Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Bersaing Sekolah Menengah Atas Kristen 1 Salatiga T2 942012004 BAB II
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Banyak informasi mengenai strategi bersaing yang tersedia. Namun sebagian besar sumber yang ada tidak terkait langsung dengan penerapan di dunia pendidikan. Oleh sebab itu telaah pustaka dalam penelitian ini disusun dengan mengumpulkan informasi dari jurnal, internet dan buku-buku mengenai strategi bersaing pada dunia bisnis yang kemudian diaplikasikan dalam dunia pendidikan sesuai tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini.
2.1 Strategi Bersaing
Strategi bersaing yang biasa dilakukan dalam perusahaan adalah strategi pemasaran. Strategi pemasaran ini dikenal dengan 4P yaitu, Product (produk barang dan jasa), Price (harga), Place (tempat), Promotion (promosi). Untuk itu seorang wirausaha dapat berkembang dan berhasil justru karena berkemampuan dalam penelitian dan pengembangan sehingga tercipta barang-barang yang bernilai dan unggul di pasar. Dalam manajemen strategi baru, Mintzberg (20014) mengemukakan 5P yang sama artinya dengan konsep strategi yaitu, perencanaan (plan), pola (patern), posisi (position), prespektif (prespective), permainan atau taktik (play).
(2)
1. Perencanaan
Konsep strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan pada masa akan datang. Akan tetapi, tidak selamanya strategi adalah perencanaan ke masa yang akan datang yang belum dilaksanakan, tetapi starategi juga menyangkut segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya pola-pola perilaku bisnis yang dilakukan pada masa lampau misalnya kualitas, pelayanan, dan kebersihan. Inilah yang menjadi strategi perusahaan McDonald s.
2. Pola
Menurut Mintzberg, strategi adalah pola (srategy is patern) namun dapat di sebut intended strategy apabila telah dilakukan oleh perusahaan.
3. Posisi
Definisi stratedi ketiga menurut Mintzberg adalah strategy position yaitu memosisikan produk tertentu ke pasar yang dituju.
4. Prespektif
Definisi stategi yang keempat adalah prespektif, jika P keuda dan ketiga cenderung melihat
(3)
kebawah dan keluar, sebaliknya prespektif cenderung melihat kedalam, yaitu organisasi dan ke atas, yaitu melihat grand vision dari perusahaan.
5. Permainan atau taktik
Disamping keempat definisi strategi sebelumnya ada juga definisi kelima yang lebih kusus yaitu play. Menurutnya itu adalah strategi dengan maneuver tertentu untuk memperdaya lawang atau pesaing. Sesuatu merek misalnya, meluncurkan merek kedua agar posisi tetap kukuh dan tidak tersentuh karena merek-merek pesaing akan sibuk berperang melawan merek kedua tadi.
Sehingga dapat diktakan bahwa strategi bersaing merupakan upaya sekolah untuk menghadapi persaingan dengan cara memberikan berbagai hal yang terbaik guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Strategi bersaing yang dijalankan oleh sekolah dapat terjadi dari keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Dengan menjalankan strategi bersaing maka sekolah akan mampu untuk bertahan dan bahkan akan berkembang dari waktu ke waktu meskipun diperhadapkan dengan persaingan (Porter 2007).
(4)
Kehadiran lembaga pendidikan sebagai salah satu pranata sosial budaya saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks. Lembaga pendidikan kini berhadapan dengan derasnya arus perubahan akibat globalisasi yang memunculkan persaingan dalam pengelolaan lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta. Akibat adanya globalisasi sebagaimana disebutkan di atas, persaingan kini telah menjadi semakin sengit karena tidak lagi terbatas pada persaingan antar sesama perusahaan domestik, tetapi juga dengan perusahaan multinasional dari manapun juga. Ini terjadi pada hampir semua bidang usaha, bukan hanya pada bidang bisnis saja, tetapi persaingan tersebut juga telah merambah ke dunia pendidikan kita, mulai dari Play group, SD, SLTP, SLTA, Universitas, bahkan ke institusi-institusi pendidikan lainnya (Subiliyanto 2012).
Berkaitan dengan meningkatnya persaingan dalam bidang pendidikan ini, terjadi pula perubahan pada perilaku konsumen, dalam hal ini yang dimaksud adalah masyarakat (orangtua dan siswa), maupun dunia usaha. Karena banyaknya pilihan, konsumen kini menjadi semakin banyak tuntutan, baik mengenai kualitas lulusan dan biaya pendidikan maupun fasilitas pendidikan. Bargaining power masyarakat meningkat sedemikian rupa sehingga industri atau dunia pendidikan terpaksa harus melayaninya, kalau tidak
(5)
mau akan tersingkir dari kancah persaingan yang makin berat.
Dalam situasi lingkungan yang penuh dengan dinamika ini, manajemen pendidikan harus dapat menciptakan organisasi yang dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat pada umumnya dan objek pendidikan (Siswa dan orangtua) pada khususnya. Saat yang bersamaan dapat pula bersaing secara efektif dalam konteks lokal, nasional bahkan dalam konteks global (Tjiptono 1996). Dengan kata lain dunia pendidikan kini dituntut untuk mengembangkan manajemen strategi dan operasi yang pada dasarnya banyak diterapkan dalam dunia usaha, sebagai langkah antisipatif terhadap kecenderungan-kecenderungan baru guna mencapai dan mempertahankan posisi bersaingnya, sehingga nantinya dapat dihasilkan manusia-manusia yang memiliki sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan zaman (Porter 2007).
Salah satu sumber (staff.uny.ac.id) menyebutkan bahwa beberapa faktor secara dominan mempengaruhi daya saing sebuah lembaga pendidikan antara lain: a. Lokasi, lembaga pendidikan akan memiliki lokasi
(6)
b. Keunggulan nilai, misalnya kelebihan kurikulum yang diterapkan, sumberdaya manusia, sarana prasarana hingga keunggulan kerja sama.
c. Kebutuhan Masyarakat, hal ini berkaitan dengan kemampuan lembaga pendidikan dalam memberikan kualitas yang baik dalam bidang Kurikulum (Pembelajaran) maupun Ekstrakurikuler guna memenuhi kebutuhan masyarakat (Kutipan).
Strategi bersaing yang efektif mencakup tindakan-tindakan menyerang (ofensif) ataupun bertahan (defensive) guna menciptakan posisi bertahan yang aman (defendable position). Tujuan dari strategi bersaing adalah untuk membina posisi dimana suatu lembaga dapat melindungi diri sendiri dengan sebaik-baiknya terhadap kekuatan tekanan persaingan atau dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara positif. Kunci untuk mengembangkan strategi adalah menyelidiki dan menganalisis sumber masing-masing kekuataan tersebut (Porter 2007).
Dalam menghadapi persaingan, terdapat tiga pendekatan strategi generik yang secara propesional dapat mengungguli pesaing lainnya dalam satu bidang yaitu keunggulan biaya menyeluruh, diferensiasi dan fokus (Porter 2007). Strategi ini memungkinkan satu lembaga untuk mendapatkan keunggulan yang terbaik
(7)
dari pesiangnya dalam suatu lingkup usaha (David 2008).
Pemikiran yang melandasi konsep strategi generik adalah bahwa keunggulan bersaing adalah inti dari strategi apapun, dan mencapai keunggulan bersaing mengharuskan suatu lembaga untuk menentukan pilihan (Porter 1992). Suatu lembaga harus memilih jenis kelunggulan bersaing yang akan dicapainya serta cakupan pasar tempat lembaga akan mencapainya. Lembaga tersebut juga perlu melakukan yang lebih baik dari pada pesainggnya, misalnya menemukan produk baru; memberikan kualitas yang terbaik, harga yang paling rendah, layanan pelanggan yang terbaik; atau mempunyai teknologi pintas yang terbaik ( Sarwono 2011).
Dalam penentuan strategi bersaing, suatu lembaga perlu mempertimbangkan besar dan posisi dari lembaga itu sendiri. Dalam konteks pendidikan, hal ini dimaksudkan dengan melihat kepada kondisi sekolah apakah tergolong sekolah yang besar, maju dan berkembang ataukah sebaliknya (Lubis 2004). Jika sekolah termasuk kategori besar dan berkembang maka dimungkinkan dapat menerapkan strategi tertentu yang tidak biasa dilakukan oleh sekolah lainnya yang lebih kecil. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa sekolah yang lebih kecil juga dapat melakukan
(8)
strateginya sendiri yang mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama atau bahkan lebih baik dari pada sekolah yang besar. Oleh karena itu, dalam menentukan strategi bersaing, setiap sekolah harus mengembangkan keunggulan bersaing yang tidak mudah diimitasi oleh pesaing. Keunggulan bersaing tersebut diciptakan melalui efisiensi, kualitas produk, dan inovasi (Wijaya 2008).
KEUNGGULAN STRATEGIS Keunggulan yang
dirasakan Posisi Biaya Pelanggan Rendah
Gambar 2.1 Tiga Strategi bersaing Generik (Porter 2007) 2.1.1 Keunggulan Biaya
Dalam srategi keunggulan biaya, suatu lembaga berusaha menjadi produsen berbiaya rendah dalam bidangnya. Biaya rendah adalah kemampuan sebuah unit bisnis atau suatu lembaga untuk merancang, membuat, dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisisen dari pada pesainggnya (Hunger & Wheelen 2003).
Dalam konteks lembaga pendidikan keunggulan biaya yaitu strategi sekolah dalam mengefisienkan Tingkat Strategis
Cakupan Luas Diferensiasi Keunggulan biaya
Hanya Segmen Tertentu
(9)
seluruh biaya operasionalnya sehingga menghasilkan jasa yang bisa dijual lebih murah dibandingkan pesaingnya. Strategi keunggulan biaya ini berfokus pada harga, sehingga pada umumnya sekolah tidak memperhatikan berbagai faktor pendukung dari jasa atau harga. Hal utama bagi pihak sekolah adalah menawarkan jasa dengan harga yang sangat bersaing (Wijaya 2008). Akan tetapi, dalam menjalankan strategi ini setiap sekolah perlu menetapkan harga yang paling tepat sehingga dapat memberikan keuntungan, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang (Lubis 2004). Keunggulan sekolah juga tidak selalu harus memberikan harga yang selalu murah, namun sekolah boleh memberikan harga yang lebih tinggi tetapi pelanggan harus merasakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan harganya.
Posisi biaya rendah membuat perusahan dalam hal ini sekolah mampu bertahan terhadap persingan harga yang terjadi. Karena pembeli hanya dapat menggunakan kekuatannya untuk menekan harga sampai tingkat harga yang paling efisien. Jika sekolah dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan biaya menyeluruh, sekolah ini akan menjadi sekolah yang prestasinnya diatas rata-rata dalam bidang pendidikan jika ia dapat mengatur agar harganya setingkat atau mendekati harga rata-rata dalam bidangnya. Dengan harga setara atau sedikit lebih rendah dari pada harga
(10)
pesaingnya, posisi biaya rendah dari sekolah yang unggul biaya ini akan terwujud dalam bentuk keuntungan yang lebih tinggi (Porter 1992).
Table 2.1 Ciri-ciri Strategi Keunggulan Biaya Ciri-ciri Startegi Keunggulan Biaya Basis dari keunggulan
Kompetatif Biaya-biaya lebih rendah biladibandingkan dengan pesaing-pesaing
Target Startegi Pangsa pasar yang luas
Penekanan Produksi Pencarian menerus untuk
pengurangan biaya tanpa
mengurangi kualitas yang diterima dan fitur-fitur yang penting.
Penekanan Pemasaran Mencoba membuat fitur-fitur produk lebih baik yang ditawarkan dengan harga rendah
Mempertahankan Strategi Harga-harga yang ekonomis. Kuncinya adalah mengelola biaya-biaya menurun setiap tahun dalam semua aspek.
Sumber: Widhyaestoeti (2012) dalam Jubelina (2013) 2.1.2 Diferensiasi
Strategi generik yang ke dua adalah diferensiasi. Diferensiasi adalah salah satu strategi organisasi yang memberikan perbedaan yang lebih unik dari pada pesaing, sehingga dengan perbedaan itu konsumen memiliki niali yang lebih tinggi, Thompson dan Strickland (1998). diferensiasi terutama pada produk sangat penting karena persaingan yang ketat pada dunia
(11)
pendidikan sekarang menuntut untuk melakukan berbagai strategi guna menciptakan produk yang dapat diterima baik oleh konsumen dan tidak kalah bersaing dengan produk lainnya. Dasar pemikiran strategi diferensiasi menuntut sekolah untuk memiliki keistimewaan yang bisa membedakan dirinya dari para pesaing. Misalnya kualitas kinerja, layanan yang lebih baik, merek yang lebih unggul, gaya dan rancangan, inovasi produk dan sebagainya (wijaya 2008).
Untuk tercapainya diferensiasi yang lebih baik dari pada pesaingnya maka diperlukan biaya yang sangat mahal (Porter 2007). Sebab, dengan melakukan diferensiasi atau menjadi berbeda maka lembaga tersebut akan memberikan sesuatu yang bernilai. Itulah alasan untuk membayar sebuah produk atau jasa dengan harga yang tinggi. Harga tinggi untuk sebuah produk yang ditawarkan menunjukan bahwa produk tersebut sangat bernilai. Harga yang tinggi menjadi keunggulan kualitas bagi produk itu sendiri Trout dan Rivkin (2001) dalam Jubelina (2013).
Dengan adanya konteks diatas, maka pelanggan akan bersedia membayar dengan harga yang tinggi untuk produk atau jasa yang terdiferensiasi karena sesuatu yang ditawarkan oleh sekolah benar-benar berbeda dan unik serta tidak ada kemungkinan untuk ditemukan hal sejenis pada sekolah lainnya (Hitt ddk 1997). Untuk itu, sekolah yang menerapkan strategi
(12)
diferensiasi dengan beban yang tinggi atas produknya harus menyediakan segala hal dengan kualitas yang tinggi sehingga pelanggan merasa puas dengan layanan sekolahnya.
Keberhasilan sekolah yang dilihat dari strategi diferensiasi yaitu pada kurikum, program pendidikan, fasilitas, kemudahan askes, proses pendidikan dan layanan pendidikan. Semakin banyak aspek yang dimiliki tentu memperkuat struktur lembaga pendidikan secara maksimal (Purwanto 2011).
Sekolah kemudian melakukan diferensiasi untuk membuatnya terus unggul. Mendapat kepercayaan dan kesetiaan dari pelanggan, mendapatkan hasil yang lebih besar dari biaya diferensiasi serta mencegah para pesaing mengembangkan cara untuk meniru hal unik yang diterapkan (David 2008 dan Tjiptono 2001).
Hal yang perlu diperhatikan dan diterapkan sekolah yang menggunakan strategi diferensiasi, diungkapkan oleh wijaya (2008) yaitu sekolah harus memiliki guru dengan tingkat kreatifitas yang tinggi, fokus sekolah jangka panjang, kerjasama yang tinggi antara guru yang saling melengkapi, perhatian guru yang cukup terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan, adanya keseimbangan antara hasil pendidikan dengan proses pendikan, dan memiliki toleransi tinggi terhadap ketidakpastian kondisi disekolahnya. Hal ini bertujuan
(13)
agar sekolah dapat menikmati hasil dari usaha yang telah dilakukan dan sekolah benar-benar dianggap unik.
Table 2.2 Ciri-ciri Startegi Diferensiasi Ciri-ciri Strategi Diferensiasi Basis dari keunggulan
kompetatif Kemampuan sesuatu yang berbeda darimenawarkan pesaing-pesaing
Target Strategis Pangsa pasar yang luas
Penekanan produksi Menemukan cara-cara untuk menciptakan nilai kepada masyarakat dan mendorong ke produk yang berkualitas
Penekanan Pemasaran Membangun fitur-fitur yang dapat membuat masyarakat bersedia membayar dengan harga yang tinggi untuk menutupi biaya ekstra dari fitur-fitur yang berbeda
Mempertahankan Strategi Mengkomunikasikan sesuatu yang berbeda dengan cara menguntungkan. Menekankan inovasi-inovasi untuk selalu berada di depan pesiang-pesaing yang meniru
Sumber: Widhyaestoeti 2012 dalam Jubelina 2013 2.1.3 Fokus
Strategi generik yang ketiga adalah fokus. Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu lembaga yang mampu melayani target strateginya yang sempit secara lebih efektif dan
(14)
efisien dibandingkan pesaing yang bersaing lebih luas. Strategi ini menjadi paling efektif ketika konsumen memiliki persyaratan yang unik dan ketika lembaga pesaing lainnya tidak berusaha untuk berspesialisasi dalam target segmen yang sama (David 2008). Sebagai akibatnya, suatu lembaga akan mencapai diferensiasi karena mampu memenuhi kebutuhan target tertentu (Porter 2007).
Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup, terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai keberhasilannya. Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak diminati oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu.
Strategi fokus berusaha untuk mencapai keunggulan bersaing di dalam segmen sasaran walaupun tidak memiliki keunggulan bersaing secara keseluruhan. Strategi fokus memiliki dua varian, yaitu fokus biaya, dan fokus diferensiasi. Fokus biaya adalah strategi bersaing yang berfokus pada kelompok masyarakat atau lingkungan yang mencoba melayani segmen target dan mengabaikan yang lain. Dalam menggunakan fokus biaya, suatu lembaga mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya (Poter 2010).
(15)
Sedangkan dalam menggunakan fokus diferensiasi, suatu lembaga mencari diferensiasi dan memanfatkan kebutuhan khusus masyarakat pada segmen tertentu. Strategi ini dihargai karena ada keyakinan bahwa lembaga yang memfokuskan usaha-usahanya dalam sasaran yang sempit lebih efektif dari pada pesaingnya. (Hunger & Wheelen 2003).
Strategi fokus dalam lembaga pendidikan, yaitu sekolah mampu menggarap satu target pasar tertentu. Hal ini diawali dengan penentuan pangsa pasar oleh lembaga pendidikan. Dalam masyarakat terdapat tiga kelompok utama secara ekonomi yaitu kelompok masyarakat tidak mampu, kelompok masyarakat menengah dan kelompok masyarakat mampu. Dari tiga kelompok masyarakat ini, lembaga pendidikan memilih dengan melihat pada kondisi sekolah termasuk dana pendidikan yang diperlukan (Purwanto 2011).
Strategi fokus biasanya dilakukan untuk jasa yang mempunyai karakteristik khusus. Misalnya, pada Sekolah Kristen yang hanya di targetkan bagi siswa Kristiani sehingga semuanya disesuaikan dengan ajaran agama Kristiani meskipun tidak menutup kemungkinan bagi siswa yang beragama lain. Hal terpenting fokus utama dapat terlaksana, perubahan dapat terjadi seiring berjalannya waktu.
(16)
Table 2.1 Ciri-ciri Strategi Fokus
Ciri-ciri Strategi Fokus
Basis dari keunggulan
kompetatif Biaya rendah dalam melayanikelompok tertentu atau
kemampuan menawarkan
sesuatu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan selera dari kelompok tersebut
Target Strategis Segmen pasar sempit (kelompok tertentu)
Penekanan Produksi Dibuat khusus untuk segmen tertentu
Penekanan Pemasaran Mengkomunikasikan
kemampuan unik produk untuk memuaskan kebutuhan khusus dari pembeli
Mempertahankan Strategis Secara penuh melayani pelanggan dengan lebih baik dari pesaing-pesaingnya.
Sumber: Widhyaestoeti 2012 dalam Jubelina 2013 2.2 Sekolah Kristen.
Sekolah Kristen adalah lembaga pendidikan sekolah yang menyelenggarakan pengajaran dan pendidikan umum dalam rangka pendidikan nasional. Sekolah Kristen diselenggarakan atas dasar iman dan keyakinan Kristen, namun dapat memberikan masukan yang positif bagi pengembangan kebudayaan bangsa karena sekolah Kristen berada di dalam negara dan diselenggarakan untuk kepentingan negara (Wirowijojo 2011).
(17)
Melalui sekolah Kristen maka nilai-nilai Kristiani diterjemahkan dalam proses belajar mengajar, penyelenggara organisasi serta kehidupan secara menyeluruh dan sebagai wujud nyata pelayanan kepada masyarakat luas (Sairin 2011). Sekolah Kristen terbuka bagi semua peserta didik tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, golongan dan kedudukan sosial seseoang.
Menurut Suminto (1986) dalam Sulasmono (2010) menyebutkan bahwa perkembangan sekolah-sekolah Kristen dialami pada masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda pada abad ke 17. Namun berjalannya waktu, banyak sekolah-sekolah Kristen di berbagai tempat terpaksa harus di tutup, itu merupakan suatu persoalan serius dalam dunia pendidikan Kristen di Indonesia saat ini. Serius, karena secara langsung hal itu mengancam eksistensinya.
Hal ini sejalan dengan (Simbolon 2011) yang mengungkapkan bahwa Merosotnya sekolah-sekolah, merupakan salah satu fenomena menarik dalam sejarah pendidikan Kristen di jawa tengah dan Di Yogyakarta dalam dekade sembilan puluhan. Sekolah-sekolah yang dulunya popular serta dikenal sebagai sekolah yang terbaik, kini menjadi kekurangan murid. Sehinga menurut (Widihandojo 2000) penyebab terpuruknya sekolah yang pernah berhasil terletak pada suatu proses dimana manajemen cenderung hanya mendasarkan diri
(18)
pada pola-pola pembentukan yang telah mapan. Akibatnya terciptalah suatu kelemahan manajerial dalam memberikan respons yang efektif terhadap perubahan lingkungan. Kelemahan manajemen, yang terjadi yaitu kerjasama yang tidak harmonis antara pengurus dengan kepala sekolah, konflik internal yang berkepanjangan, pengurus yang kurang perhatian terhadap perkembangan sekolah, dan masalah kesejahteraan yang tidak diperhatikan. Masalah-masalah ini sangat signifikan terhadap kesehatan manajemen sekolah.
2.2.1 Tujuan dan Fungsi Sekolah Kristen
Dalam dunia pendidikan, sekolah Kristen hadir dengan tujuannya yaitu menyediakan sekolah Kristen yang berekualitas, melaksanakan amanat Tuhan Yesus melalui bidang pendidikan dan memberikan subangsi bagi bangsa Indonesia dalam rangka mencerdaskan bangsa (Wirowidjojo 2011).
Sekolah Kristen juga memiliki beberapa fungsi yaitu (Sairin 2011)
a. Fungsi pendidikan dan pengajaran, yaitu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
b. Fungsi pembinaan, yaitu menolong dan membimbing peserta didik.
c. Fungsi pelayanan yaitu kehadiran diri sebagai berkatbagi masyarakat.
(19)
d. Fungsi kesaksian dan pelayanan yaitu sebagai wahana untuk menyaksikan injil kristus serta memperkenalkan kehidupan Kristen.
2.3 Penelitian yang Relevan
Strategi bersaing juga sudah diterapkan dalam dunia pendidikan dan yang membahas tentang hal tersebut masih terbatas. Sejauh ini detemukan beberap penelitian salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Jubelina (2013) tentang Strategi Bersaing Sekolah Kristen Lentera Ambarawa. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menentukan strategi bersaing pada sekolah tersebut untuk dapat bertahan dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah negeri maupun swasta lainnya. Hasil dari penelitian yang dilakukan menjukkan bahwa dalam menghadapi persaingan sekolah tersebut harus menerapkan strategi fokus, strategi keunggulan biaya, maupun strategi diferensiasi. Penelitian lainnya oleh Eluis (2008) tentang Membangun Daya Saing Bangsa Melalui Pendidikan yang menunjukan bahwa untuk dapat meningkatkan daya saing bangsa bukan saja melalui aspek Input dan output melainkan yang sangat penting adalah proses. Penelitian lainnya yaitu oleh Abdul Hakim Halim (2012) tentang Menuju Penyusunan Strategi Peningkatan Daya Saing Pendidikan Tinggi Teknik Industri yang menujukan hasil-hasil adanya perkembangan dalam
(20)
bidang kurikulum untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam sumber lainnya disebutkan juga bahwa untuk meningkatkan daya saing sekolah maka dilakukan pemasaran jasa pendidikan (Wijaya 2008) selain itu juga salah satu kunci keberhasilan dalam persaingan sekolah adalah manajemen pemasaran. Sedangkan penelitan lain yaitu oleh Shofwan (2011) tetang analisis strategi bersaing dalam manajemen peningkatan mutu di SMK Negeri 4 Kota Malang. Hasilnya menunjukan bahwa untuk mendapatkan keunggulan bersaing maka terdapat beberapa aspek yang dilakukan pada tahapan Input, Proses dan Outpu.
(1)
Sedangkan dalam menggunakan fokus diferensiasi, suatu lembaga mencari diferensiasi dan memanfatkan kebutuhan khusus masyarakat pada segmen tertentu. Strategi ini dihargai karena ada keyakinan bahwa lembaga yang memfokuskan usaha-usahanya dalam sasaran yang sempit lebih efektif dari pada pesaingnya. (Hunger & Wheelen 2003).
Strategi fokus dalam lembaga pendidikan, yaitu sekolah mampu menggarap satu target pasar tertentu. Hal ini diawali dengan penentuan pangsa pasar oleh lembaga pendidikan. Dalam masyarakat terdapat tiga kelompok utama secara ekonomi yaitu kelompok masyarakat tidak mampu, kelompok masyarakat menengah dan kelompok masyarakat mampu. Dari tiga kelompok masyarakat ini, lembaga pendidikan memilih dengan melihat pada kondisi sekolah termasuk dana pendidikan yang diperlukan (Purwanto 2011).
Strategi fokus biasanya dilakukan untuk jasa yang mempunyai karakteristik khusus. Misalnya, pada Sekolah Kristen yang hanya di targetkan bagi siswa Kristiani sehingga semuanya disesuaikan dengan ajaran agama Kristiani meskipun tidak menutup kemungkinan bagi siswa yang beragama lain. Hal terpenting fokus utama dapat terlaksana, perubahan dapat terjadi seiring berjalannya waktu.
(2)
Table 2.1 Ciri-ciri Strategi Fokus
Ciri-ciri Strategi Fokus
Basis dari keunggulan
kompetatif Biaya rendah dalam melayanikelompok tertentu atau kemampuan menawarkan sesuatu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan selera dari kelompok tersebut
Target Strategis Segmen pasar sempit (kelompok tertentu)
Penekanan Produksi Dibuat khusus untuk segmen tertentu
Penekanan Pemasaran Mengkomunikasikan
kemampuan unik produk untuk memuaskan kebutuhan khusus dari pembeli
Mempertahankan Strategis Secara penuh melayani pelanggan dengan lebih baik dari pesaing-pesaingnya.
Sumber: Widhyaestoeti 2012 dalam Jubelina 2013 2.2 Sekolah Kristen.
Sekolah Kristen adalah lembaga pendidikan sekolah yang menyelenggarakan pengajaran dan pendidikan umum dalam rangka pendidikan nasional. Sekolah Kristen diselenggarakan atas dasar iman dan keyakinan Kristen, namun dapat memberikan masukan yang positif bagi pengembangan kebudayaan bangsa karena sekolah Kristen berada di dalam negara dan diselenggarakan untuk kepentingan negara (Wirowijojo 2011).
(3)
Melalui sekolah Kristen maka nilai-nilai Kristiani diterjemahkan dalam proses belajar mengajar, penyelenggara organisasi serta kehidupan secara menyeluruh dan sebagai wujud nyata pelayanan kepada masyarakat luas (Sairin 2011). Sekolah Kristen terbuka bagi semua peserta didik tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, golongan dan kedudukan sosial seseoang.
Menurut Suminto (1986) dalam Sulasmono (2010) menyebutkan bahwa perkembangan sekolah-sekolah Kristen dialami pada masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda pada abad ke 17. Namun berjalannya waktu, banyak sekolah-sekolah Kristen di berbagai tempat terpaksa harus di tutup, itu merupakan suatu persoalan serius dalam dunia pendidikan Kristen di Indonesia saat ini. Serius, karena secara langsung hal itu mengancam eksistensinya.
Hal ini sejalan dengan (Simbolon 2011) yang mengungkapkan bahwa Merosotnya sekolah-sekolah, merupakan salah satu fenomena menarik dalam sejarah pendidikan Kristen di jawa tengah dan Di Yogyakarta dalam dekade sembilan puluhan. Sekolah-sekolah yang dulunya popular serta dikenal sebagai sekolah yang terbaik, kini menjadi kekurangan murid. Sehinga menurut (Widihandojo 2000) penyebab terpuruknya sekolah yang pernah berhasil terletak pada suatu proses dimana manajemen cenderung hanya mendasarkan diri
(4)
pada pola-pola pembentukan yang telah mapan. Akibatnya terciptalah suatu kelemahan manajerial dalam memberikan respons yang efektif terhadap perubahan lingkungan. Kelemahan manajemen, yang terjadi yaitu kerjasama yang tidak harmonis antara pengurus dengan kepala sekolah, konflik internal yang berkepanjangan, pengurus yang kurang perhatian terhadap perkembangan sekolah, dan masalah kesejahteraan yang tidak diperhatikan. Masalah-masalah ini sangat signifikan terhadap kesehatan manajemen sekolah.
2.2.1 Tujuan dan Fungsi Sekolah Kristen
Dalam dunia pendidikan, sekolah Kristen hadir dengan tujuannya yaitu menyediakan sekolah Kristen yang berekualitas, melaksanakan amanat Tuhan Yesus melalui bidang pendidikan dan memberikan subangsi bagi bangsa Indonesia dalam rangka mencerdaskan bangsa (Wirowidjojo 2011).
Sekolah Kristen juga memiliki beberapa fungsi yaitu (Sairin 2011)
a. Fungsi pendidikan dan pengajaran, yaitu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
b. Fungsi pembinaan, yaitu menolong dan membimbing peserta didik.
c. Fungsi pelayanan yaitu kehadiran diri sebagai berkatbagi masyarakat.
(5)
d. Fungsi kesaksian dan pelayanan yaitu sebagai wahana untuk menyaksikan injil kristus serta memperkenalkan kehidupan Kristen.
2.3 Penelitian yang Relevan
Strategi bersaing juga sudah diterapkan dalam dunia pendidikan dan yang membahas tentang hal tersebut masih terbatas. Sejauh ini detemukan beberap penelitian salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Jubelina (2013) tentang Strategi Bersaing Sekolah Kristen Lentera Ambarawa. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menentukan strategi bersaing pada sekolah tersebut untuk dapat bertahan dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah negeri maupun swasta lainnya. Hasil dari penelitian yang dilakukan menjukkan bahwa dalam menghadapi persaingan sekolah tersebut harus menerapkan strategi fokus, strategi keunggulan biaya, maupun strategi diferensiasi. Penelitian lainnya oleh Eluis (2008) tentang Membangun Daya Saing Bangsa Melalui Pendidikan yang menunjukan bahwa untuk dapat meningkatkan daya saing bangsa bukan saja melalui aspek Input dan output melainkan yang sangat penting adalah proses. Penelitian lainnya yaitu oleh Abdul Hakim Halim (2012) tentang Menuju Penyusunan Strategi Peningkatan Daya Saing Pendidikan Tinggi Teknik Industri yang menujukan hasil-hasil adanya perkembangan dalam
(6)
bidang kurikulum untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam sumber lainnya disebutkan juga bahwa untuk meningkatkan daya saing sekolah maka dilakukan pemasaran jasa pendidikan (Wijaya 2008) selain itu juga salah satu kunci keberhasilan dalam persaingan sekolah adalah manajemen pemasaran. Sedangkan penelitan lain yaitu oleh Shofwan (2011) tetang analisis strategi bersaing dalam manajemen peningkatan mutu di SMK Negeri 4 Kota Malang. Hasilnya menunjukan bahwa untuk mendapatkan keunggulan bersaing maka terdapat beberapa aspek yang dilakukan pada tahapan Input, Proses dan Outpu.