapa kekurangan serta
keterbatasan waktu dalam menulis, biaya, dan tenaga serta ruang lingkup
penelitian ini hanya dikhususkan kepada pedagang sayur keliling saja, dari segi
pendapatan dan pekerjaan sampingan padahal masih banyak yang digali dari
beberapa hal. Peneliti hanya meneliti tentang kemampulabaan pedagang sayur
dilihat dari pekerjaan sampingan. Berdasarkan kekurangan ini di sesuaikan dan
keterbatasan yang penulis alami maka penelitian ini disesuaikan dengan tujuan
hendak dicapai dalam penelitian ini.
8
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang Masalah
Tujuan jangka pendek setiap usaha bisnis adalah umtuk memperoleh
laba. Perusahaan akan terus melakukan kegiatan bisnisnya jika ada laba atau
setidaknya pendapatan yang diperoleh, Perusahaan masih bisa menutup biaya
yang dikeluarkan. Perusahaan akan terus menghemat biaya yang dikeluarkan
agar diperoleh laba yang sebesar-besarnya. Dengan adanya laba yang terusmenerus, Perusahaan dapat mengembangkan usahanya, misalnya dengan
menambah jumlah produksinya dan dapat berinvestasi.
Kegiatan distribusi merupakan salah satu usaha bisnis
untuk
menciptakan atau memperoleh nilai guna barang dan tujuanya memenuhi
kebutuhan sehingga memperoleh keuntungan. Kegiatan
saluran distributor
terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan ( fungsi) yang
digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen ke
konsumen.
Ampel merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Boyolali yang
berada di kaki gunung Merbabu sebelah selatan berada diantara 500 m sampai
1300 m diatas permukaan air laut. Terdiri dari 20 desa dan berbatasan dengan
Kabupaten Semarang dan beberapa Kecamatan didaerah Kabupaten Boyolali
sendiri. Dengan luas 8.468,0571 Ha maka memperlukan sebuah pasar yang
mampu menapung apa yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat sendiri. Mulai
1
dari kebutuhan pokok, seperti bahan makanan, pakaian, alat bangunan sampai
kebutuhan yang sifatnya sekunder.
Kebutuhan bahan pokok khususnya pada makanan menyebabkan tidak
semuanya masyarakat di Ampel tidak membeli kebutuhanya ke pasar mereka
lebih memilih menunggu para pedangang keliling yang menjual sampai
kerumah-ruamh konsumen. Berbagai macam alasan yang mereka kemukakan
mulai malas kepasar karena panas ketika musim kemarau,becek ketika musim
penghujan atau tidak ada modal transportasi dan hal-hal lain yang menyebabkan
mereka engan pergi kepasar untuk berbelanja. Menjadikan kesempatan sebagian
orang untuk mendapatkan keuntungan dari sifat-sifat tersebut dengan
menjajakan sayur keliling kerumah-rumah.
Para pedagang sayur keliling membeli dagangnya kepasar Ampel mulai
pagi dini hari sampai menjelang siang.Para pedagang membeli barang-barang
yang dibutuhkan oleh pembeli yang sekiranya mereka butuhkan untuk para
konsumen. Para pedagang membeli barang langsung dari pedagang pasar Ampel
melalui system bayar di muka tanpa menuggu harus barang dagangnya habis
dahulu. Biasanya para pedagang membeli barang daganganya ada yang ukuran
per-kg tapi ada juga satuan per barang. Barang ukuran kg misalnya : daging
ayam, ikan segar, bumbu dapur dan lain sebagainya, Sedang mengunakan
ukuran per- satuan misalnya: tahu, tempe, gorengan, makanan ringan, roti dan
lain sebagainya. Ada pula dengan ukuran campuran ada yang ukuran per-kg dan
per-satuan misal:toge, sayuran dan lain sebaginya.
2
Para pedagang sayur keliling biasanya lebih mengharapkan barang yang
diinginkan sudah ada dibronjong sayur dari pada datang ke kios-kios pasar, bagi
pedagang sayur keliling yang mengunakan motor, yang mengunakan mobil atau
gendong. Sistem yang seperti ini lebih menguntungkan dan menghemat waktu.
Pedagang tinggal menunggu barang itu datang tapi jika belum maka pedagang
sayur keliling mendatangi ke kios- kios pedagang untuk mengambil barang itu.
Namun sistem ini tidak semuanya diterapkan oleh pedagang yang memiliki kios.
Sistem ini digunakan oleh pedagang kios jika ada suami, istri, anak atau
pembantu
yang ikut kepasar,
karena ini merupakan customer servis yang
dilakukan oleh para pendagang pasar.
Setelah semua barang terkumpul maka pedagang sayur keliling menata
barang dagangannya dengan rapi ketempat yang sudah tersediya ( bronjong,
mobil, atau keranjang). Barang yang cepat laku pasti diletakan pada posisi yang
mudah dijangkau dari pada barang yang jarang dicari pedagang seperti ayam, tak
semuanya membeli ayam tapi jika itu sayuran atau bumbu dapur atau makanan
ringan diletakkan pada tempat yang mudah jangkau. Ini sudah biasa dilakukan
tiap-tiap pedagang tidak hanya pedagang sayur keliling.
Setelah semua barang yang diinginkan telah dibeli dan terkumpul, maka
pedagang sayur keliling pergi untuk menjajakan dagangannya. Kepada
konsumen yang biasa membeli dari para pedagang sayur keliling. Sistem jual
beli yang dilakukan oleh pedagang sayur keliling biasanya jual beli langsung
atau beli ditempat, tapi ada juga pembeli dikarenakan sudah terbiasa akhirnya
mengutang dulu bahkan sampai menumpuk ratusan ribu.
3
Analisis kemampulabaan atau kemampuan menghasilkan laba digunakan
di berbagai bidang pedagang termasuk dibidang pedagang sayur keliling agar
dapat diketahui seberapa besar kemampulabaan pedagang dalam menghasilkan
laba.
1.2.Masalah penelitian
Seorang pedagang sayur keliling dalam mengeluarkan modal bervariatif,
disebabkan dari alat yang digunakan pedagang dalam berjualan dengan berbagai
cara diantaranya mengendong maka modal utama adalah badan sehat yang
selanjutnya memiliki keranjang untuk digunakan menaruh barang-barang
daganganya yang di inginkan oleh para konsumenya. Kalau di hitung maka
modal ini sangat sedikit. Bermodalkan keranjang dengan harga kisaran Rp
15.000,00 dan selendang seharga Rp 10.000. Modal untuk membeli barang
daganganya sekitar Rp 200.000,00 – Rp 300.000,00 untuk setiap kali jualan
dengan keuntungan sekitar 10% - 15 %. Sekitar Rp 20 000,00 sampai Rp 45
000,00.
Motor yang digunakan mualai dari motor yang keluaran tahun 1990-an
sampai yang terbaru 2013 semuanya ada, tinggal kemampuan dari para
pedagang itu sendiri. Sepada motor yang digunakan adalah motor bebek yang
keluaran sekitar tahun 2000 keatas sekitar 70% sedang dibawah tahun 2000
sekitar 30% ada juga yang mengunakan motor sejenis Mega-pro, Gl –pro, King
dan lain-lain yang sejenis kisaran tahun juga sama dengan botor bebek.. Kisaran
motor yang dibawah tahun 2000 adalah sekitar Rp.2 000.000,00 sampai Rp.5
000.000,00 sedang motor yang keluaran tahun 2000 ke atas berada di kisaran
4
Rp. Rp. 5.000.000,00 ke atas. Selain dari motor pedagang sayur keliling yang
mengunakan motor masih harus membuat bronjong yang dibuat rak-rak kecil
berbentuk almari. Biasanya ini terbuat dari kayu dan jaring alumunium atau
terbuat dari bambu atau kayu. Biaya untuk membuat ini berfariatif tergantung
dari besar kecilnya tempat sayur dan tingkat kerumitan dari pada bronjong sayur
itu sendiri. Tempat sayur yang terbuat dari kayu lebih mahal di sebabkan
kayunnya sudah malah sekitar Rp 300.000 sedang yang mengunakan bambu
memperlukan biaya sekitar Rp.12 000,00 sedang modal untuk sekali berjualan
adalah sekitar Rp 350.000 sampai Rp700.000 dengan keuntungan 10%-15%
adalah sekitar Rp 35 000 – Rp 105.000 untuk tiap kali jualan. Jika di ambil
pedagang mengunakan biaya yang menegah dengan motor tahun 2000 an sekitar
Rp 5 000 000 dan biaya bronjong Rp120 000 dan di tambah biaya modal dan
transport sekitar Rp 450 000 tambah transport Rp 10.000 jadi Rp 460.000 tiap
kali jalan. Maka pedagang sayur keliling mendapatkan keuntungan sekitar Rp 45
000.Ini merupakan penghasilan tiap harinya dari pedagang sayur keliling yang
mengunakan sepeda motor. Pedagang keliling yang mengunakan mobil
memperlukan biaya yang sangat besar dan resiko yang sangat besar pula
dikarenakan dari sisi harga mobil itu sendiri yang sudah besar sedang biaya
transportasi atau biaya bensin dan perbaikan memperlukan uang yang cukup
besar pula. Selain itu resiko mengunakan mobil pengontrolanya akan barang
dangangan sangat rawan.
Kemampuan laba yang di peroleh dari para pedagang jika digunakan tiap
bulan bagi pedagang gendong adalah pas-pasan sedang untuk pedangang yang
mengunakan sepeda motor bisa mendapatkan keuntungan lebih jika orang
5
tersebut mampu menjual diatas 12% tiap harinya atau sekitar Rp 60 .000 tiap
harinya. Biasanya para pedangang ini menjual kedaerah tempat tingal namun ada
yang keluar dari daerah perkampungannya .Kebanyakan para pedagang sayur
keliling yang mengambil dari pasar Ampel berasal Kab. Boyolali dan Kab
Semarang yakni dari Kec Ampel sendiri, Kec Tengaran, Kec. Susukan Kec.Kali
wungu, Kec. Cepogo dan Kec. Selo.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan ditemukan gejala
gejala peoblematis sebagai berikut :
1. Ada
pedagang
sayur
keliling
yang
mengatakan
bahwa
kemampulabaan berdagang sayur keliling tidak dapat maksimal.
2. Ada pedagang sayur keliling yang mengatakan bahwa adanya variasi
pekerjaan selain berdagang sayur keliling, kemampulabaan juga dirasa
tidak dapat maksimal.
Berdasarkan gejala problematik diatas maka penulis menetukan masalahmasalah sebagai berikut:
a) Berapakah kemampulabaan pedagang sayur keliling ?
b) Adakah perbedaan antara kemampulabaan pedagang sayur keliling
yang tidak mempunyai pekerjaan selain berdagang keliling dan
kemampulabaan pedagang yang mempunyai pekerjaaan selain
berdagang keliling?
6
1.3.Tujuan Penelitian
Brdasarkan masalah penelitian diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
a) Mengetahui kemampulabaan pedagang sayur keliling dipasar pagi
Ampel Boyolali, mengunakan ukuran ROI dan ROE.
b) Mengetahui perbedaan antara kemampulabaan pedagang sayur
keliling pasar Ampel Boyolali yang tidak mempunyai pekerjaan selain
berdagang sayur keliling dan kemampulabaan pedagang sayur keliling
yang mempunyai pekerjaan selain berdagang sayur keliling
Setelah
tujuan
penelitian
dirumuskan,
selanjutnya
penelitian
ini
diharapkan mempunyai signifikansi atau manfaat secara akademis maupun
praktis.
1.4. Signifikansi Penelitian
1.4.1 Signifikansi Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori yang dikemukakan oleh
Muhammad Firdaus (2008:60) tentang laba yang menyatakan bahwa laba sebagai
ganjaran karena orang yang berani menangung resiko. Berdasarkan teori ini
termasuk biaya akan menetukan besar kecilnya laba yang diperoleh pedagang.
Selain itu laba juga akan semakin besar jika biaya dapat ditekan sedemikian
mungkin.
7
1.4.2. Signifikansi Praktis
1.4.2.1. Umum
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan mengenai
kemampulabaan pedagang sayur keliling.
1.4.2.2. Khusus
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi rekomendasi pada
pedagang sayur keliling Ampel dalam mendapatkan harga jual kepada konsumen
agar memperoleh laba. Laba yang besar dan terus menerus akan memberi
peluang
pedagang
sayur
keliling
di
pasar
Ampel
Boyolali.
Untuk
mengembangkan usahanya.
1.5.Keterbatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis mengalami beberapa kekurangan serta
keterbatasan waktu dalam menulis, biaya, dan tenaga serta ruang lingkup
penelitian ini hanya dikhususkan kepada pedagang sayur keliling saja, dari segi
pendapatan dan pekerjaan sampingan padahal masih banyak yang digali dari
beberapa hal. Peneliti hanya meneliti tentang kemampulabaan pedagang sayur
dilihat dari pekerjaan sampingan. Berdasarkan kekurangan ini di sesuaikan dan
keterbatasan yang penulis alami maka penelitian ini disesuaikan dengan tujuan
hendak dicapai dalam penelitian ini.
8