Re nca na Te r p a d u d a n Pr ogr a m I nv e s ta s i I nfr a s tr uktur J a ngka Me ne nga h (RPI 2 -J M) Kota Ta nge r a ng 2015 -2019

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 BAB. III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA KOTA TANGERANG SELATAN

3.1. RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)

3.4.1 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH NASIONAL

  Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan: a.

  Ruang wilayah nasional yang aman, nyamwn, produktif, dan berkelanjutan; b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; d.

  Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; e.

  Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; f. Pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; g.

  Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah; h. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan i. Pertahanan dan keamanan Negara yang dinamis serta integrasinasional

  Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi: 1.

  Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: a.

  Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki, dengan strategi: Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaandan kawasan

   perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah disekitarnya; Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat

   pertumbuhan; Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan

  

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

   dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

  Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif

  b.

  Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air yang terpadu dan merata diseluruh wilayah nasional, dengan strategi: Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan

   transportasi darat, laut,dan udara; Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;

   Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan

   secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan

   sumberdaya air;dan Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem

   jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

2. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang, meliputi: a.

  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung: 1)

  Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup, dengan strategi: Menetapkan kawasan lindung diruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang

   didalam bum i; Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling

   sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya;dan Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat

   pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

  2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkankerusakan lingkungan hidup, dengan strategi:

   Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak

  Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;

   negative yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,dan/atau komponen

  

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  lain yang dibuang kedalamnya; Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung

   menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkanlingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan; Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk menjamin

   kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara

   bijaksana dan sumberdaya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya;dan mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan

   rawan bencana.

  b.

  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya: 1)

  Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya, dengan strategi: Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional untuk pemanfaatan

   sumberdaya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pem anfaatan ruang wilayah; Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalamk awasan beserta prasarana secara

   sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya; Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan

   keamanan,sosial budaya,serta ilmu pengetahuan dan teknologi; Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan

   ketahanan pangan nasional; Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulauuntuk meningkatkan

   daya saing dan mewujudkan skala ekonomi;dan Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi

   di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, dan/atau landas kontinen untuk meningkatkan perekonomian nasional.

  2) Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  daya tamping lingkungan, dengan strategi: Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana

   untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana; Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan mengoptimalkan

   pemanfaaatan ruang secara vertical dan kompak; Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen)

   dari luas kawasan perkotaan; dan Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar dan

   metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan disekitarnya.

   kecil.

  Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau

  c.

  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional: 1)

  Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional, degan strategi:

  Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;

   Mencegah pemanfaatan ruang dikawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi

   fungsi lindung kawasan; Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi

   mengurangi fungsi lindung kawasan; Membatasi pengembangan prasarana dan sarana didalam dan disekitar kawasan strategis

   nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya; Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional

   yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun;dan

   Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkem bang didalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

  Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga, 2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

  3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

  Kriteria: 1.

  Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

  Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

  Kriteria : 1.

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau,

  Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensisebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

  Kriteria: 1.

4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: 1.

  Pertahanan dan keamanan, a.

  Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional, b.

  Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau c. Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang Berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

  2. Pertumbuhan ekonomi, a.

  Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh, b. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, c. Memiliki potensi ekspor, d. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi, f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, g.

  Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka Mewujudkan ketahanan energi nasional, atau h. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

  3. Sosial dan budaya a.

  Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional, b. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa, c. Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, d. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, e. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f. Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

  4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi a.

  Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 b.

  Pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, Pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir c. Memiliki sumber daya alam strategis nasional d. Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa e. Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f. Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang c. ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, d. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara, e. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro f. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup g. rawan bencana alam nasional b. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

3.4.2 RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH NASIONAL

  Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan landasan hukum dan acuan spasial bagi pemanfaatan ruang dan pengendaliannya. Menurut PP nomor 26 tahun 2008, mengenai rencana struktur ruang wilayah nasional, bahwa struktur ruang nasional terdiri atas: 1.

   Sistem Perkotaan Nasional

  Sistem perkotaan nasional merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam struktur ruang. Sistem perkotaan nasional dibagi menjadi tiga bagian, yakni PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Selain sistem perkotaan nasional dikembangkan PKSN untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara.

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 a.

  Kriteria dari PKL (Pusat Kegiatan Lokal) adalah sebagai berikut:

   pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau

   pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;

   pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga;

  Kriteria dari PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional)

  d.

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau

  c.

  Kriteria dari PKN (Pusat Kegiatan Nasional) adalah sebagai berikut:

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor- impor yang mendukung PKN;

  Kriteria dari PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) adalah segai berikut:

  b.

   Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

   Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau

   Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor- impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

   pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional

  Transportasi merupakan salah satu aspek yang mendukung suatu pembangunan. Keterpaduan sistem jaringan transportasi menjadi salah satu tujuan secara nasional. Maka dari itu dalam rencana struktur ruang wilayah nasional, sistem jaringan transportasi terdiri atas: 1)

  Sistem jaringan transportasi darat; Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.

  2) Sistem jaringan transportasi laut Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran.

3) Sistem jaringan transportasi udara.

  Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan.

3. Sistem Jaringan Energi Nasional

  Sistem jaringan energi nasional terdiri atas: 1)

  Jaringan pipa minyak dan gas bumi Jaringan pipa minyak dan gas bumi dikembangkan untuk: a. menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan dan/atau tempat penyimpanan; atau b. menyalurkan minyak dan gas bumi dari kilang pengolahan atau tempat penyimpanan ke konsumen.

  2) Pembangkit tenaga listrik

  Pembangkittenagalistrikdikembangkanuntuk memenuhipenyediaantenaga listrik sesuai dengan kebutuhan yang mampu mendukung kegiatan perekonomian.

3) Jaringan transmisi tenaga listrik.

  Jaringan transmisi tenaga listrik dikembangkan untuk menyalurkan tenaga listrikantarsistemyang menggunakan kawat saluran udara,kabel bawah tanah, atau kabel bawah laut.

4. Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional

  Sistem jaringan telekomunikasi nasional terdiri atas: 1)

  Jaringan terestrial

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  Jaringan terestrial dikembangkan secara berkesinambungan untuk menyediakan pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah nasional.

2) Jaringan satelit.

  Jaringan satelit dikembangkan untuk melengkapi sistem jaringan telekomunikasi nasional melalui satelit komunikasi dan stasiun bumi.

5. Sistem Jaringan Sumber Daya Air

  Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah. Wilayah sungai dan cekungan air tanah lintas negara ditetapkan dengan kriteria melayani kawasan perbatasan negara atau melintasi batas negara.

3.4.3 RENCANA POLA RUANG WILAYAH NASIONAL

  Menurut PP nomor 26 tahun 2008, Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional terdiri atas: 1.

  Kawasan Lindung Nasional Kawasan lindung nasional terdiri atas: a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasanbawahannya, terdiri atas: 1. kawasan hutan lindung; 2. kawasan bergambut; dan 3. kawasan resapan air.

  b. kawasan perlindungan setempat, terdiri atas: 1. sempadan pantai; 2. sempadan sungai; 3. kawasan sekitar danau atau waduk; dan 4. ruang terbuka hijau kota.

  c. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri atas: 1. kawasan suaka alam; 2. kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; 3. suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut; 4. cagar alam dan cagar alam laut; 5. kawasan pantai berhutan bakau;

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 6.

  taman nasional dan taman nasional laut; 7. taman hutan raya; 8. taman wisata alam dan taman wisata alam laut; dan 9. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan d. kawasan rawan bencana alam, terdiri atas: 1. kawasan rawan tanah longsor; 2. kawasan rawan gelombang pasang; dan 3. kawasan rawan banjir e. kawasan lindung geologi, terdiri atas: 1. kawasan cagar alam geologi; 2. kawasan rawan bencana alam geologi; dan 3. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah f. kawasan lindung lainnya, terdiri atas: 1. cagar biosfer; 2. ramsar; 3. taman buru; 4. kawasan perlindungan plasma nutfah; 5. kawasan pengungsian satwa; 6. terumbu karang; dan 7. kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi 2.

  Kawasan Budidaya yang Memiliki Nilai Strategis Nasional.

  Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan andalan. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah disekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah. Kawasan andalan terdiri atas: a.

  Kawasan andalan darat, terdiri dari: 1 ) Kawasan andalan berkembang

  Kawasan andalan berkembang ditetapkan dengan kriteria: a.

  Memiliki paling sedikit 3 (tiga) kawasan perkotaan; b. Memiliki kontribusi terhadap produk domestic bruto paling sedikit 0,25% (nol koma dua

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  lima persen); c. Memiliki jumlah penduduk paling sedikit 3% (tiga persen) dari jumlah penduduk provinsi; d.

  Memiliki prasarana berupa jaringan jalan, pelabuhan laut dan/atau bandar udara, prasarana listrik, telekomunikasi, dan air baku, serta fasilitas penunjang kegiatan ekonomi kawasan; dan e. Memiliki sektor unggulan yang sudah berkembang dan/atau sudah ada minat investasi.

2) Kawasan andalan prospektif berkembang.

  Kawasan andalan prospektif berkembang ditetapkan dengan kriteria: a.

  Memiliki paling sedikit 1 (satu) kawasan perkotaan; b. Memiliki kontribusi terhadap produk domestic bruto paling sedikit 0,05% (nol koma nol lima persen); c.

  Memiliki laju pertumbuhan ekonomi paling sedikit 4% (empat persen) pertahun; d.

  Memiliki jumlah penduduk paling sedikit 0,5% (nol koma lima persen) dari jumlah penduduk provinsi; e. memiliki prasarana berupa jaringan jalan, pelabuhan laut, dan prasarana lainnya yang belum memadai; dan f. memiliki sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan.

  b.

  Kawasan andalan laut.

  Kawasan andalan laut ditetapkan dengan kriteria: a.

  Memiliki sumberdaya kelautan; b. Memiliki pusat pengolahan hasil laut; dan c. Memiliki akses menuju pasar nasional atau internasional.

3.2 ARAHAN RTRW PULAU JAWA DAN PULAU BALI

  RTRW Pulau Jawa

  • – Bali disusun untuk meningkatkan kerjasama pembangunan antar daerah di Pulau Jawa dan Pulau Bali serta mensinergiskan rencana tata ruang antar daerah dan RTRW Nasional. Sasaran penyusunan RTRW Pulau Jawa – Bali sebagai berikut : a.

  Terwujudnya ladasan hukum yang mengikat bagi pemerintah dan pemerintah daerah sesuai tugas dan fungsi kewenangannya dalam mengoperasikan RTRWN di Pulau Jawa-Bali.

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 b.

  Terarahnya pengembangan Pulau Jawa-Bali secara lebih terpadu dan sinergis sebagai kesatuan kegiatan sosial, ekonomi dan budaya dengan memperhatikan potensi, karakteristik dan daya dukung lingkungannya.

  c.

  Terlaksananya pembangunan lintas sektor dan lintas provinsi secara lebih efektif dan efisien serta konsisten dengan kebijakan nasional yang memayunginya.

  d.

  Tersedianya landasan pencapaian keterpaduan dan kerjasama pembangunan lintas wilayah provinsi dan lintas sekor guna mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang optimal.

  e.

  Tersedianya acuan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas wilayah provinsi.

Tabel 3.1 Sinkronisasi Arahan Struktur Tata Ruang Provinsi Banten Dalam RTRWN Nama Kota Dalam Sistem Hirarki Kota Keterangan No. Hirarkhi Kota RTRW Provinsi Banten RTRWN Keterangan 2002-2017

  1. PKN / Kota Orde I Serang Kota Tangerang Satu kota sesuai Cilegon Kabupaten Serang arahan menurut

  RTRWN maupun RTRW Provinsi Banten

  2. PKW / Kota Orde IIA BalarajaLabuan, Bitung Teluknaga, Malimping

  Serpong, Cibaliung, Pandeglang, Cipondoh,

  3. Kota Orde IIB

  4. PKL / Kota Orde IIIA Cikupa, Pasar Kemis, (PKL 1) Tigaraksa,

  Jatiuwung,Cikande, Menes, Muara Binuangeun, Sumur

  5. Kota Orde IIIB (PKL 2)

  Sumber :

  PP No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN

   RTRW Provinsi Banten 2002 – 2017

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  Mengendalikan secara ketat pengembangan industri ke dalam zona-zona dan kawasan- kawasan industri yang telah ditetapkan.

  Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan cagar budaya.

  h.

  Mengembangkan zona-zona pemanfaatan minyak dan gas untuk wilayah perairan laut dan/atau lepas pantai.

  g.

  Mendorong pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan jasa koleksi dan distribusi di Pulau Jawa-Bali.

  f.

  Mengintegrasikan kegiatan industri ke dalam zona-zona dan kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan.

  e.

  d.

  RTRW Pulau Jawa-Bali mempunyai peranan yang sangat penting, sebagai alat untuk mensinergiskan aspek-aspek yang menjadi kepentingan Nasional dan sebagaimana yang direncanakan dalam RTRW dengan aspek-aspek yang menjadi kepentingan daerah sebagaimana dalam RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.

  Mengendalikan pertumbuhan pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan yang berpotensi menganggu kawasa-kawasan yang rawan bencana serta mengancam keberadaan kawasan lindung dan kawasan produksi pangan melalul pengendalian aspek kependudukan dan kegiatan sosial-ekonominya.

  c.

  Mempertahankan sumber-sumber air dan merehabilitasi daerah resapan air untuk menjaga ketersediaan airsepanjang tahun.

  b.

  Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung yang semakin terdesak oleh kegiatan budidaya hingga mencapai luasan minimal 30% dan keseluruhan luas wilayah Pulau Jawa-Bali, khususnya Pulau Jawa Bagian Selatan dan Pulau Bali Bagian Tengah.

  b.

  Mempertahankan Pulau Jawa-Bali sebagal lumbung pangan Nasional melalui berbagaiupaya menetapkan dan mempertahankan kawasan produksi pangan.

  a.

  Arah kebijakan RTRW Pulau Jawa-Bali difokuskan pada beberapa hal berikut.

3.3 ARAHAN RTRW PROVINSI BANTEN

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

3.4.1 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG a.3.1.1 TUJUAN PENATAAN RUANG

  Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3, maka tujuan penataan ruang adalah untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Tujuan perwujudan tersebut diterjemahkan lebih lanjut dengan : a.

  Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; c.

  Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

  Secara lebih operasional dalam PP No.26/2008 tentang RTRWN, khususnya Pasal 2 dikemukakan bahwa penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan : a.

  Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; d. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; e.

  Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; f. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; g.

  Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah; h. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan i. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional

  Berdasarkan kedua penetapan di atas, sesuai dengan kewenangan pada tingkat provinsi, maka tujuan

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  penataan ruang wilayah Provinsi Banten adalah Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Banten adalah

  Mewujudkan Ruang Wilayah Banten sebagai Pintu Gerbang Simpul Penyebaran Primer Nasional- Internasional yang Aman, Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan melalui pengembangan pusat- pusat pertumbuhan yang mendukung ketahanan pangan, industri, dan pariwisata. Tujuan tersebut

  kemudian dijabarkan kedalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Provinsi Banten untuk mewujudkan pola dan struktur ruang wilayah Provinsi Banten. Adapun kebijakan dan strategi pengembangan dimaksud diuraikan pada sub bab berikutnya.

  a.3.1.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

3.1.2.1 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG

  Kebijakan penataan ruang ini meliputi kebijakan pengembangan struktur ruang, kebijakan pengembangan pola ruang, serta kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi Banten.

A. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang

  Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Banten meliputi: 1.

  Peningkatan kualitas fungsi-fungsi penlayanan pada pusat-pusat pelayanan dalam wilayah Provinsi Banten; 2. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam wilayah Provinsi Banten yang merata dan berhierarki, dan peningkatan akses dari dan ke luar wilayah Provinsi Banten;

3. Peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang merata di seluruh wilayah Provinsi Banten.

B. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang

  Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah Provinsi Banten akan meliputi kebijakan pengembangan kawasan lindung dan kebijakan pengembangan kawasan budidaya.

  a.

  Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung Meliputi : 1.

  Peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya; 2. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup; 3. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

4. Perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang.

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 b.

  Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi : 1.

  Peningkatan produktivitas kawasan budidaya; 2. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya; 3. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

  c.

  Kebijakan pengembangan kawasan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil meliputi : 1.

  Pelestarian lingkungan pesisir dan laut termasuk sempadan pantai sebagai kawasan lindung, serta memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan akses ke sempadan pantai;

  2. Peningkatan kualitas lingkungan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil; 3.

  Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan laut, pesisir, dan pulau- pulau kecil;

  4. Peningkatan pemerataan nilai tambah melalui pemanfaatan sumberdaya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat lokal;

  5. Peningkatan pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil; dan 6.

  Pengembangan wisata bahari di pulau peruntukan pariwisata dan di pulau yang ada permukimannya.

C. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis

  Kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi Banten meliputi: 1.

  Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional dan daerah;

  2. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar;

  3. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional dan daerah yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional dan internasional; 4. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan;

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 5.

  Pelestarian dan peningkatan sosial budaya bangsa; 6. Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

7. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara

3.1.2.2 STRATEGI PENATAAN RUANG

  Seperti halnya kebijakan penataan ruang, strategi penataan ruang inipun meliputi strategi pengembangan struktur ruang, strategi pengembangan pola ruang, serta strategi pengembangan kawasan strategis Provinsi Banten A.

   Strategi Pengembangan Struktur Ruang

  Strategi pengembangan struktur ruang berupa peningkatan kualitas fungsi-fungsi pelayanan pada pusat- pusat pelayanan dalam wilayah Provinsi Banten, meliputi :

  1. Mengembangkan dan meningkatkan fasilitas dan sarana yang sesuai dengan fungsi dan hierarki pusat-pusat pelayanan;

2. Mengembangkan fungsi atau kegiatan baru pada pusat-pusat pelayanan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanannya.

  3. Mensinergikan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Provinsi Banten dengan sistem pusat pelayanan nasional (PKN dan PKW);

  4. Mewujudkan pusat kegiatan wilayah baru yang dipromosikan (PKWp) pada pusat-pusat pertumbuhan wilayah sebagai upaya sinergitas sistem pelayanan perkotaan nasional dan pengembangan wilayah provinsi dan pengembangan wilayah kabupaten/kota. Strategi pengembangan struktur ruang berupa peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam wilayah Provinsi Banten yang merata dan berhierarki, dan peningkatan akses dari dan ke luar wilayah Provinsi Banten, meliputi: 1.

  Meningkatkan keterkaitan antar pusat atau antar kawasan perkotaan, keterkaitan antara pusat atau kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dengan kawasan sekitarnya; 2. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan;

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 3.

  Mengendalikan perkembangan kota atau perkotaan yang terletak di pesisir pantai utara; 4. Mewujudkan kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

  5. Mengembangkan pusat penyebaran primer pelabuhan hub internasional bojonegara yang didukung dengan berfungsinya kawasan-kawasan strategis provinsi dan jaringan jalan cincin Provinsi Banten; 6. Mewujudkan jembatan selat sunda sebagai jalur transportasi nasional penghubung jawa

  Sumatera yang terhubung dengan sistem jaringan jalan nasional lintas utara, tengah, dan selatan pulau jawa di wilayah Provinsi Banten. Strategi pengembangan struktur ruang berupa peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang merata di seluruh wilayah Provinsi Banten, meliputi: 1.

  Meningkatkan jaringan prasarana transportasi dan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;

  2. Meningkatkan jaringan energi listrik dengan pengembangan pembangkit tenaga listrik melalui memanfaatkan sumber energi terbarukan dan tidak terbarukan secara optimal;

  3. Mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan jaringan energi/kelistrikan termasuk jaringan pipa dan kabel dasar laut;

4. Mengembangkan prasarana telekomunikasi yang dapat menjangkau seluruh wilayah; 5.

  Meningkatkan kuantitas dan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air;

  6. Mewujudkan sistem jaringan transportasi yang aman melalui perbaikan dan peningkatan infrastruktur, penanganan kawasan banjir di permukiman wilayah Tangerang (Jabodetabekpunjur), pengendalian ruang kawasan Bandara Soekarno Hatta, tertatanya sistem jaringan energi, minyak dan gas alam, pengelolaan panas bumi, dan pemanfaatannya secara aman; 7. Mewujudkan interaksi infrastruktur jaringan transportasi (jalan dan kereta api) di Provinsi Banten yang nyaman sesuai ketentuan teknis, dan terhubung dengan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi/kabupaten/kota dan simpul transportasi antar moda di Kota Cilegon, Tangerang, dan Bandara Panimbang melalui pembangunan jaringan jalan tol; 8. Mewujudkan pemanfaatan kawasan Selat Sunda secara produktif dengan memperhatikan

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 pembangunan infrastruktur ramah lingkungan.

B. Strategi Pengembangan Pola Ruang

  Strategi pengembangan pola ruang wilayah Provinsi Banten terdiri atas strategi pengembangan kawasan lindung dan strategi pengembangan kawasan budidaya.

1. Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

  Strategi pengembangan kawasan lindung berupa peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai

  dengan fungsi perlindungannya meliputi : 1.

  Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; 2. Meningkatkan kualitas kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan lindung, yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi;

  3. Mengendalikan bentuk-bentuk kegiatan yang berada di dalam kawasan lindung yang tidak sesuai dengan fungsi perlindungan dan/atau dapat merusak fungsi perlindungan kawasan lindung.

  4. Mewujudkan kawasan lahan pangan berkelanjutan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung; 5.

  Mewujudkan kawasan taman nasional dan kawasan lindung khususnya di wilayah banten selatan yang memberi manfaat kepada masyarakat sekitarnya dan mendukung pengembangan lingkungan hidup nasional dan internasional dalam rangka pengendalian perubahan iklim. Strategi pengembangan kawasan lindung berupa pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan

  hidup meliputi : 1.

  Menetapkan kawasan lindung dan/atau fungsi perlindungan di ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;

  2. Menetapkan proporsi luas kawasan berfungsi lindung dalam wilayah Provinsi Banten paling sedikit 30% dari luas wilayah.

  Strategi pengembangan kawasan lindung berupa pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang

  dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, meliputi : 1.

  Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 2.

  Meningkatkan daya dukung lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; 3. Meningkatkan kemampuan daya tampung lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang dibuang ke dalamnya;

  4. Mengendalikan terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan; 5. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

  6. Mewujudkan sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfatannya secara bijaksana, dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya 7. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana

  Strategi pengembangan kawasan lindung berupa Perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan

  pengendalian ruang, meliputi: a.

  Mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya kerusakan pada pinggiran sungai dan tidak terganggunya aliran sungai dan beban di kawasan sekitarnya; b.

  Mengamankan, memelihara, dan mengembangkan hutan mangrove sebagai pengamanan terhadap abrasi dan erosi pantai; c.

  Mempertahankan kawasan cagar alam, kawasan hutan lindung, taman nasional, kawasan konservasi laut bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan keberlanjutan; dan d.

  Meningkatkan fungsi perlindungan kawasan setempat dan kawasan perlindungan bawahnya.

2. Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

  Strategi pengembangan kawasan budidaya berupa peningkatan produktivitas kawasan budidaya, meliputi :

  1. Memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di luar kawasan lindung menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi lahannya;

2. Meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan usaha-usaha intensifikasi dan

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  diversifikasi pertanian; 3. Mewujudkan kawasan budidaya melalui pengembangan hutan produksi, pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata, permukiman, dan kawasan peruntukan lainnya secara produktif melalui pemberdayaan masyarakat di perkotaan dan perdesaan.

  Strategi pengembangan kawasan budidaya berupa perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan

  keterkaitan antar kegiatan budidaya, meliputi: 1.

  Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan budidaya beserta prasarana pendukungnya secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya dengan mengalokasikan ruang dan akses masyarakat 2. Mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;

  3. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mendukung perwujudan ketahanan pangan;

  4. Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi;

5. Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di wilayah laut kewenangan Provinsi Banten.

  Strategi pengembangan kawasan budidaya berupa pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar

  tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, meliputi: 1.

  Mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya terbangun pada kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;

  2. Mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat terutama untuk kegiatan- kegiatan dengan fungsi komersial atau bernilai ekonomi tinggi guna penghematan ruang dan memberikan ruang terbuka pada kawasan tersebut; 3. Mengembangkan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota;

  4. Mengendalikan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya;

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 3. Strategi Pengembangan Kawasan Laut, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

  Strategi pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil berupa Pelestarian lingkungan pesisir dan

  laut termasuk sempadan pantai sebagai kawasan lindung, serta memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan akses ke sempadan pantai meliputi :

  1. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya secara terpadu melalui penyusunan tata ruang pesisir dan laut dengan memperhatikan keterkaitan ekosistem darat dan laut dalam satu bioekoregion;

  2. Mengoptimalkan dukungan pemda dan meningkatkan koordinasi antar pemda untuk mengantisipasi perkembangan aktivitas ekonomi dan industri di wilayah pesisir dan laut banten yang berpotensi merusak lingkungan; 3. Meningkatkan koordinasi antar sektor terkait dalam monitoring, pengawasan dan penegakan hukum di bidang pengelolaan lingkungan;

Dokumen yang terkait

An al i s i s T ak s o n om i S i as at P e r m u k aan T u t u r an M ah as i s w a d al am S e m i n ar P r op os al S k r i p s i M ah as i s w a P r ogr a m S t u d i Pe n d i d i k a n B ah as a d an S as t r a I n d on e s i a Un i ve r s i t as J e

0 8 14

K a j i a n F i s i o l o g i s B i j i K o p i R o b u s t a D a n A r a b i k a S e l a m a P r o s e s P r a P e r k e c a m b a h a n

0 5 14

Sebuah telaah m e n d a l a m tentang p e r t u m b u h a n Islam d a n K e d a u l a t a n n y a masa itu

0 1 317

Re nca na Te r p a d u d a n Pr ogr a m I nv e s ta s i I nfr a s tr uktur J a ngka Me ne nga h (RPI 2 -J M) Kota Ta nge r a ng 2015 -2019

0 0 93

Re nca na Te r p a d u d a n Pr ogr a m I nv e s ta s i I nfr a s tr uktur J a ngka Me ne nga h (RPI 2 -J M) Kota Ta nge r a ng 2015 -2019

0 0 24

Disampaikan Pada Lokakarya Fisika Teknik D o s e n - d o s e n F i s i k n FPTK IKIP P a d a n g Pada T a n a g a l 25 J n n u n r i s . d 30 J n n u n r i 1993 d i FPTK IKIP Pudnng

0 0 19

Ada d e l a p a n pendekatan yang d a p a t k i t a p i l i h se- b a g a i d a s a r pendekatan dalam p e n g a j a r a n a f e k t i f i n i , Ke- d e l a p a n pendekat

1 1 11

Re nca na Te r p a d u d a n Pr ogr a m I nv e s ta s i I nfr a s tr uktur J a ngka Me ne nga h (RPI 2 -J M) Kota Ta nge r a ng 2015 -2019

0 0 45

Re nca na Te r p a d u d a n Pr ogr a m I nv e s ta s i I nfr a s tr uktur J a ngka Me ne nga h (RPI 2 -J M) Kota Ta nge r a ng 2015 -2019

0 0 57

Re nca na Te r p a d u d a n Pr ogr a m I nv e s ta s i I nfr a s tr uktur J a ngka Me ne nga h (RPI 2 -J M) Kota Ta nge r a ng 2015 -2019

0 0 20