Informasi Publik – Pusat Penelitian Biomaterial
LAPORAN TAHUNAN
UPT BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOMATERIAL
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
TAHUN ANGGARAN 2013
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
UPT BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOMATERIAL
CIBINONG, BOGOR
(2)
i
KATA PENGANTAR
Puji mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya Laporan
Tahunan UPT Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial LIPI Tahun Anggaran 2013.
Laporan tahunan ini memuat seluruh program dan kegiatan yang telah dilaksanakan
sejak 1 Januari 2013 sampai dengan 31 Desember 2013 dan bertujuan untuk mengevaluasi
kinerja UPT sesuai dengan visi, misi, serta tugas dan fungsinya.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih mempunyai banyak kekurangan dan
kelemahan, sehingga perlu disempurnakan. Namun demikian, kami berharap bahwa laporan
ini akan menjadi acuan untuk memperbaiki kinerja serta memberikan motivasi untuk
pelaksanaan Program dan Kegiatan UPT BPP Biomaterial yang lebih baik pada tahun
anggaran berikutnya.
Cibinong, 3 Januari 2014
Kepala UPT BPP Biomaterial-LIPI
Prof. Dr. Sulaeman Yusuf
NIP. 195812021985031001
(3)
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
1
1
BAB II
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR
ORGANISASI
2.1
Kedudukan,
2.2
Tugas dan Fungsi
2.3 Struktur Organisasi
3
3
3
3
BAB III
KAPASISTAS DAN KAPABILITAS SATKER
3.1 Sumber Daya manusia
3.2 Fasilitas Litbang
3.3 Jurnal Ilmiah yang Diterbitkan
3.4 Berlangganan
Data Base
3.5 Proporsi biaya riset terhadap penjualan
6
6
8
10
10
11
BAB IV AKTIVITAS SATKER
13
4.1 Kegiatan Riset
4.2 Kerjasama Penelitian dengan perguruan tinggi dan
lembaga lainnya
4.3 Pendokumentasian dan Terjemahan Buku
4.5 Penyelenggaraan dalam pertemuan Ilmiah Nasional,
Regional dan Internasional
13
13
15
15
(4)
iii
BAB V KINERJA
17
5.1 Publikasi Ilmiah
5.2 Penemuan/Pengetahuan yang didaftarkan
5.3 Jumlah Mahasiswa (
Post graduate
) yang dibimbing
5.4 Kontrak kerjasama dengan pengguna
5.5 Penghargaan Penelitian
17
39
41
41
41
(5)
iv
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1. Perpindahan SDM Tahun 2013
7
Tabel 2. Data Jenjang Jabatan Fungsional Peneliti
8
Tabel 3. Jenis peralatan yang diadakan di UPT BPP Biomaterial
pada tahun 2013
9
Tabel 4. Nama dan jumlah jurnal yang dikelola oleh UPT BPP
Biomaterial tahun 2013
10
Tabel 5. Data base di UPT BPP Biomaterial, layanan dan
aplikasinya
11
Tabel 6. Jumlah Anggaran (DIPA) dan realisasinya yang dikelola
Tahun 2013
11
Tabel 7. Kegiatan Riset dari Tematik, Kompetitif dan Sinas di UPT
BPP Biomaterial TA. 2013
13
Tabel 8. Kerjasama Riset Tahun 2013
15
Tabel 9. Penyelenggara Ilmiah Nasional/Regional/Internasional
16
Tabel 10. Aktivitas pemasyakatan iptek UPT BPP Biomaterial pada
tahun 2013
16
Tabel 11. Judul publikasi, nama jurnal dan abstrak yang dihasilkan
pada tahun 2013
17
Tabel 12. Mahasiswa Pasca Sarjana yang penelitiannya dibimbing
oleh UPT BPP Biomaterial pada tahun 2013
41
Tabel 13. Penghargaan yang di terima UPT BPP Biomaterial tahun
2013
(6)
v
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1. Struktur organisasi UPT BPP Biomaterial
5
Gambar 2. Profil SDM UPT BPP Biomaterial pada tanggal 31
Desember 2013
(7)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan keanekaragaman sumber daya hayati
(SDH), dan merupakan salah satu negara dengan keanekargaman hayati terbesar di dunia.
SDH yang beragam ini merupakan bahan yang potensial untuk dijadikan bahan baku aneka
produk pangan, pakan, sandang, papan, obat, energi dan lain-lain bagi masyarakat.
Eksploitasi yang berlebihan terhadap SDH mempunyai dampak buruk dan mengakibatkan
kerusakan alam, serta berakibat pada menurunnya keanekaragaman hayati, punahnya
ekosistem, bencana alam, dan perubahan iklim global. Oleh karena itu, SDH yang ada di
negeri ini perlu dimanfaatkan secara bijaksana agar keanekaragaman dan jumlahnya tetap
terjaga serta tidak mengakibatkan kerusakan alam, sehingga dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. SDH tersebut tidak hanya
dilindungi, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan masa depan bangsa yang
lebih baik, sehingga harus terus digali potensinya dan ditingkatkan nilai tambahnya.
Eksploitasi SDH yang sangat berlebihan (
over-exploitation
), terutama penebangan kayu dari
Hutan Alam, mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup dan ekosistem, serta
kelangkaan dan kepunahan berbagai jenis flora, fauna dan mahluk hidup lainnya, sehingga
mengancam terlaksananya pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Kedeputian IPH merupakan entitas strategis yang memiliki peranan penting dalam
pengelolaan dan pemanfaatan SDH Indonesia. Sesuai mandatnya, kedeputian IPH mempunyai
tugas dalam merumuskan kebijakan, program dan pelaksanaan pengelolaan dan pemanfaatan
SDH Indonesia. Selain berkewajiban untuk memperkuat fondasi ilmu pengetahuan hayati dan
teknologi turunannya, Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati juga dituntut untuk
mampu menterjemahkan dan ikut berperan dalam upaya mengarus-utamakan (
mainstreaming
)
kekayaan sumberdaya hayati dan keutuhan lingkungan hidup ke dalam pembangunan
nasional. Salah satu misi Kedeputian IPH adalah menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
terkait dengan pengelolaan sumber daya hayati dalam upaya melestarikan dan
memberdayakan aset keanekaragaman hayati Indonesia sebagai penggerak ekonomi hijau
(
Green Economy
) dan pendorong utama pembangunan berkelanjutan secara adil dan berwajah
kemanusiaan.
(8)
2
Laporan Tahunan ini memuat seluruh program dan kegiatan yang telah dilaksanakan
sejak 1 Januari 2013 sampai dengan 31 Desember 2013 dan bertujuan untuk mengevaluasi
kinerja UPT sesuai dengan visi, misi, serta tugas dan fungsinya..
(9)
3
BAB II
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI
2.1 Kedudukan
UPT Balai Penelitian dan Pengembangan (BPP) Biomaterial didirikan berdasarkan
Keputusan Kepala LIPI No. 1020/M/2002 tanggal 12 Juni 2002 dan berada di bawah
koordinasi Kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH). Oleh karena itu tugas dan fungsi yang
dilakukan merupakan implementasi dari kebijakan yang telah dirumuskan oleh Kedeputian
IPH, yaitu pelaksanaan di bidang penelitian ilmu pengetahuan hayati. UPT BPP Biomaterial
dibentuk dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan SDH secara lestari dan maksimal
dengan menciptakan produk-produk substitusi unggulan yang diolah dari bahan baku
alternatif melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang), serta komersialisasi pada
dunia usaha/industri.
2.2
Tugas dan Fungsi
UPT BPP Biomaterial mempunyai tugas melakukan litbang material unggul dan
strategis dari bahan alam hayati dalam upaya meningkatkan nilai tambah, mencari bahan baku
alternatif, mengembangkan proses ramah lingkungan serta melakukan kerjasama dengan
pihak pengguna dalam rangka penerapan dan komersialisasi produk/proses hasil litbang
biomaterial.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, UPT BPP Biomaterial menyelenggarakan fungsi:
1.
Pelaksanaan litbang material unggul dan strategis dari bahan alam hayati dalam upaya
meningkatkan nilai tambah, mencari bahan baku alternatif, mengembangkan proses
ramah lingkungan serta melakukan kerjasama dengan pihak pengguna dalam rangka
penerapan dan komersialisasi produk/proses hasil litbang biomaterial.
2.
Pelaksanaan urusan tatausaha dan rumah tangga.
2.3
Struktur Organisasi
Struktur organisasi UPT BPP Biomaterial terdiri dari Kepala UPT (Eselon III),
dibantu Kepala Sub-bagian Tata Usaha (Eselon IV), Kepala Seksi Pengembangan Teknologi
(Eselon IV), dan Kelompok Jabatan Fungsional.
(10)
4
Kepala Sub-bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, tata persuratan dan kearsipan, rumah tangga, dan pelayanan jasa
ilmiah/kerjasama serta pemasyarakatan ilmu pengetahuan. Untuk membantu bidang
administrasi, Kepala Sub-bagian Tata Usaha dibantu oleh Koordinator Kepegawaian, Umum
dan Kerjasama.
Kepala Seksi Pengembangan Teknologi mempunyai tugas mengkoordinasi litbang
material unggul dan strategis dari bahan alam hayati dalam upaya meningkatkan nilai tambah,
mencari bahan baku alternatif, mengembangkan proses ramah lingkungan serta melakukan
kerjasama dengan pihak pengguna dalam rangka penerapan dan komersialisasi produk/proses
hasil litbang biomaterial.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan
jabatan fungsional masing-masing. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan
fungsional Peneliti dan jabatan fungsional lainnya (Rekayasa, Litkayasa, Pranata Humas,
Perencana, Arsiparis, Teknisi, Pranata Komputer, dst.). Selain itu juga dibentuk Tim
Perencanaan, Monitoring, dan Evaluasi (PME) yang terdiri dari Kepala UPT, Kepala Seksi
Pengembangan Teknologi dan 2 Peneliti Senior yang bertugas merencanakan, mengawasi dan
mengevaluasi kegiatan.
Kelompok Jabatan Fungsional di UPT BPP Biomaterial terbagi dalam 6 Kelompok
Penelitian (Kelti) berdasarkan bidang keahlian dan tugasnya, serta masing-masing
dikoordinasi oleh seorang fungsional Peneliti Senior sebagai Ketua Kelti, yaitu:
1.
Kelti Pengendalian Serangga Hama dan Biodegradasi
2.
Kelti Konversi Biomassa
3.
Kelti Biokomposit
4.
Kelti Rekayasa dan Modifikasi Biomaterial
5.
Kelti Struktur
6.
Kelti Alih Teknologi
Kelti Alih Teknologi bertugas melakukan kerjasama dengan pihak pengguna dalam
rangka penerapan dan komersialisasi produk/proses hasil litbang biomaterial, sedangkan
Kelompok Pranata Komputer menunjang kegiatan penelitian melalui pembangunan jaringan
komunikasi.
(11)
5
Gambar 1. Struktur organisasi UPT BPP Biomaterial
UPT BPP Biomaterial
Subbagian Tata
Usaha
Seksi
Pengembangan
Teknologi
Kelompok Jabatan
Fungsional
(12)
6
BAB III
KAPASISTAS DAN KAPABILITAS SATKER
3.1 Sumber Daya manusia
a.
Profil SDM
Jumlah SDM UPT BPP Biomaterial sampai dengan 31 Desember 2013 adalah
sebanyak 96 orang; terdiri dari 77 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 19 orang Honorer
dengan rincian seperti ditampilkan dalam diagram Gambar 2. Pada gambar tersebut
dikelompokkan ke dalam katagori Peneliti/non-peneliti, Kelompok Usia, Tugas belajar,
berdasarkan golongan, dan lain sebagainya. Dari 77 orang PNS tersebut, terdapat 39 orang
Peneliti dan 7 orang Kandidat Peneliti, 2 orang Pranata Komputer dan 1 orang Pranata
Humas, sedangkan sisanya masih belum menentukan jenis jabatan fungsional yang dipilihnya,
padahal masih banyak peluang untuk dapat memasuki jenjang fungsional lainnya seperti :
Arsiparis, Teknisi litkayasa, Pustakawan, Analis Kepegawaian, Perencana dan lain-lain.
Sedangkan jabatan kandidat peneliti ini 7 orang disebabkan oleh yang bersangkutan sedang
melaksanakan tugas belajar dan sebagian lagi adalah pegawai baru sehingga belum sempat
mengajukan usulan fungsional. Diharapkan pada tahun berikutnya kandidat peneliti dapat
mengisi jabatan fungsional dan juga termasuk para staf di kepegawaian. Sedangkan komposisi
Honorer sampai saat ini adalah 1 orang Administrasi, 6 orang Rumah Tangga, dan 11 orang
Satpam.
Pada tabel 1 menampilkan sejumlah SDM mengalami perpindahan di dalam
lingkungan LIPI. Pada tabel tersebut 1 orang tenaga teknisi golongan II pindah ke Pusat
Inovasi LIPI dan 1 orang peneliti golongan III diperbantukan ke Pusat Inovasi dan 1 orang
golongan IV diperbantukan di Instansi lain.
(13)
7
Peneliti/Kandidat 39/7 Arsiparis 0 Pranata Humas 1 Pranata Komp 2 Satpam 4 Satpam PTT 11 Teknisi Litkayasa 0 Pustakawan 0 SD/SLTP 2 SLTA 12 D3 4 S1 10 S2 1 Analis Kepeg 0 Perencana 0 Jabfung Umum 2477 S38
S2 22 S1 17 <S1 1
U S I A
<=25 1
26-30 24
31-35 24
36-40 11
41-45 4
46-50 5
51-55 6
Jml 77
Jab. Struk Es Jumlah III 1
IV 2
Jml 3
UPT BPP BIOMATERIAL P W JMl Kasiebangtek 27 20 45 Tata Usaha 22 8 30
Jumlah 49 28 77 GOL IV 6
III 53
II 15
I 3
Jml 77
KEADAAN: Desember 2013 Tenaga PTT 8 Tugas dan Ijin Belajar LN DN JML S3 7 2 9
S2 4 5 9
S1 2 2 Jml 11 9 20
PENSIUN GOL. 2012 2013
I 0 0
II 0 0
III 0 0
IV 0 0
Jml 0 0
Tata Usaha Kasiebangtek
Gambar 2. Profil SDM UPT BPP Biomaterial pada tanggal 31 Desember 2013
Tabel 1. Perpindahan SDM Tahun 2013
SDM berdasarkan golongan Jumlah Pegawai Pensiun Jumlah Pegawai Meninggal Dunia Jumlah Pegawai Pindah ke Satker Lain Jumlah Pegawai Pindah ke Instansi lain Jumlah Tambahan Pegawai Jumlah Pegawai Yang Diperbantukan Golongan 1 - - - - Golongan 2 - - 1 - - -Golongan 3 - - - 1
Golongan 4 - - - 1
Jumlah Pegawai Kontrak/Non PNS = 19 Orang
Keterangan : 1 pegawai yang pindah satker : Arief Saifulloh,
(14)
8
Tabel 2. Data Jenjang Jabatan Fungsional Peneliti
Jenjang
Peneliti
Jumlah (orang)
Keterangan
Peneliti Pertama
22
Peneliti Pertama yang sedang menjalankan tugas
belajar baik dalam negeri atau luar negeri sebanyak
9 Pegawai
Peneliti Muda
11
Peneliti Muda yang sedang menjalankan tugas baik
dalam negeri maupun luar negeri sebanyak 4
Pegawai
Peneliti Madya
1
Peneliti Utama
5
Total
39
Pada Tabel 2 menunjukkan jumlah peneliti di UPT BPP Biomaterial yang
dikelompokkan dalam jabatan fungsional peneliti dengan rincian sebagai berikut: 5 orang
Peneliti Utama, 1 orang Peneliti Madya, 11 orang Peneliti Muda dan 22 orang Peneliti
Pertama. Dari jumlah tersebut, 9 orang Peneliti Pertama 4 orang Peneliti Muda sedang
menjalankan tugas/ijin belajar di dalam dan luar negeri. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hampir sekitar 30 persen peneliti sedang meningkatkan pendidikan dan oleh karena itu
saat ini belum dapat belum dapat bergabung untuk memperkuat kinerja UPT. Peningkatan
kompetensi SDM terjadi pada kandidat peneliti menjadi peneliti sebanyak 3 orang, selain itu 2
Kandidat Teknisi beralih fungsi menjadi Kandidat Peneliti, peningkatan jumlah Peneliti Muda
sebanyak 1 orang dan 1 orang Peneliti Madya meningkat menjadi Peneliti Utama..
3.2 Fasilitas Litbang
UPT BPP Biomaterial LIPI berdiri di atas tanah seluas sekitar 6500 m
2yang
pengelolaan asetnya dipegang oleh Biro Umum dan Perlengkapan LIPI. Adapun peruntukkan
lahannya terdiri dari lahan parkir, halaman kantor, serta gedung dua lantai yang digunakan
untuk ruang laboratorium dan perkantoran seluas 3369,82 m
2, terdiri dari lantai 1 seluas
1684,9 m
2dan lantai 2 seluas 1684,9 m
2. Berdasarkan ratio luas bangunan dan jumlah
karyawan, maka 1 orang karyawan mendapatkan 40 m2, oleh karena itu masih cukup luas
untuk melakukan kegiatan yang lebih efektif lagi.
Peralatan utama sebagai fasilitas/aset UPT BPP Biomaterial berdasarkan kodefikasi
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara, sudah cukup banyak dan
dapat dilihat dari LAKIP UPT BPP Biomaterial tahun 2013. Namun pada tahun 2013 saja
(15)
9
UPT BPP Biomaterial telah mengadakah 17 macam peralatan senilai Rp. 500.000.000 lebih
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3. Jenis peralatan yang diadakan di UPT BPP Biomaterial pada tahun 2013.
No
Nama Alat
Kegunaan Utama
1
Rotary Evaporator Model RV 10 Control D
Mengeringkan hasil ekstraksi
2
Chemical resistant vacuum pump for Rotary
evaporator
Pompa vacuum untuk membantu
mempercepat penguapan
3
Spectrophotometer U-2001 Spare Parts
Untuk mengukur kekeruhan suatu
larutan
4
Precise Shaking Incubator Daihan WIS-30
Percepatan pertumbuhan jamur
5
Universal Spring Rack Daihan WIS-504530
Alat pengering peralatan laboratorium
6
Single Channel Pipettor Brand : Capp C10-1A-SL Alat ukur untuk mengambil larutan
7
Single Channel Pipettor Brand : Capp
C1000-1A-SL
Alat ukur untuk mengambil larutan
8
High speed blender Waring High Speed Blender
LB20ES
Alat pencampur
9
Micrometer digital Mitutoyo Digimatic
Micrometer Model 293-230
Alat pengukur ketebalan
10
Stand Micrometer digital Mitutoyo Micrometer
Stand Model 156-101
Alat pengukur ketebalan
11
Load cell 1kN, spare part UTM Shimadzu
AG-50kN
Alat penguji kekuatan di UTM
12
Electronic Overhead stirrer IKA Overhead Stirrer
Alat pengaduk
13
Ultra Turrax IKA Ultra Turrax T18
Alat untuk encampur
14
Sensors and Transducers LVDT, min guided
dc,+/- 2.5mm, DG2.5
15
Mikroskop Binokuler Digital Merk
CX21-Olympus
Alat untuk melihat benda berskala
mikro
16
Vacuum sealer Automatic Vacuum Packager
(DZ500T)
Alat untuk mengeluarkan tekanan
udara
17
Light box rotary
Alat penanda
(16)
10
3.3 Jurnal Ilmiah yang Diterbitkan
Tabel 4. Nama dan jumlah jurnal yang dikelola oleh UPT BPP Biomaterial tahun 2013
Nama Jurnal
ISSN
Periode Terbit per
tahun
Nama Satker
Penanggungjawab
Wood Research Journal
2087-3840
2 kali
UTP BPP Biomaterial
J
urnal ilmiah yang dikelola oleh UPT BPP Biomaterial ada satu yaitu “Wood
Research journal” yang
terbit satu tahun dua kali dengan nomer ISSN 2087-3840., namun
belum terakreditasi. Jurnal tersebut rencana akan diakrediatasi tahun 2014 dan diharapkan
jurnal tersebut menjadi jurnal internasional.
3.4 Berlangganan
Data Base
UPT BPP Biomaterial LIPI memiliki empat data base yang terkait baik secara
langsung atau tidak langsung dengan kegiatan penelitian yaitu, data base website biomaterial,
database repository hasil
–
hasil penelitian yang berupa publikasi, data base biodiversity dan
database blog kegiatan sivitas biomaterial (Tabel 5). Data Base Website Biomaterial telah ada
sejak tahun 2005 namun pada awal Tahun 2013 hardisk tempat penyimpanan data base berada
rusak dan belum ada backupnya sehingga datanya hilang semua.
Database repository hasil
–
hasil penelitian yang berupa publikasi dan database
biodiversity biomaterial mulai dibuat akhir tahun 2013 dan belum sempat dilakukan
pengisian datanya sehingga kedua database tersebut masih kosong. Kedua database tersebut
target tahun 2014 sudah mulai terisi. Database repository berisikan tentang publikasi
–
publikasi yang telah dilakukan oleh para peneliti di UPT BPP Biomaterial LIPI. Data base
biodiversity berupa kumpulan data primer pengukuran yang telah dilakukan oleh peneliti di
biomaterial.
Database blog sivitas biomaterial berisikan tentang data catatan blog dari sivitas
biomaterial. Database ini mulai dibuat pada tahun 2013, untuk mengakomodir sivitas terutama
penelitinya yang suka mencatat dan mempublikasikan kegiatan kesehariaannya melalui
jaringan internet.
(17)
11
Tabel 5. Data base di UPT BPP Biomaterial, layanan dan aplikasinya
Nama Data
base
Layanan
Aplikasi
Keterangan
Main
Website
Biomaterial LIPI
www.biomaterial.lipi.go.id
Repository
Repository
publikasi peneliti
Biomaterial LIPI
http://repository.biomaterial.li
pi.go.id
Data base sudah tersedia
namun data belum di entry
Biodiversity
informasi
biodiversity
Biomaterial LIPI
http://biodiversity.biomaterial.
lipi.go.id
Data base sudah tersedia
namun data belum di entry
Blog
blog
sivitas
Biomaterial LIPI
http://blog.biomaterial.lipi.go.
id
Database
blog
kegiatan
sivitas Biomaterial LIP
3.5
Proporsi Biaya Riset Terhadap Penjualan
UPT BPP Biomaterial tidak memiliki unit usaha secara langsung, sehingga tidak
punya data total biaya riset yang dikeluarkan secara keseluruhan untuk menghasilkan
teknologi yang digunakan untuk memproduksi suatu barang yang telah dijual, sehingga hal ini
belum dapat dihitung. Adapun anggaran riset yang dikelola oleh UPT BPP Biomaterial pada
tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. UPT BPP Biomaterial juga melaksanakan
kegiatan Kompetitif dan Kelembagaan namun suumber dananya masuk dalam DIPA Satker
lain.
Tabel 6. Jumlah Anggaran (DIPA) dan realisasinya yang dikelola Tahun 2013
No.
Sumber dana/Jenis Belanja (DIPA)
Pagu
Realisasi
1
Rupiah Murni
-
Belanja Pegawai
4.612.338.000
4.576.129.881
-
Belanja Operasional
1.468.287.000
1.463.635.185
-
Kegiatan Tematik
1.048.257.000
1.019.757.930
Prioritas Nasional
Prioritas Bidang
2
PNBP
130.000.000
149.127.592
3
PHLN
Jumlah
7.259.882.000
7.208.650.588
Dana lainnya yang diterima :
Kompetitif
: Rp. 950.760.000
PN
: Rp. 300.000.000
(18)
12
Jumlah anggaran DIPA tahun anggaran 2013 UPT BPP Biomaterial sebesar Rp.
7.259.882.000 yang terdiri dari rupiah murni sebesar Rp. 7.129.000.000 dan penerimaan
PNBP sebesar Rp. 130.000.000. Prosentase penyerapan rata-rata sebesar 98% dan penerimaan
PNBP naik melebihi target sekitar 114.71%. Jumlah total anggaran tersebut diatas dibagi
dalam anggaran Tata Kelola Pendukung Penelitian sebesar Rp. 6.103.876.000 dan Penelitian,
Penguasaan dan Pemanfaatan IPTEK sebesar Rp.1.048.257.000 dan rata-rata penyerapan
sekitar 99%. Dilihat dari data penyerapan, maka penggunaan anggaran di UPT BPP
Biomaterial sangat efektif dan efisien dan tepat waktu, namun dilain pihak penerimaan PNBP
melebihi dari target, maka sudah selayaknya dilakukan peningkatan menjadi sebesar Rp.
150.000.000-200.000.000 di tahun-tahun berikutnya.
(19)
13
BAB IV
AKTIFITAS SATKER
4.1 Kegiatan Riset
UPT BPP Biomaterial menyelenggarakan kegiatan riset pada tahun 2013 sebagian
besar masih menggunakan dana APBN yang terdiri dari Kegiatan Tematik, Kegiatan
Kompetitif, Prioritas Nasional dan Kegiatan Kelembagaan. Pendanaan Kegiatan Tematik
dikelola sendiri, sedangkan Kegiatan Kompetitif, Kegiatan Prioritas Nasional (PN) dan
Kelembagaan pendanaannya dikelola oleh satuan kerja lain di LIPI.
Tabel 7. Kegiatan Riset dari Tematik, Kompetitif dan Sinas di UPT BPP Biomaterial TA.
2013
Judul Kegiatan
Nama Peneliti
Utama
Tahun
Jenis
Tematik Kompetitif Sinas Lain-lain (Sebutkan) Pengembangan Potensi
Mikroorganisme
Entomopatogen dan Bahan Alam
Didi Tarmadi
2013 √
Penerapan Konsep Biorefinery pada Produksi Bioetanol dari Ampas Tebu
Triyani F. Utami
2013 √ Pembuatan
Bio-nanokomposit Berbasis Mikrofibril Selulosa untuk Bahan Baku Industri
2013 √
Pengembangan Teknologi dan Inovasi Eco House dengan Memanfaatkan Bahan Biomaterial untuk Rumah Tahan Gempa- Pengembangan Beton Ringan Berbasis Limbah Kerang
Triastuti 2013 √
Pengembangan Kayu Kurang Dikenal (LKS) sebagai Bahan Baku Produk Biomaterial Unggulan Untuk
Dikembangkan di Daerah Bencana
Ika Wahyuni
2013 √
Teknologi Pertanian Organik untuk
Pengembangan Biovillage
Arif Heru 2013 √ Penelitian Produk
Agroforestry untuk Green
(20)
14
Judul Kegiatan Nama Peneliti
Tahun Jenis Building
(21)
15
Judul Kegiatan
Nama Peneliti
Utama
Tahun
Jenis
Tematik Kompetitif Sinas Lain-lain (Sebutkan) Pembuatan green materials
dari bioplastik dan serat nano-selulosa dalam skala industri untuk
menggantikan plastik sintetik.
Lisman S 2013 √
Pengembangan dan aplikasi mortar berbahan baku hayati untuk pelapis lantai gerbong kereta api.
Sasa Sofyan M
2013 √
Pemberdayaan Masyarakat Desa Temiang di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Bukit Batu Menuju Konsep Biovillage LIPI.
Sukma Surya Kusuma
2013 √
Kajian Peningkatan Eselon UPT BPP Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sulaeman Yusuf
2013 √
Kajian Penyiapan Akreditasi Laboratorium Uji Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Deni Sonjaya
2013 √
Pengembangan bio-kontrol dan biopestisida sebagai suplemen pupuk organic untuk implementasi konsep
BIO-VILLAGES berbasis pertanian organik
Sulaeman Yusuf
2013 √
4.2 Kerjasama Penelitian dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga lainnya
UPT BPP Biomaterial pada tahun 2013 telah menjalin kerjasama dengan beberapa
industri dan perguruan tinggi, diantaranya dengan PT. Industri Kereta Api (PT. Inka) dalam
bidang Pengembangan Material Pelapis Lantai Kereta api dan Rem Block. Kerjasama
penelitian dengan PT. Indah Kiat dalam bidang Keamanan Kemasan Pangan, serta kerjasama
dengan Akademi Kimia Analis (AKA) dalam bidang Publikasi ilmiah dan penelitian bersama.
Kerjasama tersebut masih berupa kerjasama non-profit sehingga belum dapat menunjang
peningkatan penerimaan PNBP, namun demikian diharapkan kedepan kerjasama ini akan
berdampak positif terutama dalam hal peningkatan penerimaan PNBP.
(22)
16
Tabel 8. Kerjasama Riset Tahun 2013
Nama /Judul Kerjasama
Penelitian
Nama
Satker LIPI
Nama
Mitra
Nomor
Dokumen
Kerjasama
Bidang
Kerjasama
Tahun
Kerjasa
ma
Pengembangan Material
Cor Pelapis Lantai (Mortar)
Gerbong Kereta, Rem Blok
Komposit dan Diseminasi
Hasil Riset
UPT BPP
Biomaterial
PT Idustri
Kereta
Api
394/IPH.4/
KS/V/2013
SP.13/PRO
DTEK/2013
Block
Rem
2013
Kerjasama Penelitian dan
Publikasi Ilmiah
UPT BPP
Biomaterial
Akademi
Kimia
Analis
646/IPH.4/
KS/VIII/201
3
3800/SJ-
IND-63/8/2013
Publikasi
dan
Penelitian
2013
Kerjasama Penelitian,
Pengembangan dan
Pemanfaatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
UPT BPP
Biomaterial
PT Indah
Kiat Pulp
and Paper
Tbk.
970/IPH.4/
KS/X/2013
Pengemba
ngan dan
Pemanfaat
an Iptek
2013
4.3.
Pendokumentasian dan Terjemahan Buku
UPT BPP Biomaterial tidak menghasilkan pendokumentasian dan terjemahan buku
pada tahun 2013.
4.4.
Penyelenggaraan dalam pertemuan Ilmiah Nasional, Regional dan Internasional
UPT BPP Biomaterial menyelenggarakan pertemuan ilmiah tingkat internasional
Humanosphere Science School yang dilakukan di Bengkulu pada tanggal 17
–
18 September
2013 (Tabel 9). Seminar internasional ini diikuti 97 peserta yang berasal dari Malaysia,
Jepang, Indonesia, Korea dan Thailand. Dalam seminar ini mempresentasikan 55 paper dan
30 poster.
Kegiatan ini dilakukan setiap tahun sejak tahun 2008 bekerjasama dengan RISH
–
Jepang. Kegiatan ini bertujuan untuk bertukar ide penelitian antara para peneliti senior Jepang
dengan para peneliti muda di Indonesia. Selain itu dapat digunakan sebagai ajang berkenalan
dengan Professor Jepang sehingga para peneliti muda dari Indonesia mempunyai kesempatan
untuk belajar di Jepang.
(23)
17
Tabel 9. Penyelenggara Ilmiah Nasional/Regional/Internasional
Nama
Event
/Tema
event
(Kongres/Seminar/Konfrensi
ilmiah yang diselenggarakan
oleh LIPI baik Nasional
maupun internasional)
Tempat dan
tanggal
penyelenggaraan
Penyelenggara
Negara
Peserta/institusi
peserta
Jumlah
peserta
International Symposium for
Sustainable Humanosphere
(ISSH)
–
a Forum of The
Humanosphere Science
School (HSS)- 2013
Bengkulu, 17
–
18 September
2013
UPT BPP
Biomaterial-Univ.
Bengkulu
Malaysia,
Jepang,
Indonesia
Thailand, dan
Korea
97
orang
Salah satu indikator keberhasilan suatu hasil riset adalah diterapkannya hasil riset
tersebut di masyarakat. Namun sebelum diterapkan di dalam masyarakat, perlu ada
sosialisasi/pemasyarakatan agar masyarakat paham akan iptek. UPT BPP Biomaterial telah
melakukan aktifitas pemasyarakatan iptek ini ke perbagai daerah diantaranya di Brebes pada
tanggal 6 Juli 2013, Demak tanggal 11 Oktober 2013 dan Klaten tanggal 5 Oktober 2013
(Tabel 10). Dalam sosialisasi tersebut UPT BPP Biomaterial mengenalkan produk
biopestisida yang merupakan suplemen penggunakan pupuk organic cair produk UPT BPP
Biomaterial. Biopestisida diperkenalkan setelah sebelumnya produk pupuk cair organik
diperkenalkan di daerah tersebut. Terlihat dari jumlah peserta yang datang, cukup
memberikan harapan bahwa ada sambutan positif dari masyarakat terhadap hasil litbang LIPI.
Kegiatan ini akan terus dilanjutkan sampai program 5 tahun kedepan.
Tabel 10. Aktivitas pemasyakatan iptek UPT BPP Biomaterial pada tahun 2013
Nama lomba/Pameran/ Kegiatan pemasyarakatan lainnya Nama Institusi Pelaksana Bidang/ Jenis aktivitas Tempat/Tgl Penanggung jawab/ Satker LIPI (terlibat) Jumlah Peserta Jumlah Frekwensi (....kali) Sosalisasi dan pelatihan Pertanian Organik UPT BPP Biomaterial
Pelatihan
Brebes, 6 Juli 20160
1 kaliSosalisasi dan pelatihan Pertanian Organik dengan produk pupuk
“Biomat”
UPT BPP Biomaterial
Pelatihan
Klaten, 5 Oktober 201333
1 kaliSosalisasi dan pelatihan Pertanian Organik
UPT BPP Biomaterial
Sosialisasi
Demak, 11 Oktober(24)
18
BAB V
KINERJA
5.1.
Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiha merupakan indikator kinerja yang penting bagi suatu lembaga
penelitian seperti LIPI, terutama publikasi yang dimuat dalam jurnal internasional yang
mempunyai
impact factor
yang tinggi. Target publikasi ilmiah UPT BPP Biomaterial pada
tahun 2013 adalah 17 buah dan realisasi capaian UPT BPP Biomaterial mempublikasi
sebanyak 32 buah ke berbagai jurnal, internasional, nasional dan paten. Dilihat dari jumlah
publikasi maka UPT BPP Biomaterial telah melampaui target yang ditetapkan yaitu hampir 2
kali dari rencana yang di ditetapkan dalam Penetapan Kinerja (PK). Tabel 11 dibawah ini
menampilkan judul, jenis jurnal, ISSN, penulis dan abstrak. Dalam tabel tersebut dapat dilihat
publikasi-publikasi yang dimuat dalam jurnal internasional, walaupun ada beberapa publikasi
masih dalam bentuk prosiding. UPT BPP Biomaterial sangat mendorong para peneliti untuk
mempublikasinya tulisannya dalam jurnal internasional, hal ini dibuktikan dengan banyaknya
peneliti yang mengikuti seminar-seminar internasional.
Tabel 11. Judul publikasi, nama jurnal dan abstrak yang dihasilkan pada tahun 2013
No Judul Jenis Publikasi ISSN Penulis
Utama Abstrak 1. Biodecolorizati
on and
Biodegradation of Textile Dyes by the Newly Isolated Saline-pH Tolerant Fungus
Pestalotiopsis
sp.
Journal of Environmental Science and Technology, 2103
ISSN 1994-7887
Dede Heri Yuli Yanto, Sanro Tachibana, Kazutaka Itoh
Wastewater from textile industry effluents contains high amounts of colored and toxic compounds that can interrupt aquatic life systems when they are discharged to the environment without being treated. The physicochemical characteristics of effluents typically have a wide range of pHs and salinities, which are difficult for conventional techniques to remove. In addition, a limited number of microorganisms with the ability to grow and produce degradative enzyme systems can survive under those condition. Therefore, identifying microorganisms that are capable of decolorizing and degrading textile dyes under various pHs and salinities is needed. Among the fifteen strains tested in this study, Pestalotiopsis sp. NG007 exhibited the strongest ability
(25)
19
to grow and decolorize Reactive Red 4 under saline conditions at pH 8. The ability of this strain to decolorize three textile dyes: Reactive Green 19, Reactive Orange 64, and Reactive Red 4, was investigated in a liquid medium and bioreactor system using immobilized mycelia. The fungus displayed a high decolorization capacity (20 - 98 persen) over 3 days in a wide range of pHs (pH 3 - 12) and salinities (0 - 10 persen w/v). In the bioreactor system, immobilized mycelia of the strain exhibited the ability to decolorize textile dyes by both adsorption (6 - 53 persen) and degradation (34 - 41 persen) mechanisms. This study demonstrated that Pestalotiopsis sp. has the potential to decolorize textile dye effluents containing a wide range of pHs and salinities.
2. Enhanced biodegradation of asphalt in the presence of Tween surfactants, Mn2+ and H
2O2
by
Pestalotiopsis
sp. in liquid medium and soil
Chemosphere, 2013
DOI : 10.1016/j.che mosphere.201 3.11.044
Dede Heri Yuli Yanto, Sanro Tachibana
Asphalt and fractions thereof can contaminate water and soil environments. Forming as residues in distillation products in crude oil refineries, asphalts consist mostly of asphaltene instead of aliphatics, aromatics, and resins. The high asphaltene content might be responsible for the decrease in bioavailability to microorganisms and therefore reduce the biodegradability of asphalt in the environment. In this study, the effect on asphalt biodegradation by Pestalotiopsis sp. in liquid medium and soil of nonionic Tween surfactants in the presence of Mn2+ and H
2O2 was examined. The
degradation was enhanced by Tween 40 or Tween 80 (0.1 persen) in the presence of Mn2+ (1 mM) and H
2O2
(0.05 mM). A Tween surfactant, Mn2+, and H
2O2 can overcome
bioavailability-mediated constraints and increase ligninolytic activities, particularly manganese peroxidase and laccase activities. The study is significant for the bioremediation of asphalt and/or viscous-crude oil-contaminated environments. Keywords: Asphalt, Biodegradation, Ligninolytic enzymes, Pestalotiopsis
(26)
20
3. Biodegradation of petroleum hydrocarbons by a newly isolated Pestalotiopsis sp. NG007 International Biodeteriorati on & Biodegradatio n, 2013, Vol. 85, pp 438-450 ISSN 0964-8305 Dede Heri Yuli Yanto, Sanro Tachibana
Evidence for the biodegradation and biotransformation of petroleum hydrocarbons by Pestalotiopsis sp. has recently emerged. Out of seventy-two strains tested, Pestalotiopsis sp. NG007, identified from its gene sequence and morphological characteristics grew most actively on asphalt-containing agar media. The strain exhibited the ability to degrade all types of petroleum hydrocarbons (48-96 persen over 30 days) in liquid medium at pH 4.5 and saline conditions at pH 8.2. During the biodegradation of an aliphatic mixture (n-decane, n-undecane, n-dodecane, n-tetradecane, n-pentadecane, n-hexadecane, n-octadecane, n-nonadecane, n-eicosane and pristane), fifteen metabolites were detected. The presence of fatty alcohols, fatty aldehydes, and fatty acids (mono- and di-carboxylic acid) as intermediate products showed that NG007 can degrade and transform aliphatic fractions not only via mono- or di-terminal oxidation, but also via sub-terminal and alkyl peroxide oxidation. In the presence of petroleum hydrocarbons, both dioxygenases and ligninolytic activities were detected. The wide-ranging activity observed and the case of growth using petroleum hydrocarbons as the sole carbon source suggest that Pestalotiopsis sp. NG007 is a potential source for bioremediation of petroleum-contaminated environments. 4. Pengaruh Penggunaan Polivinil Asetat (PVAC) Dan Komposisi Agregat Beton Aerasi Dan Cangkang Kelapa Sawit Terhadap Sifat Mekanik Mortar Lantai Gerbong Kereta Api Proseding Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) Balikpapan 6 - 8 November 2013
Mohamad
Gopar Penggunaan bahan polivinil asetat (PVAc) pada pembuatan mortar berfungsi untuk memperbaiki sifat workability dari mortar ataupun beton. Pada penelitian ini ingin diketahui pengaruh dari penggunaan polivinil asetat dan komposisi agregat bahan pembuatan terhadap sifat mekanik mortar. Mortar dibuat dengan rasio semen, agregat dan bahan cair sebesar 1:1:2. Agregat yang digunakan adalah campuran antara beton aerasi dan cangkang sawit dengan tiga variasi perbandingan berdasarkan berat yaitu
(27)
21
100 persen beton aerasi, 50 persen beton aerasi-50 persen cangkang kelapa sawit, dan 100 persen cangkang kelapa sawit. Tipe bahan cair yang digunakan adalah air dan campuran antara PVAc dan air dengan rasio berat sebesar 1:3. Bahan penyusun mortar diaduk dan dicetak pada cetakan berukuran 25 mm x 25 mm x 300 mm. Setelah 24 jam, mortar dikeluarkan dari cetakan untuk direndam pada bak air selama 28 hari. Selanjutnya mortar diuji sifat mekaniknya dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM) dan mengacu pada standar ASTM C293-94 untuk kuat lentur dan ASTM C116-90 untuk kuat tekan. Berat jenis mortar dihitung untuk diketahui hubungannya dengan kekuatan mekanis yang dihasilkan. Kata kunci: hebel, cangkang kelapa sawit, polivinil asetat, mortar, sifat mekanik. 5. Pemanfaatan
Komposit Serat Alam Untuk Media Tanam Vertikal
Proseding Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) Balikpapan 6 - 8 November 2013
Mohamad Gopar
Konsep vertical garden city (sistem taman vertikal) merupakan sebuah tren baru dewasa ini didalam dunia arsitektur tata ruang perkotaan (landscaping) dan dapat diaplikasikan dalam skala perumahan pada daerah sub-urban. Salah satu permasalahan yang ada pada pengembangan sistem ini adalah material untuk media tanam. Modul atau media tanam, umumnya terbuat dari bahan polimer seperti polipropilena atau bahan sintetis geo-tekstil. Disamping bahan sintetis tersebut, bahan alam seperti pohon pakis (Cycas rumphii miq) dapat dijadikan sebagai modul media tanam vertikal. Namun, bahan-bahan tersebut cenderung tidak ramah lingkungan, mahal, bahkan tanaman pakis merupakan pohon konservasi yang dilindungi pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan alternatif media tanam yang dapat mensubstitusi material konvensional yang ada. Pada penelitian ini dibuat sebuah modul media tanam vertikal yang terbuat dari serat alam yaitu pelepah kelapa sawit dan bambu. Teknologi yang dikembangkan merupakan teknologi pembuatan papan komposit namun dengan kerapatan (densitas) yang rendah sehingga morfologi media
(28)
22
yang dihasilkan identik dengan modul media tanam vertikal dari batang pakis. Bahan yang digunakan adalah partikel bambu dan pelepah kelapa sawit yang sebelumnya dilakukan perlakuan rendaman dalam air selama 2 minggu; 4 minggu dan 6 minggu baru dibuat komposit dengan kerapatan 0.4 g/cm3. Perekat yang digunakan adalah Phenol formaldehyde (PF) dengan konsentrasi 12 persen. Campuran serat dan perekat dikempa panas dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 2 cm pada suhu 1400C selama 20 menit. Papan komposit diuji sifat mekaniknya dengan menggunakan acuan standar JIS A-5908. Jenis tanaman yang diujicobakan berupa tanaman pangan dan tanaman hias. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi komposit serat alam sebagai media tanam vertikal yang memenuhi kebutuhan pasar seperti karakteristik kekuatan, ketahanan terhadap kondisi lingkungan, estetika serta kelayakan ekonomis. Dampak lain yang diharapkan dari penelitian ini adalah peningkatan nilai ekonomi limbah pertanian, pengembangan sistem pertanian modern (garden agriculture) serta menciptakan lingkungan yang asri dan nyaman. Kata kunci : sistem tanam vertikal, media tanam, pelepah kelapa sawit dan bambu, komposit.
6. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif Larvisida Fraksi Etil Asetat Kulit Mimba
(Azadiracta indica A.Juss) terhadap larva Aedes aegypti
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Hutan.Proceedi ng Mapeki XVI. Bogor.
Arief Heru Prianto
The potential of natural product as larvicides against Aedes aegypti larvae was assessed. Phytochemical analysis showed that ethyl acetate fraction contained many compound such as; alkaloid, flavonoid, saponin, and triterpenoid. Then, It was separated using chromatography column and yield 9 fractions. Second fraction (Ef-2) was the best larvicidal efficacy, and it also had higher efficacy than etil asetat fraction before it was isolated. Furthermore, magnetic resonance analysis (1H and 13C NMR) of Ef-2 was performed, and the molecul structure of bioactive compound was identified as Glycerol 1,2-di-(9Z-octadecenoate) 3-tetradecanoate.
(29)
23
7. Efektivitas Asap Cair pada Perlakuan Tanah terhadap rayap tanah Coptotermes gestroi Proceeding Mapeki XVI. Balikpapan. Arief Heru Prianto
Perlakuan Tanah (Soil treatment) merupakan teknik pencegahan serangan rayap pada bangunan. Penggunaan bahan kimia pada metode Soil Treatment akan menimbulkan pencemaran tanah dan air. Penggunaan bahan ramah lingkungan akan membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Untuk mengetahui efektivitas asap cair terhadap rayap tanah Coptotermes gestroi pada perlakuan tanah (soil treatment), maka asap cair diaplikasikan pada pasir dengan beberapa konsentrasi yaitu 0 persen, 25 persen, 50 persen, 75 persen, 100 persen. Pasir yang diberi perlakuan dimasukkan pada botol H. Rayap tanah dimasukkan pada salah satu ujung botol H. Pengamatan aktivitas rayap tanah Coptotermes gestroi dilakukan selama 14 hari.
8. Biovillage Concept for Community Development: Case Study in Temiang Village – Riau Biosphere Reserve Area
Proceedings of the Second International Symposium for Sustainable Humanospher e, Bandung, Indonesia, August 29, 2012, 161-165 ISSN 2088-9127 Sukara, E., W. Dwianto, Fitria, S.S. Kusumah, T. Darmawan, H. Gunawan
Biovillage is a good development concept to accomplish vision -
mission of Indonesia’s
Longterm(2005-2025) and Medium-term (2010-2014) Development Plan as well as Indonesian Institute of Sciences (LIPI) mission, expected to give both short-term and long-term solution in facing area/national issue by developing strategic knowledge. This concept puts human and natural resources as valuable assets used as major capitals to generate the economy of the area. This community empowerment plan toward integrated bio-conservation village concept will be implemented at Temiang Village located in the above biosphere reserve peatland whose peat swamp forest has been damaged even its forest cover has been completely altered. The aims of this study are (1) to increase the attention and awareness of the people of Temiang Village in Giam Siak Kecil – Bukit Batu (GSK – BB) Riau Biosphere Reserve Area of the importance of maintaining and preserving the natural ecosystem of tropical peat swamp forest; and (2) to attract participation and develop the skills of the community in Temiang Village in the perspective of preserving the tropical peat swamp
(30)
24
forest ecosystem. The target of this research is to build a conservation village model where the local community can preserve the natural environment of the tropical peat swamp forest ecosystem and utilize the local natural resources smartly and sustainable together with an increase of their socioeconomic life. 9. The Crystalllinity Behaviour of Composite Polylactid Acid Based Reinforced by Bamboo Fiber Which is Treated Using Different Chemical Treatment International Seminar on Chemical Engineering Laili Novita Sari, Lisman Suryanegara, Mochamad Chalid
Polylactid acid (PLA) is a bio-based palstic that has a great potential to replace petroleum-based plastic due to its high Young's modulus and tensile strength. However, the drawbacks of PLA are low toughness and slow crystallization speed limited
it’s application. In this study, PLA reinforced by bamboo fibers with different treatments such as alkali treated (NaOH) and bleaching treated (NaClO) in order to improve the crystallinity of PLA. The concentration of bamboo fibers in the composites were 5, 10 and 20 wt persen. X ray diffraction (XRD) was used to evaaluate the cystallinity of fibers. The result showed that the crystallinty of fibers was increased with decreasing of lignin and hemicellulose. Bamboo fibers without treatment has 56,5 persen cystallinity, while alkali treatment 64 persen crystallinity and fiber bleaching treatment has 66,6 persen crystalllinity. To determine the crystallinty effect of treated fiber on PLA composite, DSC (Differential Scanning Calorimetry) and XRD test was conducted on each composite sample. XRD result showed the interaction between fibers and PLA and an increasing of crystallinity with increasing of fiber content. The increasing of crystallinity happened on 10 persen and 20 persen fiber content. The best cystallinty was PLA - bleached bamboo fiber composite. The DSC data showed that increasing of fiber content resulted in increasing crystallization rate of PLA.
10. Study on the influence of Neem extract to intestinal protozoa, Proceeding IWORS. Balikpapan. Arief Heru Prianto
Neem is a plant that has found varied biological activities especially seed part to cancer, bactery, fungi and insect. Another part of plant like bark no many research done yet. The
(31)
25
Coptotermes gestroi
purpose of this research was to evaluate the influence of neem bark extract to protozoa on termite gut. There were four fractions tested to termite that were methanol, etyl acetate, diethyl eter and Aquos fraction. The tests were done in 0.25 and 0.50 persen (w/v) of concentrations. Observation of protozoa was done until four days. Observation of activities from each fractions showed the various effectivities and need further study to investigate the active compounds 11. Isolation And
Characterizatio n Of Cellulose Nanofibers
ACIKITA Lisman Suryanegara, Dian Susanthy, Muhammad Alif Hamimdal,
This paper describes the mechanical properties of a composite based on PLA and pulp fiber from sludge of paper recycling industry. The sludge of paper was first repulped, flotation deinked using detergen, and bleached using hydrogen peroxide. The purified pulp fiber then solvent exchanged and blended with PLA in an organic solvent with the various fibers content. The morphology and thermo-mechanical properties of the composte were evaluated by using SEM, UTM, and DSC. We found that cellulose fibers improved the thermo-mechanical properties of neat PLA. 12. Chemical Properties and Sugar Released of Sengon (Paraserianthes falcataria (L) NIELSEN) Stem and Branchwood Proceedings of the Second International Symposium for Sustainable Humanosphere, Bandung, Indonesia, August 29, 2012, 142-145 ISSN 2088-9127 Wahyuni, I., D.S. Adi, Y. Amin, S.S. Kusumah, T. Darmawan, W. Dwianto, T. Hayashi
An analysis of wood chemical properties such as extractive alcohol-benzene, lignin,holocellulose and -cellulose of Paraserianthes falcataria (L) Nielsen (Sengon) stem and branchwood have been investigated. This study is also concerned on the sugar released for ethanol production from Sengon branchwood. In this regard, sample of breast-height stem and the first branch of the tree with 10 cm diameter were analyzed by using Mokushitsu Kagaku Jiken Manual standard. The sugar released from enzymatic saccharification of woods was determined using Nelson-Somogyi method. The result showed that the amount of extractive alcohol-benzene, lignin, holocellulose, and -cellulose for Sengon stem were 4.3, 21.1, 77.3,and 52.2 persen respectively. While for branchwood, the corresponding values were 3.6, 25.7,74.7, and 42.1 persen
(32)
26
respectively. It was also observed that enzymatic saccharification of Sengon branchwood after 48 h released only 9.8 mg of sugar, which was lower than the result of its corresponding stem.
13. Water Vapor Sorption Behavior of Arabinoxylan from Corn Pericarp
Wood Research Journal 4 (1): 51-56
ISSN 2087-3840
Yoshida, T., W. Dwianto, Y. Honda, H. Uyama and J. Azuma
The influence of the degree of arabinose substitution in arabinoxylan on its water vapor sorption behavior was investigated by comparing the application of the independent dual sorption model and the Hailwood-Horrobin (H-H) model on corn pericarp arabinoxylans with arabinose/xylose ratios of 0.35, 0.26 and 0.12. Characterization of their sigmoid shaped adsorption isotherms grouped in IUPAC Type II indicates the usefulness of the former model to demonstrate the importance of arabinose substituents in increasing the affinity of corn pericarp arabinoxylan for water molecules. The present results open the future applicability of the independent dual sorption model for characterization of the hydration behavior of other branched polymers.
14. Removal of Arabinose Substituents from Corn Pericarp Arabinoxylan
Wood Research Journal 4 (1): 46-50
ISSN 2087-3840
Yoshida, T., W. Dwianto, Y. Honda, H. Uyama and J. Azuma
Partial acid hydrolysis of corn pericarp arabinoxylan (arabinose/xylose (A/X) ratio 0.35 and mean molecular weight of 53.6 × 103) was carried out at pH 1.0 for 1 ~ 6 h at 37 ~ 57 °C to remove arabinose substituents. The removal of arabinose could be described by regression analysis with the method of least squares. Following the regression profile, three kinds of desubstituted arabinoxylans having A/X ratios of 0.25, 0.12 and 0.03 with mean molecular weight values of 37.3 × 103, 15.6 × 103 and 7.2 × 103, respectively, could be prepared. All corn pericarp arabinoxylans were in the amorphous state and the film formability of the native state was lost after the partial acid hydrolysis.
(33)
27
15. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Pada Beton Aerasi (Autoclaved Aerated Concrete) Kumpulan Abstrak Proceeding MAPEKI, 2013Triastuti dkk Salah satu permasalahan yang ada saat sekarang ini adalah kebutuhan akan batu bata sebagai bahan dinding pada bangunan. Proses pembakaran batu bata merupakan salah satu sumber gas CO2 yang pada akhirnya mengakibatkan efek rumah kaca dan menimbulkan pemanasan global, oleh karena itu perlu dicari material yang dapat digunakan sebagai pengganti tanah liat pada produksi bata. Limbah serbuk kulit kerang memiliki sifat bahan seperti pozzolan karena mengandung senyawa kapur (CaO), alumina (Al2O3) dan senyawa silikat (SiO2) sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan campuran beton. Dalam penelitian ini akan dibuat beton ringan aerasi (AAC) dengan menggunakan bahan serbuk kulit kerang sebagai pengikat pengganti kapur batuan alam. Pembuatan dan pengujian beton ringan dilakukan pada skala laboratorium dengan sampel benda uji 5x5x5 cm dengan komposisi 40 persen bahan pengikat, 60 persen bahan pasir dan hydrogen peroxide bersama dengan cacium hypocloride sebagai bahan peng-aerasi. Sedangkan untuk proses pengerasan beton ringan aerasi dilakukan dengan steam uap bertekanan dengan menggunakan autoclave selama 1 jam. Pengujian density dan kuat tekan dulakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh rasio air dengan bahan pengikat (semen dan serbuk kerang) terhadap sifat-sifat karakterisasi dan juga nilai kekuatannya
16. Wind Powered Turbine for Urban Environment as an Adaptation to Climate Change Proceeding The 13th International Conference on QiR (Quality on Research), 2013, 1083-1086 Dany Perwita Sari
Climate change and energy crises nowadays become global issues in recent years which make alternative energy becomes more necessary than fossil fuels which limited availability. The use of wind generation in urban environments has increased in scale in recent years and provides significant potential. There has been an increasing interest in urban wind energy which using wind turbine in high rise building. The paper
(34)
28
highlights to function wind turbine for high rise building, it is important to balance between BIWT (Building Integrated Wind Turbines) aerodynamic building shape design and geographic area and climate. In this paper study case in Tropical Climate, Java Island, Indonesia. Early research, designed some of numerous famous high rise building will be redesign and simulated using CFD (Computational Fluid Dynamics) analysis to find the most effective BIWT design in urban area and then validate using wind tunnel experiment. This BIWT design will adapt to chosen area in Indonesia. This paper, focus to the guidance that the results of wind power density around Java Island and combined with best design of BIWT. Main purpose of this research is helping Indonesian citizen, especially in Java Island to predict the wind energy for replace fossil fuel for their day life. The result shows that, West Java (Southern Hemisphere) has the best performance and potential for BIWT (turbine located in side of rounded shape building). Building energy can be optimized through aerodynamic building design, wind turbine position and best geographic area and climate to get maximum wind power for building energy consumption.
17. Utilization of Micro Sisal Fibers as Reinforcement Agent and Polypropylene or Polylactic Acid as Polymer Matrices in Biocomposites Manufacture
Journal of Forestry Research, 2013, vol.10 (1), 11-20
ISSN 0216-0919
Subyakto, Nanang Masruchin, Kurnia Wiji Prasetiyo, Ismadi
Sisal (Agave sisalana) as a perennial tropical plant grows abundantly in Indonesia. Its fibers can be used as the reinforcement agent of biocomposite products. Utilization of sisal as natural fiber has some notable benefits compared to synthetic fibers, such as renewable, light in weight, and low in cost. Manufacture of biocomposite requires the use of matrix such as thermoplastic polymer, e.g. polypropylene (PP) and polylactic acid (PLA) to bond together with the reinforcement agent (e.g. sisal fibers). In relevant, experiment was conducted on biocomposites manufacture that comprised sisal fibers and PP as well as PLA. Sisal fibers were converted into pulp, then refined to micro-size
(35)
29
fibrillated fibers such that their diameter reduced to about 10 µm, and dried in an oven. The dry microfibrillated sisal pulp fibers cellulose (MSFC) were thoroughly mixed with either PP or PLA with varying ratios of MSFC/PP as well as MSFC/PLA, and then shaped into the mat (i.e. MSFC-PP and MSFC-PLA biocomposites). Two kinds of shaping was employed, i.e. hot-press molding and injection molding. In the hot-press molding, the ratio of MSFC/PP as well as MSFC/PLA ranged about 30/70-50/50. Meanwhile in the injection (employed only on assembling the MSFC-PLA biocomposite), the ratio of MSFC/PLA varied about 10/90-30/70. The resulting shaped MSFC-PP and MSFC-PLA biocomposites were then tested of its physical and mechanical properties. With the hot-press molding device, the physical and mechanical (strength) properties of MSFC-PLA biocomposite were higher than those of MSFC-PP biocomposite. The optimum ratio of MSFC/PP as well as MSFC/PLA reached concurrently at 40/60. The strengths of MSFC-PP as well as MSFC-PLA biocomposites were greater than those of individual polymer (PP and PLA). With the injection molding device, only the MSFC-PLA biocomposite was formed and its strengths reached maximum at 30/70 ratio. The particular strengths (MOR and MOE) of MSFC-PLA biocomposite shaped with injection molding were lower than those with hot-press molding, both at 30/70 ratio. The overall MOR of such MSFC-PLA biocomposite was lower than that of pure PLA, while its MOE was still mostly higher.
18. Effects of Temperature and Time of Carbonization on the
properties of Bamboo
Wood Research Journal, 2012, vol. 3 (2), 68-73
ISSN 2087-3840
Subyakto, Ismail Budiman, Gustan Pari
Lignocellulosic materials such as wood and bamboo have special characteristics when carbonized at high temperature. For example the electrical conductivity of wood and bamboo increases when carbonized at temperature of 800°C or higher. This property can be used for developing
(36)
30
(Dendrocalam us asper) Carbon
smart materials such as fiber reinforced concrete which has function as sensors for load, damage or temperature. In this experiment, betung bamboo (Dendrocalamus asper) was carbonized at different temperatures and times of carbonization. The purpose of this experiment was to observe the effect of temperature and time of carbonization on the properties of bamboo carbon. Bamboo in the form of particles were carbonized at temperature of 400°C for 300 min and continued at temperatures of 700, 800, or 900°C for 45, 60, or 90 min. Carbon properties such as yield, fixed carbon, volatile matters, and ash content were determined. Structure properties were studied by X Ray Diffraction (XRD), morphological properties were observed by Scanning Electron Microscope (SEM), and electrical conductivity was measured using LCR meter. Result shows that increasing temperature and time of carbonization have significant effects on the structure and other properties of bamboo carbon. Carbonization at temperature of 800°C for 60 min was considered as an optimum condition. 19. Chemical Properties and Sugar Released of Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen Stem and Branchwood Proceedings The 2nd International Symposium For Sustainable Humanosphere, 2012 Ika Wahyuni, Danang S. Adi, Yusup Amin, Sukma S. Kusumah, Teguh Darmawan, Wahyu Dwianto, Takahisa Hayashi
An analysis of wood chemical properties such as extractive alcohol-benzene, lignin,holocellulose and -cellulose of Paraserianthes falcataria (L) Nielsen (Sengon) stem and branchwood have been investigated. This study is also concerned on the sugar released for ethanol production from Sengon branchwood. In this regard, sample of breast-height stem and the first branch of the tree with 10 cm diameter were analyzed by using Mokushitsu Kagaku Jiken Manual standard. The sugar released from enzymatic saccharification of woods was determined using Nelson-Somogyi method. The result showed that the amount of extractive alcohol-benzene, lignin, holocellulose, and -cellulose for Sengon stem were 4.3, 21.1, 77.3, and 52.2 persen respectively. While for branchwood, the corresponding values were 3.6,
(37)
31
25.7, 74.7, and 42.1 persen respectively. It was also observed that enzymatic saccharification of Sengon branchwood after 48 h released only 9.8 mg of sugar, which was lower than the result of its corresponding stem.
20. Development of Cement-Coir Carbon Fiber Composites with Damage Self Detection Capability Wood Research Journal. Vol 3 (2) 2012 : 74.80
ISSN / ISBN / IBSN : 2087-3840 Ismail Budiman , Subyakto , Akhiruddin Maddu , Gustan Pari
Research on the manufacture of cement-carbon composite materials using carbon fiber from coconut coir fiber has been performed. Carbonization was carried out at two phases. First, it was carbonized at a temperature of 400C for 300 min and continued by the second phase at a temperature of 800C for 60 min. The structures of carbon fiber was measured using X-Ray Diffraction (XRD) while the sample surface analysis was carried out using Scanning Electron Microscope (SEM) and the electrical conductivity of samples was measured using LCR (Inductance Capasitance and Resistance) meter. Three carbon types (carbon without treatment, carbon soaked in 10 persen and 20 persen solution of potassium hydroxide (KOH)) were used to manufacture cement-carbon composites. Three levels of carbon content of 0.5 persen, 0.75 persen and 1.0 persen by weight of cement were used. Results showed that the cement-carbon composite added with soaked carbon in 20 persen solution of KOH at 1.0 persen carbon content has the best properties of compressive strength (24.94 ± 1.24 MPa), modulus of rupture (MOR) (5.23 ± 0.47 MPa) and damage self-detection (load at the first crack = 21.04 N).
21. Green Building Materials from Natural Fibers Reinforced Cement Proceeding The 2nd International Symposum for Sustainable Humanosphere. Bandung, August 29, 2012. pg. 50-53. ISSN 2088-9127 Ismail Budiman , Mohamad Gopar , Subyakto , Bambang Subiyanto
Nowadays, application of natural fiber reinforced cement based materials in housing construction as non-structural housing components such as wall and roofing are increasing. The composites have excellent mechanical properties, dimensional stability, decay and fire resistance. Furthermore, utilization of natural fibers give environmental advantages since it reduces utilization of glass fiber or other non-renewable
(38)
32
materials that usually used as reinforcement. In this research, we proposed two kind of natural fibers (abaca and sisal fibers) to reinforce cement bonded board. Results shown that combination of fibers treatment and addition of catalyst (magnesium chloride and calsium chloride) improved the physical and mechanical properties of the boards. 22. Effect of Low
Ash Coal Addition on The Properties of Bio-Pellet From Bamboo Betung
(Dendrocalamu s asper)
Proceeding The 2nd
International Symposium for Sustainable Humanosphere. 2013. 76-80
ISSN / ISBN / IBSN : 2088-9127
Wida B Kusumaningr um, Ismail Budiman, Sasa Sofyan M
Bio-pellet that formed by densification method from biomass could be as an alternative energy to substitude coal for household and industrial energy which could not be renewed. During this time, bio-pellet are produce from wood powder and wood waste which existingly declined. On the other hand, non-wood sources such as bamboo betung (Dendrocalamas asper) have potentialy used as raw material to produce bio-pellet. Bamboo betung was fast growing plant, wide dispered in all kind of Indonesian conture, and could grow in critism area such mining former with success index about 72 persen. The excellences of bio-pellet from biomass are sustainable, renewable, recycled the carbondioxide by fotosintesis process, emissionless of sulfur, less of combustion ash could be more ecofriendly than that of coal briquettes. First of all, bamboo was milled with ring flaker and hammer mill to obtain bamboo powder qualified from 40 mesh in size. Then the material was dried to achived water contain less than 10 persen. Subsequently, bio-pellet production were produced by densifications method with conventional pelletizer. Pressing temperatures were determined in 150, 200, and 250C and pressing time in 15 minutes. Bio-pellet were produced for 1 cm in diameter which world standard could achived in 6 mm until 1 cm. The addition of low ash coal for 5 and 10 persen in composition by total weight were conducted to investigated the effect for physical, mechanical, and combustion analysis properties. Physical and mechanical properties
(39)
33
were improved by level upash of pressing temperatures. Addition of low ash coal were slightly effected to the physical and mechanical properties. Calorific value were increased by the level upash of pressing temperatures for all formula. Low ash coal addition were decreased the calorific value, ash content, and fixed carbon. Calorific value for bamboo pellet were achived 4,258 and 4,360 cal/g for pressing temperature in 200C and 250C. 23. Characteristics
of strands and pulp from oil palm fronds and vetiver roots
Proceeding The 2nd Int'l Symposium for Sustainable Humanosphere, Tahun 2013, Halaman 1-7
ISSN 2088-9127
Firda Aulya Syamani, Lilik Astari, Subyakto, Sukardi, Ani Suryani
Oil palm fronds (OPF) and distillated vetiver roots (dVR) are agricultural by products that would be the economically lignocellulosic resources. To extract cellulose from lignocellulosic materials,lignin and hemicellulose have to be separated by pulping and bleaching process. Cellulose fibres are potential to be utilized as reinforcing agent in composite materials. In this study, we investigate chemical properties of OPF and dVR strands. Then, effect of NaOH concentration, time and temperature of pulping on OPF and dVR ethanol-benzene extractive and lignin content were evaluated. The chemical composition of OPF and dVR strands were investigated according to TAPPI standard. Mechanical properties of the strands were evaluated using universal testing machine. The chemical analysis after pulping were also conducted. The ethanol-benzene extractive, lignin and cellulose contents of OPF determined in this work were similar to previous research results. The hollocellulose content shows that cellulose content in OPF strands of this study were slightly lower than those of cellulose content in OPF strands on previous studies. The ethanol-benzene extractive content in dVR strands were lower than those of undistillated vetiver root (VR). Distillation process which conducted at temperature of 160C and pressure of 5 bar for 16 hours, extracted essential oil from vetiver root and resulted a low ethanol-benzene extractive content.
(40)
34
Cellulose content in dVR was 30.33 persen, similar with cellulose content in OPF which was 30.60 persen. The mechanical properties were also evaluated on OPF, VR and dVR strands. OPF strands exhibit higher tensile strength (76.17 MPa)than VR strands due to smaller fiber diameter. The OPF strands modulus of elasticity (19.18 GPa) was also higher than VR strands. However, OPF strands show lower elongation at break (0.64 persen) than VR strands. These data indicate that OPF strands are strong, stiff but brittle. The VR strands modulus of elasticity before subjected to distillation process was lower than dVR strand. However, the maximum strain value and tensile strength of VR strands is higher than of dVR. These data indicate that dVR strands are weak and brittle. High temperature during distillation resulting an inferior dVR mechanical properties. Lignin and ethanol-benzene extractive in OPF and dVR were reduced after pulping. NaOH 10 persen degrade more lignin and ethanol-benzene extractive from OPF and dVR than NaOH 5 persen, within 2 hours pulping. Keywords: Oil palm fronds, vetiver roots, alkaline pulping, chemical composition, mechanical properties.
24. Pengaruh Rasio Air Dengan Bahan Pengikat pada Autoclaved Aerated Concrete (AAC) Berbasis Limbah Cangkang Kerang
Prosiding Simposium RAPI ke-12, 2013
ISSN / ISBN / IBSN : 1412-9612
Triastuti dkk Salah satu permasalahan yang ada saat sekarang ini adalah kebutuhan akan batu bata sebagai bahan dinding pada bangunan. Proses pembakaran batu bata merupakan salah satu sumber gas CO2 yang pada akhirnya mengakibatkan efek rumah kaca dan menimbulkan pemanasan global, oleh karena itu perlu dicari material yang dapat digunakan sebagai pengganti tanah liat pada produksi bata. Limbah serbuk kulit kerang memiliki sifat bahan seperti pozzolan karena mengandung senyawa kapur (CaO), alumina (Al2O3) dan senyawa silikat (SiO2) sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan campuran beton. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh rasio air dengan bahan pengikat (semen dan serbuk kerang) terhadap
(41)
35
sifat-sifat karakterisasi dan juga nilai kekuatannya. Dalam penelitian ini beton ringan aerasi (AAC) dibuat dengan menggunakan bahan serbuk kulit kerang sebagai pengikat pengganti semen. Pembuatan dan pengujian beton ringan dilakukan pada skala laboratorium dengan sampel benda uji 5 x 5 x 5 cm dengan komposisi 40 persen bahan pengikat, 60 persen bahan pasir dan hydrogen peroxide bersama dengan cacium hypocloride sebagai bahan peng-aerasi. Rasio air dengan bahan pengikat yang dipakai adalah sebesar 0,55 dan 0,65. Sedangkan untuk proses pengerasan beton ringan aerasi dilakukan dengan steam uap bertekanan dengan menggunakan autoclave selama 1 jam. Pengujian density dan kuat tekan dilakukan pada umur 7, 21 dan 28 hari. Hasil pengujian menunjukkan bahwa AAC dengan menggunakan rasio larutan Hydrogen Peroxide dan bahan pengikat 0,55 menghasilkan kuat tekan yang lebih besar daripada kuat tekan yang dihasilkan oleh AAC dengan menggunakan rasio larutan Hydrogen Peroxide dan bahan pengikat sebesar 0,65. Density yang dihasilkan pada kedua komposisi tidak berbeda jauh, sehingga rasio perbandingan antara larutan Hydrogen peroxide dengan bahan pengikat tidak berpengaruh terhadap density yang dihasilkan.
25. Fiber Qualities of Pretreated betung Bamboo (Dendrocalamu s Asper) By Mixed Culture of White-Rot Fungi with Respect to Its Use For Pulp/Paper
Journal of Forestry Research, 2013,10(2) dan 95-105
ISSN 0216-0919
Widya Fatriasari, Ratih Damayanti, Sita H.Anita
The previous observation on anatomical structure of pretreated betung bamboos (Dendrocalamus asper) using single culture of white rot fungi has been investigated, which revealed that the pretreatment brought about the decrease in the Runkel ratio as well as the coefficient rigidity and the increase in flexibility ratio of their corresponding bamboo fibers. Besides, such pretreatment that used Trametes versicolor fungi and lasted for 45 days inflicted intensive fiber damages compared with those of untreated bamboo (control). However, there is no study reported on the anatomical structure changes of them caused by pretreatment using mixed
(42)
36
culture of white rot fungi. In relevant, fresh and barkless of 2 year old betung bamboo in form of chips, 1.6 cm in length were inoculated by 10 persen of mixed culture of white-rot fungi inoculums stock for 30 and 45 days in room temperature. There were four treatment groups related to such mixed culture, i.e T. versicolor and P. ostreatus (TVPO); P. ostreatus and P. chrysosporium (POPC); P. chrysosporium and T. versicolor (PCTV); and P. chrysosporium, T. versicolor and P. ostreatus (TVPCPO). After the inoculation period, the chips were macerated into separate fibers using Scultze method to analyze the fiber dimension and its derived values. The fibers were then observed regarding the macro and microscopic structures by optical microscope. Mixed culture pretreatment of white rot fungi accelerated improvement of fiber morphology and fiber derived value characteristics, except for Muhlsteph ratio. The fiber derived values of treated bamboo tended to improve compared to those of untreated bamboo, thereby requiring milder pulping condition as well. Accordingly, the treated bamboo would indicatively produce a good pulp quality (grade I) based on FAO and LPHH (Forest Product Research Report) requirements. Co-culture treatment using P. chrysosporium and P. ostreatus for 45 days came up with the best fiber dimension and its derived value properties. The fungi hypae colonized on the surface area of bamboo followed by mycelium penetration into substrate (bamboo-inner structure). The partial degradation caused by delignification indicatively attributed by the fungi activity was shown in macroscopic images.
26. Optimization of two-step catalyzed biodiesel production from soybean waste cooking oil
Journal
Material Cycles Waste
Management, 2013, 15, 179-186
DOI :
10.1007/s1016 3-012-0106-5 ISSN / ISBN / IBSN : 1438-4957
Triyani Fajriutami, Yong Chan Seo, Young Hwan Chu
An acid–base-catalyst-based two-step biodiesel production experiment from soybean waste cooking oil was carried out to identify which parameter is the most influ- ential among the experimental parameters by using the Taguchi method.
(43)
37
Heterogeneous catalysts were used to avoid a water-consuming homogeneous catalyst removal process. Ferric sulfate and calcium oxide were used as acid and base catalysts, respectively, for the heterogeneous reaction. Reaction time and methanol-to-triglyceride mole ratio were significant factors. The optimum parameters for step 1 (acid esterification) were 4 h of reaction time, 4 wt. persen of ferric sulfate amount, a 16:1 methanol to tri- glyceride mole ratio, and 400 rpm of mixing speed, respectively. For the transesterification step, the most influential factor was reaction time, and CaO amount was significant as well. On the other hand, the mole ratio of methanol and oil was relatively less significant. Optimum parameters were 3 h of reaction time, 2 wt. persen of CaO, and a 12:1 methanol to triglyceride mole ratio with mixing speed at 400 rpm in this experimental range. Under the optimum conditions, waste cooking oil with 5.27 mg KOH/g of acid value was converted into crude biodiesel by a two-step process with fatty acid methyl ester content reaching 89.8 persen without any further post-purification.
27. Biopulping of Bamboo Using White Rot Fungi Schizophyllum commune Proceedings of the 2nd International Symposium for Sustainable Humanosphere: Balancing Efforts on Environment Usage in Economy and Ecology. Bandung, August 29, 2012, pp. 8-13.
ISSN 2088-9127
Fitria, R. A. Ermawar, W. fatriasari, T. Fajriutami, Dede Heri Yuli Yanto, Faizatul Falah, Euis Hermiati
In this study, we investigated the use of white-rot fungi Schizophyllum commune as delignification agent in biopulping of bamboo. The influence of S. commune in the pulping process of two bamboos, kuning bamboo (Bambusa vulgaris) and betung bamboo (Dendrocalamus asper ), has been observed. S. commune inoculated-bamboo chips with ±1.6 cm in length were incubated for 2 and 4 weeks and then cooked using open hot-soda pulping. Process condition was arranged by using active alkali 25 persen of 1000 g targeted oven-dried weight of chips, followed by pulping
the chips for 2 h at 100˚C targeted
temperature with liquor-to-wood ratio of 10:1. This process was then continued by defibration process using beater hollander for 45 min. Analysis was performed on total pulp
(1)
IV. Struktur Organisasi yang Diusulkan
Struktur organisasi yang diusulkan pada pengajuan Pusat Penelitian Biomaterial adalah Kepala Puslit (Eselon IIa), dibantu Kepala Bagian Tata Usaha (Eselon IIIa), Kepala Bidang Pengembangan Bisnis dan Informasi (Eselon IIIa) dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas dan fungsi melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, tata persuratan dan kearsipan, dan rumah tangga. Untuk membantu pekerjaannya, Kepala Bagian Tata Usaha dibantu oleh Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian (Eselon IV), Kepala Subbagian Keuangan (Eselon IV).
Bidang Pengembangan Bisnis dan Informasi mempunyai tugas dan fungsi pelayanan jasa ilmiah/kerjasama, kehumasan serta pemasyarakatan ilmu pengetahuan. Untuk membantu pekerjaannya, Kepala Bidang Pengembangan Bisnis dan Informasi dibantu oleh Kepala Subbidang Pengembangan Bisnis (Eselon IV) dan Kepala Subbidang Dokumentasi dan Informasi (Eselon IV).
(2)
Laporan Singkat Perkembangan Kegiatan Program Prioritas Nasional (PN) 5 TAHUN 2013
PENGEMBANGAN BIO-KONTROL DAN BIO-PESTISIDA SEBAGAI SUPLEMEN PUPUK ORGANIK UNTUK IMPLEMENTASI KONSEP BIO-VILLAGES BERBASIS
PERTANIAN ORGANIK
Ringkasan Eksekutif
Pertanian organik dapat didefenisikan sebagai sistem pengelolaan produksi pertanian yang holistik yang mendorong dan meningkatkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah, dengan menekankan pada penggunaan input dari dalam dan menggunakan cara-cara mekanis, biologis dan kultural. Dalam sistem pertanian organik masukan (input) dari luar (eksternal) akan dikurangi dengan cara tidak menggunakan pupuk kimia buatan, pestisida dan bahan-bahan sintetis lainnya. Mikroba tanah dimanfaatkan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah karena mampu melakukan daur ulang hara, menghasilkan senyawa-senyawa berguna bagi tanah dan tanaman.
Persediaan pupuk organik menjadi kunci penting agar pertanian organik dapat berjalan dengan lancar. UPT BPP Biomaterial telah mengembangkan paket teknologi produksi pupuk organik. Pada tahun 2011 dilakukan penyediaan sarana dan prasarana produksi pupuk, dan pada tahun 2012 dilakukan analisis aktivitas mikroba, produksi pupuk organik dan mengaplikasikannya pada budidaya pertanian organik. Pada tahun 2013 ini dilakukan pengembangan biokontrol dan biopestisida sebagai pengendali serangga hama. Hasil akhir yang diharapkan dari rangkaian kegiatan ini adalah terbentuknya bio-villages yang berbasis pada pertanian organik.
(3)
Bangunan Tempat Produksi Fermentor Tangki
Sterilizer Filling Machine
Sarana dan Prasarana Produksi
Inisiasi Aplikasi Pupuk Organik Dalam Budidaya Hortikultura
Agar melengkapi organik village yang sedang dikembangkan, pupuk organik yang dihasilkan akan diaplikasikan pada budidaya hortikultura.
Produksi POC Pupuk Organik Cair “Biomat”
(4)
Produksi dan Aplikasi POC di Demak
Sosialisasi Pertanian Organik
Para Peserta Sosialisasi
Suasana Sosialisasi Survei Lahan Demplot
Foto Bersama Petani, Dinas Pertanian dan PPL
(5)
Sosialisasi Pupuk Organik dan Biokontrol di Desa Banjaratma, Kecamatan Bulakamba – Brebes
Rencana Kedepan
Tanam padi perdana sistem mekanis di demak Jawa Tengah
Sarasehan Petani dengan Gubernur Jawa Tengah dalam rangka tanam padi perdana sistem mekanis
(6)